laporan ardana ya (dr)
TRANSCRIPT
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dilaksanakan
pula pembangunan di bidang pendidikan dengan sistem pendidikan nasional
dalam rangka peningkatan kemampuan sumber daya manusia nasional
dalam berbagai bidang untuk menjawab tantangan di masa yang akan
datang. Pengembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
peranan yang penting dalam kemajuan bangsa di masa pembangunan dan
mempengaruhi keberhasilan pembangunan masyarakat yang madani dan
mandiri. Hal ini bertujuan agar pemanfaatan dan penguasaan bidang ini
dapat berfungsi sebagai alat percepatan peningkatan sumber daya manusia,
proses pembaharuan, peningkatan produktifitas, perluasan lapangan
pekerjaan, dan peningkatan harkat dan martabat bangsa, serta peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Perguruan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional
bertujuan mengembangkan mahasiswa menjadi manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang
luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kepribadian yang mantap dan
mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan Indonesia,
sekaligus juga memiliki sikap dan kemampuan akademik yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pengembangan sumber daya manusia, penelitian, dan
pengkajian untuk menunjang industrialisasi dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga dapat dijadikan sebagai bekal
pengabdian untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaga kepada
bangsa dan negara. Pengembangan sumber daya manusia di perguruan
tinggi dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar, penelitian, dan
pengabdian masyarakat.
Jurusan Teknik Mesin 1Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibutuhkan kerja sama dan jalur komunikasi yang
baik antara berbagai pihak, mulai dari perguruan tinggi, industri, instansi
pemerintah dan pihak swasta. Dicetuskannya konsep link and match oleh
Depdikbud membawa dampak dan konsekuensi yang menggembirakan bagi
semua unsur pendidikan yang terkait. Semakin diperlukan kesadaran bahwa
pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak, sehingga perlu adanya
kerja sama dari semua pihak untuk mendukung maksud tersebut. Dari
konsep diharapkan dapat terjadi dari suatu kesepadanan yang lebih terarah
dalam penanganan sumber daya yang masuk ke perguruan tinggi dan output
yang dihasilkannya. Kerja sama ini dapat berupa pertukaran informasi antara
masing-masing pihak mengenai korelasi antara ilmu di perguruan tinggi
dengan penggunaan dan terapannya langsung di dunia industri.
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya, adalah salah satu perguruan tinggi dengan
sasaran pengembangan dan penggunaan proses produksi, satuan operasi,
dan perancangan dalam skala besar, dimana bahan-bahan yang digunakan
dalam suatu proses akan mengalami perubahan fisik dan kimia tertentu.
Mahasiswa Teknik Mesin FTI – ITS sebagai bagian dari sumber daya manusia
Indonesia secara khusus disiapkan untuk menjadi design engineer, project
engineer, process engineer, peneliti dan pendidik. Untuk menunjang hal
tersebut, maka Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS mewajibkan mahasiswanya
untuk melaksanakan kerja praktek dengan tugas-tugas khusus dalam rangka
mempelajari kondisi kerja dalam dunia industri secara langsung di lapangan.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami melakukan Kerja Praktek di PT.
Krakatau Steel, Cilegon-Banten.
1.2 Tujuan
Kerja Praktek mahasiswa Teknik Mesin FTI –ITS mempunyai tujuan :
1. Mendapatkan pengalaman dalam lingkungan kerja
2. Mendapatkan kesempatan untuk berlatih menangani permasalahan dalam
industri
Jurusan Teknik Mesin 2Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
3. Melaksanakan studi banding antara teori yang diperoleh selama kuliah
dengan aplikasinya dalam industri nyata.
Secara khusus, kerja praktek di PT. Krakatau Steel ini bertujuan :
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia industri,
khususnya di PT. Krakatau Steel
2. Mahasiswa secara langsung dapat melihat dan memahami proses
pembuatan besi sponge dengan sistem yang terpadu dari bahan baku
sampai menjadi produk jadi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem perencanaan,
perawatan, dan pengendalian komponen penunjang pabrik yang terpadu
dalam proses pembuatan besi spons dan pengembangan produk baja.
1.3 Manfaat
Pelaksanaan kerja praktek di PT. Krakatau Steel ini akan memberikan
beberapa manfaat, antara lain :
1. Mengetahui proses-proses produksi dari pembuatan pellet,
peleburan,hingga menjadi produk baja.
2. Memberikan gambaran awal tentang dunia kerja kepada mahasiswa yang
selama ini hanya bergelut dengan spasial teoritis.
3. Mengetahui korelasi nyata antara pengetahuan akademis yang didapat di
perguruan tinggi dengan penggunaannya di dunia industri.
4. Melatih dan meningkatkan kemampuan analisa terhadap suatu masalah
dan mengambil keputusan untuk pemecahannya.
Jurusan Teknik Mesin 3Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT. Krakatau Steel Cilegon merupakan pemilik industri baja terpadu
yang pertama di Indonesia. Didirikan pada 31 Agustus 1970, berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1970. Menurut pasal 1
Peraturan Pemerintah tersebut, PT. Krakatau Steel didirikan dengan tujuan
menyelesaikan dan mengoperasikan proyek industri baja bekas bantuan
Rusia dan mengembangkan industri baja di Indonesia dalam arti luas.
Gagasan didirikannya industri baja ini berasal dari Perdana Menteri Ir. Juanda
tahun 1956. Namun, gagasan ini baru terealisasi pada tahun 1960 dengan
ditandatanganinya kontrak pembangunan pabrik baja Cilegon antara RI
dengan All Export Import Corporation (Tjazpromex Pert) of Moscow, dengan
kontrak nomor 080 tanggal 7 Juni 1960.
Usaha untuk membangun industri besi baja di tanah air sebenarnya
telah dimulai dengan mendirikan dua proyek, yaitu proyek besi Lampung dan
proyek baja Cilegon. Besi yang dihasilkan di Lampung dilebur bersama-sama
dengan besi tua di Cilegon serta baja yang dihasilkan pada proses lebih lanjut
menjadi barang-barang baja jadi yang berupa besi beton, besi profil, dan
kawat. Namun, proyek besi Lampung dihentikan karena bahan baku yang
berasal dari bijih besi setempat tidak cukup banyak. Sedangkan, proyek baja
Cilegon sempat terhenti karena adanya pemberontakan G 30 S/PKI.
Pada tanggal 30 Agustus 1970, pemerintah melalui PP No. 35 tahun
1970 menetapkan kelanjutan proyek Pabrik Baja Cilegon dengan
merubahnya kedalam bentuk badan hukum Perseroan Terbatas. Sejak saat
Jurusan Teknik Mesin 4Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
itu, pabrik baja Cilegon berubah menjadi PT. Krakatau Steel. Sementara itu,
pada tanggal 23 Oktober 1971 akte pendirian PT. Krakatau Steel
ditandatangani di hadapan notaris.
Dengan bantuan konsultan Inggris, PT. Krakatau Steel mengadakan
perubahan rencana dengan membatalkan pemasangan dapur peleburan baja
karena teknologinya sudah tidak sesuai. Sementara proyek bekas bantuan
Rusia belum selesai dibangun, PT. Krakatau Steel dengan bantuan Pertamina
(tahun 1974) memutuskan untuk memperluas produksi agar dapat membuat
billet, bahkan dapat langsung membuat baja lembaran, slab, dan hot strip.
Teknologi yang dipilih adalah pembuatan besi dengan Direct Reduction
dengan proses reduksi bijih besi pada reaktor di mana bahan bakunya
berasal dari bijih besi import. Kapasitas produksi baja yang rencana semula
hanya 100.000 ton/tahun ditingkatkan menjadi 500.000 ton/tahun untuk
pembuatan billet, dan 1,5 juta ton/tahun untuk pembuatan slab.
Berdasarkan proyeksi kebutuhan baja dalam negeri dan hasil negosiasi
dengan kontraktor-kontraktor dari Jerman, disusunlah rencana
pengembangan PT. Krakatau Steel selanjutnya untuk jangka waktu 1975-
1985. Pembangunan yang dilaksanakan sampai sekarang masih mengikuti
rencana induk tersebut, hanya beberapa proyek yang diatur kembali jadwal
pembangunannya untuk disesuaikan dengan keadaan penyelesaian tiap-tiap
tahap selalu ditandai dengan peresmian oleh presiden yaitu bulan Juli 1977,
Oktober 1979, Februari 1983 (Peresmian HSM), dan tahun 1985 (Peresmian
CRM).
Pada 10 November 1990 dilaksanakan peletakan batu pertama
perluasan PT. Krakatau Steel oleh Menteri Muda Perindustrian RI, Ir. Tungky
Ariwibowo selaku Direktur Utama PT. Krakatau Steel. Proyek perluasan ini
direncanakan selesai sekitar tahun 1993 atau 1994. Diantara proyek
perluasan adalah pabrik besi spons, DRI HYL-III, SSP, dan HSM. Sasaran
program perluasan dan modernisasi pabrik PT. Krakatau Steel adalah :
1. Peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton menjadi 2,5 juta
ton/tahun
2. Peningkatan kualitas
Jurusan Teknik Mesin 5Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
3. Peragaman jenis baja yang dihasilkan
4. Efisiensi produksi.
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
2.2.1 Visi Perusahaan
Sebagai acuan dalam proses pengembangan kualitas dan kuantitas
produksi PT.
Krakatau Steel memiliki visi sebagai berikut :
2008 : “Cost Competitive Global Steel Provider “
2013 : “Dominant Integrated Global Steel Player“
2020 : “Leading Global Steel Player “
2.2.2 Misi Perusahaan
“Kami adalah keluarga masyarakat dunia yang mempunyai komitmen
untuk menyediakan baja dan produk terkait dengan pendekatan menyeluruh
yang menghasilkan solusi industri dan infrastruktur untuk kesejahteraan
masyarakat.“
2.3 Unit-Unit Produksi
PT. Krakatau Steel sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit yang
saling mendukung, yaitu :
2.3.1 Pabrik Besi Spons ( Direct Reduction Plant / DRP )
Direct Reduction Plant adalah pabrik yang mengolah Iron Ore Pellet
(IOP) menjadi Sponge Iron (besi spons). Mengolah bahan baku bijih besi
dalam bentuk pellet menjadi besi spons yang berbentuk pellet juga. Disini
bijih besi (pellet) direaksikan dengan gas alam dan gas-gas lainnya dalam
dua unit reaktor yang keduanya berkapasitas total 1,2 juta ton/tahun. Pabrik
ini menggunakan proses reduksi langsung atau tanpa dilebur, yaitu dengan
Jurusan Teknik Mesin 6Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
mereaksikan pellet dan gas pereduksi yang dihasilkan dari gas alam dan
steam dalam sebuah reformer. Pabrik ini dapat memproduksi 1,6 juta ton
besi spons tiap tahun dari dua unit pabrik (HYL I dan HYL III). Produk besi
spons yang dihasilkan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
sumber metalik lain, utamanya disebabkan oleh rendahnya unsur pengotor
(residual elements) serta kandungan karbon yang cukup tinggi sehingga
proses pembuatan menggunakan dapur listrik berlangsung efisien dan
akurat, menjamin konsistensi kualitas baja yang dihasilkan. Pabrik besi spons
terdiri atas :
Pabrik besi spons dengan teknologi HYL-I dari Meksiko yang mulai
beroperasi tahun 1979. Unit ini beroperasi dengan menggunakan 4 model.
Tiap model mempunyai empat buah reaktor dengan proses fixed batch. Unit
ini mempunyai kapasitas produksi 400 ribu ton besi spons per tahun.
Kapasitas reaktor 200 ton per batch dan tingkat metalisasi 88-89%. Selama
tahun 2002, HYL-I tidak beroperasi atau diberhentikan operasinya karena
umur ekonomisnya yang sudah habis dan teknologinya yang obsolete
(usang).
Pabrik besi spons dengan teknologi HYL-III dari Meksiko yang lebih
canggih dari HYL-I dan mulai beroperasi tahun 1994. Unit ini beroperasi
dengan menggunakan dua reaktor tegak dengan proses kontinyu. Unit ini
mempunyai kapasitas produksi 1,2 juta ton besi spons per tahun. Dengan
teknologi proses kontinyu 170 ton spons/hour (1993). Tingkat pencapaian
metalisasi 91-92%. Besi spons yang dihasilkan memiliki komposisi kimia :
a) Fe: 88-91% C: 1,5-2,5% SiO2: 1,25-3,43% Al2O3: 0,61-1,63%
CaO: 0,2 – 0,21% MgO: 0,31-1,62% P: 0,014-0,027% Cu:
0,001-0,004%
b) Kotoran (oksidasi–oksidasi lanjut) : 0,1-0,5%
c) Tingkat metalisasi : 88-90%
Fasilitas Utama Pabrik Besi Spons :
Nama Perusahaan Fasilitas Utama
HYL-I Reformer
Kapasitas 1.000.000 mtpy Cooling System
Jurusan Teknik Mesin 7Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
OP.Rate 500.000 mtpy Primary Reduction
Teknologi Hylsa (Mexico) Secondary Reduction
Ferrostaal (Germany) Reactor
HYL-
III
Reformer (Rekondisi ex. HYL-
I)
Kapasitas Desain 1.500.000 mtpy Heat Recuparator
Teknologi Hylsa (Mexico) Gas Heater
Ferrostaal (Germany) Reactor
Proses Hyl-III secara umum terdiri dari tiga area utama, yaitu :
1. Area Proses Reformasi
2. Area Proses Reduksi
3. Area Sistem Penunjang
Proses Reformasi adalah proses reaksi antara natural gas dengan
steam yang terjadi di dalam pipa–pipa katalis di reformer. Sedangkan proses
reduksi adalah proses reaksi bijih besi dan gas proses yang terjadi di dalam
reaktor.
Sistem penunjang pada proses Hyl-III adalah :
1. CO2 absorption system
2. Process Cooling Water System
3. Equipment Cooling Water System
4. Steam System
5. Inert Gas System
6. Instrument Air System
7. Hydroulic System
8. Sulfur Injection System
9. Iron Ore Pellet Handling System
10.Spons Handling System
11.Emergency Generator System.
Jurusan Teknik Mesin 8Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Hasil produksi dari pabrik besi spons terutama digunakan sebagai
bahan baku pembuatan baja yang nantinya akan dikirim ke Slab Steel Plant
dan Billet Steel Plant.
2.3.2 Pabrik Billet Baja ( Billet Steel Plant / BSP )
Pabrik billet baja adalah pabrik yang membuat baja dalam bentuk
batangan yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baja profil,
baja tulang beton, dan baja kawat. Bahan baku pabrik ini adalah besi spons,
besi tua (scrap), dan paduan ferro yang dilebur dan diolah di dalam dapur
listrik (Electric Arc Furnace) untuk dicairkan. Setelah mencair, selanjutnya
baja dituang dalam cetakan atau sebuah mesin pengecoran kontinyu
(Continuous Casting Machine) sehingga menjadi billet baja.
Pabrik BSP mempunyai empat buah dapur listrik dengan kapasitas
mesin 65 ton per cetak atau Billet Continuous Caster. Kapasitas pabrik BSP
adalah 700.000 ton/tahun. Pabrik ini menggunakan sumber radioaktif untuk
mengukur level dari baja cair. Penampang billet pada pabrik baja ini
diproduksi dalam tiga macam :
Ukuran 100 x 100 mm, 110 x 110 mm, 120 x 120 mm
Standar panjangnya adalah 6 m, 10 m, dan 12 m
Ukuran 130 x 130 mm.
Hasil dari produk ini dipakai untuk bahan baku wire rod bar dan section mill.
Fasilitas utama Pabrik Baja Billet :
Nama Perusahaan Fasilitas Pabrik
BSP EAF (4x65) - 40/48 MVA UHP
Kapasitas 675.000 mtpy Ladle Furnace
Teknologi ManGHH (Germany) Water Cooling Panel
Concast (Germany) Tundish
Continuous Casting Machine
Diameter 100-130 mm
Sumber data : PT. Krakatau Steel
Jurusan Teknik Mesin 9Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
2.3.3 Pabrik Baja Slab ( Slab Steel Plant / SSP )
PT. Krakatau Steel memiliki dua pabrik baja slab, yaitu SSP I yang
dibangun tahun 1982 dan SSP II yang dibangun tahun 1993. Slab Steel Plant I
yang dibangun dengan menggunakan teknologi pembuatan baja MANGHH
dan CONCAST ini, mempunyai empat dapur baja listrik yang masing-masing
berkapasitas 130 ton dan dua mesin concast (mesin tuang kontinyu) serta
ladle furnace. SSP II dibangun dengan teknologi pembuatan baja dari Voest
Alpine-Australia memiliki dua dapur baja listrik, satu mesin concast, ladle
furnace, dan RH vacuum degassing.
Pabrik baja slab memproduksi lembaran baja yang bahan baku
utamanya adalah besi spons dan scrap ditambah dengan batu kapur, serta
dicampur dengan unsur-unsur lain seperti C, Fe, dan Si. Pabrik ini juga
memanfaatkan peleburan ulang baja-baja reject (rusak) dari pabrik-pabrik
lain seperti HSM, CRM, dan WRM. Komposisi kimia dari baja didaur ulang
sesuai permintaan konsumen.
Pabrik ini memproduksi baja slab dengan ukuran : tebal 200 mm, lebar
950 – 2080 mm, dan panjang maksimum 12.000 mm, dengan berat
maksimum 30 ton. Baja yang dihasilkan dari SSP ini merupakan baja ultra low
carbon dengan kandungan gas terlarut (hidrogen dan nitrogen) relatif
rendah. Hasil produksi SSP ini kemudian dikirim ke HSM.
Fasilitas utama Pabrik Baja Slab :
Nama Perusahaan Fasilitas Pabrik
SSP 1 EAF (4x130) – 80 MVA UHP
Kapasitas 1.000.000 mtpy Ladle Furnace
Teknologi Tundish
Concast (Germany) Mould
Continuous Casting Machine (2)
Scarfer
SSP 2 EAF (2x130) – 90 MVA UHP
Kapasitas desain 800.000 mtpy Ladle Furnace
Teknologi VAI (Austria) Tundish
Jurusan Teknik Mesin 10Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Mould
Continuous Casting Machine (1)
Vacuum degassing
Sumber Data : PT. Krakatau Steel
2.3.4 Pabrik Baja Lembaran Panas ( Hot Strip Mill / HSM )
Pabrik Baja Lembaran Panas atau Hot Strip Mill (HSM) merupakan
pabrik yang menghasilkan baja lembaran tipis berupa coil, plat, dan sheet
dengan proses pemanasan sampai suhu ± 1250 0C, yang merupakan
pemrosesan lanjutan dari baja lembaran yang dihasilkan oleh pabrik slab baja
dan kemudian dilakukan pengerolan panas (milling).
Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas atau Hot Strip Mill (HSM)
mempunyai kapasitas produksi 2 juta ton/tahun. Pengendalian proses
dilakukan secara otomatis dengan control set up computer, sehingga dapat
menjamin kualitas produk yang dihasilkan dalam hal kekuatan mekanik,
toleransi ukuran, maupun kualitas bentuk (shape). Perlengkapan utama
Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas adalah :
Dua buah dapur pemanas dengan kapasitas 300 ton/jam dengan
bahan bakar gas alam, yang berfungsi untuk memanskan slab
Sebuah sizing press yang digunakan untuk mengatur lebar
Sebuah roughfing yang dilengkapi flange edgerroll dan water
descaler dengan tekanan air 180 bar
Sebuah pemotong kepala dan ekor (slab crospshar)
Enam buah finishing stand yang dilengkapi dengan alat ukur
pengontrol lebar, panjang, tebal, dan temperatur strip secara
otomatis
Dua buah measuring house.
Pabrik ini memanfaatkan sumber radioaktif untuk mengukur ketebalan
dan profil strip untuk mengatur posisi slab dalam furnace. Selain itu juga,
pabrik ini menghasilkan strip dengan ketebalan 2 mm sampai dengan 25
mm, lebar 500 mm sampai 2080 mm.
Fasilitas Utama Pabrik Baja Lembaran Panas :
Jurusan Teknik Mesin 11Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Nama Pabrik Fasilitas Pabrik
Hot Strip Mill (HSM)
Reheating Furnace I : Double Pusher
Type
Kapasita
s 2.000.000 mtpy
Reheating Furnace II: Walking Beam
System Type
Teknolo
gi
ManGHH
(Germany) Sizing Press Automatic Width Control
Reversing 4-Hi Rougher (Roughing
Stand)
Finishing Stand # 1-5
Kapasita
s 165.000 ton Shearing line # 1 (4-25 mm)
Shearing line # 2 (2-8/10 mm)
Hot Skin Pass Mill/HSPM (2-4/6 mm)
Sumber Data : PT. Krakatau Steel
2.3.5 Pabrik Baja Batang Kawat ( Wire Rod Mill / WRM )
Pabrik batang kawat atau wire rod beroperasi tahun 1979 dengan
kapasitas awal 220.000 ton/tahun, menggunakan teknologi SMS dari Jerman,
kapasitasnya meningkat menjadi 300.000 ton/tahun pada tahun 1992 karena
penambahan equipment dari Morgan USA. Pabrik ini menggunakan bahan
setengah jadi dari pabrik baja billet sebagai bahan baku utama untuk diolah
menjadi batang baja kawat. Kapasitas produksi saat ini sebesar 450 ribu
ton/tahun batang kawat baja. Dengan variasi produk :
Batang kawat karbon rendah
Batang kawat untuk elektroda las
Batang kawat untuk cold heading diameter 5,5mm, 8mm, 10mm,
dan 12mm.
Pabrik kawat baja ini dilengkapi dengan enam mesin pembuat kawat
dan unit pelapis seng. Pabrik ini menghasilkan kawat baja dengan kadar
karbon rendah.
Jurusan Teknik Mesin 12Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Peralatan utama Pabrik Batang Kawat (WRM) :
Nama Pabrik Fasilitas Pabrik
Wire Rod Mill (WRM) Furnace
Kapasitas 450.000 mtpy Roughing stand
Kapasitas awal 220.000 mtpy Rotary Shear
Teknologi SMS (Germany) & Morgan (USA) Intermediate Stand
CD Shear
Chopping Shear
10 Finishing Stand
Side Looper
Qwater Box
Pinch Roll Water Head
Steimor Conveyor
Mandrel
Transfer Car
Compactor
Sumber Data : PT. Krakatau Steel
2.3.6 Pabrik Baja Lembaran Dingin ( Cold Rolling Mill / CRM )
Pabrik ini diselesaikan tahun 1986 dengan menggunakan teknologi
CLECIM dari Perancis. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin atau Cold
Rolling Mill (CRM) merupakan pabrik yang menghasilkan baja lembaran tipis
seperti divisi HSM, tetapi hasil produksinya berdimensi lebih tipis, dengan
proses tarik dan tekan yang merupakan pemrosesan lanjutan dari baja
produksi HSM. Hasil produksi dalam bentuk gulungan atau coil. Kapasitas dari
pabrik CRM yaitu 850 ribu ton/tahun.
Coil yang dihasilkan berukuran :
Lebar : 600 - 1300 mm
Tebal : 0,18 - 3 mm
Fasilitas utama Pabrik Baja Lembaran Dingin :
Nama Pabrik Fasilitas Pabrik
Jurusan Teknik Mesin 13Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Cold Rolling Mill (CRM)
Continuous Picking Line
(CPL)
Kapasitas 650.000 mtpy Tandem Cold Mill
Kapasitas awal 850.000 mtpy
Continuous Aneling Line
(CAL)
Teknologi
CLECIM
(Perancis)
Temper Processing Mill
(TPM)
Recoiling Line (REC)
Shearing Line (SHR)
Electrical Cleaning (ECL) #1
Shearing Line
#2
Batch Anneling Furnace
(BAF)
Kapasitas 165.000 ton Preparation Line (PRP)
Sitting Line (SLT)
Electrical Cleaning (ECL) #2
Sumber Data : PT. Krakatau Steel
2.4 Unit-Unit Penunjang PT. Krakatau Steel
Disamping unit–unit produksi di atas, ada beberapa unit penunjang
agar pabrik dapat berjalan dengan baik yang merupakan anak perusahaan
PT. Krakatau Steel, yaitu :
1) PT. Krakatau Daya Listrik (KDL)
Perusahaan ini memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
berkapasitas 400 MW yang terdiri dari lima unit turbin dan masing–
masing berkapasitas 80 MW. Selain itu juga dilengkapi dengan sistem
jaringan dan distribusi sampai ke konsumen.
2). PT. Krakatau Bandar Samudra (KBS)
Saat ini, perusahaan ini memiliki dermaga dengan panjang total
1098 m dan kedalaman 14 m. Pelabuhan Cigading yang dikelola PT.
Jurusan Teknik Mesin 14Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
KBS mampu melayani bongkar muat kapal dengan bobot mati hingga
70.000 DWT.
3).PT. Krakatau Tirta Industri (KTI)
Dengan debit air sebesar 2000 liter/detik air bersih yang
dihasilkan, cukup untuk memenuhi kebutuhan proses industri di
seluruh kawasan PT. Krakatau Steel maupun untuk kebutuhan hidup
bagi warga kompleks perumahan.
4).PT. KHI Pipe Industries (PT. KHI)
Memproduksi pipa-pipa baja untuk penyaluran minyak, gas, air,
ataupun struktur bangunan. Pada saat ini PT. KHI mampu
memproduksi pipa dengan diameter 4 – 80 inchi dengan spesifikasi AKI
sampai dengan grade SLX – 70.
5).PT. Krakatau Engineering (PT. KE)
PT. KE bergerak dalam bidang usaha engineering, procurement,
construction, project management, dan prediktif management (PEC
MM) yang didukung oleh 468 orang tenaga profesional yang telah
berpengalaman.
6).PT. Krakatau Wajatama (PT. KW)
PT. KW menghasilkan baja tulangan beton, baja profil ukuran
medium ke bawah, serta kawat paku, dengan kapasitas masing-
masing 150 ton per tahun, 45 ribu ton per tahun, dan 18 ribu ton per
tahun.
7).PT. Krakatau Information Technology (PT. KIT)
PT. KIT didukung oleh 131 orang tenaga profesional yang telah
berpengalaman di bidang pengelolaan dan pengembangan sistem,
otomasi pabrik, jaringan dan komunikasi, dan Value Added Network.
8).PT. Pelat Timah Nusantara (PT. Latinusa)
PT. Latinusa mampu menghasilkan 130.000 ton per tahun
timplate (coil dan sheet) dengan kualitas prime, assorted waste, dan
unassorted waste yang dapat digunakan untuk can (food critical),
general can (noncritical) dengan pasar domestik.
Jurusan Teknik Mesin 15Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
9). PT. Krakatau Industri Estate Cilegon (PT. KIEC)
Sebagai pengelola seluruh aset-aset perusahaan, baik produk
maupun jasa.
10). PT. Krakatau Medika (PT. KM)
Sebagai Rumah Sakit bagi karyawan PTKS, karyawan anak
Perusahaan PTKS, serta umum.
2.5 Tata Letak Pabrik
PT. Krakatau Steel terletak sekitar 110 Km dari Jakarta dengan luas
keseluruhannya 350 hektar. PT. Krakatau Steel terletak di kawasan industri
Krakatau, tepatnya di jalan Industri No. 5 PO BOX 14, Cilegon 42435. Kantor
pusat PT. Krakatau Steel terletak di Wisma Baja dan Gatot Subroto Kav. 54
Jakarta. Adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi pabrik adalah :
Dekat dengan laut, sehingga dapat memudahkan pengangkutan
bahan baku dan produk menggunakan kapal
Dekat dengan daerah pemasaran (ibukota)
Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup luas
Sumber air cukup memadai
Adanya jaringan rel kereta api dan jalan raya yang memadai untuk
pengangkutan.
Gambar 2.1 Peta lokasi PT. Krakatau Steel
Jurusan Teknik Mesin 16Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Tata letak pabrik ini bertujuan sebagai berikut :
Memudahkan jalur transportasi dalam pabrik untuk menunjang
proses produksi dan pengangkutan bahan baku serta produk
Memudahkan pengendalian proses produksi, karena adanya
pengelompokan peralatan dan bangunan secara selektif
berdasarkan proses masing-masing
Adanya bengkel dalam kawasan pabrik sehingga memudahkan
perbaikan perawatan dan pembersihan alat
Jalan yang cukup luas, sehingga memudahkan pekerja bergerak
dan menjamin keselamatan kerja karyawan.
2.6 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Krakatau Steel ini berdasarkan fungsional
berbentuk garis dan staf secara terbatas. Dalam struktur organisasi PT.
Krakatau Steel, jabatan direktur utama tidak termasuk dalam struktur
kepegawaian karena diangkat langsung oleh menteri perindustrian. Dalam
pelaksanaannya, direktur utama dibantu oleh lima direktorat, yaitu :
1. Direktorat Perencanaan dan Teknologi
Bertugas merencanakan, melaksanakan, mengembangkan, dan
mengevaluasi usaha, pengolahan data, pengadaan prasarana
penunjang kawasan industri, dan masalah konstruksi. Selain itu, juga
bertugas menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan
teknologi yang bersifat jangka panjang.
2. Direktorat Produksi
Bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang pengoperasian dan perawatan sarana
produksi, metalurgi, dan koordinasi produksi.
3. Direktorat Sumber Daya Manusia & Umum
Bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan,
pendidikan, dan pelatihan kerja, serta merencanakan organisasi,
Jurusan Teknik Mesin 17Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
hubungan masyarakat, dan administrasi pengelolaan kawasan, serta
keselamatan kerja.
4. Direktorat Keuangan
Bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang keuangan.
5. Direktorat Pemasaran
Bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang pemasaran produk.
2.7 Kepegawaian dan Sistem Kerja
A. Status Kepegawaian
Dalam organisasi perusahaan PT. Krakatau Steel dikenal dua status
karyawan, yaitu :
1. Karyawan Organik, yaitu karyawan yang diangkat sebagai
karyawan tetap oleh PT. Krakatau Steel
2. Karyawan Non-Organik, yaitu karyawan yang diangkat sebagai
karyawan dalam jangka waktu tertentu, yang juga disebut sebagai
karyawan kontrak.
B. Sistem Kerja
Dalam upaya untuk memenuhi target yang telah ditentukan, maka
pabrik harus beroperasi secara maksimal. Untuk itu, PT. Krakatau Steel
menyusun program kerja bagi karyawan sebagai berikut :
a. Karyawan Non-Shift
Waktu kerja per hari di PT. Krakatau Steel adalah 8 jam per hari atau
40 jam per minggu, dengan waktu istirahat selama 60 menit.
1. Hari senin sampai kamis, masuk pukul 08.00 sampai 16.30, waktu
istirahat pukul 12.00
2. Hari jum’at masuk pukul 08.00 sampai 17.00, waktu istirahat pukul
11.30 sampai 13.30.
Jurusan Teknik Mesin 18Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
b. Karyawan Shift
Untuk karyawan shift waktu kerja diatur secara bergilir selama 24 jam,
dengan pembagian waktu kerja 3 shift. Masing-masing shift bekerja
selama 8 jam dengan sistem kerja dilakukan oleh group shift, dimana 3
group shift bekerja selama 24 jam, dan 1 group shift libur. Untuk
pembagian sistem ini adalah sebagai berikut :
1. Shift I bekerja pukul 22.00 sampai 06.00
2. Shift II bekerja pukul 06.00 sampai 14.00
3. Shift III bekerja pukul 14.00 sampai 22.00.
PT. Krakatau Steel telah menetapkan suatu aturan untuk cuti tahunan
selama 12 hari waktu kerja. Cuti besar 30 hari kalender yang diambil setiap 3
tahun sekali. Dari cuti tersebut, karyawan mendapat bantuan uang cuti
masing-masing 100% gaji untuk cuti tahunan, dan 200% untuk cuti besar.
2.8 Kesejahteraan Karyawan
Selain gaji dan tunjangan yang diberikan, perusahaan juga berusaha
meningkatkan kesejahteraan karyawannya dengan cara memberikan
fasilitas-fasilitas, antara lain :
1. Asuransi tenaga kerja
Terdiri dari asuransi kematian dan asuransi kecelakaan yang diberikan
melalui asuransi sosial tenaga kerja.
2. Jaminan Kesehatan
Berupa pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan untuk karyawan dan
keluarganya yang sedang sakit, baik fisik maupun mental. Yang berhak
menerima adalah karyawan tetap, istri, atau suami karyawan yang terdaftar
di divisi personalia dan anak kandung karyawan ataupun anak angkat yang
sah dan terdaftar di divisi personalia dengan ketentuan belum mencapai
umur 21 tahun dan belum berpenghasilan tetap.
3. Jaminan hari tua
Jurusan Teknik Mesin 19Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Diberikan kepada karyawan yang memenuhi ketentuan telah mencapai
umur 55 tahun atau pensiun dipercepat karena cacat. Selain itu, juga
diberikan fasilitas pendidikan dan Tunjangan Hari Raya.
BAB III
PABRIK BESI SPONS
(DIRECT REDUCTION PLANT)
Direct Reduction Plant yang juga dikenal sebagai unit pengolahan besi
spons merupakan pabrik yang mengolah bijih besi (pellet) menjadi besi
spons. Divisi pabrik besi spons terdiri dari pabrik besi spons I (PBS I) dan
pabrik besi spons II (PBS II). Dimana PBS I menggunakan teknologi HYL-I,
sedangkan PBS II menggunakan teknologi HYL-III. HYL-I terdiri dari 4 modul
dengan tiap modul terdiri dari 4 reaktor, sedangkan untuk HYL III terdiri dari 2
modul dengan tiap modul memiliki 2 reaktor. Kapasitas desain HYL-I
mencapai 2 juta ton per tahun, sedangkan untuk HYL-III berkapasitas desain
sekitar 1,35 juta ton per tahun. Teknologi HYL (Hajola Y Lamina) yaitu suatu
proses pengambilan unsur oksida bijih besi atau pellet dengan cara
mereduksikan dengan pembakaran gas H2 dan CO pada temperatur di bawah
titik lebur besi sehingga akan didapatkan sifat metalisasi yang tinggi.
Kemudian cara reduksi bijih besi ini disebut dengan proses Direct Reduction
Iron (DRI).
Direct Reduction Process HYL III
Proses HYL-III pada pabrik besi spons adalah proses reduksi langsung
dengan gas alam yang diproses di dalam reformer menjadi gas reduksi
sebelum digunakan untuk memanaskan bijih besi. Secara umum, pabrik HYL-
III dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu unit pembangkit gas pereduksi
dan unit reduksi iron ore (bijih besi). Unit pembangkit gas pereduksi terdiri
dari natural gas - steam reformer dan alat-alat auxiliary, seperti heat
recovery unit, steam generator, dan reformer quench tower.
Jurusan Teknik Mesin 20Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Reformer berisi pipa katalis dengan katalis nikel dimana reaksi
reformasi terjadi. Panas yang diperlukan untuk reaksi endotermis tersebut
disuplai dari bahan bakar natural gas. Gas pembakaran yang keluar dari
convection section mengandung sensible heat yang cukup tinggi, sehingga
beberapa heat recovery coil dipasang untuk menaikkan efisiensi panas.
Unit reduksi terdiri dari dua sirkuit, yaitu reduction circuit dan cooling
circuit. Reduction circuit merupakan tempat terjadinya proses reduksi atau
penghilangan oksigen dari bijih besi, sedangkan cooling circuit merupakan
terjadinya proses pendinginan dan karburisasi. Reduction circuit berisi
peralatan reactor reduction zone, gas heater, recycle reduction compressor,
reduction quench tower, dan carbon dioxide removal unit. Cooling circuit
berisi peralatan reactor cooling zone, recycle cooling compressor, dan cooling
quench tower. Sebagai make-up, cooling circuit menggunakan natural gas.
Gambar 3.1. Proses HYL-III
Jurusan Teknik Mesin 21Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
IRONORE
O2
REACTOR
H2O
NATURALGAS
DRI
GASHEATER
H2O
FUEL
CO2
H2OREFORMER
NATURALGAS
STEAM
FUEL
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
3.1 Bahan Baku
Bahan baku pembuatan besi spons dengan menggunakan teknologi
Direct Reduction adalah sebagai berikut :
1) Pellet (Iron Ore)
Pellet merupakan bijih besi yang berbentuk bulat atau berukuran
seperti kelereng. Kandungan unsur didalamnya adalah hematite (Fe2O3 ) yang
setelah direduksi dengan CO dan H2 hanya tinggal ferro atau besi saja. Pellet
yang berkadar metalisasi tinggi adalah pellet yang berkadar sulfur dan fosfor
rendah serta tidak dapat rapuh.
Jenis-jenis pellet yang digunakan PT. Krakatau Steel dihasilkan dari
berbagai negara, seperti :
BMC (Bouxit Midrex Coated) dari negara Brazil
CMP (Chili Mineral Pellet) dari negara Chili
CVG (Compania Venezuelana De Bullana Venezuela) dari negara
Venezuela
CVRD (Companioa Valedo Rio Doce) dari negara Brazil
GIIC (Gulf Industrial Invesment Company) dari negara Bahrain
KUDREMUK dari negara India
LKAB (Lussavara Kiiruna Vaara Aktif Bolag) dari negara Swedia
LOB (Lump Ore Belitung) dari Indonesia
LOF (lump Ore Ferteco) dari Brazil
SAMARCO (Samitri Y Marcona) dari negara Brazil
LOS (Lump Ore Sebuku) dari negara Indonesia
SGR (Sponge Gagal Reduksi) lokal atau dari Krakatau Steel.
2) Gas Alam (Natural Gas)
Natural gas akan direaksikan dengan sistem perbandingan tertentu
menggunakan metode thermokatalis, sehingga terbentuk gas reformer yang
siap digunakan sebagai gas proses untuk mereduksi bijih besi. Natural gas
yang digunakan disuplai dari Pertamina dan PGN dengan menggunakan pipa
-pipa bawah tanah.
Jurusan Teknik Mesin 22Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Karakteristik Bahan Baku
Karakteristik bahan baku proses direct reduction berupa chemical,
physical, dan metallurgical properties yang dibedakan berdasarkan tipenya.
Tipe Bahan Baku (Iron Ore)
Iron ore yang digunakan pada proses direct reduction tipe moving bed
dapat berupa iron ore pellet dan lump ore. Iron ore pellet diperoleh dari
pabrik pelletizing plant dimana memiliki karakteristik tertentu seperti higher
concentration, spherical shape, appropriate size, sehingga memberikan
performance yang lebih baik. Sementara lump ore merupakan bahan baku
yang diperoleh langsung dari tambang yang hanya melalui proses crushing
menjadi ukuran tertentu, sehingga bentuknya seringkali tidak beraturan.
Karena proses pembuatannya, harga lump ore relatif lebih murah dari iron
ore pellet. Beberapa pabrik menunjukan perbaikan biaya produksi dengan
menggunakan lump ore sebagai bahan campuran bahan baku sampai pada
persentase tertentu.
Sifat Kimia
Tipikal komponen dari iron ore adalah hematite, magnetite, dan
gangue. Gangue adalah material padatan inert yang tidak ikut dalam reaksi
reduksi dan komponen utamanya adalah CaO, MgO, SiO2, dan Al2O3.
Disamping itu, iron ore juga mengandung phosphore (P), sulfur (S), sodium
(Na), Potassium (K), dan senyawa-senyawa lain dalam jumlah kecil.
Sifat Fisik dan Metallurgi
Berdasarkan penelitian dan pengalaman, ada beberapa sifat fisik dan
metallurgi yang berkorelasi terhadap performance proses, yang pada
akhirnya menentukan produktivitas dan kualitas.
1. Sticking tendency
Salah satu problem serius yang ada pada proses direct reduction
adalah terbentuknya agglomerasi atau yang biasa dikenal dengan sticking di
dalam reaktor. Problem ini menyebabkan operasi reduksi harus dilakukan
pada temperatur rendah, yang dapat menurunkan produktivitas. Beberapa
faktor penyebab agglomerasi adalah total iron content, swelling tendency,
dan size distribution. Faktor-faktor tersebut berasal dari bahan baku. Faktor-
Jurusan Teknik Mesin 23Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
faktor lain yang menyebabkan agglomerasi berkaitan dengan kondisi proses
reduksi adalah temperatur operasi, flow gas pereduksi, dan komposisi gas
pereduksi.
2. Swelling Tendency
Beberapa mineral memiliki kecenderungan untuk mengembang atau
membesar volumenya saat direduksi pada temperatur yang tinggi. Dampak
sifat ini adalah sama dengan sticking tendency, dimana akan terjadi problem
agglomerasi.
3. Ore disintegration/fines generation
Pembentukan fines yang disebabkan oleh reaksi reduksi disebut
sebagai ore disintegration. Produksi fines dapat menyebabkan pressure drop
yang tinggi di dalam bed dan channeling gas pereduksi sehingga
mendapatkan kualitas produk yang tidak uniform. Disamping itu, ore
disintegration juga dapat menurunkan net production.
4. Mechanical strength
Iron juga harus memiliki mechanical strength yang cukup agar tidak
banyak terdesintegrasi menjadi fines pada saat dihandle, mulai dari
manufacture, selama di perjalanan, hingga sampai masuk ke dalam reaktor.
5. Ore size distribution
Ukuran partikel yang homogen sangat diharapkan untuk mencegah
channeling gas pereduksi. Ukuran yang terlalu kecil < 10 mm dapat
menyebabkan problem high pressure drop, disamping itu juga berpotensi
menyebabkan agglomerasi. Sedangkan ukuran yang terlalu besar > 16 mm
menyebabkan difusi gas pereduksi ke dalam partikel menjadi sulit sehingga
waktu yang diperlukan untuk reduksi menjadi lebih lama. Ukuran iron ore
yang optimal direkomendasikan adalah 10 – 16 mm.
6. Reducibility
Reducibility iron ore adalah kemudahan iron oxide untuk direduksi
menghasilkan iron dengan menggunakan gas pereduksi. Produktivitas proses
direct reduction sangat dipengaruhi oleh reducibility, oleh karena itu sifat ini
penting untuk diketahui. Beberapa faktor yang mempengaruhi reducibility
adalah komposisi kimia, porositas, dan ukuran iron ore.
Jurusan Teknik Mesin 24Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
3.2 Iron Ore Handling
Fungsi iron ore handling adalah untuk menerima, menyimpan, dan
mempersiapkan iron ore dan kemudian mengirimkan ke reaktor dengan
kualitas dan kuantitas yang baik untuk keperluan operasi proses produksi.
Secara umum, iron ore handling terdiri dari sistem penerima, penyimpan,
pengklasifikasi, pencampur, pengayak, pelapis, penimbang, dan penghisap
debu iron ore.
Penerimaan, penyimpanan, dan klasifikasi iron ore
Iron ore diterima dari pelabuhan dengan jumlah sesuai Bill of Lading
(BL) yang diverifikasi berdasarkan Draff Survey (DS). Iron ore langsung
ditransfer dan disimpan di stockyard. Pabrik Besi Spons memiliki 4 stockyard,
yakni stockyard 1 dan 2 yang merupakan stockyard lama berkapasitas
masing-masing sekitar 1.500.000 ton, dan stockyard 3 dan 4 yang
merupakan stockyard baru berkapasitas masing-masing 100.000 ton. Iron ore
diklasifikasikan di stockyard berdasarkan rencana pemakaian bahan baku
reduksi. Karakteristik bahan baku didapat dari laboratorium SGS yang
digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemakaian bahan baku, baik murni
maupun campuran. Karakteristik bahan baku diperiksa ulang oleh
pengendalian kualitas dan laboratorium ristek sebagai bahan verifikasi.
Pencampuran iron ore
Bahan baku pabrik besi spons seringkali berasal dari beberapa sumber
yang berbeda, bahkan terkadang menggunakan lump ore sebagai bahan
campuran. Untuk keperluan ini, maka diperlukan fasilitas untuk
pencampuran bahan baku. Sistem pencampuran yang dilakukan tergantung
fasilitas yang dimiliki oleh setiap pabrik. Untuk menjamin homogenitas
campuran, sebaiknya pencampuran dilakukan menggunakan hopper. Setiap
hopper diisi dengan jenis iron ore yang berbeda dan pencampuran
dikendalikan dengan discharge gates menuju belt conveyor.
Di PT. Krakatau Steel, pencampuran dilakukan di stockyard dengan
membuat layer-layer. Sebagai contoh, jika akan mendapatkan campuran iron
ore pellet A dan B dengan komposisi masing-masing 50%, maka dibuat layer
Jurusan Teknik Mesin 25Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
iron ore pellet A di bagian bawah, kemudian iron ore pellet B ditumpukkan di
bagian atasnya sebagai layer bagian atas, masing-masing layer dibuat
beratnya sama.
Pengayakan iron ore
Persyaratan bahan baku dalam proses direct reduction adalah memiliki
ukuran yang sama (10 – 16 mm untuk pellet dan 10 - 19 mm untuk lump ore)
untuk mencegah terjadinya problem seperti high pressure drop, gas
channeling, dan agglomerasi di dalam reaktor. Sementara itu, iron ore
memiliki sifat terdesintegrasi menjadi fines (< 6 mm). Fines terbentuk selama
handling dari pabrik pembuatnya sampai masuk reaktor, bahkan sebagian
sudah terbentuk saat diproduksi, untuk itu diperlukan pengayakan.
Pelapisan iron ore / cement coating
Salah satu problem proses direct reduction HYL adalah terbentuknya
agglomerasi material di dalam reaktor yang dapat menyebabkan penurunan
produksi. Agglomerasi dapat disebabkan oleh faktor bahan baku dan faktor
pengaturan kondisi operasi. Untuk mengurangi problem tersebut, kualitas
bahan baku dapat ditingkatkan dengan menurunkan nilai sticking indexnya
melalui cara pelapisan iron ore atau iron ore coating. Sticking index iron ore
yang diharapkan maksimum 20%.
Bahan coating yang digunakan saat ini di PT. Krakatau Steel adalah
semen. Rasio pemakaian semen disesuaikan dengan jenis bahan baku yang
digunakan, namun rasio rata-rata yang digunakan adalah 1.8-2 kg semen/ton
iron ore. Pelapisan iron ore dilakukan dengan sistem kering, dimana semen
ditaburkan ke iron ore di atas belt conveyor kemudian diikuti dengan spray
air.
Jurusan Teknik Mesin 26Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Gambar 3.2 Proses Cement Coating
Penimbangan iron ore
Untuk mengetahui jumlah iron ore yang digunakan, pabrik besi spons
dilengkapi dengan alat ukur timbangan iron ore yang ditempatkan setelah
ayakan pertama dan sebelum unit pelapis iron ore. Sistem yang digunakan
menggunakan load cell dan merupakan timbangan dinamis. Untuk
mengetahui jumlah iron ore fines, digunakan timbangan statis, dimana iron
ore fines product dikirim ke timbangan menggunakan dump truck. Dengan
kedua model alat timbangan tersebut, jumlah pemakaian bahan baku, baik
gross maupun net dapat diketahui.
Penghisap debu iron ore
Penghisap debu atau dust collection merupakan kelengkapan yang
diperlukan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Sistem yang digunakan
adalah sistem kering (dry dedusting unit), dimana debu yang terbentuk
selama handling dihisap melalui pipa dan ditransfer ke dedusting station
yang di dalamnya terdapat filter. Keluar dari filter, debu iron ore ditransfer ke
iron ore fines bin dan dikumpulkan bersama-sama dengan iron ore fines
sebagai produk samping.
3.3 Proses Produksi
Proses Reformasi
Proses reformasi adalah proses reaksi antara natural gas dengan
steam dan menghasilkan gas reformer atau yang lebih dikenal dengan
gas proses. Reaksi tersebut terjadi dalam pipa – pipa katalis di
reformer.
Tahap-tahap pembuatan gas proses, antara lain :
1. Proses penghilangan fraksi berat
Gas yang berasal dari Pertamina masih mengandung berbagai
kontaminan, antara lain fraksi berat hidrokarbon, partikel cair, sulfur, dan
merkuri yang mengganggu proses berikutnya jika tidak dihilangkan.
Pada kondisi normal, sebuah reformer biasanya mengkonsumsi sekitar
20000 standard cubic metre per hour (scmh) dengan tekanan 13 kg/cm2 pada
temperatur 30 0C. Sebelum masuk ke reformer, gas alam terlebih dahulu
Jurusan Teknik Mesin 27Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
dimasukkan dalam K.O. drum untuk menghilangkan fraksi berat hidrokarbon
dan partikel cair. Di dalam tangki tersebut terdapat saringan yang tebuat dari
kawat baja untuk menyaring partikel cair dan padatan, sementara gas akan
melewati lubang saringan dan keluar melalui bagian atas tangki.
2. Proses penghilangan kandungan merkuri
Dari natural gas K.O. drum, gas alam dialirkan ke demecurizer dengan
tujuan untuk menghilangkan kandungan merkuri (Hg) yang merupakan
pengotor. Proses ini dilakukan dengan melewatkan gas alam ke dalam tangki
yang mengandung carbon active, saringan, dan deflektor. Carbon active
berfungsi menyerap merkuri, saringan untuk menyaring kotoran gas, dan
deflektor berfungsi untuk mencegah terjadinya turbulensi gas alam. Gas alam
keluar lewat bagian atas, sedangkan kotoran dibuang lewat bagian bawah.
3. Proses penghilangan sulfur
Setelah keluar dari demecurizer, gas dialirkan menuju desulfirizer
untuk menghilangkan kandungan sulfur. Adanya sulfur akan mengganggu
fungsi katalis pada pembentukan gas proses di reformer sehingga
menurunkan konversi reaksi pembentukan gas proses. Proses ini dilakukan
dengan melewatkan gas alam melalui bagian atas tangki yang berisi ZnO
yang berfungsi mengikat sulfur.
4. Proses reformasi / pembentukan gas proses
Gas alam dari unit desulfirizer dengan tekanan 10 kg/cm2 dan
temperatur 30 0C, selanjutnya dicampur dengan steam yang bertekanan 17,5
kg/cm2 dan temperatur 273 0C di dalam mix point untuk dimasukkan
reformer. Dari mix point, campuran gas tersebut dipanaskan pada paket-
paket pipa mixture gas preheater yang terdapat di convection section
reformer sampai temperatur 400 oC, dengan tujuan mengurangi beban
pemanasan yang diberikan pada radiant section. Selanjutnya gas menuju ke
pipa-pipa katalis di dalam radiant section reformer. Di sini campuran gas
alam dan steam dipanaskan sampai temperatur sekitar 900 - 1000 oC dan
akan terjadi reaksi antara gas alam dengan steam tersebut dan didapat gas
proses bertekanan 7 kg/cm2 dan temperatur 830 0C .
Komposisi Parameter (% mol)
Jurusan Teknik Mesin 28Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
H2 70,44 %
CO 12,96 %
CO2 0,46 %
CH4 6,5 %
N2 9,64 %
Tabel 3.1. Komposisi Gas Proses dari reformer
Reformer dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu
radiant section dan convection section. Radiant section terdiri dari enam
baris pipa-pipa katalis dimana masing-masing baris terdiri dari 54 pipa serta
tujuh baris burner dimana masing-masing baris terdiri dari 20 burner.
Convection section terdiri dari ID Fan dan paket-paket pipa, yaitu 1 paket
pipa water preheater, 1 paket pipa steam drum, 3 paket pipa boiler, dan 1
paket pipa gas mixture preheater.
Proses reformasi yang digunakan pada proses HYL di PT. Krakatau
Steel dikenal dengan proses Steam Reforming, yang pada dasarnya
merupakan konversi katalitik hidrokarbon dan steam menjadi hidrogen (H2)
dan carbon monoksida (CO). Hidrokarbon berasal dari natural gas yang
sebagian besar terdiri dari methane disertai sejumlah kecil ethane, propane,
butane, pentane, dan nitrogen.
Reaksi utama yang terjadi dalam proses reformasi adalah sebagai
berikut :
CH4 + H20 CO + 3H2 (1)
CO + H20 CO2 + H2 (2)
Reaksi reformasi terjadi pada temperatur tinggi (800 - 850 °C) dan
tekanan 6 - 8 kg/cm2 dengan bantuan katalisator nikel. Katalis umumnya
berbentuk raschig rings yang diisikan ke dalam catalyst tubes (pipa katalis
dengan material paduan 20Cr dan 25Ni). Umur katalis ditentukan oleh
hilangnya aktivitas katalis yang tergantung pada kondisi operasi, perubahan
temperatur secara mendadak, dan lain-lain. Namun faktor utama yang
berpengaruh terhadap umur katalis adalah keracunan oleh sulfur atau
Jurusan Teknik Mesin 29Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
SOUR GAS 290 – 370 oC290 – 370 oC
Zn OSULFUR ABSORBENT
DESULFURIZED GAS
COMOX OR NIMOXHYDRODESULFURIZATIONREACTOR
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
deposit karbon yang menyebabkan berkurangnya active surface dari katalis.
Oleh karena itu, natural gas sebelum digunakan untuk reformasi dibersihkan
terlebih dahulu dari kandungan sulfurnya. Hidrogen sulfida dan komponen
sulfur reaktif dapat dihilangkan dari natural gas dengan cara adsorpsi
menggunakan carbon active atau absorpsi menggunakan hot zinc oxide atau
iron oxide. Komponen nonreactive sulfur di datam natural gas dapat
dihilangkan melalui cara hidrogenasi menjadi H2S menggunakan katalis
comox atau nimox diikuti absorpsi menggunakan hot zinc oxide, seperti
terlihat pada gambar 3.2. Aplikasi yang ada di pabrik besi spons saat ini
menggunakan carbon active dan zinc oxide.
ACTIVATED CARBON INSTALLATION
ZINC OXIDE INSTALLATION
Gambar 3.3 Installation
Berkurangnya aktivitas katalis dapat dideteksi dari kandungan methane yang
Jurusan Teknik Mesin 30Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
To Reduction Section HYL III
Deaerator279-L
BFW Tank278-F
231-J
232-J
234-J
Steam Drum255-F
Fuel Gas
Conv.Section
RadiantSection
KO Drum421-F
H2O
MixPoint
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
masih terdapat pada reformed gas atau dari temperatur dinding pipa katalis.
Bila dalam proses reformasi, CH4 dan CO ada dalam campuran reaksi,
maka akan memungkinkan terjadinya deposit karbon di katalis. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut :
1. Reaksi cracking CH4
CH4 → C + 2H2
2. Reaksi bounduard
2CO → C + CO2
3. Reaksi water gas shift heterogeneous
CO + H2 → C + H2O
Ketiga reaksi di atas harus dihindari karena deposit karbon di katalis dapat
menurunkan efisiensi dari katalis tersebut. Untuk menghindari terjadinya
deposit karbon pada katalis, maka diperlukan excess steam. Pada umumnya,
proses reformasi pada reformer PT. Krakatau Steel, steam karbon rasio yang
dipakai adalah 1,8 sampai dengan 2,2.
5. Proses pendinginan gas proses
Gas proses dengan temperatur sekitar 830 oC dicampur di effluent
chamber dan selanjutnya gas proses itu didinginkan di waste heat boiler
sampai temperatur 230 oC. Pada waste heat boiler, disamping terjadi
pendinginan gas proses dari temperatur 830 – 230 oC, terjadi pula
pemanasan air sehingga diproduksi steam yang selanjutnya steam tersebut
ditampung di steam drum. Gas proses dengan temperatur 230 oC didinginkan
kembali pada reformer quench orifice sampai temperatur 65 oC dan
selanjutnya gas tersebut dimasukkan ke quench tower untuk didinginkan lagi
sampai temperatur 38 oC.
Jurusan Teknik Mesin 31Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap reaksi reformasi :
1. efektivitas penyerapan panas kedalam sistem karena reaksi reformasi
adalah Endo
2. kecepatan gas yang menentukan waktu tinggal di dalam katalis
3. karakteristik katalis seperti particle size, porositas, ukuran pori, dan area.
Gas Heater
Gas heater merupakan alat untuk memanaskan gas pereduksi yang
terdiri dari gas reformer dan recycled gas hingga temperatur 933°C melalui
proses pemanasan langsung. Instalasi ini terdiri dari tiga bagian besar yakni
bagian radiasi, konveksi, dan transfer line.
Daerah konveksi merupakan daerah pemanasan awal dari gas-gas
pereduksi dengan memanfaatkan panas dari flue gas yang terbagi atas
empat koil. Antara koil satu dengan yang lain memiliki temperatur yang
berbeda, mulai dari yang paling atas adalah koil empat terus turun ke bawah
hingga koil satu di mana temperaturnya akan semakin naik seiring dengan
turunnya posisi koil. Dengan pertimbangan inilah maka pipa yang dipakai
untuk pipa convection section adalah sebagai berikut:
Coil 1 dibuat dari Stainless Steel tanpa fin
Coil 2 dibuat dari Stainless Steel tanpa fin
Coil 3 dibuat dari Carbon Steel A106 Grade B dengan material fin 13Cr
Coil 4 dibuat dari Carbon Steel A106 Grade B dengan material fin sama
dengan material pipa.
Jurusan Teknik Mesin 32Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Gas pereduksi dialirkan melalui pipa dan dipanaskan secara konveksi
di tiap-tiap koil. Selanjutnya gas dialirkan menuju saluran crossover yang
mengalirkannya masuk ke pipa-pipa di daerah radiasi.
Daerah radiasi merupakan bagian terpenting dalam instalasi ini karena
fungsinya menyediakan panas yang dibutuhkan untuk seluruh instalasi.
Daerah ini terdiri dari dua ruang pembakar di mana di tiap-tiap ruang
pembakar terpasang 36 pembakar berbahan bakar Tail gas dan Gas alam( 24
pembakar dengan intensitas sedang dan 12 pembakar dengan intensitas
besar ).
Setelah melalui pipa-pipa radiasi tersebut maka gas temperatur tinggi
ini dialirkan menuju Transfer Line (pipa utama yang menjadi tempat
penyaluran gas reduksi ke dalam reaktor) disertai dengan pemberian aliran
O2 untuk meningkatkan temperatur gas pereduksi. Sedangkan sisa
pembakaran (flue gas) akan ditarik keluar melalui convection section menuju
flue stack.
Charge System
Charge System merupakan proses pemasukan iron ore ke dalam
reaktor. Iron ore dimasukkan dari day bin dengan menggunakan flexowell
conveyor, kemudian dimasukkan ke dalam iron ore loading bin dengan
menggunakan valve hidrolik. Selama iron ore loading bin dalam proses
pengisian, iron ore pressurized bin harus dalam keadaan kosong dan
tekanannya sama dengan tekanan atmosfer. Setelah iron ore yang ada
didalam loading bin mencapai ketinggian tertentu, maka level sensor akan
mengirimkan sinyal sehingga lubricated plug valve akan terbuka. Setelah
plug valve terbuka penuh, maka solid cut-off valve terbuka.
Setelah kedua valve terbuka, iron ore masuk kedalam iron ore
pressurized bin. Pada saat ketinggian yang ditentukan telah tercapai, maka
solids cut-off valve akan tertutup, kemudian lubricated plug valve tertutup.
Agar iron ore dapat masuk kedalam reaktor, maka tekanan di pressurized bin
harus sama dengan tekanan didalam reaktor. Oleh karena itu, dialirkan gas
N2 kedalam pressurized bin. Setelah tekanan di pressurized bin sama dengan
tekanan reaktor, maka lubricated plug valve terbuka, kemudian solids cut-off
Jurusan Teknik Mesin 33Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
valve terbuka. Iron ore masuk kedalam iron ore feeding bin. Setelah
pressurized bin kosong, maka lubricated plug valve tertutup, kemudian solids
cut-off valve tertutup. Gas N2 keluar dari pressurized bin.
Iron ore yang masuk kedalam iron ore feeding bin, dengan dibantu
oleh shock blower. Fungsi shock blower disini selain untuk membantu iron ore
masuk kedalam reaktor juga untuk membersihkan debu bercampur semen
yang masih ikut dengan iron ore. Debu bercampur semen ini memiliki
kemungkinan besar untuk mengendap sehingga harus dibersihkan supaya
tidak mengendap dan menyumbat saluran leg iron ore feeding bin.
Gambar 3.5 Charge System
Proses Reduksi
Di dalam proses direct reduction, reaksi utama yang terjadi adalah
reaksi reduksi dengan menggunakan gas hidrogen dan carbon monoxide
sehingga membentuk iron. Disamping itu, juga terjadi reaksi karburisasi pada
saat proses pendinginan iron. Proses reduksi merupakan proses perubahan
bijih besi (iron ore) menjadi besi spons (direct reduced iron atau DRI).
Reduksi berlangsung oleh adanya gas pereduksi hidrogen (H2) dan carbon
monoxide (CO). Gas pereduksi diperoleh dari reformasi gas alam. Reduksi
iron oxide berlangsung di dalam reaktor HYL-III dimana gas pereduksi panas
mengalir dari bawah secara counter current dengan aliran iron oxide yang
bergerak ke bawah. Reaktor HYL-III menggunakan bentuk reaktor yang
terbagi atas tiga bagian, yaitu reduction zone, isobaric zone, dan cooling
zone.
Reduction zone terletak di bagian atas reaktor, tempat terjadinya
reaksi reduksi bijih besi oleh gas reduktor. Gas pereduksi yang keluar dari
Jurusan Teknik Mesin 34Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
heater, masuk melalui bagian bawah reduction zone dan keluar lewat bagian
atas.
Gas pereduksi yang keluar dari reaktor akan di-recycle untuk bisa
dipakai mereduksi lagi. Gas pereduksi bertemperatur 405°C keluar melalui
outlet reaktor menuju quench orifice untuk didinginkan dengan aliran air
pendingin dari cooling tower. Pada instalasi ini terbentuk campuran gas-air
bertemperatur 65°C yang selanjutnya akan dialirkan menuju reduction
quench tower.
Pada reduction quench tower, reduction mixture akan dialirkan melalui
venturi dimana terdapat dua saringan, chevron pad di bagian bawah dan
mesh pad di bagian atas. Aliran reduction mixture yang berasal dari bawah
ke atas akan melalui Chevron pad di mana pengotor yang berukuran
minimum 58 μm akan tersaring. Selanjutnya mixture akan melalui meshpad
yang akan menyaring pengotor berukuran minimum 5 μm. Selama mixture
mengalir ke atas, air pendingin dialirkan untuk menurunkan temperatur
mixture hingga 40°C.
Kemudian mixture akan disaring dan dipisahkan antara fase cair dan
fase gas-nya di reducing gas K.O drum. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari terjadinya kavitasi ataupun korosi pada kompresor. Selanjutnya
gas disaring pada filter dan dicompress untuk kemudian dihilangkan
kandungan Karbondioksidanya di CO2 absorber. Setelah itu akan bergabung
dengan gas reformed gas yang akan dialirkan ke reduction gas heater.
Jurusan Teknik Mesin 35Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Gambar 3.6 Siklus gas pereduksi
Isobaric zone merupakan transition zone yang memisahkan reduction
zone dengan cooling zone sehingga aliran gas pereduksi tidak bercampur
dengan gas pendingin.
Cooling zone merupakan daerah yang terletak di bagian bawah
reaktor, berbentuk kerucut yang berfungsi untuk pendinginan spons yang
dihasilkan di reduction zone. Pada zona ini terjadi proses karburasi dan
pendinginan besi spons. Pada bagian bawah cooling zone terdapat rotary
valve yang berfungsi mengatur laju pengeluaran besi spons. Terdapat dua
buah cluster breaker yang terletak di atas rotary valve yang mempunyai
silinder hidrolik yang digunakan untuk memecahkan gumpalan yang sering
terbentuk akibat debu dan fines pellet.
Gas yang dipakai untuk pendinginan di cooling zone adalah gas alam
yang sebelumnya telah mengalami demercurizing dan desulphurizing. Gas
alam dialirkan melalui saluran inlet dan dikeluarkan melalui cooling plenum.
Selama mengalir, gas pendingin akan mereduksi temperatur pellet. Gas
bertemperatur 489°C yang keluar dari cooling zone akan disalurkan menuju
cooling orifice dan didinginkan dengan aliran air hingga temperatur 65°C.
Jurusan Teknik Mesin 36Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Selanjutnya gas pendingin dialirkan ke cooling gas quench tower untuk
disaring dan didinginkan hingga temperatur 40°C. Instalasi ini memiliki
susunan yang sama dengan reduction quench tower dimana terdapat
chevron pad dan mesh pad sebagai penyaring kotoran dengan kemampuan
saring hingga 5μm. Setelah mengalami proses penyaringan dan pendinginan
maka gas pendingin yang berupa uap akan dipisahkan fase gas dan cair-nya
pada cooling gas K.O drum. Proses filtrasi dilakukan atas gas pendingin
setelah gas keluar dari cooling gas K.O drum kemudian baru dipompakan
kembali ke dalam reaktor dengan sedikit ditambah gas alam.
Gambar 3.7 Siklus cooling gas
Pabrik HYL-III memiliki Unit CO2 absorber sehingga aliran gas pereduksi
yang keluar reaktor dapat disirkulasi kembali tanpa mengandung banyak
CO2. Gas yang telah dingin dilewatkan CO2 absorber, lalu dialirkan ke K.O.
drum dengan menggunakan larutan Ucarsol. Gas ini selanjutnya dicampur
dengan make-up gas reformer sebelum masuk heater, dan diinjeksikan DMDS
(dimethyl disulfide) untuk melindungi pipa-pipa gas heater dari proses metal
dusting. Gas keluar ini kemudian disirkulasi kembali untuk berbagai
kebutuhan, di recycle ke reaktor, digunakan sebagai bahan bakar dan
sebagian lagi dibuang setelah melewati H2S incinerator.
Jurusan Teknik Mesin 37Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Secara termodinamika, reaksi reduksi bijih besi merupakan reaksi
kesetimbangan antara oksida besi dengan gas reduksi. Berikut adalah
beberapa reaksi reduksi bijih besi dengan menggunakan gas reduksi H2 atau
CO. Reaksi reduksi terjadi pada temperatur di atas 570 oC.
Reaksi dengan H2 :
3Fe2O3 + H2 → 2Fe3O4 + H2O (1) ∆H = -2800
Kcal/mol
Fe3O4 + H2 → 3FeO + H2O (2) ∆H= -18500
Kcal/mol
FeO + H2 → Fe + H2O (3) ∆H = -5700 Kcal/mol
Keseluruhan menjadi :
Fe2O3 + 3H2 → 2Fe + 3H2O
Reaksi (1), (2), (3) bersifat eksotermis, secara keseluruhan pada
temperatur kamar reaksi reduksi dengan H2 bersifat eksotermis.
Reaksi dengan CO :
3Fe2O3 + CO → 2Fe3O4 + CO2 (4) ∆H = -
12638Kcal/mol
Fe3O4 + CO → 3FeO + CO2 (5) ∆H= 8664
Kcal/mol
3FeO + CO → Fe + CO2 (6) ∆H = 4536 Kcal/mol
Keseluruhan menjadi :
Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2
Reaksi (4) bersifat eksotemis sedangkan reaksi (5) dan (6) endotermis.
Reaksi reduksi dengan CO bersifat endotermis.
Wustite adalah senyawa metastabil yang terbentuk pada tempuratur di
bawah 570 oC, sehingga reaksi reduksi yang terjadi pada temperatur ini
adalah :
3Fe2O3 + H2/CO → 2Fe3O4 + H2O/CO2 (7)
Fe2O3 + H2/CO → 2Fe + H2O/CO2 (8)
Reaksi (7) dan (8) menggambarkan kesetimbangan antara komposisi
gas CO/CO2 dan H2/H2O serta hubungannya dengan temperatur pada proses
reduksi bijih besi.
Jurusan Teknik Mesin 38Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Kinetika reaksi reduksi bijih besi biasanya dihubungkan dengan
kecepatan reaksi antara oksida besi dengan gas reduktor yang mana dalam
prakteknya berkaitan dengan produktifitas. Baik secara teori maupun dari
pengalaman, diketahui bahwa kinetika reaksi bijih besi sangat dipengaruhi
oleh tekanan dan temperatur.
Temperatur, merupakan variabel yang sangat dominan pengaruhnya
terhadap kinetika reaksi. Pada temperatur tinggi kecepatan reduksi tinggi
dan pada temperatur rendah kecepatannya menjadi rendah. Dengan
hubungan seperti ini, maka dapat dikatakan bahwa proses reduksi langsung
akan lebih produktif apabila temperatur operasi lebih tinggi.
Gambar 3.8 Diagram kesetimbangan reduksi Fe dengan CO
Jurusan Teknik Mesin 39Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Gambar 3.9 Diagram Kesetimbangan reduksi Fe dengan H2
Tekanan, pengaruhnya sangat besar terhadap jalannya proses.
Dengan semakin besarnya tekanan, maka reaksi akan berjalan dengan baik.
Dengan hubungan seperti ini, maka proses reduksi langsung akan lebih
produktif apabila tekanan operasi lebih tinggi.
Pada reduction zone, gas proses dengan temperatur 935 oC yang
datang dari gas heater ke reaktor melalui reduction plenum, gas tersebut
didistribusikan secara merata di sekitar plenum dan masuk ke reaktor serta
mengalir ke atas berlawanan arah dengan arah aliran bijih besi pellet.
Satu hal yang sangat penting untuk mendapatkan hasil operasi reaktor
yang baik adalah aliran material di dalam reaktor selalu bergerak perlahan-
lahan ke bawah yang dikendalikan oleh rotary valve.
Untuk mendapatkan proses reduksi yang baik, maka diperlukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Aliran reducing dan cooling gas di dalam reaktor yang tetap
2. Campuran bijih besi yang baik
3. Spesifikasi bijih besi yang baik (kimia, fisika, dan metalurginya)
Jurusan Teknik Mesin 40Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
4. Efisiensi yang baik dari screen bijih besi pellet
5. Bijih besi pellet yang sudah dilapisi semen (cement coating
system).
Proses Karburisasi
Di dalam proses direct reduction, disamping membentuk reduced iron
juga penting untuk membentuk deposit karbon dalam jumlah tertentu yang
dibutuhkan oleh steel making. Pembentukan karbon terjadi sebagai hasil dari
reaksi karburisasi.
Reaksi karburisasi dapat terjadi karena adanya gas CO dan CH4, seperti
berikut :
1. Karburisasi dengan CO
Reaksi karburisasi dengan CO merupakan reaksi eksotermis, secara
thermodinamika efektif terjadi pada temperatur 500 – 700 oC.
3Fe + 2CO Fe3C + CO2 (16)
2CO C + CO2 (17)
CO + H2 C + H2O (18)
Produk reaksi (16) adalah senyawa karbon yang bergabung dengan iron yang
dikenal sebagai iron carbide atau cementite (Fe3C). Sedangkan produk reaksi
(17) dan (18) adalah free carbon (graphite) yang terdeposit pada direct
reduced iron (DRI).
2. Karburisasi dengan CH4
Thermodinamika dan kinetika reaksi menunjukkan bahwa karburisasi
dengan CH4 merupakan reaksi endotermis, sehingga kecepatan reaksi yang
tinggi akan didapat pada temperatur tinggi (sekitar 900 oC).
3Fe + CH4 Fe3C + 2H2 (19)
CH4 C + 2H2 (20)
3.4 Penyerapan Gas CO2
Sistem penyerapan gas CO2 secara umum terlihat pada gambar 4.3.
Sistem panyerapan gas CO2 terletak pada reduction circuit, yang secara garis
besar terdiri dari absorption tower, stripping tower, heat exchanger, dan alat-
alat auxiliary. Gas pereduksi yang berasal dari recycle compressor
Jurusan Teknik Mesin 41Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
dimasukkan ke bagian bawah absorber dan bergerak ke atas di dalam
absorber counter current dengan larutan penyerap.
Larutan penyerap yang digunakan saat ini di PT. Krakatau Steel adalah
Methyl Diethonal Amine (MDEA) dengan konsentrasi 50%. Kandungan CO2
dari gas pereduksi diserap ke dalam larutan penyerap, selanjutnya
decarbonated reducing gas direcycle untuk digunakan lagi sebagai gas
pereduksi. Larutan penyerap yang kaya akan CO2 dipanaskan melalui heat
exchanger kemudian dikirim ke stripper untuk dilepaskan CO2-nya. Operasi di
stripper memerlukan temperatur tinggi dan itu disuplai oleh boiler yang
menghasilkan saturated steam 1,7 kg/cm2 dengan temperatur 113,6°C.
Larutan penyerap yang bersih dari CO2 kemudian direcycle kembali sebagai
larutan penyerap.
Sedangkan CO2 yang telah dilepaskan Amine dikumpulkan dan
dialirkan ke kondenser. Uap yang terdiri dari fase gas Karbondioksida dan
fase cair Amine dialirkan kondenser menuju karbondioksida K.O drum untuk
dipisahkan antara fase cair dan fase gas-nya. Gas karbondioksida dialrkan
melalui pipa untuk dimanfaatkan kembali sedang fase cair yang berupa
Amine dikumpulkan dan dipompa ke dalam Stripping tower untuk bergabung
dengan larutan Amine yang lain.
Jurusan Teknik Mesin 42Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
LEAN GAS
CO2
CONDENSER
STRIPINGTOWER
SATURATEDSTEAM
REBOILER
CONDENSATE
LEAN SOLUTIONRICH SOLUTION
RICH GAS
ABSORPTIONTOWER
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Gambar 3.10. Sistem Absorpsi
3.5 DRI Handling
Fungsi DRI handling adalah untuk menerima, mempersiapkan, dan
menyimpan DRI untuk kemudian mengirimkan ke Steel Making yaitu ke Billet
Jurusan Teknik Mesin 43Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Steel Plant, Slab Steel Plant I, dan Slab Steel Plant II. Saat ini pengiriman DRI
ke SSP II dapat dilakukan langsung dari pabrik HYL-III tanpa melalui gudang.
Secara umum, DRI handling terdiri dari sistem penerima, penimbang,
pengukur temperatur, pendingin, penyimpan, dan penghisap debu DRI.
DRI Handling Keluar dari HYL-III
Untuk menjamin kontinuitas DRI yang keluar dari reaktor HYL-III, DRI
handling dilengkapi dengan discharge bin yang beroperasi secara bergantian
untuk menjaga tekanan reaktor.
Pellet yang telah direduksi (besi spons) akan keluar dari cooling zone
dengan bantuan rotary valve. Fungsi utamanya adalah mengatur volume
aliran besi spons. Untuk menghindari adanya penumpukan besi spons saat
dikeluarkan maka digunakan dua product discharge pressurized bins. Pellet
keluar dari cooling zone melalui rotary valve yang kemudian diatur arah
aliran pelletnya dengan menggunakan diverter valve yang akan
mengarahkan pellet ke kedua bin secara bergantian.
Sebelum pellet masuk ke dalam bins maka tekanan di dalam bins
harus dinaikkan sesuai dengan tekanan reaktor yakni sekitar3,7 sampai 3,9
kg/cm untuk menghindari terjadinya shock pressure. Peningkatan tekanan
dalam bin dilakukan dengan memasukkan gas N2. Setelah tekanan tercapai
maka valve pemasok gas inert akan tertutup dan memberi perintah kepada
lubricated plug valve untuk membuka. Kemudian baru manual lubricated
valve membuka untuk meneruskan pellet masuk ke dalam bin.
Pressurized bins dilengkapi dengan sensor level yang mengatur
volume bins. Saat volume penuh (high level) maka manual lubricated plug
valve akan menutup dan selanjutnya lubricated plug valve juga menutup.
Langkah selanjutnya adalah menurunkan kembali tekanan di dalam bins agar
sesuai dengan tekanan atmosfer sebelum besi spons dikeluarkan. Setelah
tekanan turun dan valve gas inert menutup maka akan dikirim signal ke
lubricated plug valve untuk membuka diikuti oleh solid cut off plug valve.
Pellet akan mengalir keluar dan ditampung oleh material handling untuk
diseleksi dan didistribusikan. Proses yang sama juga terjadi di pressurized
bins lainnya secara bergantian.
Jurusan Teknik Mesin 44Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Gambar 3.11 Discharge System
Selanjutnya, DRI langsung ditimbang untuk mengendalikan kondisi
proses. DRI kemudian diukur temperaturnya dengan menggunakan sistem
infrared. Pengukuran temperatur dilakukan secara bertingkat yaitu primary
sensor dan secondary sensor. DRI yang memiliki temperatur > 60 oC tidak
diijinkan untuk diproses lebih lanjut, sehingga akan dikeluarkan dari jalur
melalui three way chute menuju ke emergency dump (patio). DRI yang
memiliki temperatur < 60 oC dikirim ke screening station untuk diayak. DRI
yang berukuran < 3 mm ditransfer ke DRI fines bin untuk dijual sebagai
produk samping, sedangkan DRI yang berukuran > 3 mm dikirim langsung ke
SSP II atau ke gudang penyimpanan.
DRI Handling Menuju Gudang dan Steel Making
DRI dari HYL-III dikirim ke BSP melalui Gudang I, dikirim ke SSP I
melalui Gudang II, dan dikirim ke SSP II melalui Gudang III atau dapat
langsung ke SSP II. Kapasitas Gudang I sekitar 10.000 ton, Gudang II sekitar
20.000 ton, dan Gudang III sekitar 60.000 ton. Pengiriman DRI dari HYL-III
langsung ke SSP II melalui dua sensor temperatur. Primary sensor memiliki
batasan temperatur maksimal 60 oC dan secondary sensor memiliki batasan
Jurusan Teknik Mesin 45Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
temperatur maksimal 50 oC. DRI yang panas akan didinginkan terlebih dahulu
di Cooling Building II. Pengakuan produksi DRI dari HYL-III yang langsung
menuju ke SSP II ditimbang dengan menggunakan timbangan dinamis 417V.
Penghisap Debu DRI
DRI Dedusting Unit atau penghisap debu DRI dipasang untuk menjaga
kebersihan lingkungan. Sistem yang digunakan adalah sistem basah (wet
dedusting unit), dimana debu yang terbentuk selama handling dihisap
melalui pipa dan ditransfer ke dedusting station yang didalamnya terdapat
spray water. Keluar dari dedusting station, debu DRI bersama-sama dengan
air membentuk slurry yang selanjutnya dikirim ke clarifier.
3.6 Karakteristik Produk
Besi Spons
Produk utama yang dihasilkan oleh PT. Krakatau Steel dari proses
reduksi adalah Direct Reduced Iron (DRI) atau lebih dikenal sebagai besi
spons. Besi spons yang diperoleh dari proses reduksi langsung, memiliki
bentuk yang sama dengan iron ore pellet, tetapi berbeda dalam
komposisinya. Selama proses reduksi langsung, tidak terjadi proses
peleburan yang merubah bentuk iron ore pellet secara fisik, melainkan hanya
terjadi pengurangan kadar O2 dalam iron ore pellet sehingga besi spons
memiliki berat jenis yang lebih ringan dari iron ore pellet.
Besi spons sebagai bahan baku pembuatan baja mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain:
1. Komposisi homogen dan dapat diketahui dengan pasti
2. Kandungan fosfor dan sulfur yang kecil
3. Mudah diangkut dan harganya murah
Karakteristik Persentase (%)
Total Fe 88 – 94
Metalik Fe 76 – 82
Metalisasi 86 – 94
Jurusan Teknik Mesin 46Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Total Karbon 1,8 – 2,5
FeO 6 – 15
Tabel 3.2 Komposisi Besi Spons
Fines Spons
Sama halnya dengan iron ore pellet, pada besi spons yang dihasilkan
dilakukan screening untuk memisahkan besi spons dengan ukuran tertentu.
Besi spons dengan ukuran diameter lebih kecil dari 6 mm disebut fines spons.
Fines harus dipisahkan dari spons karena memantulkan jilatan api di sistem
charging steel making. Fines spons dan DRI dust diolah di palletizing plant
yang dibangun pada tahun 2007 untuk memperoleh ukuran yang diinginkan
kemudian dilebur di SSP dan BSP.
Gambar 3.12 pelletizing plant
3.7 Water Treatment Process
Jurusan Teknik Mesin 47Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Dalam keseluruhan proses di Pabrik Besi Spons tentunya tidak bisa
dipisahkan dari peranan air yang memegang peranan vital pada proses
pendinginan. Air pendinginan terbagi dalam dua kategori yakni air pendingin
proses dan air pendingin peralatan pendukung proses.
Pabrik besi spons dengan teknologi HYL III memiliki dua instalasi
cooling tower yang terdiri dari equipment cooling tower dan process cooling
tower. Cooling tower berfungsi untuk mendinginkan air yang telah digunakan
dalam proses produksi.
Equipment cooling tower mengalirkan air yang telah mengalami proses
pendinginan ke seluruh peralatan penunjang proses, diantaranya :
CO2 Absorbtion Plant
Seluruh kompresor
Generator inert gas
Water cooling jacket reactor HYL III
Selanjutnya sebagian aliran diarahkan melewati stack drum untuk
mengurangi panas dan sebagian lagi dialirkan ke cooling tower yang terdiri
dari continous fins. Air yang mengalir melalui fines akan mengalami
pendinginan secara konveksi. Selain itu fins juga berfungsi untuk memecah
aliran air supaya lebih mudah didinginkan oleh gerakan 4 baling–baling yang
berputar di bagian atas masing-masing cooling tower.
Air yang telah didinginkan harus dipompa terlebih dahulu menuju
sistem filtrasi untuk menghilangkan kation. Hal ini dilakukan untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya korosi dan scaling pada equipment.
Setelah proses filtrasi selesai aliran dikembalikan ke pool cooling tower untuk
digunakan kembali.
Sedangkan instalasi cooling tower untuk PCW memiliki alur yang sama
dengan ECW, hanya berbeda dalam daerah pelayanan dan adanya instalasi
clarifier. Daerah pelayanannya adalah reduction section, cooling section,
reforming section.
Air pendingin dipompakan ke seluruh section yang memerlukan proses
pendinginan, kemudian dialirkan melalui stack drum dan dikumpulkan dalam
clarifier. Instalasi clarifier berfungsi untuk memisahkan air pendingin yang
Jurusan Teknik Mesin 48Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
telah bercampur dengan debu dan pengotor lainnya. Air kotor dikumpulkan
dalam suatu pool besar dimana terdapat semacam pengaduk yang
digerakkan oleh motor hidrolik. Prinsipnya adalah menggerakkan kotoran
yang terendap ke tengah pool yang berlubang dan mengalirkan air
permukaan ke hot well. Air kotor yang keluar dari pool dipompa ke dalam
thickener drum. Air dalam thickener drum dicampuri dengan zat koagulan
untuk menggumpalkan kotoran tersebut. Dengan menggunakan pengaduk,
kotoran dan lumpur akan diarahkan ke tengah drum yang selanjutnya
dipompa ke conveyor penyaring (horizontal belt filter). Air akan tersaring
sedangkan kotoran dan Lumpur akan dijatuhkan di storage. Seluruh air yang
telah tersaring kemudian dipompa ke dalam hot well. Dari hot well ini air
dipompa kembali ke cooling tower untuk didinginkan dengan prinsip konveksi
paksa (melalui fine dan dikipas dengan baling-baling). Akhirnya air pendingin
ditampung dalam cold well untuk selanjutnya dipakai kembali sebagai
pendingin keseluruhan section.
Begitu seterusnya untuk proses pendinginan dan pengolahan air yang
dipakai untuk air pendingin pada produksi di Pabrik Besi Spons.
Jurusan Teknik Mesin 49Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
BAB IV
PERAWATAN PABRIK BESI SPONS
4.1 Pendahuluan
Perawatan merupakan tindakan yang dilakukan untuk menjamin suatu
alat dapat berfungsi dengan baik. Prosedur perawatan yang dilakukan disini
yaitu mengatur langkah-langkah dalam proses perawatan peralatan pabrik
berikut penunjangnya, mencakup semua peralatan yang berhubungan
dengan kegiatan operasi produksi, dimulai dari penentuan metode
perawatan, perencanaan perawatan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi
kinerja perawatan.
4.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya perawatan adalah
1. Meningkatkan Overall Equipment Effectiveness (OEE) setiap pabrik
dengan menggunakan sumber daya yang efisien. OEE adalah tingkat
efektivitas alat yang menurut unsur-unsur tingkat kesiapan alat
(equipment availability), tingkat kinerja alat (performance rate), dan
tingkat kualitas output yang dihasilkan alat (quality rate).
2. Meningkatkan efektivitas perencanaan perawatan, sehingga
breakdown maintenance yang merugikan dapat diminimalkan.
3. Menjamin agar setiap fasilitas dioperasikan dengan tidak menimbulkan
kecelakaan, penyakit akibat kerja dan pencemaraan lingkungan.
4.3 Metode Perawatan
Jurusan Teknik Mesin 50Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Pada keseluruhan proses produksi akan selalu melibatkan komponen-
komponen baik utama maupun penunjang. Adapun kemampuan kerja dari
satu komponen dengan yang lain selalu berbeda, oleh karena itu perlu
dilakukan perawatan dengan baik, terencana, cepat, efisien dan efektif.
Beberapa metode yang digunakan untuk dalam perawatan suatu fasilitas
meliputi:
1. Prediktif maintenance
2. Preventive maintenance
3. Corrective maintenance
4. Improvement maintenance
Prediktif Maintenance
Yaitu kegiatan perawatan yang dilakukan untuk memprediksi apakah
alat/mesin masih layak untuk melanjutkan operasi. Kegiatan ini dapat berupa
inspeksi baik vibrasi, thinning, cracking, dsb.
Preventive Maintenance
Yaitu kegiatan perawatan yang direncanakan dan dilakukan sebelum
terjadinya kerusakan (breakdown) pada suatu alat / mesin.
Preventive maintenance meliputi:
Problem Repetitive
Adalah masalah yang timbul akibat kerusakan mesin / peralatan yang
berulang, karena umur teknisnya atau desain yang tidak sempurna
sehingga perlu perbaikan atau improvement.
Program Inspeksi
adalah program pemeriksaan yang dilakukan terhadap mesin /
peralatan yang dilakukan oleh operator (perawatan mandiri) /
pelaksana perawatan / Spt. Inspeksi Teknik, meliputi parameter
operasi, parameter peralatan dan kondisi yang tidak normal (suara,
bau, panas) yang disusun berdasarkan program MMS atau Program
Superintendent Perencanaan Pabrik.
Program Cleaning
Jurusan Teknik Mesin 51Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Adalah program pembersihan oleh operator (perawatan mandiri) atau
pelaksana perawatan sesuai program dari Superintendent
Perancanaan Perawatan yang disusun berdasarkan program MMS atau
hasil analisa dari History Record.
Program Lubrication
Adalah program pelumasan oleh operator (perawatan mandiri) atau
pelaksana perawatan sesuai program dari Superintendent
Perencanaan Perawatan yang disusun berdasarkan Program MMS atau
hasil analisa dari History Record.
4.3.2 Corrective Maintenance
Yaitu kegiatan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki
penyimpangan pada suatu alat atau fasilitas.
Corrective Maintenance meliputi:
Program Replacement
Adalah program penggantian suku cadang sesuai program dari
Superintendent Perencanaan Perawatan yang disusun berdasarkan
Program MMS (time based) atau condition based dari hasil analisa dari
History Record.
Program Adjustment
Adalah program penyesuaian (toping, centering, pengencangan mur/
baut, kalibrasi) sesuai program dari Superintendent Perencanaan
Perawatan yang disusun berdasarkan Program MMS hasil analisa dari
History Record.
Maintenance Day
Adalah hari yang ditetapkan untuk eksekusi perawatan baik
replacement, perbaikan alat, supervisi ataupun modifikasi peralatan
sehingga perlu shutdown pabrik.
Shut Down Maintenance
Adalah penghentian pabrik untuk keperluan eksekusi perawatan baik
terprogram ataupun tidak terprogram.
Overhaul
Jurusan Teknik Mesin 52Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Adalah eksekusi perawatan yang terprogram, dimana pemeriksaan,
perbaikan penggantian, pembersihan, pelumasan dll dilakukan secara
menyeluruh di suatu pabrik, yang biasanya pabrik shut down beberapa
hari.
Window Maintenance
Adalah kesempatan yang timbul untuk melakukan eksekusi perawatan,
karena adanya kekosongan proses produksi yang disebabkan tidak
adanya order ataupun bahan baku.
Perawatan Darurat
Adalah kegiatan perawatan yang harus segera dilakukan mengingat
dampak dari kerusakan alat / mesin tersebut menyebabkan
terhentinya kegiatan operasi pabrik atau mengancam keselamatan
jiwa manusia.
4.3.3 Improvement Maintenance
Yaitu kegiatan perawatan untuk meningkatkan kehandalan suatu alat /
fasilitas maupun kemudahan perawatannya.
4.4 Alur Kegiatan Perawatan
1. Perawatan pabrik bertanggung jawab merawat dan menyiapkan
peralatan produksi agar siap pakai dengan tingkat kehandalan dan
kenyamanan yang tinggi.
2. Pemilihan metoda perawatan peralatan: preventive, corrective,
maupun improvement dilakukan dengan mempertimbangkan
efisiensi penggunaan sumberdaya serta efektifitas hasilnya,
termasuk dampak terhadap lingkungan kerja. Selanjutnya program
disusun oleh Spt. Perencanaan Perawatan dan disepakati oleh
Manager Pemakai peralatan dan Manager Penanggung Jawab
peralatan perawatan.
3. Dalam analisis dan penyusunan program perawatan sedapat
mungkin Superintendent Perencanaan Perawatan memanfaatkan:
Jurusan Teknik Mesin 53Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
a. Program-program hasil proses CMMS, yaitu:
Program Inspeksi
Program Cleaning
Program Lubrication
Program Replacement
Program Adjustment
b. History Record
Delay Time
Frekuensi Kerusakan
Problem Repetitive
Unfinish Problem
Obsolete
Time Base (tanggal pemasangan dan umur pemakaian)
c. Hasil Inspeksi
Kondisi peralatan / material (potensial problem)
Speed produk yang rendah
Kualitas produk
4. Penentuan alokasi waktu untuk kegiatan perawatan berupa:
Maintenance Day, Shut Down Maintenance, Overhaul, Windows
Maintenance dimana semuanya disusun untuk selanjutnya
disepakati oleh General Manager Perencanaan Produksi dan General
Manager Perawatan Pabrik.
5. Pelaksanaan kegiatan perawatan darurat / tidak terprogram (Break
down, Gradual Failure, Potensial Brekdown) dilakukan atas dasar
permintaan perbaikan dari, serendah-rendahnya, Kepala Spt.
Pemakai Peralatan, Shift Koordinator atau Kepala Spt. Penanggung
jawab perawatan peralatan.
6. Jadwal pelaksanaan kegiatan perawatan preventive dapat
disesuaikan berdasarkan kesepakatan antara Manager Pemakai
peralatan dan Manager Penanggung jawab perawatan peralatan.
Jurusan Teknik Mesin 54Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
7. Dalam analisis engineering perawatan, manager perawatan
perawatan pabrik dapat meminta bantuan Engineer baik dari intern
pabrik ataupun Manager Penunjang Paeralatan Pabrik.
8. Tanggung jawab perawatan dan penyiapan alat pendukung produksi
diatur sebagai berikut:
N
o
PERALATAN LINGKUP P. JAWAB
1 PRODUKSI Equipment pabrik baik mekanik,
elektrik, instrument maupun
komputer
Manager
Perawatan Pabrik
Water Threatment Process
Conveyor dan Crane
RTS Rolling mill, refractory
2 PENDUKUNG
PRODUKSI
PGI Mgr Utility
PBI dan PBL
Peralatan Laboratorium
PL & P (Machine Tool) Mgr. PL & P
Peralatan Engineering Mgr. P2P
9. Dalam hal pemenuhan kebutuhan barang dan jasa terkait dengan
perawatan pabrik diatur melalui ketentuan sebagai berikut:
a. Permintaan pengadaan barang ke logistik harus
memperhatikan status barang tersebut (sudah berkatalog
atau belum), apabila belum berkatalog maka Penanggung
jawab perawatan terlebih dahulu harus mendaftarkan barang
tersebut ke Spt. Cataloging, menggunakan form lembar
pendaftaran Item Baru (LPIB), lihat prosedur perencanaan dan
Peersiapan Pengadaan Barang (PBR-01)
b. Permintaan barang-barang yang bisa dibuat di workshop, baik
workshop intern maupun workshop ekstern, hanya untuk
Jurusan Teknik Mesin 55Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
memenuhi kebutuhan yang sifatnya darurat, sesuai prosedur
perbaikan dan pembuatan barang (PPR-04)
c. Permintan perbaikan suku cadang / equipment / mesin
mengikuti Prosedur Perbaikan dan Pembuatan Barang (PPR-
04)
d. Permintaan jasa perawtan umum (diluar pembuatan suku
cadang / perbaikan mesin / equipment / pekerjaan sipil /
engineering) sesuai prosedur perencanaan dan persiapan
pengadaan jasa non pembangunan (PJN-01).
e. Permintaan jasa sipil lihat prosedur pengelolaan fasilitas sipil
(PJS-02)
10.Untuk permintaan pengadaan suku cadang Repairable (”R”) pada
purchase memo (PM) atau daftar barang overhaul (O/H) untuk
memudahkan pengendalian di perencanaan logistic. Khusus untuk
penggantian suku cadang harus dilampiri bukti pemusnahan suku
cadang tersebut.
11.Apabila suku cadang sedang diperbaiki di workshop, tetapi
pembelian harus dilakukan, maka harus mencantumkan alasan yang
jelas pada PM tentang pembelian tersebut.
12.Setiap akhir pelaksanaan eksekusi perawatan, maka pelaksana
eksekusi harus dibuatkan laporan pelaksanaannya sebagai data
dalam analisis perawatan periode berikutnya.
13.Manager Perawatan Pabrik harus bertanggung jawab mengevaluasi
parameter dan metoda perawatan setiap akhir periode (sekurang-
kurangnya satu tahu sekali) untuk dijadikan dasar dalam penetapan
program berikutnya.
Jurusan Teknik Mesin 56Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
BAB VPERHITUNGAN HEAT LOSS PADA REFRAKTORI GAS HEATER HYL-III
DIRECT REDUCTION PLANT PT. KRAKATAU STEEL, Tbk
5.1 PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali banyak kita temukan berbagai
macam bentuk fluida dengan spesifikasinya. Mulai dari fluida dengan tingkat
densitas yang tinggi hingga fluida dengan tingkat densitas yang rendah.
Salah satunya adalah gas. Gas adalah suatu tingkat keadaaan zat, dalam hal
ini molekul-molekulnya, dapat bergerak sangat bebas, dan dapat mengisi
seluruh ruangan yang ditempatinya. Kondisi gas dapat ditentukan oleh tiga
faktor. Yaitu tekanan, suhu dan volume. Dalam pemahaman kali ini, gas
Jurusan Teknik Mesin 57Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memanaskan sebuah ruangan
pada temperatur tertentu, yang dinamakan Gas Heater.
Pabrik besi spons direct reduction Hyl-3 PT. KRAKATAU STEEL,
menggunakan sistem pemanasan gas heater untuk memanaskan gas proses
(natural gas) dari temperatur 40oC menjadi 930oC. Gas proses tersebut
digunakan untuk mereduksi besi Pellet menjadi besi spons melalui proses
reduksi langsung yang terjadi di dalam reaktor.
Pada proses pemanasan di dalam gas heater, temperatur didalam gas
heater sangat tinggi, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada dinding-
dinding gas heater. Oleh karenanya ruangan didalam gas heater dilengkapi
refraktori yang mana fungsinya untuk mencegah kontak langsung antara gas
pembakaran dengan dinding plate.
Dalam bahasa Indonesia refractory diterjemahkan barang tahan api,
batu/bata tahan api, namun istilah refraktori sudah dikenal dikalangan
industri maupun perguruan tinggi.
Untuk meningkatkan pemahaman dalam ruang lingkup perpindahan
panas diperlukan analisa mengenai proses perpindahan panas yang terjadi
didalam gas heater pada suatu sistem yang akan dianalisa. Perpindahan
panas tersebut dapat berlangsung secara konduksi, konveksi maupun radiasi.
5.2 PERMASALAHAN
Proses pereduksian dari besi pellet menjadi besi spons menggunakan
gas proses yang dipanaskan didalam gas heater. Dalam proses pemanasan
didalam gas heater, seringkali terjadi hotspot atau warna merah yang timbul
di sisi luar permukaan plate akibat adanya kontak langsung antara gas
pembakar dengan permukaan plate. Hal ini mungkin dikarenakan terdapat
gap antar refraktori pada saat pemasangan. Dalam hal ini maka perlu
dilakukan analisis tentang perhitungan heat loss yang terjadi di dinding gas
heater. Sehingga dapat mengetahui berapa losses panas yang dapat
diminimalisir.
Jurusan Teknik Mesin 58Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
5.3 TUJUAN
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan pemahaman terhadap konsep dasar proses perpindahan
panas.
2. Menganalisa berapa heat loss yang terjadi pada dinding dinding
refraktori di dalam gas heater.
3. Mengetahui jenis dan spesifikasi refraktori yang digunakan di gas
heater HYL III direct reduction plant, PT KRAKATAU STEEL, Tbk.
5.4 BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dilakukan penelitian ini adalah :
1. Pengambilan data hanya dilakukan di Gas heater 404-B2
2. One dimensional heat transfer
3. Semua kondisi dalam pengambilan data dalam kondisi tunak (steady
state)
4. ΔEp dan ΔEk diabaikan
5.5 DASAR TEORI
5.5.1 GAS HEATER
Gas heater adalah sebuah pemanas yang digunakan untuk
memanaskan ruang bakar dengan membakar gas alam melalui burner.
Sistem pembakaran pada gas heater menggunakan bahan bakar natural gas
dan tail gas (combustible gas) yang . Dilengkapi dengan FD fan yang
memberikan tekanan dibawah tekanan atmosfir. Sedangkan gas sisa hasil
pembakaran di buang ke atmosfir melewati stack yang dilengkapi dengan
induced draft fan.
Gas heater di PT. KRAKATAU STEEL pada hyl-3 adalah tipe convection -
radiant section. Terdapat 2 buah gas heater, yaitu gas heater 404-B1 yang
dipergunakan di reaktor 1 dan gas heater 404-B2 yang dipakai pada reaktor
2. Setiap gas heater terdiri dari 2 buah radiant section yang paralel dan 1
Jurusan Teknik Mesin 59Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
buah convection section. Fungsi dari gas heater itu sendiri adalah untuk
memanaskan gas proses dari temperature 40oC menjadi 930oC.
5.5.1.1 Convection section
Convection section berfungsi untuk memanaskan gas proses dengan
cara memanfaatkan udara yang dibakar burner yang terjadi di radiant
section.
Convective section terdiri dari 4 paket pipa yang disebut coil, berguna
untuk menyerap panas yang lebih sempurna dari sisa gas hasil pembakaran
yang mengalir dari radiant section menuju convection section karena adanya
ID fan yang menyerap sisa gas hasil pembakaran tersebut. sehingga gas
tersebut naik melewati 4 paket pipa, sebelum gas tersebut dibuang ke
atmosfir. Pada convection section dapat menaikkan temperatur gas proses
dari 40oC menjadi 520oC.
Temperature pada convective section adalah sebagai berikut :
Gas Proses Gas Pembakaraninlet (oC)
outlet (oC)
inlet (oC)
outlet (oC)
Coil 4 40 120 330 180Coil 3 120 230 560 330Coil 2 230 330 760 560Coil 1 330 520 1050 760
5.5.1.2 Radiant section
Radiant section berfungsi untuk memanaskan gas proses sampai
temperatur operasi (900-930)oC dengan menggunakan bahan bakar natural
gas, tail gas dengan udara di burner - burner gas heater.
Gas proses yang datang dari convection section masuk ke radiant section
melalui pipa-pipa horisontal dipanaskan secara radiasi dari temperatur 520oC
hingga mencapai temperatur 930oC. Pipa–pipa tersebut dinamakan crossover
dan masing-masing crossover memiliki 34 pipa outlet yang vertikal.
Jurusan Teknik Mesin 60Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Radiant section terdiri dari 2 box dan setiap box dilengkapi dengan 36
burner natural gas dan tail gas.
5.5.2. Refractory
Refractory adalah barang tahan api, batu/bata tahan api, yang
digunakan untuk mengisoslasi ruang bakar agar lapisan plat atau logam
tersebut tidak tejadi kontak langsung dengan udara pemanasan di dalam
ruang bakar. Bahan refraktori adalah bahan anorganik non-logam yang tahan
suhu tinggi (di atas 1000oC) dan mampu bertahan pada suhu tinggi dalam
waktu yang lama.
Gas heater 404-B1 dan 404-B2 adalah salah satunya komponen pada
HYL III yang menggunakan refraktori untuk mengisolasi ruangan reaksi panas
dengan sekelilingnya.
AMBIENT TEMPERATURE = 32oC
REFORMED DECARBONATED
GAS MAKED UP = 38oC RECYCLED GAS
44oC
Jurusan Teknik Mesin 61Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
DMDS SULPHUR DOZING FLUE GAS TO STACK = 190oC
42oC
520oC
520oC FLUE GAS = 1107oC
COMBUSTION AIR NATURAL GAS
950oC TAIL GAS
933oC
Diagram pemanasan gas proses di gas heater Hyl-3
5.6 Konsep Dasar Heat Tansfer
Heat transfer atau perpindahan panas adalah perpindahan energi panas
yang terjadi antara 2 medium atau lebih karena adanya perbedaan
temperatur diantara beberapa medium tersebut. Perpindahan panas
diklasifikasikan menjadi 3 mekanisme perpindahan panas yaitu perpindahan
panas secara konduksi, perpindahan panas secara konveksi dan perpindahan
panas secara radiasi.
5.6.1 Perpindahan panas secara konduksi
Pada dasarnya konduksi adalah pemindahan panas tanpa disertai
perpindahan bagian-bagian zat perantaranya, dimana energi panasnya
dipindahkan dari satu molekul ke molekul lain dari benda tersebut.
Jurusan Teknik Mesin 62Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Lx
T
T2
T1T(x)
"xq
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Contohnya pemindahan panas melalui sepotong besi. Untuk lebih jelasnya
mekanisme peristiwa konduksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.13 Aktifitas molekul pada perpindahan panas konduksi
Harga T 1>T 2 sehingga partikel-partikel yang berada dekat dengan T 1
akan bergerak secara acak (berputar dan bergetar) dan saling bertabrakan
dengan partikel yang lainnya sehingga akan terjadi perpindahan energi yaitu
berupa panas dari T 1 ke T 2
Besarnya laju perpindahan panas dapat dinyatakan dalam bentuk
Heat Flux q} {¿(W
m2) yaitu perpindahan panas per satuan luas, yang arahnya
tegak lurus dengan luasan dan besarnya sebanding dengan gradien
temperaturnya.
Gambar 3.14 Perpindahan panas konduksi satu dimensi
Secara umum besarnya nilai perpindahan panas adalah :
qn= - k { { ital dT } over { ital dn} } } {¿
Jurusan Teknik Mesin 63Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
T2
T1
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
dalam arah x adalah :
qx = - k { { ital dT } over { ital dx} } } {¿
k adalah properties yang disebut sebagai konduktifitas thermal ( Wm⋅K )
Dengan asumsi steady state conditions, distribusi temperatur pada
konduksi adalah linier sehingga distribusi temperatur dapat dinyatakan :
dTdx
=T 2−T 1
L
q= - k { {T rSub { size 8{2} } - T rSub { size 8{1} } } over {L} } } { ¿q=k { {T rSub { size 8{1} } - T rSub { size 8{2} } } over {L} } =k { {ΔT} over {L} } } { ¿
........................................................(2.1)
Heat Rate konduksi pada plane wall dengan luasan A adalah q=q cdot A} {¿ (Watt).
Kemampuan suatu material untuk menyimpan energi panas adalah
volumetric heat capacity [ ρ⋅cp (J m3⋅K)] . Kebanyakan solid dan liquid
merupakan media penyimpan energi yang bagus yang mempunyai harga
angka perbandingan heat capaity (ρ⋅cp>1MJ
m3⋅K ) sedangkan gas
merupakan media penyimpan energi panas yang kurang bagus
(ρ⋅cp≈1Jm3⋅K ).
Rasio thermal conductivity terhadap heat capacity disebut sebagai thermal
diffusifity (α ) :
α= kρ⋅cp [m
2
s ]...........................................................(2.2)
Heat Diffusion Equaton :
Koordinat Kartesian
Jurusan Teknik Mesin 64Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Gambar 3.15 differential control volume dx ,dy ,dz
qx+dx=qx+∂q x
∂ xdx
q y+dy=q y+∂q y
∂ ydy
qz+dz=qz+∂qz
∂ zdz
.............................................................(2.3)
Bentuk umum konservasi energi adalah :
Ein+ Eg− Eout=E st ..............................................................(2.4)
Dengan :
Eg=q⋅dxdydz ...................................................................(2.5)
q= energi bangkitan per unit volume (
Wm3
)
E st=ρ⋅cp⋅∂T∂ t
⋅dxdydz ........................................................(2.6)
Persamaan (2.5), (2.6) disubstitusi ke persamaan (2.4) :
qx+q y+qz+q⋅dxdydz−qx+dx−q y+dy−qz+dz=ρ⋅cp ∂T∂ t
dxdydz...............(2.7)
Substitusi persamaan (2.3) :
−∂q x
∂ xdx−
∂ q y
∂ ydy−
∂ qz
∂ zdz+q⋅dxdydz=ρ⋅cp ∂T
∂ tdxdydz
......................(2.8)
Karena laju perpindahan panas konduksi adalah :
Jurusan Teknik Mesin 65Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
qx=−k⋅dydz∂T∂ x
q y=−k⋅dxdz ∂T∂ y
qz=−k⋅dxdy∂T∂ z ................................................................(2.9)
Maka substitusi (2.9) ke (2.8) :
∂∂ x (k ∂T
∂ x )+ ∂∂ y (k ∂T
∂ y )+ ∂∂ z (k ∂T
∂ z )+ q=ρ⋅cp ∂T∂ t ...................(2.10)
Koordinat Silindris :
Gambar 3.16 differential control volume dr , rd φ ,dz
q= - k nabla T= - left (i { { partial T} over { partial r} } +j { {1} over {r} } { { partial T} over { partial φ} } +k { { partial T} over { partial z} } right )} { ¿q r = - k { { partial T} over { partial r} } } {¿
q φ= - { {k} over {r} } { { partial T} over { partial φ} } } { ¿
q z= - k { { partial T} over { partial r} } } { ¿
1r
∂∂r (kr ∂T
∂ r )+ 1
r2∂
∂φ (k ∂T∂φ )+ ∂
∂ z (k ∂T∂ z )+ q=ρ⋅cp ∂T
∂ t .......................(2.11)
Jurusan Teknik Mesin 66Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
x=L
2T
1T
xq
x
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Tahanan Thermal :
Plane Wall
Gambar 3.17 Perpindahan panas Konduksi Satu dimensi
Rt , cond=T 1−T 2
qx
= LkA ...........................................................(2.12)
5.6.2 Perpindahan panas secara konveksi
Gambar 3.18 Thermal boundary layer pada isothermal plat datar
Konveksi merupakan bentuk perpindahan panas dimana molekul-
molekul benda membawa energi panas dari satu titik ke titik lainnya.
Umumnya terjadi pada benda cair dan gas. Secara matematis persamaan
untuk aliran konveksi cukup rumit karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Aliran horisontal atau vertikal.
2. Aliran laminer atau turbulent.
Jurusan Teknik Mesin 67Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Cold fluid
sT
hT ,
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
3. Permukaan rata atau melengkung.
4. jenis fluidanya, zat cair atau gas.
5. Sifat-sifat fluida seperti kerapatan, vikositas, kalor jenis, dsb.
Perpindahan panas konveksi dibagi menjadi dua :
Force Convection
Yaitu perpindahan panas karena faktor luar, misalnya fan,
blower, AC, dsb.
Free Convection
Yaitu perpindahan panas tanpa ada faktor luar melainkan
karena Bouyancy Force.
Besarnya laju perpindahan panas konveksi dapat dirumuskan :
q=h \( T rSub { size 8{s} } - T rSub { size 8{ infinity } } \) } { ¿, T s>T∞
q=h \( T rSub { size 8{ infinity } } - T rSub { size 8{s} } \) } { ¿, T∞>T s .............................(2.13)
Dimana : h = koefisien perpindahan panas konveksi (W
m2 K ) q” = convection heat flux (
Wm2)
Thermal Resistance :
Rt , conv=
T s−T∞
q= 1
hA
Gambar 3.19 Perpindahan panas Konveksi
Jurusan Teknik Mesin 68Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
5.6.3 Perpindahan panas secara radiasi
Radiasi adalah proses di mana partikel energi atau panas yang
berpindah tanpa melewati suatu medium atau tanpa melewati suatu zat
perantara. Contohnya yaitu pemindahan panas dari sebuah burner ke pipa
radiant dalam gas heater yang fungsinya untuk memanaskan gas proses
didalam pipa.
Gambar 3.20 perpindahan panas secara radiasi
Besarnya laju perpindahan radiasi dapat dirumuskan :
qrad = ɛ.σ.A(Ts4+T∞
4)
q”rad = qA
q”rad = = ɛ.σ. (Ts4+T∞
4)...............................................(2.14)
Dimana : ɛ = Emmisivitas benda
σ = Konstanta Stefan-Boltzman (5,669 x10- 8 w/m2 k4 )
q” = convection heat flux (W
m2)
Thermal Resistance
Rt,rad = 1
(T ∞2+Ts2 ) (T ∞−Ts ) . ɛ . σ
Jurusan Teknik Mesin 69Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
xq 1,T 2T1,Ts 3T 4T 4,T
Ah1
1
Ak
L
B
B
Ak
L
A
A
Ak
L
C
C
Ah4
1
Hot fluid Cold fluid
T~,1, h1
T~,4, h4
Ts,1 T2
T3
T3,4
LA
LB
LC
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Overall heat transfer coefficient
kA
Gambar 3.21 Perpindahan panas pada dinding komposit
Berikut adalah rumusan Overall heat transfer coefficient pada tiga
dinding berlapis A,B dan C disertai konveksi pada udara bebas.
U= 1R tot A
= 1
[ (1/h1 )+(L A /k A )+(L B /k B)+(LC /k C )+(1 /h 4 )] ...............(2.15)
Calculation of Heat Loss
q=UA ΔT ........................................................................(2.16)
q= A .ΔTR tot A
=A(T∞h−T∞c )
[ Rconv+Rcond+Rrad ) ]
Jurusan Teknik Mesin 70Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
q= { {ΔT} over {R size 8{ ital tot }A} } = { {T infinity h - T infinity c} over { left [ ital Rconv+ ital Rcond + ital Rrad \) right ]} } } {¿............................(2.17)
5.7 METODOLOGI PENELITIAN
5.8 ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
5.8.1 ANALISA DATA
Jurusan Teknik Mesin 71Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
T1 T5
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Perhitungan Heat loss pada radiant section dan convection section
pada gas heater 404-B2.
5.8.1.1 Radiant section
5.8.1.1.1 Floor radiant section gas heater 404-B2
Gambar 3.22 gas heater 404-B2 burner floor radiant section
Gambar 3.23 Skema susunan refraktori pada bagian floor radiant section
Distribusi temperatur pada floor radiant section
Jurusan Teknik Mesin 72Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Keterangan :
1. Fire clay Brick
2. Castable T∞hot T∞cold
3. Calcium silicate
4. Calcium cilicate
5. Carbon steel plate
Gambar 3.24 distribusi temperature pada floor radiant section
Dari hasil pengambilan data didapatkan :
T1 = 935oC
T5 = 53oC, 72,5oC, 46,9oC, 49oC
kbrick insulation = 1,45 W/m.oC
kcastable = 0,39 W/m.oC
kcalcium cilicate = 0,18 W/m.oC
kcarbon steel = 43 W/m.oC
analisa heat loss :
Perhitungan T5 didapatkan dari temperatur rerata
T5 = (53+72,5+46,9+49)oC
4
T5 = 55,35oC
q = U.A.ΔT
U= 1R tot A
= 1
[(L1 /k 1)+(L2 /k 2)+(L3 /k 3 )+(L 4 /k 4 )+(L 5/ k 5 )]q” = q/A
q” = U. ΔT
q= { {T size 8{1} - T size 8{5}} over { left [ \( L size 8{1}/k size 8{1} \) + \( L size 8{2}/k size 8{2} \) + \( L size 8{3}/k size 8{3} \) + \( L size 8{4}/k size 8{4} \) + \( L size 8{5}/k size 8{5} \) right ]} } } { ¿
Jurusan Teknik Mesin 73Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
42 31
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
q” =
(935−55,35 )oC0,063m
1,45W /m .oC+
0,115m0,39W /m .oC
+0,05m
0,18W /m.oC+
0,07m0,18W /m.oC
+0,05m
43W /m.oC
q” = 874,27 W/m2
maka Heat loss yang terjadi didaerah floor radiant section adalah
sebesar 874,27
W/m2
5.8.1.1.2 Wall radiant section gas heater 404-B2
Keterangan :
6184 250 20 1. Insulation
f blanket
2. Plate
3. Insulation Brick
4. Calcium silicate
3710 50 70 50 178
Gambar 3.25 Skema refraktori di wall radiant section
Distribusi temperatur
Gambar 3.26 distribusi temperature ketinggian (0-3.710) m
Jurusan Teknik Mesin 74Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
T∞hT∞c
qx 1
4
32
T∞cT∞h
T1 T4
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Dari hasil pengambilan data didapatkan : ketinggian (0 - 3,710) m
T1 = 910oC, 935oC
T4 = 73,0oC, 76,8oC
Kbrick insulation = 0,42 W/m.oC
kcalcium cilicate = 0,18 W/m.oC
kcarbon steel = 43 W/m.oC
kinsulation f. blanket = 0,33 W/m.oC
analisa heat loss :
Perhitungan T4 didapatkan dari temperatur rerata
T4 = (910+935)oC
2
= 922,5oC
T4 = (76,8+73,0)oC
2
T4 = 74,9oC
q = U.A.ΔT
U= 1R tot A
= 1
[(L1 /k 1)+(L2 /k 2)+(L3 /k 3 )+(L 4 /k 4 )]q” = q/A
q” = U. ΔT
q= { {T size 8{1} - T size 8{4}} over { left [ \( L size 8{1}/k size 8{1} \) + \( L size 8{2}/k size 8{2} \) + \( L size 8{3}/k size 8{3} \) + \( L size 8{4}/k size 8{4} \) right ]} } } { ¿
q” =
(922,5−74,9 )oC0,178m
0,42W /m .oC+
0,05m0,18W /m .oC
+0,07 m
0,18W /m.oC+
0,05m43W /m.oC
q” = 776,44 W/m2
maka Heat loss yang terjadi didaerah wall radiant section pada
ketinggian (0-3,710) m adalah sebesar 776,44 W/m2
Jurusan Teknik Mesin 75Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
2 31
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Pada ketinggian (3,710-6,184) m
Gambar 3.27 Distribusi temperatur pada ketinggian (3.710-6.184) m
Dari hasil pengambilan data :
T1 = 910oC, 836oC
T3 = 88,3oC
analisa heat loss :
Perhitungan T5 didapatkan dari temperatur rerata
T1 = (910+836)oC
2
= 873oC
T3 = 88,3oC
q = U.A.ΔT
U= 1R tot A
= 1
[(L1 /k 1)+(L2 /k 2)+(L3 /k 3 )+(L 4 /k 4 )+(L 5/ k 5 )]q” = q/A
q” = U. ΔT
q= { {T size 8{1} - T size 8{5}} over { left [ \( L size 8{1}/k size 8{1} \) + \( L size 8{2}/k size 8{2} \) + \( L size 8{3}/k size 8{3} \) + \( L size 8{4}/k size 8{4} \) right ]} } } { ¿
q” =
(873−88,3 )oC0,02m
0,33W /m.oC+
0,25m0,33W /m .oC
+0,05m
43W /m .oC
Jurusan Teknik Mesin 76Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
T∞h T∞c
T1 T3
1 32
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
q” = 957,71 W/m2
maka Heat loss yang terjadi didaerah wall radiant section pada
ketinggian (3,710-6,184) m adalah sebesar 947,71 W/m 2
5.8.1.1.3 Roof radiant section gas heater 404-B2
Keterangan :
1. Plate (stainless
steel)
2. Insulation G
blanket
Gambar 3.28 Skema refraktori di roof radiant section
Distribusi temperature
Jurusan Teknik Mesin 77Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
400
68
501
2
T1 T3
T∞h T∞c
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Gambar 3.29 Distribusi temperatur roof radiant section
Dari hasil pengambilan data didapatkan :
T1 = 836oC
T3 = 75,6oC, 85,7oC, 65oC
Kstainlees steel = 21,4 W/m.oC
kinsulation f. blanket = 0,265 W/m.oC
analisa heat loss :
Perhitungan T2 didapatkan dari temperatur rerata
T1 = 836oC
T3 = (75,6+85,7+65)oC
3
T3 = 75,43oC
q = U.A.ΔT
U= 1R tot A
= 1
[(L1 /k 1)+(L2 /k 2)+(L3 /k 3 )]q” = q/A
q” = U. ΔT
q= { {T size 8{1} - T size 8{2}} over { left [ \( L size 8{1}/k size 8{1} \) + \( L size 8{2}/k size 8{2} \) \( L size 8{3}/k size 8{3} \) right ]} } } { ¿
q” =
(836−75,43 )oC0,4m
0,33W /m.oC+
0,068m0,33W /m .oC
+0,05m
21,4W /m .oC
q” = 535,42 W/m2
maka Heat loss yang terjadi didaerah roof radiant section pada adalah
sebesar 535,42 W/m 2
5.8.1.2 Convection section
5.8.1.2.1 Wall convection section
Jurusan Teknik Mesin 78Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
3
2
1
3
42 31
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Keterangan :
1. Plate (carbon
steel)
2. Brick
Insulation
3. Calcium
Silicate
3030114
50 60 40 218
Gambar 3.30 skema gambar refraktori di convection section
Distribusi temperature
Gambar 3.31 Distribusi temperatur ketinggian (0-5.151) m
Pengamatan dilakukan dari ketinggian (0-5151) m
T1 = 830oC, 471oC
T4 = 71oC, 68,7oC
Kbrick insulation = 0,23 W/m.oC
kcalcium cilicate = 0,18 W/m.oC
kcarbon steel = 43 W/m.oC
analisa heat loss :
Perhitungan T1 dan T4 didapatkan dari temperatur rerata
Jurusan Teknik Mesin 79Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
T∞cT∞h
T1 T4
42 31
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
T1 = (830+471)oC
2
= 650,5oC
T4 = (71+68,7)oC
2
T4 = 69,85oC
q = U.A.ΔT
U= 1R tot A
= 1
[(L1 /k 1)+(L2 /k 2)+(L3 /k 3 )+(L 4 /k 4 )]q” = q/A
q” = U. ΔT
q= { {T size 8{1} - T size 8{4}} over { left [ \( L size 8{1}/k size 8{1} \) + \( L size 8{2}/k size 8{2} \) + \( L size 8{3}/k size 8{3} \) + \( L size 8{4}/k size 8{4} \) right ]} } } { ¿
q” =
(650,5−69,85 )oC0,218m
0,23W /m.oC+
0,04m0,18W /m .oC
+0,06m
0,18W /m .oC+
0,05m43W /m .oC
q” = 385,93 W/m2
maka Heat loss yang terjadi didaerah wall convection section pada
adalah sebesar 385,93 W/m 2
Pengamatan dilakukan dari ketinggian (5.151-10.044) m
Gambar 3.32 distribusi temperatur ketinggian (5.151-10.044) m
T1 = 456oC, 295,87oC
T4 = 57,5oC, 48,3oC
Kbrick insulation = 0,23 W/m.oC
kcalcium cilicate = 0,18 W/m.oC
kcarbon steel = 43 W/m.oC
analisa heat loss :
Jurusan Teknik Mesin 80Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
T∞cT∞h
T1 T4
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Perhitungan T1 dan T4 didapatkan dari temperatur rerata
T1 = (456+295,87)oC
2
= 375,94oC
T4 = (57,5+48,3)oC
2
T4 = 52,9oC
q = U.A.ΔT
U= 1R tot A
= 1
[(L1 /k 1)+(L2 /k 2)+(L3 /k 3 )+(L 4 /k 4 )]q” = q/A
q” = U. ΔT
q= { {T size 8{1} - T size 8{4}} over { left [ \( L size 8{1}/k size 8{1} \) + \( L size 8{2}/k size 8{2} \) + \( L size 8{3}/k size 8{3} \) + \( L size 8{4}/k size 8{4} \) right ]} } } { ¿
q” =
(375,94−52,9 )oC0,114m
0,23W /m.oC+
0,03m0,18W /m .oC
+0,03m
0,18W /m .oC+
0,05m43W /m .oC
q” = 389,13 W/m2
maka Heat loss yang terjadi di daerah wall convection section pada
adalah sebesar 389,13 W/m 2
5.8.1.2.2 Roof convection section
Keterangan :
1. Plate (carbon Steel)
2. Insulation Castable
Jurusan Teknik Mesin 81Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
1
T∞c
T1
T2
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
Gambar 3.33 Skema susunan refraktori di roof convection section
Dari hasil pengambilan data didapatkan :
T1 = 157 oC
T2 = 43,5 oC
kcarbon steel = 43 W/m.oC
kcastable = 0,20 W/m.oC
analisa heat loss :
q = U.A.ΔT
U= 1R tot A
= 1
[(L1 /k 1)+(L2 /k 2) ]q” = q/A
q” = U. ΔT
q= { {T size 8{1} - T size 8{2}} over { left [ \( L size 8{1}/k size 8{1} \) + \( L size 8{2}/k size 8{2} \) right ]} } } { ¿
q” =
(157−43,5 )oC0,05m
0,20W /m.oC+
0,05m43W /m.oC
q” = 451,9 W/m2
maka Heat loss yang terjadi di roof convection section adalah sebesar
451,9 W/m 2
Jurusan Teknik Mesin 82Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
2
T∞h
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
5.8.2 PEMBAHASAN
Pada gas heater 404-B2 menggunakan refraktori diseluruh permukaan
ruang pembakaran. Refraktori di daerah floor radiant section terdapat 4
lapisan refraktori yang terdiri dari lapisan teratas fire clay brick, lapisan
kedua insulation castable, sedangkan lapisan ketiga dan keempat adalah
calsium silicate. Dari hasil perhitungan heat loss didaerah floor radiant secton
adalah
874,27 W/m 2 .
Bagian wall radiant section terdapat beberapa variasi refraktori
terhadap ketinggan. Pada ketinggian (0-3.710) m, menggunakan 3 lapisan
refraktori yang terdiri dari brick insulation pada lapisan pertama, dan lapisan
kedua dan ketiga adalah calsium silicate, Dari hasil perhitungan didapatkan
heat loss diwall radiant section pada ketinggian (0-3.710)m adalah 776,44
W/m 2 . Sedangkan pada ketinggian (3.710-6.184) m hanya menggunakan
refraktori insulation G blanket, perbedaan ini dikarenakan pada ketinggian
3.710-6.184 m panas yang mengenai permukaan ini suhunya lebih rendah
Jurusan Teknik Mesin 83Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
daripada permukaan bawah, karena jarak burnerpun semakin jauh. Dari hasil
perhitungan heat loss pada ketinggian 3.710-6.184 adalah 957,71 W/m 2
Pada bagian roof radiant section menggunakan insulation G blanket,
dan dari perhitungan didapatkan nilai heat loss sebesar 535,42 W/m 2 .
Convection section refraktori digunakan didaerah wall dan roof. Pada
wall convection section terdapat variasi pengisolasian refraktori. Pada
ketinggian (0-5.151) m, terdapat 3 lapisan refraktori yang terdiri dari brick
insulation pada lapisan pertama dan calsium silicate pada lapisan kedua dan
ketiga. Sedangkan pada ketinggian (5.151-10.044) m, menggunakan
refraktori yang sama dengan ketinggian (0-5.151) m, namun perbedaannya
terletak pada ketebalan refraktori. Pada ketinggian (5.151-10.044) m
refraktori yang digunakan lebih tipis daripada refraktori pada ketinggian (0-
5.151), hal ini dikarenakan temperature pada ketinggian (5.151-10.044) m
lebih rendah daripada ketinggian (0-5.151) m, sehingga penyerapan
panasnyapun semakin rendah. Dari perhitungan analisis heat loss pada
ketinggian (0-5.151) m adalah 385,93 W/m 2 dan pada ketinggian (5.151-
10.044) m adalah 389,13 W/m 2 .
Pada roof convection section, temperature gas pembakaran yang akan
dialirkan ke atmosfir sudah sangat rendah. Sehingga tidak memerlukan
banyak refraktori. Refraktori yang digunakan pada roof convection section
adalah insulation castable. Dari perhitungan analisis heat loss pada roof
convection section didapatkan losses panas sebesar 451,9 W/m2.
Jurusan Teknik Mesin 84Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari analisa
permasalahan di atas adalah sebagai berikut :
1. Heat loss yang terjadi didaerah floor radiant section adalah sebesar
874,27 W/m 2
2. Heat loss yang terjadi didaerah wall radiant section pada ketinggian
(0-3,710) m adalah sebesar 776,44 W/m 2
Jurusan Teknik Mesin 85Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Laporan Kerja PraktekPT. Krakatau Steel CilegonDivisi Perencanaan, Pengendalian dan Perawatan Pabrik Besi Spons
3. Heat loss yang terjadi didaerah wall radiant section pada ketinggian
(3,710-6,184) m adalah sebesar 957,71 W/ m2 Heat loss yang terjadi
didaerah wall convection section pada adalah sebesar 385,93 W/m 2
4. maka Heat loss yang terjadi di daerah wall convection section pada
adalah sebesar 389,13 W/m 2
5. maka Heat loss yang terjadi di roof convection section adalah sebesar
451,9 W/m 2
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1. Brick insulation pada convection section seharusnya dipasang pada
radiant section, dikarenakan temperature di radiant section lebih tinggi
daripada di convection section. Spesifikasi nilai konduktifitas thermal
brick insulation di convection section lebih kecil dibanding brick
insulation di radiant section. Sesuai dengan perumusan bahwa nilai
heat loss berbanding lurus dengan konduktifitas thermal (k). Semakin
rendah nilai konduktifitas thermal maka semakin rendah pula heat loss
yang dihasilkan. Sehingga dapat lebih meminimalisir heat loss di
radiant section.
2. Perlu diperhatikan spesifikasi refraktori di floor radiant section, karena
heat loss yang dihasilkan cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
Incropera., Fundamentals of heat and mass transfer.
Supomo., Balai Besar Keramik.
Aklis Nur, 2006, Study Heat Losses pada isobaric zone hyl-III Direct Reduction Plant PT Krakatau Steel, Laporan kerja praktek, Jurusan teknik mesin, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
PT KRAKATAU STEEL, 1994, Reduction Gas Heater section f DRI plant HYL III
Jurusan Teknik Mesin 86Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember