laporan akhir gwes 2014.pdf

50
Akuisisi, Procesing dan Interpretasi Data Gaya Berat, Magnetik dan Tide Digital Seismograph Lapangan Panas Bumi Way Ratai Pesawaran (Laporan Akhir Workshop Geofisika) Oleh R Ro o s s i i t t a a R Re e n n o o v v i i t t a a 1115051031 LABORATORIUM GEOFISIKA JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2014

Upload: rosita-renovita

Post on 02-Oct-2015

66 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • Akuisisi, Procesing dan Interpretasi

    Data Gaya Berat, Magnetik dan Tide Digital Seismograph

    Lapangan Panas Bumi Way Ratai Pesawaran

    (Laporan Akhir Workshop Geofisika)

    Oleh

    RRoossiittaa RReennoovviittaa 1115051031

    LABORATORIUM GEOFISIKA

    JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    2014

  • KATA PENGANTAR

    Ucapan rasa syukur alhamdulillah yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat

    Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah dan semua kenikmatan yeng telah

    diberikan; kasih sayang, ilmu pengetahuan, keluarga, ujian serta cobaan yang

    dilalui sehinga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Mata Kuliah

    Workshop Geofisika 2014. Tidak lupa kami juga menyampaikan ucapan terima

    kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan proses

    pembuatan laporan ini.

    Workshop Geofisika merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil bagi

    mahasiswa Teknik Geofisika. Untuk memberikan pembelajaran baik teori maupun

    praktek di lapangan dengan menggunakan alat-alat pada eksplorasi geofisika.

    Semoga dengan terus terselenggaranya mata kuliah Workshop Geofisika dapat

    menjadikan mahasiswa Teknik Geofisika Universitas Lampung berkompeten

    dalam bidangnya. Dan semoga Sumber Daya Manusia di Lampung akan semakin

    baik kualitasnya.

    Bandar Lampung, Juli 2014

    Penyusun

    Rosita Renovita

    1115051031

  • DAFTAR ISI

    halaman

    KATA PENGANTAR .................................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

    B. Tujuan Penyelidikan .............................................................................. 2

    C. Batasan Masalah .................................................................................... 2

    II. TEORI DASAR

    A. Geologi Lapangan Panas Bumi Way Ratai .......................................... 3

    B. Ekplorasi Panas Bumi dengan metode Geofisika ................................ 3

    C. Metode Gaya Berat ............................................................................... 4

    D. Metode Magnetik ................................................................................. 11

    E. Metode Geolistrik ................................................................................. 15

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Akuisisi dan Processing Data Gaya Berat ............................................ 17

    B. Akuisisi dan Processing Data Magnetik ............................................... 26

    C. Akuisisi dan Processing Data Geolistrik .............................................. 29

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Penampang 2D Gaya Berat ................................................................... 31

    B. Penampang 2D Magnetik ...................................................................... 35

    C. Penampang 1D Tide Digital Seismograf ............................................... 37

  • V. INTERPRETASI TERPADU

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ........................................................................................... 43

    B. Saran ...................................................................................................... 43

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Peta Geologi Way Ratai, Pesawaran ....................................... 3

    Gambar 2.2 Persamaan Longmann untuk Interaksi Vertikal ...................... 6

    Gambar 2.3 Interaksi Bumi dan Bulan di titik P ......................................... 7

    Gambar 2.4 Free Air Correction ................................................................. 8

    Gambar 2.5 Hammer Chart ......................................................................... 9

    Gambar 2.6 Bouguer Correction ................................................................. 10

    Gambar 3.1 Gravimeter Scintrex CG - 5 .................................................... 18

    Gambar 3.2 Nilai Koreksi Tide ................................................................... 19

    Gambar 3.3 Mencari Koreksi Lintang ........................................................ 20

    Gambar 3.4 Mencari Koreksi Udara Bebas ................................................ 21

    Gambar 3.5 Mencari Koreksi Bouguer ....................................................... 21

    Gambar 3.6 Grid Data Gaya Berat .............................................................. 22

    Gambar 3.7 Proses Filtering dengan Moving Average ............................... 23

    Gambar 3.8 Hasil Konturing Anomali Regional dengan Metode Filtering 23

    Gambar 3.9 Prosecing Amonali Residual ................................................... 24

    Gambar 3.10 Hasil Peta Anomali Residual................................................. 24

    Gambar 3.11 Respon pada Grav2DC untuk Slice 1 .................................... 26

    Gambar 3.12 Respon pada Grav2DC untuk Slice 2 .................................... 26

    Gambar 3.13 Data Hasil Pengukuran Magnetik ......................................... 27

    Gambar 3.14 Data Hasil Pengukuran TDS ................................................. 28

    Gambar 4.1 Penampang Kontur Topografi ................................................. 31

    Gambar 4.2 Penampang Anomali SBA ...................................................... 31

    Gambar 4.3 Anomali Regional ................................................................... 32

    Gambar 4.4 Penampang Kontur Anomali Residual .................................... 32

  • Gambar 4.5 Penampang Bawah Permukaan Slice 1 dengan Grav2DC ...... 33

    Gambar 4.6 Penampang Bawah Permukaan Slice 2 dengan Grav2DC ...... 33

    Gambar 4.7 Peta Anomali Magnetik Total ................................................. 35

    Gambar 4.8 Peta Reduce to Pole yang di Slice ........................................... 35

    Gambar 4.9 Penampang Bawah Permukaan dengan Mag2DC ................... 36

    Gambar 4.10 Peta Kontur Frekuensi dan Kontur Kedalaman ..................... 37

    Gambar 4.11 Peta Kontur Kedalaman dan Kontur Amplifikasi ................. 38

    Gambar 5.1 Overlay Peta Geologi dengan Kontur Nilai SBA.................... 39

    Gambar 5.2 Overlay Peta Geologi dengan Kontur Nilai Residual ............. 39

    Gambar 5.3 Overlay Peta Geologi dengan Kontur Nilai Suseptibilitas ...... 40

    Gambar 5.4 Overlay Peta Geologi dengan Kontur Nilai TDS .................... 41

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kemajuan pembangunan di Indonesia menyebabkan kebutuhan akan

    sumberdaya energi semakin meningkat. Hingga saat ini, bakan bakar fosil

    tetap menjadi sumber energi utama yang dimiliki bangsa. Namun ketersediaan

    cadangan minyak yang kian menyusut, menjadi suatu pekerjaan rumah yang

    harus diselesaikan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk dapat mencari

    jalan alternatif jika dalam beberapa tahun mendatang tidak ditemukan

    cadangan minyak baru.

    Wilayah Indonesia yang terletak dalam zona ring of fire menjadi modal yang

    amat berharga dalam mengembangkan energi alternatif yang selama ini

    menjadi sorotan tajam yakni energi Panas Bumi. Jalur gunung api berada di

    sepanjang Pulau Sumatera menerus ke daerah selatan Pulau Jawa, memanjang

    hingga ke Pulau Bali dan Nusa Tenggara, kemudian berbelok ke arah utara ke

    Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Kepulauan Filipina.

    Secara umum, keterdapatan sumber panas bumi Indonesia berasosiasi dengan

    kegiatan gunung api sebagai asal sumber panas yang berhubungan dengan

    pergerakan lempeng tektonik tersebut. Sepanjang jalur gunung api (aktif

    maupun yang non aktif) menyimpan cadangan energi panas bumi yang sangat

    besar di bawah permukaan.

    Lapangan Panas bumi Way Ratai yang terletak di kecamatan Padang Cermin

    Kabupaten Pesawaran merupakan daerah yang memiliki potensi untuk

    mengembangkan sistem panas bumi.

  • Hal ini menjadi sangat menarik untuk dilakukan penelitian dan pengambilan

    data Geofisika karena manifestasi panas buminya (air panas/spring) yang

    terdapat di permukaan mempunyai suhu yang relatif tinggi, sehingga

    pendugaan suhu yang terdapat di reservoarnya sangat tinggi.

    Pada workshop kali ini kami mencoba untuk melakukan penelitian di

    Lapangan Panas Bumi Way Ratai. Setelah melakukan study Geologi dan

    Geokimia pada manifestasi-manifestasi yang ditemukan, kami melakukan

    pangambilan data Geofisika. Data yang kami ambil meliputi data Gaya Berat

    (Gravity), Data Magnetik serta Data TDS (Tide Digital Seismograph) sebagai

    survey pendahuluan untuk mengetahui daerah prospek dan sebaran fenomena

    geologi seperti patahan dan alterasi batuan.

    B. Tujuan Penyelidikan

    Adapun tujuan dari workshop ini adalah sebagai berikut:

    1. Mahasiswa dapat mempelajari survey pendahuluan pada eksplorasi panas bumi

    2. Mahasiswa memahami cara menggunakan alat-alat pengukuran seperti

    gravimeter Scintrex CG - 5, magnetometer, dan tide digital seismograph

    3. Mahasiswa mampu melakukan akuisisi data lapangan dengan baik dan benar

    4. Mahasiswa mampu mengolah data akuisisi geofisika dalam bentuk numerikal

    /grafik dan membuat model penampang secara 1D maupun 2D.

    C. Batasan Masalah

    Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Pengambilan data di lapangan hanya dibatasi dalam waktu 3 hari sehingga

    tidak menampilkan model bawah permukaan yang terlalu dalam.

    2. Pengolahan data TDS hanya untuk mengetahui nilai kerentanan tanah disekitar

    manisfestasi, bukan untuk menentukan event.

    3. Interpretasi terpadu dilakukan setelah melakukan akuisisi dan processing

  • BAB II

    TEORI DASAR

    A. Geologi Lapangan Panas Bumi Way Ratai

    Way Ratai adalah sebuah desa di Kecamatan Piabung, Kabupaten Pesawaran,

    Lampung. Way Ratai merupakan salah satu daerah potensi panasbumi di

    Lampung yang WKPnya belum diproduksi secara konvensional. Geologi

    daerah panasbumi Way Ratai adalah lava, breksi dan tuff yang berasal dari

    endapan gunung api muda dan terdapat juga batuan jenis Aluvial dimana

    terdapat batuan kerakal, kerikil, pasir, lempung, dan gambut.

    Gambar 2.1 Peta Geologi Way Ratai, Pesawaran

    B. Ekplorasi Panas Bumi dengan metode Geofisika

    Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas,

    uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik

    semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk

  • pemanfaatannya diperlukan proses penambangan lebih lanjut (Pasal 1 UU

    No.27 tahun 2003)

    Adapun komponen komponen penting dalam sistem hidrotermal adalah

    Sumber Panas (Gunung Api), Reservoir dengan fluida termal, mempunyai

    Daerah Resapan (Recharge) dan mempunyai Daerah Discharge dengan

    Manisfestasi Permukaan.

    Sebagian besar reservoir panasbumi terdapat pada batuan vulkanik dengan

    aliran utama melalui rekahan. Sifat batuan reservoir panasbumi adalah

    porositas, permeabilitas dan densitas batuan. Beberapa parameter lain yang

    penting untuk menerangkan sifat batuan reservoir panasbumi adalah panas

    spesifik dan konduktivitas panas.

    Pada ekplorasi Geofisika kali ini metode yang dipakai pada survey

    pendahuluan adalah metode gaya berat yang digunakan untuk mendeteksi

    zona-zona struktur bawah permukaan seperti patahan dan juga basement,

    metode magnetik digunakan sebagai parameter panas dan suseptibilitas sebuah

    batuan, dan terakhir metode TDS yang digunakan untuk mengetahui nilai

    kerentanan tanah disekitar manisfestasi yang ditemukan.

    C. Metode Gaya Berat

    Salah satu survei pendahuluan yang dapat digunakan untuk mengetahui potensi

    panas bumi yaitu dengan melakukan survei geofisika. Survei geofisika

    dilakukan untuk melihat struktur bawah permukaan terutama untuk

    menentukan jenis batuan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam

    survei pendahuluan yaitu metode gaya berat.

    Teori gayaberat Newton merupakan hukum untuk gaya antara dua partikel.

    Dianggap bahwa gaya gravitasi yang dilakukan pada atau oleh suatu bola

    homogen sama seperti seandainya seluruh massa bola tersebut terkonsentrasi

    pada satu titik di pusatnya, jadi bumi merupakan bola homogen, gaya yang

  • dilakukan olehnya terhadap suatu benda kecil bermassa m2 dengan jarak.

    Hukum Newton dinyatakan dalam persamaan :

    12 = 1 22

    Dimana :

    F = Gaya tarik menarik antara kedua benda (N)

    m1= Massa benda 1 (Bumi) (kg)

    m2= Massa benda 2 (kg)

    R = Jarak antara kedua pusat benda (m)

    G = ketetapan medan gravitasi (6,67 x 10-11

    N.m2 / kg

    2)

    Dan berikut bilai percepatan gravitasi (g) adalah :

    g =

    2 = -G

    1

    2

    dengan satuan g adalah (m/s2)

    Dalam pemrosesan data metoda gayaberat terdapat beberapa tahapan dengan

    koreksi-koreksi diantaranya adalah :

    1. Koreksi Apungan (Drift Correction)

    Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan kondisi alat

    (gravitimeter) terhadap nilai pembacaan . Nilai pengukuran gayaberat pada

    suatu titik dan diulang kembali pengukurannya maka secara teoritis nilainya

    akan tetap atau konstan. Namun dalam kenyataannya nilainya akan berubah.

    Goncangan pada saat transportasi dapat mempengaruhi mekanisme alat, ini

    disebut dengan apungan (drift) . Koreksi apungan dirumuskan dengan

    persamaan :

    = 2 11 2

    ( 1)

    Dimana :

    = besarnya drift (mGal)

  • = Waktu pembacaan (menit)

    2 1 = Pembacaan gaya berat diawal dan diakhir pada titik ikat A

    (mGal)

    1 2 =waktu pembacaan di awal dan diakhir pada titik ikat A (menit)

    2. Koreksi Pasang Surut (Tidal Correction)

    Koreksi pasang surut dilakukan untuk menghilangkan efek penarikan bumi

    akibat benda-benda langit. Koreksi nilai pasang surut ini nilainya berubah

    ubah karena dipengaruhi oleh lintang dan waktu.

    Untuk menghilangkan pengaruh dari efek pasang surut tersebut maka data gaya

    berat yang diperoleh perlu dilakukan koreksi terlebih dahulu. Ada beberapa

    metode yang digunakan untuk melakukan koreksi ini, diantaranya adalah

    dengan menggunakan tabel khusus yang telah tersedia dan

    diterbitkan setiap tahun. Dalam tabel tersebut tertera nilai pasang surut

    untuk setiap waktu, dengan interval tertentu sesuai kebutuhan. Selain itu, bisa

    juga dilakukan dengan metode numerik yang sudah diintegrasikan dalam suatu

    program komputer untuk setiap waktu dan tempat tertentu.

    Persamaan yang digunakan untuk menghitung percepatan pasang-surut

    yang dihasilkan akibat bulan dan matahari, sebagaimana mereka berinteraksi

    pada setiap titik di bumi sebagai fungsi waktu, sudah diperkenalkan oleh

    Longman (1959). Formula longman diprogram pada digital komputer.

    Longman memperoleh persamaan untuk menentukan atraksi vertikal yang

    dihasilkan oleh bulan dan matahari yaitu:

    Gambar 2.2 Persamaan longmann untuk interaksi vertikal

    Besarnya perubahan ini bervariasi terhadap lintang, waktu bulanan, waktu

    tahunan. Titik survey diuraikan dalam posisi geografik yang meliputi latitude

    dan longitude serta radius bumi, dan elevasi. Dalam persamaan di atas

    (gr)m merupakan amplitudo perubahan data gaya berat akibat interaksi

  • bulan dan bumi, sedangkan (gr)s akibat interaksi matahari, G adalah

    konstanta gravitasi, m massa bulan, r menyatakan elevasi, ym dan ys masing-

    masing menyatakan sudut zenith bulan dan sudut zenith matahari. Untuk

    menmahami makna sudut zenith ini, maka digunakan gambar di bawah ini:

    Gambar 2.3 Interaksi antara bulan dan bumi di titik P

    Pada gambar 2.3 menunjukkan interaksi antara bulan dan bumi pada titik P.

    Yang dimaksud dengan sudut m dalam gambar di atas adalah sudut

    yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan antara pusat bulan dan

    bumi dengan garis yang menhubungkan titik P pada permukaapuan bumi dan

    pusat bumi.

    3. Koreksi Lintang (Latitude Correction)

    Koreksi lintang dilakukan karena bentuk bumi yang berdasarkan pengukuran

    geodetik mendekati bentuk speriodal yaitu menggelembung di ekuator dan

    memipih di kutub. Koreksi ini didapatkaan dengan persamaan Geodetic

    Reference System 1967 (GRS67)

    = ( + , , )

    Dimana

    = gaya berat pada lintang (mGal)

    = gayaberat di equator (978031,85)

    = lintang pada titik pengamatan (radian)

  • 4. Koreksi Udara Bebas (free-air correction)

    Pengukuran gaya berat di permukaan datum dan ketinggian tertentu pasti

    memiliki hasil yang berbeda. Titik pengamatan tidak selamanya berada pada

    permukaan datum sehingga perlu dilakukan koreksi. Koreksi ini disebut

    koreksi udara bebas (free-air correction) yang dirumuskan pada persamaan

    berikut :

    FAC = 0.3086 x h

    dimana h adalah beda ketinggian antara titik amat gayaberat dari sferoid

    referensi (dalam meter). Setelah dilakukan koreksi tersebut maka akan

    didapatkan anomali udara bebas di topografi yang dapat dinyatakan dengan

    rumus :

    FAA = Gobs - G(f) + FAC mGal

    dimana :

    FAA : anomali medan gayaberat udara bebas di topografi (mGal)

    Gobs : medan gayaberat observasi di topografi (mGal)

    G(f) : medan gayaberat teoritis pada posisi titik amat (mGal)

    FAC : koreksi udara bebas (mGal)

    Gambar 2.4 Free Air Correction

    5. Koreksi Medan (Terrain Correction)

    Kondisi topografi di sekitar titik pengukuran tidak selamnya beraturan, hal ini

    juga dapat mempengaruhi nilai data data pengamatan gayaberat. Misalkan

    terdapat bukit disekitar titik pengukuran, maka bukit tersebut memiliki medan

    yang dapat menekan gaya gravymeter untuk menaikkan percepatan gayaberat.

    Dan sebaliknya, adanya lembah akan memberikan efek penurunan hasil

    pengukuran gayaberat. Koreksi medan dapat dihitung menggunakan template

  • transparan, yang disebut hammer chart, yang ditempatkan di atas peta

    topografi.

    Hammer Charts

    Gambar 2.5 Hammer Chart

    a) Bagan ini berpusat di stasiun gravitasi dan topografi membacakan setiap

    segmen di pusat.

    b) Kontribusi untuk koreksi medan diperoleh dari nilai-nilai ditabulasi untuk

    segement masing-masing dan kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan

    koreksi total.

    c) Tarik gravitasi dari segmen silinder berdasarkan formula.

    d) Dianggap sebagai bagian tambahan koreksi Bouguer, yaitu menghasilkan

    anomali Bouguer.

    6. Koreksi Bouguer

    Koreksi ini dilakukan untuk memghilamgkam efek tarikan suatu massa yang

    berada di antara titik pengamatan dan titik acuan dengn asumsi bahwa lapisan

    batuan tersebut berupa slap tak terhingga. Koreksi bouger berfungsi untuk

    mereduksi pengaruh efek tarikan dari suatu massa yang diberikan oleh

    persamaan:

    = = ,

  • Dimana

    BC = Bouguer Correction (mGal)

    = rapat masa rata-rata kerak bumi (2,67 g/cm3)

    h = ketinggian (m)

    G = konstanra medan gravitasi

    7. Anomali Bouguer

    Setelah dilakukan koreksi-koreksi, kemudian ditentukan nilai anomali

    gayaberat secara keseluruhan. Anomali ini sering disebut dengan anomali

    Bouguer. Nilai anomali Bouguer dirumuskan pada persamaan berikut :

    = + +

    AB = Anomali bouguer (mGal)

    Gobs = Medan gravitasi observasi yang sudah dikoreksi pasang surut

    gFA = Koreksi udara bebas (mGal)

    BC = Koreksi Bouguer (mGal)

    TC = Koreksi medan (mGal)

    gL = Koreksi lintang (mGal)

    Gambar 2.6 Bouguer Correction

  • Dengan memasukan harga-harga numerik yang sudah diketahui,

    gBL = gobs g() + 0.094h (0.01277h T)

    D. Metode Magnetik

    Perubahan struktur dibawah permukaan bumi terjadi akibat adanya perubahan

    beban massa tanah dan batuan baik dipermukaan bumi maupun di dalam bumi.

    Untuk mengidentifikasi struktur bawah permukaan akibat perubahan tersebut,

    dapat menggunakan beberapa metode geofisika, antara lain metode magnetik.

    Metode magnetik telah banyak digunakan dalam eksplorasi mineral dan

    batuan. Metode magnetik dapat digunakan untuk menentukan struktur geologi

    bawah permukaan seperti sesar, lipatan, intrusi batuan beku atau kubah garam

    dan reservoir geothermal. Metode magnetik dapat digunakan untuk mengetahui

    kedalaman dan struktur permukaan, pengukuran dapat diperoleh dengan mudah

    untuk studi lokal dan regional. Metode magnetik bekerja didasarkan pada

    pengukuran variasi kecil intensitas medan magnetik permukaan bumi. Variasi

    ini disebabkan oleh kontas sifat kemagnetan antar batuan di dalam kerak bumi,

    sehingga menimbulkan medan magnet bumi yang tidak homogen, biasa disebut

    juga sebagai suatu anomali magnetik.

    Medan Magnet Bumi

    Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga

    elemen medan magnet bumi (gambar 10), yang dapat diukur yaitu meliputi

    arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :

    - Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen

    horizontal yang dihitung dari utara menuju timur

    - Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang

    horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke

    bawah.

    - Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada

    bidang horizontal.

  • - Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

    Gambar 2.7 Tiga Elemen medan magnet bumi

    Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan

    nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut

    International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5

    tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata

    pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun.

    Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :

    1. Medan magnet utama (main field)

    Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil

    pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah

    dengan luas lebih dari 106 km

    2.

    2. Medan magnet luar (external field)

    Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang

    merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar

    ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan

    dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer,

    maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.

  • 3. Medan Magnet Anomali

    Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal

    field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung

    mineral bermagnet seperti magnetite ( 87 SFe ), titanomagnetite ( 42 OTF ie )

    dan lain-lain yang berada di kerak bumi.

    Metode Pengukuran Data Geomagnetik

    Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang

    digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat

    medan magnetik di lokasi survei. Peralatan lain yang bersifat pendukung di

    dalam survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini

    digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang,

    ketinggian, dan waktu.

    Pengaksesan Data IGRF

    IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field.

    Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF

    merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk

    nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik

    di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei

    geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya.

    Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan

    karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalah anomali medan

    magnetik (Hr0).

    Pengolahan Data Geomagnetik

    Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka

    dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada

    setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian,

    IGRF dan topografi

  • 1. Koreksi IGRF dan Variasi Harian

    Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh yang berasal dari

    medan magnet utama dan medan magnet luar. Tujuan dari survei medan

    magnet ini untuk mendapatkan anomali medan magnet lokal, sedangkan

    data yang diperoleh dari pengukuran merupakan medan magnet total hasil

    sumbangan dari tiga komponen dasar medan magnet, yaitu medan utama

    (main field), medan luar (external field), dan medan observasi lokal. Untuk

    itu perlu dihilangkan pengaruh-pengaruh yang berasal selain dari anomali

    medan magnet lokal.

    2. Reduksi ke Bidang Datar

    Pengukuran magnetik yang dilakukan pada ketinggian yang berbeda, akan

    dihasilkan medan magnet yang berbeda pula. Untuk itu, perlu adanya

    koreksi data yang terukur pada ketinggian yang berbeda tersebut, menjadi

    seolah-olah data magnetik yang terukur dengan ketinggian yang sama.

    Koreksi ini, biasa disebut dengan koreksi bidang datar. Koreksi bidang

    datar, diestimasi dengan deret Euler. Estimasi secara iteratif dilakukan

    sampai mencapai batas-batas iterasi. Yaitu, banyaknya iterasi dan

    konvergensi dari deret Euler. Beberapa teknik untuk mentransformasi data

    anomali medan magnetik ke bidang datar, antara lain : teknik sumber

    ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent layer) dan

    pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana setiap teknik

    mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1996).

    3. Kontinuitas ke atas

    Medan magnet memenuhi hukum Laplace. Jika harga medan magnet pada

    suatu permukaan diketahui, maka dapat ditentukan medan magnet pada

    sembarang permukaan yang lain apabila tidak ada massa diantara

    permukaan tersebut. Proses ini disebut, kontinuasi ke atas. Kontinuasi

    keatas merupakan proses medan potensial magnetik suatu data yang terukur

    diatas permukaan yang lebih tinggi. Kontinusi ini digunakan untuk

    memisahkan anomali lokal terhadap anomali regional. Anomali regional

    berasosiasi dengan kondisi geologi umum yang dominan di daerah

    pengukuran, di cirikan dengan anomali frekuensi rendah. Sedangkan

  • anomali lokal, atau sering juga disebut sebagai anomali sisa, mengandung

    kondisi geologi setempat yang telah terdeviasi dari kondisi regionalnya yang

    biasanya terdapat pada kedalaman yang dangkal.

    E. TDS (Tide Digital Seismograph)

    Mikrotremor merupakan getaran tanah selain gempa bumi, bisa berupa getaran

    akibat aktivitas manusia maupun aktivitas alam. Mikrotremor bisa terjadi

    karena getaran akibat orang yang sedang berjalan, getaran mobil, getaran mesin

    mesin pabrik, getaran angin, gelombang laut atau getaran alamiah dari tanah.

    Mikrotremor mempunyai frekuensi lebih tinggi dari frekuensi gempabumi,

    periodenya kurang dari 0,1 detik yang secara umum antara 0.05 2 detik dan

    untuk mikrotremor periode panjang bisa 5 detik, sedang amplitudenya berkisar

    0,1 2,0 mikron. Kaitannya dengan mikroseismik, mikrotremor merupakan

    getaran tanah yang menjalar dalam bentuk gelombang yang disebut gelombang

    mikroseismik. Belakangan ini aplikasi mikrotremor digunakan untuk

    mengidentifikasi resonansi frekuensi natural bangunan dan tanah.

    Dilakukan studi peningkatan kerusakan dan resonansi struktur tanah gempa

    bumi menggunakan mikrotremor dgempa bumi Molise. Salah satu metode

    yang digunakan untuk mengetahui karakteristik bangunan tanpa merusak

    bangunan tersebut adalah analisis mikrotremor yang direkam pada setiap lantai

    bangunan dengan menggunakan gangguan alami berupa ambient noise.

    Sehingga bisa dikatakan bahwa mikrotremor didasarkan pada perekaman

    ambient noise untuk menentukan parameter karakteristik dinamis suatu

    bangunan (damping rasio, frekuensi natural) dan fungsi perpindahan

    (amplifikasi dan frekuensi) bangunan.

  • Analisis Mikrotremor

    Analisis ambient noise ini menggunakan teknik HVSR (Horizontal to Vertical

    Fourier Amplitude Spectral Ratio) pada tanah, sedangkan analisis spektrum

    RDM (Random Decreament Method) dan FSR (Floor Spectral Ratio) pada

    bangunan untuk mendapat frekuensi natural dan rasio redaman. Kemampuan

    teknik HVSR bisa memberikan informasi yang bisa diandalkan dan

    diasosiasikan dengan efek lokal yang ditunjukkan secara cepat yang

    dikorelasikan dengan parameter HVSR yang dicirikan oleh frekuensi natural

    rendah (periode tinggi) dan amplifikasi tinggi. Sehingga untuk Estimasi

    frekuensi, redaman dan indeks kerentanan pada getaran bangunan dari eksitasi

    amplitudo kecil dinilai akurat dan stabil (Farsi, 2002).

    Proses analisis ini menggunakan RDM untuk mengekstrak frekuensi natural

    dan rasio redaman bangunan, dengan menggunakan FSR di setiap komponen

    horisontal untuk memperkirakan indeks kerentanan bangunan. Frekuensi

    natural dan rasio redaman dapat dihitung secara simultan menggunakan daya

    spectral random decreament method atau analisis non parametrik, sementara

    perhitungan indeks kerentanan bangunan untuk menghitung amplitudo fungsi

    transfer dari struktur floor spectral ratio dan kekuatan struktur bangunan.

    Rasio redaman adalah parameter yang menyatakan penyerapan energi atau

    redaman dari suatu sistem yang berosilasi dari redaman material maupun

    radiasi. Secara umum rasio redaman digunakan untuk menggambarkan tingkat

    redaman struktur bangunan. Kemampuan struktur bangunan untuk

    menghilangkan energi getaran dapat dihitung dari rasio redaman. Meskipun

    getaran gempa sangat kuat, suatu bangunan memiliki amplitudo yang tinggi,

    tetapi respon frekuensi natural bangunan tergantung pada massa struktur dan

    kekakuan bangunan. Dengan demikian tingkat redaman adalah desain yang

    sangat penting dalam pengurangan getaran dan bangunan tahan gempa.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    1. Akuisisi dan Processing data Gaya Berat

    1.1 Akuisisi Data Gaya Berat

    Akuisisi data gayaberat pada Workshop Geofisika 2014 dilaksanakan di

    lapangan panas bumi Way Ratai, pesawaran pada tanggal 13 15 Juni

    2014, yang sebelumnya telah dilakukan pengikatan terhadap base

    bertempat di Gedung FMIPA Universitas Lampung sehingga kalibrasi

    terhadap alat telah dilakukan.

    Hari pertama pengukuran dilakukan dengan mengukur base yang ada di

    Lapangan panas bumi way ratai terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan

    perjalanan ke arah bukit , alat yang kami gunakan dalam pengukuran gaya

    berat kali ini adalah Scintrex CG-5.

    Prinsip kerja Scintrex CG-5 sama dengan alat Gravity meter yang lain

    yang membedakannya adalah menggunakan umpan balik (feedback) pada

    sirkuitnya untuk mengontrol arus pada lempeng dan sebagai pengembalian

    massa ke angka nol (kalibrasi). Scintrex CG-5 membuat hasil produksi

    lebih maksimal, data yang didapat sangat tinggi meski di keadaan

    lapangan yang tidak rata. Alat ini telah dilengkapi dengn GPS internal dan

    sangat presisi mengunci posisi koordinat X dan Y dan dilengkapi beberapa

    koreksi bumi seperti : koreksi udara bebas, dan koreksi Bouguer, R/F on

    off, koreksi langsung daerah sekitar di lapangan (pengaruh tinggi rendah

    atau daerah yang tidak rata). Pada akuisisi data gravity yang dilakukan

    selama 3 hari, kami mendapatkan data sejumlah 69 titik pengukuran.

  • Gambar 3.1 Gravimeter Scintrex CG 5

    1.2 Tahap Processing Data Gaya Berat

    Input Nilai Gravimeter

    - Data yang kita dapatkan di lapangan harus di input terlebih dahulu ke

    dalam Ms. Excel.

    - Melakukan Koreksi Tide dengan menggunakan Software Tide Longman :

    o Buka program Tidelongman

    o Masukan nilai-nilai yang diperlukan oleh program

    o Pada program ini hanya dipakai tanda titik saja (.) & pemisahan

    dengan koma (,)

  • - Maka kita akan dapatkan data pada folder kita dengan format data file,

    membuka data menggunakan notepad dan akan dihasilkan data seperti

    dibawah ini :

    Gambar 3.2 Nilai Koreksi Tide

    - Pindahkan data Tide Correction ke dalam excel dari data pengukuran

    - Kemudian Jika sudah ketemu tide kita cari :

    Bacaan Tide = Bacaan Alat Tide Obs

    Menghitung Nilai Drift (Koreksi Apungan)

    Jika sudah maka selanjutnya mencari Koreksi Drift dengan cara :

    Drift = (Time Awal Time Awal F4) / (Time akhir F4 - Time awal F4) *

    (Gr+t Akhir F4 Gr+t Awal F4)

    Selanjutnya adalah mencari :

    Grav. Drif = Bacaan Tide - Drif

  • Mencari Grav. Loc dengan cara :

    G local = Grav. Drif G awal (F4)

    Selanjutnya adalah mencari G. Observasi. Pada prinsipnya, nilai G. Base dari

    stasiun menjadi patokan nilai base awal dari G. Observasi. Kali ini G.

    Observasi yang tercatat pada base awal adalah : G. Observasi = 978154,816.

    Untuk mencari G.obs selanjutnya digunakan rumus :

    G Obs selanjutnya = G obs base + G Loc

    Koreksi-Koreksi dalam pembacaan alat Gravimeter

    Koreksi Lintang

    Langkah selanjutnya yakni mencari koreksi lintang dengan menggunakan

    rumus :

    Lintang Correction = 978032.7 * (1+0.0053024 * (Sin (radian (Lintang))) 2

    -

    0.0000058 * (Sin (radian (2 * Latitude ))) 2 )

    Gambar 3.3 Mencari Koreksi Lintang

    Koreksi Free Air (Udara Bebas)

    Mencari koreksi udara bebas dengan cara :

    FAC = 0.308765 * Elevasi

  • Gambar 3.4 Mencari Koreksi Udara Bebas

    Koreksi Bouguer

    Untuk mencari nilai bouguer dengan cara :

    Bouguer Correction = 0.04193 * 1.494 * Elevasi

    Gambar 3.5 Mencari Koreksi Bouguer

    Koreksi Simpe Bouguer Anomaly (SBA)

    Untuk mencari nilai SBA menggunakan rumus :

    SBA = G obs Average (Koreksi Lintang FAC + Bouguer)

  • Koreksi Terrain

    Untuk mencari koreksi terrain dengan menggunakan Hammer Chart :

    - Siapkan Lingkaran Hammer Chart dan Peta ketinggian dari daerah

    pengukuran

    - Letakkan titik tengah hammer chart ke titik tengah titik pengukuran

    - Menghitung sektor outer core (dengan computer) karena jika

    menggunakan inner core itu bisa kita perkirakan di saat kita berada di

    lapangan. Biasanya outer core berada di sektor D, E, atau F pada hammer

    chart.

    - Jika sudah maka kita akan mencari tinggian rata-rata dari kontur di dalam

    setiap sektor.

    - Selanjutnya kita menjumlahkan nilai-nilai dalam sebuah sektor

    TC = TC1 + TC2 + TC3

    Koreksi Complete Bouguer Anomaly (CBA)

    CBA = SBA Koreksi Terrain

    Pembuatan Peta Kontur, G. Obs dan SBA 1D (Surfer 10)

    Pembuatan peta kontur, G. Obs, dan SBA pada Surfer 10, dengan cara Grid

    Data data olah Gravity GWES 2014, mengganti X = UTM X, Y = UTM Y,

    dan Z = Elevasi, atau Z = G Obs Avg, dan Z = SBA

    Gambar 3.6 Grid data Gaya berat

  • Mencari Nilai Gaya berat Regional

    - Pilih menu Grid-Filter

    - Ambil data grid yang menampilkan SBA

    - Kemudian pada jendela Digital Filtering pilih Used-Defined Filters

    Low-Pass Filters (Filter utama bumi) Moving Average (Metode

    pemfilteran)

    - Output data kita beri nama Regional(Filter Size 25x25)

    - Jika sudah Ok

    Gambar 3.7 Proses Filtering dengan Moving Average

    - Akan muncul daerah kontur yang sudah kita filter dengan bumi

    menghasilkan nilai anomali regional nya.

    Gambar 3.8 Hasil Konturing Anomali Regional dengan metode filtering

  • Mencari Nilai Gaya Berat Residual

    - Untuk mencari nilai residual atau anomali sisa dari filter bumi maka kita

    lakukan pada Menu Grid-Math

    - Input Data SBA dan Input data Regional (25x25)

    - Jika Sudah SBA Regional (A-B)

    - Save data residual

    Gambar 3.9 Procesing mencari anomali residual

    - Akan muncul peta anomali residual

    Gambar 3.10 Hasil Peta Anomali Residual

  • Pembuatan data inputan Grav2DC

    - Kita memiliki data peta kontur residual diatas, kemudian kita slice data

    residual sesuai dari penampang diatas.

    - Kemudian Digitasi data dari garis slice diatas dengan Map-Digitized

    - Kemudian Slice data tersebut dengan cara Pilih Menu Grid-Slice

    Kemudian Pilih data SBA dan data digitasi yang telah dibuat Simpan

    dengan format Slice.dat dan .bln

    - Buka program Ms.Excel kemudian open-All Files data slice.dat

    - Pilih Delimited-Next, kemudian checklist Spasi, Next dan Finish

    - Maka akan keluar 5 kolom dalam excel

    - Dari data diatas, Pindah data kolom D ke F sehingga B = UTM X, C =

    UTM Y, E = Nilai Spacial nya, F = Nilai Residualnya.

    - Hapus Nilai pertama dari baris pertama

    - Jika sudah maka kita akan mencek nilai spacial nya pada kolom D dengan

    cara A2-A1.

    - Jika ada yang berbeda line spacing nya maka hapus data tersebut.

    - Jika sudah, anda akan memiliki data residual yang akan diolah ke

    Grav2DC

    - Kemudian data anomaly residual ini kita kopikan ke dalam .txt untuk

    diolah menjadi model 2D inversi.

    - Copy Data kolom E dan F

    - Selanjutnya ubah format .txt ke dalam .dta, save dalam folder program

    Grav2DC

    Pemodelan 2D Anomali Gaya Berat dari Residual dengan Grav2DC

    - Buka Grav2DC dan pada menu System Option-Begin a New Model

    - Checklist Read in Observed Data kemudian OK

    - Pilih data .dta maka akan keluar nilai / grafik putus-putus yang

    menggambarkan nilai anomali residual nya

    - Sekarang anda buat Model penampang dari garis putus-putus tersebut

  • Gambar 3.11 Respon pada Grav2DC untuk Slice 1

    Gambar 3.12 Respon pada Grav2DC untuk Slice 2

    2. Akuisisi dan Processing Metode Magnetik

    2.1 Tahap Akuisisi

    Pada eksplorasi magnetik, tahap akuisisi dilakukan dengan mengkalibrasi

    automatic magnetometer yang akan mencacat sendiri nilai magnetik. Saat

    proses akuisisi magnetik usahakan alat magnetometer jauh dari benda-benda

    magnet, karena akan mempengaruhi data yang dihasilkan. Selanjutnya :

  • 1. Melakukan kalibrasi magnetometer yang akan digunakan untuk

    pengukuran bergerak ke titik-titik pengukuran.

    2. Jika sudah, maka kita dapat melakukan pengukuran magnetik sepanjang

    lintasan yang telah ditentukan.

    3. Mencatat data-data yang diperlukan dari magnetometer yang kita bawa,

    kemudian catat pula UTM X, UTM Y, dan Elevasi dari setiap titik

    4. Ketika kembali ke Base, ambil kembali automatic magnetometer yang kita

    pasang, catat nilai-nilai base untuk digunakan dalam koreksi harian.

    2.2. Tahap Processing

    Jika kita telah mendapatkan nilai magnetik base dan magnetik pada

    pengukuran, maka selanjutnya kita melakukan processing data untuk

    mendapatkan perbedaan kontras magnetik dalam bentuk dipole, adapun

    tahapan processing nya :

    1. Input data magnetik berupa UTM X, UTM Y, Nama Statiun, Elevasi,

    Waktu pengukuran, dan Bacaan Alat Magnetometer ke dalam program

    Ms. Excel.

    Gambar 3.13 Data Hasil Pengukuran Magnetik

  • 2. Mencari nilai IGRF dengan menggunakan koneksi internet sebagai medan

    utama bumi.

    3. Menghitung Variasi Harian terhadap nilai Base

    4. Menghitung nilai Magnetik Total (B. Total)

    5. Membuat kontur medan magnet total lintasan dengan menggunakan

    software Surfer 10. Akan terlihat pola dipole pada kontur tersebut.

    6. Buat slice dari data kontur yang akan kita gunakan pada pemodelan

    Mag2DC

    3. Akuisisi dan Processing Data TDS

    3.1. Tahap Akuisisi

    Pada tahap ini, Alat yang digunakan yaitu TDS (Time Digital Seismograph),

    jumlah data yang diperoleh adalah 7 titik pengukuran. Pada setiap pengolahan

    dilakukan variasi parameter yaitu variasi frekuensi filter (band pass filter), orde

    filter, time window, frekuensi sampling, dan number of samples. Berikut ini

    adalah hasil-hasil pengukuran di lapangan :

    Gambar 3.14 Data Hasil Pengukuran TDS

  • Pengambilan data hari jumat minggu, 13-15 Juni 2014 pada lapangan Panas

    bumi Way Ratai. Pengukuran dimulai pada pukul 08.30 WIB hingga 16.00

    WIB setempat.

    3.2. Tahap Processing

    Teknik HVSR pertama kali diperkenalkan oleh Noghosi dan Igarashi dan

    disebarluaskan oleh Nakamura, dibuat untuk mengestimasi rasio antara

    spektrum amplitude fourier dari ambientnoise untuk komponen horizontal dan

    vertikal yang direkam pada satu stasiun. Tool dalam Geopsy ini digunakan

    untuk mendapatkan rasio spektrum horizontal terhadapvertikal (H/V) dari

    semua jenis sinyal getaran (ambient noise, gempabumi dll).Untuk

    memprosesan H/V, data yang kita gunakan harus memiliki :

    3 komponen sinyal : North-South, East-West and Vertical;

    Nama tertentu

    Sampel yang cukup (dalam waktu) untuk bisa diolah.Data bisa kita

    proses melalui:1.Graphic viewer, untuk melihat dan mengetahui

    windowing serta memunculkan hasil.2.

    Proses pengolahan dalam GEOPSY:

    Download file sinyal. Pastikan kita telah memiliki data dengan 3

    komponen. Datayang akan kita olah direkomendasikan menggunakan

    format .SAF. walaupun banyak tipe data bisa digunakan seperti : SAC,

    GSE2, SU,Guralp GCF dll.

    Untuk Tipe .saf. data ASCII standar bisa kita gunakan dengan format

    ASCII 3 kolomdengan menambahkan header saf. Contohnya adalah

    sbb;SESAME ASCII data format (saf) v. 1

  • Dari hasil pengolahan diatas didapatkan peta persebaran nilai frekuensi

    dominan yang didapatkan dari analisis spectrum, frekuensi natural dari analisis

    HVSR, dan nilai PGA dengan menggunakan parameter frekuensi dominan

    yang didapat pada analisis spectrum diatas yang kemudian digunakan untuk

    mencari nilai periode dominan sebagai parameter pada perhitungan nilai PGA.

  • BAB IV

    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    A. Penampang 2D Gaya Berat

    Adapun data penamatan yang diperoleh pada eksplorasi gaya berat :

    Gambar 4.1 Penampang Kontur Topografi

    Gambar Anomaly SBA

    Gambar 4.2 Penampang Anomali SBA

  • Gambar 4.3 Anomaly Regional

    Gambar 4.4 Penampang Kontur Anomay Residual

  • Gambar 4.5 Penampang bawah permukaan slice 1 dengan Grav2DC

    berdasarkan data geologi permukaan dan slicing data residual.

    Gambar 4.6 Penampang bawah permukaan slice 2 dengan Grav2DC

    berdasarkan data geologi permukaan dan slicing data residual

  • Dari data hasil pengukuran dengan menggunakan metode gaya berat, setelah

    dilakukan perhitungan dengan melakukan koreksi-koreksi. Didapatkan data

    kontur elevasi yang dimulai dari base hingga titik ke - 69. Jika dilihat

    berdasarkan kontur ketinggian dari elevation yang di dapat dari pembacaan

    altimeter, dapat dilihat bahwa lintasan ini dimulai dari ketinggian 27 m (pinggir

    Pantai) sampai pada ketinggian 708 m diatas permukaan laut.

    Untuk melihat zona prospek didasarkan pada kontur SBA yang diperoleh dari

    perhitungan koreksi-koreksi. Dari peta kontur SBA dapat kita lihat adanya

    daerah potensi yang memiliki nilai SBA yang rendah yang mengindikasikan

    keberadaan prospek panas bumi yang ditandai warna hijau.

    Untuk dapat memperoleh kontras prospek panas bumi dengan metode gaya

    berat, dari kontur SBA kemudian kita lakukan filtering untuk memisahkan

    antara frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Pada umumnya filter bumi

    memiliki frekuensi yang rendah (lowpass filtering) sehingga dapat dengan

    mudah memisahkannya dengan frekuensi tinggi. Dengan menggunakan metode

    filtering Moving Average kita akan memfilter dengan lebar windows yang

    diperoleh dari analisa spektrum. Pada proses kali ini, dilakukan filter moving

    average pada windows 25x25. Untuk mendapatkan anomali residual yakni

    dengan cara mengurangi data SBA dengan data regional nya sehingga

    diperoleh nilai frekuensi tinggi pada anomali residual nya yang akan kita

    proses untuk mewakilkan penampang 2D bawah permukaan dengan Grav2DC.

    Dengan bantuan kondisi geologi dan peta geologi permukaan, kita dapat

    memperkirakan model awal dari penampang residual yang telah di slicing. Dari

    penampang tersebut, maka saya gambarkan sebagai sebuah penampang bawah

    permukaan dengan lapisan penudung (caprock). Lapisan paling atas dianggap

    menjadi shale (caprock) dengan densitas 2.88 gr/cc pada kedalaman 0-225

    meter yang ditandai dengan warna hijau, setelah itu lapisan yang diduga

    merupakan reservoar dengan densitar 2.68 gr/cc. Sedangkan lapisan paling

    bawah di interpretasikan sebagai basement dengan densitas 3,3 gr/cc berupa

    Lava (andesit-basalt) dan ditandai dengan warna merah.

  • B. Penampang 2D Eksplorasi Magnetik

    Gambar 4.7 Peta Anomali Magnetik Total

    Gambar 4.8 Peta Reduce To Pole yang di Slice

  • Gambar 4.9 Penampang bawah permukaan dengan Mag2DC

    berdasarkan data geologi permukaan dan slicing peta RTP

    Pengolahan data metode magnetik haruslah dilakukan koreksi harian dan

    koreksi IGRF. Setelah melakukan koreksi tersebut maka dapat ditemukan

    keberadaan dipole. Metode magnetik ini sangat sensitif terhadap perubahan

    vertical, umumnya digunakan untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar,

    urat hydro-thermal yang kaya akan mineral ferromagnetic dan struktur geologi.

    Metode ini digunakan pada studi geothermal karena mineral-mineral

    ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila dipanasi mendekati

    temperatur Curie.

    Peta kontur dari anomali medan magnet total yang di slicing yang bertujuan

    untuk dibuat model anomali medan magnetnya dengan menggunakan software

    Mag2DC. Yang menjadi parameter inputnya adalah inklinasi, Deklinasi dan

    IGRF. Pada daerah penelitian ini nilai inklinasinya adalah -29o

    dan nilai

    deklinasinya adalah 0o , sedangkan harga IGRF daerah penelitian adalah

    44,315.9 nT. Pada hasil pemodelan Mag2DC yang telah dikorelasikan terhadap

    peta geologi maka diperoleh lapisan atas sebelah kiri dengan nilai suseptibilitas

    0,4 nT, berupa sandstones dan shale. Lapisan bawah dengan nilai suseptibilitas

    1,4 nT, berupa batuan basalt. Lapisan atas sebelah kanan dengan nilai

    suseptibilitas 0,02 nT berupa shale. Lapisan bawah dengan nilai suseptibilitas

    1,5 nT, berupa batuan basalt.

  • C. Penampang 1D Tide Digital Seismograf

    TDS (Tide Digital Seismograf), merupakan sinyal gempa bumi yang dilengkapi

    dengan software yang mampu menganalisa secara otomatis parameter yang

    bersifat lokal. TDS digunakan untuk meredam sinyal dalam kecepatan 3

    komponen.

    (a) (b)

    Gambar 4.10 (a) Peta Kontur Frekuensi dan (b) Kontur Kedalaman

    Dari hasil pengolahan data berdasarkan nilai frekuensi yang dikorelasikan

    dengan tabel oleh kanai maka di daerah penelitian rata rata merupakan batuan

    tersier terdiri dari batuan hard sandy, gravel dan batuan aluvial dengan

    ketebalan 5 m yang terdiri dari sandy-gravel, dan sandy hard clay.

  • (c) (d)

    Gambar 4.11 (c) Peta Kontur Kedalaman dan (d) Kontur Amplifikasi

    Berdasarkan dari tabel Kanai maka nilai periode dominan di dareah penelitian

    diinterpretasikan sebagai batuan tersier atau lebih tua yang terdiri dari batuan

    Hard sandy, gravel dan batuan alluvial, dengan ketebalan 5 meter terdiri dari

    dari sandygravel, sandy hard clay, loam, dll.

  • BAB V

    INTERPRETASI TERPADU

    Gambar 5.1 Overlay Peta Geologi dengan Kontur Nilai SBA

    Gambar 5.2 Overlay Peta Geologi dengan kontur nilai residual

  • Interpretasi terpadu dari model 2D Gaya Berat pada lapangan panasbumi Way

    Ratai menggambarkan bahwa pada respon Gaya berat memiliki nilai densitas

    yang rendah untuk menyatakan kontras reservoar yang terbentuk di bawah

    permukaan bumi. Dengan adanya anomali ini, maka dapat ditarik kesimpulan

    bahwa daerah Way Ratai, Pesawaran adalah benar darah yang memiliki

    potensi panasbumi untuk ekploitasi. Namun, study kami hanya sampai pata

    ketinggian 708 m diatas permukaan laut. Pada titik tertinggi pengukuran, kami

    belum mendapatkan tanda-tanda manisfestasi berupa fumarol yang

    mengindikasikan manisfestasi tersebut dekat dengan reservoar (Zona Upflow).

    Dibutuhkan study geofisika lebih lanjut untuk lapangan panas bumi Way

    Ratai. Bisa dibanyakan betapa besarnya potensi panasbumi di daerah ini,

    mengingat pada ketinggian yang cukup tinggi belum ditemukannya fomarol.

    Gambar 5.3 Overlay Peta Geologi dengan Nilai Suscepbilitas Batuan yang

    didapat dari Nilai Anomali Magnet Total

    Dari penampang magnetik juga membenarkan pada daerah dipole merupakan

    daerah yang memliki potensi panas bumi jika dilihat dari batuan penyusunnya.

    Manifestasi air panas diduga terletak di bagian barat, utara dan timur yaitu

    pada anomali rendah.

  • Gambar 5.4 Overlay Peta Geologi terhadap Peta

    Kontur Frekuensi, Periode, Kedalaman dan Amplifikasi

    Derah pengambilan data TDS berbeda rutenya dibandingkan pengembilan data

    Gravity dan Magnetik. Kami mengambil data TDS disekitas manifestasi di

    wilayah perkebunan milik LANAL. Dari peta overlay di atas menunjukn

    bahwa di daerah penelitian terdapat patahan / sesar dimana kerentanan

    tanahnya cukup besar sehingga rentan akan terjadinya gempabumi. Banyak

    sekali lubang lubang kecil yang bermunculan di sekitar manifestasi, yang

    juga mengeluarkan air panas dan bau belerang. Tanah disekitar pengukuran

    TDS benar-benar rentan akan terjadinya amblesan tanah. Kewaspadaan

    haruslah ditingkatnya saat melakukan survey di daerah ini.

  • BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Adapun kesimpulan pada pembahasan workshop lapangan geofisika adalah :

    1. Pada Eksplorasi Gaya berat, terlihat adanya potensi panasbumi disekitar

    daerah pengukuran terbukti dengan adanya anomali rendah pada sebaran

    peta anomaly SBA. Hal ini juga didukung dengan ditemukannya sejumlah

    manifestasi berupa mata air panas yang memiliki suhu sekitar 80 90 C.

    Proses pemodelan menggunakan Grav2DC juga menunjukan hasil yang

    tidak jauh berbeda. Hasil slacing pada peta anomali SBA, terdapat 3

    lapisan yang diduga merupakan Caprock, Reservoar dan Basemant.

    2. Pada Eksplorasi Magnetik, berdasarkan nilai anomali medan magnet total

    terdapat 3 kelompok anomali yaitu anomali medan magnet rendah, sedang

    dan tinggi dan manifestasi air panas diduga terdapat pada anomali rendah.

    3. Pada Eksplorasi TDS, di daerah penelitian terdapat patahan / sesar dimana

    kerentanan tanahnya cukup besar sehingga rentan akan terjadinya

    gempabumi.

    B. SARAN

    Adapun saran-saran untuk workshop lapangan geofisika adalah :

    1. Kesensitifan alat menjadi faktor penting saat melakukan pengukuran di

    lapangan. Jauhkanlah benda-benda yang dapat menjadi noise saat alat

    sedang membaca pengukuran.

  • 2. Ketelitian dalam pembacaan alat dan penentuan titik serta penentuan arah

    sensor magnetik sangat diperlukan serta dalam penginputan data harus

    teliti.

    3. Pemberian materi indoor seharusnya menjadi bekal untuk turun ke

    lapangan, yang seharusnya diisi dengan teori dasar, akuisisi, dan cara

    menggunakan alat yang benar di lapangan dan mengatasi kejanggalan-

    kejanggalan pada pengukuran.

    4. Bimbingan para dosen juga sangat diperlukan saat berada dilapangan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Blakery, R. J. , 1996. Potential Teory in Gravity and Magnetic Application.

    Cambrigde. Cambrigde Universty Press.

    Karyanto. 2003. Pencitraan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Way Ratai

    Lampung dengan Metode Tahanan Jenis 2 Dimensi. Jurusan Fisika

    FMIPA Universitas Lampung.

    Karyanto dan Nandi. 2013. Interpretasi Kualitatif Suhu Permukaan di Potensi

    Panasbumi Way Ratai, Pesawaran. Jurusan Geofisika FT Universitas Lampung.

    Longman, I. M. , 1959. Formula in Computing the Tidal Acceleration due to the

    Moon dan the Sun. Jurnal of Geophysics Research.

    Tika Yulia, dkk. Pendugaan Jenis Batuan di daerah panasbumi Tiris Kabupaten

    Probolinggo Jawa Timur berdasarkan anomaly gayaberat. Jurusan Fisika

    FMIPA Universitas Brawijaya.

    Pasal 1 UU No.27 tahun 2003