fixndit (autosaved)

125
OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP ASAM MEFENAMAT DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN MENGGUNAKAN KOMBINASI BAHAN PENGIKAT GELATIN, PGA (PULVIS GUMMI ARABICA) DAN SUKROSA Oleh: Anindita Mirdasari 10/296315/FA/08459 Kepada FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Upload: jennifer-abella-brown

Post on 07-Nov-2015

52 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

63

OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP ASAM MEFENAMAT DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN MENGGUNAKAN KOMBINASI BAHAN PENGIKAT GELATIN, PGA (PULVIS GUMMI ARABICA) DAN SUKROSA

Oleh:Anindita Mirdasari10/296315/FA/08459

Kepada

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2014

OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGIKAT GELATIN, PGA (PULVIS GUMMI ARABICA), DAN SUKROSA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapaiderajat Sarjana Farmasi (S.Farm)Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas FarmasiUniversitas Gadjah MadaYogyakarta

Oleh:Anindita Mirdasari10/296315/FA/08459

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2014PENGESAHAN SKRIPSIBerjudul OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGIKAT GELATIN, PGA (PULVIS GUMMI ARABICA), DAN SUKROSA

Oleh:Anindita Mirdasari10/296315/FA/08459

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi Universitas Gadjah MadaYogyakartaPada Tanggal :

Mengetahui Fakultas FarmasiUniversitas Gadjah MadaPembimbing, Dekan,

Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA., Apt Prof. Dr. Subagus Wahyuono, M.Sc.,AptNIP. 195008301974121001 NIP. 195307081977021001Penguji:1. Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA., Apt

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:Nama: Anindita MirdasariNo. Mahasiswa : 10/296315/FA/08459Judul Skripsi :Optimasi Formula Tablet Hisap Asam Mefenamat dengan Metode Simplex Lattice Design Menggunakan Kombinasi Bahan Pengikat Gelatin, PGA (Pulvis Gummi Arabica) dan Sukrosa.menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 26 April 2014

Anindita MirdasariDia memberikan hikmah (ilmu yang berguna)kepada siapa yang dikehendaki-Nya.Barang siapa yang mendapat hikmah itu,sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak.Dan tiadalah yang menerima peringatanmelainkan orang- orang yang berakal.(Q.S. Al-Baqarah: 269)

Karya ini saya persembahkan untuk:Bapak Dr.Ir.Irdam Syah, M.Sc (Alm) atas kerja keras, kasih sayang, serta segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan kepadaku semasa hidupnya & Ibu Sri Hastuti Retnosari yang selalu berusaha kuat untuk menguatkanku. Terima kasih Mama atas curahan kasih sayang dan doa yang tiada henti,Adik-adikku Amanda Dwi Hastari, Arianne Syahputri & Ariansyah Ekaputra yang menjadi semangatku dalam mewujudkan cita-cita,Om Harry Soeparmono Winasis untuk kasih sayang dan bantuannya yang telah diberikan selama ini,

KATA PENGANTARAlhamdulillahi robbil alamin, segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Optimasi Formula Tablet Hisap Asam Mefenamat dengan Metode Simplex Lattice Design Menggunakan Kombinasi Bahan Pengikat Gelatin, PGA (Pulvis Gummi Arabica) dan Sukrosa. Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk meyelesaikan program strata 1 (S1) di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:1. Prof. Dr. Subagus Wahyuono, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UGM,2. Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA., Apt., selaku dosen pembimbing dan penguji atas segala bimbingan dan nasihat yang diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi dari awal hingga akhir,3. Staf Laboratorium Teknologi Farmasi (Pak Bambang dan Pak Surajiyo) yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung,4. Staf bagian Akademik dan Tata Usaha Fakultas Farmasi UGM yang membantu demi kelancaran selama penelitian berlangsung,5. Sri Hastuti Retnosari, selaku orang tua penulis yang memberikan banyak dukungan dan doa,6. Sahabat terbaik Wuri Kathleen dan Dhinintya Hyta Narissi yang selalu memberi semangat dan membantuku selama penyusunan karya ini,7. Teman-teman satu bimbingan, Maya Syafrida dan Dyah Trianas Putri atas kerja sama dan kehadiran kalian dalam suka maupun duka selama penelitian dan penyusunan skripsi dari awal hingga akhir,8. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan memberi semangat Khairunissa Irnanda, Marissa Kusumah Putri, Putri Erdisa Januarti, Mayumi Kartika Sari, Etsha Luthfia, Diajeng Istiyanthi, Nur Hidayat, Ekky Sabrina, Be Sovia, Fikriansyah, S.Farm, dan Silmi Aulia,9. Sahabat-sahabat almamater SMA Labschool Jakarta yang senantiasa menghibur dan memberi semangat Aldila Anindhita, Bisma Putra Sampurna, Gibransyah Putra, dan Tissa Adjani,10. Teman-teman sesama penelitian di Laboratorium Teknologi Fakultas Farmasi, atas bantuannya selama penelitian berlangsung,11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis yakin bahwa skripsi ini belum sempurna. Maka dari itu, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan dengan lapang dada diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan lebih lanjut. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, pembaca, dan bagi penulis pada khususnya.

Yogyakarta, Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISIDaftar Isi HalamanHALAMAN JUDULiHALAMAN SAMPULiiHALAMAN PENGESAHANiiiHALAMAN PERNYATAANivHALAMAN PERSEMBAHANvKATA PENGANTARviDAFTAR ISIixDAFTAR TABELxiiDAFTAR GAMBARxiiiDAFTAR LAMPIRANxivINTISARIxvBAB I. PENDAHULUAN1A. Latar Belakang1B. Perumusan Masalah4C. Tujuan Penelitian41. Tujuan Umum42. Tujuan Khusus4D. Tinjauan Pustaka51. Tablet Hisap52. Bahan Tambahan73. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul84. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet105. Simplex Lattice Design126. Monografi Bahan14a. Asam Mefenamat14b. Gelatin15c. Sukrosa16d. PGA16e. Laktosa17f. Aspartam17g. Magnesium Stearat18E. Landasan Teori19F. Hipotesis20

BAB II. METODE PENELITIAN21A. Bahan21B. Alat21C. Jalannya Penelitian211. Pembuatan Formula Tablet Hisap Asam Mefenamat222. Penimbangan dan Pencampuran Bahan233. Uji Sifat Fisik Granul23a. Uji Waktu Alir23b. Uji Sudut Diam23c. Uji Pengetapan234. Pengempaan Tablet Hisap Asam Mefenamat245. Uji Sifat Fisik Tablet24a. Uji Keseragaman Bobot24b. Uji Kekerasan25c. Uji Kerapuhan25d. Uji Waktu Larut25e. Uji Tanggap Rasa266. Penentuan Formula Optimum Tablet Hisap Asam Mefenamat267. Pembuatan Tablet Hisap Asam Mefenamat Formula Optimum278. Verifikasi Formula Prediktif Simplex Lattice Design27D. Analisis Data28E. Skema Penelitian29

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN30A. Pembuatan Formula Tablet30B. Pencampuran31C. Evaluasi Sifat Fisik Granul31a. Uji Waktu Alir32b. Uji Pengetapan33c. Uji Sudut Diam34D. Pengempaan Tablet Hisap Asam Mefenamat35E. Evaluasi SIfat Fisik Asam Mefenamat351. Uji Keseragaman Bobot362. Uji Kekerasan373. Uji Kerapuhan394. Uji Waktu Larut415. Uji Tanggap Rasa43F. Penentuan Formula Optimum Tablet Hisap Asam Mefenamat46G. Pembuatan Tablet Hisap Asam Mefenamat Formula Optimum.49H. Verifikasi Formula Prediksi Simplex Lattice Design.50

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN52A. Kesimpulan52B. Saran52

DAFTAR PUSTAKA53LAMPIRAN56

DAFTAR TABEL

TabelHalamanTabel I. Formula Tablet Hisap Asam Mefenamat22Tabel II.Formula Tablet Hisap Asam Mefenamat30Tabel III. Uji Sifat Fisik Granul Tablet Hisap Asam Mefenamat32Tabel IV. Uji Sifat Fisik Tablet Hisap Asam Mefenamat36Tabel V. Pemberian Nilai dan Bobot pada Respon48Tabel VI.Prediksi Respon Optimum Parameter Sifat Fisik Tablet Hisap Asam Mefenamat49Tabel VII. Prediksi Hasil Evaluasi dengan Prediksi Program51

DAFTAR GAMBAR

GambarHalamanGambar 1. Diagram Segitiga Sama Sisi14Gambar 2. Skema Penelitian29Gambar 3. Profil Respon Uji Kekerasan38Gambar 4. Profil Respon Uji Kerapuhan40Gambar 5. Profil Respon Uji Waktu Larut42Gambar 6. Profil Respon Uji Tanggap Rasa45Gambar 7. Grafik Tiga Campuran Gelatin, PGA, Sukrosa48

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranHalaman

Lampiran 1. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis/COA)571.a. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis/COA) AsamMefenamat571.b. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis/COA) Gelatin581.c. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis/COA) PGA591.d. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis/COA) Mg Stearat60Lampiran 2. Data Hasil Waktu Alir Granul61Lampiran 3. Data Hasil Indeks Pengetapan Granul61Lampiran 4. Data Hasil Sudut Diam Granul61Lampiran 5.Data Hasil Uji Keseragaman Bobot62Lampiran 6.Data Hasil Uji Kekerasan63Lampiran 7. Data Hasil Uji Kerapuhan63Lampiran 8. Data Hasil Uji Tanggap Rasa64Lampiran 9. Data Hasil Uji Waktu Larut65Lampiran 10. Evaluasi Sifat Fisik Optimum65Lampiran 11.Hasil Analisis One Sample T-Test Tablet HisapFormula Optimum6611.a. T-Test Uji Kekerasan6611.b. T-Test Uji Kerapuhan6611.c. T-Test Uji Waktu Larut6711.d. T-Test Uji Tanggap Rasa68Lampiran 12.Kuesioner69

OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGIKAT GELATIN, PGA (PULVIS GUMMI ARABICA), DAN GELATIN

IntisariTablet asam mefenamat merupakan sediaan obat analgesik yang paling banyak digunakan oleh masyarakat, baik yang diresepkan dokter maupun yang dijual bebas. Tablet hisap asam mefenamat merupakan salah satu contoh sediaan alternatif bagi penderita yang memerlukan pengobatan analgesik untuk sakit tenggorokan atau nyeri gusi dan gigi agar mendapatkan sediaan obat yang nyaman digunakan serta rasanya menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula tablet hisap asam mefenamat yang optimum dengan kombinasi bahan pengikat gelatin, gom arab, dan sukrosa.Tujuh formula tablet hisap dibuat dengan kombinasi kadar bahan pengikat gelatin (A), PGA (B), dan sukrosa (C), yaitu F1 (A 100%), F2 (B 100%), F3 (C 100%), F4 (A 50%:B 50%), F5 (B 50%:C 50%), F6 (A 50%:C 50%), dan F7 (A 33,3%:B 33,3%:C 33,3%) dengan metode granulasi basah. Evaluasi tablet dilakukan dengan menguji beberapa parameter sifat fisik diantaranya uji kekerasan, uji kerapuhan, uji waktu larut dan uji tanggap rasa. Data sifat fisik tablet yang diperoleh diolah dengan menggunakan aplikasi Design Expert untuk menghasilkan persamaan simplex lattice design (SLD). Persamaan simplex lattice design digunakan untuk mendapatkan formula optimum tablet hisap asam mefenamat. Tablet hisap dari formula optimum tersebut diuji sifat fisiknya untuk kemudian diverifikasi terhadap hasil prediksi menggunakan analisis one sample t-test dengan taraf kepercayaan 95%.Hasil yang diperoleh dari persamaan simplex lattice design menunjukkan bahwa formula optimum tablet hisap asam mefenamat dimiliki oleh formula 4 (gelatin 50%:PGA 50%). Kombinasi kadar gelatin, PGA, dan sukrosa mempengaruhi sifat fisik tablet hisap asam mefenamat, sebab mampu meningkatkan respon kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut. Berdasarkan analisis one sample t-test, tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil prediksi dengan hasil verifikasi sehingga dapat disimpulkan bahwa formula yang didapatkan dari metode simplex lattice design dapat memberikan nilai sifat fisik yang optimum. Kata kunci: tablet hisap, asam mefenamat, gelatin, PGA, simplex lattice design

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangTablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer dibandingkan sediaan lain karena berbagai keuntungan yang dimilikinya seperti mudah digunakan, memiliki sifat fisik yang baik, memberikan ketepatan yang tinggi pada dosis dan mudah dalam pengemasan serta distribusi. Salah satu bentuk sediaan tablet yang telah lama sering digunakan adalah tablet hisap. Tablet hisap adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut dan hancur perlahan-lahan di dalam mulut (Anonim, 1995). Sediaan tablet hisap lebih efektif untuk memperoleh efek lokal di dalam mulut dan tenggorokan dibanding dengan sediaan oral lainnya. Sakit pada tenggorokan atau peradangan dalam mulut dan gusi serta sakit gigi merupakan penyakit yang sering dialami, baik pada pediatrik maupun geriatrik. Umumnya pasien pediatrik menyukai tablet hisap karena memiliki rasa dan aroma yang manis, sedangkan pada pasien geriatrik dikarenakan orang-orang lanjut usia terkadang sulit untuk menelan tablet konvensional. Selain itu, pelepasan zat aktif secara perlahan-lahan juga menjadi salah satu tujuan dipilihnya sediaan tersebut sebab pelepasan secara lambat membuat pengaruh anti radang yang ditimbulkan tidak berlangsung dalam satu waktu melainkan perlahan-lahan sehingga tidak mengurangi kenyamanan pasien dalam penggunaannya.Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) merupakan salah satu golongan obat yang banyak digunakan oleh masyarakat baik yang diresepkan oleh dokter maupun yang dijual bebas. Golongan obat AINS dapat digunakan untuk pengobatan inflamasi (bengkak/radang) dan nyeri. Dari suatu pengukuran kuantitas penggunaan obat golongan AINS yang paling banyak digunakan adalah asam mefenamat (62,8%) dan yang paling rendah penggunaannya adalah diklofenak (8,5%) (Saepudin dkk, 2010).Asam mefenamat telah tersedia dalam bentuk tablet konvensional, namun pasien dengan radang tenggorokan atau menderita sakit gigi tentunya merasa kurang nyaman jika menelan. Selain itu, asam mefenamat memiliki rasa yang pahit, maka dari itu diperlukan pengembangan bentuk sediaan yang praktis, nyaman dalam penggunaan, memberikan rasa yang enak dan tepat dosis. Salah satu pengembangan yang dapat dilakukan adalah dengan memformulasikan tablet hisap dengan zat aktif asam mefenamat. Optimasi formula tablet hisap dengan zat aktif asam mefenamat belum pernah dikembangkan sebelumnya, sehingga proses formulasi dan pengembangannya harus memerhatikan beberapa hal, terutama sifat fisiknya seperti kekerasan, waktu larut dan rasa yang menyenangkan. Berbeda dengan tablet biasa, pada tablet hisap tidak digunakan bahan penghancur (Gatininingsih, 2008) dan bahan pengisi serta pengikat yang digunakan harus larut dalam air dan memiliki rasa yang baik (Aulton, 2002) sehingga diperlukan suatu metode pemilihan bahan dan penentuan kondisi proses pembuatan yang tepat agar didapatkan tablet hisap asam mefenamat dengan kualitas yang baik. Salah satu cara untuk memperoleh sediaan tablet hisap yang memenuhi kriteria dengan baik adalah dengan melakukan optimasi formula tablet hisap dengan menggunakan kombinasi bahan pengikat. Bahan pengikat ditambahkan pada tablet supaya mudah dibentuk menjadi granul sehingga akan mudah dicetak menjadi tablet (Anief, 1987). Bahan pengikat berperan penting karena mendukung daya kohesif dari ikatan-ikatan partikel padat sehingga mudah dikempa menjadi tablet. Selain itu juga, untuk menaikkan kekerasan tablet dan menurunkan friabilitas tablet. Dengan adanya variasi bahan pengikat diharapkan dapat diperoleh formulasi tablet hisap yang optimal dan sifat fisik tablet memenuhi kriteria, khususnya tablet menjadi susah hancur sehingga dapat melepaskan zat aktifnya secara perlahan. Jika variasi bahan pengikat tidak optimal, maka tablet hisap menjadi rapuh sehingga mudah hancur di dalam mulut. Bahan pengikat yang digunakan antara lain gelatin, gom arab, dan sukrosa. Gelatin banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang, salah satunya adalah bidang farmasi. Peran gelatin dalam bidang farmasi di antaranya adalah sebagai bahan baku pembuatan kapsul dan bahan pengikat pada pembuatan tablet (Poppe, 1992). Peningkatan kanudngan gelatin dalam tablet menyebabkan peningkatan kekerasan waktu hancur, dan memperlambat laju disolusi. (Charles dan Saleh, 2010). Hal ini disebabkan oleh sifat gelatin yang dapat mengikat partikel-partikel dalam tablet tersebut sehingga membentuk granul yang mempunyai kohesifitas dan kompresibilitas yang cukup tinggi. PGA juga memiliki sifat menghambat kehancuran tablet serta sifat alirnya baik. Diharapkan kombinasi gelatin dan PGA dapat menghasilkan tablet hisap optimum yang tidak rapuh dan dapat melarut secara perlahan. Sukrosa digunakan sebagai bahan pengikat serta membantu meningkatkan rasa manis dari asam mefenamat, mengingat asam mefenamat memiliki rasa yang sangat pahit.Untuk memperolah sediaan tablet dengan sifat fisik yang diinginkan dilakukan studi optimasi simplex lattice design. optimasi dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan dalam merancang, menyusun dan interprestasi data secara matematis. Penerapan simplex lattice design digunakan untuk menentukan formula optimal dari campuran bahan, dalam desainnya jumlah total bagian komponen campuran dibuat tetap yaitu sama dengan satu bagian (Bolton dan Bon, 2004). Kelebihan dari simplex lattice design adalah model optimasi yang relatif sederhana dibandingkan dengan model optimasi yang lainnya.

B. Perumusan Masalah1. Bagaimana pengaruh kombinasi kadar gelatin-PGA-sukrosa sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet hisap asam mefenamat yang dihasilkan?2. Pada kombinasi kadar berapakah gelatin-PGA-sukrosa sebagai formula yang optimum dalam formulasi tablet hisap asam mefenamat dengan menggunakan simplex lattice design?

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum :Memperoleh formula sediaan baru tablet hisap asam mefenamat dengan sifat fisik tablet yang optimum.2. Tujuan Khusus :a. Mengetahui pengaruh kombinasi kadar gelatin-PGA-sukrosa sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet hisap asam mefenamat.b. Memperoleh formula optimal tablet hisap asam mefenamat yang dengan menggunakan metode simplex lattice design.

D. Tinjauan Pustaka1. Tablet Hisapa. PengertianTablet hisap adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut. Tablet hisap umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal, infeksi mulut dan tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung bahan aktif yang ditujukan untuk absorpsi sistematik setelah ditelan (Anonim, 1995)Tablet hisap disebut juga troches atau lozenges. Lozenges dapat dibuat dengan mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Sedangkan troches dibuat dengan cara kempa seperti halnya tablet yang lain (Lachman dkk, 1994). Keuntungan dari tablet hisap antara lain memiliki rasa manis yang menyenangkan, mudah dalam penggunaan, kepastian dosis, memberikan efek lokal dan tidak diperlukan air minum untuk menggunakannya (Banker dan Anderson, 1994).b. Metode PembuatanTablet hisap yang diperdagangkan dapat dibuat dengan kompresi menggunakan mesin tablet dengan punch yang besar dan datar (Ansel, 1989). Tablet hisap biasamya dibuat dengan cara pengempaan menggunakan tekanan tinggi agar diperoleh kekerasan yang tinggi tetapi porositasnya rendah sehingga dapat larut perlahan dalam mulut (Aulton, 2002).Tablet hisap dapat dibuat dengan 2 metode, yaitu :1) Metode PeleburanDikenal juga dengan nama metode hard candy lozenges. Pembuatan tablet hisap hampir sama dengan tablet biasa. Dalam pembuatan dibutuhkan tekanan yang tinggi dan bahan pengikat yang lebih banyak. Tablet hisap jenis ini dibuat dengan jalan peleburan atau molded. Bahan-bahan tablet yang akan dibentuk dipanaskan dan mencair seperti siurp gula yang padat. Cairan bahan penyusun tablet dibiarkan sampai mengeras kemudian dipotong dengan ukuran dan ketebalan yang pas. Takaran tablet ini harus lebih dari tablet biasa karena diharapkan dapat melarut perlahan dalam mulut.2) Metode Pengempaan atau KompresiProses pembuatan untuk tablet ini sama seperti pembuatan tablet biasa yaitu dibuat dengan metode granulasi basah, granulasi kering, dan metode cetak langsung.a) Granulasi basah (wet granulation)Metode granulasi basah merupakan metode terluas yang digunakan orang dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibahi sebagai berikut: (1) menimbang dan mencampur bahan-bahan, (2) pembuatan granulasi basah, (3) pengayakan adonan menjadi pelet atau granul, (4) pengeringan, (5) pengayakan kering, (6) pencampuran bahan pelicin, (7) pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).

b) Granulasi keringPada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh perlembapan atau penambahan bahan pengikat dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan mejadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Dengan metode in, naik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk (Ansel, 1989). Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah karena kepekaan yang terhadap uap air atau karena tidak tahan panas (Lachman dkk., 1994).c) Metode kempa langsung (direct compression)Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sfat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau granulasi kering (Ansel, 1989).

2. Bahan TambahanPada dasarnya tablet hisap yang dibuat dengan cara dikempa sama dengan pembuatan tablet pada umumnya, seperti halnya tablet kempa maka dalam pembuatan tablet hisap juga diperkukan bahan tambahan, antara lain:a. Bahan pengisi (diluent)Bahan pengisi dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot sehingga memiliki bobot yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa serta memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung. Dalam memilih bahan pengisi, ada hal-hal yang perlu diperhatikan seperti netral terhadap bahan yang berkhasiat, inert (stabil) secara farmakologi serta tidak boleh berbahaya atau tidak tercampur dengan bahan berkhasiat. Bahan pengisi yang umum adalah laktosa, pati, dan selulosa mikrokristal. Tablet hisap sering mngandung sukrosa, manitol, atau sorbitol sebagai bahan pengisi.b. Bahan pengikat (binders)Bahan pengikat merupakan bahan tambahan yang bertanggung jawab dalam kekompakan dan daya tahan dari tablet (Voigt, 1995). Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk larutan. Pemakaian bahan pengikat dalam bentuk larutan (dalam jumlah yang sama) lebih efektif dibandingkan dalam bentuk kering kemudian dibasahi. Sebab partikel serbuk dilapisi udara pada permukaannya, dengan pengikat larutan lebih mudah penetrasinya sehingga lebih mudah membasahi massa. Dengan alasan ini maka untuk mendapatkan daya ikat yang efektif dipakai pengikat dalam bentuk larutan karena penetrasi yang lebih mudah (Soekemi dkk, 1987). Bahan pengikat yang umum digunakan meliputi gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, dan pasta pati terhidrolisis. Pada granulasi basah, serbuk ditambah larutan bahan pengikat kemudian dicampur. Larutan pengikat akan terdistribusi diantara partikel.c. Bahan pelicin (lubricant)Bahan pelicin antara lain berfungsi untuk mengurangi friksi antara permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die, menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, serta mencegah melekatnya (sticking) permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Pada umumnya bahan pelicin bersifat hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet. Oleh sebab itu kadar bahan pelicin berlebih harus dihindari. Contoh bahan pelicin antara lain talk 5%, magnesium stearat, asam stearat dan tepung jagung.

d. Pemanis Pemanis pada sediaan farmasi berfungsi untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai. Bentuk serbuk kering lebih banyak digunakan, karena lebih terdistribusi secara homogen dibanding bentuk cair. Pemanis yang diizinkan di Indonesia antara lain manitol, laktosa, sukrosa, dektrosa, sakarin, siklamat, dan aspartam.

3. Pemeriksaan Sifat Fisik Granula. PengertianGranul merupakan partikel-partikel yang lebih kecil umumnya berbentuk tidak merata dan seperti partikel tunggal yang lebih besar. Umumnya granul dibuat dengan cara melembabkan serbuk yang diinginkan atau campuran serbuk-serbuk yang akan digiling.Tujuan suatu sediaan yang diolah menjadi granul antara lain:1. Untuk mendapatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan.2. Untuk mendapatkan canpuran yang mempunyai sifat alir yang baik (free flowing).3. Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakan.4. Mencegah terjadinya segresi/pemisahan akibat perbedaan bobot jenis. 5. Untuk meningkatkan dan mengontrol kecepatan disolusi (wettability).b. Uji sifat fisik granulUji sifat fisik granul sangat penting sebab kualitas dari granul menentukan kualitas tablet yang akan dibuat. Uji granul meliputi:

1) Waktu alirWaktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Mudah tidaknya aliran granul dipengaruhi oleh sifat-sifat granul yaitu ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, dan kelembaban (Lachman dkk, 1994). Kecepatan alir granul sangat penting karena berpengaruh pada keseragaman pengisian ruang kompresi dan keseragaman bobot tablet. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelican (Cartensen, 1977).2) Sudut diamUji sudut diam menggambarkan sifat alir serbuk pada waktu mengalami proses penabletan. Besar kecilnya sudut diam dipnegaruhi oleh gaya tarik dan gaya gesek antar partikel, jika gaya tarik dan gaya gesek kecil maka akan lebih cepat dan lebih mudah mengalir. Pengukuran sudut diam menggunakan metode corong tegak, granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik lairan granul tersebut (Voigt, 1995).3) PengetapanPengetapan merupakan penurunan volume setumpuk serbuk atau granul akibat hentakan (topped) dan getaran (vibrating), semakin kecil indeks pengetapan (dalam %) maka semakin baik sifat alirnya. Pengetapan dilakukan dengan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur keatas dan kebawah. Granul atau serbuk dengan indeks pengetapan kurang dari 20% mempunyai sifat alir yang baik (Fassihi dan Kanfer, 1986).

4. Pemeriksaan Sifat Fisik Tableta. Uji keseragaman bobotBobot tablet adalah jumlah seluruh komponen yang terkandung dalam tablet. Biasanya ditentukan berdasarkan banyaknya tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata yang masih diperbolehkan, menurut sifat yang telah ditentukan.Sebanyak 20 tablet dari masing-masing formula ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya. Kemudian ditimbang satu per satu. Tablet dengan bobot 26 mg sampai dengan 150 mg tidak bokeh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata tablet dan tidak boleh ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 20% dari bobot rata-rata 20 tablet (Anonim, 1979).b. Uji KekerasanKekerasan tablet diartikan sebagai ketahan tablet terhadap guncangan mekanik pada saat pengemasan dan pengangkutan. Kekerasan tablet juga merupakan salah satu faktor yang menentukan stabilitas mekanik obat selama proses pemakaian oleh pasien. Bila menggunakan metode granulasi basah, kekerasan dipengaruhi oleh jenis dan jumlah pengikat. Kekerasan tablet hisap >15 kP ( Swarbrick, 2007).Alat penguji kekerasan tablet yang digunakan adalah Hardness tester Erweka. Caranya adalah satu buah tablet diletakkan tegak lurus pada alat, kemudian dilihat pada tekanan berapa tablet tersebut pecah (Lachman dkk, 1994).c. Uji kerapuhanKerapuhan tablet merupakan tolak ukur ketahanan tablet terhadap abrasi permukaan selama penanganan dan pengemasan. Untuk dapat memprediksi kerapuhan tablet, dilakukan pengujian kerapuhan untuk 20 tablet menggunakan friability tester. Dibersihkan dengan hati-hati 20 tablet satu per satu kemudian timbang dan dimasukkan ke dalam alat. Alat dinyalakan dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dari alat dan dibersihkan satu per satu kemudian ditimbang. Jumlah persen yang hilang tidak boleh lebih dari 1 % (Banker dan Anderson, 1994).d. Uji waktu larutWaktu larut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk melarut atau terkikis secara perlahan di dalam rongga mulut. Sediaan tablet hisap ini diharapkan mampu memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan, atau bisa pula dimaksudkan untuk diabsorbsi secara sistemik setelah ditelan.Waktu melarut yang ideal bagi tablet hisap adalah selama sekitar 30 menit atau kurang (Banker dan Anderson, 1994).e. Uji tanggap rasaTablet hisap adalah tablet yang melarut perlahan di dalam mulut, oleh karena itu rasa merupakan faktor yang penting. Uji tanggap rasa dilakukan untuk menguji cita rasa tablet hisap. Hal ini penting dilakukan karena berhubungan langsung dengan acceptibility terhadap konsumen.

5. Simplex Lattice Design (SLD)Optimasi adalah suatu metode atau desiain eksperimental untuk memudahkan dalam penyusunan dan interprestasi data secara matematis. Simplex lattice design merupakan suatu cara untuk menentukan optimasi pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan yang dinyatakan dalam beberapa bagian. Salah satu penggunaan simplex lattice design adalah untuk pengoptimasian kadar komponen suatu formula sediaan padat (Bolton dan Bon, 2004). Implementasi dari simplex lattice design dengan menyiapkan berbagai macam formula yang mengandung konsentrasi berbeda dari beberapa bahan. Kombinasi disiapkan dengan suatu cara yang mudah dan efisien sehingga data percobaan yang digunakan untuk memprediksi respon berada dalam ruang simplex (simplex space). Walaupun konsentrasi komponen-komponen penyusun berbeda, namun jumlah totalnya harus sama untuk tiap formula. Hasil eksperimen digunakan untuk membuat persamaan polinominal (simplex), dimana persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi profil respon (Bolton dan Bon, 2004). Dalam beberapa penelitian yang menggunakan 3 komponen sering digunakan model special cubic, yang penggambarannya adalah segitiga sama sisi. Untuk tiga faktor (A, B dan C) dengan simplex lattice design dibutuhkan 7 percobaan yaitu : tiga formula dengan vertex A, B, C masing-masing 100%, tiga formula campuran 50%-50% pasangan AB, AC, BC dan satu formula ABC, masing-masing 33,33%.

Gambar 1. Diagram segitiga sama sisi menggambarkan sistem campuran tiga komponenApabila tiga campuran yang berbeda (A, B dan C) tadi dirumuskan akan dihasilkan persamaan sebagai berikut :Y = 1(A)+2(B)+3(C)+ 1.2(A)(B)+ 1.3(A)(C)+ 2.3(B)(C)+ 1.2.3(A)(B)(C) . (1)Simplex lattice design hanya bisa digunakan untuk campuran yang bisa dikuantifikasi, misalnya campuran pelarut atau bahan. Faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh dalam percobaan harus dikendalikan sama. Nilai perhitungan berdasarkan persamaan sebaiknya dilakukan verifikasi untuk memastikan validitas rumus simplex lattice design, yaitu dengan melakukan percobaan dengan data yang dihasilkan (Bolton dan Bon, 2004).

6. Monografi Bahana. Asam MefenamatAsam mefenamat atau asam 2-[(2,3-dimetilfenil)amino]-benzoat merupakan turunan asam antranilat yang mempunyai aksi farmakologis sebagai obat anti-inflamasi non-steroid yang menghambat terbentuknya mediator inflamasi melalui jalur siklooksigenase (COX) secara menyeluruh. Penghambatan siklooksigenase ini menyebabkan biosintesis prostaglandin terganggu. Dalam hal ini prostaglandin merupakan salah satu mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal selama berlangsungnya fenomena inflamasi (Wilmana, 1995). Asam mefenamat mempunyai pKa 4,2, titik lebur yang tinggi (227oC-232oC), dan praktis tidak alrut dalam air. Mudah larut dalam NaOH, eter, dan kloroform. Kelarutan asam mefenamat ini pada pH 7,1 suhu 37oC hanya 0,008 g/100 ml atau 8mg% (Windholz, 1976).b. GelatinGelatin merupakan suatu zat yang dihasilkan dari hidrolisis sebagian dari kolagen yang diperoleh dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang binatang. Dalam perdagangan didapat gelatin dalam bentuk serbuk halus, serbuk kasar, serpihan-serpihan atau lembaran-lembaran. Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi akan mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair (Anonim, 1995). Larutannya berbau lemah seperti kaldu. Tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak jika dicelup air, menyerap air secara bertahap sebanyak 5 sampai 10 kali beratnya, larut dalam air panas, dalam asam asetat 6 N dan dalam campuran minyak gliserin dan air, tidak larut dalam etanol, kloroform, eter, minyak lemak dan minyak menguap (Anonim, 1995). Konsentrasi gelatin yang digunakan sebagai bahan pengikat dalam pembuatan tablet adalah 5-10% (Parikh, 1997).

c. SukrosaSukrosa merupakan hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara, dan larutannya netral terhadap lakmus. Sukrosa sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter (Anonim, 1995).Sukrosa merupakan pemanis yang biasa digunakan dalam sediaan oral dan aman jika dikonsumsi (Ansel dkk.,2005) . Sukrosa bersifat higroskopis sehingga granul yang dihasilkan mudah lembab karena menyerap air (Lachman dan Lieberman, 1980). Dalam bentuk serbuk, sukrosa berperan sebagai bahan pengikat (2-20% b/b) atau sebagai bahan pengisi dan pemanis dalam tablet kunyah dan tablet hisap. Sebagai bahan pemanis sukrosa digunakan hingga kadar 67% b/b (Armstrong, 2009).d. PGAGom arab dikenal juga sebagai gum acacia, gum arabic, dan talha gum. Gom arab adalah eksudat, yang mengeras di udara seperti gom, yang mengalir secara alami atau dengan penorehan batang dan cabang tanaman Acacia senegal (Linne) Willdenow ( Familia Leguminosae) atau spesies lain Acacia ( Familia Leguminosae) yang berasal dari Afrika.Gom arab tidak berbau; larut dalam gliserin (1:20), propilen glikol (1:20), air (1:2,7); tidak larut dalam etanol (95%). Gom arab memerlukan waktu yang lama untuk larut dalam air. Gom arab dapat digunakan sebagai emulgator dan agen pensuspensi pada sediaan farmasi oral dan topikal, bahan pengikat untuk tablet dan agen penambah viskositas. Sebagai emulgator, gom arab biasanya digunakan pada range konsentrasi 10-20% (Kibbe, 2009).

e. LaktosaLaktosa dalam formulasi tablet berfungsi sebagai bahan pengisi yang baik karena dapat memadatkan massa granul dalam granulasi basah atau metode kempa langsung (Edge dkk, 2009).Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hamper semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Umumnya formulasi memakai laktosa menunjukkan laju pelepasan obat yang baik dan granulnya cepat kering (Lachman dkk, 1994).Laktosa stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Laktosa mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995).

f. AspartamAspartam atau aspartum memiliki nama kimia N-a-L-Aspartyl-L-phenylalanine 1-methyl ester dengan rumus molekul C14H18N2O5 dan bobot molekul 294,31. Aspartam berbentuk kristal, berwarna putih tulang, hamper tidak berbau, dan memiliki rasa manis yang kuat. Aspartam sukar larut dalam etanol 95% dan sukar larut dalam air. Kelarutan aspartam meningkat dengan naiknya suhu dan pada pH yang lebih rendah (Cram, 2009). Aspartam banyak digunakan sebagai bahan pemanis baik pada produk makanan, minuman, maupun sediaan farmasi ternasuk tablet. Aspartam dapat menutupi rasa yang kurang menyenangkan pada suatu sediaan, karena memikliki tingkat kemanisan 180-200 kali dari kemanisan sukrosa. Tidak seperti pemanis lain, aspratam yang dimetabolisme dalam tubuh memiliki nilai nutrisi 4 kkal untuk tiap gramnya (Cram, 2009).

g. Magnesium stearatBerupa serbuk halus putih, bau lemah, khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran. Tidak larut dalam air, etanol, dan eter (Anonim, 1995). Magnesium stearat digunakan secara luas dalam formulasi kosmetik, makanan, dan sediaan farmasi. Umumnya digunakan sebagai bahan pelican dalam pembuatan kapsul dan tablet dengan konsentrasi antara 0,25%-5,0% b/b (Allen dan Luner, 2009)

E. LANDASAN TEORIPada penelitian ini dilakukan formulasi tablet hisap asam mefenamat. Tablet hisap dengan zat aktif mefenamat akan memberikan keuntungan bagi pasien yang membutuhkan pengobatan analgesik, khususnya yang menderita sakit tenggorokan atau nyeri pada gusi dan gigi. Hal itu dikarenakan penggunaanya yang mudah dan nyaman, serta dapat menutupi rasa pahit dari asam mefenamat itu sendiri. Pada pembuatan tablet hisap, bahan pengikat merupakan salah satu bahan tambahan yang digunakan. Bahan pengikat merupakan faktor kritis dalam pembuatan tablet hisap, karena tingkat kekerasan dari tablet hisap yang dipersyaratkan lebih tinggi daripada tablet konvensional sehingga tidak mudah hancur dan melarut perlahan-lahan di dalam mulut.Pada penelitian ini, digunakan bahan pengikat PGA, gelatin, dan sukrosa. PGA memiliki sifat sangat menghambat kehancuran tablet. Selain itu, PGA ini memiliki sifat alir yang baik, inert secara farmakologi, serta memiliki kompresibilitas dan kekompakan yang baik (Anonim, 1995). Gelatin merupakan bahan pengikat kuat, sering digunakan untuk granul tablet hisap. Peningkatan kandungan gelatin dalam tablet menyebabkan peningkatan kekerasan dan waktu hancur, dan memperlambat laju disolusi (Charles dan Saleh, 2010). Asam mefenamat merupakan turunan asam antranilat, berupa serbuk putih atau putih keabu-abuan, tidak berbau, pahit, larut dalam alkali (Dollery, 1991). Gelatin dan PGA juga dikombinasikan dengan sukrosa karena selain sebagai bahan pengikat, sukrosa juga dapat membantu mengurangi rasa pahit dari asam mefenamat.Kombinasi gelatin, PGA, dan sukrosa diharapkan dapat menghasilkan tablet hisap dengan kualitas yang baik, sebab ketiganya merupakan pengikat yang kuat sehingga komposisi yang seimbang dari ketiganya diharapkan mampu memberikan sifat fisik tablet yang optimum terutama untuk parameter kekerasan. Untuk menghasilkan tablet yang berkualitas perlu dilakukan optimasi campuran ketiga bahan pengikat. Optimasi dilakukan dengan pendekatan simplex lattice design untuk memperoleh formula yang optimum sehingga diperoleh tablet hisap asam mefenamat yang memiliki sifat fisik baik.

F. Hipotesis1. Kombinasi bahan pengikat gelatin, PGA, dan sukrosa mampu mempengaruhi sifat fisik tablet hisap asam mefenamat.2. Pada kombinasi komposisi gelatin 33,3%:PGA 33,3%:sukrosa 33,3% (Formula 7) akan memberikan sifat fisik optimum tablet hisap asam mefenamat berdasarkan metode simplex lattice design.6

BAB IIMETODE PENELITIANA. BahanBahan tablet yang digunakan pada penelitian ini adalah asam mefenamat, gelatin, PGA, sukrosa, mg stearat, laktosa dan aspartam. Semua bahan merupakan pharmaceutical grade. Bahan lain yang digunakan untuk melakukan pengujian meliputi aquades. B. AlatAlat penelitian yang digunakan antara lain: Mesin tablet single punch (Korch tipe PE 246 SRC, Jerman); Alat uji kekrasan Mosanto Tablet Hardness Tester; Alat uji kerapuhan Erweka friabilator abbrasive tester (Erweka tipe T.A.P., Jerman); neraca analitik, pengayak granul dengan ukuran 14 dan 16 mesh, dan oven.

C. Jalannya Penelitian1. Pembuatan Formula Tablet Hisap Asam MefenamatTujuh formula tablet hisap asam mefenamat dengan bobot 1500 mg per tablet dirancang berdasarkan konsep simplex lattice design. Terdapat 3 jenis zat pengikat (gelatin, PGA, sukrosa) yang dikombinasikan dengan proporsi berbeda pada tiap formulanya. Komponen formulaFormula (dalam mg)

IIIIIIIVVVIVII

Asam Mefenamat500500500500500500500

Laktosa605605275605440440495

Gelatin330001650165110

Gom arab033001651650110

Sukrosa006600330330220

Mg Stearat15151515151515

Aspartam50505050505050

Total1500150015001500150015001500

Tabel I. Formula tablet hisap asam mefenamat

2. Penimbangan dan Pencampuran Bahan24

Masing-masing bahan ditimbang sesuai tiap formulanya sejumlah yang diperlukan untuk membuat 100 tablet. Aquades dipanaskan untuk membuat larutan gelatin 10% dan sukrosa 20% dengan masing-masing volume 100 ml, untuk membuat larutan PGA 10% hanya dibutuhkan aquades biasa. Bahan-bahan berupa serbuk seperti asam mefenamat, laktosa, dan aspartame dicampur terlebih dahulu kemudian larutan zat pengikat ditambahkan sedikit demi sedikit. Pencampuran dilakukan secara manual. Setelah terbentuk masa granul basah yang homogen, masa granul basah diayak menggunakan ayakan nomor 14. Granul-granul tersebut kemudian dikeringkan di oven dengan suhu 50o selama 1 jam. Granul-21

granul yang telah kering diayak kembali dengan ayakan nomor 16. Sebelum diuji sifat fisiknya, granul dicampur dengan mg stearat.

3. Uji Sifat Fisik Granula. Uji Waktu AlirSebanyak 100 gram granul dimasukkan ke dalam corong secara perlahan-lahan lewat tepi corong. Penutup bawah corong dibuka, bersamaan dengan itu stopwatch dinyalakan dan dicatat waktu yang diperlukan sampai granul habis mengalir.

b. Uji Sudut DiamSebanyak 100 gram granul dimasukkan ke dalam corong alat uji sifat alir. Penutup yang terletak dibagian bawah corong dinuka lalu granul dibiarkan mengalir sampai habis. Tinggi dan diameter kerucut yang terbentuk diukur lalu sudut diamnya dihitung.

c. Uji PengetapanGranul dituangkan ke dalam gelas ukur secara perlahan-lahan sampai mencapai volume 100 ml yang kemudian dicatat sebagai Vo. Gelas ukur dipasang pada alat uji yang dinamakan alat valumenometer, kemudian alat dihidupkan. Pengetapan diteruskan sampai permukaan granul konstan (5menit). Perubahan volume (Vt) dihitung, lalu indeks pengetapan (T%) dapat dihitung dengan rumus:T%= x 100%

4. Pengempaan Tablet Hisap Asam MefenamatGranul kering yang telah diuji kemudian dikempa menggunakan mesin tablet single punch dengan bobot tablet 1500 mg. Kekerasan tablet diatur menggunakan punch atas dengan skala 15 mm. Dilakukan uji sifat fisik pada tablet hisap yang diperoleh, meliputi: kekerasan, kerapuhan, waktu larut, dan tanggap rasa.

5. Uji Sifat Fisik Tablet Hisap Asam MefenamatUji sifat fisik tablet hisap asam mefenamat meliputi keseragaman bobot, kekerasan tablet, kerapuhan, waktu larut, dan tanggap rasa.a. Uji Keseragaman BobotSejumlah 20 tablet ditimbang satu per satu dengan neraca analitik. Rerata bobot tablet, variasi bobot tablet, simpangan baku dan variasi dihitung untuk mengetahui keseragaman bobot. Hasil dari timbang 20 tablet tidak boleh ada dua tablet atau lebih menyimpang dari 5% dan tidak boleh ada satu pun tablet yang menyimpang sebesar 10% nilai dari rerata tablet.

b. Uji Kekerasan Uji tablet dilakukan dengan mengambil 6 tablet hisap dari masing-masing formula. Tablet hisap dipasang secara vertikal pada alat hardness tester, sekrup pada ujung yang lain diputar sehingga tablet tertekan. Skala pada saat tablet pecah menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan kg.

c. Uji Kerapuhan Uji kerapuhan dilakukan dengan mengambil 10 tablet hisap dari masing-masing formula, kemudian dibebasdebukan dan ditimbang untk mengetahui bobot awal. Tablet hisap dimasukkan ke dalam alat uji (abrasive tester) selama 4 menit dengan rotasi 25 rpm. Tablet dibebasdebukan dan ditimbang kembali sebagai bobot akhir.% Kerapuhan = x 100%

d. Uji Waktu LarutPengujian ini dilakukan dengan menghisap tablet sampai habis larut tanpa mengunyahnya oleh responden. Waktu yang diperlukan untuk larut hingga habis dicatat. Tablet hisap biasanya larut di dalam mulut dalam waktu maksimal 30 menit (Banker dan Anderson, 1994).

e. Uji Tanggap RasaSebanyak 20 responden diminta untuk memberikan tanggapan rasa terhadap tablet hisap yang dibuat terutama terhadap rasa manis tablet hisap. Setiap responden diberikan tablet dari masing-masing formula dan kemudian responden dari nilai 1 (pahit sekali), 2 (pahit), 3 (netral/sedikit pahit, sedikit manis), 4 (manis), 5 (manis sekali).

6. Penentuan Formula Optimum Tablet Hisap Asam MefenamatData yang diperoleh dari uji sifat fisik tablet hisap masing-masing formula yang diperoleh dari percobaan kemudian dianalisis untuk mendapatkan formula optimum dengan metode simplex lattice design. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Design Expert version 8.0.7.1 dengan metode Mixture Simplex Lattice. Dipilih model special cubic yang penggambarannya adalah segitiga sama sisi. Data respon hasil uji sifat fisik tablet hisap ketujuh formula dimasukkan ke dalam program, kemudian diperoleh grafik berupa gambar segitiga sama sisi dari masing-masing parameter sifat fisik. Program akan memilih kombinasi bahan pengikat yang dianggap memiliki nilai desirability tertinggi, sehingga didapatkan formula optimum yang menghasilkan sifat fisik tablet yang baik.

7. Pembuatan Tablet Hisap Asam Mefenamat Formula OptimumPembuatan tablet asam mefenamat formula optimum yang diperoleh dengan metode simplex lattice design dibuat dengan cara sama dengan pembuatan tablet hisap sebelumnya yang telah dijelaskan pada poin 2. Setelah granul dikempa dengan mesin kempa single punch, tablet hisap dievaluasi sifat fisiknya.

8. Verifikasi Formula Prediktif Simpex Lattice DesignVerifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah hasil prediksi dari model Simplex Lattice Design yang diolah dengan software Design Expert version 8.0.7.1 valid atau tidak. Verifikasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil uji sifat fisik tablet dari formula optimum dengan nilai prediksi yang diperoleh dari program menggunakan analisis one sample t-test. Hasil perhitungan akan menunjukkan perbedaan nilai respon hasil prediksi dengan percobaan apakah berbeda secara bermakna atau tidak sehingga dapat disimpulkan persamaan yang diperoleh dari program tersebut valid (dapat dipercaya) atau tidak valid (tidak dapat dipercaya).

D. Analisis DataAnalisis data yang diperoleh dari pengujian berbagai parameter tersebut dilakukan dengan cara:1. Pendekatan secara teoritisData hasil uji yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan-persyaratan yang terdapat di dalam Farmakope Indonesia atau literatur lainnya.

2. Secara statistikData hasil uji sifat fisik tablet hisap asam mefenamat formula optimum yang meliputi uji kekerasan, kerapuhan, waktu larut dan tanggap rasa dianalsis secara statistik dengan Uji T (One-Sample t-Test) menggunakan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna antara sifat fisik tablet hisap hasil perhitungan dengan data prediksi yang diperoleh dari software Design Expert version 8.0.7.1

E. Skema Penelitian

Gambar 2. Skema Penelitian

BAB IIIHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Formula TabletFormulasi tablet hisap asam mefenamat pada penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa variasi kadar bahan pengikat dengan total kadar 3.33 ml untuk setiap tabletnya. Bahan pengikat yang digunakan antara lain gelatin 10%, PGA 10% dan sukrosa 20%. Tablet hisap dirancang dengan bobot total sebesar 1500 mg dan dibuat dalam 7 formula yang berbeda dengan kadar zat aktif sebesar 500 mg. Berikut adalah 7 formula yang dibuat dalam penelitian ini:Komponen formulaFormula (dalam mg)

IIIIIIIVVVIVII

Asam Mefenamat500500500500500500500

Laktosa605605275605440440495

Gelatin 10%330001650165110

PGA 10%033001651650110

Sukrosa 20%006600330330220

Mg Stearat15151515151515

Aspartam50505050505050

Total1500150015001500150015001500

Tabel II. Formula tablet hisap asam mefenamat

30

B. PencampuranAsam mefenamat memiliki sifat alir yang jelek sehingga kurang efektif jika dibuat menggunakan metode granulasi kering, sehingga pada penelitian ini tablet hisap dibuat dengan metode granulasi basah. Selain itu, pada penelitian ini digunakan bahan pengikat dalam bentuk larutan. Keunggulan yang dimiliki metode ini adalah dengan terbentuknya granul akan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas bahan sehingga menjadi lebih mudah ditablet (Bandelin, 1989). Masing-masing bahan pada setiap formula ditimbang untuk membuat 100 butir tablet. Untuk bahan serbuk seperti asam mefenamat, laktosa, dan aspartam dicampur terlebih dahulu, kecuali mg stearat. Mg stearat ditambahkan ketika sudah dalam masa granul kering (sebelum dikempa). Bahan pengikat dibuat dengan volume 100 ml dan disesuaikan dengan konsentrasi masing-masing. Proses pencampuran dilakukan secara manual dengan menuangkan larutan pengikat sedikit demi sedikit sampai terbentuk masa granul basah yang homogen. Setelah masa granul basah terbentuk, masa granul diayak dengan ayakan nomor 14 kemudian dikeringkan di dalam oven sampai kering (1 jam). Granul kering lalu diayak kembali menggunakan ayakan nomor 16, setelah itu ditambahkan mg stearat.

C. Evaluasi Sifat Fisik GranulPemeriksaan kualitas granul sangat penting karena sifat-sifat granul mempengaruhi proses penabletan serta kualitas tablet itu sendiri. Maka dari itu, sebelum dicetak menjadi tablet hisap granul harus memenuhi syarat untuk dicetak. Evaluasi sifat fisik yang dilakukan pada penelitian ini antara lain adalah pemeriksaan waktu alir, sudut diam, dan pengetapan.

Tabel III. Sifat fisik granul tablet hisap asam mefenamatFormulaWaktu alir (detik)Indeks pengetapan (%)Sudut diam (derajat)

15,82 0,184,33 2,5237,71 0,83

26,21 0,168,67 0,5838,54 3,50

34,92 0,128,00 1,0035,24 0,44

45,66 0,487,33 1,1537,23 0,00

55,83 0,3210,33 0,5841,26 1,07

66,67 0,077,00 1,0036,00 0,87

76,49 0,055,00 0,0035,74 1,29

Keterangan:Formula 1: 100% gelatinFormula 2: 100% PGAFormula 3: 100% sukrosaFormula 4: 50% gelatin:50% PGAFormula 5: 50% PGA:50% sukrosaFormula 6: 50% gelatin:50% sukrosaFormula 7: 33,3% gelatin:33,3% PGA:33,3% sukrosa

a. Uji Waktu AlirWaktu alir adalah waktu yang diperlukan sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat melalui lubang corong. Untuk 100 gram granul waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10 detik (Lachman dan Lieberman, 1986). Waktu alir paling baik dihasilkan oleh formula 3 (sukrosa 100%), hal ini disebabkan karena sukrosa memiliki kemampuan mengikat antar serbuk partikel dan membentuk gumpalan (agglomerate), sehingga ukuran granul formula 3 (sukrosa 100%) lebih besar. Semakin besar ukuran granul maka kontak antar granulnya semakin kecil sehingga sifat alirnya semakin baik. Sedangkan waktu alir paling lama dihasilkan oleh formula 6 (gelatin 50%:sukrosa 50%).

b. Uji PengetapanPengetapan adalah penurunan volume granul atau serbuk akibat hentakan dan getaran. Semakin kecil indeks pengetapan (dalam %) maka semakin baik sifat alirnya. Granul atau serbuk dengan indeks pengetapan kurang dari 20% mempunyai sifat alir yang baik (Fassihi dan Kanifer, 1986). Dari hasil uji pengetapan, seluruh formula tablet memenuhi syarat indeks pengetapan yang baik, namun didapatkan indeks pengetapan paling besar dimiliki oleh formula 5 (PGA 50%:gelatin 50%). Indeks pengetapan paling kecil dimiliki oleh formula 1 (gelatin 100%), hal ini dikarenakan gelatin merupakan bahan pengikat yang mempunyai kekuatan pengikat yang tinggi, menghasilkan granul yang seragam dengan daya kompresibilkitas dan kompaktibilitas yang bagus (Kokil dkk, 2004).

c. Uji Sudut DiamSudut diam merupakan karakteristik fluiditas yang berhubungan erat dengan koefisien antar partikel penyusun (Parrot, 1971). Apabila sudut diam dari kerucut granul yang terbentuk 30o maka granul mempunyai sifat alir yang baik (free flowing) dan bila sudut diamnya > 40 maka sifat alirnya kurang baik (Lachman dkk, 1994). Besar kecilnya sudut diam diperngaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembaban granul. Kelembaban granul yang tinggi akan meningkatkan daya tarik antar granul, sehingga kontak antar granul semakin besar dan menyebabkan sifat alir yang jelek pada granul. Granul dengan sifat alir baik memiliki ukuran partikel yang besar sehingga kontak antar granulnya akan semakin kecil dan granul dapat mengalir dengan bebas. Granul yang memiliki sudut diam kurang dari 40o akan mudah mengalir (Banker dan Anderson, 1994). Dari hasil uji, sudut diam paling besar dimiliki oleh formula 5 (gelatin 50%:sukrosa 50%) yang berarti granul memiliki sifat alir yang jelek sebab sudut diam yang terbentuk lebih besar dari 40o, sedangkan sudut diam terkecil dimiliki oleh formula 3 (sukrosa 100%). Hal ini didukung oleh data hasil uji waktu alir dimana formula 3 memiliki nilai waktu alir paling kecil.

D. Pengempaan Tablet Hisap Asam MefenamatSebelum dikempa, granul kering dicampur dengan mg stearat kemudian dilakukan pengempaan dengan menggunakan mesin tablet single punch. Kekerasan diatur menggunakan punch atas dengan skala 15 mm dan punch bawah diatur kedalamannya agar menghasilkan bobot 1500 mg per tablet.

E. Evaluasi Sifat Fisik Tablet Hisap Asam MefenamatUji sifat fisik tablet hisap asam mefenamat meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu larut, dan uji tanggap rasa. Data hasil uji sifat fisik tablet hisap tersaji dalam tabel berikut

Tabel IV. Uji sifat fisik tablet hisap asam mefenamatFormulaBobot(CV%)Kekerasan (kg/cm2)Kerapuhan (%)Waktu larut (detik)Tanggap rasa

12,3710,972,460,13491104,852,10,55

22,3813,70,200,071337,33728,413,30,86

31,3310,660,300,02966351,733,10,72

41,509,721,250,2977360,302,850,59

51,758,410,310,07721,6753,692,950,76

61.5312,411,310,07935,67228,943,20,77

71,5313,380,670452149,303,70,80

Keterangan:Formula 1: 100% gelatinFormula 2: 100% PGAFormula 3: 100% sukrosaFormula 4: 50% gelatin:50% PGAFormula 5: 50% PGA;50% sukrosaFormula 6: 50% gelatin:50% sukrosaFormula 7: 33,3% gelatin:33,3% PGA:33,3% sukrosa

1. Uji Keseragaman BobotUji ini dilakukan dengan menimbang sejumlah 20 tablet satu per satu dengan neraca analitik. Rerata dari 20 tablet tersebut kemudian dihitung. Uji keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia edisi III, tidak boleh ada dua tablet atau lebih menyimpang lebih dari 5% dari reratanya dan tidak boleh ada satu tablet pun yang menyimpang sebesar 10% dari reratanya. Dari uji keseragaman bobot juga dapat dihitung nilai CV-nya dimana dikatakan nilai CV-nya baik jika kurang dari 5%. Dari ketujuh formula, dapat diketahui bahwa tablet hisap yang dihasilkan memiliki keseragaman bobot yang baik, hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien variasi keseragaman bobot yang kurang dari 5%.

2. Uji KekerasanAlat penguji kekerasan tablet yang digunakan adalah hardness tester Erweka. Kekerasan merupakan parameter penting dalam formulasi tablet hisap, sebab tablet hisap dibuat agar melarut perlahan di dalam mulut sehingga dibuat lebih keras dari tablet biasa. Kekerasan tablet hisap yang baik adalah 7-14 kg sedangkan untuk tablet oral biasa memiliki kekerasan berkisar antara 4-8 kg (Cooper dan Gunn, 1975). Data hasil uji kekerasan dianalisis menggunakan aplikasi design expert untuk memperoleh profil respon uji kekerasan dan persamaan simplex lattice design. Model yang dipilih adalah special cubic, sehingga muncul penggambaran berbentuk segitiga sama sisi.

Gambar 3. Profil respon uji kekerasanY= 2,83 (A) + 4,11 (B) + 3,20 (C) 0,67 (A)(B) + 0,85 (A)(C) 1,36 (B)(C) + 2,60 (A)(B)(C)(2)

Keterangan: (A)= fraksi komponen gelatin (B)= fraksi komponen PGA (C)= fraksi komponen sukrosa

Berdasarkan persamaan simplex lattice design yang diperoleh dari ANOVA, dapat dilihat penggunaan bahan pengikat secara tunggal (kadar 100%) memberikan hasil koefisien bernilai positif yang menandakan bahwa bahan pengikat tersebut menaikkan kekerasan tablet. Gelatin memberikan nilai koefisien sebesar 2,83; sukrosa sebesar 3,2 dan PGA sebesar 4,11. Koefisien berrnilai negatif dihasilkan oleh kombinasi bahan pengikat PGA-sukrosa sebesar -1,36 dan PGA-gelatin sebesar -0,67. Interaksi kedua bahan tersebut menyebabkan penurunan nilai kekerasan pada tablet hisap. Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa kekerasan tablet hisap paling besar dimiliki oleh formula 2 (PGA 100%) dan kekerasan tablet hisap paling kecil dimiliki oleh formula 5 (PGA 50%:sukrosa 50%). Hal ini juga dapat dilihat dari profil respon uji kekerasan (Gambar 3) dimana PGA memiliki daerah warna paling merah yang menunjukkan bahwa bahan pengikat tersebut memberi respon kekerasan tertinggi sedangkan daerah antara PGA dan sukrosa berwarna paling biru yang berarti kombinasi kedua bahan pengikat tersebut menghasilkan respon kekerasan paling rendah. PGA merupakan bahan pengikat yang mempunyai kekuatan tinggi, menghasilkan granul yang keras sehingga menghasilkan tablet dengan kekerasan yang tinggi dengan daya kompresibilitas yang bagus (Sheth dkk, 1980), hal ini menjadi alasan formula 2 memiliki tablet hisap dengan nilai kekerasan paling besar.

3. Uji KerapuhanKerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan ikatan partikel-partikel pada bagian tepi permukaan tablet akibat pengaruh gesekan atau kikisan. Kerapuhan tablet yang dipersyaratkan tidak boleh lebih dari 1 % (Panigrahi dan Behera, 2010). Aplikasi design expert digunakan untuk menganalisis nilai % kerapuhan sehingga diperoleh profil respon uji kerapuhan dan persamaan simplex lattice design.

Gambar 4. Profil respon uji kerapuhanY= 0,13 (A) + 0,06 (B) + 0,13 (C) + 0,42 (A)(B) 0,24 (A)(C) 0,1 (B)(C) -3,12(A)(B)(C)...(3)

Keterangan: (A)= fraksi komponen gelatin (B)= fraksi komponen PGA (C)= fraksi komponen sukrosa Berdasarkan rumus siplex lattice design yang diperoleh, dapat dilihat bahwa dari penggunaan bahan pengikat tunggal diperoleh koefisien bernilai positif yang menunjukkan bahwa bahan pengikat tersebut menaikkan nilai kerapuhan. Namun, pada kombinasi PGA-gelatin menghasilkan nilai koefisien paling besar yaitu 0,42 yang menunjukkan nilai % kerapuhan paling tinggi. Hal ini juga dapat dilihat dari profil uji respon kerapuhan (Gambar 4) daerah paling merah berada diantara pertengahan garis PGA-gelatin. Sedangkan kombinasi ketiga bahan pengikat menghasilkan nilai sebesar -3,12 yang menandakan bahwa interaksi ketiganya mampu menurunkan % kerapuhan tablet hisap. Dapat juga dilihat daerah berwarna paling biru berada di daerah titik perpotongan garis ketiga bahan pengikat yang menandakan kombinasi ketiganya menghasilkan respon kerapuhan paling rendah yang berarti formula 7 memiliki kerapuhan yang paling baik.

4. Uji Waktu LarutWaktu larut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk larut atau terkikis secara perlahan di dalam rongga mulut, karena diharapkan mampu memberikan efek lokal pada mulut atau kerongkongan, meskipun dapat juga dimaksudkan untuk diabsorpsi secara sistemik. Tablet hisap yang baik harus larut di dalam mulut dalam waktu maksimal 30 menit (Banker dan Anderson, 1994), maka dari itu dilakukan uji waktu larut untuk mengetahui apakah tablet hisap memenuhi persyaratan tersebut atau tidak. Nilai waktu larut dianalisis menggunakan aplikasi design expert untuk memperoleh respon uji waktu larut dan persamaan simplex lattice design.

Gambar 5. Profil respon uji waktu larutY= 149,55 (A) + 401,50 (B) + 290,09 (C) + 25,43 (A)(B) + 82,24 (A)(C) 154,57 (B)(C) 294,59 (A)(B)(C).(4)

Keterangan : (A)= fraksi komponen gelatin (B)= fraksi komponen PGA (C)= fraksi komponen sukrosa Penggunaan bahan pengikat PGA secara tunggal memberikan waktu larut paling tinggi. Hal ini dapat dilihat dari profil respon uji waktu larut (Gambar 5) dimana daerah komponen PGA memiliki warna paling merah. PGA dalam bentuk larutan yang ditambahkan dalam pembuatan granul bersifat lebih efektif sehingga memiliki daya ikat lebih kuat dibanding pengikat lainnya (Banker dan Anderson, 1994). Dapat dilihat juga dari persamaan simplex lattice design yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar PGA 100% memberikan koefisien bernilai positif sebesar 401,5. Pada penggunaan kombinasi ketiga bahan pengikat, diperoleh koefisien bernilai negatif sebesar -294,59 yang menunjukkan bahwa interaksi ketiganya menghasilkan tablet dengan daya ikat rendah sehingga waktu larutnya memiliki nilai paling kecil. Selain itu, dapat dibuktikan juga pada profil respon uji waktu larut (Gambar 5) daerah dengan warna paling biru berada di tengah-tengah segitiga sama sisi (titik perpotongan ketiga bahan pengikat).

5. Uji Tanggap RasaTanggapan rasa merupakan salah satu uji mutu fisik tablet yang juga berperan penting dalam keberhasilan suatu tablet hisap. Tablet hisap akan mengalami kontak langsung dengan indera pengecap dan mengalami proses melarut secara perlahan-lahan di dalam mulut, sehingga tablet hisap harus mempunyai rasa enak agar pasien merasa nyaman dan aman ketika mengonsumsi tablet hisap asam mefenamat tersebut. Asam mefenamat memiliki rasa yang pahit sehingga ditambahkan bahan pemanis, yaitu aspartam pada masing-masing formula. Pada uji tanggap rasa, masing-masing formula tablet hisap dicoba oleh dua puluh responden, lalu responden memberi nilai terhadap rasa berdasarkan selera mereka pada kuesioner yang telah tersedia (lampiran 12). Nilai respon tanggap rasa dimulai dari 1 (sangat pahit), 2 (pahit), 3 (sedikit manis, sedikit pahit/netral), 4 (manis), dan 5 (sangat manis). Data hasil uji tanngap rasa dianalisis menggunakan aplikasi design expert untuk memperoleh profil respon uji tanggap rasa dan persamaan simplex lattice design.

Gambar 6. Profil respon uji tanggap rasaY= 0,6 (A) + 0,9 (B) + 0,9 (B) + 0,18 (C) + 0,18 (A)(B) + 0,18 (A)(C) + 0,64 (A)(B)(C). (5)Keterangan: (A)= fraksi komponen gelatin (B)= fraksi komponen PGA (C)= fraksi komponen sukrosaBerdasarkan profil respon uji tanggap rasa, nilai tanggap rasa yang paling tinggi dimiliki oleh tablet hisap dengan komponen kombinasi ketiga bahan pengikat (formula 7) sebab pada daerah tengah-tengah segitiga sama sisi dimana merupakan titik perpotongan ketiga komponen tersebut berwarna paling merah. Persamaan simplex lattice design yang diperoleh juga menunjukkan bahwa kombinasi gelatin-PGA-sukrosa menghasilkan nilai koefisien positif terbesar, yaitu 0,64. Semakin tinggi nilai respon berarti semakin baik tanggap rasa nya. Dapat disimpulkan bahwa dari ketujuh formula, tablet hisap formula 7 memiliki rasa yang paling menyenangkan (manis). Sedangkan nilai tanggap rasa paling rendah dihasilkan oleh penggunaan bahan pengikat gelatin secara tunggal (formula 1). Berdasarkan profil respon uji tanggap rasa (Gambar 6), daerah berwarna paling biru berada di sekitar titik A (gelatin), serta dari persamaan simplex lattice design dari ANOVA dapat dilihat (A) memiliki nilai koefisien terkecil, yaitu 0,6. Jadi dapat disimpulkan bahwa tablet hisap yang memiliki rasa paling pahit sehingga kurang disenangi oleh responden dihasilkan oleh formula 1. Aspartam yang ditambahkan pada formula 1 belum cukup untuk menutupi rasa pahit dari zat aktif tablet hisap (asam mefenamat).

F. Penentuan Formula Optimum Tablet Hisap Asam MefenamatPenentuan formula optimum tablet hisap asam mefenamat dilakukan dengan menggunakan metode simplex lattice design dengan bantuan program Design Expert version 8.0.7.1. Penentuan formula optimum dilakukan dengan melihat respon paling besar terhadap uji sifat fisik tablet hisap yang didapatkan dari penelitian. Parameter sifat fisik tablet hisap yang digunakan meliputi kekerasan, kerapuhan, waktu larut dan tanggap rasa. Keempat data tersebut merupakan parameter utama untuk suatu tablet hisap. Kekerasan tablet dipilih karena tablet hisap memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibanding tablet biasa, sehingga dapat melarut di dalam mulut secara perlahan. Kerapuhan menunjukan kualitas fisik tablet dalam melawan tekanan mekaniik terutama goncangan dan pengikisan. Parameter waktu larut dipilih untuk menggambarkan lamanya waktu untuk melarut di dalam mulut, sebab waktu larut maksimalnya 30 menit. Parameter terakhir yaitu tanggap rasa dipilih karena tablet hisap berada di dalam mulut sampai melarut sehingga dibutuhkan rasa yang enak untuk kenyamanan dalam pengonsumsiannya. Keempat parameter diberi bobot yang sama (+++) karena dianggap sama pentingnya dalam pengaruhnya terhadap kualitas tablet hisap. Profil respon optimum diperoleh dengan menentukan bobot pada setiap respon uji dengan penekanan pada tiap minimum point dan maximum point yang kita harapkan, sehingga didapatkan formula optimum yang memberikan nilai respon uji sesuai dengan harapan kita. Penetapan minimum dan maximum point berdasarkan pada syarat yang ditentukan oleh pustaka, jika tidak tercantum maka digunakan nilai tertinggi dan terendah dari uji yang dilakukan.

Tabel V. Pemberian Nilai dan Bobot pada ResponNo.ResponGoalMinimumPointMaximumPointBobot

1Kekerasanin range7 kg/cm214 kg/cm2+++

2Kerapuhanin range0%1%+++

3Waktu larutin range120 detik1800 detik+++

4Tanggap rasain range35+++

Setelah semua data diisi, program design expert akan memilih formula yang dianggap memiliki desirability tertinggi. Formula optimum yang terpilih menghasilkan sifat fisik tablet hisap yang baik. Sama seperti profil respon uji sifat fisik tablet hisap yang telah didapatkan dengan model special cubic, profil respon optimum juga digambarkan dengan diagram berbentuk segitiga sama sisi.

Gambar 7. Grafik tiga komponen campuran gelatin, PGA, dan sukrosa

Pada gambar dapat dilihat titik optimum dari kombinasi ketiga bahan pengikat ditandai dengan sebuah kotak bertuliskan prediction dan nilai respon yang dihasilkan. Formula tablet hisap asam mefenamat yang terpilih menghasilkan nilai respon 1, yang artinya memiliki desirability tertinggi. Berdasarkan grafik tiga komponen campuran gelatin, PGA, dan sukrosa (Gambar 7), formula yang diprediksi akan memberi respon optimum pada tiap parameter ditunjukkan pada kombinasi kadar bahan pengikat gelatin 50%:PGA 50%. Hasil tersebut tidak sesuai hipotesis yang mengatakan bahwa formula 7 merupakan formula optimum, hal ini dapat dikarenakan tablet yang mengandung sukrosa dalam jumlah besar dapat menjadi terlalu keras sehingga menyebabkan disintegrasi tablet jelek (Armstrong, 2009). Gelatin dan PGA merupakan pengikat yang kuat, jika dikombinasikan dengan sukrosa dapat memungkinan tablet hisap menjadi terlalu keras sehingga tidak dapat melarut di dalam mulut. Prediksi respon yang didapatkan untuk tiap parameter dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel VI. Prediksi respon optimum parameter sifat fisik tablet hisap asam mefenamatKekerasan (kg/cm2)Kerapuhan (%)Waktu larut (detik)Tanggap rasa

9,7170,29883

G. Pembuatan Tablet Asam Mefenamat Formula OptimumBerdasarkan grafik yang telah diperoleh (Gambar 7) dari program Design Expert, formula optimum untuk tablet hisap asam mefenamat adalah formula dengan kombinasi kadar bahan pengikat gelatin 50%:PGA 50% (formula 4). Tablet asam mefenamat formula optimum dibuat dengan cara sama dengan pembuatan tablet hisap sebelumnya yang telah dijelaskan pada Poin B. Setelah granul dikempa dengan mesin kempa single punch, tablet hisap dievaluasi sifat fisiknya. Hasil evaluasi sifat fisik tablet hisap formula optimum ini kemudian akan dibandingkan dengan nilai prediksi yang dihasilkan oleh program Design Expert.

H. Verifikasi Formula Prediktif Simplex Lattice DesignVerifikasi formula optimum hasil prediksi bertujuan untuk mengetahui apakah hasil prediksi yang dilakukan dapat dipercaya atau tidak.Verifikasi dilakukan menggunakan one sample t-test dengan membandingkan nilai prediksi dari program Design Expert terhadap nilai hasil uji tablet hisap formula optimum. Dari hasil analisis one sample t-test dapat diketahui apakah ada perbedaan bermakna antara hasil prediksi dengan hasil evaluasi. Data dikatakan valid apabila nilai Sig (2tailed) lebih besar dari 0,05, jika kurang dari 0,05 maka perbandingan antara kedua kelompok nilai tersebut dikatakan berbeda signifikan.

Tabel VII. Prediksi hasil evaluasi dengan prediksi programSifat FisikPrediksi Perhitungan ProgramHasil PercobaanSig (2tailed)Keterangan

Kekerasan 9,729,890,407+

Kerapuhan 0,20,150,301+

Waktu larut 988975,420,905+

Tanggap rasa33,230,357+

Keterangan: + (positif) = berbeda tidak signifikan, dapat dipercaya (negatif) = berbeda signifikan, tidak dapat dipercayaBerdasarkan hasil analisis yang tercantum pada tabel VII, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil verifikasi sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan simplex lattice design yang diperoleh dapat digunakan dalam menyusun formula optimum tablet hisap asam mefenamat.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan1. Variasi komposisi bahan pengikat gelatin-PGA-sukrosa berpengaruh terhadap sifat fisik tablet hisap asam mefenamat, sebab mampu menaikkan respon sifat fisik seperti kekerasan dan waktu larut serta menurunkan kerapuhan tablet hisap.2. Formula dengan perbandingan bahan pengikat gelatin-PGA 50%:50% (formula 4) merupakan formula optimum tablet hisap asam mefenamat yang didapat berdasarkan metode simplex lattice design.

B. Saran1. Perlu ditingkatkan kadar bahan pemanis atau ditambahkan flavouring agent untuk menutupi rasa pahit dari tablet hisap mefenamat, karena rasa yang dihasilkan masih seimbang antara manis dan pahit.2. Perlu dilakukan penelitian optimasi lebih lanjut untuk memperoleh tablet hisap asam mefenamat dengan hasil yang lebih baik.3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dosis asam mefenamat yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.V., Luner, P.E., 2009, Magnesium Stearate, in Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quin, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th Edition, 1-2, Pharmaceutical Press, LondonAnief, M., 1987, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Ansel, H.C., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Cetakan keempat, UI Press, Jakarta.Ansel, H.C., Popovich, N. G., and Allen, L. V., 2005, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 8th Edition, 133-200, Lippincott Williams and Wilkins, PhiladepiaArmstrong, N.A., 2009, Sucrose, in Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quin, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th Edition, 703-704, Pharmaceutical Press, LondonAulton, M.E., 2002, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Designs, 2nd Edition, Churchill Livingstone, SpainBandelin, F. J.m 1989, Comperessed Tablet by Wet Granulation Tablet, in Lachman, L., Lieberman, H.A., Schwartz, J.B., (Editors) Pharmaceuticals Dosage Form, 2nd Edition, Vol. I., Marcel Dekker, New YorkBanker, G.S. and Anderson, N.R., 1994, Tablets in Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig,, J. L., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd edition, 293-317, Lea and Febiger, Philadephia.Bolton, S. and Bon, C. 2004, Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical Applications, 4th Edition, Marcel Dekker, Inc., New York.Cartensen, J.T., 1997. Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Form, John Willey & Sons.Inc, CanadaCharles, J.P., Siregar dan Saleh Wikarasa, 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet, EGC, JakartaCooper, J.W., and Gunn, C., 1975, Dispensing for Pharmaceutical Student, 6th Edition, 10, 186-202, Pitman Medical Publishing Co. Ltd., LondonCram, A., 2009, Aspartame, in Rowe, R.C., Sheskey P.J., and Quin, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th Edition, 48-50, Pharmaceutical Press, LondonDollery, S.C., 1991, Therapeutic Drugs, vol 2, Churchill Livingstone, Edinburg.Edge, S., Kibbe, A.H., Shur, J., 2009, Lactose Monohydrate, in Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quin, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th Edition, 364-365, Pharmaceutical Press, LondonFassihi, A.R., dan Kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow Properties on Tablet Weight Variation in Drug Development and Industrial Pharmacy, Marcel Dekker Inc., New YorkGatiningsih, Tri Mumpuni, 2008, Optimasi Formula Tablet Hisap Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb) Dengan Kombinasi Laktosa-Manitol Sebagai Bahan Pengisi Dengan Metode Simplex Lattice Design, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, SurakartaKibbe, A.H., 2009, Acacia, in Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quin, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th Edition, 1-2, Pharmaceutical Press, LondonKokil, S.N., Patil, P.R., Mahadik, K.R., Paradkar, A.R., 2004, Effect of Molecular Weight of Hydrolized Gelatin on Its Binding Properties in Tablets: A technical note.AAPS PharmSciTech, 5(3), 3842Lachman, L., dan Lieberman, H.A., 1980, Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, Marcel Dekker Inc., New York.Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, vol 2., UI Press, Jakarta.Panigrahi, R., & Behera, S., 2010, A review on Fast Dissolving Tablets, Webmed Central Quality and Pasien Safety., 1(9).Parikh, D.M., 1997, Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology, Second Edition, 61, Marcel Dekker, New York.Parrot, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology, Burgers Publishing Company, The United States of AmericaPeters, D. 1989 Medicated Lozanges. In Pharmaceutical Dosage Form Tablets. Vol.1.2nd Edition. (H.A Lieberman, L. Lachman, and J. B. Schwartz, eds). Marcel Dekker Inc. New York.Poppe, J., 1992, Thickening and Gelling Agent for Food, Academy Pr., New York.Saepudin, Puspita F., Jatmiko, Vitarani D.A., Quality Of Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs Prescribing For Outpatient At A Private Hospital in Central Of Java, Scientific Journal Of Pharmacy, 7(1).Sheth, B.B., Banelin, F.J., Shangraw, R.F., 1980, Compressed Tablets, in Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., (editor), Pharmaceutical Dosage Forms, Vol.I, Marcel Dekker inc., New YorkSoekemi, R.A., Juanita, T., Aminah, F., dan Usman, S., 1987, Tablet, P.T. Mayang Kencana, Medan.Swarbrick, J., 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3th Edition, PharmaceuTech, Inc., USA.Wilmana, P.F., 1995, Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, Dalam : Ganiswara, S.G, dkk (Editor), Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Windholz, M., 1976, The Merck Index, 9th Edition, 761, Merck & Co. Inc., New York52

LAMPIRAN56

Lampiran 1. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis/COA)1.a. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis/COA) Asam Mefenamat

1.b. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis/COA) Gelatin

1.c. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis/COA) PGA

1.d. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis/COA) Mg Stearat

Lampiran 2. Data Hasil Waktu Alir GranulWaktu alir granul (detik)

F1F2F3F4F5F6F7

Replikasi 15.826.3556.215.726.756.53

Replikasi 25.656.254.785.445.596.636.5

Replikasi 366.044.985.326.196.636.43

Rerata5.826.214.925.665.836.676.49

SD0.180.160.120.480.320.070.05

CV (%)3.012.552.478.545.411.040.79

Lampiran 3. Data Hasil Indeks Pengetapan GranulIndeks pengetapan granul (%)

F1F2F3F4F5F6F7

Replikasi 149981185

Replikasi 278781075

Replikasi 329861065

Rerata4.338.6787.3310.3375

SD2.520.5811.150.5810

CV (%)58.086.6612.515.755.5914.290

Lampiran 4. Data Hasil Sudut Diam GranulSudut diam granul (derajat)

F1F2F3F4F5F6F7

Replikasi 138.664234.9937.2341.9834.9937.2

Replikasi 237.233535.7537.2341.7736.535

Replikasi 337.2338.734.9937.2340.0336.535

Rerata37.7138.5435.2437.2341.2636.0035.74

SD 0.8263.500.4401.070.871.29

CV (%)2.199.071.2502.592.423.62

Lampiran 5. Data Hasil Uji Keseragaman BobotFormula 1Formula 2Formula 3Formula 4Formula 5Formula 6Formula 7

BobotDevBobotDevBobotDevBobotDevBobotDevBobotDevBobotDev

(gram)(%)(gram)(%)(gram)(%)(gram)(%)(gram)(%)(gram)(%)(gram)(%)

1.5680.971.5233.301.5180.851.5110.131.51401.5642.221.5491.11

1.5741.351.5870.761.5481.111.5060.201.5381.591.5773.071.5081.57

1.6194.251.6313.561.5250.391.50.601.5070.461.5612.031.5541.44

1.6133.861.5233.301.5121.241.5060.201.5150.071.5370.461.5380.39

1.5053.091.6142.481.5531.441.4970.801.50.921.4982.091.5511.24

1.53.411.5880.831.5954.181.5291.331.50.921.5320.131.5330.07

1.5271.671.5760.061.5230.521.4831.721.5120.131.4972.161.5240.52

1.5420.711.5282.981.511.371.491.261.5170.201.5843.531.5021.96

1.5650.771.6072.031.5081.501.4970.801.5452.051.572.611.5330.07

1.5222.001.61.591.5310.001.5230.931.5995.611.5091.371.5310.07

1.5751.421.5084.251.551.241.510.071.5030.731.5031.761.5491.11

1.5942.641.5620.831.5370.391.5080.071.5080.401.5210.591.5621.96

1.5480.321.5740.061.5240.461.5281.261.4981.061.4823.141.5430.72

1.5082.901.5951.271.5430.781.5190.661.5431.921.5350.331.5370.33

1.5212.061.6061.971.511.371.50.601.5130.071.4952.291.5380.39

1.5761.481.6021.711.5170.911.5925.501.5080.401.5041.701.5180.91

1.5842.001.560.951.5380.461.4980.731.4911.521.5893.861.5410.59

1.5430.641.6112.291.5320.071.4921.131.491.591.5210.591.5061.70

1.5023.281.5114.061.520.721.4871.461.491.591.4922.481.5012.02

1.5741.351.5870.761.5270.261.5060.201.482.251.5280.131.5270.33

Rerata1.5531.5751.5311.5091.5141.5301.532

SD0.0370.0380.020.0230.0260.0340.018

CV (%)2.3592.3831.3301.5471.7512.1991.162

. (6)

Lampiran 6. Data Hasil Uji KekerasanKekerasan (kg/cm2)

ReplikasiFormula 1Formula 2Formula 3Formula 4Formula 5Formula 6Formula 7

110.0513.610.2611.18.851113.65

210.113.7510.48.98.1513.4512.8

38.113.9710.5511.28.211.413.95

413.8513.910.958.28.513.9813.95

514.1513.4510.958.98.113.313.6

69.5513.5510.85108.6511.312.3

Rerata10.9713.7010.669.728.4112.4113.38

SD2.460.210.301.250.311.310.67

CV(%)22.431.502.8012.883.6310.565.04

Lampiran 7. Data Hasil Uji KerapuhanKerapuhan (%)

Formula 1Formula 2Formula 3Formula 4Formula 5Formula 6Formula 7

Bobot awal (g)15.6615.7815.2914.8515.0515.0315.27

Bobot akhir (g)15.6415.7715.2714.815.0415.0215.27

Kerapuhan (%)0.130.070.020.20.070.070

.. (7)

Lampiran 8. Data Hasil Uji Tanggap RasaTanggap rasa

NoFormula 1Formula 2Formula 3Formula 4Formula 5Formula 6Formula 7

13333324

23223424

33443444

42444344

52434324

62443244

72432234

82432344

92333344

102433334

111442234

122443334

132222445

142323432

152422243

162233234

171243222

182233334

193433442

202333334

Rerata2.13.33.12.852.953.23.7

SD0.550.860.720.590.760.770.80

CV(%)26.3126.2023.1720.6025.7323.9921.66

Lampiran 9. Data Hasil Uji Waktu LarutWaktu Larut (detik)

ReplikasiFormula 1Formula 2Formula 3Formula 4Formula 5Formula 6Formula 7

1434875966795660890283

24279609661392758733566

361221779667447471184507

Rerata4911337.33966977721.67935.67452

SD104.85728.41351.73360.3053.69228.94149.30

CV (%)21.3554.4736.4136.887.4424.4733.03

Lampiran 10. Evaluasi Sifat Fisik OptimumSifat fisik tablet hisap optimum

KekerasanKerapuhanWaktu larutTanggap rasa

Replikasi 19.60.112860.33.35

Replikasi 29.940.118963.673.5

Replikasi 310.130.2221102.32.85

Rerata9.890.15975.423.23

SD0.270.06121.430.34

CV (%)2.7241.0512.4510.53

Lampiran 11. Hasil Analisis One Sample T-test Tablet Hisap Formula OptimumLampiran 11.a. T-test Uji Kekerasan

Lampiran 11.b. T-test Uji Kerapuhan

Lampiran 11c. T-test Uji Waktu Larut

Lampiran 11.c. T-test Waktu Larut

Lampiran 11.d. T-test Uji Tanggap Rasa

Lampiran 12. KuesionerOptimasi Formula Tablet Hisap Asam Mefenamat dengan Metode Simplex Lattice Design Menggunakan Kombinasi Bahan Pengikat Gelatin, PGA (Pulvis Gummi Arabica) dan Sukrosa.

Nama:Umur:Formula Tablet Hisap:

Lampiran 12. KuesionerUji Waktu Larut TabletWaktu yang dibutuhkan tablet hingga larut sempurna dalam rongga mulut adalah :............... menit .............. detik

Uji Tanggap RasaTablet hisap asam mefenamat memberikan rasa :RasaBobot NilaiPenilaian

Sangat Manis5

Manis4

Netral3

Pahit2

Sangat Pahit1

Kritik dan Saran....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................