laporan akhir kegiatan pengkajian penangkaran benih...

31
Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH KENTANG BERMUTU UNTUK MENGHASILKAN 10 TON/HA BENIH KENTANG DI KAB. BENER MERIAH PROV. NAD Oleh : Jamal Khalid Abdul Azis M. Ramlan Zuardi Efendi Mehran Nur Aida fitri BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) NAD BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

Upload: lynhi

Post on 09-May-2019

236 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

Laporan Akhir Kegiatan

PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH KENTANGBERMUTU UNTUK MENGHASILKAN 10 TON/HA BENIH

KENTANG DI KAB. BENER MERIAH PROV. NAD

Oleh :

Jamal KhalidAbdul AzisM. Ramlan

Zuardi EfendiMehran

Nur Aida fitri

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) NADBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN2011

Page 2: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

laporan tahunan kegiatan Analisis Pengkajian Penakaran Benih Kentang Bermutu

Untuk Menghasilkan 10 ton/ha Benih Kentang di Kab. Bener meriah Prov. NAD tahun

anggaran 2011.

Kegiatan Pengkajian Penakaran Benih Kentang Bermutu Untuk Menghasilkan

10 ton/ha Benih Kentang di Kab. Bener meriah Prov. NAD bertujuan untuk

menemukan paket teknologi yang tepat dalam memproduksi benih kentang di

tingkat petani di dataran tinggi Gayo. Oleh karena itu Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) NAD selaku lembaga penelitian menganalisis akar permasalahan

dan menemukan tahapan-tahapan penyelesaian yang direkomendasikan kepada

pemerintah daerah dengan harapan dapat menjawab permasalahan kebutuhan atau

penyediaan benih kentang tersebut di tingkat petani.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai dan teman-teman yang

terlibat di dalam tim kegiatan ini yang telah banyak membantu dalam melaksanakan

kegiatan ini dilapangan sejak dari awal sehingga kegiatan Pengkajian Penakaran

Benih Kentang Bermutu Untuk Menghasilkan 10 ton/ha Benih Kentang di Kab. Bener

meriah Prov. NAD ini terlaksana dengan baik hingga siapnya laporan akhir ini.

Demikian laporan ini kami buat dan kami sampaikan segala kritikan dan saran yang

membangun terhadap laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, Desember 2011Penanggung Jawab Kegiatan,

Ir. Jamal KhalidNIP. 19561122 199203 1 001

Page 3: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

ii

ABSTRAK

Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu komoditas dalam beberapa tahunterakhir ini cenderung meningkat permintaannya. Hal ini sejalan dengan perkembanganjumlah penduduk yang menggunakan kentang sebagai sayuran sehari-hari, berkembangnyaindustri pengolahan. Tahun 2007 luas pertanaman kentang di Provinsi NAD 1.230 ha,produksi mencapai 170.460 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura AcehTengah, 2007). Diperkirakan kebutuhan bibit kentang untuk areal seluas tersebut mencapai1.845 ton, dengan asumsi jumlah kebutuhan benih 1,5 ton/ha. Penangkar benih kentangdiharapkan dapat memproduksi benih bermutu dengan tingkat kemurnian tinggi dalamjumlah yang cukup dan berkesinambungan dengan didukung paket teknologi budidaya yangspesifik lokasi dan ramah lingkungan. Pengkajian ini dilakukan pada daerah sentra produksikentang dengan pendekatan survei untuk mengetahui penggunaan benih dan varietas sertateknologinya di tingkat petani. Pengkajian lapang dilakukan dengan menggunakan modelrancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan paket teknologi penangkar benihkentang dan diulang sebanyak 4 kali. Hasil yang diperoleh adalah telah terbina penangkaranbenih kentang yang dapat memproduksi benih bermutu dan tersedianya paket teknologipenangkaran benih yang spesifik lokasi, sehingga dapat menghasilkan benih dengan tingkatkemurnian tinggi secara berkesinambungan di Provinsi Aceh. Paket teknologi pemupukan(paket B) dengan pupuk kompos 7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60 kg SP-36 + 50 KgKCl + 50 Kg NPK Bast per hektar dapat menghasilkan umbi bibit kentang sebanyak 12,50ton/ha.

Kata kunci : Kentang, penakaran, benih bermutu, produksi.

ABSTRACT

Potato (Solanum tuberosum L) is one of the commodities in recent years is likely to increasedemand. This is in line with the growing amount of peopleusing potatoesas vegetables daily, the development of processing industries. In2007 extensive planting of potatoes in NAD 1230 ha, production reached 170 460 tonnes(Department of Agriculture and Horticulture Central Aceh, 2007). Estimated needs forthe area of seed potatoes has reached 1845 tons, assuming the amount of seedrequirement of 1.5 tons/ha. Breeder seed potatoes is expected to produce qualityseeds with high levels of purity and in sufficient quantities to support sustainableaquaculture technology package that specific location and friendly environment. Theassessment was conducted on potato production centers with a survey approach todetermine the use of seeds and varieties as well as its technology at the farm level.Field assessment carried out by using a randomized block design model (RBD) with3 treatment package of seed potato breeder technology and repeated 4 times. The resultsobtained are seed potatoes have been nurtured to produce qualityseeds and seed technology package providing a specific location, so it canproduce seeds with high purity levels are sustainable in the province of Aceh.Fertilization technology package (package B) with 7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60kg SP-36 + 50 Kg KCl + 50 Kg NPK Bast per ha can produce potato seed tubers as muchas 12.50 tons/ha.

Key words: Potato, dosing, quality seed production.

Page 4: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

iii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN................................................................ iKATA PENGANTAR....................................................................... iiRINGKASAN ............................................................................... iiiABSTRACT .................................................................................. ivDAFTAR ISI ................................................................................ vDAFTAR TABEL ........................................................................... vi

I. PENDAHULUAN .................................................................... 11.1. Latar Belakang .................................................................. 11.2. Tujuan ............................................................................... 41.5. Perkiraan Keluaran.............................................................. 41.6. Perkiraan hasil .................................................................... 41.7. Perkiraan manfaat dan dampak............................................ 5

II. PROSEDUR PELAKSANAAN................................................... 62.1. Persiapan............................................................................ 62.2. Bahan dan Alat.................................................................... 62.3 Ruang Lingkup kegiatan ....................................................... 62.4 Pendekatan......................................................................... 72.5. Waktu dan tempat ............................................................... 82.6. Metode analisis.................................................................... 92.7. Pelaporan ........................................................................... 15

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 163.1. Ketersediaan Benih di tingkat Petani ...................................... 163.2. Perkembangan Penangkar Benih ........................................... 173.3. Potensi Wilayah dan Hasil Perbanyakan Benih ........................ 173.4. Kebutuhan Benih dan Jenis Varietas yang digunakan .............. 263.5. Pembinaan Kelompok Penangkaran Benih .............................. 37

IV. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 39DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 40LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................ 41

Page 5: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

iv

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Ruang lingkup Kegiatan Perbanyakan Benih Padi dan KedelaiMendukung Program SLPTT di Provinsi Aceh........................................... 7

2. Perbanyakan Benih Padi dan kedelai Mendukung Program SLPTT diProvinsi Aceh ....................................................................................... 9

3. Daftar jenis varietas, kelas benih, luas tanam dan jumlah petani yangterlibat dalam kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Aceh BaratDaya.................................................................................................... 19

4. Daftar jenis varietas padi, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yangdisertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Aceh BaratDaya ................................................................................................... 20

5. Daftar jenis varietas padi, kelas benih, luas tanam dan jumlah petaniyang terlibat dalam kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie ........ 22

6. Daftar jenis varietas padi, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yangdisertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie ........... 22

7. Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, luas tanam dan jumlahpetani pelaksana dalam kegiatan perbanyakan benih kedelai diKabupaten Pidie.................................................................................... 23

8. Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, jumlah benih hasilkan sertayang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di KabupatenPidie....................................................................................................

23

9. Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, luas tanam dan jumlah petanipelaksana dalam kegiatan perbanyakan benih kedelai di Kabupaten PidieJaya..................................................................................................... 25

10. Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, jumlah benih hasilkan sertayang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten PidieJaya.................. 25

Page 6: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

5

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejalan dengan pola pengembangan bertujuan mendorong pertumbuhan

industri yang tangguh serta mantap. Oleh karena itu pertanian berperan sebagai

katalisator pertumbuhan ekonomi dan membuka kesempatan kerja menjamin

tersedianya bahan baku untuk industri, tersedianya bahan pangan yang

memenuhi kebutuhan gizi serta meningkatkan devisa dan pendapatan keluarga.

Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu komoditas yang

mendapat prioritas pengembangan karena dapat digunakan sebagai sumber

karbohidrat, bernutrisi tinggi terutama vitamin dan mineral yang mempunyai

potensi dalam diversifikasi pangan. Permintaan pasar terhadap kentang beberapa

tahun terakhir ini cendrung meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah

penduduk yang menggunakan kentang sebagai sayuran sehari-hari,

meningkatnya pendapatan, berkembangnya industri pengolahan (Karyadi, 2002).

Keadaan tersebut mengakibatkan bertambahnya permintaan bibit kentang

bermutu/berkualitas. Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah

padi, jagung dan gandum (Wattimena, 2000).

Potensi produksi dan perkembangan kentang di Provinsi Aceh, dinilai

cukup tinggi, dengan tersedianya lahan yang belum dimanfaatkan, khususnya di

dataran tinggi Gayo (Kab. Aceh Tengah dan Kab. Bener Meriah) seluas 33.483

ha, terdiri dari lahan tegalan, sawah dan lahan yang belum dimanfaatkan.

Sebahagian besar terletak didataran tinggi dan medium dengan ketinggian 800–

2.600 m dpl, dengan kemiringan tanah 0–15%, merupakan daerah yang sesuai

secara fisik untuk pertanaman kentang dan didukung dengan curah hujan 22 hari

(Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Tengah, 2006).

Benih merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam setiap

usahatani yang maju. Penggunaan input lainnya secara maksimum tidak akan

memberikan hasil tinggi bila benih yang digunakan tidak bermutu. Mutu benih

mencakup mutu genetis yang ditentukan oleh derajat kemurnian genetis, mutu

fisiologis ditentukan oleh laju kemunduran dan vigor benih sedangkan mutu fisis

ditentukan oleh tingkat kebersihan fisis.

Page 7: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

6

1.2 Perumusan Masalah

Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues tingkat

produktivitas rata-rata agregat yang dicapai 14,49 ton/ha dan masih berada

dibawah tingkat produktivitas nasional yaitu 17,5 ton/ha (Badan Pusat Statistik

Prov. NAD, 2008 dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov.

NAD, 2007). Sementara hasil penelitian/pengkajian dengan menggunakan benih

yang berasal dari penangkar mencapai 3035 ton/ha. Senjang hasil inilah kiranya

yang perlu dikaji pada tingkat petani dataran tinggi Gayo Provinsi Aceh (Nur, dkk.

1998).

Tahun 2008 luas pertanaman kentang di Provinsi Aceh 1.230 ha, produksi

mencapai 170.460 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh

Tengah, 2007). Diperkirakan kebutuhan bibit kentang untuk areal seluas tersebut

mencapai 1.845 ton, dengan asumsi jumlah kebutuhan benih 1,5 ton/ha.

Bibit di pasaran umumnya berasal dari Berastagi Sumatera Utara,

Sumatera Barat, dan Pengalengan Jawa Barat. Oleh karena itu potensi kentang

di Aceh dihadapkan pada dua pilihan, yakni menggunakan bibit yang berasal dari

tanaman petani sendiri dengan harga lebih murah tetapi membutuhkan input

lebih tinggi karena tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit

lebih tinggi, dan menggunakan bibit berasal dari penangkar dengan harga lebih

mahal, akan tetapi lebih tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga produksi

lebih tinggi.

Kelompok tani merupakan kelembagaan di tingkat usahatani yang paling

berperan penting dalam penangkaran benih. Kemampuan dan kekuatan

kelompok tani sangat ditentukan oleh kekompakan anggotanya serta ketaatan

mematuhi peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan bersama. Apabila

kelembagaan kelompok tani dapat berperan sebagai unit lembaga ekonomi skala

kecil yang solid, diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani dengan

pelaku agribisnis kentang. Peranan kelompok tani menjadi sangat penting dalam

mewujudkan kebersamaan langkah dan keterpaduan program penangkar benih.

Dalam kaitan dengan hal tersebut perlu dilakukan terus-menerus pembinaan dan

pelatihan, baik secara teori maupun teknis lapangan terutama dalam hal

manajemen usahatani dengan kewirausahaan agar dalam era globalisasi petani

telah siap bersaing.

Page 8: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

7

1.3. Tujuan

- Memperoleh benih Kentang bermutu 10 ton/ha melalui pemberdayaan

penangkar, secara teknis mudah dilakukan, menguntungkan dan

berkelanjutan.

- Memperoleh paket teknologi penangkaran benih kentang yang spesifik

lokasi.

- Meningkatkan pengetahuan petani dalam memproduksi benih kentang

bermutu guna memenuhi benih kentang di Provinsi Aceh.

1.4. Output (Keluaran)

- Tersedianya benih Kentang bermutu 10 ton/ha melalui pemberdayaan

penangkar, yang secara teknis mudah dilakukan, menguntungkan dan

berkelanjutan.

- Tersedianya satu paket teknologi penangkaran benih kentang yang

spesifik lokasi.

1.5. Perkiraan Outcame

- Teradopsinya penggunaan benih bermutu ditingkat petani

1.6. Manfaat

- Meningkatnya produksi kentang akibat tersedianya bibit unggul mudah

dan murah setiap musim tanam di daerah

1.7. Dampak

- Meningkatnya produksi secara meluas akibat bibit unggul tersedia dengan

mudah dan murah setiap musim tanam

- Menigkatnya kesejahteraan petani

Page 9: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Upaya peningkatan produksi kentang

Pertanian masa depan merupakan industri pertanian yang tangguh,

modern dan efesien, mempunyai karekteristik pemanfaatan sumber daya

pertanian yang optimal, berkelanjutan dan ramah lingkungan, menerapkan

diversifikasi pertanian yang komprehensif, teknologi yang diperlukan adalah

teknologi yang spesifik lokasi, sinergis, dinamis dan partisipatif dalam

pengembangannya menerapkan sistem agribisnis dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang didukung industri terspesialisasi dan terintegrasi dengan skala

usaha komersial.

Kendala peningkatan produksi kentang di Indonesia diantaranya yaitu: (1)

rendahnya kualitas dan kuantitas bibit kentang, yang merupakan perhatian

utama dalam usaha peningkatan produksi kentang di Indonesia, (2) teknik

budidaya yang masih konvensional, (3) faktor topografi, dimana daerah dengan

ketinggian tempat dan temperatur yang sesuai untuk pertanaman kentang di

Indonesia sangat terbatas, (4) daerah tropis Indonesia merupakan tempat yang

optimum untuk perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman kentang

(Kuntjoro, 2000).

Di Provinsi Aceh pengembangan tanaman kentang terpusat di Kabupaten

Bener Meriah dan Aceh Tengah. Kedua kabupaten ini merupakan daerah yang

memperoleh dana Pengambangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang

sebagian kelompok tani mengupayakan tanaman kentang sebagai andalan usaha

di daerahnya. Beberapa kecamatan dalam Kabupaten Bener Meriah yang terlibat

PUAP diantaranya Kecamatan Bukit, Syiah Utama, Bandar, dan Timang Gajah

(Yufniati, 2008).

Benih merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam setiap

usahatani yang maju. Penggunaan input lainnya secara maksimum tidak akan

memberikan hasil tinggi bila benih yang digunakan tidak bermutu. Mutu benih

mencakup mutu genetis yang ditentukan oleh derejat kemurnian genetis, mutu

fisiologis ditentukan oleh laju kemunduran dan vigor benih sedangkan mutu fisis

ditentukan oleh tingkat kebersihan fisis (Sadjat, 1999).

Page 10: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

9

Penanaman bibit kentang bermutu, tepat waktu dan tepat umur fisiologis

adalah faktor utama penentu keberhasilan produksi kentang (Wattimena, 2000).

Upaya penyediaan benih kentang bermutu perlu dilandasi dengan sistem

perbenihan yang mapan. Sentra produksi utama kentang di Indonesia terletak di

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara (Wattimena, 2000).

Bibit di pasaran umumnya berasal dari Berastagi Sumatera Utara,

Sumatera Barat, dan Pengalengan Jawa Barat. Oleh karena itu potensi kentang

di Aceh dihadapkan pada dua pilihan, yakni menggunakan bibit yang berasal dari

tanaman petani sendiri dengan harga lebih murah tetapi membutuhkan input

lebih tinggi karena tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit

lebih tinggi, dan menggunakan bibit berasal dari penangkar dengan harga lebih

mahal, akan tetapi lebih tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga produksi

lebih tinggi.

2.2. Teknologi perbanyakan benih kentang bermutu

Perbanyakan benih kentang bermutu dan bebas penyakit dapat dilakukan

dalam rumah ketat serangga (screen house), teknologi ini menanam ke media

tanah steril. Hasil yang diperoleh umbi menjadi lebih besar dari umbi mikro,

sehingga disebut umbi mini yang disebut dengan keturunan Go dan ini dapat

diperbanyak melalui penyetekan (Simatupang, 2000).

Perbanyakan benih kentang bebas penyakit adalah untuk memperoleh

benih kentang bermutu tinggi, dengan harga terjangkau petani (anonymb, 2000).

System perbanyakan benih kentang bermutu dimulai dari penyediaan benih

sumber Go (breeder seed) bebas pathogen oleh Balitsa Lembang melalui teknik

kultur jaringan. Selanjutnya Go berupa stek dikirimkan ke BBI untuk diperbanyak

di sceer house A dan menghasilkan mini tuber, yang selanjutnya secara berturut-

turut ditanam menjadi G1 (pada screen house) dan G2 (di lapangan).

Perbanyakan dari G2 ke G3 dilaksanakan di BBU yang selanjutnya diperbanyak

menjadi G4 oleh para penangkar yang telah terlatih (anomima dan Kuntjoro,

2000).

Pengawasan dan pemeriksaan oleh BPSBTPH dilaksanakan mulai G2

sebagai benih dasar, sedangkan G1 diberikan akreditasi kepada BBI untuk

diperiksa sendiri, mengingat teknis perbanyakan masih dalam screen house dan

BBI memiliki teknik dan fasilitas yang memadai (Anonim, 2000a).

Page 11: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

10

Menurut Willy (2008), Benih kentang yang dipakai sekarang berupa organ

vegetatif (umbi), sehingga sekalipun diperbanyak berkali-kali tidak akan terjadi

perubahan secara genetis. Adapun kemerosotan (degenerasi) produksi yang

terjadi pada setiap generasi benih kentang yang diperbanyak/ditanam secara

terus menerus disebabkan oleh infestasi penyakit yang terakumulasi pada setiap

generasi dan terus terbawa pada regenerasi benih. Penyakit yang kompeten

dalam degenerasi produksi ini adalah virus. Semakin panjang generasi benih

maka semakin besar tingkat infestasi virus pada generasi benih tersebut,

sehingga produksinya semakin rendah. Oleh karena itu hanya benih yang sehat

yang memiliki potensi produksi yang baik dapat dijadikan bibit. Hasil tanaman ini

dapat ditanam 5–8 turunan dengan melakukan seleksi baik pada saat

pertumbuhan maupun pada saat panen serta digudang penyimpanan

(Suharyono, 2001).

Benih kentang bersertifikat merupakan benih terseleksi yang dihasilkan

melalui serangkaian proses pemeriksaan menyeluruh terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi mutu benih, yaitu tingkat infeksi dan infestasi penyakit, hama

dan kerusakan fisik atau fisiologis lainnya serta campuran varietas lain yang

mungkin ada. Pemeriksaan dilaksanakan mulai benih sumber yang ditanam,

lokasi/lahan yang digunakan, pertanaman dilapangan dan umbi pasca panen di

gudang (Abdurrahman, 2000, Wattimena, 2000).

Pemberdayaan benih kentang bermutu dan bebas penyakit dapat

dilakukan dalam rumah ketat serangga (screen house), teknologi ini menanam ke

media tanah steril. Hasil yang diperoleh umbi menjadi lebih besar dari umbi

mikro, sehingga disebut umbi mini yang disebut dengan keturunan Go dan ini

dapat diperbanyak melalui penyetekan (Simatupang, 2000).

Benih kentang bersertifikat merupakan benih terseleksi yang dihasilkan

melalui serangkaian proses pemeriksaan menyeluruh terhadap factor-faktor yang

mempengaruhi mutu benih, yaitu tingkat infeksi dan infestasi penyakit, hama

dan kerusakan fisik atau fisiologis lainnya serta campuran varietas lain yang

mungkin ada. Pemeriksaan dilaksanakan mulai benih sumber yang ditanam,

lokasi/lahan yang digunakan, pertanaman di lapangan dan umbi pasca panen di

gudang (Abdurrahman, 2000, Wattimena, 2000).

Page 12: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

11

III. METODOLOGI

3.1. Ruang Lingkup kegiatan

Ruang lingkup kegiatan meliputi: (1) survei diagnostik yang meliputi:

inventarisasi teknologi budidaya kentang yang digunakan petani di lokasi

pengkajian, penentuan petani kooperator, dan karakteristik lokasi pengkajian. (2

Komponen teknologi budidaya kentang seperti pnggunaan varietas unggul,

perlakuan benih, pemberian bahan organik (Limbah kulit kopi) (3) analisis sosial

ekonomi. Kegiatan ini melibatkan kelompok tani/petani, penyuluh pertanian Tk.II

di bawah bimbingan peneliti dari BPTP NAD.

3.2. Waktu dan lokasi penelitian

Pengkajian ini dimulai pada bulan Pebruari sampai dengan Desember

2011. Lokasi Pengkajian di Desa Delung, Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten

Bener Meriah, dipilihnya kabupaten tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa

daerah ini adalah sentra produksi kentang di Provinsi Aceh.

3.3. Rancangan Pengkajian

Survei dilakukan untuk mendalami masalah, mengenal lokasi, faktor

pendukung dan penghambat, keadaan petani/masyarakat, keadaan penyuluh

serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pengkajian. Survei ini

dilakukan dengan menggunakan metode PRA. Data yang dihasilkan merupakan

data sekunder.

Pengkajian ditempatkan pada lokasi yang memiliki lahan pertanaman

kentang dalam suatu hamparan yang jauh dengan pertanaman petani guna

menghindari menyebarnya hama dan penyakit tertentu. Areal ini merupakan

lahan dikuasai petani koperator/kelompok tani, sedangkan petani kooperator

adalah petani pelaksana kegiatan pengkajian yang sudah biasa melaksanakan

usahatani kentang dengan produktivitas usahataninya baik dan berminat untuk

menjadi penangkar benih kentang, sehingga dampak penerapan teknologi dapat

dilanjutkan dan berkembang. Secara garis besar kegiatan dilakukan untuk

mengkaji beberapa paket teknologi penangkaran benih yang dalam

pelaksanaannya menggunakan konsep yaitu, memperkenalkan teknologi

Page 13: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

12

penangkar benih kentang bermutu dengan cara modifikasi beberapa metode

paket teknologi.

Pemililihan lokasi pengkajian didasarkan kepada beberapa persyaratan

antara lain adalah: sentra produksi tanaman kentang, sesuai dengan

perencanaan pembangunan daerah, mudah dan cepat terlihat oleh masyarakat

tani dan pengguna lainnnya, dan memenuhi kaedah-kaedah pengkajian.

Sedangkan pemilihan petani koperator didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :

telah terbiasa melakukan budidaya penanaman kentang, dapat menerima inovasi

teknologi, adanya motivasi/semangat dalam melakukan kegiatan, dapat bekerja

sama dalam tim, dan mempunyai lahan usahatani sendiri.

Pengkajian ini merupakan kegiatan pembinaan/pelatihan dan kegiatan

penangkaran di lapangan, dilaksanakan dengan mengutamakan unsur partisipatif

dan kemitraan antara pengkaji, penyuluh lapangan dan petani koperator. Dalam

pelaksanaanya melibatkan instansi terkait, Dinas Pertanian Kabupaten, Badan

Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten, BPSBTPH, BPP Kecamatan dan

Aparat desa lainnya.

Pendekatan teknologi yang dilaksanakan dengan petani/kelompok tani

lebih kepada sumber daya alam yang tersedia di wilayah tersebut berupa potensi

limbah kopi, humus hutan, kotoran sapi dan sarana saprodi yang tersedia.

Limbah kopi yang digunakan difermentasi dengan M-Dex. Kegiatan di lapangan

dilaksanakan dengan menerapkan model Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Lokasi kegiatan pengkajian yang terpilih

ditetapkan 3 (tiga) kelompok tani, setiap kelompok tani penangkar akan

menanam tanaman kentang dengan lahan seluas 2,500 m2, jumlah ke 3 (tiga)

kelompok tani tersebut seluas 0,75 hektar dengan masing-masing menerapkan 3

(tiga) paket teknologi. Setiap kelompok tani yang melakukan penangkar benih

kentang dengan beberapa perlakuan paket teknologi dijadikan ulangan dalam

pengkajian. Model paket teknologi yang akan dikaji yaitu: Paket teknologi

introduksi yang akan diuji akan disesuaikan dengan kondisi daerah setempat, jadi

setiap kelompok tani akan melaksanakan ketiga model paket teknologi tersebut,

sehingga setiap kelompok tani akan mendapatkan paket teknologi/perlakuan

lengkap. Deskripsi paket teknologi dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 14: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

13

Tabel 1 . Deskripsi Perakitan Teknologi Spesifik Lokasi pada PemberdayaanKelompok Tani Sebagai Penangkar Benih Kentang Bermutu.

No Komponen Teknologi Uraian1 Lahan Sawah/tegalan2 Pengolahan tanah 2 kali traktor dan 1 kali pacul/ratakan3 Bedengan Lebar 70 cm, panjang tergantung lahan, tinggi 60 cm

untuk lahan sawah, 30 cm untuk lahan tegalan.4 Varietas Margahayu5 Asal bibit Kultur jaringan/penangkar/swasta (G3)6 Ukuran bibit 10 – 30 gram/knol/umbi7 Cara tanam Tanpa lobang (musim Hujan), lobang (musim

kemarau)8 Jarak tanam 70 cm x 30 cm

9 Limbah kopi siap pakaiPaket A Paket B Paket C

100 grm/batang 200 grm/batang 300 grm/batang10 Pupuk buatan/an-organik Urea Za SP-36 KCl NPK

75 kg/ha75 kg/ha90 kg/ha75 kg/ha75 kg/ha

50 kg/ha50 kg/ha60 kg/ha50 kg/ha50 kg/ha

25 kg/ha25 kg/ha30 kg/ha25 kg/ha25 kg/ha

11 Pemeliharaan Pembubunan Fungisida

- Antracol- Dithane - M45- Velimex

- Ridomil MZ Insektisida

- Curacron 500 EC- Marshal 20 EC- Padan- Confidor- Reagent- Curater- Temik

Citowet (perekat)

Dilakukan saat pemupukan ke 2/penyiangan

Dosis anjuran, disemprot mulai umur 3 minggusetelah tanaman, dengan interval 7 hari sekali

Disemprot mulai umur 3 minggu setelah tanamdengan interval waktu 7 hari sekali

12 Perlakuan tanaman Umur 70 hari setelah daun disemprot dengan bahankimia/secara mekanis agar cepat kering, terhindardari hama/penyakit

13 Panen Umur 90-100 hari setelah tanam/disesuaikan dengankondisi lapangan

14 Pasca panen Setelah panen dibiarkan beberapa hari di ruanganagar tanah yang melekat pada umbi hilang

15 Penyimpanan benih Dibuat rak dengan ventilasi udara baik/denganperlakuan

3.4. Pengamatan

Data sekunder merupakan data awal untuk penentuan kegiatan

selanjutnya. Data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer

Page 15: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

14

merupakan data yang dikumpulkan dari hasil kegiatan dilapangan berdasarkan

variabel pengamatan dibawah ini.

Variabel pengamatan adalah sebagai berikut :

Tinggi tanaman (cm)

Jumlah umbi/rumpun

Umbi bibit (ton/ha)

Umbi konsumsi (ton/ha)

Jumlah tanaman sampel yang akan diamati adalah 20 tanaman setiap satuan

percobaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti/pengkaji dibantu oleh penyuluh

lapangan dan kelompok tani.

3.5. Analisis Data

Data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber diolah secara

tabulasi untuk dilakukan analisis secara deskriptif. Data primer yang dikumpulkan

dari hasil kegiatan dilapangan diolah berdasarkan model matematis yang

digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian sebagai berikut ini :

Yjk = µ + βj + Pk + Ejk

dimana :

Yijk = Hasil pengamatan akibat perlakuan (P)

µ = Rataan umum

βj = Pengaruh ulangan ke-j

Pk = Pengaruh perlakuan ke-k

Ejk = Pengaruh galat percobaan dari Perlakuan (P) ke-k pada ulangan ke-j

Jika hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat nyata,

maka untuk menguji perbedaan nilai tengah antara perlakuan dilanjutkan dengan

uji BNT pada taraf 5%. Dengan menggunakan model matematis :

BNT 0,05 = t 0,05 (dba) √(2 KT galat)/r

dimana :

- BNT 0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%

- t 0,05 (dbA) = nilai baku t pada taraf 5% dan derajat bebas acak

- KT galat = Kuadrat Tengah Galat

- r = jumlah ulangan

Page 16: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil PRA.

4.1.1. Wilayah

Desa Delung merupakan satu desa dari 40 desa yang berada dalam

kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Kota kecamatan terletak lebih kurang

4 km dari lokasi usahatani kentang. Wilayah desa tersebut sangat strategis dan

layak/sesuai untuk pengembangan usaha agribisnis kentang. Jenis tanah

umumnya andosol dengan ketinggian 1.432 m dpl dengan titik koordinat N 040

42’ 745”, E 0960 59’620”.

4.1.2. Topografi

Desa Delung memiliki tofografi agak miring dengan jenis tanah pada

umumnya andosol dengan tektur lempung berpasir. Jenis tanah tersebut

digunakan untuk usaha tani padi sawah dan tanaman hortikultura. Areal

persawahan pada desa menggunakan irigasi desa yang sumber airnya hampir

tidak pernah kering sepanjang tahun. Sebahagian besar tanah adalah lahan

persawahan dengan luas 150 ha, lahan kebun seluas 110 ha sedangkan lahan

pekarangan 10 ha. Lahan persawahan merupakan lahan potensial

pengembangan tanaman kentang setelah tanaman padi. Pola tanam padi

kemudian kentang telah lazim dilaksanakan di desa tersebut. Penggunaan lahan

di Desa Delung Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah disajikan pada Gambar

1.

4.1.3. Jumlah Penduduk.

Jumlah penduduk Desa Delung sebanyak 444 jiwa. Sebahagian besar

penduduk desa pada usia produktif antara 16–56 tahun sebanyak 291 jiwa

(65,54 %), Hal ini merupakan suatu potensi yang sangat menguntungkan dalam

mengerakkan roda pembangunan di desa.

Page 17: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

16

Gambar 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Desa Delung Kec. BukitKab.Bener Meriah (jiwa)

4.1.4. Pendidikan.

Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Delung telah cukup memadai

untuk daerah pedesaan. Sebahagian besar penduduk desa telah memahami/

menyadari bahwa pendidikan merupakan sebuah investasi masa depan dalam

menunjang perkembangan dan perekonomian desa. Hal ini merupakan salah

satu dasar dalam mengerakkan roda pembangunan di desa. Jumlah penduduk

yang tidak tamat sekolah dasar hanya 58 jiwa (13,01%) sedangkan jumlah

penduduk yang telah mengenyam pendidikan 230 jiwa (51,80%), hal yang

menggembirakan bahwa sebahagian penduduk 15 jiwa (3,38%) telah sampai ke

tingkat perguruan tinggi.

Gambar 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan (Jiwa) Desa Delung Kec.Bukit Kab. Bener Meriah

Page 18: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

17

4.1.5. Pekerjaan.

Masyarakat di Desa Delung pada umumnya adalah petani 77% baik

sebagai pemilik maupun sebagai penggarap. Sangat sulit untuk memisahkan

antara petani tanaman pangan dan hortikultura dengan komoditi dari sektor

perkebunan, karena pada umumnya hampir seluruh penduduk mempunyai atau

memiliki lahan pertanian sendiri, hanya luasan usahatani yang dimiliki berbeda

antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Gambaran lengkap pekerjaan

penduduk disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Desa Delung Kec. Bukit-Bener Meriah (jiwa)

Ditinjau dari berbagai karakteristik sumberdaya manusia di Desa Delung

Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, merupakan salah satu desa yang

mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan menuju desa

mandiri dan maju. Dukungan dan perhatian seluruh instansi terkait sangat

diharapkan masyarakat demi peningkatan kesejahteran dan perekonomian desa.

4.1. 6. Kelembagaan.

Pada prinsipnya kelembagaan yang berkembang di masyarakat telah

terbentuk dan berkembang baik formal maupun non formal. Kelembagaan yang

dapat menunjang di bidang pengembangan di bidang pertanian, peternakan dan

perikanan air tawar berada pada tingkat desa dan kecamatan yang satu dengan

yang lainnya tidak dapat dipisahkan peranan maupun fungsinya dalam upaya

membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Kelembagaan

tersedut tergolong dalam tiga kelompok :

Page 19: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

18

a. Kelembagaan dari sudut ekonomi meliputi :

BRI, Koperasi, BPD,

Pedagang/perusahaan

b. Kelembagaan sosial masyarakat.

Kelompok Tani, KTNA, LKMD, LSM, Posyandu

Dan lain-lain

c. Kelembagaan pendidikan.

SD

SLTP

SLTA

4.2. Pembuatan Pupuk Organik

Pemanfaatan bahan organik sangat penting dalam memperbaiki sifat-sifat

fisika, kimia, dan biologi tanah. Selain mampu memperbaiki sifat fisika dan

biologi tanah, bahan organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara

serta meningkatkan efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman.

Penggunaan pupuk organik, baik jenis maupun takarannya, telah banyak diteliti,

tetapi akhir-akhir ini telah banyak dikembangkan pupuk organik kotoran ternak

dan pupuk organik lainnya hasil fermentasi dan efeknya belum banyak diteliti.

Proses pembuatan pupuk kompos dilakukan dua bulan sebelum

pemakaian. Proses pengomposan ini dilakukan bersama petani kooperator dua

bulan sebelum tanam dimaksudkan untuk memberikan waktu yang cukup agar

bahan-bahan yang dikomposkan menjadi benar-benar matang. Bahan organik

yang masih mentah mempunyai nisbah C/N tinggi, apabila diberikan secara

langsung ke dalam tanah akan berdampak negatif terhadap ketersediaan hara

tanah.

Bahan organik langsung akan digunakan oleh mikrobia untuk memperoleh

energi. Populasi mikrobia yang tinggi, akan memerlukan unsur hara untuk

tumbuh dan berkembang. Unsur hara diambil dari tanah yang seyogyanya

digunakan oleh tanaman, sehingga mikrobia dan tanaman saling bersaing

merebutkan hara yang ada. Akibatnya unsur hara yang ada di dalam tanah

berubah menjadi tidak tersedia karena berubah menjadi senyawa organik

mikrobia. Untuk menghindari imobilisasi hara, bahan perlu dilakukan proses

pengomposan terlebih dahulu.

Page 20: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

19

Proses pengomposan adalah suatu proses penguraian bahan organik dari

bahan dengan nisbah C/N tinggi (>15) menjadi bahan yang mempunyai nisbah

C/N rendah (<15) dengan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia

pendekompuser. Pupuk organik kotoran ternak difermentasi (porasi) diberi

inokulan kultur mikroorganisme tertentu yang diproduksi oleh sebuah

perusahaan. Dalam kultur mikroorganisme komersial itu terdapat bakteri yang

dapat mempercepat fermentasi bahan organik, bakteri pelarut P, dan bakteri

pemfiksasi N. Dengan demikian, mikroba yang terdapat dalam kultur

mikroorganisme itu mampu memfermentasi bahan organik dalam waktu cepat

dan menghasilkan senyawa organik seperti protein, gula, asam laktat, asam

amino, alkohol, dan vitamin dimana dalam waktu yang sangat cepat berubah

menjadi senyawa anorganik yang mudah tersedia bagi tanaman.

Bahan baku pupuk organik adalah bahan-bahan yang tersedia dilokasi

pengkajian. Bahan baku kompos adalah : limbah kulit kopi, pupuk kandang, abu

sekam padi difermentasi dengan menggunakan EM-4. Komposisi pupuk kompos

limbah kulit kopi adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Komposisi Pupuk Kompos Limbah Kopi

Bahan Komposisi per tonkompos (%)

Kebutuhan per ha (10ton) kompos (kg)

Limbah kulit kopi 50 5.000Pupuk kandang 20 2.000Abu sekam padi/ kopi 30 3.000Gula merah 1 kg/ton 10M - Dex 1 kg/ton 10

Langkah kerja Pembuatan Kompos

Bahan baku seperti limbah kulit kopi, pupuk kandang dan abu sekam padi

dicampur sampai merata. Gula merah dan M-Dex diencerkan menjadi 10–15 liter

dengan menambahkan air cucian beras. Campuran limbah kulit kopi + pupuk

kandang + abu sekam diratakan setebal 10 cm kemudian disiram dengan larutan

gula merah dan M-Dex yang telah diencerkan secara merata. Lakukan terus lapis

demi lapis sampai semua bahan baku habis, sebelum ditutup dengan plastik

tambahkan air sampai kondisi cukup lembab.

Setelah 24 jam pertama bila suhu telah meningkat lebih dari 50ºC

penutup plastik dibuka dan diaduk setelah suhu turun ditutup kembali.

Page 21: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

20

Pertahankan suhu antara 4050ºC. Apabila suhu tidak naik artinya proses

fermentasi belum dimulai maka tambahkan kembali larutan M-Dex sekali lagi

sesuai dengan takaran di atas.

Lakukan pengecekan/pemeriksaan setiap 5–6 jam sekali dan bila suhu

naik lakukan pembukaan dan pengadukan seperti di atas. Lakukan pemeriksaan

terus menerus sampai suhu stabil (suhu ruangan) dan kompos telah siap

digunakan.

Proses pembuatan kompos

Kulit Kopi+

Abu sekam+

Kotoran Ternak dicampur1

Gulamerah

+E M - 4

+Air cucian

beras

Dilarutkanhingga

homogen2

Setiap lapisandisiram dengan

bahan 2Tebal lapisan 10 cm

Tutupdenganplastik

Kontrol I 24 jam> 50o C buka & aduk< 50o C buka & beri

EM 4 lagi

> 50o C buka & adukKontrol II 5 - 6 jam

Ciri yang baikGembur, hitam,

tidak berbau, suhustabil (suhu udara)

+

PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Gambar 4. Skema Proses Pembuatan Kompos Dengan Bahan Baku Limbah KulitKopi

4.3. Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang Kentang Varietas GranolaUmur 40 Hari setelah Tanam

Keragaan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang kentang pada

berbagai komposisi pupuk dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan data diatas

terlihat bahwa berbagai jenis pupuk mempunyai pengaruh yang nyata pada taraf

0,05% baik tinggi tanaman maupun jumlah cabang. Tingggi tanaman tertinggi

diperoleh pada Paket C (pupuk kompos 10.500 kg + 25 kg Urea + 25 Kg ZA + 30

kg SP-36 + 25 Kg KCl + 25 Kg NPK Bast per hektar) Tinggi Tanaman pada Paket

C, B dan A berturut-turut adalah 57,50 cm, 56,70 cm dan 45,55 cm.

Jumlah cabang terbanyak diperoleh pada paket B yaitu 4,60 buah per

rumpun dan tidak berbeda dengan Paket A dan Paket C. Masing-masing jumlah

M Dex

Page 22: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

21

cabang pada Paket A, B dan C berturut-turut adalah 3,95 buah, 4,60 buah dan

3,50 buah.

Tabel 3. Tanggapan Berbagai Komposisi Pupuk Terhadap Pertumbuhan TinggiTanaman dan Jumlah Cabang Kentang Varietas Granola Umur 40 HariSetelah Tanam.

Paket Jenis Pupuk Dosis/ha (kg) TinggiTanaman

(cm)

JumlahCabang(buah)

Paket AKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

3.5007575907575

45,55 a 3,95 a

Paket BKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

7.0005050605050

56,70 ab 4,60 a

Paket C KomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

10.5002525302525

57,50 b 3,50 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang samamenunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 0,05% berdasarkan Tukeytest.

Untuk lebih jelasnya hubungan antara paket perlakuan dengan tinggi

tanaman dan jumlah cabang per rumpum dapat di lihat pada gambar berikut.

Gambar 5. Hubungan Antara Paket Perlakuan dengan Tinggi Tanaman danJumlah Cabang Per Rumpun

Page 23: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

22

Pemanfaatan bahan organik sangat penting dalam memperbaiki sifat-sifat

fisika, kimia, dan biologi tanah, selain mampu memperbaiki sifat fisika dan biologi

tanah, bahan organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara serta

meningkatkan efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman. Penggunaan

pupuk organik, baik jenis maupun takarannya, telah banyak diteliti, tetapi akhir-

akhir ini telah banyak dikembangkan pupuk organik kotoran ternak dan pupuk

organik lainnya hasil fermentasi.

Penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran

lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat secara nyata dikurangi.

Kemampuan pupuk organik untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk

konvensional sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah dibuktikan oleh

beberapa hasil penelitian, baik untuk tanaman pangan (kedelai, padi, jagung,

dan kentang) maupun tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, teh, dan

tebu) yang diketahui selama ini sebagai pengguna utama pupuk konvensional

(pupuk kimia). Lebih lanjut, kemampuannya untuk mengurangi dampak

pencemaran lingkungan terbukti sejalan dengan kemampuannya menurunkan

dosis penggunaan pupuk kimia.

Beberapa hasil penelitian di daerah Pati, Lampung, Magetan, Banyumas,

organik terbukti dapat menekan kebutuhan pupuk urea hingga 100 persen,

TSP/SP36 hingga 50 persen, kapur pertanian hingga 50 persen. (Rukmana,

2002). Aplikasi pupuk organik yang dikombinasikan dengan separuh takaran

dosis standar pupuk kimia (anorganik) dapat menghemat biaya pemupukan.

Pengujian lapang terhadap tanaman pangan (kentang, jagung, dan padi) juga

menunjukkan hasil yang menggembirakan, karena selain dapat menghemat

biaya pupuk, juga dapat meningkatkan produksi khususnya untuk dosis 75

persen pupuk kimia (anorganik) ditambah 25 persen pupuk organik (Goenadi et.

al., 1998). Pada kombinasi 75 persen pupuk kimia (anorganik) ditambah 25

persen pupuk organik tersebut biaya pemupukan dapat dihemat sebesar 20,73

persen untuk tanaman kentang; 23,01 persen untuk jagung; dan 17,56 persen

untuk padi. Produksi meningkat masing-masing 6,94 persen untuk kentang,

10,98 persen untuk jagung, dan 25,10 persen untuk padi. Penggunaan pupuk

organik hingga 25 persen akan mengurangi biaya produksi sebesar 17 hingga 25

persen dari total biaya produksi.

Page 24: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

23

4.4. Jumlah Umbi Kentang Varietas Granola Per Rumpun.

Data pengamatan rata-rata jumlah umbi kentang varietas granola umur

100 hari setelah tanam dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Tanggap Berbagai Komposisi Pupuk Kompos dan Pupuk An-organikTerhadap Jumlah Umbi, Jumlah Umbi konsumsi (>100gram) danJumlah umbi bibit (<100 gram) pada Tanaman Kentang VarietasGranola Umur 100 Hari Setelah Tanam.

Paket Jenis Pupuk Dosis/ha(kg)

Jumlahumbi/

rumpun

Jumlahumbi

konsumsi/rumpun

Jumlahumbi bibit/

rumpun

Paket AKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

3.5007575907575

16,38 a 2,16 a 14,22 ab

Paket BKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

7.0005050605050

20,71 b 2,55 a 18,16 b

Paket C KomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

10.5002525302525

15,81 a 4,56 b 11,25 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang samamenunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 0,05% berdasarkan Tukeytest.

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perimbangan antara permberian pupuk

organik dan pupuk anorganik sudah cukup baik dalam menghasilkan jumlah umbi

kentang per rumpun, hal ini sangat penting karena jumlah umbi yang banyak

didukung oleh ketersediaan hara yang cukup maka umbi akan berkembang

secara baik. Menurut deskripsi kentang varietas Granola jumlah umbi per rumpun

adalah 10–15 knol per rumpun. Jumlah umbi kentang varietas Granola tertinggi

diperoleh pada Paket B (pupuk kompos 7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60

kg SP-36 + 50 Kg KCl + 50 Kg NPK Bast per hektar) yaitu 20,71 knol/rumpun

yang diikuti oleh paket A sebanyak 16,38 knol/rumpun dan Paket C adalah

15,81 knol/rumpun.

Untuk lebih jelasnya hubungan antara berbagai komposisi pupuk kompos

dan pupuk anorganik terhadap jumlah umbi, jumlah umbi konsumsi (>100 gram)

Page 25: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

24

dan Jumlah umbi bibit (<100 gram) pada tanaman kentang varietas Granola

umur 100 hari setelah tanam dapat di lihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan Antara Berbagai Komposisi Pupuk Kompos dan Pupuk An-Organik Terhadap Jumlah Umbi, Jumlah Umbi Konsumsi (>100gram)Dan Jumlah Umbi Bibit (<100 Gram) Pada Tanaman Kentang VarietasGranola Umur 100 Hari Setelah Tanam

4.5. Berat Umbi Varietas Granola Saat Panen Umur 100 Hari SetelahTanam.

Hasil pengamatan lapang dan timbangan rata-rata berat umbi kentang

varietas Granola saat panen umur 100 hari setelah tanam tercantum pada tabel

berikut ini.

Tabel 5. Tanggap Berbagai Komposisi Pupuk Terhadap Berat Umbi Bibit Kentang(<100 gram/knol) per Rumpun Saat Panen Umur 100 Hari SetelahTanam.

Paket Jenis Pupuk Dosis/ha (kg) Berat umbi(gram)/rumpun

Paket AKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

3.5007575907575

265 a

Paket BKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

7.0005050605050

475 b

Paket C KomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

10.5002525302525

300 ab

Page 26: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

25

Dari Tabel 5 terlihat bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan

anorganik yang memperlihatkan komponen hasil tertinggi adalah Paket B (pupuk

kompos 7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60 kg SP-36 + 50 Kg KCl + 50 Kg

NPK Bast per hektar) yaitu 475 gram/rumpun yang diikuti oleh paket C (pupuk

kompos 10.500 kg + 25 kg Urea + 25 Kg ZA + 30 kg SP-36 + 25 Kg KCl + 25 Kg

NPK Bast per hektar) dengan berat 300 gram/rumpun.

4.6 Produksi Kentang Varietas Granola per Hektar .

Produktivitas merupakan hasil akhir dari sebuah kegiatan pengkajian

dilapangan. Produksi per hektar masing-masing paket disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 6. Tanggapan Berbagai Komposisi Pupuk Terhadap Produktivias Kentangper Hektar.

Paket Jenis Pupuk Dosis/ha (kg) Produksi/ha (ton)

Paket AKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

3.5007575907575

7,00 a

Paket BKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

7.0005050605050

12,50 b

Paket C KomposZAUreaSP-36KClNPK Bast

10.5002525302525

9,40 a

Dari Tabel 6 terlihat bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan

anorganik yang menghasilkan produksi tertinggi adalah paket B (pupuk kompos

7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60 kg SP-36 + 50 Kg KCl + 50 Kg NPK Bast

per hektar) yaitu 12,50 ton/ha yang diikuti oleh paket C (pupuk kompos 10.500

kg + 25 kg Urea + 25 Kg ZA + 30 kg SP-36 + 25 Kg KCl + 25 Kg NPK Bast per

hektar) sebanyak 9,40 ton/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 27: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

26

Gambar 7. Hubungan Antar Perlakuan Dengan Hasil Umbi Bibit TanamanKentang Varietas Granola

Penggunaan pupuk kimia berkadar hara tinggi seperti Urea, ZA, TSP atau SP-36,

dan KCl tidak selamanya menguntungkan karena dapat menyebabkan lingkungan

menjadi tercemar jika tidak menggunakan aturan yang semestinya. Pemupukan

dengan pupuk kimia hanya mampu menambah unsur hara tanah tanpa

memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah, bahkan dapat menimbulkan dampak

negatif terhadap tanah. Kombinasi pupuk organik, NPK dan NK memberikan hasil

terbaik (13,63 knol/rumpun) disebabkan tanaman kentang membutuhkan lebih

banyak unsur Kaliun (K) dalam pembentukan umbi. Menurut F. Agus dan J.

Ruijter (2004) Setiap ton hasil kentang membutuhkan unsur N, P dan K masing

masing 2,7; 0,3 dan 3,6 kg.

Page 28: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

27

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pengkajian dan pengamatan yang dilakukan bersama dengan

petani kooperator dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil survey PRA (Participatory Rural Appraisal) atau pemahaman pedesaan

dalam waktu singkat secara partisipatif sebelum pengkajian dilaksanakan

sangat diperlukan guna menggali informasi, baik data biofisik, sosial

ekonomi keluarga tani maupun budaya setempat, sehingga dalam

merancang komponen teknologi dapat lebih baik dan tepat.

2. Tanaman kentang varietas Granola yang diperlakukan dengan paket B

(pupuk kompos 7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60 kg SP-36 + 50 Kg

KCl + 50 Kg NPK Bast per hektar) menghasilkan benih kentang sebanyak

12,50 ton/ha.

3. Tanggap petani kooperator dan non kooperator cukup positif setelah

mengikuti pengkajian, melihat, mendengar dan mengerjakan sendiri

pengkajian dengan teknologi yang cukup sederhana, secara teknis mudah

dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan dan sosial dapat diterima

dan lingkungan berkelanjutan.

Page 29: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2000. Pengalaman Dalam Bidang Perbanyakan Benih Kentang BebasPenyakit Serta Permasalahannya. Dinas Pertanian Tanaman PanganPemerintah Provinsi Jawa Barat. Bandung. 13 hal

Anonimb, 2000. Petunjuk cara-cara Perbanyakan Benih Kentang Bermutu Tinggi.Direktur Jendral hortikultura dan Aneka Tanaman Republit Indonesia.Development of high Quality Seed Potato. Multiplication system Project.Japan international Corporation Agency. 12 p

Aguswibisono. 2010 com/.../analisis-swot-strength-weakness-opportunity-threat/ Analisis SWOT merupakan salah satu metode untukmenggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek ataukonsep bisnis yang berdasarkan faktor ...

Badan Pusat Statistik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008, Aceh dalamAngka 2007. Kerjasama Badan Pusat Statistik NAD dan Bapeda NAD, hal197 – 207.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Tengah, 2006. LaporanTahunan 2006 Takengon – Aceh Tengah

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Nanggroe AcehDarussalam , 2007. Laporan Tahunan 2006 Provinsi Nanggroe AcehDarussalam.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Nanggroe AcehDarussalam , 2008. Laporan Tahunan 2007 Provinsi Nanggroe AcehDarussalam.

Karjadi, 2002. Potensi Penerapan Teknik Kultur Jaringan dan Perbanyakan Cepatdalam Pengadaan Bibit Kentang Berkwalitas. Balai penelitian TnamanSayuran Lembang. Makalah seminar Sehari Pengembangan KSP SayuranSembalun NTB, Mataram, Oktober 2002.

Kuntjoro,A.S. 2000. Produksi Umbi Mini Kentang Go Bebas Virus MelaluiPerbanyakan Planlet Secara Kultur Jaringan di P.T. Intidaya Agro Lestari(Inagro) Bogor – Jawa barat. Skripsi Jurusan budidaya pertanian FakultasPertanian IPB. 62 Hal.

Nur, M ; Frits H. Silalahi dan Edison Bangun. 1998. Pengkajian Sistem Usahatanikentang di Sumatera Utara. Prosiding Seminar Hasil Penelitian danPengkajian di Sumut. Medan 23 – 25 Maret 1998. BPTP Gedung Johor –Medan Sumut.

Saliem, P. 2001. Kajian Pola Konsumsi dan Permintaan Pangan di Kawasan TimurIndonesia. Disertasi Program Pasca sarjana Isntitut Pertanian Bogor.

Simatupang, sortha. 2000. Pengkajian Usaha Pembentukan Pembibitan KentangBermutu di Sumatera Utara, Prosiding Seminar Nasional Spesifik LokasiMenuju Desentralisasi Pembangunan Pertanian. Medan 13 – 14 Maret2000. hal 65 – 72.

Sjadjad, S. 1999. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gasindo. Jakarta. 145 hal.

Page 30: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

29

Syafri Edi, Yardha, Mildaerizanti dan mugtiyanto. 2005. Pengaruh Sumber Bibitterhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang di Kabupaten Kerinci,Jambi. Juornal pengkajian dan Pengembangan teknologi pertanian Vol. 8.No. 2. Juli 2005. hal. 232 – 241.

Suharyono; Julistia, B; M. Nur, Adri, S. Edi, Firdaus, H. Nugroho dan T.Sudiantoro. 2001. Kajian Beberapa Generasi varietas Granola dalamUpaya Peningkatan produktivitas dan agribisnis Kentang. Laporankegiatan BPTP Jambi.

Wattimena, G.A. 2000. Perkembangan Propagul Kentang Bermutu dan kultivarKentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kentang diIndonesia. Desertasi ilmiah guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultaspertanian Institut pertanian Bogor. 86 Hal.

Willy Bayuardi S. 2008. Sistem Perbenihan Kentang di Indonesia,http://www.situshijau.co.id p.13

Yufniati, dkk. 2008. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan di Provinsi NAD.Laporan Akhir Kegiatan BPTP NAD. Banda Aceh.

Page 31: Laporan Akhir Kegiatan PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH ...nad.litbang.pertanian.go.id/.../2011/08-kentang_lapkir2011.pdfBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

30

Bibit Kentang Var. GranolaG- 3

Pembuatan Kompos

Penanaman Bibit KentangVar. Granola G- 3

Tanaman Kentang Umur 75Hari setelah tanam

Kunjungan SPP Saree saatpenanaman

Panen Tanaman KentangUmur 100 HST