lapkas alergi susu sapi
TRANSCRIPT
BAB I: LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS PASIEN
Inisial Pasien : E
Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 30 April 2015
Status Perkawinan : -
Agama : Islam
Pendidikan : -
Alamat : Kabupaten Cilangkap
Keluarga yang bisa dihubungi : Ayah (081219009172)
Pekerjaan ayah : Karyawan swasta
1.2 ANAMENSIS
Jenis anamnesis : Alloanamnesis dengan ibu pasien
Tempat/ tanggal : IGD RSU Siloam 12 September 2015 pkl 16.00 WIB
Tanggal masuk : 12 September 2015 pkl. 6.10 WIB
Keluhan utama
Diare sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan diare sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Diare rata-rata sebanyak 7x/hari dengan @volume ½ gelas aqua, cair tidak ada
ampas, berwarna kuning, tidak ada lendir maupun darah, dan berbau asam. Pada
malam hari sebelum pasien dibawa ke RS, jumlah cairan BAB sangat banyak >1
gelas aqua.
Pasien juga mengalami demam sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Demam terus-menerus sepanjang hari dengan suhu tertinggi 390C dan hanya
membaik beberapa jam setelah diberi sanmol drop 0,6 ml yang diberikan 4 kali
sehari. Demam bersifat progresif. Menggigil dan berkeringat tidak dialami pasien.
Nafsu makan pasien menurun sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pasien hanya mau makan 1/3 porsi dari biasanya dan hanya mau minum sedikit.
Nafsu makan menurun disertai mual dan batuk kering dengan frekuensi jarang (1
kali/hari). Air mata tidak keluar kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
anak menjadi lebih rewel, dan terdapat penurunan berat badan dari 5kg menjadi
4,5kg.
Pasien menyangkal adanya muntah, nyeri perut, kulit gatal, pilek, dan sesak
nafas.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien sempat mengalami kuning pada hari ke-3 kelahiran dan diterapi
dengan fototerapi selama 3 hari di RS. Melati. Pasien sempat dirawat pada tanggal
28 Agustus 2015 atas indikasi demam dan diare, namun pasien pulang paksa setelah
2 hari. Ibu pasien menyangkal anaknya memiliki alergi.
Riwayat penyakit keluarga
Kedua orang tua pasien tidak ada yang mengalami alergi, namun nenek dari
sebelah ibu terdapat riwayat asma. Tidak ada yang mengalami flek paru.
Riwayat kehamilan
G2P2A0 (anak kedua), hamil selama 37 minggu, kontrol rutin di bidan
1x/bulan, tidak ada keluhan dan tidak mengkonsumsi obat-obatan saat mengandung.
Riwayat persalinan dan masa perinatal
Pasien dilahirkan lewat vagina, pasien sempat biru dan menangis lemah
sehingga diberi bantuan oksigen. Setelah itu, pasien membaik. . Sesak disangkal
Berat badan lahir adalah 2 kg dengan panjang badan lahir 46 cm.
Riwayat nutrisi
Pasien tidak diberikan ASI. Pasien diberikan susu formula dari awal kelahiran
( 2 bulan SGM yang dilanjutkan Dancow sampai sekarang) dengan jumlah 60ml-120
ml.
Riwayat tumbuh kembang
Pasien sudah dapat tersenyum dan berbalik badan.
Riwayat imunisasi
Ibu pasien mengaku imunisasi pasien lengkap. Terakhir kali vaksin pada
umur 2 bulan.
Riwayat sosial ekonomi dan kondisi lingkungan
Ibu dan ayah pasien lulusan SMP. Ayah pasien bekerja sebagai karyawan
swasta di pabrik kaca fiber dan ibu pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.
Tidak ada masalah perekonomian. Kondisi lingkungan sekitar tergolong baik, jauh
dari penampungan sampah dan bersih serta tidak ada yang mengeluh keluhan yang
sama dengan pasien.
1.3 PEMERIKSAAN FISIS
Tanggal: 12 September 2015, pukul 16.00 WIB
o Keadaan umum : Tampak sakit sedang
o Kesadaran : Kompos Mentis
o Laju nadi : 110x/menit, isi cukup, reguler, simetris.
o Laju nafas : 30 x/menit, reguler
o Suhu : 36,6oC
o Tekanan darah : Tidak diukur
o Status gizi dan antropometri:
- Berat badan : 4,6 kg
- Panjang badan : 56 cm
- BB ideal : 6,4 kg
- BB/U : -3 < SD < -2 (BB kurang)
- TB/U : SD < -3 (perawakan sangat pendek)
- BB/TB : -2 < SD < 2 (Gizi baik)
- Lingkar kepala : 38 cm (mikrosefali)
- Kesan : gizi baik, perawakan sangat pendek.
STATUS GENERALISATA
o Kulit
Warna: sawo matang
Lesi: pada kedua pipi terdapat makula hipopigmentasi berukuran 3 x 4 cm.
Perdarahan: -
Jaringan parut: -
o Kepala
Bentuk: normosefali
Ubun-ubun teraba 2x2 cm lunak dan tidak cekung
Rambut berwarna hitam, tidak mudah rontok
o Mata
Konjungtiva: pucat -/-
Sklera: ikterik -/-
Pupil: isokor 3mm/3mm
Reflek cahaya: langsung dan tidak langsung +/+
Gerak bola mata: ke segala arah
Air mata: sedikit
o Hidung
Sekret (-),bentuk hidung normal, simetris, pernafasan cuping hidung (-)
o Telinga
Pina: ukuran normal, bentuk normal, simetris kanan dan kiri, tidak tampak
hiperemis.
Liang telinga lapang, hiperemis (-), sekret (-)
o Mulut
Bibir: lembab
Lidah: hiperemis(-), ulkus (-)
Gigi: belum tumbuh gigi
Mukosa: merah muda, lembab
Gusi: hiperemis (-);Bau pernafasan: (-)
o Tenggorokan
Tonsil: T1/T1, tidak hiperemis
Faring: hiperemis (-)
o Leher
Kaku kuduk (-)
Kelenjar: tidak teraba pembesaran dan nyeri.
o Dada
Bentuk:normal
Retraksi: (-)
Precordial bulging: (-)
o Paru
Inspeksi: inspirasi dan ekspirasi simetris, retraksi (-), tidak tampak kelainan
pada kulit.
Palpasi: taktil vokal fremitus (+/+) menangis
Perkusi: sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi: vesikuler (+/+),ronki (-/-), slem (-/-), mengi (-/-)
o Jantung
Iktus: tidak terlihat
Bunyi jantung: S1 dan S2 normal
Bising: murmur (-)
o Abdomen
Inspeksi: bentuk dinding perut cembung, supel, pergerakan dinding perut
sesuai dengan irama pernafasan, tidak terdapat kelainan pada kulit
Palpasi: nyeri tekan(-), organomegali (-), turgor kulit baik.
Perkusi: timpani di ke-9 regio abdomen
Auskultasi: bising usus (+) N
o Punggung
Nyeri ketok CVA (-/-)
Tidak terdapat lesi
o Genitalia dan anus
Labia mayora menutupi labia minora, tidak tampak lesi.
Anus tampak kemerahan.
o Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2s.
o Balance cairan= Input-Output = (630-300)= 320 mL
o Diuresis= 225mL/4,6x12 = 4,08 mL/jam
1.4 RESUME
Perempuan, 4 bulan, datang dengan keluhan diare sejak 2 minggu SMRS disertai
demam, nafsu makan menurun, menjadi rewel, dan penurunan berat badan. Nenek pasien
ada yang menderita asma. Saat dilahirkan, pasien sempat biru dan menangis lemah. Berat
badan lahir 2 kg. Pasien dari lahir mengkonsumsi susu formula.
Pada pemeriksaan fisis, ditemukan gizi baik perawakan sangat pendek, air mata
sedikit saat menangis, anus kemerahan dan perut kembung.
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Test Hasil Unit Reference Range
Hematology
Hemoglobin 11,30 g/dl 10,10 – 12,90
Hematocrit 34,00 % 32,00 – 44,00
Erythrocyte 4,10 106/µL 3,20 – 5,20
White Blood Cell 23,25 103/µL 6,00 – 17,50
Platelet Count 446,00 103/µL 150,00 – 440,00
MCV 82,90 fL 73,00- 109,00
MCH 27,60 Pg 21,00 – 33,00
MCHC 33,20 g/dL 26,00 – 34,00
Biochemistry
Blood Random Glucose 88,00 mg/dL 50,00 – 80,00
Electrolyte
Sodium 135 mmol/L 137 – 145
Potasium 3,0 mmol/L 3,6 – 5,0
Chloride 111 mmol/L 98- 107
Test Result Unit Reference Range
UrinalysisUrine Feme
Macroscopic
Color Yellow
Apperarance Clear Clear
Spesific Gravity 1,005 1,000-1,030
pH 6,00 4,50-8,00
Leucocyte Esterase Negative Cells/µL Negative
Nitrit Negative Negative
Protein (1+) 30 mg/dL Negative
Glucose Negative mg/dL Negative
Keton Negative mg/dL Negative
Urobilinogen 0,20 mg/dL 0,10-1,00
Bilirubin Negative Negative
Occult Blood Negative Cells/µL Negative
Microscopic
Erythrocyte 1 Cells/µL 0-3
Leucocyte 2 Cells/µL 0-10
Epithel (1+) (1+)
Casts Negative
Crystals Negative
Others Negative
1.6 DIAGNOSIS KERJA
Diare akut ringan sedang et causa suspek alergi susu sapi
Suspek infeksi saluran kemih
1.7 TATA LAKSANA
IVFD KaEn 3B 700mL/24 jam
Oralit PO 50 mL PRN mecret
Zinc PO 10 mg OD
Parasetamol PO 2Ml TDS PRN
Nystatin drops PO 1mL QDS
1.8 FOLLOW UP
13 September 2015 pukul 21.40
S: Pasien mengalami mencret sebanyak 5 kali sejak pukul 12.00, dengan
konsistensi air>ampas, volume sekitar @¼ gelas aqua, berwarna kuning, berbau
asam, tidak ada darah maupun lendir.
Batuk berdahak, dengan frekuensi 1-2x/ hari, volume sekitar @1 sendok teh,
lendir berwarna putih dan kenatal, tidak ada darah. Pilek dan demam disangkal oleh
pasien.
Pasien meminum susu soya 6 botol/ hari @60mL lewat nasogastric tube
(NGT) dan oral dengan perbandingan 1:1.
O: Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis
Tanda-Tanda Vital:
Laju nadi: 120x/menit
Laju pernafasan: 40x/menit
Suhu tubuh: 37,50C
Kepala: Normosefali, ubun-ubun 2x2 cm lunak dan tidak cekung
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), air mata sedikit (+/+)
Leher: Pembersaran kelejar getah bening (-)
Thorax: retraksi (-), pernafasan statis dan dinamis, sonor pada semua
lapang paru, vesikular (+/+), ronki (-/-), mengi (-/-)
Abdomen: datar, nyeri tekan (-), organomegali (-), timpani, BU(+)
normal, dan turgor kulit normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik
Anus: merah (+)
Balance cairan= Input-Output = (980-450)= 530 mL
Diuresis= 450mL/4,6x24 = 4,07 mL/jam
A: Diare akut tanpa dehidrasi et causa suspek alergi sususapi
Suspek ISK
P: Kultur Urin karena suspek ISK
KaEn 3B 750 mL/24 jam
Oralit PO 50 mL PRN mecret
Zinc PO 10 mg OD
Parasetamol PO 2mL TDS PRN
Nystatin drops PO 1mL QDS
Gentamisin IV 25 mg OD
Test Result Unit Reference Range
Stool
Faeces Feme
Macroscopic
Color Brown
Consistency Smooth
Mucus Negative Negative
Blood Negative Negative
Microscopic
Erythrocyte 0-1 /HPF 0-1
Leucocyte 2-3 / HPF 1-5
Amoeba Not Found Negative
Egg Worm Negative Negative
Yeast Negative
Disgestive
Amylum Negative
Fat Positive
Fibers Negative
Stool Occult Blood Negative Negative
14 September 2015 jam 6.50 WIB
S: Pasien mengalami mencret sebanyak 8 kali sejak kemarin, dengan konsistensi
air>ampas, volume sekitar @1/10 gelas aqua, berwarna kuning, berbau asam, tidak
ada darah maupun lendir.
Batuk berdahak, dengan frekuensi 1-2x/ hari, volume sekitar @1 sendok teh,
lendir berwarna putih dan kenatal, tidak ada darah. Pilek dan demam disangkal oleh
pasien.
Pasien meminum susu soya 6 botol/ hari @60mL lewat nasogastric tube
(NGT) dan oral dengan perbandingan 1:1.
O: Keadaan Umum: Tampak sakit ringan.
Kesadaran: compos mentis
Tanda-Tanda Vital:
Laju nadi: 110x/menit
Laju pernafasan: 30x/menit
Suhu tubuh: 36,60C
Kepala: Normosefali, ubun-ubun 2x2 cm lunak dan tidak cekung
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), air mata sedikit (+/+)
Leher: Pembersaran kelejar getah bening (-)
Thorax: retraksi (-), pernafasan statis dan dinamis, sonor pada semua
lapang paru, vesikular (+/+), ronki (-/-), mengi (-/-)
Abdomen: cembung (+), nyeri tekan (-), organomegali (-), timpani,
BU(+) normal, dan turgor kulit normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik
Anus: merah (+)
Balance cairan= Input-Output = (630-400)= 220 mL
Diuresis= 425mL/4,6x24 = 3,85 mL/jam
A: Diare akut tanpa dehidrasi et causa alergi susu sapi
ISK
P: Oralit PO 50 mL PRN mecret
Zinc PO 10 mg OD
Parasetamol PO 2Ml TDS PRN
Nystatin drops PO 1mL QDS
Gentamisin IV 25 mg OD
Pemeriksaan Urin
Specimen : Urine (micro)
Isolate 1: Escherichia coli
ESBL (+) positive
Colony Count: 1.000.000 CFU/mL
Gentamicin Resisten
Amikasin Sensitif
15 September 2015 pukul 3.05 WIB
S: Pasien mengalami mencret sebanyak 2 kali sejak kemarin sore, dengan
konsistensi air>ampas, volume sekitar @1/10 gelas aqua, berwarna kuning, berbau
asam, tidak ada darah maupun lendir.
Batuk dan pilek dan demam disangkal oleh pasien. Pasien meminum susu soya
(Nuribaby Royal) 6 botol/ hari @60mL lewat nasogastric tube (NGT) dan oral
dengan perbandingan 1:1.
O: Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis
Tanda-Tanda Vital:
Laju nadi: 100x/menit
Laju pernafasan: 30x/menit
Suhu tubuh: 36,50C
Kepala: Normosefali, ubun-ubun 2x2 cm lunak dan tidak cekung
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), air mata banyak (+/+)
Leher: Pembersaran kelejar getah bening (-)
Thorax: retraksi (-), pernafasan statis dan dinamis, sonor pada semua
lapang paru, vesikular (+/+), ronki (-/-), mengi (-/-)
Abdomen: cembung berkurang (+), nyeri tekan (-), organomegali (-),
timpani, BU(+) normal, dan turgor kulit normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik
Anus: merah berkurang (+)
Balance cairan= Input-Output = (480-400)= 80 mL
Diuresis= 400mL/4,6x24 = 3,62 mL/jam
A: Diare akut tanpa dehidrasi et causa alergi susu sapi
ISK
P: Oralit PO 50 mL PRN mecret
Zinc PO 10 mg OD
Parasetamol PO 2Ml TDS PRN
Nystatin drops PO 1mL QDS
Gentamisin IV 25 mg OD
16 September 2015 pukul 5.30 WIB
S: Pasien mengalami mencret sebanyak 2 kali sejak tadi pagi, dengan konsistensi
air>ampas, volume sekitar @1/10 gelas aqua, berwarna kuning, berbau asam, tidak
ada darah maupun lendir.
Pasien mengganti susu soya dengan susu hipoalergenik (Pregestimil) 5 x 60
mL/ hari melalui NGT karena pasien tidak suka minum Pregestimil melalui oral.
Pipi kanan dan kiri gatal dan timbul makula eritema berukuran 5x5cm.
O: Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis
Tanda-Tanda Vital:
Laju nadi: 100x/menit
Laju pernafasan: 30x/menit
Suhu tubuh: 37,20C
Kepala: Normosefali, ubun-ubun 1,7x 1,7 cm lunak dan tidak cekung,
pipi kanan dan kiri terdapat makula eritema berukuran 5x5cm.
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), air mata banyak (+/+)
Leher: Pembersaran kelejar getah bening (-)
Thorax: retraksi (-), pernafasan statis dan dinamis, sonor pada semua
lapang paru, vesikular (+/+), ronki (-/-), mengi (-/-)
Abdomen: cembung berkurang (+), nyeri tekan (-), organomegali (-),
timpani, BU(+) normal, dan turgor kulit normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik
Anus: Tidak kemerahan.
Balance cairan= Input-Output = (480-400)= 80 mL
Diuresis= 400mL/4,6x24 = 3,62 mL/jam
A: Diare akut tanpa dehidrasi et causa alergi susu sapi
ISK
P: Oralit PO 50 mL PRN mecret
Zinc PO 10 mg OD
Parasetamol PO 2mL TDS PRN
Nystatin drops PO 1mL QDS
Gentamisin IV 25 mg OD
Hidrokortison cream sue PRN
17 September 2015 jam 5.40 WIB
S: Pasien mengalami mencret sebanyak 5 kali sejak kemarin, dengan konsistensi
air=ampas, volume sekitar @1/10 gelas aqua, berwarna kuning, berbau asam, tidak
ada darah maupun lendir.
Pasien mengganti susu soya dengan susu hipoalergenik (Pregestimil) 8 x 60
mL/ hari melalui NGT (2x60mL) dan oral (6x60mL).
Pipi kanan dan kiri masih gatal dengan makula eritema berukuran 5x5cm.
O: Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis
Tanda-Tanda Vital:
Laju nadi: 90x/menit
Laju pernafasan: 30x/menit
Suhu tubuh: 37,00C
Kepala: Normosefali, ubun-ubun 1,7x 1,7 cm lunak dan tidak cekung
pipi kanan dan kiri terdapat makula eritema berukuran 5x5cm.
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), air mata banyak (+/+)
Leher: Pembersaran kelejar getah bening (-)
Thorax: retraksi (-), pernafasan statis dan dinamis, sonor pada semua
lapang paru, vesikular (+/+), ronki (-/-), mengi (-/-)
Abdomen: cembung (-), nyeri tekan (-), organomegali (-),
timpani, BU(+) normal, dan turgor kulit normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik
Anus: Tidak kemerahan.
Balance cairan= Input-Output = (980-600)= 380 mL
Diuresis= 600mL/4,6x24 = 5,43 mL/jam
A: Diare akut tanpa dehidrasi et causa alergi susu sapi
ISK
P: USG ginjal dan saluran kemih
Kultur urin ulang
Oralit PO 50 mL PRN mecret
Zinc PO 10 mg OD
Parasetamol PO 2Ml TDS PRN
Hidrokortison cream ue PRN
Amikasin IV 35 mg OD
Ginjal/ Buli-Buli US
Renal Dextra
Ukuran +/- 4,8 x 2,44 cm, tak tampak pelebaran sistim.
Pelviocalyses dan ureter, tak tampak batu/ SOL
Ratio parenkim sentral refleks normal. Diferensiasi corticomedullary jelas.
Renal Sinistra
Ukuran +/- 5,07 x 2,86 cm, tak tampak pelebaran sistim.
Pelviocalyses dan ureter, tak tampak batu/ SOL
Ratio parenkim sentral refleks normal. Diferensiasi corticomedullary jelas.
Kesan: tidak tampak kelainan pada struktur kedua ginjal dan buli-buli.
Test Hasil Unit Reference Range
Hematology
Hemoglobin 11,20 g/dl 10,10 – 12,90
Hematocrit 33,00 % 32,00 – 44,00
Erythrocyte 4,11 106/µL 3,20 – 5,20
White Blood Cell 15,63 103/µL 6,00 – 17,50
Platelet Count 524,00 103/µL 150,00 – 440,00
ESR 22 Mm/jam 0-20
MCV 82,90 fL 73,00- 109,00
MCH 27,60 Pg 21,00 – 33,00
MCHC 33,20 g/dL 26,00 – 34,00
Test Result Unit Reference Range
Urinalysis
Urine Feme
Macroscopic
Color Yellow
Apperarance Clear Clear
Spesific Gravity 1,005 1,000-1,030
pH 7,00 4,50-8,00
Leucocyte Esterase Negative Cells/µL Negative
Nitrit Negative Negative
Protein Negative mg/dL Negative
Glucose Negative mg/dL Negative
Keton Negative mg/dL Negative
Urobilinogen 0,20 mg/dL 0,10-1,00
Bilirubin Negative Negative
Occult Blood Negative Cells/µL Negative
Microscopic
Erythrocyte 1 Cells/µL 0-3
Leucocyte 2 Cells/µL 0-10
Epithel (1+) (1+)
Casts Negative
Crystals Negative
Others Negative
18 September 2015 jam 3.50 WIB
S: Pasien mengalami mencret sebanyak 4 kali sejak kemarin, dengan konsistensi
ampas>air, volume sekitar @1/10 gelas aqua, berwarna kuning, berbau asam, tidak
ada darah maupun lendir.
Pasien kembali meminum susu soya 6x60mL dan pipi kanan dan kiri masih
gatal dengan makula eritema berukuran 5x5cm.
O: Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis
Tanda-Tanda Vital:
Laju nadi: 100x/menit
Laju pernafasan: 36x/menit
Suhu tubuh: 36,60C
Kepala: Normosefali, ubun-ubun 1,7x 1,7 cm lunak dan tidak cekung
pipi kanan dan kiri terdapat makula eritema berukuran 5x5cm.
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), air mata banyak (+/+)
Leher: Pembersaran kelejar getah bening (-)
Thorax: retraksi (-), pernafasan statis dan dinamis, sonor pada semua
lapang paru, vesikular (+/+), ronki (-/-), mengi (-/-)
Abdomen: cembung (-), nyeri tekan (-), organomegali (-),
timpani, BU(+) normal, dan turgor kulit normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik
A: Diare akut tanpa dehidrasi et causa alergi susu sapi
ISK
P: Oralit PO 50 mL PRN mecret
Zinc PO 10 mg OD
Parasetamol PO 2mL TDS PRN
Hidrokortison cream ue PRN
Amikasin IV 35 mg OD
1.9 PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanactionam : Dubia ad bonam
BAB II: ANALISIS KASUS
Pasien, perempuan, berumur 4 bulan, datang dengan keluhan diare sejak 2 minggu
yang lalu dengan demam 38,10C dan sempat 390Cdisertai penurunan nafsu makan yang dapat
diakibatkan oleh demam. Diare adalah buang air besar 3 kali atau lebih per hari dengan
konsistensi cair.1 Pada pasien ini termasuk diare ringan sedang dimana anak menjadi rewel
dan turgor kulit melambat.2
Tabel 1: Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare2
Klasifikasi Tanda-Tanda atau Gejala
Dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini:
- Letargis/ tidak sadar
- Mata cekung
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2
detik)
Dehidrasi ringan/sedang Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini:
- Rewel, gelisah
- Mata cekung
- Minum dengan nlahap, haus
- Cubitan kulit kembali lambat
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan
sebagai dehidrasi ringan atau berat.
Diare akibat rotavirus yang merupakan penyebab tersering memiliki demam seperti
pasien ini yang dapat mencapai 390C dan hanya berlangsung selama 3 sampai 7 hari.3 Pada
pasien ini, walaupun terdapat demam, namun etiologi rotavirus dapat disingkirkan karena
diare yang selama atau lebih dari 2 minggu merupakan diare kronik.4 Karena merupakan
diare kronik, maka perlu dipikirkan penyebab selain rotavirus.
Penyebab penyakit diare kronik antara lain: infeksi (bakteri dan jamur), diare yang
berhubungan dengan zat-zat dari luar (kelebihan mengkonsumsi minuman berkarbon,
kelebihan mengkonsumsi antasid atau laksatif yang mengandung laktulos atau magnesium),
kelainan proses pencernaan (cystic fibrosis, irritable bowel syndrome), alergi makanan
(alergi susu sapi), autoimun (autoimmune enteropathy), dan gangguan motilitas
(tirotoksikosis).4 Pasien dapat terkena parasit dan beberapa jenis bakteria yang dapat
menyebabkan demam (bakteri) dan diare kronik.5 Parasit antara lain Entamoeba hitolytica
dan Giardia dan bakteri antara lain: Clostridium difficile, Escherichia coli, Salmonella, dan
Shigella.6 Amuba dan disentri menyebabkan feses berdarah dimana pada feses pasien ini
tidak berdarah.7 Perlu dicurigai juga jamur (kandida) walaupun jarang dimana gejala berupa
diare kronik disertai nyeri perut dan keram, tanpa disertai adanya darah, mukus, demam,
mual dan muntah.8
Pasien tidak mengkonsumsi makanan atau minuman selain susu formula. Cystic
fibrosis dapat disingkirkan karena pada pasien ini hanya bergejala pada saluran pencernaan
dan diare pada cystic fibrosis umunya berlendir dan cairan yang keluar sangat banyak.9
Irritable bowel syndrome membuat pasien merasa nyeri perut, kram perut, dan diare. Pasien
tidak terdapat kram perut maupun nyeri perut.10 Autoimmune enteropathy merupakan
penyakit yang sangat jarang dicirikan dengan diare yang sangat berat, penurunan berat badan
yang berat.11 Pada tirotoksikosis, gejala yang muncul dapat diare dan penurunan berat badan,
namun sering juga disertai dengan gugup, iritabilitas, tidak tahan terhadap suhu tinggi,
berkeringat banyak, dan kelelahan.12 Pada pasien ini, etiologi lebih mengarah kepada alergi
susu sapi (konsumsi susu sapi) dan infeksi (demam).
America Academy of Pediatrics (AAP) membuat rekomendasi bahwa pada anak umur
2 bulan sampai 2 tahun dengan demam yang tidak diketahui penyebabnya, kemungkinan ISK
harus dipikirkan dan perlu dilakukan biakan urin. Bila ditemukan 2 atau lebih faktor risiko di
bawah ini, maka kemungkinan ISK mencapai 95% dengan spesifisitas 31%. 1) suhu tubuh
390C atau lebih, 2. Demam berlangsung dua hari atau lebih, 3. Ras kulit putih, 4. Umur di
bawah satu tahun, 5. Tidak ditemukan kemungkinan penyebab demam lainnya.13 Pada pasien
ini, terdapat 3 dari 5 kriteria di atas, yakni suhu tubuh 390C, demam berlangsung selama 3
minggu ( lebih dari dua hari) dan berumur 4 bulan (di bawah 1 tahun).
Pada pasien ini, dilakukan pemeriksaan darah, urin dan tinja yang benar untuk
dilakukan. Pada pemeriksaan darah (12 September 2015), ditemukan kelainan sebagai
berikut: WBC 23,25x103/µL (meningkat), trombosit 446x103/µL (meningkat), gula darah
sewaktu 88mg/dl (meningkat), natrium 135 mmol/L (menurun), kalium 3,0 mmol/L
(menurun), dan klorida 11,1 mmol/L (meningkat). Pada pemeriksaan urin (12 September
2015), hanya ditemukan protein (1+) 30 mg/dl yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang rendah dalam menegakan ISK. Pada pemeriksaan tinja (13 September 2015) tidak
didapatkan kelainan. Untuk mencari tahu lebih lanjut sumber infeksi, maka perlu dilakukan
pemeriksaan kultur urin dimana infeksi saluran kemih pada anak sering tidak khas
(asimtomatik).13 Pada pemeriksaan kultur urin (14 September 2015) ditemukan bakteri
Escherichia coli sejumlah 1.000.000 CFU/ µL dengan extended-spectrum beta-lactamases
(ESBLs) positif. Pada tanggal 17 September 2015, pasien melakukan pemeriksaan USG
ginjal dan saluran ginjal yang sesuai dengan pedoman AAP.13
Pada tanggal 13 September 2015, ibu pasien mencoba mengganti susu formula
dengan susu soya dan susu hipoalergenik (Pregestimil). Pengalihan susu formula menjadi
susu soya dan susu hipoalergenik memberikan efek yang baik pada anak dimana diare yang
awalnya 7-8 kali/hari dengan konsistensi sangat cair menjadi 4 kali/hari dengan konsistensi
ampas sama dengan air (lembek).
Pada tanggal 16 September 2015, pipi kanan dan kiri pasien terdapat makula eritema
dengan ukuran 5x5 cm dan terasa gatal. Hal tersering yang mengakibatkan hal ini adalah
eritema infeksiosum, scarlet fever, dan efek dari alergi susu sapi. Eritema infeksiosum
disebabkan oleh parvovirus B19 yang lebih sering menyerang di usia muda yang sering tidak
bergejala. Jika bergejala, gejala yang paling sering adalah demam, hidung meler, dan nyeri
kepala. Diagnosis eritema infeksiosum sering hanya dengan melihat slapped cheek.14 Scarlet
fever dapat disingkirkan karena pasien tidak demam menggigil, pembesaran tonsil, eksudat
putih keabu-abuan pada palatum dan uvula, strawberry tongue, dan awal kemerahan di leher
dan dada serta daerah fleksor, dan setelahnya baru di daerah muka (kedua pipi) dan dahi.15
Pada pasien ini dapat disimpulkan bahwa diare akibat alergi susu sapi, demam
disebabkan oleh infeksi saluran kemih et causa E. Coli dan dsertai ruam kemerahan pada pipi
akibat suspek eritema infeksiosum dd alergi susu sapi.
Untuk mendiagnosis alergi susu sapi lebih pasti, perlu dilakukan pendekatan
diagnosis untuk alergi susu sapi dengan adanya riwayat alergi terhadap protein susu sapi, diet
eliminasi, uji provokasi makanan.16
a. Uji tusuk kulit (Skin prick test )
- Pasien tidak boleh mengkonsumsi antihistamin minimal 3 hari untuk antihistamin
generasi 1 dan minimal 1 minggu untuk antihistamin generasi 2.
- Uji tusuk kulit dilakukan di volar lengan bawah atau bagian punggung (jika
didapatkan lesi kulit luas di lengan bawah atau lengan terlalu kecil).
- Batasan usia terendah untuk uji tusuk kulit adalah 4 bulan.Bila uji kulit positif,
kemungkinan alergi susu sapi sebesar < 50% (nilai duga positif < 50%), sedangkan
bila uji kulit negatif berarti alergi susu sapi yang diperantarai IgE dapat disingkirkan
karena nilai duga negatif sebesar > 95%.16
b. IgE RAST (Radio Allergo Sorbent Test)
- Uji IgE RAST positif mempunyai korelasi yang baik dengan uji kulit, tidak
didapatkan perbedaan bermakna sensitivitas dan spesifitas antara uji tusuk kulit
dengan uji IgE RAST.
- Uji ini dilakukan apabila uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan antara lain karena
adanya lesi yang luas di daerah pemeriksaan dan bila penderita tidak bisa lepas
minum obat antihistamin.
- Bila hasil pemeriksaan kadar serum IgE spesifik untuk susu sapi > 5 kIU/L maka
hasil ini mempunyai nilai duga positif 53%, nilai duga negatif 95%, sensitivitas 57%,
dan spesifisitas 94%.16
c. Uji eliminasi dan provokasi
- Double Blind Placebo Controlled Food Challenge (DBPCFC) merupakan uji baku
emas untuk menegakkan diagnosis alergi makanan. Uji ini dilakukan berdasarkan
riwayat alergi makanan, dan hasil positif uji tusuk kulit atau uji RAST. Uji ini
memerlukan waktu dan biaya. Jika gejala alergi menghilang setelah dilakukan diet
eliminasi selama 2-4 minggu, maka dilanjutkan dengan uji provokasi yaitu
memberikan formula dengan bahan dasar susu sapi. Ibu pasien diminta untuk datang
pada minggu ke 2-4 setelah bebas gejala untuk diberikan diet protein susu sapi.
- Uji provokasi dilakukan di bawah pengawasan dokter dan dilakukan di rumah sakit
dengan fasilitas resusitasi yang lengkap. Uji tusuk kulit dan uji RAST negatif akan
mengurangi reaksi akut berat pada saat uji provokasi.
- Uji provokasi dinyatakan positif jika gejala alergi susu sapi muncul kembali, maka
diagnosis alergi susu sapi bisa ditegakkan. Uji provokasi dinyatakan negatif bila tidak
timbul gejala alergi susu sapi pada saat uji provokasi dan satu minggu kemudian,
maka bayi tersebut diperbolehkan minum formula susu sapi. Meskipun demikian,
orang tua dianjurkan untuk tetap mengawasi kemungkinan terjadinya reaksi tipe
lambat yang bisa terjadi beberapa hari setelah uji provokasi. 16
Tata laksana alergi susu sapi berupa nutrisi dan medikamentosa. 16
- Prinsip utama terapi untuk alergi susu sapi adalah menghindari segala bentuk produk
susu sapi tetapi harus memberikan nutrisi yang seimbang dan sesuai untuk tumbuh
kembang.
- Pilihan utama susu formula pada bayi dengan alergi susu sapi adalah susu hipoalergenik.
Susu hipoalergenik adalah susu yang tidak menimbulkan reaksi alergi pada 90% bayi
dengan diagnosis alergi susu sapi dengan keberhasilan 95%. Susu yang memenuhi
kriteria tersebut ialah susu terhidrolisat ekstensif dan susu formula asam amino.
Sedangkan susu terhidrolisat parsial tidak termasuk dalam kelompok ini dan bukan
merupakan pilihan untuk terapi alergi susu sapi. Formula susu terhidrolisat ekstensif
merupakan susu yang dianjurkan pada alergi susu sapi dengan gejala klinis ringan atau
sedang. Pada alergi susu sapi berat yang tidak membaik dengan susu formula
terhidrolisat ekstensif maka perlu diberikan susu formula asam amino.
- Pada pasien ini diberikan susu soya atau Pregestimil sejumlah 6x60 mL (total 360mL)
per hari. Pasien berumur 4 bulan membutuhkan membutuhkan kalori sebanyak 70-75
kcal/kg/hari18 dimana berat pasien adalah 4,6 kg sehingga kebutuhan kalori sebanyak 345
kcal/hari. Pregestimil mengandung 24 kcal per oz (ounce) sehingga pasien membutuhkan
345kcal/24 kcal= 14,375 oz = 425 mL. Maka dari itu, disarankan susu Pregestimil
dinaikkan menjadi 7x 60 mL (420 mL). Pada pasien ini (<6bulan) tidak dianjurkan
mengkonsumsi susu kedelai.16,17
- Eliminasi diet menggunakan formula susu terhidrolisat ekstensif atau formula asam
amino diberikan sampai usia bayi 9 atau 12 bulan, atau paling tidak selama 6 bulan.
Setelah itu uji provokasi diulang kembali, bila gejala tidak timbul kembali berarti anak
sudah toleran dan susu sapi dapat dicoba diberikan kembali. Bila gejala timbul kembali
maka eliminasi diet dilanjutkan kembali selama 6 bulan dan seterusnya.
- Apabila susu formula terhidrolisat ekstensif tidak tersedia atau terdapat kendala biaya,
maka pada bayi di atas 6 bulan dapat diberikan formula kedelai dengan penjelasan
kepada orangtua mengenai kemungkinan reaksi silang alergi terhadap protein kedelai.
Angka kejadian alergi kedelai pada pasien dengan alergi susu sapi berkisar 10-35% %.16
- Gejala yang ditimbulkan alergi susu sapi diobati sesuai gejala yang terjadi. Jika
didapatkan riwayat reaksi alergi cepat, anafilaksis, asma, atau dengan alergi makanan
yang berhubungan dengan reaksi alergi yang berat, epinefrin harus dipersiapkan. 16
Untuk mengatasi diare, pasien juga diberikan oralit oral sebanyak 50 mL (50-100ml)2
setiap kali BAB cair dan zinc oral sebanyak 10 mg/hari (untuk <6 bulan dosis 10mg/hari)
selama 10 hari. 2 Untuk mengatasi demam, pasien diberi parasetamol oral 2mlx3 (total 6 mL)
dimana 1 mL mengandung 24mg (dosis anak 10-40 mg/kgBB). Untuk mengatasi ISK, pasien
diberi Amikasin IV 35 mg OD dimana sebelumnya diberi Gentamisin IV 25 mg OD
(resisten). Amikasin diberikan dengan dosis 15mg/kg/hari IV atau IM dibagi 3dosis per hari.
sebaiknya pasien diberikan sebanyak 4,6 kg x 15mg/kg/hari yakni 69 mg/hari18 selama 7
hari.13 Nystatin drops PO 1mL QDS tidak diindikasikan dikarenakan tidak ada tanda-tanda
adanya infeksi jamur (paling sering kandida) pada pasien ini. Pasien dicurigai jamur apabila
terdapat bercak-bercak (pseudomembran) putih coklat muda kelabu yang apabila terkelupas
dasarnya tampak daerah yang basah dan merah. Untuk menegakan diagnosis, dapat dilakukan
banyak cara, salah satunya melalui lidah bila dicurigai kandidiosis oral. Pengerokan dan
pewarnaan dapat dilihat di bawah mikroskop dnegan adanya hifa, pseudohifa, atau budding
yeast cells.19
Pengobatan untuk kemerahan pada kedua pipi tidak perlu diberikan karena dicurigai
eritema infeksiosum dan efek alergi dari susu sapi. Apabila kemerahan ini mengganggu
pasien, seperti gatal pada pasien ini, dapat diberikan golongan kortikosteroid, yakni
hidrokortison 1% yang dioleskan tipis-tipis pada kulit 2x per hari selama 5 hari.
Indikasi rawat apabila pasien ini mengalami pielonefritis akut, gagal ginjal, hipertensi,
sepsis atau syok, sulit makan melalui oral, muntah dan dehidrasi berat.13 Pasien dipulangkan
dan boleh berobat jalan dikarenakan pasien sudah dalam keadaan yang tidak ada indikasi
rawat.
Prognosis pasien ini adalah baik apabila tatalaksana dapat berjalan dengan baik. Pada
pasien ini tidak ada komplikasi yang berat yang dapat mengancam nyawa, dan kemungkinan
untuk berulang, khususnya diare akibat susu sapi masih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Diarrhoea. Diunduh dari: http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/. Diakses tanggal 26 September 2015.
2. Anonymous. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Indonesia: WHO, Bakti Husada, dan IDAI. 2009
3. Anynomous. Rotavirus. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/rota.pdf. Diakses tanggal 26 September 2015.
4. Guarino A, Branski D. Chronic Diarrhea. Dalam: Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW,
Schor NF, Behrman RE, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Ed ke-19, Philadelphia:
Elsevier Saunders.2011.
5. Lee SD, Surawicz CM. Infectious causes of chronic diarrhea. United States: Pubmed. 2001.6. Anonymous. Chronic Diarrhea. Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/healthywater/hygiene/disease/chronic_diarrhea.html. Diakses tanggal 26 September 2015
7. Anonymous. Dysentery. Diunduh dari: http://www.who.int/topics/dysentery/en/. Diakses tanggal 26 September 2015.
8. Levine J, Dykoski RK, Janoff EN. Candida-associated diarrhea: a syndrome in search of credibility. United States: Pubmed. 2014
9. Anonymous. Cystic Fibrosis. Diunduh dari: http://patient.info/health/cystic-fibrosis-leaflet. Diakses tanggal 26 September 2015.
10. Anonymous. Diare kronik. Diunduh dari: http://milissehat.web.id/?p=2532. Diakses tanggal 26 September 2015.
11. Montalto M, D’Onofrio F, Santoro L, Gallo A, Gasbarrini A, Gasbarrini G. Autoimmune enteropathy in children and adults. United States: Pubmed. 2009.
12. Anonymous. Hyperthyroidism (Thyrotoxicosis). Diunduh dari: http://www.thyroid.ca/thyrotoxicosis.php. Diakses tanggal 26 September 2015.
13. Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP, Hidayati EL. Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Jakarta: IDAI.2011
14. Anonymous. Fifth Disease. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/parvovirusb19/fifth-disease.html. Diakses pada tanggal 27 September 2015.
15. Rahayu T, Tumbelaka AR. Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut Pada Anak. Jakarta: Sari Pediatri. 2002.
16. Anonymous. Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi. Jakarta: IDAI. 2010.17. Anonymous. Hypoallergenic Infant Formulas. Diunduh dari
http://pediatrics.aappublications.org/content/106/2/346.full. Diakses tanggal 27 September 2015.
18. Anonymous. Amikacin. Diunduh dari: http://reference.medscape.com/drug/amikin-amikacin-342516. Diakses tanggal 26 September 2015.
19. Hidalgo JA. Candidiasis. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/213853-workup. Diakses pada tanggal 26 September 2015.
Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak
Alergi Susu Sapi dan Infeksi Saluran Kemih
Disusun Oleh: Visto Pangestu (07120110001)
Pembimbing: dr. Vinia Rusli, SpA
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Siloam Hospital Lippo Village
Periode 17 Agustus 2015 – 17 Oktober 2015