lapkas forensik abortus

46
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah desakan berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula saat kehidupan itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Sebab ketentuan yang demikian itu, akan sangat erat kaitannya dengan kontribusi yang hendak diberikannya kepada peradilan khususnya dalam menentukan adanya tindak pidana “Aborsi”. 1 Negara-negara di Eropa barat umumnya mengancam perbuatan pengguguran kandungan dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis (bahaya maut atau bahaya kesehatan yang parah bagi si ibu, yang bila dilanjutkan akan membahayakan diri si ibu, atau bahaya kelainan kongenital yang hebat). Amerika melarang penguguran kandungan yang ilegal, yaitu selain yang dilakukan dokter di Rumah Sakit dengan prosedur tertentu. Sedangkan Jepang membolehkan abortus tanpa pembatasan tertentu. Bahkan di negara-negara Eropa Timur, abortus diperbolehkan bila dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit tanpa keharusan membayar biayanya. Di Jerman Barat, pengguguran kandungan usia 14 hari hingga 1

Upload: apul-munte

Post on 28-Jun-2015

764 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: lapkas forensik abortus

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

          Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran

adalah desakan berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah

kehidupan dan pula saat kehidupan itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan

secepatnya. Sebab ketentuan yang demikian itu, akan sangat erat kaitannya

dengan kontribusi yang hendak diberikannya kepada peradilan khususnya dalam

menentukan adanya tindak pidana “Aborsi”.1

          Negara-negara di Eropa barat umumnya mengancam perbuatan

pengguguran kandungan dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis

(bahaya maut atau bahaya kesehatan yang parah bagi si ibu, yang bila dilanjutkan

akan membahayakan diri si ibu, atau bahaya kelainan kongenital yang hebat).

Amerika melarang penguguran kandungan yang ilegal, yaitu selain yang

dilakukan dokter di Rumah Sakit dengan prosedur tertentu. Sedangkan Jepang

membolehkan abortus tanpa pembatasan tertentu. Bahkan di negara-negara Eropa

Timur, abortus diperbolehkan bila dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit tanpa

keharusan membayar biayanya. Di Jerman Barat, pengguguran kandungan usia 14

hari hingga 3 bulan, dengan izin si wanita, atas anjuran dokter dan dilakukan oleh

dokter, tidak diancam hukuman. 1

          Kasus abortus di Indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si

ibu yang merupakan korban juga sebagai ‘pelaku’ sehingga sukar diharapkan

adanya laporan abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya

bila terjadi komplikasi (si ibu sakit berat/mati) atau bila ada pengaduan dari si ibu

atau suaminya (dalam hal izin). Abortus atau pengguguran kandungan selalu

menjadi permasalahan dari masa ke masa. Dari segi kesehatan secara alami terjadi

keguguran pada 10 – 15 % kehamilan. Di lain pihak ada keadaan yang memaksa

pengguguran kandungan yang harus ditempuh (provokasi) untuk menyelamatkan

nyawa ibu hamil, tetapi banyak pula pengguguran dilakukan bukan untuk tujuan

1

Page 2: lapkas forensik abortus

ini. Yang terakhir inilah yang menjadi permasalahan karena dalam pandangan

masyarakat, hukum dan agama tindakan abortus bertentangan dengan kaidah yang

baik. 1

          Dikatakan klasik karena dari dahulu sampai sekarang kehadiran kehidupan

baru ini tetap menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai, yaitu antara insan

yang didambakan dengan yang tidak. Ini sama klasiknya dengan euthanasia yaitu

permasalahan yang dihadapi di akhir kehidupan.2

          Dalam KUHP tidak terdapat ketentuan yang membolehkan tindakan

abortus, termasuk untuk menyelamatkan jiwa si ibu. Yang ada hanya ketentuan

yang melarang dilakukan pengguguran kandungan seperti diatur dalam KUHP

pasal 299, 346, 347 dan 348. baru sejak tahun 1992 dalam Undang-Undang no. 23

tahun 1992 tentang Kesehatan dijelaskan bahwa pengguguran kandungan dapat

dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi, tetapi sampai sekarang petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk tehnis berupa Peraturan Pemerintah dan peraturan lain

masih belum diterbitkan. 2

          Permasalahan abortus tidak hanya berkaitan dengan bidang kedokteran

forensik, tetapi juga berkaitan dengan hukum kesehatan. Perbedaan intinya adalah

dalam hukum kesehatan lebih tertuju pada ketentuan hukum yang mengatur dalam

keadaan apa, dimana, oleh siapa pengguguran dapat dilakukan, sementara dalam

bidang kedokteran forensik tertuju kepada pemeriksaan dan pembuktian

bagaimana pengguguran kandungan dilakukan, kapan, berapa umur bayi dan lain-

lain. 2

1.2 Tujuan dan Manfaat

Laporan kasus ini diselesaikan guna melengkapi tugas dalam menjalani

program pendidikan profesi dokter di Departemen Ilmu Forensik, selain itu untuk

memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai Abortus

terutama yang berkaitan dengan dunia forensik.

2

Page 3: lapkas forensik abortus

BAB 2

ISI

2.1 Definisi

          Dalam pengertian medis, abortus adalah gugur kandungan atau keguguran

dimana keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat

hidup sendiri di luar kandungan. Batas umur kandungan yang dapat diterima

didalam abortus adalah ada yang mengatakan sebelum 28 minggu dan berat badan

fetus yang keluar kurang dari 1000 gram, ada juga yang mengatakan sebelum 20

minggu dan berat badan fetus kurang dari 500 gram. 1,2,3

Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar

kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena

jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat

hidup terus, maka oleh karena itu abortus dianggap sebagai pengakhiran

kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan kurang

dari 20 minggu. 3

Dalam obstetrik klinik untuk berakhirnya suatu kandungan ada beberapa

sebutan : 2

1. Abortus, lahir dibawah umur 20 minggu (sebelum minggu ke-16), masih

berbentuk embrio (mudigah), berat kurang dari 500 gram.

2. Partus Immaturus, lahir sebelum 28 minggu, berat badan di bawah 1500

gram berbentuk janin (foetus), harapan untuk hidup kecil sekali.

3. Partus Prematurus, lahir sebelum bayi cukup umur dengan berat di bawah

2500 gram, harapan hidup lebih baik walaupun tanpa perawatan khusus.

4. Partus Maturus (aterm), cukup umur, 36-40 minggu, berat dari 2500-3500

gram atau lebih, panjang 15-50 cm.

5. Partus Serotinus, umur lebih dari 40 minggu. Bila lebih dari 42 minggu,

kesehatan plasenta kembali menurun dan bayi harus dikeluarkan, bila tidak

3

Page 4: lapkas forensik abortus

bisa mengancam kehidupannya, dengan memberikan obat pada ibu untuk

memicu kontraksi rahim, his.

Secara klinis di bidang medis dikenal istilah-istilah abortus sebagai berikut

:2

a) Abortus Imminens, atau keguguran mengancam. Pasien pada

umumnya dirawat untuk menyelamatkan kehamilannya, walaupun tidak

selalu berhasil.

b) Abortus Insipiens, atau keguguran berlangsung atau dalam proses

keguguran dan tidak dapat dicegah lagi

c) Abortus Incompletus, atau keguguran tidak lengkap. Sebagian

buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian lagi belum, biasanya ari-ari

masih tertinggal dalam rahim

d) Abortus Completus, atau keguguran lengkap. Apabila seluruh

buah kehamilan telah dilahirkan secara lengkap

e) Missed Abortion, atau keguguran tertunda, ialah keadaan dimana

janin telah mati di dalam rahim sebelum minggu ke-22 kemudian tertahan

di dalam selama 2 bulan atau lebih

f) Abortus Habitualis, atau keguguran berulang, ialah abortus yang

telah berulang dan terjadi tiga kali berturut-turut

Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan

menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa

melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran

kehamilan tersebut lahir hidup atau mati (yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April

1898). Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu penngguguran kehamilan

dilakukan, kandugan tersebut masih hidup (HR 1 November1897, HR 12 April

1898). Pengertian penguguran kandungan menurut hokum tentu saja berbeda

dengan pengertian pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya factor

kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan. 1

2.2 Epidemiologi

4

Page 5: lapkas forensik abortus

Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak

dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang

hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak

diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan

frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka

50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa

hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Di

Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun. Dengan demikian setiap

tahun 500.000-750.000 abortus spontan. Jatipura dkk memperoleh 31,4% abortus

per 100 kehamilan di RSCM selama 1972-1975 2,3

Sulit untuk mendapatkan data tentang abortus buatan (selanjutnya akan

ditulis : abortus) di Indonesia. Paling sedikit ada dua sebabnya. Yang pertama,

abortus dilakukan secara sembunyi. Yang kedua, bila timbul komplikasi hanya

dilaporkan komplikasinya saja, tidak abortusnya. Budi Utomo dkk

memperhitungkan angka abortus spontan menurut WHO (15-20 per 100

kehamilan), menyimpulkan bahwa kira-kira separuh dari abortus tersebut adalah

provokatus. Knight menyatakan bahwa abortus provokatus terjadi pada kira-kira

40% dari seluruh abortus, meskipun angka tersebut sebenarnya bervariasi. 2,3

Dengan menggunakan Randomized Response Technique, Saifuddin dan

Bachtiar menemukan bahwa hampir sepertiga dari wanita yang datang ke

Poliklinik Kebidanan di RS Cipto Mangunkusumo pernah melakukan abortus. 3

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus

dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian : 3

- 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura

- antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia

- antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina

- antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand

Tidak dikemukakan perkiraan tentang abortus di Kamboja, Laos dan

Myanmar. 3

Hasil survei yang diselenggarakan oleh suatu lembaga penelitian di New

York yang dimuat dalam International Family Planning Perspectives, Juni 1997,

5

Page 6: lapkas forensik abortus

memberikan gambaran lebih lanjut tentang abortus di Asia Selatan dan Asia

Tenggara, termasuk Indonesia. Abortus di Indonesia dilakukan Baik di daerah

perkotaan maupun pedesaan. Dan dilakukan tidak hanya oleh mereka yang

mampu tapi juga oleh mereka yang kurang mampu. 3

Di perkotaan abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/

perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di

pedesaan abortus dilakukan 13-26% oleh dokter, 18-26% oleh bidan/perawat, 31-

47% oleh dukun dan 17-22% dilakukan sendiri. 3

Survei yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan, Surabaya dan

Denpasar menunjukkan bahwa abortus dilakukan 89% pada wanita yang sudah

menikah, 11% pada wanita yang belum menikah dengan perincian: 45% akan

menikah kemudian, 55% belum ada rencana menikah. Sedangkan golongan umur

mereka yang melakukan abortus: 34% berusia antara 30-46 tahun, 51% berusia

antara 20-29 tahun dan sisanya 15% berusia di bawah 20 tahun. 3

2.3 Klasifikasi

Secara umum abortus dapat dibagi atas 2 macam, yaitu : 1)  Abortus alami

(natural, spontan), merupakan 10-12% dari semua kasus abortus; dan 2) Abortus

buatan (provocation), merupakan 80% dari semua kasus abortus. Selanjutnya

dikenal dua bentuk abortus provokatus yaitu: 1) abortus provokatus terapetikus

(legal); dan 2) abortus provokatus kriminalis. 1,2,3

Abortus buatan legal artinya pelaku abortus dapat melakukan tanpa ada

sanksi hukum. Indikasi dalam keadaan apa saja abortus legal ini dapat dilakukan

mempunyai rentang panjang, yaitu dari indikasi yang sempit (absolut, terbatas

hanya untuk menyelamatkan jiwa ibu) sampai luas (cukup hanya atas permintaan),

tergantung dari kebijaksanaan masing-masing negara.

          Menurut proses terjadinya abortus dapat dibagi menjadi empat macam tipe,

yaitu : 2

1. Abortus yang terjadi secara spontan atau natural

Hal mana dapat disebabkan karena adanya kelainan dari mudigah atau

fetus maupun adanya penyakit pada ibu. Diperkirakan antara 10-20% dari

6

Page 7: lapkas forensik abortus

kehamilan akan berakhir dengan abortus secara spontan, dan secara yuridis tidak

membawa implikasi apa-apa. Sekitar 1/3 dari fetus yang dikeluarkan tersebut

perkembangannya normal tidak terdapat kelainan.

2. Abortus yang terjadi akibat kecelakaan

Seorang ibu yang sedang hamil bila mengalami rudapaksa, khususnya

rudapaksa di daerah perut, akan dapat mengalami abortus; yang biasanya disertai

dengan perdarahan yang hebat. Kecelakaan yang dapat terjadi karena si ibu

terpukul, shock atau rudapaksa lain pada daerah perut, hal mana biasanya jarang

terjadi kecuali bila si-ibu mendapat luka yang berat. Abortus yang demikian

kadang-kadang mempunyai implikasi yuridis, perlu penyidikan akan kejadiannya.

3. Abortus provokatus medicinalis atau abortus terapeutik

Yaitu penghentian kehamilan dengan tujuan agar kesehatan si-ibu baik

agar nyawanya dapat diselamatkan. Abortus yang dilakukan atas dasar

pengobatan (indikasi medis), biasanya baru dikerjakan bila kehamilan

mengganggu kesehatan atau membahayakan nyawa si ibu, misalnya bila si ibu

menderita kanker atau penyakit lain yang akan mendatangkan bahaya maut bila

kehamilan tidak dihentikan.

Dengan adanya kemajuan di dalam dunia kedokteran, khususnya kemajuan

pengobatan maka kriteria penyakit yang membahayakan atau dapat menyebabkan

kematian si ibu akan selalu mengalami perubahan, hal mana tentunya akan

memberi pengaruh didalam penyidikan khususnya perundang-undangan pada

umumnya, demikian pula dengan definisi sehat menurut WHO dimana selain

sehat dalam arti jasmani/fisik juga termasuk sehat dalam arti kata rohani dan

keadaan sosial-ekonomi dari si ibu. Dengan demikian didalam menghadapi kasus

semacam ini penyidik harus memahami permasalahan, bila perlu penyidik

meminta bantuan kepada organisasi proteksi yang bersangkutan.

4. Abortus provokatus kriminalis atau abortus kriminalis

7

Page 8: lapkas forensik abortus

Yaitu tindakan abortus yang tidak mempunyai alasan medis yang dapat

dipertanggungjawabkan atau tanpa mempunyai arti medis yang bermakna. Jelas

tindakan penguguran kandungan di sini semaa-mata untuk tujuan yang tidak baik

dan melawan hukum. Tindakan abortus tidak bisa dipertanggungjawabkan secara

medis, dan dilakukan hanya untuk kepentingan si-pelaku, walaupun ada

kepentingan juga dari si-ibu yang malu akan kehamilannya. Kejahatan jenis ini

sulit untuk melacaknya oleh karena kedua belah pihak menginginkan agar abortus

dapat terlaksana dengan baik (crime without victim, walaupun sebenarnya

korbannya ada yaitu bayi yang dikandung).

2.4 Abortus Provokatus Terapeutik

          Di klinik, untuk menolong nyawa si ibu, kadang-kadang kandungan perlu

diakhiri. Indikasi untuk pengguguran ini, abortus terapeutik, harus ditentukan oleh

dua orang dokter: seorang ahli kandungan dan seorang ahli penyakit dalam atau

ahli penyakit jantung. Dalam hal ini sangat diperlukan persetujuan tertulis yang

bersangkutan dan suami. 2,3

          Indikasi untuk melakukan abortus terapeutik di rumah sakit yang

perlengkapannya moderen adalah lebih terbatas atau lebih sempit dari rumah sakit

daerah atau puskesmas. Dalam melakukan abortus terapeutik dokter tidak

dipidanakan karena alasan pemaaf tersebut dalam KUHP pasal 48. 2,3

          Di luar negeri indikasi dilakukan aborsi terapeutika antara lain: (i) indikasi

obstetri: (a) eklampsia berat, kelainan hipertensi (konvulsi dan koma), (b) kondisi

psikiatri seperti depresi, kecenderungan bunuh diri dan keadaan skizofrenik, (c)

kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita dengan kelainan mental, (ii) kondisi

keganasan: karsinoma serviks yang invasif, karsinoma ovarium dan kanker

payudara dengan metastasis, (iii) kondisi kardiovaskular: penyakit katub jantung,

gagal jantung, penyakit jantung kongenital, fibrilasi atrium dan hipertensi, (iv)

kondisi respiratorik: insufisiensi respiratorik pada penyakit paru seperti bronkitis

kronis dan asma, (v) kondisi saluran pencernaan: ulkus peptikum, kolitis ulseratif

dengan perforasi dan perdarahan, pankreatitis dan hepatitis akut, (vi) kondisi

renal: sindroma nefrotik, (vii) kondisi endokrin dan metabolik: diabetes mellitus,

8

Page 9: lapkas forensik abortus

tumor paratyroid dan osteomalasia, (viii) kondisi neurologis:tumor spinal dan

serebral, epilepsi rekuren, paraplegia spastik herediter dan myasthenia gravis, (ix)

kondisi psikologis dan emosional: (a) ketika anak tersebut tidak diinginkan dan

merupakan hasil dari incest dan pemerkosaan (b) ketika pasien menderita neurosis

berat dan kecenderungan untuk bunuh diri, (x) kondisi yang menyebabkan

abnormalitas fetal: (a) kondisi infeksi (Rubella, Mumps), (b) ibu yang terpapar

obat-obatan berbahaya (Thalidomide, androgens dan estrogen), (c)

inkompatibilitas rhesus, (d) Down’s syndrome (Mongolism). 4

Pada trimester pertama metode yang digunakan dapat menggunakan obat-

obatan maupun melalui terapi bedah. Obat-obatan yang digunakan adalah: (i)

prostaglandin, PGE1 dan PGE2 efektif dalam menimbulkan kontraksi uterus, (ii)

Antiprogesteron dengan menghambat reseptor progesteron, sehingga menghambat

efek biologis progesteron pada uterus, obat yang efektif digunakan seperti

Mifepristone (RU-486). Untuk terapi surgikal dapat dilakukan (i) aspirasi vakum,

(ii) Dilatasi dan Kuretase. 4,5

Pada trimester kedua, metode medis yang digunakan adalah salah satu atau

kombinasi dari instilasi intrauteri dari larutan saline hipertonik (NaCl 20%) atau

urea atau rivanol dan prostaglandin melalui berbagai rute. Larutan ini dapat

dimasukkan ke dalam kantung amnion dari fetus ataupun ke ruang ekstraovular

(extra-amnion). Metode bedah yang dilakukan dapat termasuk: (i) Dilatasi dan

kuretase, (ii) Histerotomi, (iii) Histerektomi. 4,5

2.5 Abortus Provokatus Kriminalis

          Abortus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja dilakukan

untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu tanpa adanya

indikasi terapeutik. Secara hukum tindakan ini melanggar ketentuan yang

berlaku.2

          Abortus kriminal dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau dengan

bantuan orang lain (dokter, bidan, perawat, dukun beranak dan lain-lain).

Tindakan ini biasanya dilakukan sejak yang bersangkutan terlambat datang bulan

dan curiga akibat hamil. Biasanya kecurigaan ini datang pada minggu ke-5 sampai

9

Page 10: lapkas forensik abortus

minggu ke-10. Pada waktu ini mungkin disertai gejala mual pagi hari (morning

sickness). Sekarang kecurigaan adanya kehamilan dapat diketahui lebih dini

karena sudah ada alat tes kehamilan yang dapat mendiagnosa kehamilan secara

pasti. 2,4

2.6 Metode Abortus Buatan

Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus

provokatus kriminalis yang perlu diketahui, oleh karena berkaitan dengan

komplikasi yang terjadi dan bermanfaat di dalam melakukan penyidikan serta

pemeriksaan mayat untuk menjelaskan adanya hubungan antara tindakan abortus

itu sendiri dengan kematian yang terjadi pada si-ibu. Berdasarkan survey cara

abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah berturut-turut: kuret

isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%) sertas prostaglandin / suntikan (4%).

Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon (8%),

jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%) dan pemijatan (79%).3

a. Kekerasan mekanik 4,5

(1) Umum: Metode ini dilakukan secara langsung pada

uterus atau tidak langsung dengan menyebabkan kongesti dari organ-organ

pelvis dan menyebabkan perdarahan diantara uterus dan membrane pelvis.

Metode ini seperti: (i) penekanan berat pada abdomen seperti pemukulan,

penendangan, pengurutan dan melompat-lompat (ii) aktifitas berlebihan

seperti mengenderai sepeda, berkendara pada jalanan yang rusak berat,

meloncat dari ketinggian, mengangkat benda berat (iii) Cupping: meletakkan

sebuah sumbu api pada area hipogastrium dan menutupnya dengan sebuah

mangkuk yang kemudian menyebabkan penarikan oleh mangkuk tersebut

yang menyebabkan separasi dari plasenta dibawahnya. Metode ini digunakan

pada kehamilan lanjut, (iv) mandi dengan air hangat dan dingin bergantian,

(vi) mengurut uterus pada dinding abdomen

(2) Lokal: yaitu kekerasan yang dilakukan dari dalam

dengan manipulasi vagina dan uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri,

10

Page 11: lapkas forensik abortus

misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio,

pemasangan laminaria stif atau kateter kedalam serviks, manipulasi serviks

dengan jari tangan, manipulasi uterus dengan melakukan pemecahan selaput

amnion atau penyuntukan ke dalam uterus.

b. Obat-obatan Abortifasien

Dalam masyarakat penggunaan obat tradisional seperti nenas muda, jamu

peluntur dan lain-lain sudah lama dikenal. Melalui iklan promosi obat di media

elektronik beberapa obat peluntur ditawarkan secara terselubung, misalnya obat

terlambat datang bulan; dilarang untuk wanita hamil dan lain-lain. Abortivum,

obat yang sering dipakai di masyarakat awam untuk pengguguran dapat dibagi

dalam beberapa golongan: 1,4,5

1. Emmenogogues: obat yang merangsang atau meningkatkan aliran darah

menstruasi (obat peluruh haid) seperti apiol, minyak pala, oleum rutae. 

2. Ecbolics: obat ini membuat kontraksi uterus seperti derivat ergot, kinina,

ekstrak pituitari, estrogen sintetik dan strychnine. Obat-obatan ini, untuk

tujuan abortivum harus dipergunakan dalam dosis tinggi sehingga dapat

menimbulkan bahaya. 

3. Obat yang bekerja pada traktus gastrointestinal yang menyebabkan muntah

(emetikum) seperti asam tartar, obat ini menyebabkan eksitasi uterus untuk

berkontraksi dengan adanya kontraksi paksa dari lambung dan kolon serta

juga dapat menyebabkan hyperemia.

4. Obat yang bekerja melalui traktus digestivus bekerja sebagai pencahar

(purgative) seperti, castor oil, croton oil dan magnesium sulphate dan lain-

lain, menyebabkan peredaran darah di daerah pelvik meningkat, sehingga

mempengaruhi hasil konsepsi.

5. Obat-obat bersifat iritan pada traktus genitourinarius yang mempengaruhi

refleks kontraksi uterus seperti Tansy oil, turpentine oil,

ekstrak cantharidium (dalam dosis besar menyebabkan inflamasi pada

ginjal dan albuminuria), kalium permanganas (120-300 ml per vaginam)

menyebabkan inflamasi dan perdarahan oleh karena erosi pembuluh darah.

11

Page 12: lapkas forensik abortus

6. Obat-obat iritan yang bersifat racun, seperti (i) iritan inorganic metalik

seperti timah, antimony, arsenik, fosforus, mercuri, (ii) iritan organic

seperti ppepaya, nenas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, akar

Plumago rosea dan jus calotropis, (iii) Abortion pill F-6103 yang

dikembangkan di Swedia yang mengandung diphenyl-ephylene dan juga

pil berbahaya lainnya.

          Obat atau jamu yang mujarab untuk pengguguran tidak ada, kebanyakan

obat malah menyebabkan si ibu mengalami intoksikasi.

c. Instrumen

Instrumen-instrumen yang digunakan untuk aborsi dilakukan dengan berbagai

mekanisme: 4,5

(1) Menyebabkan rupturnya membran: hal ini dapat terjadi dengan

memasukkan alat-alat seperti sonde uterus, kateter, penjepit rambut, tongkat,

jarum merajut, dan bahkan jari tangan. Pasien bisa datang ke dokter dengan

alasan bahwa uterusnya mengalami displacement, oleh karena itu dokter yang

tidak hati-hati dapat menyebabkan aborsi dengan memasukkan sonde uterus.

Pada kasus ini, dokter diharapkan harus yakin dahulu bahwa pasien tidak

hamil.

(2) Menyebabkan dilatasi serviks:: Sebuah akar tanaman bernama

Slippery elm, pohon yang tumbuh di Amerika Tengah dan Utara digunakan

untuk mendilatasi serviks. Sebuah potongan kayu ini dengan ketebalan sekitar

3 mm dimasukkan kedalam kanalis serviks dan dibiarkan, yang kemudian

akan menyerap kelembapan dan sekret vagina sehingga kayu ini akan

membengkak dan mendilatasi kanalis serviks yang menyebabkan aborsi.

Benda lain yang dapat juga digunakan seperti spons yang telah dipadatkan.

Metode ini memiliki kerugian tidak higienis dan beresiko terjadi infeksi.

Kadang-kadang jika tidak hati-hati tongkat kayu ini dapat menusuk bladder

dan uretra.

(3) Abortion stick: tongkat aborsi adalah kayu atau bambu kecil

dengan panjang 12 sampai 18 cm dimana salah satu ujungnya dibungkus

12

Page 13: lapkas forensik abortus

dengan kapas atau rombengan yang dibalut dengan campuran zat-zat seperti

calotropis, arsen, sulfat, timah, dan lain-lain.

(4) Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan

menggunakan Higginson type syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun,

desinfektan atau air biasa/ air panas. Campuran air dan udara ini dimasukkan

secara paksa ke dalam kavum uteri dengan tekanan tinggi dibandingkan

dengan vena uterus. Cairan ini menyebabkan lepasnya kantung amnion dan

plasenta dari dinding uterus. Uterus kemudian akan berkontraksi

menyebabkan perdarahan dan aborsi. Penyemprotan ini berbahaya dapat

menyebabkan inhibisi vagal akibat air dingin dan juga emboli udara.

(5) Listrik: Pengaliran listrik dimana kutub negatif pada serviks dan

kutub positif pada daerah pembuluh darah sakrum ataupun lumbal yang

menyebabkan kontraksi uterus.

Menurut referensi lain ada tiga kelompok besar cara untuk melakukan

abortus buatan (provokatus) yaitu: 3

1. Dengan obat-obatan :

a. Antiprogestin

Dikenal dengan nama pil RU 486. Pil ini menimbulkan abortus dengan

mencairkan corpus luteum yang berfungsi mempertahankan kehamilan

muda. Biasanya digabung dengan prostaglandin.

b. Methotrexate.

Biasanya digabung dengan prostaglandin.

c. Prostaglandin.

Khasiatnya membuat rahim berkontraksi dan mengeluarkan isinya.

d. Larutan garam hipertonik.

Menyebabkan tekanan dalam rahim meningkat yang pada gilirannya

menye-babkan rahim berkontraksi dan mengeluarkan janin.

e. Oksitosin.

Khasiatnya menyebabkan rahim berkontraksi.

13

Page 14: lapkas forensik abortus

Saat ini banyak dipakai obat-obat yang mengandung hormon estrogen dan

progestin untuk mereka yang terlambat haid. Sebenarnya obat-obat tersebut tidak

berkhasiat menggugurkan kandungan (abortus), tetapi hanya menimbulkan haid

bila tidak ada kehamilan. Jadi sifatnya hanya sebagam “tester”.

2. Dengan tindakan medik yaitu dengan:

b. Dilatasi dan Kuretase (D & K)

c. Penyedotan (suction curettage)

d. Dilatasi bertahap

e. Penggaraman (cairan garam hipertonik)

f. Histerotomi

3. Dengan cara tradisional yaitu seperti:

a. Melakukan kegiatan fisik yang berat/berlebihan seperti meloncat,

mengangkat barang berat.

b. Memasukkan daun atau batang tanaman tertentu ke dalam rahim.

c. Minum obat-obat tradisional seperti jamu.

Selain itu metode-metode yang dipergunakan biasanya disesuaikan dengan

umur kehamilan, semakin tua umur kehamilan semakin tinggi resikonya. Hal ini

perlu diketahui penyidik dalam kaitannya dengan pengumpulan barang-barang

bukti.

2. Pada umur kehamilan sampai dengan 4 minggu 

- Kerja fisik yang berlebihan

- Mandi air panas

- Melakukan kekerasan pada daerah perut

- Pemberian obat pencahar

- Pemberian obat-obatan dan bahan-bahan kimia

- “electric shock” untuk merangsang rahim

- Menyemprotkan cairan ke dalam liang vagina

3. Pada umur kehamilan sampai dengan 8 minggu 

14

Page 15: lapkas forensik abortus

- Pemberian obat-obatan yang merangsang otot rahim dan pencahar

agar terjadi peningkatan “menstrual flow”, dan preparat hormonal

guna mengganggu keseimbangan hormonal

- Penyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi separasi dari

placenta dan amnion, atau menyuntikkan cairan yang mengandung

karbol (carbolic acid)

- Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim, seperti kateter

atau pinsil dengan maksud agar terjadi dilatasi mulut rahim yang

dapat berakhir dengan abortus

4. Pada umur kehamilan antara 12 – 16 minggu

- Menusuk kandungan

- Melepaskan fetus

- Memasukkan pasta atau cairan sabun

- Dengan instrumen ; kuret

2.7 Komplikasi

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu

disebabkan oleh abortus. Komplikasi abortus berupa perdarahan atau infeksi dapat

menyebabkan kematian. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan,

keracunan kehamilan dan infeksi. Angka Kematian lbu (AKI) di Indonesia masih

tinggi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 1994), AKI di

Indonesia 390/100.000 kelahiran hidup. Tidak ada data yang pasti tentang berapa

besarnya dampak abortus terhadap kesehatan ibu. 3 Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun:

- dilakukan 20 juta unsafe abortion.

- 70.000 wanita meninggal akibat unsafe abortion.

- 1 diantara 8 kematian ibu disebabkan unsafè abortion.

Yang dimaksud dengan unsafe abortion adalah abortus yang dilakukan

oleh orang yang tidak terlatih/ kompeten sehingga menimbulkankan banyak

komplikasi bahkan kematian. 3

15

Page 16: lapkas forensik abortus

Komplikasi yang dapat terjadi pada si-ibu adalah terjadinya perdarahan

hebat, kejang, infeksi dan kematian. Kematian dapat berlangsung dengan cepat,

hal mana disebabkan oleh karena terjadinya syok vagal (kematian secara refleks

akibat perangsangan pada daerah rahim dan genitalia pada umumnya), pendarahan

hebat dan terjadinya emboli udara (udara masuk ke dalam pembuluh balik dari

luka-luka pada daerah rahim menuju jantung dan menyumbat pembuluh nadi

paru-paru). Adapun komplikasi-komplikasi tersebut diantaranya

dikelompokkan:4,5

a. Komplikasi Segera 4,5

(1) Syok dan Perdarahan: perdarahan akibat luka pada jalan lahir,

atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diastesa hemoragik dan lain-lain.

Perdarahan dapat timbul pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah

tindakan. Tidak seperti pada zaman dahulu, komplikasi ini kini jarang

mendatangkan kematian. Hal ini disebabkan pengertian masyarakat tentang

kesehatan yang telah meningkat.

(2) Refleks Vagal: Komplikasi ini hampir selalu terjadi pada tindakan

abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stres, gelisah

dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan

secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin yang

mengenai serviks dan segmen uterus bagian bawah. Refleks vagal ini dappat

menyebabkan henti jantung secara tiba-tiba.

(3) Emboli Udara: emboli udara dapat terjadi pada teknik

penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu

penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus,

sedangkan di saat yang sama sistem vena endometrium dalam keadaan

terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak dapat menyebakna

kematian, sedangkan jumlah sebanyak 70-100 mL dilaporkan sudah dapat

mematikan dengan segera (dilaporkan kolaps dalam 10 menit).

16

Page 17: lapkas forensik abortus

(4) Emboli cairan amnion: cairan ini mengandung skuama-skuama

fetus, lanugo, material verniks, sel-sel dari korion dan amnion, mekonium, dan

detritus seluler lainnya. Cairan ini kemudian masuk ke dalam vena uterus dan

mencapai jantung kanan dan mengakibatkan berbagai komplikasi dengan

mekanisme: (i) reaksi anafilaksis terhadap komponen cairan amnion, (ii)

Blokade mekanik sirkulasi pulmoner pada emboli yang masif, (iii)

disseminated intravascular coagulation (DIC) akibat pembebasan

tromboplastin oleh cairan amnion, (iv) manifestasi perdarahan akibat

trombositopenia dan afibrinogenemia.

b. Komplikasi Tertunda 4,5

(1) Septikemia dan pyaemia: sepsis dapat terjadi oleh lingkungan yang

kotor, instrumen yang kotor, dan adanya perforasi, Sepsis dapat diakibatkan

oleh berbagai organisme seperti Clostridium welchii, Clostridium tetani, E.

Coli, golongan staphylococcus dan streptococcus. Sepsis ini kemudian dapat

menyebabkan terjadinya hepatorenal failure.

(2) Tetanus: disebabkan oleh Clostridium tetani, dapat terjadi dalam 3

hari sampai 3 minggu.

(3) Komplikasi lain: seperti peritonitis dan toxaemia.

c. Komplikasi Jangka Panjang 4,5

Komplikasi ini terjadi jauh dikemudian hari seperti jaundice dan supresi

renal, endokarditis bakterial, emboli paru, pneumonia, empyema, meningitis, efek

racun obat-obatan yang digunakan untuk aborsi.

2.8 Pemeriksaan Forensik

2.8.1 Pemeriksaan Korban Hidup

Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah

mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha penghentian kehamilan,

pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, terhadap

17

Page 18: lapkas forensik abortus

jaringan dan janin yang mati serta menentukan cara pengguguran yang dilakukan

serta sudah berapa lama melahirkan.2,6

Pemeriksaan test kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah

bayi dikeluarkan dari kandungan, dimana serum dan urin wanita memberikan

hasil positif untuk hCG sampai sekitar 7-10 hari. Tanda-tanda kehamilan pada

wanita dapat dijumpai adanya colostrum pada peremasan buah dada, nyeri tekan

di daerah perut, kongesti pada labia mayor, labia minor dan serviks, tanda-tanda

ini biasanya tidak mudah dijumpai bila kehamilan masih muda. Bila segera

sesudah melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya

perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan,

bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama. Pada masa kini bila

diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk pemastian hubungan ibu dan

janin.2,5

Tanda-tanda adanya pengguguran harus dicari serta cara pengguguran

tersebut. Pemeriksaan luar pada perineum, genitalia eksternal dan vagina harus

diteliti dengan baik untuk melihat adanya tanda-tanda luka seperti abrasi, laserasi,

memar dan lain-lain. Kondisi ostium serviks juga harus diamati, dimana masih

dalam keadaan dilatasi dalam beberapa hari. Besarnya dilatasi bergantung pada

ukuran fetus yang dikeluarkan. Pada os juga bisa tampak abrasi/laserasi/memar

akibat instrumentasi. Adanya perlukaan, tanda bekas forsep ataupun instrumen

yang lainnya di sekitar genitalia harus diamati juga. Kalau perlu karakter serta

jumlah sekret vagina dapat diteliti mencari tanda-tanda serta cara aborsi. 5

Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat

yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap

hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD – kematian janin

di dalam rahim dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan.1

2.8.2 Pemeriksaan Post Mortem

Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara

melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian.

Abortus yang dilakukan oleh ahli yang trampil mungkin tidak meninggalkan

bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang

18

Page 19: lapkas forensik abortus

timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus

kriminal.6

Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam

(autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada :2

1. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk

itu diperiksa :

a. payudara secara makros maupun mikroskopik

b. ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara

mikroskopik

c. uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara

mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua.

2. Mencari tanda-tanda cara abortus provocatus yang dilakukan.

a. Mencari tanda-tanda kekerasan local seperti memar, luka,

perdarahan pada jalan lahir.

b. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak

steril.

c. Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum

uteri.

3. Menentukan sebab kematian. Apakah karena perdarahan, infeksi, syok,

emboli udara, emboli cairan atau emboli lemak.

Pada korban mati, dilakukan pemeriksaan luar, pembedahan jenazah,

pemeriksaan toksikologik (ambil darah dari jantung) bila terdapat cairan dalam

rongga perut atau kecurigaan lain, dan pemeriksaan mikroskopik untuk mencari

adanya sel trofoblast, kerusakan jaringan, dan sel radang. Pada autopsi dilihat

adakah pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi pada uterus. Periksa genitalia

eksterna apakah pucat, kongesti atau memar. Lakukan pula tes emboli udara pada

vena kava inferior dan jantung. Ambil darah dari jantung (segera setelah tes

emboli) untuk pemeriksaan toksikologi. Uterus diiris mendatar dengan jarak antar

irisan 1 cm untuk deteksi perdarahan dari bawah. Ambil urin untuk tes kehamilan

dan toksikologik. Pemeriksaan organ lain seperti biasa. 2,6

19

Page 20: lapkas forensik abortus

Pada pemeriksaan dalam akan dijumpai:

(1) Uterus: Ukuran uterus harus diamati, juga dilihat apakah

membesar, lembut dan kongesti. Dinding uterus dapat menunjukkan adanya

penebalan pada pemotongan longitudinal. Rongga uterus dapat menunjukkan

adanya sebagian produk konsepsi yang tertinggal. Uterus dari wanita tidak

hamil berukuran sekitar, berat 40 g, panjang 7,0 cm, lebar 5,0 cm dan tebal 2,0

cm. Kemudian panjang menjadi 10 cm pada kehamilan akhir bulan ketiga,

12,5 cm pada akhir bulan keempat, 16 cm pada akhir bulan keenam, 20 cm

pada akhir bulan kedelapan dan 27 cm pada akhir bulan kesembilan. Uterus

juga dapat menunjukkan adanya perforasi. Endometrium menunjukkan tanda-

tanda dilakukannya kuretase (penyendokan). Plasenta dapat masih tertinggal

bila evakuasi tidak bersih. Pada kasus penggunaan bahan-bahan kimia,

permukaan uterus bagian dalam dapat mengalami perubahan warna akibat

warna dari zat yang digunakan dan/atau terjadi kerusakan. Jika air sabun

digunakan, maka busa-busanya mungkin masih dapat tersisa. Juga bisa

didapatkan sisa instrument yang digunakan seperti akar tanaman. Swab uterus

diambil untuk mikrobiologi, dan jaringan dimasukkan dalam formalin untuk

diperiksa ke patologi anatomi. 5

(2) Ovarium: Kedua ovarium harus diperiksa untuk melihat

adanya korpus luteum Ovarium dapat terlihat terkongesti. Pada beberapa

kasus dapat diambil juga sampel untuk pemeriksaan laboratorium.5

(3) Jantung: Pada pembukaan jantung dicari adanya emboli

udara, serta sampel darah dikirim untuk diperiksa baik yang berasal dari vena

cava inferior dan kedua ventrikel.5

2.8.3 Pemeriksaan Pada Janin

Tentukan usia bayi (janin).Usia bayi dapat ditentukan dari :7

a. Panjang bayi

Dari rumus empiris de Haas umur bayi dapat ditaksir dari panjang badan

(PB) bayi, ukuran dari puncak kepala sampai ke kaki. Untuk bayi dibawah

25 minggu : Umur (minggu) = akar kuadrat dari PB. Untuk bayi diatas 25

20

Page 21: lapkas forensik abortus

minggu: Umur (minggu) = PB/5. Oleh karena batas umur antara korban

abortus dan pembunuhan anak adalah 28 minggu (7 bulan), maka

perbedaan tersebut adalah pada panjang bayi 35 cm (7x5) cm.

b. Lingkaran kepala

Bayi 5 bulan : 38,5 – 41cm

Bayi 6 bulan : 39 – 42cm

Bayi 7 bulan : 40 – 42cm

Bayi 8 bulan : 40 – 43cm

Bayi 9 bulan : 41 – 44cm

c. Pusat penulangan

Ada 2 tempat yang lazim diperiksa yaitu pada telapak kakidan lutut. Pada

telapak kaki pemeriksaan ditujukan kepada tulang halus, calcaneus dan

cuboid. Ketiga tulang ini dapat diperiksa melalui sayatan (pemotongan)

dari sela jari ke 3-4 ke arah tumit. Adanya pusat penulangan di tulang talus

menunjukkan bayi telah berumur 7 bulan, tulang calcaneus 8 bulan dan

tulang cuboid 9 bulan. Di lutut ditujukan untuk memeriksa pusat

penulangan di proksimal tulang tibia dan distal femur. Untuk mencapai

kedua tulang, tulang patella harus disingkirkan. Setelah tampak tulang

femur, maka tulang dipotong melintang selapis demi selapis seperti

pengiris bawang. Demikian juga pada tulang tibia. Adanya pusat

penulangan pada kedua tulang menunjukkan bayi telah berumur 9 bulan

dalam kandungan (cukup umur).

Pada pemeriksaan akibat abortus (membedakan dengan pembunuhan anak

sendiri), tidak akan didapati tanda-tanda telah bernafas. Sering didapati sudah

mengalami pembusukan. Ukuran tinggi tumit-puncak kepala dicatat. Paling

penting melihat adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh bayi, misalnya akibat

benda yang dimasukkan pervaginam (alat kuret, batang kayu kecil, dll) atau

bagian yang melekat di tubuh bayi dalam usaha pengguguran dengan

penyemprotan rahim dengan bahan kimia (lisol, sabun dll). Pemeriksaan dalam

tetap dilakukan untuk melihat keadaan organ dalam. Sering uri masih melekat/

21

Page 22: lapkas forensik abortus

berhubungan dengan bayi. Periksa panjang tali pusat, permukaan plasenta dan

lain-lain. 7

2.9 Aspek Medikolegal

Perihal abortus, dalam KUHP diatur dalam pasal 346 sampai 349. Kalau

ditinjau unsur-unsur dari pasal-pasal perihal abortus tersebut tidak satu pasal pun

yang memberikan kelonggaran untuk bisa dilakukannya perbutan abortus

termasuk abortus dengan indikasi medis (kesehatan). Hal ini menimbulkan

problem antara hukum dan medis dimana disatu pihak ahli medis (dokter)

berkewajiban untuk menyelamatkan nyawa si ibu, sedangkan disatu pihak

undang-undang melarang perbuatan abortus itu. 8

Problem itu dapat dilihat dari pendapat Soedjati sebagai berikut: Bila

undang-undang yang mengatur tentang abortus itu diikuti secara ketat, termasuk

di dalamnya tindakan abortus atas indikasi medis, yaitu untuk menyelamatkan

nyawa wanita ynag bersangkutan, dapat diharapkan bahwa akan banyak dokter

yang dituntut dan diajukan ke pengadilan. Berdasarkan pendapat Soedjati, dalam

kenyataan dokter yang melakukan abortus terapetikus tdak dituntut sejauh dokter

tersebut melakukan tugas-tugas profesinya. Namun sangat disayangkan tidak

diberikannya penjelasan mengenai mengapa atau dasar apa dokter tersebut tidak

dituntut. Sedangkan KUHP jelas-jelas melarang segala bentuk abortus termasuk

abortus dengan indikasi medis. 8

Mengingat asas atau prisnsip oportunitas yang dikenal dalam hukum

pidana dan merupakan kekuasaan yang sangat penting yang dimiliki oleh jaksa

agung sebagai penuntut umum, maka prisnsip ini dapat dipergunakan. Bahwa

kalau menurut pendapat jaksa kepentingan Negara menuntut adanya penuntutan di

muka Hakim, maka Jaks berwajib menuntu dan kalau sebaliknya untuk

kepentingan Negara sebaiknya tidak diadakan penuntutan berwajib

mengenyampingkan perkara. 8

Seperti diketahui sebelumnya perihal abortus provokatus diatur dalam

ketentuan pasal 346 sampai dengan pasal 349 KUHP. 8

22

Page 23: lapkas forensik abortus

KUHP Pasal 346

Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugurnya atau mati kandungannya atau

menyuruh orang lain menyebabkan itu, dihukum dengan hukuman penjara selama 4

tahun.

Kalau diteliti pasal 346 KUHP ini terdiri dari beberapa unsur. Unsur-unsur

tersebut dapat dibedakan menjadi unsur yang objektif dan unnsur yang subjektif.

Unsur objektifnya meliputi unsur Yang berkaitan dengn perbuatan yaitu adanya

perbuatan berupa menggugrkan atau mematikan kandungan. Disamping itu,

perbuatan tersebut dapat pula menyuruh orang lain melakukan penggguran atau

mematikan kandungan. Sedangkan unsur subjektifnya berkaitan dengan subjek

hukum yaitu pelaku. Dalam hal ini adalah seorang yang mempunyai niat atau

kehendak yang dikenal dengan pengertian sengaja. 8

Secara terperinci unsur-unsur pasal 346 KUHP ini adalah sebagai berikut :

- Seorang perempuan

- Dalam keadaan mengandung

- Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannnya

- Atau menyuruh untuk menggurkan atau mematikan kandungannya.

Seorang wanita itu baru bisa dikatakan menggugurkan kandungan apabila

adanya kesengajaan sebagaimana yang diisyaratkan oleh pasal 346 KUHP.

Sebaliknya apabila tidak ada kesengajaan, maka hal ini tidaklah bisa dikatakan

sebagai perbuatan menggugurkan. Hal ini lazimnya disebut sebagai keguguran

atau istilah medisnya dikenal dengan abortus spontan. 8

KUHP Pasal 347

(1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang

perempuan tidak deengan izin perempuan itu, dihukum dnegan hukuman penjara

selama-lamanya dua belas tahun.

(2) Jika perbuatan berakibat perempuan itu mati, ia dihukum dengan hukuman

penjara selama-lamanya 15 tahun.

23

Page 24: lapkas forensik abortus

Unsur-unsur objektif dari pasal 347 ayat 1 KUHP adalah : (i) perbuatan

pengguguran atau mamatikan kandungan seorang wanita, (ii) kandungan tersebut

adalah kandungan orang lain, (iii) tanpa persetujuan wanita yang mengandung. 8

Unsur-unsur subjektifnya dapat diperinci sebagai berikut : (i) dilakukan

oleh seseorang, (ii) dengan sengaja.8

Kalau diteliti rumusan pasal 347 KUHP, maka yang dikenai sanksi adalah

yang melakukan perbuatan penggugguran tersebut, sedangkan wanita yang hamil

trsebut tidak dikenai sanksi pidana karena tidak mempunyai niat untuk

menggugurkan kandungannya. 8

KUHP Pasal 348

Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang

perempuan dengan izin perempuan tiu, dihukum dengan hukuman dihukum penjara

selama-lamanya lima tahun enam bulan

Kalau diteliti unsur-unsur pasal 348 KUHP ini sama dengan unsur-unsur

pasal 347 KUHP, cuma dalam pasal 348 KUHP ini menyebutkan dengan

persetujuan wanita yang hamil tersebut. 8

KUHP Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan

pasal 346, ataupun melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau

membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348,

maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat

dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan itu dilakukan

Dalam hal orang-orang tersebut dia atas melakukan kejahatan berdasarkan pasal-

pasal tersebut di atas, berarti orang-orang tersebut melakukan perbuatan pidana

dengan melanggar suatu kewwajiban kasus dari jabatannya (profesinya).

Sebagaimana yang diisyaratkan oleh pasal 52 KUHP yang menyebutkan:

“Bilamana seorang pejabat karena melakukan perbuatan pidana melanggar suatu

kewajiban khusus dari jabatannya, atau pada waktu melakukan perbuatan pidana

24

Page 25: lapkas forensik abortus

memakai kekuasaan, kesempatan atau sarana yang diiberikan kepadanya karena

jabatannya, pidana dapat ditambah sepertiganya.”. Selain itu orang-orang tersebut

bisa dituduh melanggar kode etik. 8

KUHP Pasal 299

Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,

dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya

dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun, atau pidana denda

paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

Unsur-unsur pasal 299 ayat 1 KUHP dapat diperinci sebagai berikut : (i)

dengan sengaja merawat atau mengobati wanita yang hamil, (ii) menyuruh

melakukan atau melakukan sesuatu perbuatan terhadap wanita yang hamil, (iii)

dengan memberitahukan atau menerbitkan harapan padanya, (iv) untuk mencegah

kehamilannya. 8

Adanya pasal 299 KUHP perihal abortus, mempunyai tujuan agar

perbuatan abortus segera dapat dituntut tanpa harus menunggu sampai terjadinya

pengguguran.. 8

Pasal-pasal lain dalam KUHP yaitu seperti:

KUHP Pasal 283

Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandungan kepada anak dibawah

usia 17 tahun/dibawah umur, hukuman maksimum 9 bulan.

KUHP Pasal 535

Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan

kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun

secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai

bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling

lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

25

Page 26: lapkas forensik abortus

Selain berdasarkan KUHP, perihal abortus juga diatur dalam UU RI No.

23/1992, Tentang Kesehatan butir-butir ang berkaitan dengan abortus legal adalah

: 8

Pasal 15.

(1) Dalam keadaan darurat, sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan

atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat

dilakukan :

a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan

tersebut;

b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk

itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta

berdasarkan pertimbangan tim ahli;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau

keluarganya;

d. pada sarana kesehatan tertentu.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana

dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan

pemerintahan.

Penjelasan dari Pasal 15 tersebut sebagai berikut :

(1) Ayat 1: Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan

alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma

agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun, dalam keadaan

darurat dalam upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang

dikandungannya dapat diambil tindakan medis tertentu

(2) Ayat 2:

Butir a

26

Page 27: lapkas forensik abortus

Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil

tindakan medis tertentu, sebab tindakan medis tertentu itu ibu hamil, dan atau

janinnya terancam bahaya mauta

Butir b

Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah

tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu

seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Sebelum melakukan

tindakan medis tertentu tenaga kesehatan harus terlebih dahulu meminta

pertimbangan ahli yang terdiri dari berbagai bidang seperti medis, agama,

hukum, dan psikologi.

Butir c

Hak utama memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang bersangkutan

kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan

persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.

Butir d

Saranakesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan

peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditujuk oleh

pemerintah

(3) Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana dari pasal ini dijabarkan antara

lain mengenai keadaan darurat dalam meyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau

janinnya, tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan,

bentuk persetujuan dan sarana kesehatan yang ditunjuk.

Pasal 80.

Barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan medik tertentu terhadap ibu hamil yang

tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),

27

Page 28: lapkas forensik abortus

dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana dengan

paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

BAB 3

KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari paper ini adalah:

1. Abortus atau penguguran kandungan adalah berakhirnya kehamilan,

sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan.

2. Abortus dapat dibagi atas 2 macam, yaitu : 1)  Abortus alami (natural,

spontan; dan 2) Abortus buatan (provocatus), ada dua macam yaitu: 1)

abortus provokatus terapetikus (legal); dan 2) abortus provokatus

kriminalis.

3.  Abortus provokatus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja

dilakukan untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu

tanpa adanya indikasi terapeutik. Secara hukum tindakan ini melanggar

ketentuan yang berlaku yaitu berdasarkan KUHP dan UU Kesehatan dan

memerlukan pembuktian salah satunya dengan pemeriksaan forensik.

4. Pemeriksaan forensik yang dilakukan yaitu pemeriksaan korban hidup,

pemeriksaan korban mati (post-mortem), dan pemeriksaan korban janin.

28

Page 29: lapkas forensik abortus

DAFTAR PUSTAKA

1. Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian

Kedokteran Forensik FK UI, 1997. 159-164.

2. Amir, Amri. Abortus. Dalam : Amri Amir. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi II.

Medan : Ramadhan, 2005. 159-168.

3. Azhari. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Palembang:

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI. 1-19.

4.

5.

6. Mansjoer, Arief. Pengguguran Kandungan dan Pembunuhan Anak Sendiri.

Dalam : Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Badan Penerbit FK UI, 2007. 225-226.

7. Amir, Amri. Autopsi Pada Bayi Baru Lahir. Dalam : Amir, Amri. Autopsi

Medikolegal Edisi II. Medan : USU Press, 2001. 40-44.

29

Page 30: lapkas forensik abortus

8.

30