laporan 2
DESCRIPTION
Fisiologi TumbuhanTRANSCRIPT
Laporan Fisiologi Tumbuhan
“Penguapan Air Melalui Transpirasi”
Oleh :
ANISA MAHARANI
130210103065
Kelompok 2/ C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I. JUDULPenguapan Air Melalui Transpirasi
II. TUJUAN
Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya
III.TINJAUAN PUSTAKATranspirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap dari batang dan
daun tumbuhan hidup. Jumlah yang mengalami penguapan dalam batang
sangatlah sedikit, kehilangan air terbesar dari proses transpirasi terjadi
melalui daun. Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
faktor dalam dan luar. Faktor dalam diantaranya besar kecilnya daun, tebal
tipisnya daun, berlapis lilin tidaknya daun, banyak sedikitnya bulu dan
stomata. Sedangkan yang termasuk faktor luar adalah radiasi, temperatur,
kelembapan udara, tekanan udara, angin dan keadaan air dalam tanah.
Transpirasi terjadi baik siang maupun malam, namun kehilangan air dalam
proses transpirasi lebih besar terjadi pada jam siang hari pada sinar
matahari penuh transpirasi mencapai 38%-81% (Tim Pengampu, 2015).
Peristiwa transpirasi biasanya berhubungan dengan kehilangan air-
dalam melalui stomata, kutikula, dan lentisel. Banyak air yang harus
hilang melalui transpirasi untuk membesarkan tumbuhan karena rangka
molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon
yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tubuh sebagai
karbon dioksida melaui pori stomata, yanag paling banyak terdapat pada
permukaan daun dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama saat
stomata terbuka (Salisbury, 1995).
Menurut Loveless (1991: 97) Transpirasi dapat diartikan sebagai
proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui
stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui
bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna
tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata.
Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan
meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan
transpirasi. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara
langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap
dari permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang
antar sel. Dari ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara.
Air yang hilang dari dinding sel basah ini diisi air dan protoplas.
Persediaan air dari protoplas, pada gilirannya, biasanya diperoleh dari
gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang
merupakan bagian dari sistem.
Faktor dalam yang mempengaruhi transpirasi adalah
Penutupan stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula
secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi
apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak
pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit
untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama
yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi
lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi
total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
Jumlah daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang
menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
Kedalaman dan proliferasi akar
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman
budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar.
Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi
akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari
suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Lakitan,
1993:87).
Seperti halnya pada semua organisme, tumbuhan memiliki atau
mengembangkan alat khusus untuk melakukan pertukaran zat. Alat ini
dapat berupa unit organela sel tertentu, sel tertentu yang mengalami
modifikasi, jaringan tertentu yang terspesialisasi mendukung fungsi
pengeluaran zat atau bahkan merupakan organisasi tingkat organ. Daun
merupakan organ paling penting untuk pertukaran gas.
Faktor luar yang mempengaruhi transpirasi adalah
Sinar matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan
membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi
banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga
mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar
berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur.
Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan
melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi .
Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi
transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam
naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena
sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu
udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau
dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di
dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur
menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah
barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi
berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka
tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun.
Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah
berdifusi dari dalam daun ke udara bebas
Kebasahan udara (Kelembaban udara)
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam
keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih
tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di
dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun,
jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun)
ke konsentrasi yang rendah (di luar daun.
Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi,
sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara
selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3
persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui
stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya
molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara,
yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan
menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya
faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya
kelembaban udara .
Angin
Pada umumnya angin yang sedang, dapat menambah kegiatan
transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-
timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam
daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar . Angin
mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung
untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya,
melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh
angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap
penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya
terhadap penyingkiran uap air.
Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh
terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika
udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi
konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang
semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi
terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi
uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara
yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk
berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah
tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua
adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan
dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak,
besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap
transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin
sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya
untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh
kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju
transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu
meningkatkan transpirasi
Keadaan air dalam tanah
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana
akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air
lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun
juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa
kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar. Tersedianya air
dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju
transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke
sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan
laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan
dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal
tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi
kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah.
Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar,
maka gerakan air yang melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat
(Tjitrosomo, 1990:203).
Mekanisme transpirasi
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke
rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel
jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat
menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar
sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan
uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan
mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun.
Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun,
yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang
menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga
antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama
stomata pada epidermis daun tidak membuka. Apabila stomata membuka,
maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau
tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air
dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut
transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah
adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata karena dalam
sel mengalami jenuh air / terlalu banyaknya kandungan air (Dwijoseputro,
1980:156).
Daun yang terdedah pada radiasi matahari, akan menyerap
sejumlah besar energi radiasi tersebut, yang selanjutnya dengan suatu cara
akan dilepaskan kembali ke lingkungannya. Apabila energi ini tidak
dilepaskan kembali ke lingkungannya, maka energi tersebut akan diubah
menjadi energi panas dan menaikkan suhu daun. Karena transpirasi
merupakan proses yang mengkonsumsi energi, seringkali dianggap bahwa
penguapan air dalam transpirasi ini merupakan pelepasan panas yang
diserap oleh daun tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pemindahan panas pada tumbuhan yaitu radiasi neto positif dan negatif
(radiasi neto negatif jika daun meradiasikan lebih banyak energi ke
lingkungannya, dan radiasi positif jika daun menerima atau menyerap
lebih banyak energi dari lingkungannya), konveksi negatif dan konveksi
positif (konveksi negatif jika panas pindah dari daun ke udara, dan
konveksi positif jika panas pindah dari udara ke daun), kadar konsumsi
panas negatif dan positif (kadar konsumsi panas negatif jika air diuapkan
dari daun, dan kadar konsumsi panas positif jika air mengembun pada
permukaan daun), penyimpanan negatif dan positif (penyimpanan negatif
jika suhu daun turun dan penyimpanan positif jika suhu daun naik), dan
metabolisme seperti fotosintesis atau respirasi.
Transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara 2 sel
penutup atau sel penjaganya, sehingga proses-proses yang menyebabkan
membuka menutupnya stomata menentukan besarnya jumlah transpirasi.
Gerak sel penutup terjadi akibat perubahan turgornya, yang berubah
karena potensial airnya. Penyebab perubahan potensial air itu diduga
karena:
1. Bertambahnya gula dalam sel penutup sebagai hasil fotosintesis.
Meskipun sel penutup mempunyai kloroplas, tetapi produksi gulanya
tidak cukup besar untuk menghasilkan efek tersebut
2. Perubahan amilum menjadi gula. Teori ini menganggap bahwa dalam
gelap CO2 yang mengumpul dalam sel penutup menyebabkan pHnya
rendah. Bila terkena cahaya CO2 ini akan berkurang karena
fotosintesis sehingga pHnya naik, akibatnya enzim amilase menjadi
lebih aktif dan kadar glukosa naik
3. Perubahan permeabilitas. Perubahan pH juga dapat menyebabkan
permeabilitas membrane sel berubah, sehingga memungkinkan bahan
terlarut keluar atau masuk sel penutup. Karena permeabilitas membran
plasma sel penutup terhadap air tidak terpengaruh oleh pH, maka
bahan terlarut yang menentukan membuka/menutupnya stomata. Yang
berperan disini terutama ion K
4. Hasil metabolisme langsung. Masuknya ion ke dalam sel penutup
menggunakan energi metabolisme menyebabkan potensial air menjadi
lebih negatif dan sel penutup menyerap air yang menyebabkan
stomata membuka (Sasmitamihardja, 1996).
Kegunaan dan kerugian transpirasi
Kegunaan transpirasi
Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air
yang baru yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah.
Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas)
matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena
sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk
penguapan air. Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui
pembulih xilem, membuang kelebihan air, menjaga turgiditas sel
tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, mengatur bukaan stomata, dan
sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu daun. pengangkutan
unsur hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan
tetapi, laju pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika
transpirasi berlangsung secara optimum. Transpirasi jelas merupakan suatu
proses pendinginan, pada siang hari radiasi matahari yang diserap daun
akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka
peningkatan suhu daun ini dapat dihindari.
Kerugian transpirasi
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah
terbatas, penyerapanair tidak mampu mengimbangi laju transpirasi,
tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering
terjadi di daerah kering, perlu irigasi (Loveless, 1991: 100).
Stomata
Stomata merupakan alat istimewa pada tumbuhan, yang merupakan
modifikasi beberapa sel epidermis daun, baik epidermis permukaan atas
maupun bawah daun. Struktur stomata sangat bervariasi pada antar
tumbuhan, terutama bila dibandingkan untuk antar tumbuhan yang
lingkungan hidupnya cukup kontras. Melalui stoma tumbuhan
menunjukkan kemampuan adaptifnya terhadap perubahan dan stress dari
lingkungannya. Tumbuhan darat banyak mengeluarkan air melalui
stomata, terutama pada siang hari yang terik. Melalui alat yang sama,
tumbuhan juga melepaskan gasgas seperti CO2 dan O2, terutama pada
siang hari, kecuali pada tumbuhan gurun. Sebaliknya, melalui stomata
tumbuhan juga menyerap CO2 dan O2.
(Sumber gambar : Taiz and Zeiger, 2002)
Stomata selain merupakan alat pelepasan dan penyerapan, juga
merupakan alat kontrol atau pengatur pertukaran gas agar terjadi keajegan
dinamik cairan dan gas-gas dalam jaringan untuk mempertahankan
aktivitas fisiologinya. Mekanisme pengaturannya dilakukan melalui
adaptasi fisiologis stomata yang mengendalikan membuka-menutupnya
stomata. Melalui cara ini konduktivitas stomata bersifat dinamik – adaptif.
Pembukaan stomata berkaitan dengan proses metabolisme
tumbuhan yaitu transpirasi dan fotosintesis. Stomata berperan dalam difusi
CO2 pada proses fotosintesis. Selain itu stomata juga berfungsi sebagai
pintu keluarnya cairan dari sel dalam proses transpirasi. Pembukaan
stomata sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, antara lain
intensitas cahaya, temperatur dan air. Laju transpirasi dan pembukaan
stomata menunjukkan adanya variasi diurnal. Pembukaan stomata pada
beberapa tanaman dan berbagai kondisi lingkungan menunjukkan adanya
perbedaan. (Fatonah, 2013).
Faktor – faktor lingkungan tersebut mengalami perubahan harian
(diurnal) seiring dengan bergantinya waktu pagi, siang dan sore hari. Pada
pagi hari stomata akan mulai membuka lebar karena intensitas cahaya dan
temperatur yang tidak terlalu tinggi serta kelembaban yang cukup
menyebabkan turgor sel penjaga meningkat. Namun pada saat siang hari,
stomata menutup karena tingginya intensitas cahaya dan temperatur serta
penguapan air yang berlebihan (Taiz, 2002).
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat hari terang,
sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk
fotosintesis pada siang hari dan penutupan berlangsung bertahap
menjelang sore hari. Stomata akan menutup lebih cepat jika tanaman
ditempatkan pada ruang gelap secara tiba-tiba. Optimalisasi pembukaan
stomata dipacu dengan cara tanaman disiram dahulu sebelum dilakukan
pemupukan. Hal ini akan mempengaruhi turgor sel penutup, sehingga
panjang dan lebar porusnya bertambah seiring dengan adanya perubahan
intensitas cahaya matahari setiap saat, maka perlu pengamatan lebih lanjut
tentang ukuran stomata pada waktu yang berbeda-beda (Haryanti, 2009).
IV. METODOLOGIIV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat 1. Gunting2. Ember / bak plastik3. Gelas ukur 10 ml4. Objek glass+penutup5. Mikroskop6. Beaker glass7. Pinset
IV.1.2 Bahan 1. Ranting Bauhinia sp.2. Minyak kelapa3. Kuteks bening 4. Kertas grafik (mm block)
IV.2 Cara Kerja
Memotong ranting Bauhinia sp. Dibwah permukaan air, begitu juga saat memasukkan potongan kegelas ukur
usahakan selalu terendam
Menyiakan 3 set gelas ukur yang masing-masing diisi air 8 ml, 2 ranting dimasukkan kedalam gelas ukur dan 1 gelas
ukur dibiarkan kosong sebagai kontrol
Menetesi dengan minyak kelapa tiap tabung, lalu tabung berisi tanaman diberi perlakuan berbeda. Tabung 1 tempat
terik dan tabung 2 ditempat teduh. Untuk tabung kontrol pun diberi perlakuan berbeda, kel 1&2 kontrol di terik, kel 3&4
kontrol di teduh
Mengamati dan mencatat perubahan air setiap 5 menit sekali dalam waktu 30 menit dengan membaca skala gelas ukur.
Dan mencatat jumlah air yg diuapkan dan menghitung rata-ratanya
Mengukur luas daun yang digunakan dengan metode milimeter blok yaitu menjiplak daun dan dihitung luasnya
melalui petaknya dengan satuan milimeter
Melapisi daun yang sudah diukur luasnya bagian atas dan bawah dengan menggunakan kuteks bening dan membiarkan
hingga kering
Menarik kuteks dengan pinset dan meletakkan dikaca beda lalu mengamatinya pada perbesaran 40x10 dan menghitung
jumlah stomata
Menghitung luas bidang pandang dengan mengukur diameter objek pengamatan pada mikroskop
V. HASIL PENGAMATANTabel 5.1
No.Tumbu
han
WaktuRata-
rata air menguap (ml)
Laju
transpira
si (ml/s)
∑ stomata
total
Luas
daun
(mm2)5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ atas bawah
1.
Terik 8.2 8.1 8.1 8 7.9 7.8 0.073.89x
10-30
14662
4.24900
Teduh 8.4 8.4 8.4 8.4 8.4 8.3 0.021.11x10-
5
Kontrol
(d)8 8 8 8 8 8 0 0
2.
Terik 8.5 8.1 7.9 7.8 7.7 7.6 0.158.33x
10-5
149
808.
917
24968
.955600
Teduh 8.2 8.2 8.2 8.2 8.2 8.1 0.021.11x
10-5
Kontrol
(d)8 8 8 8 8 8 0 0
3.
Terik 8 8 7.9 7.9 7.8 7.8 0.031.67x
10-5
764.
33
26715
.162400
Teduh 8 8 8 8 8 8 0 0
Kontrol
(L)8 8 8 8 8 8 0 0
4.
Terik 8.3 8.2 8.1 8 7.9 7.6 0.127.22x
10-53300
Teduh 8.2 8.2 8.2 8.2 8.2 8.1 0.021.11x
10-5
467.
4
12191
.2
Kontrol
(L)8 8 8 8 8 8 0 0
VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul “Penguapan Air Melalui Proses
Transpirasi” dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses dan
kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-
faktor lain yang mempengaruhinya. Pada praktikum kali ini praktikan
menggunakan 1 tumbuhan saja dikarenakan tidak menemukan tumbuhan
pacar air yaitu tumbuhan atau ranting Bauhinia sp.. Praktikum dilakukan
di dua tempat yang berbeda yaitu di tempat terik (diluar ruangan yang
terdapat sinar matahari) serta yang kedua ditempat yang teduh (didalam
laboratorium Botani). Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan
kecepatan transpirasi di kedua tempat yang berbeda tersebut.
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam
bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan
kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain
dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding
dengan yang hilang melalui stomata. Sebagian besar dari air, sekitar 99
persen, yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang
sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi. Sebagian besar dari
jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat dalam
transpirasi.
Praktikum kali ini dilakukan dengan langkah-langkah sistematis
yaitu pertama praktikan memotong tumbuhan pacar air serta Bauhinia sp.
di bawah permukaan air. Hal ini dilakukan agar jaringan xilem tidak terisi
oleh udara, karena jika jaringan xilem terisi oleh udara maka akan
mempengaruhi terjadinya membuka dan menutupnya stomata daun untuk
proses respirasi. Terjadinya membuka dan menutupnya stomata daun
nantinya juga akan mempengaruhi terjadinya transpirasi pada tumbuhan.
Sehingga faktor utama yang ingin diamati terhadap proses transpirasi
terganggu yang diakibatkan oleh terisinya xilem oleh udara.
Pada tahap selanjutnya yaitu praktikan menyiapakan tiga set gelas
ukur yang telah berisi air masing – masing 8 ml. Tumbuhan yang telah
dipotong dimasukkan ke dalam gelas ukur tesebut dimana satu gelas ukur
dibiarkan kosong tanpa tumbuhan sebagai kontrol. Kemudian pada ketiga
gelas ukur tersebut diberi minyak kelapa. Hal ini dilakukan agar air
didalam tabung reaksi tidak menguap. Sehingga berkurangnya air hanya
dipengaruhi oleh proses trasnspirasi pada tumbuhan yang merupakan
faktor utama tujuan praktikum kali ini. Pada saat memasukkan tumbuhan
dalam tabung reaksi praktikan melakukan pencatatan waktu dimana
dimulai saat 0 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit serta
30 menit.
Untuk mengetahui pengaruh sinar matahari terhadap kecepatan
transpirasi, maka pada praktikum kali ini praktikan meletakkan gelas ukur
yang telah berisi tumbuhan pada dua tempat yang berbeda, yaitu pada
tempat teduh (dalam ruang laboratorium botani) serta tempat terik (diluar
ruangan yang terdapat sinar matahari). Dalam setiap interval waktunya
praktikan selalu mencatat perubahan voleme air yang terjadi.
Penghitungan volume dilakukan dengan cara membaca volume yang
sudah tertera pada gelas ukur berdasarkan tinggi air yang tersisa dan tanpa
menghitung tinggi minyak.
Untuk mengetahui pengaruh besar kecilnya daun terhadap proses
transpirasi, maka praktikan melakukan pengukuran luas daun. Pada
praktikum ini praktikan melakukan pengukuran luas daun dengan
menggunakan metode bantuan kertas milimeter blok (ketas grafik).
Dimana daun-daun dijiplak pada ketas grafik, kemudian menghitung
luasan daun pada hasil jiplakan yang ada pada kertas grafik tersebut.
Penghitung dilakukan dengan cara menghitung kotak- kotak sedang pada
milimeter blok yang suda dijiplak. Kotakan tersebut merupakan luas daun
dengan satuan milimeter.
Untuk mengatahui jumlah stomata pada daun dilakukan dengan
cara menggunakan kuteks bening. Kuteks di oleskan pada daun, baik
permukaan atas maupun permukaan bawah. Serta ditunggu hingga kuteks
kering. Setelah kuteks kering, kuteks diambil dari daun dengan pinset serta
kemudian diletakkan di objek glass untuk dilihat dibawah mikroskop.
Penghitungan diameter stomata dilakukan dengan cara, menggser
mikroskop ke ujung paling kiri serta paling kanan hingga stomata tidak
terlihat. Kemudian panjang dari pergeseran ke kiri dan ke kanan dikurangi
dalam bentuk harga mutlak (tidak ada nilai negatif) dan hasil penguranagn
ini merupakan nilai dari diameter. Sehingga karena untuk menghitung luas
stomata dibutuhkan nilai jari-jari maka jari-jari dapat diperoleh dengan
cara nilai (1/2) x diamter, setelah ditemukan nilai jari-jari maka untuk
menghitung luas stoamatandapat menggunakan rumus luas lingkaran yaitu
L=πr2. Jumlah stomata dapat dihitung dengan cara = Luas daun/Luas
stomata
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada tumbuhan Bauhinia
sp. memiliki rata- rata kecepatan volume pada keadaan teduh sebesar 0,15
ml/sekon pada kelompok 2 untuk daun yang diletakkan ditempat terik
serta 0,02 ml/ sekon pada daun yang diletakkan diruang teduh. Jika dilihat
rata- rata kecepatan volume kedua tumbuhan tersebut pada keadaan terik
lebih besar dari pada keadaan teduh. Hal ini dikarenakan rata- rata
kecepatan volume pada saat proses transpirasi sangat dipengaruhi oleh
membuka dan menutupnya stomata, dimana salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata adalah adanya cahaya
matahari.
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke
rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel
jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat
menampung uap air dalam jumlah banyak. Salah satu yang mempengaruhi
penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam
daun adalah adanya cahaya matahari. Adanya cahaya matahari
menyebabkan proses pengangkutan air oleh xilem berlangsung lebih cepat,
yang menyebabkan meningkatnya tekanan turgor sel-sel penjaga stomata.
Jika pada sel-sel penjaga tekanan turgornya meningkat maka stomata
membuka sehingga proses transpirasi berlangsung.
Penghitungan rata-rata kecepatan volume dilakukan dengan cara
menjumlahkan semua interval pada setiap waktunga (volume saat 0 menit
dikurangi volume saat 5 meint) begitu seterusnya hingga didapatkan 6
interval. Jika 6 interval tersebut dijumlahkan maka kemudian hasilnya di
bagi 6 (jumlah interval). Inilah nantinya yang disebut nilai rata-rata
kecepatan volume.
Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama
rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan
airnya kerongga antar sel menyebabkan sel tersebut mengalami
kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan
diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang
daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan
seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap
berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis
daun tidak membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada
penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air
di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga
antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi
syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan
air didalam daun dan terbukanya stomata.
Adanya induksi dari sinar matahri untuk membuka stomata
menyebabkan potensial air di mesofil daun merunun. Hal ini akan
menyebabkan proses pengangkutan air oleh xilem akan dipercepat untuk
memenuhi potensial air di daun. Semakin cepat proses pengangkutan air
maka akan semakin cepat pula kejenuhan mesofil daun akibat tingginya
potensial air. Tingginya kejenuhan air di daun menyebabkan tumbuhan
akan mempercepat proses difusi menuruni gradien potensial air. Proses
difusi ini dilakukan melaui lubang stomata. Semakin cepat difusi uap air
maka semakin cepat pula proses transpirasinya. Sehingga semakin tinggi
daya terik matahari maka semakin cepat pula laju transpirasi serta rata-rata
kecepatan volume.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada tumbuhan Bauhinia
sp., memiliki rata- rata kecepatan volume lebih tinggi. Rata- rata kecepatan
volume ini dapat terjadi akibat banyak faktor yaitu tumbuhan Bauhinia sp.
memiliki daun yang relatif lebih lebar. Daun yang relatif lebar memiliki
kemampuan menangkap cahaya yang lebih banyak dari pada daun yang
sempit. Adanya kemampuan menangkap cahaya yang relatif banyak
menyebakan proses pengankutan air juga semakin cepat akibat adanya
pembukaan stomata yang semakin banyak yang di induksi oleh adanya
cahaya matahri. Sehingga tumbuhan yang memiliki daun yang relatif lebar
juga menyebabkan proses transpirasinya juga akan semakin cepat.
Semakin luasnya bidang penyerapan oleh daun menyebabkan
semakin tinggi proses pengangkutan air oleh xilem. Jika pengangkutan air
semakin tinggi menyebabkan daun memiliki potensial air positif dimana
daun dalam keadaan jenuh air yang menyebabkan tekanan turgor
meningkat. Potensial air dalam daun lebih tinggi dari pada di lingkungan.
Hal ini menyebabkan terjadinya difusi menuruni gradien konsentrasi. Air
akan diuapkan oleh tumbuhan ke lingkungan melalui stomata. Sehingga
semakin luas daun semakin cepat proses transpirasi,
Selain faktor lebar sempitnya daun Bauhinia sp. memiliki laju
transpirasi lebih cepat tumbuhan Bauhinia sp. Juga memiliki kandungan
stomata yang relatif lebih banyak. Semakin banyak stomata maka semakin
cepat proses transpirasi. Hal ini dikarenakan jika stomata banyak maka
tempat proses difusi uap air juga semakin banyak sehingga proses
transpirasinya juga akan semakin cepat. Jika dilihat dari hasil pengamatn
jumlah stomata pada permukaan bawah lebih banyak dari pada permukaan
atas. Diamana pada tumbuhan Bauihia sp. pada permukaan bawah daun
jumlah stomata dibulatkan menjadi 149.809 sedangakan pada permukaan
atas daun dibulatkan menjadi 24.968 stomata. Hal ini menunjukkan
permukaan bawah daun memiliki laju transpirasi lebih cepat dari pada
permukaan daun atas.
Bagian tumbuhan yang sangat berperan terhadap proses transpirasi
yaitu stomata. Mekanisme membuka menutupnya stomata merupakan
peristiwa yang kompleks. Membuka – menutupnya stoma terjadi karena
perubahan atau pengaturan turgor sel penutup. Tekanan turgor terbentuk oleh
adanya aliran air dari sel-sel sekitarnya. Keluar masuknya air dari dan ke sel
penutup pada dasarnya adalah peristiwa osmosis (difusai air melalui
membran). Masuknya air air secara osmotik ke sel penutup membuat stoma
membuka. Sebaliknya, stoma akan menutup seiring dengan keluarnya air dari
sel penutup ke sel-sel sekitarnya. Banyak faktor mempengaruhi aktivitas
buka-tutupnya stoma. Kondisi lingkungan tersebut antara lain seperti
konsentrasi CO2, suhu, kelembaban udara, intensitas pencahayaan, dan
kecepatan angin. Pada umumnya stoma membuka pada siang hari, kecuali
tumbuhan gurun. Membukanya stomata pada malam hari untuktumbuhan
gurun merupakan bentuk adaptasi fisiologis untuk mengurangi resiko
hilangnya air berlebihan.
VII. PENUTUP7.1 Kesimpulan
Transpirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap dari batang dan
daun tumbuhan hidup. Jumlah yang mengalami penguapan dalam batang
sangatlah sedikit, kehilangan air terbesar dari proses transpirasi terjadi
melalui daun. Kecepatan transpirasi akan bertambah besar ketika pada
siang hari yang dikarenakan oleh teriknya sinar matahari yang
menginisiasi terbukanya stomata, stomata terbuka menginisiasi transpor
air semakin banyak shingga transpirasi meningkat. Kegiatan transpirasi
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dalam dan luar. Faktor dalam
diantaranya besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin
tidaknya daun, banyak sedikitnya bulu dan stomata. Sedangkan yang
termasuk faktor luar adalah radiasi, temperatur, kelembapan udara,
tekanan udara, angin dan keadaan air dalam tanah.
7.2 Saran
Sebaiknya untuk mengamatan transpirasi pengamatnnya lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia
Fatonah, Siti. Asih, Dwijowati, Mulyanti. Iriani, Dyah. 2013. Penentuan Waktu
Pembukaan Stomata Pada Gulma Melastoma malabathricum L. Di
Perkebunan Gambir Kampar, Riau. Biospecies Vol. 6 No.2, Juli 2013,
hal. 15-22
Haryanti, Sri & Meirina, Tetrinica. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata
Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore.
BIOMA, Juni 2009 ISSN: 1410-8801 Vol. 11, No. 1, Hal. 18-23
Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1.
Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Salisbury F.B & C.W. Ross. 1995. Plant Physiology. California: Wadsworth Publ.
Comp.
Sasmitaraharja dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Taiz, L. and Zeiger. E. 2002. Plant Physiology (3 rd Edition). Sunderland
Massachusett : Sinauer Associates, Inc. Publishers.
Tim Pengampu Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. 2015. Buku Petunjuk
Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jember : Universitas Jember
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1990. Botani Umum 2. Bandung : Penerbit Angkasa