lapkas laserasi

20
LAPORAN KASUS Laserasi Korne IRENE CELEBES DENISSE LAMPUS MIRANDA PASANDARA VERONICA OLSUIIN

Upload: denis-christian-lampus

Post on 27-Oct-2015

145 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS Laserasi Kornea

IRENE CELEBES

DENISSE LAMPUS

MIRANDA PASANDARA

VERONICA OLSUIIN

PENDAHULUAN 1.1 Anatomi Mata

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.

Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak.

1.2 Trauma Tumpul Bola Mata

Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera.Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan bertulang yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan.Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat.Cedera mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan.8

Trauma tumpul, meskipun dari luar tidak tampak adanya kerusakan yang berat, tetapi transfer energi yang dihasilkan dapat memberi konsekuensi cedera yang fatal. Kerusakan yang terjadi bergantung kekuatan dan arah gaya, sehingga memberikan dampak bagi setiap jaringan sesuai sumbu arah trauma. Trauma tumpul dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:9

1. Kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan benda dari luar terhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan pada dinding bola mata

2. Konkusio, yaitu bila kerusakan terjadi secara tidak langsung. Trauma terjadi pada jaringan di sekitar mata, kemudian getarannya sampai ke bola mata.

Baik kontusio maupun konkusio dapat menimbulkan kerusakan jaringan berupa kerusakan molekular, reaksi vaskular, dan robekan jaringan. Menurut Duke-Elder, kontusio dan konkusio bola mata akan memberikan dampak kerusakan mata, dari palpebra sampai dengan saraf optikus.9

Pemeriksaan paska-cedera bertujuan menilai ketajaman visus dan sebagai prosedur diagnostik, antara lain:10

1. Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan) : mungkin terganggu akibat kerusakan kornea, aqueus humor, iris dan retina.

2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler okuler, glukoma.

3. Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO ) normal 12-25 mmHg.

4. Tes provokatif : digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TIO normal atau meningkat ringan.

5. Pemerikasaan oftalmoskopi dan teknik imaging lainnya (USG, CT-scan, x-ray): mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk pupil dan kornea.

6. Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi.

7. Tes toleransi glokosa : menentukan adanya /kontrol diabetes

Berbagai Kerusakan Jaringan Mata Akibat Trauma

Kornea

Edema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam. Edema interstisial dalah edema yang terjadi di substania propria yang membentuk kekeruhan seperti cincin dengan batas tegas berdiameter 2 – 3 mm.6,11

Lipatan membrana Bowman membentuk membran seperti lattice. Membrana descement bila terkena trauma dapat berlipat atau robek dan akan tampak sebagai kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akan terjadi inhibisi humor aquous ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi edema. Bila robekan endotel kornea ini kecil, maka kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari tanpa terapi.1,9

Deposit pigmen sering terjadi di permukaan posterior kornea, disebabkan oleh adanya segmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat terjadi di setiap lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi jarang menyebabkan perforasi.9

LAPORAN KASUS

Seorang penderita laki-laki, umur 51 tahun, suku Minahasa, pekerjaan pegawai petani, agama Kristen Protestan, alamat Seretan, datang ke Poliklinik Mata RSU Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 27 Februari 2013 dengan keluhan utama : . Penglihatan kabur dan rasa mengganajl di mata kiri.

ANAMNESIS KELUHAN UTAMA : Penglihatan kabur dan rasa mengganajl di mata kiri

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : Penglihatan kabur dan mengganjal di mata kiri dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Penderita awalnya bekerja seperti biasa di perkebunan milik penderita sendiri, saat sedang memotong rumput menggunakan mesin potong rumput, tanpa sengaja mengenai batu, dan menyebabkan serpihan batu masuk ke mata kiri penderita. Penderita juga merasakan ada yang mengganjal dimata sejak terkena serpihan batu tersebut. Saat melihat sebuah benda, penderita seperti melihat ada selubung gelap yang menutupi bendah tersebut, dan disekitar bendah itu penderita melihat seperti berkunang-kunang.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU : Penyakit darah tinggi, jantung, paru, kencing manis, disangkal oleh penderita.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA : Riwayat penyakit keluarga, hanya penderita yang sakit seperti ini.

PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Pada pemeriksaan fisik dari penderita didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78 x/mnt, respirasi 20 x/mnt, suhu badan 36,4ºC paru, jantung dan abdomen dalam batas normal, ekstremitas akral hangat. Sikap penderita kooperatif, ekspresi wajah wajar dan respon baik. Refleks fundus +/+, refleks patologi -/-, motorik dan sensibilitas baik.

 PEMERIKSAAN KHUSUS/STATUS OFTALMIKUS

Pada pemeriksaan dengan Snellen Card didapatkan visus okulus sinistra 1/300 dan visus okulus dextra 6/7,5.

Hasil inspeksi pada OD didapatkan posisi bola mata normal, lakrimasi (-), palpebra dan margo palpebra normal. Konjungtiva palpebra, konjungtiva forniks dan konjungtiva bulbi tidak ada kelainan. Sklera normal, kornea jernih dan permukaannya rata, COA cukup dalam, iris normal, pupil bulat, refleks cahaya (+) dan lensa jernih.

Hasil inspeksi pada OS didapatkan posisi bola mata normal, lakrimasi (+), palpebra dan margo palpebra normal. Konjungtiva injeksi. Sklera normal, kornea terdapat laserasi, COA dangkal, iris prolaps, pupil ireguler, refleks cahaya (+) dan lensa jernih.

Pada palpasi ODS tidak didapatkan kelainan

Hasil pemeriksaan dengan slit lamp OD didapatkan. COA cukup dalam, iris normal dan lensa jernih. Sedangkan pada OS didapatkan laserasi kornea, COA dangkal, prolaps iris, pupil ireguler dan lensa jernih.

Diagnosis

Laserasi kornea + prolapse iris

PENANGANAN

Heckting laserasi kornea + prolapse iris

Ciprofloxam 500 mg 2x1 ½Floxa tiap jamAs. Mefenamat 3x1 klp

PROGNOSIS

Heckting laserasi kornea + prolapse iris

PROGNOSIS

Dubia ad bonam

DISKUSI Diagnosis laserasi kornea + prolapse iris okuli sinistra pada penderita ini

ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis.

Pada anamnesis didapatkan riwayat terkena serpihan batu pada mata saat penderita sedang bekerja di perkebunan. Penderita mengeluhkan penglihatan yang kabur, dan keluar air mata terus menerus. Selain itu penderita juga mengatakan bahwa saat melihat suatu objek penderita melihat ada sebuah selubung yang menghalangi objek tersebut, dan disekitarnya terlihat seperti berkunang-kunang. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa gejala klinis dari laserasi kornea berupa penderita mengeluhkan terkena benda tajam, air mata keluar terus menerus, penglihatan menurun. Dari anamnesis juga diketahui bahwa penderita bekerja sebagai pekerja perkebunan dan sering membersihkan rumput dengan mesin potong rumput tanpa menggunakan kacamata pelindung.

Hasil inspeksi pada OD didapatkan posisi bola mata normal, lakrimasi (-), palpebra dan margo palpebra normal. Konjungtiva palpebra, konjungtiva forniks dan konjungtiva bulbi tidak ada kelainan. Sklera normal, kornea jernih dan permukaannya rata, COA cukup dalam, iris normal, pupil bulat, refleks cahaya (+) dan lensa jernih.

Hasil inspeksi pada OS didapatkan posisi bola mata normal, lakrimasi (+), palpebra dan margo palpebra normal. Konjungtiva injeksi. Sklera normal, kornea terdapat laserasi, COA dangkal, iris prolaps, pupil ireguler, refleks cahaya (+) dan lensa jernih.

Pada palpasi ODS tidak didapatkan kelainan.

Hasil pemeriksaan dengan slit lamp OD didapatkan. COA cukup dalam, iris normal dan lensa jernih. Sedangkan pada OS didapatkan laserasi kornea, COA dangkal, prolaps iris, pupil ireguler dan lensa jernih.

Berdasarkan penanganannya prinsip laserasi kornea berupa mempertahankan bola mata dimana setiap kebocoran harus ditutup atau dijahit, setiap jaringan yang keluar digunting atau dibuang, mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika, tetes uap air, atau antibiotik sub konjungtiva, indektomi bila ada iris yang keluar, vitrektomi bila ada badan kaca yang prolapse, kornea yang mengalami robekan dijahit dengan interrupted yang berjarak 2mm secara laneral.

Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam. Penderita dianjurkan untuk selalu memakai kacamata pelindung jika melakukan pekerjaan di perkebunan

TERIMA KASIH