antipiretik ayu lengkap

37
ANTIPIRETIK I. PENDAHULUAN Temperatur normal tubuh kita adalah 37°C dan temperatur tubuh kita tidak dapat melebihi dari 41.7°C. Seluruh reaksi didalam tubuh kita baik itu pernafasan, pencernaan, dan sintesis dari berbagai senyawa berlangsung pada temperatur normal tubuh. Jika temperatur tubuh kita naik 10°C menyebabkan kecepatan reaksi dari reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tubuh kita menjadi dua kali lebih cepat dari keadaan normal, bahkan kenaikan 1°C saja sudah cukup mempercepat reaksi kimia di dalam tubuh kita. Demam merupakan mekanisme kekebalan tubuh, di mana sedikit kenaikkan pada temperatur tubuh mempercepat pembunuhan kuman dan bakteri melalui percepatan reaksi mekanisme kekebalan tubuh. Hal yang penting adalah kenaikkan temperatur tersebut haruslah sedikit: kenaikkan temperatur tubuh lebih dari 3°C mempercepat kecepatan reaksi pada signifikasi yang berbahaya. Seseorang dapat dengan mudah mendeteksi kenaikkan dari reaksi kimia tubuh ketika pasien menderita demam dengan temperatur tinggi. Denyut nadi bertambah dan pernafasan menjadi lebih cepat merupakan suatu usaha untuk memperoleh lebih banyak oksigen guna mempercepat reaksi yang terjadi di dalam tubuh Demam merupakan gejala dari suatu penyakit. Seseorang dikatakan mengalami Demam apabila suhu badan lebih dari 37,8 o C.Demam merupakan mekanisme pertahanan

Upload: ade-sri-rohani-nst

Post on 30-Jun-2015

723 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Antipiretik ayu lengkap

ANTIPIRETIK

I. PENDAHULUAN

Temperatur normal tubuh kita adalah 37°C dan temperatur tubuh kita tidak dapat

melebihi dari 41.7°C. Seluruh reaksi didalam tubuh kita baik itu pernafasan,

pencernaan, dan sintesis dari berbagai senyawa berlangsung pada temperatur normal

tubuh. Jika temperatur tubuh kita naik 10°C menyebabkan kecepatan reaksi dari reaksi-

reaksi yang terjadi di dalam tubuh kita menjadi dua kali lebih cepat dari keadaan

normal, bahkan kenaikan 1°C saja sudah cukup mempercepat reaksi kimia di dalam

tubuh kita.

Demam merupakan mekanisme kekebalan tubuh, di mana sedikit kenaikkan

pada temperatur tubuh mempercepat pembunuhan kuman dan bakteri melalui

percepatan reaksi mekanisme kekebalan tubuh. Hal yang penting adalah kenaikkan

temperatur tersebut haruslah sedikit: kenaikkan temperatur tubuh lebih dari 3°C

mempercepat kecepatan reaksi pada signifikasi yang berbahaya.

Seseorang dapat dengan mudah mendeteksi kenaikkan dari reaksi kimia tubuh

ketika pasien menderita demam dengan temperatur tinggi. Denyut nadi bertambah dan

pernafasan menjadi lebih cepat merupakan suatu usaha untuk memperoleh lebih banyak

oksigen guna mempercepat reaksi yang terjadi di dalam tubuh Demam merupakan

gejala dari suatu penyakit. Seseorang dikatakan mengalami Demam apabila suhu badan

lebih dari 37,8oC.Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi atau

masuknya zat asing ke dalam tubuh. Apabila mengalami Demam, harus diwaspadai

adanya penyakit yang sedang menyerang tubuh. Dengan mengetahui penyebab demam

akan sangat membantu menentukan pengobatan bagi penderita. Gejala yang menyertai

demam tergantung dari penyebabnya, tanda / gejala yang menyertai Demam dapat

meliputi : Berkeringat, menggigil, sakit kepala, sakit otot, kehilangan nafsu makan,

dehidrasi, badan lemah, dll. Demam yang sangat tinggi antara 39,4 – 41,1 oC dapat

menyebabkan halusinasi, kebingungan, mudah marah, bahkan kejang-kejang.

http://www.prodia.co.id

Page 2: Antipiretik ayu lengkap

II. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengetahui efek yang ditimbulkan akibat pemberian zat 2,4 dinitrofenol

2. Mengenal manifestasi dari efek yang ditimbulkan akibat pemberian 2,4

dinitrofenol

3. Mengetahui dan mengamati pengaruh pemberian parasetamol terhadap

hewan yang telah diberikan 2,4 dinitrofenol

4. Mengetahui akibat tang terjadi bila tidak diberi parasetamol

III. PRINSIP PERCOBAAN

Pemberian 2,4-dinitrofenol sebagai pirogen eksogen secara intramuskular pada

merpati akan menimbulkan demam yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh merpati,

dan dengan pemberian parasetamol maka demam dapat diatasi di mana setelah

pemberian parasetamol, suhu tubuh merpati akan kembali normal.

Page 3: Antipiretik ayu lengkap

IV. TINJAUAN PUSTAKA

Derivat para amino fenol yaitu fenasetin dan asetaminofen dapat dilihat

strukturnya

NHCOCH3 NHCOCH3

H OCH2H5

Asetaminofen Fenasin

Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fanasetin dengan yang sama

dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus

aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama Parasetamol, dan

tersedia sebagai obat bebas. Walau demikian laporan kerusakan fatal hefar akibat

overdosis akut perlu diperhatikan. Tetapi perlu diperhatikan pemakai maupun dokter

bahwa efek anti antipiretik inflamasi parasetamol hampir tidak ada.

(Sartono, 1996)

FARMAKODINAMIK

Efek analgesik parasetamol dan fanasetin serupa dengan salisilat yaitu

menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan

suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti

salisilat.

Efek inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan fenasetin tidak

digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis PG

yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat

ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa.

Page 4: Antipiretik ayu lengkap

FARMAKOKINETIK

Parasetamol dan fenasetin diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.

Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma

antara1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25%

parasetamol dan 30% fenasetin terikat protein plasma. Kebua obat ini dimetabolisme

oleh enzim mikrosom hati.Sebahagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam

glukuronat dan sebahagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu kedua obat ini

dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Kedua obat ini

diekskresi melalui ginjal. Sebahagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebahagian

besar dalam bentuk terkonjugasi.

INDIKASI

Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah

menggunakan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak

diberikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan hefropati. Analgesik jika

dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.

Penggunaannya untuk meredakan demam tidak seluas penggunaannya sebagai

analgesik.

EFEK SAMPING

Reaksi alergi terhadap derivat para aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya

berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada

mukosa.

Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam

arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat sikloosigenase PG hanya

terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid yang dihasilkan oleh leukosit. Ini

menjelaskan mengapa efek anti inflamasi parasetamol praktis tidak ada (Ganiswara

1995).

DEMAM

Ada berbagai cara pelepasan panas dari tubuh. Pertama, radiasi. Kehilangan

panas dengan cara radiasi dalam bentuk sinar panas inframerah, suatu jenis gelombang

Page 5: Antipiretik ayu lengkap

elektromagnetik yang beradiasi dari tubuh ke sekililingnya, yang lebih dingin daripada

tubuhnya sendiri. Kehilangan ini meningkat bila suhu sekelilingnya menurun. Kedua,

konduksi. Biasanya, hanya sedikit panas dibuang dengan cara konduksi langsung dari

permukaan tubuh ke objek lain, seperti pada kursi atau tempat tidur. Tetapi kehilangan

panas dengan cara konduksi ke udara merupakan bagian kehilangan panas tubuh yang

dapat diukur, bahkan dalam keadaan normal. Ketiga, konveksi. Pergerakan udara

dikenal sebagai konveksi, dan pembuangan panas dari tubuh dengan cara arus udara

konveksi sering dinamakan “kehilangan panas dengan cara konveksi”. Sebenarnya,

panas pertama kali harus dikonduksi ke udara dan kemudian dibawa menuju tubuh oleh

arus konveksi. Keempat, evaporasi atau penguapan. Bila air menguap dari permukaan

tubuh, 0,58 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap. Air menguap

secara insensibel dari kulit dan paru dengan kecepatan sekitar 600ml per hari. Hal ini

menyebabkan kehilangan panas secara kontinu dengan kecepatan 12-16 kalori per jam

(Ganong, 1999).

Perangsangan menggigil oleh hipotalamus. Terdapat area yang dinamakan pusat

motorik primer utnuk menggigil pada bagian dorsomedial hipotalamus posterior dekat

dinding ventrikel ketiga. Area ini dalam keadaan normal dihambat oleh isyarat dari area

termostat panas preoptika tetapi dikendalikan oleh isyarat dari kulit dan medula spinalis.

Oleh karena itu, akibat rangsangan dingin, pusat ini menjadi aktif dan menghantarkan

impuls melalui traktus bilateral menuruni batang otak, masuk ke kolumna lateralis

medula spinalis, dan akhirnya, ke neuron motorik anterior. Impuls ini tidak berirama

dan tidak menyebabkan menggigil yang sebenarnya. Sebagai gantinya, impuls ini

meningkatkan tonus otot rangka di seluruh tubuh. Bila tonus otot rangka meningkat di

atas nilai kritis tertentu, mulai timbul menggigil. Hal ini mungkin akibat dari osilasi

umpan-balik mekanisme refleks meregang “muscle spindle”. Waktu menggigil

maksimum, pembentukan panas tubuh dapat meningkat empat hingga lima kali lipat

normal.

Demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa, dapat disebabkan

oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat

pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau dehidrasi. Banyak protein,

pemecahan protein, dan zat-zat tertentu lain, seperti toksin lipopolisakarida yang

disekresi oleh bakteri dapat menyebabkan titik setel termostat hipotalamus meningkat.

Page 6: Antipiretik ayu lengkap

Zat-zat yang menyebabkan efek ini dinamakan pirogen. Terdapat pirogen yang

disekresikan oleh bakteri toksik atau pirogen yang dikeluarkan dari degenerasi jaringan

tubuh yng menyebabkan demam selama sakit. Bila titik setel termostat hipotalamus

meningkat lebih tinggi dari normal, semua mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh

bekerja, termasuk konservasi panas dan peningkatan pembentukan panas. Dalam

beberapa jam setelah termostat diubah ke tingkat yang lebih tinggi, suhu tubuh juga

mencapai tingkat tersebut.

Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai

yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat kerusakan jaringan, zat pirogen, atau

dehidrasi, suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu yang

baru. Misalnya, setelan suhu termostat hipotalamus dapat dengan segera meningkat

sampai 103°F. Karena suhu darah lebih rendah daripada setelan suhu termostat

hipotalamus, terjadi respon otonom yang biasanya menyebabkan peningkatan suhu

tubuh. Selama periode ini orang akan menggigil, selama mana ia merasakan sangat

dingin, walaupun suhu tubuhnya sudah melebihi suhu normal. Kulitnya juga dingin

sebab vasokonstriksi, dan ia gemetar karena menggigil. Menggigil terus berlangsung

sampai suhu tubuhnya ke tingkat setting hipotalamus. Kemudian bila suhu tubuh telah

mencapai nilai ini, ia tidak lagi menggigil tetapi sebagai gantinya ia tidak dapat merasa

dingin atau panas. Selama faktor yang menyebabkan termostat hipotalamus di set pada

nilai yang tinggi, efeknya terus berlangsung, suhu tubuh kurang lebih diatur dengan cara

normal, tetapi pada tingkat suhu yang tinggi (Guyton, 2001).

Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya panas. Alat

pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus. Pada keadaan demam, keseimbangan ini

terganggu, tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip aspirin. Ada bukti

bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali pelepasan suatu zat

pirogen endogen atau sitokin seperti interlekuin-1 (IL-1) yang memacu pelepasan PG

berlebihan di daerah preoptik hipotalamus. Selain itu, PGE2 terbukti menimbulkan

demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hipotalamus.

Obat mirip aspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambt sintesis PG.

Tetapi demam yang timbul akibat pemberian eningkatan suhu oleh sebab lain seperti

latihan fisik.

Page 7: Antipiretik ayu lengkap

Semua obat mirip aspirin berkhasiat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi.

Ada perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut, misalnya: parasetamol bersifat

antipiretik dan analgetik tetapi sifat anti-inflamasinya lemah sekali.

Ada berbagai cara pelepasan panas dari tubuh. Pertama, radiasi. Kehilangan

panas dengan cara radiasi dalam bentuk sinar panas inframerah, suatu jenis gelombang

elektromagnetik yang beradiasi dari tubuh ke sekililingnya, yang lebih dingin daripada

tubuhnya sendiri. Kehilangan ini meningkat bila suhu sekelilingnya menurun. Kedua,

konduksi. Biasanya, hanya sedikit panas dibuang dengan cara konduksi langsung dari

permukaan tubuh ke objek lain, seperti pada kursi atau tempat tidur. Tetapi kehilangan

panas dengan cara konduksi ke udara merupakan bagian kehilangan panas tubuh yang

dapat diukur, bahkan dalam keadaan normal. Ketiga, konveksi. Pergerakan udara

dikenal sebagai konveksi, dan pembuangan panas dari tubuh dengan cara arus udara

konveksi sering dinamakan “kehilangan panas dengan cara konveksi”. Sebenarnya,

panas pertama kali harus dikonduksi ke udara dan kemudian dibawa menuju tubuh oleh

arus konveksi. Keempat, evaporasi atau penguapan. Bila air menguap dari permukaan

tubuh, 0,58 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap. Air menguap

secara insensibel dari kulit dan paru dengan kecepatan sekitar 600ml per hari. Hal ini

menyebabkan kehilangan panas secara kontinu dengan kecepatan 12-16 kalori per jam

(Ganong, 1999).

Perangsangan menggigil oleh hipotalamus. Terdapat area yang dinamakan pusat

motorik primer utnuk menggigil pada bagian dorsomedial hipotalamus posterior dekat

dinding ventrikel ketiga. Area ini dalam keadaan normal dihambat oleh isyarat dari area

termostat panas preoptika tetapi dikendalikan oleh isyarat dari kulit dan medula spinalis.

Oleh karena itu, akibat rangsangan dingin, pusat ini menjadi aktif dan menghantarkan

impuls melalui traktus bilateral menuruni batang otak, masuk ke kolumna lateralis

medula spinalis, dan akhirnya, ke neuron motorik anterior. Impuls ini tidak berirama

dan tidak menyebabkan menggigil yang sebenarnya. Sebagai gantinya, impuls ini

meningkatkan tonus otot rangka di seluruh tubuh. Bila tonus otot rangka meningkat di

atas nilai kritis tertentu, mulai timbul menggigil. Hal ini mungkin akibat dari osilasi

umpan-balik mekanisme refleks meregang “muscle spindle”. Waktu menggigil

maksimum, pembentukan panas tubuh dapat meningkat empat hingga lima kali lipat

normal.

Page 8: Antipiretik ayu lengkap

Demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa, dapat disebabkan

oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat

pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau dehidrasi. Banyak protein,

pemecahan protein, dan zat-zat tertentu lain, seperti toksin lipopolisakarida yang

disekresi oleh bakteri dapat menyebabkan titik setel termostat hipotalamus meningkat.

Zat-zat yang menyebabkan efek ini dinamakan pirogen. Terdapat pirogen yang

disekresikan oleh bakteri toksik atau pirogen yang dikeluarkan dari degenerasi jaringan

tubuh yng menyebabkan demam selama sakit. Bila titik setel termostat hipotalamus

meningkat lebih tinggi dari normal, semua mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh

bekerja, termasuk konservasi panas dan peningkatan pembentukan panas. Dalam

beberapa jam setelah termostat diubah ke tingkat yang lebih tinggi, suhu tubuh juga

mencapai tingkat tersebut.

Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai

yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat kerusakan jaringan, zat pirogen, atau

dehidrasi, suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu yang

baru. Misalnya, setelan suhu termostat hipotalamus dapat dengan segera meningkat

sampai 103°F. Karena suhu darah lebih rendah daripada setelan suhu termostat

hipotalamus, terjadi respon otonom yang biasanya menyebabkan peningkatan suhu

tubuh. Selama periode ini orang akan menggigil, selama mana ia merasakan sangat

dingin, walaupun suhu tubuhnya sudah melebihi suhu normal. Kulitnya juga dingin

sebab vasokonstriksi, dan ia gemetar karena menggigil. Menggigil terus berlangsung

sampai suhu tubuhnya ke tingkat setting hipotalamus. Kemudian bila suhu tubuh telah

mencapai nilai ini, ia tidak lagi menggigil tetapi sebagai gantinya ia tidak dapat merasa

dingin atau panas. Selama faktor yang menyebabkan termostat hipotalamus di set pada

nilai yang tinggi, efeknya terus berlangsung, suhu tubuh kurang lebih diatur dengan cara

normal, tetapi pada tingkat suhu yang tinggi (Guyton, 2001).

Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya panas. Alat

pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus. Pada keadaan demam, keseimbangan ini

terganggu, tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip aspirin. Ada bukti

bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali pelepasan suatu zat

pirogen endogen atau sitokin seperti interlekuin-1 (IL-1) yang memacu pelepasan PG

berlebihan di daerah preoptik hipotalamus. Selain itu, PGE2 terbukti menimbulkan

Page 9: Antipiretik ayu lengkap

demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hipotalamus.

Obat mirip aspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambt sintesis PG.

Tetapi demam yang timbul akibat pemberian eningkatan suhu oleh sebab lain seperti

latihan fisik.

Semua obat mirip aspirin berkhasiat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi.

Ada perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut, misalnya: parasetamol bersifat

antipiretik dan analgetik tetapi sifat anti-inflamasinya lemah sekali.

Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara praduksi dan hilangnya panas. Alat

pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus. Pada keadaan demam keseimbangan ini

terganggu tetapi dapat dikembalikan pada keadaan normal oleh obat mirip aspirin. Ada

bukti bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali penglepasan suatu

zat pirogen endogen atau sitokin seperti Interleukin-1 (1L-1) yang memacu penglepasan

PG yang berlebihan diadaerah preoptik hipotalamus. Selain itu PGE2 terbukti

menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebrul atau disuntikan ke daerah

hipotalamus. Obat mirip aspirin ,menekan efek zat pirogen endogen dengan

menghambat sintesis PG, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian PG tidak

dipengaruhi,demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain seperti latihan fisik

(Ganiswara, 1995)

Prostaglandin adalah senyawa mediator yang penting pada kejadian nyeri dan

radang. Secara kimia ia adalah turunan asam prostanoat yang dibentuk invivo dari asam

arakhidoklat, suatu asam lemak C-20 dengan empat ikatan rangkap oksidasi dan

siklisasi asam arakidonat yang dikatalisis oleh protagladin sintetase, menghasilkan suatu

endoperoksida siklik yang sebagai zat kunci diisomerisasi menjadi prostagladin E2

(PGE2) atau menjadi prostagladin lain. Zat seperti asam asetil salisilat atau indometasin

mewujudkan kerja analgetik dan antiflogistiknya pada dasarnya melalui hambatan

prostagladin sintetase yang terdapat pada jaringan perifer.

Daya kerja antipiretik bertentangan dengan efek analgetik dan antipiretik,

dikembalikan pada penghambatan mekanisme sentral. Bila pusat panas yang terletak

dihipotalamus dianggap sebagai termostat, maka zat-zat yang menimbulkan demam

(pirogen) bekerja meninggikan nilai ambang melalui stimulasi sintesis prostagladin.

Page 10: Antipiretik ayu lengkap

Penurunannya dan dengan demikian penurunan suhu tubuh dapat diharapkan dari zat zat

inhibiton prostagladin-sintetase yang dapat mempermeasi dengan baik ke dalam SSP.

Asam Arakidonat Andoperaksida Prostagladin E2

Siklik ( PGE2 )

( Walter Schunack, 1990 )

MODEL AKSI ANTIPIRETIK

Salisilat menurunkan suhu badan bila demam, tetapi efeknya kecil untuk suhu

normal. Penurunan suhu adalah akibat pengaturan kembali pusat kontrol hipotalamik

pada SSP tetapi dibatasi buluh darah perifer dengan kenaikan hilangnya panas juga

terlibat

( Moch, Somhoedi Reksobddiprodjo, 1994 )

Rasa Sakit bukan penyakit tapi tanda atau gejala bahwa kesehatan seseorang

terganggu. Pada umumnya, rasa sakit kurang mempunyai arti sebagai tanda peringatan

maupun dalam membantu penegakkan diagnosis. Dan rasa sakit dapat dikelompokan

kedalam tiga golongan yaitu, rasa sakit dipermukaan, rasa sakit didalam dan rasa sakit

somatik. Rasa sakit dipermukaan dirasakan dibahagian kulit atau selaput lendir, dan

pada bahagian tertentu. Sakitnya sangat terasa. Rasa sakit didalam dirasakan pada organ

–organ tubuh yang terdiri atas otot polos. Kedua golongan rasa sakit ini biasanya

memerlukan obat-obat yang dapat.diperoleh dengan resep dokter.

Page 11: Antipiretik ayu lengkap

Rasa sakit soamtik, dirasakan di bagian-bagian otot rangka, sendi dan pembuluh-

pembuluh yang tidak jelas letaknya. Rasa sakit somatik antara lain sakit kepala, sakit

gigi, pegal=pegal,artritis, dan sebagainya. Rasa sakit somatik yang tidak berat, biasanya

dapat dihilangkan dengan obat-obat penghilang rasa sakit yang dapat diperoleh tanpa

resep dokter, atau dijual bebas. Obat penghilang rasa sakit atau obat golongan

analgetika dapat dibagi kedalam dua golongan yaitu golongan analgetika-antipiretik

(selain menghilangkan rasa sakit, juga menurunkan suhu tubuh). Dan golongan

analgetika-anti radang (selain menghilangkan rasa sakit juga untuk mengatasi radang).

Pengobatan dengan Analgetik-Antipiretik (pereda demam)

Mekanisme Kerja: menghambat produksi prostaglandin. Parasetamol, aspirin, dan obat

anti inflamasi (peradangan) non-steroid (OAINS) lainnya adalah antipiretik yang

efektif.

Parasetamol

Parasetamol adalah obat pilihan utama untuk anak-anak karena lebih aman

hampir tanpa efek samping (bila diminum sesuai aturan).

Sebagian kecil parasetamol direaksikan oleh tubuh membentuk intermediet

(turunan, berupa senyawa antara) aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati).

Karena itu tidak boleh digunakan terus menerus dalam waktu yang lama (hitungan

bulan, misalnya).

Aspirin

Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat

menimbulkan efek samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung

sehingga meningkatkan resiko luka pada lambung, perdarahan (akibat dihambatnya

aktivitas trombosit), hingga perforasi (terbentuknya lubang di dinding lambung).

Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan resiko

Sindrom Reye, yang ditandai dengan kerusakan hati dan ginjal. Oleh karena itu, tidak

dianjurkan untuk anak berusia < 16 tahun.

Page 12: Antipiretik ayu lengkap

Sebagai antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya pada

keadaan demam. Walaupun kebanyakan obat ini memperhatikan efek antipiretik in

vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan

secara rutin atau terlalu lama. Fenilbutazon dan obat antireumatik lainnya tidak

dibenarkan digunakan sebagai antipiretik (Wilmana, 1995).

Obat Anti Inflamasi Non- Steroid (OAINS)

Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen. Dosis

sebesar 5-10 mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan aspirin

atau parasetamol.

OAINS dan aspirin memiliki kesamaan, yaitu bisa menyebabkan luka lambung,

perdarahan, dan perforasi, meskipun komplikasi ini jarang pada anak-anak. Ibuprofen

juga tidak direkomendasikan untuk anak demam yang mengalami diare dengan atau

tanpa muntah.

Jenis lainnya

Turunan pirazolon seperti fenilbutazon dan dipiron, efektif sebagai antipiretik tetapi

jauh lebih beracun.

Sampai di sini, banyak sekali disebut senyawa-senyawa kimia ya? Inilah -salah satunya-

mengapa kita wajib mengetahui nama generik obat yang -akan- kita konsumsi.

Keterangan tentang 'kata-kata sulit' mohon pelajari sendiri di halaman statis yang

ditautkan. (http://lita.inirumahku.com)

Page 13: Antipiretik ayu lengkap

6.4. Pembahasan

Suhu tubuh normal merpati berkisar antara 38-39°C. Namun pada percobaan

suhu tubuh merpati normal yang diperoleh rata-rata untuk merpati I :37,5°C ; merpati II

adalah 39,9°C; dan merpati III : 37,1°C. Hal ini mungkin disebabkan karena keadaan

lingkungan merpati sebelum dibawa ke dalam laboratorium telah menyebabkan suhu

tubuhnya naik.

Setelah diberikan 2,4-dinitrofenol, masing-masing merpati mengalami kenaikan

suhu tubuh. Hal ini disebabkan karena 2,4-dinitrofenol merupakan zat asing yang dapat

mempengaruhi proses metabolisme tubuh sehingga merangsang terbentuknya pirogen

endogen yang dapat meningkatkan nilai ambang suhu di hipotalamus sehingga

menimbulkan demam. Dalam hal ini demam menunjukkan bahwa tubuh sedang

melakukan pertahanan terhadap zat asing seperti 2.4-dinitrofenol.

Menurut Guyton (2001), demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal

biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau

dehidrasi. Banyak protein, pemecahan protein, dan zat-zat tertentu lain, seperti toksin

lipopolisakarida yang disekresi oleh bakteri dapat menyebabkan titik setel termostat

hipotalamus meningkat. Zat-zat yang menyebabkan efek ini dinamakan pirogen.

Terdapat pirogen yang disekresikan oleh bakteri toksik atau pirogen yang dikeluarkan

dari degenerasi jaringan tubuh yng menyebabkan demam selama sakit.

Pemberian suspensi kosong pada merpati 1 tidak mengalami penurunan suhu

malah meningkat menjadi 38,8°C, tetapi pada menit ke 10 sampai ke50 suhu tubuhnya

semakin turun tetapi suhu tubuhnya tetap berada di atas suhu tubuh normalnya. Pada

percobaan merpati 2 juga mengalami penurunan suhu tubuh, bahkan melewati suhu

normal. Hal ini mungkin disebabkan karena, ketidaktelitian dalam mengukur suhu

tubuh merpati, di mana termometer rektal yang digunakan belum tepat ditempatkan

pada rektalnya sehingga suhu tubuh yang sebenarnya tidak dapat diukur dengan akurat.

Pada percobaan merpati 3, dengan pemberian suspensi parasetamol pada, juga

memberikan efek penurunan suhu juga, bahkan melewati suhu normal. Hal ini juga

mungkin disebabkan karena, ketidaktelitian dalam mengukur suhu tubuh merpati, di

mana termometer rektal yang digunakan belum tepat ditempatkan pada rektalnya

sehingga suhu tubuh yang sebenarnya tidak dapat diukur dengan akurat.

Page 14: Antipiretik ayu lengkap

Menurut Sartono asetaminofen atau yang biasa disebut parasetamol, mempunyai

daya kerja anlgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak

berikatan. Tidak seperti asetosal, asetaminofen tidak mempunyai daya kerja antiradang,

dan tidak menimbulkan iritasi dan perdarahan lambung.

Sebagai obat antipiretik, dapat digunakan baik asetosal, salisilat maupun

asetaminofen. Diantara ketiga obat tersebut asetaminofen mempunyai efek samping

yang paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak dibawah umur 2 tahun

sebaiknya digunakan asetaminofen, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari

dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahwa kombinasi asetosal

dengan asetaminofen bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan

sendiri-sendiri. (Sartono, 1996)

Pemberian suspensi obat X pada merpati 3, pada awalnya dapat menurunkan

suhu tubuh merpati. Selanjutnya, secara bertahap suhu tubuh merpati terus menurun.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa obat X dapat menurunkan suhu tubuh merpati,

yang berarti bahwa obat X mempunyai khasiat antipiretik. Hal ini mungkin disebabkna

karena pada obat x terdapat zat-zat tambahan yang mempunyai efek antipiretik yang

lebih kuat dibandingkan asetaminofen dalam bentuk tunggal.

Bila dibandingkan antara merpati 2 dan 3 yang telah diberikan DNF

sebelumnya, terlihat bahwa penurunan suhu tubuh pada merpati 3 lebih cepat daripada

merpati 2. Namun demikian, kerja dari kedua obat tidak begitu berbeda. Hal ini dapat

dilihat dari skala penurunan suhu tubuhnya yang tidak berbeda jauh. Pada akhir

pengamatan, suhu tubuh kedua merpati sudah kembali pada suhu normalnya. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa khasiat kedua obat hampir sama.

Page 15: Antipiretik ayu lengkap

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

- Demam merupakan gejala suatu penyakit dan bukan merupakan suatu penyakit,

demam dapat disebabkan oleh pirogen, degenerasi jarngan, infeksi dan

dehidrasi.

- Mekanisme terjadinya demam adalah adanya peningkatan aktivitas

metabolisme di dalam tubuh akibat kehadiran suatu zat asing (pirogen eksogen,

seperti DNF) yang dapat merangsang keluarnya pirogen endogen dalam tubuh

yang mengakibatkan pelepasan prostaglandin berlebihan pada pusat pengaturan

suhu di hipotalamus sehingga menimbulkan demam.

- Mekanisme pelepasan panas meliputi radiasi, evaporasi, konduktor

dan konveksi

- 2,4 dinitrofenol merupakan pirogen eksogen yang merangsang pembentkan

pirogen yang pada akhirnya meningkatkan suhu tubuh

- Parasetamol merupakan senyawa antipiretik yang dapat menutunkan suhu tubuh,

dapat diberikan secara oral dan rectal pada manusia

- Mekanisme kerja parasetamol adalah dengan menghambat

biosintesis prostaglandin melalui penghambatan kerja enzim siklooksigenase.

7.2. Saran

- Sebaiknya praktikan teliti dalam mengukur suhu tubuh merpati agar diperoleh

suhu tubuh yang sesuai dengan keadaan tubuh merpati.

- Sebaiknya praktikan hati-hati dalam memberikan suntikan DNF pada merpati

karena penyuntikan secara intramuskular melalui otot dada kemungkinan dapat

menembus ke dalam paru-paru merpati.

- Sebaiknya praktikan cermat dalam melakukan pengukuran suhu tubuh merpati

agar sesuai dengan selang waktu yang telah ditetapkan.

- Sebaiknya dalam percobaan dapat digunakan termometer yang berbeda utnuk

setiap merpati agar lebih efektif dalam pengukuran suhu tubuhnya.

Page 16: Antipiretik ayu lengkap

DAFTAR PUSAKA

Guyton, Arthur C., (1995), “FISIOLOGI MANUSIA DAN MEKANISME

PENYAKIT”, Edisi ketiga, Cetakan IV, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta, Halaman : 643-644.

Ganiswara, Sulistia G., (1995), “FARMAKOLOGI DAN TERAPI “, Edisi IV, Buku

Bagian Farmakologi FK-UI, Jakarta, Halaman : 209-214.

Moch, Somhoedi Reksohadipiodjo., (1994), “PUSAT PENELITIAN OBAT MASA

KINI”, Cetakan I, Gadjah Mada University press: 112.

Sartono., (1996), “ OBAT-OBAT BEBAS DAN TERBATAS “, Edisi Kedua, Penerbit

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Halaman 6-8, 17.

Walter Schunak., (1990), “ SENYAWA OBAT “,Edisi Kedua, Gadjah Mada University

Press, Halaman : 290.

http://www.prodia.co.id/info_terkini/isi_demam.html

http://www.epa.gov/ttn/atw/hlthef/dinitrop.html

http://lita.inirumahku.com/health/lita/jangan-takut-demam/

Page 17: Antipiretik ayu lengkap

LEMBAR ACC

Lembar Persetujuan Dan Nilai Laporan Praktikum

Judul Percobaan : Antipiretik

Medan, 25 April 2007

Tanggal ACC :

Asisten, Praktikan,

(Abdi Wira) (Ayu Afriza)

Perbaikan :

1. Perbaikan I, Tanggal:

Telah Diperbaiki :

2. Perbaikan I, Tanggal:

Telah Diperbaiki :

3. Perbaikan I, Tanggal:

Telah Diperbaiki :

4. Perbaikan I, Tanggal:

Telah Diperbaiki :

5. Pergantian Jurnal :

Nilai:

Page 18: Antipiretik ayu lengkap

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI FARMASI

“ANTIPIRETIK”

NAMA : Ayu Afriza

NIM : 030814002

PROGRAM : FARMASI S1

KELOMPOK/HARI: I / Sabtu

ASISTEN : Abdi Wira

TGL PERCOBAAN : 21 Maret 2007

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FARMASI

DEPARTEMEN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVESITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007

Page 19: Antipiretik ayu lengkap

Below is a cache of http://www.epa.gov/ttn/atw/hlthef/dinitrop.html. It's a snapshot of the page taken as our search engine crawled the Web. We've highlighted the words: 2 4 dinitrophenol

Rules &     Implementation National-Scale Air     Toxics AssessmentUrban, Great Waters,    Regional ProgramsEducation & OutreachAbout Air ToxicsPollutants & SourcesState, Local,    Tribal ResourcesPublicationsContactsTechnical ResourcesATW HomeTTN Home

 

2,4-Dinitrophenol

51-28-5

Hazard Summary-Created in April 1992; Revised in January 2000

2,4-Dinitrophenol is used in the manufacture of dyes, wood preservatives, and as a pesticide.  The acute (short-term) effects of 2,4-dinitrophenol in humans through oral exposure are nausea, vomiting, sweating, dizziness, headaches, and loss of weight.  Chronic (long-term) oral exposure to 2,4-dinitrophenol in humans has resulted in the formation of cataracts and skin lesions, weight loss, and has caused effects on the bone marrow, central nervous system (CNS), and cardiovascular system.  Limited or no information is available on the developmental, reproductive, or carcinogenic effects of 2,4-dinitrophenol in humans.  EPA has not classified 2,4-dinitrophenol for carcinogenicity.

Please Note: The main sources of information for this fact sheet are EPA's Integrated Risk Information System (IRIS), which contains information on the oral chronic toxicity of 2,4-dinitrophenol and the RfD, and the the Agency for Toxic Substances and Disease Registry's (ATSDR's) Toxicological Profile for Dinitrophenols.

Uses

2,4-Dinitrophenol is used in the manufacture of dyes and wood preservatives, as a pesticide, and as an indicator for the detection of potassium and ammonium ions. (1,6)

During the 1930s, 2,4-dinitrophenol was used as a diet pill, but this use was stopped in 1938. (1)

Sources and Potential Exposure

Exposure to 2,4-dinitrophenol occurs from pesticide runoff to water and from releases to the air from manufacturing plants. (1)

Assessing Personal Exposure

2,4-Dinitrophenol can be measured in the blood, urine, and tissues of exposed

Page 20: Antipiretik ayu lengkap

persons. (1)

Health Hazard Information

Acute Effects: Acute oral exposure to high levels of 2,4-dinitrophenol in humans has resulted

in increased basal metabolic rate, nausea, vomiting, sweating, dizziness, headache, loss of weight, and other symptoms. (1,2)

2,4-Dinitrophenol is considered to have high acute toxicity, based on short-term animal tests in rats and mice. (3)

Chronic Effects (Noncancer): Chronic oral exposure to 2,4-dinitrophenol in humans and animals has

resulted in the formation of cataracts and skin lesions and has caused effects on the bone marrow, CNS, and cardiovascular system. (1,2)

The Reference Dose (RfD) for 2,4-dinitrophenol is 0.002 milligrams per kilogram body weight per day (mg/kg/d) based on cataract formation in humans. The RfD is an estimate (with uncertainty spanning perhaps an order of magnitude) of a daily oral exposure to the human population (including sensitive subgroups), that is likely to be without appreciable risk of deleterious noncancer effects during a lifetime. It is not a direct estimator of risk but rather a reference point to gauge the potential effects. At exposures increasingly greater than the RfD, the potential for adverse health effects increases. Lifetime exposure above the RfD does not imply that an adverse health effect would necessarily occur. (4)

EPA has low confidence in the study on which the RfD was based since this study only describes anecdotal data; low confidence in the database since the supporting database is meager; and, consequently, low confidence in the RfD. (4)

EPA has not established a Reference Concentration (RfC) for 2,4-dinitrophenol. (4)

Reproductive/Developmental Effects: Case reports of women taking 2,4-dinitrophenol orally for weight loss suggest

that it may affect the female reproductive system, but the limited information is inconclusive. (1)

One study reported an increased incidence of stillborn animals and increased pup mortality in the offspring of animals exposed to 2,4-dintrophenol by gavage. (1)

Cancer Risk: No information is available on the carcinogenic effects of 2,4-dinitrophenol in

humans. (1) One study reported that 2,4-dinitrophenol did not promote tumor development

in mice. (1,5) EPA has not classified 2,4-dinitrophenol for potential carcinogenicity. (4)

Physical Properties

The chemical formula for 2,4-dinitrophenol is C<SUB>6</SUB>H<SUB>4</SUB>N<SUB>2</SUB>O<SUB>5 and the molecular weight is 184.11 g/mol. (6)

The vapor pressure for 2,4-dinitrophenol is 1.42 × 10-7 mm Hg at 25 °C, and its log octanol/water partition coefficient (logK<SUB>ow) is 1.91. (7)

2,4-Dinitrophenol exists as yellowish crystals, is slightly soluble in water, and is volatile with steam. (6)

Page 21: Antipiretik ayu lengkap

The odor threshold for 2,4-dinitrophenol is not available.

Conversion Factors: To convert concentrations in air (at 25 °C) from ppm to mg/m<SUP>3: mg/m<SUP>3 = (ppm) × (molecular weight of the compound)/(24.45). For 2,4-dinitrophenol: 1 ppm = 7.53 mg/m<SUP>3.

Health Data from Oral Exposure

LD<SUB>50 (Lethal Dose<SUB>50)--A calculated dose of a chemical in water to which exposure for a specific length of time is expected to cause death in 50% of a defined experimental animal population. LOAEL--Lowest-observed-adverse-effect level.

The health values cited in this factsheet were obtained in December 1999.a Health numbers are toxicological numbers from animal testing or risk assessment values developed by EPA. b Regulatory numbers are values that have been incorporated in Government regulations, while advisory numbers are nonregulatory values provided by the

Page 22: Antipiretik ayu lengkap

Government or other groups as advice. c The LOAEL is from the critical study used as the basis for the EPA RfD.

Berikut ini adalah isi tembolok G o o g l e untuk http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=132102&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=190 yang direkam pada 20 Jan 2007 01:03:40 GMT.Tembolok G o o g l e adalah salinan dari laman web yang kami ambil ketika menelusuri web.Laman ini mungkin telah berubah sejak saat itu. Klik di sini untuk laman yang sekarang tanpa stabilo.Laman tembolok ini bisa saja acuan gambarnya sudah tak tersedia lagi. Klik di sini untuk melihat tembolok versi teks.Untuk menautkan atau menandai situs ini, gunakan URL berikut:

Penggunaan Lama Parasetamol Bahayakan Ginjal

Parasetamol atau yang disebut juga Asetaminofen, sering digunakan sebagai obat penghilang rasa nyeri atau penurun demam. Ternyata obat ini berbahaya bagi ginjal bila digunakan dalam waktu yang lama. Kebiasaan menggunakan Parasetamol, terutama bagi kaum wanita untuk menghilangkan nyeri seperti pada saat haid, dapat berbahaya, karena akan menurunkan fungsi ginjalnya.

Penelitian ini dilakukan terhadap 1.700 wanita yang diteliti selama lebih dari 11 tahun, yang mengalami penurunan fungsi filtrasi ginjal sebesar 30 persen. Dari penelitian terlihat bahwa wanita yang mengkonsumsi Parasetamol sebanyak 1.500 - 9.000 butir selama hidupnya, berisiko untuk mengalami gangguan ginjal sebesar 64 persen.Sedang untuk mereka yang mengkonsumsi lebih dari 9.000 tablet, risiko ini meningkat hingga dua kali lipat. Tapi penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara gangguan fungsi ginjal dengan Aspirin atau obat pereda nyeri/inflamasi lainnya seperti golongan anti inflamasi non steroid.

Penelitian ini bukan untuk menghentikan penggunaan Parasetamol. Tapi untuk berhati-hati dalam menggunakannya untuk jangka panjang. Selain itu bagi para peneliti, diperlukan penelitian lebih lanjut

Selasa, 15 Juli 2003AntipiretikAntipiretik adalah golongan obat yang dipergunakan untuk menurunkan suhu tubuh bila demam. Cara kerja antipiretik antara lain dengan melebarkan pembuluh darah di kulit, sehingga terjadi pendinginan darah oleh udara luar. Sebagian obat antipiretik juga merangsang berkeringat.

Penguapan keringat turut menurunkan suhu badan. Diduga kerja obat antipiretik adalah mempengaruhi bagian otak yang mengatur suhu badan. Bagian ini terletak di dasar otak. Obat antipiretik juga bersifat analgesik dan oleh karena itu biasa disebut golongan obat analgesik-antipiretik.

Analgesik adalah golongan obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri seperti nyeri kepala, nyeri gigi, nyeri sendi, dan lain-lain. Contoh obat analgesik misalnya aspirin, parasetamol, antalgin, dan lain-lain. Ada juga analgesik potent yang biasanya termasuk golongan opium seperti morfin, pethidin, fentanil, dan lain-lain.

Obat antipiretik pada umumnya dipergunakan untuk mengobati penyakit dengan gejala demam dan nyeri seperti influensa dan salesma. Obat analgesik-antipiretik terdiri atas empat golongan yaitu golongan salisilat (aspirin, asetosal), golongan paraaminofenol (parasetamol), golongan pirazolon (metamizol), dan golongan asam (asam-mefenamat).mag ( )

Page 23: Antipiretik ayu lengkap

untuk mendapatkan pengobatan lain dalam mengatasi rasa nyeri, yang tidak berbahaya bila digunakan untuk waktu yang lama.

Berikut ini adalah isi tembolok G o o g l e untuk http://www.prodia.co.id/info_terkini/isi_demam.html yang direkam pada 10 Mar 2007 06:33:09 GMT.Tembolok G o o g l e adalah salinan dari laman web yang kami ambil ketika menelusuri web.

Demam merupakan gejala dari suatu penyakit. Seseorang dikatakan mengalami demam apabila suhu badan lebih dari 37,8oC.

Mengapa Demam Perlu Diwaspadai ?

Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi atau masuknya zat asing ke dalam tubuh. Apabila mengalami demam, harus diwaspadai adanya penyakit yang sedang menyerang tubuh. Dengan mengetahui penyebab demam akan sangat membantu menentukan pengobatan bagi penderita.

Gejala yang menyertai Demam ? Tergantung dari penyebabnya, tanda / gejala yang menyertai demam dapat meliputi :

Berkeringat, menggigil, sakit kepala, sakit otot, kehilangan nafsu makan, dehidrasi, badan lemah, dll

Demam yang sangat tinggi antara 39,4 – 41,1 oC dapat menyebabkan halusinasi, kebingungan, mudah marah, bahkan kejang-kejang.

Penyakit yang sering berkaitan dengan Demam ? Penyakit infeksi seperti demam berdarah, tifus, malaria, peradangan hati, dan penyakit infeksi lain merupakan contoh penyakit yang sering mempunyai gejala demam.

DEMAM DENGUE dan DEMAM BERDARAH DENGUE

Penyebab : virus Dengue Penularan : melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus

Gejala Demam Dengue :

o bervariasi tergantung umur penderita

o pada bayi dan anak kecil, demam tidak spesifik dengan bintik merah pada kulit

o pada anak yang lebih besar dan dewasa, umumnya terjadi demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri belakang mata, nyeri otot & sendi, ruam, serta dapat timbul perdarahan kulit. Biasanya ditemukan sel darah putih & trombositnya menurun.

Gejala Demam Berdarah Dengue : mirip dengan Demam Dengue namun disertai kecenderungan perdarahan

Pemeriksaan laboratorium : Hematologi Rutin, Anti Dengue IgG & IgM

Page 24: Antipiretik ayu lengkap

PENYAKIT TIFUS

Penyebab : bakteri Salmonella typhi Penularan : melalui makanan/minuman yang terkontaminasi Gejala Tifus : tidak enak badan, demam, sakit perut, sakit kulit tidak

menetap, pembesaran limpa, jumlah sel darah putih normal atau rendah, dapat menyebabkan komplikasi berbahaya yaitu perdarahan dan luka pada usus

Pemeriksaan laboratorium : Widal & Gal Kultur

MALARIA

Penyebab : parasit plasmodium Penularan : melalui gigitan nyamuk Anopheles yang membawa parasit Gejala Malaria : menggigil, demam > 37,5 - 40 oC (pola demam periodik

berhubungan dengan tipe malaria), berkeringat, sering disertai sakit kepala, mual, muntah, kadang-kadang diare dan nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa, terdapat pembesaran limpa dan hati, dll

Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan malaria

 INFEKSI LAINHepatitis

Penyebab : virus hepatitis (sebagian besar) Penularan : melalui suntikan, tato, tusukan jarum, makanan/minuman yang

terkontaminasi, kegiatan seksual, dll Gejala hepatitis : sering tidak disadari, dpat berupa demam, kurangnya

nafsu makan, mual, muntah, kembung, warna urine menjadi kuning tua seperti air teh, mata kuning, dll

Pemeriksaan laboratorium : GOT, GPT, penanda virus hepatitis, dll

Infeksi pada ginjal/saluran urine

Pemeriksaan laboratorium : Urine Rutin Penanda infeksi secara umum : CRP

 Hampir semua penyakit infeksi di tandai dengan demam termasuk dengue, penyakit tifus, malaria, dan hepatitis. Oleh karena itu untuk mengetahui penyebabnya dengan tepat diperlukan bantuan pemeriksaan laboratorium.

Berikut ini adalah isi tembolok G o o g l e untuk http://lita.inirumahku.com/health/lita/jangan-takut-demam/ yang direkam pada 18 Apr 2007 20:36:37 GMT.

Tembolok G o o g l e adalah salinan dari laman web yang kami ambil ketika menelusuri web.

PENGOBATAN dengan Antipiretik (pereda demam)

Mekanisme Kerja: menghambat produksi prostaglandin. Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi (peradangan) non-steroid (OAINS) lainnya adalah antipiretik yang efektif.

Parasetamol

Parasetamol adalah obat pilihan utama untuk anak-anak karena lebih aman hampir tanpa efek samping (bila diminum sesuai aturan).

Page 25: Antipiretik ayu lengkap

Sebagian kecil parasetamol direaksikan oleh tubuh membentuk intermediet (turunan, berupa senyawa antara) aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati). Karena itu tidak boleh digunakan terus menerus dalam waktu yang lama (hitungan bulan, misalnya).

Aspirin

Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat menimbulkan efek samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan resiko luka pada lambung, perdarahan (akibat dihambatnya aktivitas trombosit), hingga perforasi (terbentuknya lubang di dinding lambung).

Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan resiko Sindrom Reye, yang ditandai dengan kerusakan hati dan ginjal. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia < 16 tahun.

Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS)

Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen. Dosis sebesar 5-10 mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan aspirin atau parasetamol.

OAINS dan aspirin memiliki kesamaan, yaitu bisa menyebabkan luka lambung, perdarahan, dan perforasi, meskipun komplikasi ini jarang pada anak-anak. Ibuprofen juga tidak direkomendasikan untuk anak demam yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah.

Jenis lainnya

Turunan pirazolon seperti fenilbutazon dan dipiron, efektif sebagai antipiretik tetapi jauh lebih beracun.

Sampai di sini, banyak sekali disebut senyawa-senyawa kimia ya? Inilah -salah satunya- mengapa kita wajib mengetahui nama generik obat yang -akan- kita konsumsi. Keterangan tentang 'kata-kata sulit' mohon pelajari sendiri di halaman statis yang ditautkan.

TERAPI pendukung

Terapi yang Direkomendasikan

Tingkatkan asupan cairan (ASI -dan hanya ASI untuk bayi < 6 bulan-, susu, air, kuah sup, atau jus buah). Minum banyak juga mampu menjadi pelega saluran napas dengan mengurangi produksi lendir di saluran napas.

Jarang terjadi dehidrasi berat tanpa adanya diare dan muntah terus-menerus. Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan aktivitas lambung.

Kenakan pakaian tipis dalam ruangan yang ventilasi udaranya baik. Tidak harus terus berbaring di tempat tidur, tetapi jangan melakukan aktivitas berlebihan.Mengompres dengan air hangat dapat dilakukan jika anak rewel (karena merasa sangat tidak nyaman), umumnya pada suhu sekitar 40 C. Umumnya demam akan turun dalam 30-45 menit. Namun jika anak merasa semakin tidak nyaman dengan berendam, jangan lakukan hal ini.Terapi yang Tidak Direkomendasikan

Upaya ‘mendinginkan’ badan dengan melepas pakaian, mandi atau berbasuh air dingin, atau mengompres dengan alkohol. Jika nilai-ambang hipotalamus sudah direndahkan dengan antipiretik, upaya tersebut akan membuat tubuh menggigil sebagai usaha untuk menjaga temperatur pusat berada

Page 26: Antipiretik ayu lengkap

pada nilai-ambang yang telah disesuaikan. Selain itu alkohol dapat pula diserap melalui kulit masuk ke dalam peredaran darah dan beresiko keracunan.