lapkass1 (autosaved)
TRANSCRIPT
![Page 1: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/1.jpg)
Penyakit Jantung Bawaan Defek Septum Ventrikel Tipe Pars Membranous
pada Penderita Dewasa
Wahyuddin, Rus Munandar, M. Diah, Azhari Gani
Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Syiah Kuala, Rumah sakit Umum Dr.Zainoel Abidin Banda Aceh
Abstrak
Insiden ventricular septal defek merupakan penyakit jantung bawaan nonsianotik yang sering terjadi pada kelahiran. Pada orang dewasa, penyakit ini jarang terdiagnosis karena pada umumnya defek septum interventricularis yang besar segera dikoreksi dengan pembedahan, dan defek septum interventricularis yang kecil biasanya tertutup secara spontan. Hanya 10% dari keseluruhan terdiagnosa pada saat dewasa. Diseluruh dunia angka kejadian mencapai 3 – 3,5 per 1000 kelahiran hidup. Gambaran klinis cukup bervariasi, mulai dari asimtomatis, gagal jantung berat, ataupun gagal tumbuh. tergantung dari besarnya defek dan aliran darah (shunt). Dilaporkan satu kasus laki-laki 38 tahun dengan keluhan mudah letih, sesak nafas, dan infeksi saluran nafas berulang. Pemeriksaan fisik didapatkan frekwensi pernafasan 24 kali /menit, teraba thrill, batas jantung kiri melebar dan bising pansistolik. Pada ekstremitas superior ditemukan clubbing finger dan sianosis. Pemeriksaan radiologi foto toraks ditemukan kardiomegali dengan pembesaran di ventrikel kiri dan hilus menebal dengan gambaran pruned tree. Elektrokardigraphy menunjukkan pembesaran atrium kanan dan ventrikel kanan. echocardiography didapati pembesaran ventrikel kiri, defek pada septum interventrikularis, dengan ukuran 1,4 cm, defek septum pada daerah setelah katup triskuspidal dan di bawah batas annulus aorta menunjukkan tipe pars membranous dengan bidirectional shunt. Pasien didiagnosa sebagai VSD, diterapi dengan digoksin 2 x 0,125 mg, captopril 2 x 6,25 mg, spironolakton 1 x 100 mg dan sohobion 1 x 1 tablet. Pasien direncanakan dirujuk ke RSCM untuk menjalani pembedahan.
Kata Kunci: Defek septum ventrikel, penyakit jantung bawaan, pars membranous
1
Laporan Kasus 1
Kamis 05 Desember 2013
Acc Supervisor
Dr. Azhari Gani, Sp.PD.KKV. FCIC. FINASIM
![Page 2: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/2.jpg)
I. Pendahuluan
Defek septum ventrikel (DSV) merupakan penyakit jantung bawaan, pertama kali
ditemukan oleh Dalrymple pada tahun 1847, yang sering ditemukan pada bayi dan anak-anak.
terjadi pada 50% dari semua anak dengan penyakit jantung bawaan, 20% sebagai lesi
terisolasi dan 10% dari keseluruhan terdiagnosa pada saat dewasa. Insiden VSD meningkat
secara dramatis dengan kemajuan dalam pencitraan,. Sebuah penelitian besar dari berbagai
literatur memperkirakan angka kejadian VSD yaitu 2829 per 1 juta kelahiran hidup. Pada
orang dewasa, penyakit ini jarang terdiagnosis karena pada umumnya defek septum
interventricularis yang besar segera dikoreksi dengan pembedahan, dan defek septum
interventricularis yang kecil biasanya tertutup secara spontan. VSD kadang disertai dengan
defek septum atrium (35%), patent ductus arteriosus (22%), dan lebih jarang disertai stenosis
pulmonal. Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami
tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola
penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa1,2,3,4
DSV pada dewasa merupakan yang tersering sesudah kelainan aorta bikuspidalis,
sekitar 20 % (1,5 – 2,5 dalam 1000 persalinan, tidak ada perbedaan angka kejadian antara
laki-laki dan perempuan), dimana terjadi defek sekat antar ventrikel pada berbagai lokasi.
Diseluruh dunia angka kejadian mencapai 3 – 3,5 per 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia,
khususnya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, tipe perimembranus adalah yang terbanyak
ditemukan (60%), kedua adalah subarterial (37%), dan yang terjarang adalah tipe muskuler
(3%). DSV sering ditemukan pada kelainan-kelainan kongenital lainnya, seperti Sindrom
Down5,6,.
Defek septum ventrikel jantung atau ventricular septal defect (VSD) adalah kelainan
kongenital yang terjadi akibat terbukanya septum interventricularis yang memungkinkan
terjadinya hubungan darah antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Septum interventricularis
adalah pemisah antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan, yang terdiri atas pars membranacea
dan pars muskularis. VSD disebabkan oleh malformasi embriogenik dari septum
interventricularis. Sekitar 85% sampai 90% dari defek ini akan menutup secara spontan dalam
satu tahun Defek biasanya terjadi pada septum interventricularis parsmembranacea. Aliran
2
![Page 3: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/3.jpg)
darah yang melalui defek itu lebih sering bertipe left to right shunt dan bergantung pada
besarnya defek, dan resistensi pembuluh darah pulmoner. Defek tersebut dapat hanya satu
lubang atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fusi septum interventrikuler semasa janin
dalam kandungan. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dalam pertumbuhannya. Jika
defek cukup besar, darah tambahan yang dipompa ke pembuluh nadi paru-paru membuat
jantung dan paru-paru bekerja lebih keras dan paru-paru menjadi sesak.1,7,8,9,10,11.
Gambaran klinis tergantung dari besarnya defek dan aliran darah (shunt) serta
besarnya tahanan pembuluh darah paru. Apabila defek kecil atau restriktif tidak tampak
adanya gejala (asimptomatik). Defek besar non-restriktif akan ditandai dengan tekanan sistol
ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga terjadi penurunan aliran darah dari kiri ke
kanan, bahkan dapat terjadi aliran darah dari kanan ke kiri. Beberapa pasien dengan VSD
yang besar tidak terkoreksi biasanya mengalami gangguan pertumbuhan, infeksi pernafasan
berulang, hipertensi pulmonal, dan gangguan ventrikel kanan dan kiri. Komplikasi yang
utama adalah kegagalan ventrikel kanan yang berat dengan terjadinya shunting yang reversal
(Eisenmenger’s syndrome). Dalam perjalanannya, beberapa VSD dapat menutup secara
spontan (tipe perimembranous dan muskuler), terjadi hipertensi pulmonal, hipertrofi
infundibuler, atau prolaps katup aorta yang dapat disertai regurgitasi (tipe subarterial dan
perimembranous)12,13,14
II. Kasus
Seorang laki-laki, 38 tahun, suku Aceh, datang ke poliklinik bagian kardiologi
RSUDZA pada 4 September 2013 dengan keluhan utama mudah letih yang sudah dirasakan
sejak pasien kecil dan memberat dalam beberapa bulan terakhir ketika pasien bekerja.
Keluhan mudah letih ketika masih kecil dirasakan pasien saat bermain dan kadang-kadang
disertai sesak nafas, sesak nafas berkurang saat pasien beristirahat. Keluhan mudah letih juga
dirasakan pasien memberat saat bekerja di kebun. Saat dewasa beberapa kali pasien berhenti
dan harus pindah tempat kerja karena kelelahan dan harus beristirahat. Pasien sudah
berkeluarga dan memiliki satu orang anak. Sesak nafas berat sering dialami pasien saat
berhubungan dengan istri dan keluar keringat dingin, kadang-kadang disertai pandangan gelap
dalam beberapa menit dan berkurang perlahan lahan bila pasien beristirahat. Pasien juga
mengeluhkan sering mengalami batuk pilek, gemetar dan lemas sejak muda dan jarang
3
![Page 4: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/4.jpg)
disertai demam. Pasien mempunyai riwayat berat badan rendah saat lahir dan kurang bulan,
bengkak kaki dan tangan hilang timbul dialami dalam 3 tahun terakhir. riwayat bibir biru dan
pertumbuhan terganggu tidak dialami. Riwayat terbangun karena sesak nafas juga tidak
pernah dialami. Pasien saat kecil pernah diperiksakan kedokter dan dinyatakan menderita
kelainan jantung dan disarankan untuk operasi namun terkendala biaya
Status present dijumpai sensorium compos mentis, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi
72 kali/menit dengan tekanan per volume cukup dan irama regular, frekuensi pernafasan 24
kali/menit dan suhu 36,10 C. Pada pemeriksaan fisik inspeksi dinding dada tampak normal.
Pada palpasi ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm lateral linea midclavicularis sinistra, teraba
thrill di sela iga IV sampai V dan batas kiri jantung melebar 4 cm lateral linea midclavicula
sinistra. Pada auskultasi ditemukan bising pansistolik yang terdengar selama fase sistolik,
keras, kasar dengan punctum maximum di sela iga 4-5 parasternal kiri menyebar ke apex
cordis. Pada ekstremitas superior ditemukan jari tabuh (clubbing finger) tanpa sianosis. Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 17,8 g/dL, Leukosit : 8.700 /uL, Trombosit :
248.000 /uL, Ht : 26 %, LED: 5 mm/jam, KGDP : 65 mg/dL, HDL 46 mg/dl, LDL 122 mg/dl,
Trigliserida 105 mg/dl. Kalium serum 3,5 meq/L. Pada pemeriksaan radiologis foto thoraks
didapatkan CTR 66%, kesan kardiomegali dengan pembesaran ventrikel kiri, vaskularisasi
paru meningkat (plethora) terutama dibagian kanan paru, dan hilus menebal dengan gambaran
pruned tree (pohon tanpa cabang). Pada pemeriksaan elektrokardiografi dijumpai gelombang
P yang tinggi di II,III, aVF menngesankan pembesaran atrium kanan, gelombang R yang
tinggi dan S yang rendah di V1 dengan axis deviasi kekanan, juga didapati penjumlahan R di
di V1 dan gelombang S di V5 dan V6 lebih dari 10 kotak kecil memberikan kesan right
ventricle hypertrophy. Pada pemeriksaan echocardiography didapati pembesaran ventrikel
kiri, defek pada septum interventrikularis, dengan ukuran 1,4 cm, defek septum pada daerah
setelah katup triskuspidal dan di bawah batas annulus aorta menunjukkan tipe pars
membranous dengan bidirectional shunt. Pasien didiagnosa sebagai VSD, diterapi dengan
digoksin 2 x 0,125 mg, captopril 2 x 6,25 mg, spironolakton 1 x 40 mg dan sohobion 1 x 1
tablet. Pasien direncanakan dirujuk ke RSCM untuk menjalani operasi menutup defek.
III. Diskusi
4
![Page 5: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/5.jpg)
VSD adalah penyakit jantung bawaan yang asianotik, dikenal juga dengan left-to-right
shunt, jadi tidak ada tanda-tanda sianosis. Gambaran klinis cukup bervariasi, mulai dari
asimtomatis, gagal jantung berat, ataupun gagal tumbuh. tergantung dari besarnya defek dan
aliran darah (shunt) serta besarnya tahanan pembuluh darah paru, sedangkan lokasi defek
sendiri tidak mempengaruhi derajat ringannya manifestasi klinis yang akan terjadi. Pada
orang dewasa, VSD, dapat berupa defek kecil, defek sedang atau besar dengan atau tanpa
stenosis pulmonal, hipertensi pulmonal atau aorta regurgitasi. Defek kecil dapat merupakan
defek besar yang kemudian mengecil karena penutupan spontan yang tidak sempurna dengan
pirau kiri ke kanan dan tekanan arteri pulmonalis yang normal, pasien biasanya tidak
menunjukkan gejala dan kelainan tidak ditemukan ketika pemeriksaan fisik.. Defek sedang
jarang terjadi, kecuali berhubungan dengan katup pelindung atau stenosis pulmonal
Subvalvular ( 25 % sampai 30 % ). Pasien sering datang dengan keluhan dyspnea. Defek
besar didapati pada masa bayi dengan gagal jantung dan memerlukan operasi kecuali menutup
secara spontan dan menjadi lebih kecil . Kadang timbul dengan stenosis pulmonal atau dapat
memberat dengan hipertensi paru. Keluhan yang timbul pada masa remaja biasanya dengan
sesak napas, cepat capek, nyeri dada,sinkop, hemoptisis, batuk dan infeksi saluran napas
berulang1,4,5,7,15
Terdapat banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya defek septum
ventricular, diantaranya adalah : 1) bayi muda dan anak-anak, 2) Memiliki Orang tua dengan
defek septum, 3) Cacat genetik lainnya (misalnya, sindrom Down), 4) Penggunaan alkohol
atau thalidomide selama kehamilan, 5) Ibu yang menderita rubella selama trimester pertama
kehamilan, 6) Ibu yang menderita diabetes.4
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bising holosistolik (pansistolik) yang
terdengar selama fase sistolik, keras, kasar di atas tricuspid di sela iga III - IV parasternal kiri
menyebar sepanjang parasternal dan apex cordis. Bising ini sudah dapat terdengar selama
defek VSD kecil. Bising mid diastolik dapat didengar di apex cordis akibat aliran berlebihan.
VSD sering bersifat non-sianotik kecuali apabila terjadi eisenmengerisasi (terjadi aliran shunt
kanan ke kiri). pada penderita VSD dengan aliran shunt yang besar biasanya terdapat
takipneu, aktivitas ventrikel kiri meningkat dan dapat teraba thrill sistolik. Apabila terjadi
aliran shunt dari kanan ke kiri dengan defek besar baru akan tampak sianosis dengan jari
5
![Page 6: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/6.jpg)
tabuh (clubbing of finger). Pada defek cukup besar dapat terjadi komplikasi berupa stenosis
infundibuler, prolaps katup aorta, insufiensi aorta, dan tanda – tanda gagal jantung kanan.7,16
Pada pasien ini keluhan mudah letih, sesak nafas bila beraktifitas berat disertai
keringat dingin, batuk dan flu. Bengkak kaki dan tangan yang hilang timbul. Pemeriksaan
fisik didapatkan frekwensi pernafasan 24 kali/menit, batas jantung kiri melebar, thrill dan
bising pansistolik dengan oedem minimal di extremitas bawah.
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis VSD.
Karakteristik foto yang ditemukan pada VSD adalah kardiomegali terutama bagian kiri
jantung, disertai tanda-tanda peningkatan vaskularisasi pulmoner. Hal ini dapat terjadi karena
darah yang seharusnya mengalir ke aorta, sebagian mengalir kembali ke ventrikel kanan.
Atrium kiri yang menampung darah dari vena pulmonalis yang jumlahnya banyak, akan
melebar dari biasa dan dapat mengalami dilatasi. Akibatnya, otot-otot ventrikel kiri akan
mengalami hipertrofi. Aliran balik ini mengakibatkan terjadinya peningkatan volume pada
atrium kiri dan ventrikel kiri, yang akhirnya berujung ke dilatasi kedua ruang jantung
tersebut. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan batas jantung kiri berubah bentuk. Pembesaran
atrium kiri lebih baik jika dilihat dari aspek lateral atau obliqusanterior sinistra, yang mana
foto tersebut akan menunjukkan gambaran bulging sepanjang batas jantung posterior bagian
atas, yang mengakibatkan pergeseran esophagus dan bronchus principalis sinistra.4,7,17,18
Foto thorax PA menunjukkan
kardiomegali, dengan apeks jantung
melebar sampai kedinding thorak
kiri. Peningkatan vaskularisasi
pulmoner pada kedua lapangan paru,
dan arteri pulmonalis menonjol.17
Arah arus dari kiri ke kanan dapat berbalik menjadi dari kanan ke kiri bila terjadi
kelainan pada pembuluh darah paru-paru, yaitu pembuluh darah paru lumennya menjadi
6
![Page 7: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/7.jpg)
sempit terutama di bagian perifer. Hal ini berakibat tekanan di arteri pulmonalis menjadi
tinggi. Tekanan di ventrikel kanan juga meninggi. Bila tekanan di ventrikel kanan menjadi
lebih tinggi daripada tekanan di ventrikel kiri, maka terjadilah pembalikan arah kebocoran
menjadi right to left shunt. Perubahan arah kebocoran ini yang menyebabkan penderita
menjadi sianosis. Foto oblique anterior dextra menunjukkan pergeseran esophagus ke
posterior, yang menandakan adanya dilatasi atrium kiri disertai tanda-tanda pembesaran
biventricular.4,5,17
Gambaran elektrokardiogram (EKG) dapat bervariasi, tergantung ukuran dan lokasi
defek. Gambaran EKG normal didapati sampai dengan 66 % dari penderita VSD, dan
mencapai 85 % dengan sinus ritme. Salah satu kelaianan EKG yang sering dijumpai adalah
perlambatan konduksi intraventrikular atau right bundle branch block. Kelainan lain dapat
ditemukan hipertrofi ventrikel kiri dan mungkin hipertrofi atrium kiri. bila terdapat hipertrofi
kedua ventrikel dan deviasi sumbu QRS ke kanan maka perlu dipikirkan adanya hipertensi
pulmonal atau hipertrofi infundibulum ventrikel kanan.4,5,8,16
Pemeriksaan echocardiography merupakam metode non-invasif pilihan untuk evaluasi
VSD yang memiliki keakuratan yang sangat tinggi (88 – 95 %), dapat digunakan untuk
mengidentifikasi morfologi defek, arah dan gradient aliran, menunjukkan tipe dan jumlah
defek pada septum interventricularis, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal,
gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan katub aorta dan tricuspid. VSD tipe
perimembranus dapat dilihat dari kerusakan septum pada daerah setelah valve triskuspidal dan
di bawah batas annulus aorta. 4,5,8,18
Klasifikasi VSD berdasarkan pada lokasi, yaitu: 1) Perimembranasea, merupakan
defek yang berada di septum membranous dan berdekatan dengan katup trikuspid, tepat di
bawah katup aorta, dapat membentuk sebuah kantong atau aneurysm dari septum ventrikel.
Kantong ini akan membatasi pirau kiri ke kanan dan dapat menyebabkan penutupan sebagian
atau keseluruhan dari defek. Defek Septum Ventrikel tipe ini terjadi sekitar 80% dari seluruh
kasus VSD. 2) Muskular, merupakan jenis DSV dengan lesi yang terletak di otot-otot septum
dan terjadi sekitar 5 – 20% dari seluruh angka kejadian DSV. 3) Suprakristal, jenis lesi DSV
ini terletak di bawah katup pulmonalis dan berhubungan dengan jalur jalan keluar ventrikel
kanan. Persentase kejadian jenis DSV jenis ini adalah 5 – 7% di negara-negara barat dan 25%
di kawasan timur. American College of Cardiology/American Heart Association membaginya
7
![Page 8: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/8.jpg)
dalam 4 tipe, tipe yang tersebut diatas ditambah dengan tipe 4) Inlet VSD terjadi pada bagian
bawah dari ventrikel kanan dan berdekatan dengan katup tricuspid, defek ini biasanya terjadi
pada pasien dengan sindrom Down. 1,5,6
Computed Tomography (CT Scan) memperlihatkan kardiomegali, pembesaran atrium
kiri dan pembuluh darah jantung. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menilai besarnya
curah jantung dan besaran pirau. MRI memberikan gambaran yang lebih baik terutama pada
DSV dengan lokasi apikal yang sulit dinilai dengan echocardiography. Angiography dapat
memberikan informasi akurat lokasi defek, jumlah defek, tingkat insufisiensi aorta serta
evaluasi koroner pada usia yang lebih lanjut.5,6,18
Pada pasien ini dari foto thoraks didapatkan kardiomegali kesan pembesaran ventrikel
kiri dengan hilus yang nenebal dan gambaran pruned tree dibagian paru kanan. Gelombang P
pulmonal, deviasi axis ke kanan dan pembesaran ventrikel kanan didapati pada
elektrokardiography. Hasil echocardiography menunjukkan pembesaran ventrikel kiri dan
defek pada septum interventrikularis berukuran 1,4 cm di bawah batas annulus aorta
merupakan tipe parsmembranous.
Mortalitas yang terjadi akibat riwayat penyakit VSD menunjukkan bahwa 27% pasien
meninggal pada usia 20 tahun, 53% pada usia 40 tahun, dan 69% pada usia 60 tahun.
Penanganan VSD dapat meliputi penanganan konservatif maupun pembedahan. Penelitian
awal NHS oleh Campbell menunjukkan angka kematian mencapai 27% pada usia 20 tahun
dan 69% pada usia 60 tahun. Data yang lebih baru oleh Kidd dan kawan-kawan menunjukkan
tingkat kelangsungan hidup pada usia 25 tahun mencapai 82,3%. Penelitian hazard multivariat
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dipengaruhi oleh usia dan tekanan arteri pulmonalis.
Tingkat kelangsungan hidup adalah 85,2% untuk pasien yang lebih muda dari 20 tahun dan
63,2% pada penderita yang berusia lebih 21 tahun. Gersony dan kawan-kawan melaporkan
bahwa lebih dari 85% pasien yang mendapat pengobatan ataupun pembedahan dalam keadaan
baik atau sangat baik dan tetap produktif., hanya 13% dengan aktifitas terbatas, dan 4,8%
yang diklasifikasikan dalam New York Heart Association (NYHA) dengan kelas fungsional
III atau IV. Ellis dan kawan-kawan menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dipengaruhi
oleh kapasitas fungsional (dengan angka kelangsungan hidup 10 tahun, 90% untuk kelas
NYHA I dan 58% untuk NYHA kelas II sampai IV), kardiomegali (angka kelangsungan
hidup 10 tahun, 90% tanpa kardiomegali dan 58% dengan kardiomegali) 4,7
8
![Page 9: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/9.jpg)
VSD dengan defek yang kecil dapat tertutup dengan sendirinya, dalam beberapa kasus
ditangani secara konvensional. ACE inhibitor dan/atau diuretik dapat digunakan pada pasien
dengan regurgitasi katup dan gagal jantung kronik. Diuretik (misalnya, furosemide) untuk
mengurangi kongestif paru. Furosemid biasanya diberikan dalam dosis 1-3 mg/kg/hari dibagi
dalam 2 atau 3 dosis. Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor (misalnya, kaptopril
dan enalapril) - Obat-obat ini dapat mengurangi tekanan sistemik dan paru, sehingga
mengurangi pirau kiri ke kanan. Digoxin (5-10 µgr/kg/hari) dapat diberikan jika diuresis dan
pengurangan afterload tidak meringankan gejala.6,7,19
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah 1 x 100 mg spironolakton, digoksin 2 x
0,125 mg dan captopril 2 x 6,25 mg. Pasien dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo untuk
dilakukan pembedahan.
Kesimpulan
Telah dilaporkan suatu kasus jarang, insiden penyakit jantung bawaan pada dewasa
yaitu ventrikel septal defek berukuran 1,4 cm pada seorang laki-laki 38 tahun. Terapi yang
diberikan pada pasien adalah spironolakton 1 x 100 mg, digoksin 2 x 0,125, captopril 2 x
6,25mg. Pasien dirujuk ke RSCM untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
9
![Page 10: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/10.jpg)
Daftar Pustaka
1. Soeroso S, Sastrosoebroto H. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik. Dalam:
Sastroasmoro S, Madiyono B. Buku ajar kardiologi anak. Binarupa aksara. Jakarta.
1994:192-203
2. Mary S. Minette, MD; David J. Sahn, MD. Congenital Heart Disease for the Adult
Cardiologist, circulation. ed. 114. American HeartAassociation, 2006.
3. Singh VN, Sharma RK, Reddy HK, Nanda NC.Ventricular septal defect imaging [online].
2008 [cited 2013 Nov 3]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/351705-
4. Naser M. Ammash, MD, and Carole A. Warnes, MD. Review of Ventricular Septal
Defects in Adults. Ann Intern Med. 2001;135:812-824. [cited 2013 Nov 4]. Available
from: www.annals.org
5. Alie Ghanie : Penyakit Jantung Kongenital pada Dewasa. Dalam: Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi V Jilid III. Balai penerbit FKUI, Jakarta, 2010; 1656-1663
6. ACC/AHA Guidelines for the Management of Adults With Congenital Heart Disease:
Task Force on Practice Guidelines. Manual for ACC/AHA Guideline Writing
Committees: Methodologies and Policies from the ACC/AHA Task Force on Practice
Guidelines 2008
7. Milliken JC, Galovich J. Ventricular septal defect [online]. 2010 [cited 2013 Nov 22].Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/162692-print
8. William F. Friedman, John S.Child : Congenital Heart disease in Adult. In : Harrison's
principles of internal medicine. 17th ed. New York: McGraw Hill, Health Professions
Division; 2008: 2653-4
9. Roguin N, Du ZD, Barak M, Nasser N, Hershkowitz S, Milgram E. High prevalence of
muscular ventricular septal defect in neonates. J Am Coll Cardiol 1995;26:1545–8
10
![Page 11: Lapkass1 (Autosaved)](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf9a70550346d033a1bc44/html5/thumbnails/11.jpg)
10. Child JS, Collins-Nakai RL, Alpert JS, et al. Task force 3: workforce description and
educational requirements for the care of adults with congenital heart disease. J Am Coll
Cardiol. 2001; 37:1183–7
11. American Heart Association / American Stroke Association, Ventricular Septal Defect,
2009; 1-2
12. Silbernagl, F. Lang.. Patofisiologi. EGC, Jakarta : 2007; 176-249.
13. Crowder, CM & Evers, AS. General Anesthetics .In: The Pharmacological Basis of
Therapeutic, 10th edition.Editors; Joel G. Hardman, Lee E. Limbird & Alferd Goodman
Gilman. The McGraw-Hill Companies, New York. 2001; 352
14. Morgan, GE, Mikhail, MS & Murray, MJ (editors): Anesthesia for Patients With
Cardiovascular Disease. In: Clinical Anesthesiology, third edition, McGraw-Hill
Companies, New York. 2002; 424-5
15. Hoffman, JI; Kaplan, S : The incidence of congenital heart disease. Journal of the
American College of Cardiology. 2002
16. Rilantono LI.. Defek Septum Ventrikel. Dalam : Buku Ajar Kardiologi.: Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, 2003; 203-4
17. McMahon C, Singleton E. Plain radiographic diagnosis of congenital heart disease [online]. 2009
[cited 2013 Nov 4]. Available from: URL: http://www.bcm.edu/radiology/cases/pediatric/text/2b-
desc.htm
18. Singh VN, Sharma RK, Reddy HK, Nanda NC.Ventricular septal defect imaging [online].
2008 [cited 2013 Nov 3]. Available from: http: emedicine.medscape.com/article/351705-
19. Prema Ramaswamy, MD. Ventricular Septal Defects Treatment & Management. Apr
2013 [cited 2013 Nov 4]. Available from: http: emedicine.medscape.com/article/892980-
treatment#aw2aab6b6b2
11