laporan akhir kegiatan pengkajian integrasi...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
PENGKAJIAN INTEGRASI USAHATANITANAMAN DAN SAPI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2014
Dr. Yenni Yusriani, S.Pt, M.P
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul PTP/RDHP/RKTM : Pengkajian Integrasi Usahatani Tanamandan Sapi
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jl. T. Panglima Nyak Makam No. 27Banda Aceh
4. Sumber Dana : DIPA-018.09.2.567392/20145. Status Pengkajian (L/B) : Baru6. Penanggung Jawab
a. Namab. Pangkat/Golonganc. Jabatan
:::
Dr. Yenni Yusriani, S. Pt. M.PPenata/IIIdPeneliti Muda
7.8.9.10.11.
12.
13.
LokasiAgroekosistemTahun MulaiTahun SelesaiOutput Tahunan
Output Akhir
Biaya
:::::
:
:
Kabupaten Aceh TimurDataran Rendah20142014Peningkatan populasi sapi potong gunamemenuhi kebutuhan dagingTersedianya rekomendasi tehnologi
pakan dan pengolahan pupuk organikuntuk pengembangan integrasi usahatanitanaman dan sapi di Kabupaten AcehTimur80.000.000 (Delapan Puluh Juta Rupiah)
Mengetahui,Kepala Balai
Ir. Basri AB, M.SiNIP. 19600811 198503 1 001
Koordinator Program,
Ir. T. Iskandar, M.SiNIP. 19580121 198303 1 003
Penanggungjawab Kegiatan,
Dr. Yenni Yusriani, SPt, M.PNIP. 19730716 199903 2 002
3
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, karena dengan rahmat-Nya penulis beserta tim telah
dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kegiatan Pengkajian Integrasi Usahatani
Tanaman dan Sapi. Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan yang telah
dilaksanakan selama bulan Maret sampai Desember tahun 2014 di Kabupaten
Aceh Timur. Kegiatan ini didukung oleh DIPA-018.09.2.567392/2014.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif
seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti
yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan
kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
kegiatan ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang
dilanjutkan dengan penyusunan laporan tengah tahun ini, kami ucapkan terima
kasih dan semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Desember 2014Penanggungjawab,
Dr. Yenni Yusriani, SPt, MPNIP. 19730716 199903 2 002
4
RINGKASAN
1. Judul RDHP : Pengkajian Integrasi Usahatani Tanaman danSapi
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh3. Lokasi : Aceh Timur4. Agroekosistem : Dataran Rendah5. Status : Baru6. Tujuan : Mengintroduksikan teknologi pakan sapi
berbasis jerami padi untuk mempercepatadopsi inovasi teknologi peternakan
Mengintroduksikan teknologi pengolahanpupuk organik padat yang berasal darikotoran sapi untuk tanaman padi
7. Keluaran : Tersedianya rekomendasi tehnologi pakan danpengolahan pupuk organik untukpengembangan integrasi usahatani tanamandan sapi di Kabupaten Aceh Timur
8. Hasil : Terdapatnya sentra penggemukan sapiberbasis integrasi padi yang dapat dijadikanpercontohan bagi peternak lainnya di kawasanlokasi kegiatan tersebut
9. Prakiraan Manfaat : Manfaat pengkajian diharapkan menjadimasukan bagi kebijakan pemerintah daerahdalam pengembangan sistem penggemukanberbasis integrasi usahatani tanaman danternak yang lebih efektif serta menguntungkanbagi petani.
10. Prakiraan Dampak : Menjadi model percontohan sistem integrasiyang dapat dikembangkan di tingkatkecamatan dan kabupaten. Pada tahapselanjutnya akan meningkatnya perankelompok peternak dalam usahapenggemukan sapi potong.
11. Prosedur : Tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi :- Koordinasi dengan dinas pertanian dan
peternakan, kabupaten Aceh Timur,- Pengendalian penyakit cacing danpemberian vitamin pada ternak sapi,- Pembuatan fermentasi jerami padi denganmenggunakan probiotik,- Pembuatan Urea Molases Blok,- Pelaksanaan introduksi teknologi pakan,manajemen pemberian pakan dan -pembuatan kompos sebagai pupuk organik
12. Jangka Waktu : 1 Tahun
13. Biaya : RP 80.000.000,-
5
SUMMARY
1. Title : The Integration Assessment of FarmingSystem and Cattle
2. Institution : Assessment Institute for AgricultureTechnology (AIAT aceh)
3. Location : East Aceh4. Agro ecosystem : Lowland area5. Status : New6. Objectives : - To introduce the hay-based cattle feed
technology to accelerate the technologicaladoption of farming innovation.- To introduce the processing technologyof solid fertilizer derived from cowmanure for rice plants.
7. Output : The policy recommendations to provideopportunities and possibilities for thedevelopment of the integration of cropand livestock farming in East AcehDistrict are targeted to be available.
8. Outcome : The area for feedlot cattle based onpaddy integration is available so it can bea model for other farmers in the area.
9. Expected benefit : This study is expected to be a significantinput for the local government’s policy indeveloping a more effective and profitablefeedlot system based on the integrationof crops and livestock farming.
10. Expected impact : This study is expected to be a pilot modelof integration system that can bedeveloped at the sub-district and districtlevels. At the next stage, the role offarmer groups in cattle feedlot will beincreased.
11. Procedure : There were several stages that must beconducted as follows :- Coordinating with the agency of
agriculture and farming system- Controlling the worm disease and
feeding the cattle with vitamins- Making fermented hay by using
probiotic- Making Block Molases Urea- Implementing the cattle feed
technology- Managing the feed contribution- Making compost as organic fertilizer
12. Duration : 1 Year13. Budget : IDR 80.000.000
6
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iKATA PENGANTAR .... ................................................................................. iiRINGKASAN..................................................................................................iiiSUMMARY ......... ...........................................................................................ivDAFTAR ISI .......... .........................................................................................vDAFTAR TABEL.............................................................................................. viDAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 11.1. Latar Belakang................................................................................ 11.2. Tujuan............................................................................................ 21.3. Keluaran yang diharapkan ............................................................... 31.4. Hasil Yang Diharapkan .................................................................... 31.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ....................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
2.1. Sistem Intergrasi Padi dan Ternak Sapi .... ....................................... 42.2. Hasil-hasil Penelitian tentang Integrasi Padi-Sapi .. ............................ 6
III. METODOLOGI .................................................................................. 7
3.1. Pendekatan .................................................................................... 73.2. Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................. 73.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan ......................................... 73.4. Rancangan Pengkajian...................................................................... 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 10
4.1 Koordinasi dan Penentuan Lokasi .................................................... 104.2. Pengendalian Penyakit Cacing dan Pemberian Vitamin Pada
Ternak Sapi......................................................................................114.3 Pembuatan Jerami Padi Fermentasi ................................................. 134.4 Pembuatan Urea Molases Blok.......................................................... 164.5 Pelaksanaan Introduksi Teknologi Pakan Dan Manajemen
Pemberian Pakan............................................................................ 184.6 Pembuatan Kompos Sebagai Pupuk Organik ............................….... 204.7 Performa Sapi Selama Penelitian................................................... 224.8 Analisa Usahatani ....................................................................... 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................26
5.1.Kesimpulan....................................................................................265.2. Saran.......................................................................................... .26
VI. DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................28
7
1 PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Meningkatnya produksi daging merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan tingkat kecerdasan
sumberdaya manusia. Daging sapi adalah sumber protein hewani yang
kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumen nasional sekitar 23%
(Marsetyo, 2009). Untuk meningkatkan populasi ternak yang merupakan output
terbesar terhadap pendapatan petani peternak maka salah satu solusi dan
pendekatan yang ditempuh adalah mengoptimalkan pemanfaatan lahan tanaman
pertanian, dengan diversifikasi pertanian dengan peternakan khususnya ternak
ruminansia. Pemanfaatan pakan alternatif yang dapat menjadi pakan hijauan
andalan di masa mendatang.
Haryanto (2003), produksi jerami padi dapat mencapai 12 - 15
ton/ha/panen, bervariasi tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman padi
yang digunakan. Jerami padi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pakan
sapi dewasa sebanyak 2-3 ekor pertahun dan pada lokasi yang mampu panen 2 -
4 kali setahun akan dapat menunjang kebutuhan pakan berserat untuk 4 - 6
ekor. Disamping itu, dedak padi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai salah
satu komponen bahan pakan untuk menyusun ransum ternak. Sebagai bahan
pakan, jerami padi memiliki kandungan gizi yang rendah sehingga perlu adanya
teknologi fermentasi yang sederhana.
Ternak berperan sebagai bagian integral dalam sistem integrasi usahatani
tanaman-ternak untuk saling mengisi dan bersinergi yang memberikan nilai
tambah dan berperan dalam mata rantai daur hara melalui pakan ternak. Pola
integrasi ternak dengan tanaman pangan atau crop-livestock system (CLS)
mampu menjamin keberlanjutan produktivitas lahan, melalui perbaikan mutu dan
kesuburan tanah dengan cara pemberian kotoran ternak secara kontinu sebagai
pupuk organik sehingga kesuburan tanah terpelihara (Dwiyanto dan Haryanto
2002).
Permasalahan yang dihadapi petani dalam usahatani padi adalah
menurunnya produktivitas lahan sawah, keterbatasan penyediaan pupuk
kandang dan pakan ternak, serta aspek lingkungan. Permasalahan tersebut
8
diharapkan dapat diatasi secara simultan dengan menerapkan sistem integrasi
padi-sapi. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari sistem integrasi padi-
sapi di lahan sawah perlu dipadukan antara kepentingan ekonomi, sosial-budaya,
dan kelestarian lingkungan.
Kabupaten Aceh Timur, di Provinsi Aceh merupakan suatu kawasan
pengembangan pertanian. Ternak sapi dan tanaman padi adalah dua komoditi
andalan di kabupaten ini, yang dapat bersinergi. Oleh sebab itu potensi yang ada
di provinsi Aceh, dapat dioptimalkan dalam satu sistem usaha tani yang
terintegrasi maupun efisiensi usahatani, akibat melimpahnya limbah pertanian
saat musim panen perlu penanganan pengawetan dengan jalan fermentasi,
disamping salah satu upaya untuk meningkatnya kandungan protein kasar sekitar
8% (Djajanegara, A. et al., 2001). Semua itu dapat dicapai dengan pendekatan
berkelanjutan yang memanfaatkan sumber pakan lokal, melalui inovasi teknologi
limbah pertanian sebagai sumber pakan sapi yang berpotensial untuk
penggemukan dan pembibitan serta bebas dari polusi udara akibat pembakaran
limbah.
Kondisi demikian membuka peluang dalam program pengembangan
usaha peternakan yang mampu memanfaatkan jerami padi sebagai pakan
ternak. Integrasi usahatani yang tepat perlu dilihat dari komoditas ternak yang
mampu memanfaatkan limbah jerami, serta kemudahan petani dalam
mengaplikasikan teknologi tersebut. Integrasi usahatani sapi dan pemanfataan
jerami padi perlu dikaji dengan tepat, sehingga mampu tercipta pola usaha
sinergis sebagai pengembangan usahatani berkelanjutan berbasis tanaman padi
dan ternak sapi.
1. 2. Tujuan
Pengkajian ini bertujuan untuk :
a. Mengintroduksikan teknologi pakan sapi berbasis jerami padi untuk
mempercepat adopsi inovasi teknologi peternakan
b. Mengintroduksikan teknologi pengolahan pupuk organik padat yang berasal
dari kotoran sapi untuk tanaman padi
9
1. 3. Keluaran Yang Diharapkan
a. Keluaran Jangka Panjang adalah :
Tersedianya rekomendasi tehnologi pakan dan pengolahan pupuk organik
untuk pengembangan integrasi usahatani tanaman dan sapi di Kabupaten
Aceh Timur
b. Keluaran Tahun berjalan
Peningkatkan produksi dan produktivitas ternak sapi mencapai 10%.
Tersediannya paket teknologi usahatani tanaman-ternak spesifik lokasi yang
mampu meningkatkan produktivitas ternak.
• Terpublikasinya di jurnal nasional dan internasional
1.4. Hasil yang Diharapkan
Terdapatnya sentra penggemukan sapi berbasis integrasi padi yang dapat
dijadikan percontohan bagi peternak lainnya di kawasan lokasi kegiatan tersebut
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Manfaat dan dampak pengkajian diharapkan menjadi masukan bagi
kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan sistem penggemukan
berbasis integrasi usahatani tanaman dan ternak yang lebih efektif serta
menguntungkan bagi petani serta menjadi model percontohan sistem integrasi
yang dapat dikembangkan di tingkat kecamatan dan kabupaten. Pada tahap
selanjutnya akan meningkatnya peran kelompok peternak dalam usaha
penggemukan sapi potong.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Intergrasi Padi dan Ternak Sapi
Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah dan masih terus
menggalakkan program integrasi ternak ruminansia dengan tanaman, baik
tanaman pangan maupun perkebunan. Upaya dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas usahatani tanaman dan ternak, yang pada akhirnya akan bermuara
pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sementara untuk lokasi
kegiatan dipilih daerah yang berpotensi untuk dapat dilaksanakan integrasi
ternak ruminansia dan tanaman pertanian, terutama dalam penyediaan bahan
pakan ternak.
Manajemen pemeliharaan usahatani ternak umumnya masih dilakukan
secara konvensional. Kendala utama yang dihadapi petani yang belum
memadukan usaha ini dengan tanaman pertanian adalah tidak tersedianya pakan
secara memadai terutama pada musim kemarau. Terlebih untuk daerah dengan
kondisi iklim yang cenderung kering, dimana musim kemarau juga berlangsung
lebih panjang. Disamping itu penanaman hijauan untuk pakan juga jarang
dilakukan petani karena keterbatasan lahan yang dimiliki.
Sistem pemeliharaan sapi potong untuk penggemukan dapat dilakukan
secara intensif, ekstensif dan Mixed Farming System (sistem antara intensif dan
ekstensif). Menurut Sugeng (2006), bahwa sistem penggemukan sapi secara
intensif merupakan pemeliharaan sapi di dalam kandang terus-menerus pada
periode tertentu dengan pemberian pakan hijauan dan konsentrat. Parakkasi
(1999) melaporkan bahwa sistem intensif biasanya dilakukan pada daerah yang
banyak tersedia limbah pertanian sedangkan sistem ekstensif diterapkan pada
daerah yang memiliki padang penggembalaan yang luas.
Musofie ( 2002), menyatakan bahwa ternak-ternak asli telah terbukti
dapat beradaptasi dengan lingkungan dan tahan terhadap serangan penyakit
eksternal disamping dapat berproduksi pada lahan pakan yang kritis dan berserat
tinggi umumnya dipelihara secara ektensif tradisional. Menurut Dwiyanto et al.
(2001) produksi limbah jerami padi di Indonesia cukup banyak yaitu hampir 40
juta ton per tahun dan yang digunakan untuk pakan ternak baru sekitar 22%,
sedang sisanya dibakar untuk dijadikan pupuk atau dibuang. Produksi jerami padi
11
yang melimpah memungkinkan untuk digunakan sebagai pakan ternak dalam
jumlah yang lebih besar.
Faktor pembatas dalam pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak adalah
nilai gizinya yang rendah yaitu mengandung serat kasar dan silikat dalam jumlah
tinggi, sedang daya cerna sangat rendah yang dipengaruhi adanya ikatan lignin,
silikat dan kitin. Pemanfaatan jerami padi masih dapat ditingkatkan melalui
proses kimia atau dengan teknologi pengolahan sehingga dapat meningkatkan
efektifitas daya cerna. Kegiatan integrasi akan meningkatkan produktivitas baik
produktivitas tanaman padi maupun ternak. Hasil sinergisme tanaman padi
dengan sapi.
Kartono (2002), menyebutkan pada model integrasi tanaman ternak,
petani mengatasi permasalahan ketersediaan pakan ternak dengan
memanfaatkan limbah tanaman seperti jerami padi, jerami jagung dan limbah
kacang-kacangan. Pada musim kemarau, limbah ini bisa menyediakan pakan
berkisar 33,3 persen dari total rumput yang dibutuhkan (Kariyasa 2004).
Kelebihan dari adanya pemanfaatan limbah adalah disamping mampu
meningkatan "ketahanan pakan", juga mampu menghemat tenaga kerja dalam
kegiatan mencari rumput, sehingga memberi peluang bagi petani untuk
meningkatkan jumlah skala pemeliharaan ternak. Model integrasi usahatani dan
usaha ternak memberi peluang pada pengembangan peternakan dalam suatu
kawasan. Pemanfaatan sumberdaya dengan cara ini akan optimal dan memberi
nilai tambah pada produk yang dihasilkan petani. Selain itu, pola-pola semacam
ini sangat fleksibel terhadap perubahan harga berbagai komoditi pertanian, baik
pada tingkat lokal ataupun global.
Salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah dengan
mengkombinasikan antara usahatani tanaman dan usaha ternak atau dikenal
dengan sistem integrasi tanaman-ternak. Secara umum, konsep integrasi ternak
dalam usahatani tanaman baik tanaman perkebunan, pangan atau tanaman
hortikultura adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak, dalam
hal ini ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba) tanpa mengurangi
aktivitas dan produktivitas tanaman. Keberadaan ternak ini harus dapat
meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus produktivitas ternaknya
(Direktorat Jendral Peternakan Deptan, 2008).
12
2.2 Hasil – Hasil Pengkajian tentang Integrasi Padi dan Sapi
Beberapa pengkajian mengenai integrasi tanaman-ternak memberikan
hasil bahwa peranan ternak ruminansia dalam sistem produksi pertanian terletak
pada kemampuan ternak ini menyerap tenaga kerja keluarga, memanfaatkan
hijauan dan hasil limbah pertanian untuk pakan ternak. Selain itu ternak
ruminansia dapat memproduksi pupuk untuk menjaga kesuburan lahan.
Perluasan usaha ternak sapi tidak mempengaruhi kegiatan usaha tanaman
pangan, karena usaha ternak sapi dilakukan di luar usahatani, sehingga usaha ini
mampu meningkatkan pendapatan dan mampu meningkatkan kelangsungan
usahatani (Sabrani et al., 1982; Wimalasuriya et al., 1993; Garces, 2002).
Menurut Chaniago (2009), tujuan integrasi tanaman dengan ternak adalah untuk
mendapatkan produk tambahan yang bernilai ekonomis, peningkatan efisiensi
usaha, peningkatan kualitas penggunaan lahan, peningkatan kelenturan usaha
menghadapi persaingan global, dan menghasilkan lingkungan yang bersih dan
nyaman.
Ternak sapi bagi petani dapat berfungsi sebagai penghasil pupuk kandang
dan tabungan yang memberikan rasa aman pada saat kekurangan pangan
(paceklik) disamping berfungsi sebagai penyedia tenaga kerja (Najib et al. 1997).
Ternak selain menghasilkan produk utama, juga menghasilkan hasil samping
berupa feses dan urine yang sampai saat ini masih dianggap masalah, dengan
inovasi yang sederhana dapat diubah menjadi kompos yang bermutu, dan nilai
kompos yang dihasilkan ternyata cukup besar. Penggunaan kompos pada lahan
pertanian akan mendukung kelestarian lingkungan sekaligus mewujudkan
“organic farming“ yang berdaya saing tinggi.
13
III. METODOLOGI
3.1 Pendekatan
Pengkajian dilakukan di lahan milik petani yang dilaksanakan oleh petani,
peneliti dan penyuluh untuk mendapatkan teknologi yang mampu beradaptasi
serta mendapatkan respons dari petani terhadap teknologi yang diterapkan.
Teknologi yang diterapkan pada kajian didasarkan ketersediaan sumberdaya,
permasalahan yang dihadapi dan kebiasaan petani. Komponen teknologi yang
dianggap baru adalah perlakuan pakan, penggunaaan pupuk organik (pupuk
kandang) sebagai pupuk dasar.
3.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Lokasi pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.
Pelaksanaan pengkajian dimulai pada bulan Maret hingga Desember 2014 yang
meliputi persiapan penentuan lokasi, introduksi teknologi, pengamatan ternak
serta pelaporan. Pemilihan lokasi pengkajian ditentukan secara sengaja dengan
pertimbangan bahwa di Kabupaten Aceh Timur Padi dan sapi merupakan
komoditi unggulan daerah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap dinamika ekonomi daerah, produktivitas usahatani yang cenderung
menurun dan penerapan teknologi yang secara umum masih relatif rendah
sehingga mempunyai peluang untuk ditingkatkan, ketersediaan sumber pakan
ternak dan tenaga kerja yang cukup untuk pengembangan padi dan sapi, serta
dukungan Pemerintah Daerah. Tujuan pemeliharaan ternak sapi adalah untuk
mengetahui kemampuan sapi potong yang berfungsi sebagai pengolah limbah
menjadi produk bermanfaat, yaitu daging dan kompos.
3.3 Bahan dan Metode Pelaksanaan Pengkajian
Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengkajian adalah jerami padi, rumput
gajah, gamal, starter probion, dedak, jagung, urea, molases, mineral sapi,
kapur, semen, vitamin dan obat – obatan.
Alat
14
Peralatan yang digunakan terdiri dari : perlengkapan kandang seperti
sepatu bot, skrup, selang air, tempat minum dan ember, timbangan gantung
untuk menimbang bobot sapi, timbangan digital untuk menimbang pakan, dan
alat kebersihan.
Ternak
Pengkajian ini menggunakan sapi yang dipelihara di areal petani
kooperator. Ternak yang digunakan sebanyak 9 ekor sapi dengan bobot badan
rata-rata berkisar 150 – 300 kg. Sapi dikelompokkan berdasarkan rataan bobot
badan.
Kandang dan Ransum
Sapi dipelihara menggunakan kandang individu bersekat sebanyak 9 buah
yang dilengkapi dengan tempat makan dan air minum. Kandang ditempatkan
dalam bangunan kandang utama yang permanen dan beratap sehingga sirkulasi
udara baik dan peningkatan suhu kandang yang berlebihan tidak terjadi. Pakan
berupa jerami padi fermentasi, hijauan dan konsentrat diberikan 1% dari bobot
badan. Ternak diberi pakan dua kali sehari, pagi hari dan siang hari dan air
minum diberikan secara ad libitum. Komposisi ransum selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Ransum Selama Penelitian (%)
Komposisi bahan Perlakuan
R0 R1 R2
A. HijauanRumput gajahRumput gamal
B. Jerami tanpafermentasi
C. Jerami fermentasi
00
1000
1515070
3535030
D. KonsentratJagungDedak
0,30,7
0,30,7
0,30,7
Ket : R0 ; Perlakuan petani ( jerami + konsentrat) ; R1 : Pemberian hijauan 30%(15% rumput gajah + 15% rumpul gamal) + Jerami Fermentasi 70% +Mineral blok + Konsentrat (jagung+ dedak) ;R2 : Pemberian hijauan 70%(35% rumput gajah + 35% rumpul gamal) + Jerami Fermentasi 30% +Mineral blok + Konsentrat (jagung+ dedak)
Prosedur Pengkajian
15
Tahapan pelaksanaan kegiatan pengkajian Integrasi Tanaman dan Ternak
yang dilaksanakan adalah:
a. Koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten Aceh Timur
bertujuan untuk membahas penentuan lokasi dan calon peternak yang akan
dijadikan sebagai kooperator kegiatan dan mengetahui permasalahan dan
kebutuhan teknologi.
b. Pengendalian penyakit cacing dan pemberian vitamin pada ternak sapi
c. Pembuatan fermentasi jerami padi dengan menggunakan probiotik
d. Pembuatan Urea Molases Blok
e. Pelaksanaan introduksi teknologi pakan, manajemen pemberian pakan
f. Pembuatan Kompos sebagai Pupuk Organik
3.4 Rancangan Pengkajian
Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3
perlakuan dan 3 ulangan. Ternak yang digunakan sebanyak 9 ekor sapi yang
berasal dari peternak kooperator. Sebelum diberikan untuk ternak, jerami padi
difermentasikan terlebih dahulu ( Gambar 3).
Pertambahan bobot badan dilakukan dengan menimbang ternak sebulan
sekali. Pertambahan bobot badan harian dihitung dengan cara mengurangi
bobot badan akhir dengan bobot badan awal dibagi dengan jumlah hari selama
penelitian. Jumlah konsumsi ransum dihitung dari jumlah pemberian dikurangi
dengan ransum yang tersisa. Konversi ransum dhitung dengan membagi
konsumsi dan pertambahan berat badan.
Peubah yang diamati adalah : (1) pertambahan bobot badan, (2) konsumsi
ransum, (3) konversi dan (4) nilai R/C ratio. Data hasil pengamatan diolah secara
statistik diuji dengan menggunakan sidik ragam (Program SPSS 16). Apabila hasil
sidik ragam berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 0,05
dan jika terdapat perbedaan dilakukan dengan uji lanjut (Steel & Torrie 1991).
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Koordinasi dan Penentuan Lokasi
Hasil koordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Timur untuk
penentuan lokasi menetapkan bahwa Kelompok Jasa Usaha yang melakukan
Pengkajian Integrasi Usahatani Tanaman dan Sapi yang terletak di daerah
Gampong Seuneubok Jalan. Daerah ini merupakan salah satu gampong yang
diapit oleh beberapa gampong lainnya yaitu Gampong Blang Siguci, Desa
Seuneubok Dalam, Buket Teukuh, Blang Menjei. Desa Seuneubok Jalan berada
dalam kemukiman Desa Blang Siguci, Kecamatan Idi Tunong Kabupaten Aceh
Timur. Jumlah penduduk saat ini berjumlah 830 jiwa yang terdiri dari 435
perempuan dan 395 laki – laki. Kondisi ekonomi masyarakat Gampong
Seuneubok Jalan berprofesi di bidang pertanian, peternakan dan perkebunan
selain itu ada yang berprofesi sebagai pedagang, pekerja swasta dan PNS.
Kelompok Jasa Usaha telah lama memelihara ternak sapi tetapi mereka belum
banyak mengetahui pemanfaatan limbah pertanian berupa jerami padi yang
dapat meningkatkan nilai nutrisi dari jerami melalui pengolahan secara
fermentasi.
Abdullah (2008), menyatakan bahwa dalam pemanfaatan jerami padi
dibutuhkan suplementasi bahan yang berkualitas kemudian diolah agar nilai
gizinya dapat ditingkatkan serta dapat meningkatkan bobot badan hewan ternak.
Manajemen pemeliharaan usahatani ternak umumnya masih dilakukan secara
konvensional dan tradisional. Kendala utama yang dihadapi petani yang belum
memadukan usaha ini dengan tanaman pertanian adalah tidak tersedianya pakan
secara memadai terutama pada musim kemarau. Terlebih untuk daerah dengan
kondisi iklim yang cenderung kering, dimana musim kemarau juga berlangsung
lebih panjang. Kesulitan pakan terutama pada musim kemarau dapat diatasi
dengan memanfaatkan limbah atau hasil samping tanaman pertanian, seperti
jerami padi yang jumlahnya cukup melimpah pada saat panen.
17
Gambar 1. Tim Melakukan Koordinasi dengan Kepala Dinas Peternakan danPetani Kooperator
4.2 Pengendalian Penyakit Cacing dan Pemberian Vitamin pada
Ternak Sapi
Sapi yang digunakan dalam pengkajian sebelumnya mendapat perlakuan
obat cacing (ivomex) dan vitamin Hematofan, untuk komposisi vitamin dapat
dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Jika ditinjau dari metode pemeliharaannya, sapi
18
yang dipelihara dengan sistem tradisional (ekstensif) lebih beresiko terserang
penyakit cacingan dibandingkan dengan sapi yang dipelihara dengan sistem yang
lebih modern (intensif). Pada pemeliharaan dengan sistem ekstensif, sapi
dibiarkan bebas merumput atau mencari makan sendiri di lahan penggembalaan.
Padahal tidak jarang tempat-tempat yang dijadikan sebagai lahan
penggembalaan tersebut telah terkontaminasi telur atau larva cacing. Sedangkan
pada pemeliharaan dengan sistem intensif, sapi sepanjang hari dikandangkan
dan pakan diberikan pada waktu tertentu oleh pemilik ternak. Hal ini tentu saja
dapat mengurangi resiko sapi untuk kontak dengan telur maupun larva cacing.
Meskipun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian,
namun secara ekonomi dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar. Oleh
karena itu tidak heran kalau penyakit cacingan ini sering disebut sebagai
penyakit ekonomi. Hasil suatu penelitian menyatakan bahwa kasus cacingan
menyebabkan keterlambatan pertumbuhan berat badan per hari sebanyak 40%
pada sapi potong dan penurunan produksi susu sebesar 15% pada sapi perah.
19
Gambar 2. Pemberian Obat Cacing pada Ternak Sapi dilakukan oleh PenyuluhDinas Peternakan
Tabel 2. Kandungan Komposisi Vitamin Hematopan setiap ml
Komponen Jumlah
Natrium kakodilat 30 mg
Amonium sitrat 20
Metionin 10
Histidin 5
Triptopan 2,5
Vitamin -B12 10
4.3 Pembuatan Jerami Padi Fermentasi untuk Pakan Ternak
Kegiatan Pembuatan Jerami merupakan salah satu bagian dari Kajian
Integrasi Tanaman dan Sapi. Sistem integrasi padi-ternak merupakan upaya
untuk meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi padi yang
diintegrasikan secara sinergis dengan pemeliharaan ternak sapi.
Dalam bidang peternakan sapi potong merupakan penyumbang daging
terbesar dari kelompok ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga
usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang
menguntungkan dan meningkatkan pendapatan peternak. Sapi potong telah
lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja
untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola
usaha ternak sapi potong sebagian besar berupa usaha rakyat untuk
menghasilkan bibit atau penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi
dengan tanaman pangan.
Namun demikian masyarakat masih mengusahakannya secara tradisional
atau sambilan sehingga produktifitasnya rendah dan belum mampu mengelola
secara baik . Sebagai contoh dengan pemanfaatan sumber daya pertanian dan
peternakan secara berkesinambungan sehingga segala sesuatunya akan kembali
ke alam yaitu dengan memanfaatkan kembali limbah yang dihasilkan menjadi
sumber daya yang menghasilkan seperti tanaman pangan yang dihasilkan
yaitu padi, jeraminya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak terutama ternak
sapi potong. Sedangkan ternak sapi potong menghasilkan daging sebagai bahan
20
pangan protein dan juga menghasilkan kotoran ternak yang bisa dimanfaatkan
sebagai pupuk, peptisida yang dibutuhkan untuk tanaman pangan sehingga
dengan keterpaduan keduanya mampu meningkatkan pendapatan masyarakat
serta meminimalkan biaya produksi usaha. Untuk itu perlu dilakukan lebih lanjut
untuk penerapan teknologi yang tepat guna dan berkelanjutan.
Gambar 3. Pelatihan Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi
Pengembangan sapi potong perlu dilakukan melalui pendekatan usaha
yang berkelanjutan, modern, dan profesional dengan memanfaatkan inovasi
teknologi untuk meningkatkan efisiensi usaha. Sistem integrasi tanaman ternak
mengemban tiga fungsi pokok yaitu memperbaiki kesejahteraan dan mendorong
pertumbuhan ekonomi, memperkuat ketahanan pangan dan memelihara
keberlanjutan lingkungan. Tabel 3 memperlihatkan kandungan nutrisi jerami padi
dan jerami padi fermentasi disajikan dibawah ini.
21
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Jerami Padi dan Jerami Padi Fermentasi (%)
Bahan bakuHasil Analisi Proksimat
BK PK LK SK Abu BETN TDN
Jerami padi 87,58 4,21 10,60 24,76 19,05 40,78 41,68
Jerami padi fermentasi 89,18 7,09 15,0 18,44 20,30 35,69 48,63
Sumber : Basuni et al , (2010)Ket : BK = Bahan kering ; PK = Protein Kasar ; LK = Lemak Kasar ; SK = SeratKasar; BETN = Bahan ekstrak tanpa nitrogen ; TDN = Total digestible nutrien. (TDNadalah total energi zat makanan pada ternak yang disetarakan dengan energi darikarbohidrat, digunakan untuk mengukur kandungan energi dari bahan-bahanmakanan)
Proses Pengolahan fermentasi sebagai berikut :
Teknologi pengelolaan jerami padi untuk pakan ternak dilakukan dengan
teknologi fermentasi (Gambar 4). Setiap 1 ton jerami padi diperlukan urea dan
probiotik masing-masing 2,5 kg. Jerami padi yang dikumpulkan dan ditumpuk
hingga ketebalan sekitar 20 cm, kemudian ditaburi urea dan probiotik, dan
dengan perlakuan yang sama diteruskan pada lapisan berikutnya. Demikian
seterusnya hingga ketebalan mencapai 1–2 meter. Diamkan hingga 21 hari agar
proses fermentasi berlangsung sempurna. Setelah proses fermentasi selesai,
jerami padi dikeringkan dan disimpan pada tempat yang terlindung dari hujan
dan sinar matahari langsung.. Jerami padi siap digunakan sebagai pakan sapi.
Pengolahan jerami fermentasi menggunakan probiotik (Starbio) dan proses
fermentasi dilakukan pada tempat terlindung dari hujan atau sinar matahari
(Haryanto et al. 2003). Proses pengolahan jerami fermentasi secara fisik
disajikan pada Gambar 4.
22
Jerami padi
Tumpukan jerami + starbio + urea
Proses fermentasi dan amoniasi
Pengeringan/penyimpanan
Pemberian pada sapi
Gambar 4. Proses Jerami Padi Fermentasi
Gambar 5. Tim sedang Melakukan Pelatihan Proses Pembuatan JeramiPadi Fermentasi
4.4 Pembuatan Urea Molases Blok (UMB)
Devendra (1988), menyatakan bahwa Urea Molasses Block (UMB)
merupakan suplementasi mineral dalam bentuk blok dengan bahan baku lokal
sebagai bahan baku utama terutama dari limbah industri pertanian dan pakan
23
non konvensional yang ketersediaannya murah dan mudah diperoleh. Urea
Molases Block adalah pakan suplemen untuk ternak ruminansia, berbentuk padat
yang kaya dengan zat-zat makanan. Thu dan Uden (2000) menyatakan bahwa
UMB merupakan suplemen mineral dalam bentuk blok yang terdiri dari bahan-
bahan berupa molases, urea, singkong, minyak biji-bijian dan mineral. Bahan-
bahan tersebut berfungsi sebagai sumber energi mudah tercerna, sumber N dan
sumber mineral yang dapat meningkatkan pertumbuhan mikroba rumen untuk
memperbaiki nutrisi ternak sebagai induk semang. Pakan suplemen ini dapat juga
disebut sebagai “permen jilat” untuk ternak, yang dapat digunakan untuk ternak-
ternak yang dikandangkan ataupun yang digembalakan.
Bahan komposisi UMB, yang digunakan untuk membuat UMB terdiri
dari : a) molase merupakan komponen utama dalam pembuatan UMB,
mengandung karbohidrat sebagai sumber energi dan mineral, b) urea, sebagai
sumber nitrogen yang diperlukan pada proses fermentasi dalam rumen, c) bahan
pengisi, ditambahkan agar dapat meningkatkan kandungan zat - zat makanan
dan untuk menjadikan UMB menjadi bentuk padat dan kompak. Bahan ini dapat
berupa dedak padi, dedak gandum, bungkil kelapa, bungkil biji kapuk, bungkil
kedelai, ampas tebu, ampas tahu atau bahan lain yang murah dan mudah
didapat, d) bahan pengeras, penambahan ini dimaksudkan untuk menghasilkan
UMB yang keras, bahan-bahan ini juga mengandung mineral terutama Calsium
(Ca) yang cukup tinggi, bahan pengeras antara lain tepung batu kapur, semen.
Beberapa manfaat UMB untuk ternak antara lain adalah meningkatkan
konsumsi pakan, meningkatkan kecernaan zat-zat makanan, meningkatkan
produksi ternak, agar terhindar dari efisiensi vitamin dan mineral, malnutrisi
karena rendahnya nilai gizi pakan. Hatmono dan Indriyadi (1997), menambahkan
bahwa manfaat UMB untuk meningkatkan produktifitas ternak melalui
peningkatan sintesa protein oleh mikroba di dalam rumen, peningkatan
kecernaan pakan dan peningkatan konsumsi pakan yang semuanya itu akan
memberikan keseimbangan yang lebih baik antara suplai asam amino dan energi
dan kebutuhan ternak untuk tumbuh, berproduksi, hal ini meningkatkan populasi
mikroorganisme rumen sehingga kebutuhan serat kasar sebagai media hidupnya
akan meningkat pula, sehingga akan merangsang ternak untuk mengkonsumsi
bahan pakan lebih banyak dari keadaan normalnya, dengan meningkatnya
konsumsi pakan maka produksi ternak (daging) akan meningkat pula.
24
Penggunaan UMB dan Cara Pemberiaannya sebagai bahan pakan
suplemen dengan kadar protein, energi dan mineral yang cukup dapat digunakan
untuk ternak-ternak yang dikandangkan atau yang digembalakan. Pakan
tambahan ini dikonsumsi ternak dengan cara menjilat dan diberikan dengan cara
meletakkan di tabung bambu atau kotak pakan. Pakan tambahan ini diberikan
pada pagi hari dengan jumlahnya sesuai dengan tingkat konsumsi yang
dianjurkan pada setiap jenis ternak, walaupun ukuran UMB melebihi kebutuhan
maka biasanya ternak akan membatasi sendiri. Ternak yang kekurangan akan
unsur mineral memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut: Bulu kusam dan
sering terlihat berdiri, mata putih dan bertahi mata, ternak kurus dan agak
lemas.
Gambar 6. Proses Pembuatan Urea Molases Blok (UMB)
4.5 Pelaksanaan Introduksi Teknologi Pakan dan Manajemen
Pemberian Pakan.
Biaya operasional terbesar dari usaha ternak adalah biaya pakan, yang
meliputi 60-70 persen dari total biaya operasional. Melalui sistem integrasi, biaya
25
pakan dapat dikurangi dengan memanfaatkan limbah tanaman serta hasil
sampingan agroindustri, seperti jerami (padi dan jagung), pucuk tebu, biji-bijian
(kacang tanah dan cowpea), umbi-umbian (ketela dan ubi jalar), bungkil biji
minyak (kelapa sawit, kopra dan kapas), dedak. Maryono dan Romjali (2007),
menyatakan bahwa limbah pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai
sumber pakan sapi potong. Jerami padi merupakan bagian dari batang tumbuhan
tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahnya (Shiddieqy, 2005).
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat potensial
sebagai sumber energi untuk ternak ruminansia, karena produksi jerami padi
sangat banyak dan tersedia sepanjang tahun.
Pakan ternak ruminansia terdiri dari hijauan sebagai pakan utama dan
konsentrat sebagai pakan tambahan. Hijauan diartikan sebagai pakan yang
mengandung serat kasar atau bahan yang tidak tercerna relatif lebih tinggi
dibanding konsentrat. Jenis pakan hijauan ini adalah rumput – rumputan, legume
dan jerami, sedangkan konsentrat merupakan pakan yang mengandung kadar
energi dan protein tinggi dan mengandung serat kasar yang rendah. Konsentrat
dapat berupa biji – bijian dan atau limbah hasil proses industri pengolahan hasil
– hasil pertanian. Sugeng (2006), melaporkan bahwa lama penggemukan sapi
berdasarkan faktor umur dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
1. Sapi bakalan yang berumur kurang dari satu tahun, lama penggemukannya
berkisar antara 8-9 bulan
2. Sapi bakalan yang berumur 1-2 tahun, lama penggemukannya berkisar antara
6-7 bulan
3. Sapi bakalan yang berumur 2-2,5 tahun, lama penggemukannya berkisar
antara 4-6 bulan.
Mersyah (2005), menyebutkan bahwa pakan utama ternak ruminansia
adalah hijauan yaitu sekitar 60-70 %, namun demikian karena ketersediaan
pakan hijauan sangat terbatas maka pengembangan peternakan dapat
diintegrasikan dengan usaha pertanian sebagai strategi dalam penyediaan pakan
ternak melalui optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian.
Susunan ransum selama pengkajian adalah sebagai berikut :
R0 : Perlakuan petani ( jerami + konsentrat)
R1 : Pemberian hijauan 30% (15% rumput gajah + 15% rumpul gamal) +
Jerami Fermentasi 70% + Mineral blok + Konsentrat (jagung+ dedak)
26
R2 : Pemberian hijauan 70% (35% rumput gajah + 35% rumpul gamal) +
Jerami Fermentasi 30% + Mineral blok + Konsentrat (jagung+ dedak)
Pemberian feed suplemen berupa mineral blok pada pagi hari, satu jam
kemudian baru diberikan hijauan dan cacahan jerami padi fermentasi.
Gambar 7. Pemberian Pakan Selama Penelitian
4.6 Pembuatan Kompos sebagai Pupuk Organik
Hasil samping dari proses penggemukan sapi adalah daur ulang (recycle)
pupuk kandang (Pukan) sapi melalui fermentasi menjadi pupuk oraganik (fine
compost). Teknologi pengelolaan limbah kotoran sapi dilakukan dengan
pengomposan. Pukan sapi yang akan dikomposkan dikumpulkan di unit
pengomposan. Kotoran sapi dikumpulkan dan ditiriskan selama satu minggu
untuk mengurangi kadar airnya (+ 60%). Setelah satu minggu, kemudian satu
27
ton kotoran sapi dicampur dengan dedak, abu sekam, urea, molases dan EM4.
Setiap satu minggu sekali kompos dibalik, pekerjaan ini dilakukan hingga 4 kali,
dan diperkirakan setelah 5 minggu kompos telah siap digunakan, dengan ciri;
warna hitam kecoklatan, struktur remah dan bebas bau.
Menurut Mariyono et al. (2010), seekor sapi dapat menghasilkan kotoran
sebanyak 8-10 kg/hari yang apabila diproses akan menjadi 4-5 kg pupuk organik.
Potensi pupuk organik ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
mernpertahankan kesuburan lahan, melalui siklus unsur hara secara sempurna.
Dwiyanto et al (2001), melaporkan bahwa produksi limbah ternak sapi yang
dapat digunakan pupuk kandang per tahun sekitar 3 ton/ekor. Apabila diolah
menjadi kompos, itu cukup memenuhi kebutuhan kompos satu musim tanam
sekitar 1,2 sampai 2 ton kompos/ha. Proses pembuatan kompos secara fisik
dapat dilihat pada Gambar 8.
Kotoran ternak + serbuk gergaji
Abu + Urea + dedak + Molases + EM4 (ditimbun)
Pembalikan setiap mingguSebanyak 4 kali
Pengeringan dan pengepakan
Kompos siap digunakan
Gambar 8. Proses Pembuatan Pupuk Organik (Kompos)
Penggunaan jerami sebagai pupuk organik pada tanah sawah dapat
meningkatkan efisiensi pupuk N dan P, serta hasil padi mencapai 7 ton gabah
kering giling/hektar. Pada sawah bukaan baru, penggunaan jerami dan dolomit
dapat meningkatkan produksi padi dari 4.6 ton/hektar menjadi 6.1 ton/hektar.
28
Gambar 9. Tim sedang Melakukan Proses Pembuatan Pupuk Organik (Kompos)
4.7 Performa Sapi Selama Penelitian
Jerami padi merupakan limbah pertanian yang memiliki kualitas rendah,
namun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan diolah terlebih dahulu
untuk pengayaan nutrisi pakan. Teknologi fermentasi cukup tepat untuk
dilakukan, karena mampu meningkatkan kandungan protein kasar dan
energinya, serta produk ini dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama
sehingga mampu mengatasi kesulitan pakan di musim-musim tertentu.
Penambahan jerami padi fermentasi dan hijauan dalam ransum perlakuan untuk
29
sapi potong memberikan performans yang berbeda dibandingkan tanpa
penambahan jerami padi fermentasi dan hijauan.
Rataan pengaruh perlakuan terhadap bobot badan, pertambahan bobot
badan, konsumsi ransum dan konversi ransum sapi yang diberi jerami padi
fermentasi selama 5 bulan penelitian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Performa Sapi Selama Penelitian
Peubah PerlakuanR0 R1 R2
Bobot Badan Awal (kg/ekor) 166,7 + 31 210 + 8,14 231,3 + 19Bobot Badan Akhir (kg/ekor) 178,3a + 43 300b + 9 325b + 8PBBH (kg/ekor/hari) 0,60a + 0,32 0,77b + 0,37 0,82 b+ 0,20Konsumsi ransum harian(kg/ekor/hari) 9,23 a+ 0,70 9,80b + 0,77 9,83b + 0,87
Konversi Ransum 15,4 b+ 9,24 12,7a + 5 12,1a+ 5,20Ket : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05) ;R0 ; Perlakuan petani ( jerami + konsentrat) ; R1 : Pemberian hijauan30% (15% rumput gajah + 15% rumpul gamal) + Jerami Fermentasi70% + Mineral blok + Konsentrat (jagung+ dedak); R2 : Pemberianhijauan 70% (35% rumput gajah + 35% rumpul gamal) + JeramiFermentasi 30% + Mineral blok + Konsentrat (jagung+ dedak)
Pemberian pakan jerami padi fermentasi berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap pertambahan bobot badan harian sapi. Rataan pertambahan bobot
badan harian sapi berkisar antara 0,60 – 0,82 kg/ekor/hari yang tertinggi
terdapat pada perlakuan R2 ( Pemberian hijauan 70% (35% rumput gajah +
35% rumpul gamal) + Jerami Fermentasi 30% + Mineral blok + Konsentrat
(jagung+ dedak) sebesar 9,83 kg/ekor/hari. Hal ini berarti bahwa respon
pertumbuhan ternak dapat ditingkatkan dalam penelitian ini oleh penambahan
probiotik di dalam pakan jerami padi fermentasi. Usaha penggemukan sapi ini
bukan untuk meningkatkan nilai PBBH saja, tetapi juga memanfaatkan jerami
padi untuk ternak. Pemanfaatan jerami secara optimal akan menekan biaya
produksi dan ramah lingkungan.
Pemberian pakan jerami padi fermentasi berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap konsumsi pakan sapi. Pakan jerami padi fermentasi mengandung energi
yang dapat dimanfaatkan lebih tinggi dibanding dengan jerami padi tanpa
fermentasi. Suharto dan Rosanto (1993) menyatakan bahwa pada sapi, salah
satu kegunaan dari probiotik dalam pakan adalah sebagai zat pengurai selulosa,
lemak, lignin, dan protein sehingga dapat meningkatkan daya cerna nutrisi
30
ternak. Hal ini dimungkinkan pada kandungan serat yang lebih rendah peranan
bakteri pemecah serat lebih optimal sehingga daya cerna ternak terhadap pakan
menjadi lebih baik.
Menurut Siregar (2008), bahwa konversi pakan yang baik pada hewan
ternak sapi adalah 8,56-13,29. Nilai konversi pakan juga menggambarkan nilai
efisiensi penggunaan pakan. Purbowati et al (2005), menyatakan bahwa
efisiensi pakan pada penggemukan sapi muda jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan penggemukan sapi dewasa. Hal ini menyebabkan pertambahan bobot
badan dan efisiensi pakan pada sapi muda sangat tinggi dibanding dengan sapi
dewasa. Meningkatnya pakan penguat atau semakin baiknya kualitas pakan akan
menyebabkan semakin baik pula efisiensi penggunaannya oleh ternak. Konversi
pakan yang bagus pada pengkajian ini terdapat pada penambahan pemberian
hijauan 70% (35% rumput gajah + 35% rumpul gamal) + Jerami Fermentasi
30% + Mineral blok + Konsentrat (jagung+ dedak) yaitu R2 sebesar 12,1
dilanjutkan dengan pemberian hijauan 30% (15% rumput gajah + 15% rumpul
gamal) + Jerami Fermentasi 70% + Mineral blok + Konsentrat (jagung+ dedak)
yaitu R1 sebesar 12,7 dan yang terakhir R0 = Perlakuan petani ( jerami +
konsentrat) sebesar 15,4.
4.8 Analisa Usahatani
Siregar (2009), menyebutkan dalam analisis pendapatan diperlukan dua
keterangan pokok yaitu penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang
ditetapkan, selanjutnya tujuan analisis pendapatan untuk menggambarkan
keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Lebih
lanjut Hidayah et al, (2005) menyatakan bahwa pendapatan petani-ternak
merupakan penghasilan dari penjualan hasil usaha pertanian dan peternakan
dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi hasil dari usaha pertanian
dan peternakan
Analisa usahatani penggemukan sapi melalui pemanfaatan jerami
fermentasi sebagai pakan ternak dan pemanfaatan pupuk organik menunjukkan
bahwa pendapatan yang diperoleh mencapai Rp. 34.314.667 dengan nilai R/C
1,27 (R2). Sementara pendapatan petani (R0) dari usaha penggemukan sapi
hanya Rp 21.388.667 dengan nilai R/C 0,8 (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa
31
usaha penggemukan sapi dengan pendekatan sistem integrasi dapat
meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani, sehingga layak
dikembangkan dibandingkan dengan pola tradisional (perlakuan petani).
Wijono et al. (2001), menyatakan bahwa untuk mendapatkan keuntungan
yang cukup memadai perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain jenis dan
umur bibit (bakalan), kondisi badan, pakan, dan tatalaksana pemeliharaan. Lebih
lanjut Umiyati et al, (2001), melaporkan bahwa perbaikan manajemen pakan
mampu meningkatkan PBHH, pendapatan dan nilai R/C pada usaha
penggemukan sapi potong..
Tabel 5. Analisa Usahatani Penggemukan Sapi Potong Selama Penelitian
UraianPerlakuan (Rp)
R0 R1 R2Biaya tidak tetapBiaya perkandanganBiaya peralatanBiaya obat-obatanBiaya pakan konsentratBiaya jerami fermentasiBiaya jerami tanpafermentasiBiaya hijauanBiaya pembuatan pupukorganikUpah tenaga kerjaTotal biaya tidak tetap(1)
1.425.000,-800.000,-400.000,-2.961.667,-01.600.000,-0232.667,-4.000.000,-11.419.333,-
1.425.000,-800.000,-400.000,-2.961.667,-4.875.000,-01.125.000,-232.667,-4.000.000,-15.819.333,-
1.425.000,-800.000,-400.000,-2.961.667,-1.625.000,-03.375.000,-232.667,-4.000.000,-14.819.333,-
Biaya tetap (2)Pembelian 9 ekor ternakTotal biaya tetap (1+2)
25.200.000,-36.619.333,-
25.200.000,-41.019.333,-
25.200.000,-40.019.333,-
PenerimaanPenjualan 9 ekor ternakPenjualan pupuk organikTotal penerimaanPendapatan Bersih
30.108.000,-2.700.000,-32.808.000,-21.388.667,-
44.928.000,-4.050.000,-48.978.000,-33.158.667,-
45.084.000,-4.050.000,-49.134.000,-34.314.667,-
R/C ratio 0,8 1,19 1,27Ket : R0 ; Perlakuan petani ( jerami + konsentrat) ; R1 : Pemberian hijauan 30%
(15% rumput gajah + 15% rumpul gamal) + Jerami Fermentasi 70% +Mineral blok + Konsentrat (jagung+ dedak); R2 : Pemberian hijauan 70%(35% rumput gajah + 35% rumpul gamal) + Jerami Fermentasi 30% +Mineral blok + Konsentrat (jagung+ dedak)
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pertambahan bobot hidup harian (PBHH) tertinggi dijumpai pada
perlakuan R2 sebesar 0,82 kg/ekor/hari dan terendah pada perlakuan R0 sebesar
0,60 kg/ekor/hari. Pola pemberian ransum Hijauan 70% (35% rumput gajah +
35% rumpul gamal) + Jerami Fermentasi 30% + Mineral blok + Konsentrat
(jagung+ dedak) yaitu (R2) memberikan pertambahan bobot hidup harian
(PBHH) yang optimal. Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa formula pakan
pada perlakuan R2 lebih efisien dengan formula pakan pada perlakuan lainnya.
Analisa usahatani pendapatan dari usaha penggemukan sapi secara
dikandangkan (kereman) dengan menggunakan ransum hijauan 70% (35%
rumput gajah + 35% rumpul gamal) + Jerami Fermentasi 30% + Mineral blok +
Konsentrat (jagung+ dedak) memberikan nilai R/C ratio sebesar 1,27 berarti
layak untuk diusahakan.
5.2 Saran
Perlu ada kajian atau penelitian lanjutan untuk pengaplikasian pupuk
organik berupa kompos pada tanaman padi serta mengetahui produktivitas dari
tanaman padi sebelum dan setelah pemberian pupuk organik.
33
VII. KINERJA HASIL KEGIATAN
Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Usahatani Tanaman dan Sapi pada
umumnya berjalan sangat baik, yang dimulai dari koordinasi Dinas/Instansi
terkait baik di tingkat Kabupaten Aceh Timur, terutama dalam
penentuan/penetapan lokasi.
Dalam pengawalan teknologi dalam usahatani telah dilakukan perakitan
beberapa komponen teknologi budidaya melalui pendekatan pemilihan teknologi
baik itu teknologi dasar maupun teknologi pilihan sesuai kebutuhan lokasi
dengan memperhatikan aspek lingkungan atau sumberdaya yang tersedia,
sehingga diperoleh teknik budidaya yang spesifik lokasi.
Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah tersedianya rekomendasi
kebijakan bagi peluang dan kemungkinan pengembangan integrasi usahatani
tanaman dan sapi di Kabupaten Aceh Timur dengan perkiraan hasil yang dicapai
terdapatnya sentral penggemukan sapi yang bisa dijadikan percontohan bagi
peternak di kawasan lokasi kegiatan
34
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, 2008. Pembuatan Jerami Padi Amoniasi Sebagai Sumber Pakan TernakPotensial di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba, ProgramPenerapan IPTEKS.
Badan Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2005.Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi. Departemen Pertanian,Jakarta.
Basuni et al. 2010. Sistem Integrasi Padi-Sapi Potong di Lahan Sawah. JurnalIPTEK Tanaman Pangan. Vol 5 No 1,2010.
Chaniago, T. 2009. Perspektif Pengembangan Ternak Sapi di KawasanPerkebunan. Prosiding Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan SistemIntegrasi Ternak – Tanaman: Padi, Sawit, Kakao. (In Press). PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Devendra, C. 1988. Non-Conventional Feed Resources in Asia and Pacific.Advenches in Avaibility and Utilization. 3th Edition. FAO. Rome
Djajanegara, A., B. Risdiono, A. Priyanti, D. Lubis dan K. Diwiyanto. 2001. Crop-Animal Systems Research Network (CASREN) Indonesia. LaporanPengkajian. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian. 2008. Pedoman TeknisIntegrasi Ternak Ruminansia – Tanaman. Direktorat Budidaya TernakRuminansia Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian,Jakarta.
Dwiyanto, K., B.R. Prawiradiputra dan D. Lubis. 2001. Integrasi Tanaman-Ternakdalam Pengembangan Agribisnis yang Berdaya Saing, Berkelanjutan danBerkerakyatan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner, Bogor, 17-18 September 2001. Puslitbangnak. Halaman 22- 26.
Dwiyanto, K. dan B. Haryanto. 2002. Crop Livestock System DalamMengakselerasi Produksi Padi dan Ternak. Wartazoa 12 (1): 1-8.
Dwiyanto, K., dan B. Haryanto. 2003. Integrasi ternak dengan usaha tanamanpangan. Makalah disampaikan pada Temu Aplikasi Paket Teknologi diBPTP Kalimantan Selatan. Banjarbaru, 8-9 Desember 2003.
Garces, 2002. The Livestock Revolution and Its Impact on Smallholders.Newsletter of Low External Input and Sustainable Agriculture, 18(1): 7-8.
Haryanto, B., I. Inounu, I.G.M. Budiarsana, dan K. Dwiyanto. 2003. Panduanteknis integrasi padi-ternak (SIPT). Departemen Pertanian.
35
Hatmono, H. dan Indriyadi, H. 1997. Urea Molase Blok Pakan Suplemen untukTernak Ruminansia. PT. Trubus Agriwidya. Ungaran
Kariyasa K. dan E. Pasandaran. 2004. Dinamika Struktur Usaha dan PendapatanTanamanTernak Terpadu. Makalah disampaikan dalam SeminarKelembagaan Usahatani Tanaman Ternak tanggal 30 Nopember - 2Desember 2004 di Denpasar-Bali. Proyek PAATP. Jakarta.
Kartono. G.2002. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Dalam Upaya PeningkatanPendapatan Petani Dan Keberlanjutan Sistem Usahatani. Prosiding.Seminar Nasional Inovasi Teknologi Tepat Guna Berorientasi Agribisnisuntuk Pemberdayaan Pertanian Wilayah. Puslitbang Sosek PertanianBogor.
Marsetyo, 2009. Dinamika Penellitian Sawit terhadap Pengembangan Integrasidengan Ternak Sapi. Works
Mariyono, Anggraeni, Y. dan Rasyid, A. 2010. Rekomendasi Teknologi Peternakandan Veteriner Mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS)Tahun 2014. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Maryono E, Romjali. 2007. Petunjuk Teknis Inovasi Pakan Murah untuk UsahaPembibitan Sapi Potong. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan PengembanganPeternakan
Mersyah, R. 2005. Design Sistem Budidaya Sapi Potong Berkelanjutan UntukMendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan.Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Musofie, A. 2002. Peran Ternak Sapi Potong dalam Sistem Usaha PertanianOrganik. Lokakarya SIPT-2. Strategi dan Teknologi Sistem Integrasi Padi –Ternak. Dinas Pertanian – Pemerintahan Provinsi D I Yogyakarta.
Najib, M., E. S. Rohaeni, dan Tarmudji. 1997. Peranan Ternak Sapi Dalam SistemUsahatani Tanaman Pangan Di Lahan Kering. Prosiding Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 Nopember 1997. Jilid II. P. 759-766.
Hidayah, N. 2005. Kontribusi Usaha Pemeliharaan Ternak Sapi Potong terhadapTotal Penerimaan Petani Peternak di Desa Manuju Kecamatan ParangloeKabupaten Gowa. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,Makassar
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UniversitasIndonesia Press, Jakarta
Purbowati, W.S. Dilaga dan N.S.N Aliyah, 2005. Penampilan Produksi SapiPeranakan Ongole dan Peranakan Limousin Jantan Dengan PakanKonsentrat dan Jerami Padi Fermentasi. Artikel_AINI_2005
36
Sabrani, M., P. Sitorus dan A.P. Siregar. 1982. Peranan Ternak Ruminansia Kecilsebagai Sumber Protein Hewani di Pedesaan. Jurnal Pengkajian danPengembangan Pertanian, 1(2): 68-72.
Shiddieqy, M. I. 2005. Pakan Ternak Jerami Olahan. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/24/cakrawala/lainnya1.htm. [23 September2011].
Siregar, S.B. 2008. Penggemukan Sapi. Penerbit Swadaya. Jakarta
Siregar, Surya, dan Amri. 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong diKecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Skripsi. Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara.
Sugeng, Y. B. 2006. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta
Suharto, W. dan Rosanto. 1993. Starbio untuk Penggemukan Ternak Sapi.Fakultas Pertanian UNS, Surakarta
Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu PendekatanBiometrik. Jakarta: Gramedia.
Thu, N. V & P. Uden. 2000. Effect of work and urea-molasses cakesupplementation on live weight and milk yield of Murrah Buffalo. Asian-Australia J. Anim. Sci.14 (9) : 1329–1336.
Umiyati, U. Aryogi, D.B. Wijono, M.A. Yusron, Dan D.E. Wahyono. 2001.Pengaruh perbaikan pakan dan penambahan probiotik bioplus terhadaptampilan berat badan sapi PO: Studi kasus pada usaha penggemukan sapipotong rakyat di Kabupaten Magetan. Pros. Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner. Bogor, 17 – 18 September 2001. hlm. 287 –291.
Wijono, D.B., Aryogi Dan A. Rasyid. 2001. Pengaruh berat badan awal terhadappencapaian hasil pada penggemukan sapi potong di peternakan rakyat.Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17 –18 September 2001. hlm. 449 – 455
Wimalasuriya, R.K., H.P. Ariyaratne, W.H.D. Kularatne, G.D. Siripala, B.M.K.Perera and H.Petris. 1993. Crop-Livestock Integration to Enhance theSustainability of Rainfed Upland Farming in the Dry Zone of Srilanka. Journalof the Asian Farming Systems Association, 2(1): 29-44
37
Lampiran 1
DAFTAR RISIKO DAN PENANGANAN RESIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHNAMA PIMPINAN : Ir. Basri AB, MSiNIP : 19600811 198503 1 001KEGIATAN : Pengkajian Integrasi Usahatani Tanaman dan Sapi
No Resiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan
1 Kematianternak
Sistempemeliharaankurang baik
Sapi mati Sosialisasi danpenjelasan sistempemeliharaan sapi
2. Penggemukan sapitidakberlanjut
Dana digunakanuntuk keperluanlainnya
Usahapenggemukanterhambat
Penentuan calonpeternak sangatmenentukan
3. Gagalpanen
Bencana alam Limbah sulitdidapatkan danpeternak susahditemui
Melihat kondisi dilapangan yangkondusif
TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN
Nama Lengkap danGelar
Posisi dalamKegiatan
Gol/ Pangkat Alokasi Waktu(jam/mgg)
Dr. Yenni Yusriani,SPt, MP
Penjab IIId/ PenataTK 1
20
Ir. Nani Yunizar Anggota IVb/Pembina 20Ir. Elviwirda Anggota IIIc/ Penata 20Samsul Bahri, SE Anggota IIId/ Penata
TK 120
Nur Aida Fitri, Amd Anggota IIIa/ Penata 20