apa yaapa ya

31
Etika dan Hukum Euthanasia Pasif Pasien Kanker Kolon Kelompok D3 Semester 7 Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Upload: albert-yee

Post on 11-Dec-2015

230 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

apa ya

TRANSCRIPT

Etika dan Hukum Euthanasia Pasif Pasien Kanker Kolon

Kelompok D3Semester 7Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Anggota Kelompok

• Lora Anggraeni Patoding 102009154• Chatrine Sutandi 102010010• Wira Santoso Ongko 102010094• Deffina Widjanarko 102010137• Adrian Cristianto Yusuf 102010206• Albert Chandra 102010249• Cindy Purnama 102010300• Rimenda Dwirana 102010315

Skenario 5

• Seorang pasien berumur 62 tahun datang ke rumah sakit dengan karsinoma kolon yang telah terminal. Pasien masih cukup sadar, berpendidikan cukup tinggi. Ia memahami benar posisi kesehatannya dan keterbatasan kemampuan ilmu kedokteran saat ini. Ia juga memiliki pengalaman pahit sewaktu kakaknya menjelang ajalnya dirawat di ICU dengan peralatan bermacam-macam tampak sangat menderita, dan alat-alat tersebut tampaknya hanya memperpanjang penderitaannya saja. Oleh karena itu, ia meminta kepada dokter apabila dia mendekati ajalnya agar menerima terapi yang minimal saja (tanpa antibiotika,tanpa peralatan ICU, dan lain-lain), dan ia ingin mati dengan tenang dan wajar.Namun, ia tetap setuju apabila ia menerima obat-obatan penghilang rasa sakit bila memang dibutuhkan.

Rumusan Masalah

• Pasien 62 tahun menderita Ca Colon terminal, dan meminta tindakan minimal.

Bioetik

Pasien 62 tahun menderita Ca

Colon terminal, dan meminta

tindakan minimal

Aspek Hukum

Etika ProfesiInformed Consent

Rekam Medis

Prosedur terapi dan tindakan medis

Aspek Hukum • (PERMENKES No.1419/MENKES/PER/2005 tentang

Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi pasal 17) Dokter atau dokter gigi dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi terlebih dahulu harus memberikan penjelasan kepada pasien tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan dan mendapat persetujuan pasien

• Pasien berhak menolak tindakan yang dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

• Pasal 344 KUHP:• Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang

itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara palinglama dua belas tahun.

• Pasal 338 KUHP: • Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain diancam,

karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

• Pasal 340 KUHP: • Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dulu

merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

• Pasal 356 (3) KUHP:• Penganiayaan yang dilakukan dengan memberikan bahan yang

berbahaya bagi nyawa dan kesehatan untuk dimakan atau diminum.

• Pasal 304 KUHP:• Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan

seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan, dia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

• Pasal 306 (2) KUHP:• Jika mengakibatkan kematian, perbuatan tersebut dikenakan

pidana penjara maksimal sembilan tahun.

Etika Profesi

• Kewajiban Umum

Pasal 1: Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Pasal 2: Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3: Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4: Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

• Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

• Pasal 6: Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

• Pasal 7: Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

• Pasal 7a: Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

• Pasal 7b: Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien

• Pasal 7c: Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

• Pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

• Pasal 8: Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

• Pasal 9: Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

• Kewajiban Dokter Terhadap Pasien• Pasal 10: Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan

mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

• Pasal 11: Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

• Pasal 12: Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

• Pasal 13: Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

• Kewajiban Dokter Terhadap Teman sejawat• Pasal 14: Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya

sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.• Pasal 15: Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan

teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

• Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri• Pasal 16: Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya

dapat bekerja dengan baik.• Pasal 17: Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.

Informed Consent

Suatu informed consent harus meliputi :• Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terapi dan

penyakitnya• Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan

seberapa besar kemungkinan keberhasilannya• Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan

akibat apabila penyakit tidak diobati• Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau

menolak terapi. Risiko yang harus disampaikan meliputi efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat atau tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.

Hal-hal yang disampaikan pada suatu informed consent ialah sebagai berikut : • Hasil Pemeriksaan

Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. • Risiko

Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya antisipasi yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. • Alternatif

Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan terapi. Ia harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya yang ditimbulkan dari beberapa pilihan tersebut

• Rujukan/ konsultasi

Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi pada pasien-pasien tertentu. • Prognosis

Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele, ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak mendapat pengobatan atau tidak mendapat tindakan apapun.

Bioetik

• Prinsip Autonomi: prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,

terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination).

Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed

consent;

• Princip Beneficence: prinsip moral yang mengutamakan tindakan

yang ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya

dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan

yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya

(mudharat)

• Prinsip Non-maleficence: prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai "primum

non nocere" atau "above all do no harm".

• Prinsip Justice: prinsip moral yang mementingkan fairness dan

keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber

daya (distributive justice).

Rekam Medis

• Kewajiban dokter untuk membuat rekam medis dalam pelayanan kesehatan dipertegas dalam UUPK seperti: • Pasal 46:

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.

2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. • Pasal 79:

Diingatkan tentang sanksi hukum yang cukup berat, yaitu denda paling banyak Rp.50.000.000,- bila dokter terbukti sengaja tidak membuat rekam medis.

Isi Rekam Medis• Identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa)• Riwayat penyakit (anamnesis) tentang :• keluhan utama• riwayat sekarang• riwayat penyakit yang pernah diderita• riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturunkan

• Laporan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, scanning, MRI, dan lain lain.

• Diagnosis dan/atau diagnosis banding

• Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang.

• Untuk rawat inap, memuat informasi yang sama dengan yang terdapat dalam rawat jalan, dengan tambahan :• Persetujuan tindakan medik• Catatan konsultasi• Catatan perawat dan tenaga kesehatan lainnya• Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan• Resume akhir dan evaluasi pengobatan.

Kegunaan rekam medis

• Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien.

• Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien.

• Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit.

• Sebagai dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.

• Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun

dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

• Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan

penelitian dan pendidikan.

• Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan

medik pasien.

• Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai

bahan pertanggungjawaban dan laporan.

Prosedur Terapi dan Tindakan Medis

• Tujuan pengobatan kanker ada dua, yaitu kuratif dan paliatif.

• Pengobatan kuratif merupakan upaya yang ditujukan untuk mencapai

kesembuhan penyakit kanker

• Pengobatan paliatif ditujukan pada penderita kanker yang sudah

tidak memungkinkan kembali dicapainya kesembuhan.

• Pemeriksaan • Pengujian darah samar• Enema barium: tumor dan kelainan lain pada kolon memberikan

gambaran bayangan gelap pada gambaran rontgen.• Kolonoskopi.• Biopsi: ditemukan adenokarsinoma.• Ultrasonografi: melihat metastasis kanker ke kelenjar getah bening di

hati dan abdomen.• CT scan• Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)

Hipotesis • Pada pasien 62 tahun dengan karsinoma kolon terminal

diperkenankan untuk dilakukan terapi minimal sejauh sesuai indikasi.

Kesimpulan• Hipotesis diterima. Bahwa benar pada pasien 62 tahun dengan

karsinoma kolon terminal tersebut diperkenankan untuk dilakukan terapi minimal sejauh sesuai indikasi. Indikasi yang dimaksud adalah dengan mempertimbangkan keadaan pasien sebenarnya sesuai sudut pandang keilmuan. Autonomy sebagai hak pasien untuk menentukan kondisinya harus dihargai dengan memastikan sebelumnya bahwa pasien telah mendapat informasi yang benar secara menyeluruh dari dokter tentang konsekuensi yang akan terjadi dengan diambilnya keputusan tersebut. Namun untuk euthanasia tetap tidak diperbolehkan secara hukum di Indonesia dan merupakan tindakan yang harus dijauhi oleh dokter dalam tugas profesinya sehari-hari.

TERIMA KASIH ATASPERHATIANNYA