laporan antipiretik

11
I. Tujuan Praktikum - Dapat mengenal metode pengujian antipiretika dan menerapkannya - Dapat mengenal obat antipiretika dan cara kerjanya - Dapat mempelajari cara pengolahan data hasil percobaan II. Dasar teori Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S., 2006). Suhu tubuh normal bervariasi tergantung masing- masing orang, usia dan aktivitas. Rata-rata suhu tubuh normal adalah 37 derajat C. Suhu tubuh kita biasanya paling tinggi pada sore hari. Suhu tubuh dapat meningkat disebabkan oleh aktivitas fisik, emosi yang kuat, makan, berpakaian tebal, obat-obatan, suhu kamar yang panas, dan kelembaban yang tinggi. Ini terutama pada anak-anak. Suhu tubuh orang dewasa kurang bervariasi. Tetapi pada seorang wanita siklus menstruasi dapat meningkatkan suhu tubuh satu derajat atau lebih (Wibowo, S., 2006). Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Thermostat adalah alat untuk menyetel suhu 1

Upload: arya-mahardika

Post on 16-Feb-2015

3.549 views

Category:

Documents


292 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Antipiretik

I. Tujuan Praktikum

- Dapat mengenal metode pengujian antipiretika dan menerapkannya

- Dapat mengenal obat antipiretika dan cara kerjanya

- Dapat mempelajari cara pengolahan data hasil percobaan

II. Dasar teori

Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh

melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada

manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa

derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem

kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih banyak

antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S.,

2006).

Suhu tubuh normal bervariasi tergantung masing-masing orang, usia dan

aktivitas. Rata-rata suhu tubuh normal adalah 37 derajat C. Suhu tubuh kita biasanya

paling tinggi pada sore hari. Suhu tubuh dapat meningkat disebabkan oleh aktivitas

fisik, emosi yang kuat, makan, berpakaian tebal, obat-obatan, suhu kamar yang panas,

dan kelembaban yang tinggi. Ini terutama pada anak-anak. Suhu tubuh orang dewasa

kurang bervariasi. Tetapi pada seorang wanita siklus menstruasi dapat meningkatkan

suhu tubuh satu derajat atau lebih (Wibowo, S., 2006).

Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang terletak di otak.

Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Thermostat adalah alat untuk menyetel

suhu seperti yang terdapat pada AC. Hipotalamus kita mengetahui berapa suhu tubuh

kita yang seharusnya dan akan mengirim pesan ke tubuh kita untuk menjaga suhu

tersebut tetap stabil (Wibowo, S., 2006). Pada saat kuman masuk ke tubuh dan

membuat kita sakit, mereka seringkali menyebabkan beberapa zat kimiawi tertentu

beredar dalam darah kita dan mencapai hipotalamus. Pada saat hipotalamus tahu

bahwa ada kuman, maka secara otomatis akan mengeset thermostat tubuh kita lebih

tinggi. Misalnya suhu tubuh kita harusnya 37 derajat C, thermostat akan berkata

bahwa karena ada kuman maka suhu tubuh kita harusnya 38,9 derajat C. Ternyata

dengan suhu tubuh yang lebih tinggi adalah cara tubuh kita berperang dalam melawan

kuman dan membuat tubuh kita menjadi tempat yang tidak nyaman bagi kuman

(Wibowo, S., 2006).

Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam.

Namun, hal itu tidak mempengaruhi suhu tubuh normal jika ada demam. Antipiretik

1

Page 2: Laporan Antipiretik

bertindak atas hipotalamus untuk mengurangi kenaikan suhu telah diluncurkan oleh

interleukin. Setelah itu, tubuh akan beroperasi pada suhu yang lebih rendah, yang

mengakibatkan pengurangan demam. Antipiretik yang umum digunakan seperti

aspirin, parasetamol, dan lain-lain.

Antipiretika adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh pada keadaan

demam. Antipiretik mempunyai suatu efek pada termostat hipotalamus yang

berlawanan dengan zat pirogen. Penurunan demam oleh antipiretik seringkali melalui

pengurangan pembuangan panas daripada pengurangan produksi panas.

Sintesis PGE2 tergantung pada peran enzim siklooksigenase. Asam

arakhidonat merupakan substrat siklooksigenase yang dikeluarkan oleh membran sel.

Antipiretik berperan sebagai inhibitor yang poten terhadap siklooksigenase. Potensi

bermacam-macam obat secara langsung berkaitan dengan inhibisi siklooksigenase

otak. Asetominophen merupakan penghambat siklooksigenase yang lemah di jaringan

perifer dan aktivitas antiinflamasinya tidak begitu berarti. Di otak, asetominofen

dioksidasi oleh sistem sitokrom p450 dan bentuk teroksidasinya menghambat enzim

siklooksigenase.

Penggunaan klinik:

Pada antipiretik dan analgesic: Natrium salisilat, kolin salisilat (dalam formula

liquid), kolin magnesium salisilat dan aspirin digunakan sebagai antipiretik dan

analgesic pada pengobatan gout, demam rematik, dan atritis rematoid. Umumnya

mengobati kondisi-kondisi ini memerlukan analgesia termasuk nyeri kepala, artralgia,

dan mialgia (Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C., 2001).

Setelah hipotalamus mengeset suhu baru untuk tubuh kita, maka tubuh kita

akan bereaksi dan mulai melakukan pemanasan. Jadi setelah hipotalamus mengeset

pada suhu 38,9 derajat C misalnya, maka suhu tubuh kita yang tadinya 37 derajat C,

oleh tubuh kita akan dinaikkan menjadi 38,9 derajat C. Pada saat tubuh menuju ke

suhu baru kita akan merasa menggigil. Kita dapat pula merasa sangat dingin

meskipun ruangan tidak dingin dan bahkan meskipun kita sudah memakai baju tebal

dan selimut. Jika tubuh sudah mencapai suhu barunya, katakanlah 38,9 derajat C

maka kita tidak akan merasa dingin lagi (Wibowo, S., 2006).

III. Obat (dosis, konsentrasi, rute pemberian), Cara perhitungan (dosis, pengenceran),

Bahan induksi, Hewan coba

Obat : Paracetamol 1,25 mg/ml dalam suspensi CMC Na 0,5%

2

Page 3: Laporan Antipiretik

Dosis 25 mg/KgBB (per oral)

Bahan Induksi panas : Pepton 10%, volume pemberian 1 ml/KgBB (Sub Cutan)

Hewan coba : Mencit jantan galur swiss webster

Cara perhitungan :

Kelompok 1 : Berat mencit 25 g

Pepton:

Vp = 1

1000 x 25 g = 0,025 ml

Volume pengenceran = 0,0250,05

x 0,1 = 0,05 ml

Pipet 0,05 ml ad 0,1 ml

Buang dan sisakan 0,05 ml

Dosis parasetamol:

Vp = 25

1000 x 25 : 1,25 = 0,5 ml

Kelompok 2 : Berat mencit 20 g

Pepton:

Vp = 1

1000 x 20 g = 0,02 ml

Volume pengenceran = 0,020,05

x 0,15 = 0,06 ml

Pipet 0,05 ml ad 0,15 ml

Buang dan sisakan 0,06 ml

Dosis parasetamol:

Vp = 20

1000 x 25 : 1,25 = 0,4 ml

Kelompok 3 : Berat mencit 20 g

Pepton:

Vp = 1

1000 x 20 g = 0,02 ml

Volume pengenceran = 0,020,05

x 0,15 = 0,06 ml

Pipet 0,05 ml ad 0,15 ml

3

Page 4: Laporan Antipiretik

Buang dan sisakan 0,06 ml

Dosis parasetamol:

Vp = 20

1000 x 25 : 1,25 = 0,4 ml

Kelompok 4 : Berat mencit 25 g

Pepton:

Vp = 1

1000 x 25 g = 0,025 ml

Volume pengenceran = 0,0250,05

x 0,1 = 0,05

Pipet 0,05 ml ad 0,1 ml

Buang dan sisakan 0,05 ml

Dosis parasetamol:

Vp = 25

1000 x 25 : 1,25 = 0,5 ml

Kelompok 5 : Berat mencit 23 g

Pepton:

Vp = 1

1000 x 23 g = 0,023 ml

Volume pengenceran = 0,0230,05

x 0,15 = 0,069 ml

Pipet 0,05 ml ad 0,15 ml

Buang dan sisakan 0,069 ml

Dosis parasetamol:

Vp = 23

1000 x 25 : 1,25 = 0,46 ml

Cara Kerja / Prosedur

Alat pengamatan yang diperlukan:

1. Alat suntik 1 ml

2. Jarum suntik

3. Ear termometer B-Braun

4. Timbangan Mencit

4

Page 5: Laporan Antipiretik

Cara kerja:

Timbang Mencit

Ukur suhu mencit sebelum perlakuan ( T=0). Masukkan ear termometer pada

telinga bagian dalam (gendang telinga) mencit dan ukur suhunya.

Suntikkan pepton secara s.c. pada bagian tengkuk mencit sebagai induktor

panas.

Setelah 2 jam ukur suhu mencit. Apabila terjadi peningkatan suhu sebesar 20C,

berikan paracetamol sesuai dosis tiap kelompok secara per oral.

Ukur suhu setelah pemberian paracetamol setelah 15’, 30’, 45’, ddan 60’

IV. Hasil

Golongan P & Q

Kelompok Waktu untuk

mencapai demam (menit)

BB Mencit

(g)

T awal (oC)

T in-duk-

si (oC)

Suhu (oC) pada menit (oC)

15’ 30’ 45’ 60’Parasetamol 1 3 20 36,1 39,9 38,1 36,6 35,5 34,4 5,5Parasetamol 3 3 19 35,2 38,1 36,8 35,4 35,6 34,3 3,8Parasetamol 4 10 18 36,1 37,6 36,8 36,7 36,4 36,3 1,3Parasetamol 1 5 20 36,0 38,6 35,9 35,5 35,4 34,7 3,9Parasetamol 2 5 20 35,4 38,3 37,1 36,9 34,7 34,3 4Kontrol 1 10 25 35,8 37,1 36,7 37,4 36,8 36,1 1

Golongan R

Kelompok Waktu untuk

mencapai demam (menit)

BB Mencit

(g)

T awal (oC)

T in-duk-

si (oC)

Suhu (oC) pada menit (oC)

15’ 30’ 45’ 60’Parasetamol 1 16 25 36,1 37,7 36,8 36,2 36,5 36,4 1,3

5

Page 6: Laporan Antipiretik

Parasetamol 2 15 26 37 38,1 37,1 37,1 36,3 36,3 1,8Parasetamol 3 27 26 38 37,5 36,3 35,6 36,5 36,3 1,2Kontrol 1 12 23 39,8 37,9 37,4 38 38,3 37,7 0,2Kontrol 2 8 30 35,6 37,1 36,5 36,7 36,8 36,9 0,2

Golongan S

Kelompok Waktu untuk

mencapai demam (menit)

BB Mencit (gram)

T awal (oC)

T in-duk-

si (oC)

Suhu (oC) pada menit (oC)

15’ 30’ 45’ 60’Parasetamol 2 15 35 36,1 38 36,5 36,4 36,1 36,1 1,9Parasetamol 3 25 17 36,3 37 33,3 35,5 36,8 36,6 0,4Kontrol 1 10 20 33,8 36,3 36,4 36,4 35,9 35,4 0,9Kontrol 2 10 20 34,9 37,1 37,6 36,7 36,3 35,8 1,3

Golongan T

Kelompok Waktu untuk

mencapai demam (menit)

BB Mencit (gram)

T awal (oC)

T in-duk-

si (oC)

Suhu (oC) pada menit (oC)

15’ 30’ 45’ 60’Kontrol 1 6 25 34.8 37 37.6 37.6 37.1 37.9 0.9Kontrol 2 2 20 33.5 35.7 35.4 35.4 34 35.1 0.6Parasetamol 1 3 20 33.6 35.6 35.4 34.8 32.9 33.5 0.1Parasetamol 2 16 25 35.5 37.5 - R I P -Parasetamol 3 5 23 35.8 37.7 36.3 36.3 35.1 35 0.8

Keterangan : -RIP- : Mencit mati

Golongan U

Kelompok Waktu untuk

mencapai demam (menit)

BB Mencit (gram)

T awal (oC)

T in-duk-

si (oC)

Suhu (oC) pada menit (oC)

15’ 30’ 45’ 60’Kontrol 1 7 27 33,7 36,3 35,7 34,1 35,3 34,4 1,9

6

Page 7: Laporan Antipiretik

Kontrol 2 8 21 36,4 38,4 37,5 36,6 36,6 36,6 1,8Parasetamol 1 10 18 35,4 37,4 35,6 35,8 35,8 35,6 1,8Parasetamol 2 12 17 36,5 38,5 36,8 36 35,9 35,8 2,7Parasetamol 3 5 25 31,6 37,1 36,3 36,8 36,4 34,5 2,6

V. Pembahasan

Pada praktikum pengujian efek antipiretik, menggunakan hewan coba 2 mencit untuk

kelompok control dan 3 mencit lainnya diberikan perlakuan yaitu di berikan parasetamol

sebagai antipiretik, jika dilihat dari kelompok control setelah diinduksikan dengan pepton,

suhu tubuh mencit mulai meningkat, dan pada menit ke 15, 30, 45, dan 60 suhu tubuh mencit

sedikit menurun, sedangkan pada kelompok mencit yang diberi perlakuan dengan

memberikan parasetamol sebagai antipiretik, suhu tubuh mencit jika dilihat pada menit ke 15,

30, 45, dan 60, suhu tubuh mencit sudah bisa menurun dengan cepat.

Perbedaan penurunan suhu tubuh mencit pada kelompok control dengan kelompok

mencit yang diberikan parasetamol adalah, jika mencit diberikan parasetamol sebagai

antipiretik setelah diinduksikannya penton, kelompok mencit yang diberikan parasetamol,

suhu tubuhnya, cenderung lebih cepat menurun dari pada kelompok control, hal ini bisa

dilihat pada tabel, penerunan suhu tubuh nya bisa dilihat dari menit ke 15, 30, 45, dan 60,

pada menit-menit itu, bisa dilihat kalau kelompok mencit yang diberikan parasetamol sebagai

antipiretik, penurunan suhu tubuh nya lebih cepat dari pada kelompok mencit control. Hal ini

dikarenakan, parasetamol mempunyai efek analgesic dan antipiretik, sehingga mencit yang

mendapatkan perlakuan dengan diberikannya parasetamol, penurunnan suhu tubuhnya akan

lebih cepat, dari pada kelompok mencit control yang tidak diberikan parasetamol sebagai

antipiretik.

VI. Kesimpulan

Pada pengujian efek parasetamol sebagai antipiretik, dengan menggunakan mencit

sebagai hewan coba, setelah dilakukannya percobaan menunjukkan parasetamol mempunyai

efek sebagai antipiretik, karena setelah diinduksikannya pepton pada mencit suhu tubuh

7

Page 8: Laporan Antipiretik

mencit mulai meningkat, tetapi dengan diberikannya parasetamol, suhu tubuh mencit mulai

menurun, sehingga efek antipiretik pada parasetamol sudah bisa dibuktikan.

VII. Pustaka

Katzung , Betram G. , 1997 , Farmakologi Dasar dan Klinis edisi 6 , Penerbit Buku

Kedokteran EGC , Jakarta.

Khan, A., M. Rahman, S. Islam, 2007, Antipyretic activity of peperomia pellucida leaves

in rabbit, Department of Pharmacy.

8