lapkas akne.docx

Upload: miftahulmasruri

Post on 08-Mar-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Acne vulgaris (jerawat) adalah salah satu penyakit kulit yang menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda. Penyakit ini tidak fatal, namun cukup merisaukan karena mengurangi percaya diri dan dapat meningkatkan insiden kecemasan sampai depresi. Penyebab acne vulgaris belum diketahui secara pasti, namun diduga bahwa acne vulgaris merupakan penyakit multifaktorial yang manifestasi klinisnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti hormon, diet, genetik, kosmetik, trauma, lingkungan fisik, dan stress psikis.Akne merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar sebasea. Penyakit ini dapat bersifat minor dan hanya komedo atau peradangan dengan pustule multipel atau kista. Keadaan ini sering dialami oleh remaja dan dewasa muda, dan akan menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun.1 Acne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarche atau haid pertama. Onset acne pada perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki.2Prevalensi acne pada masa remaja cukup tinggi, yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja. Perempuan ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu 37% dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%. Pada ras Asia, lesi infl amasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi infl amasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, acne komedonal lebih sering dibandingkan acne infl amasi, yaitu 14% acne komedonal, 10% acne inflamasi.2Acne memiliki gambaran klinis beragam, mulai dari komedo, papul, pustul, hingga nodus dan jaringan parut, sehingga disebut dermatosis polimorfik dan memiliki peranan poligenetik. Pola penurunannya tidak mengikuti hokum Mendel, tetapi bila kedua orangtua pernah menderita acne berat pada masa remajanya, anak-anak akan memiliki kecenderungan serupa pada masa pubertas. Meskipun tidak mengancam jiwa, acne memengaruhi kualitas hidup dan memberi dampak sosioekonomi pada penderitanya.2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. DefenisiAkne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipertrofik maupun hipotrofik. 2Defenisi lain akne vulgaris atau disebut juga common acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustul atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan dalam etiologi (Dorland, 2002).

2.2.EpidemiologiKarena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman mengatakan bahwa tidak ada seorangpun (artinya 100%), yang sama sekali tidak pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat pada waktu lahir, namun ada kasus yang terdapat pada masa bayi. Umunnya insiden terjadi sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada priadan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang.Pada seorang gadis akne vulgaris dapat terjadi saat premanarke. Setelah masa remaja kelainan ini berlangsung berkurang. Namun kadang-kadang terutama pada wanita, akne vulgaris menetap sampai decade umur 30-an atau bahkan lebih. Meskipun pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria. Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Korea, Cina) lebih jarang menderita akne vulgaris disbanding dengan ras Kaukasia ( Eropa, Amerika), dan lebih sering terjadi nodula-kistik pada kulit putih daripada negro. Akne vulgaris mungkin terlihat familial, namun karena tingginya prevalensi penyakit, hal ini susah dibuktikan. Dari sebuah penelitian diketahui bahwa mereka yang bergenotip XXY mendapat akne vulgaris yang lebih berat.

2.3.KlasifikasiAkne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan lainnya, sehingga diperlukan penggolongan atau klasifikasi untuk membedakannya. Beberapa peneliti atau penulis buku dermatologi mengemukakan klasifikasi yang berbeda. Domonkos dalam buku Andrews diseases of the skin (1971) menulis bahwa akne terdiri atas akne vulgaris, akne keloidalis, perifolikulitis, akne tropikalis, akne neonatorum, rinofima, akne rosasea, dan perioral dermatitis. Cunliffe dalam buku Acne (1989) menyatakan bahwa akne terdiri atas : 1. Akne vulgaris yang meliputi akne konglobata, akne fulminans, folikulitis negative-gram, pioderma fasial, dan akne vasikulitis. 2. Varian akne yang meliputi akne induksi obat, acne excoriee, akne infantile, akne juvenile, akne klor, oil acne, akne kimiawi lain, Fiddlers neck, akne nevoid, akne fisika (frictional acne dan immobility acne), akne kosmetika, akne deterjen, dan akne tropikalis. Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu: 1. Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan,pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya. 2. Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne kosmetika, akne pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen.3. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones dan akne radiasi.Pergolongan ini membedakannya secara jelas dengan kelainan yang mirip akne, erupsi akneiformis akibat induksi obat yang digunakan secara lama, misalnya kortikosteroid, ACTH, INH, iodida, bromide, vitamin B12, difenil hidrantoin, trimetadion, dan fenobarbital. Pada akne vulgaris terjadi perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat pengaruh berbagai faktor penyebab. Pada akne venenata terjadi penutupan oleh massa eksternal. Pada akne fisis, saluran keluar menyempit akibat radiasi sinar ultraviolet, sinar matahari, atau sinar radioaktif. 2

2.4. Etiologi dan PatogenesisMeskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui pasti, namun ada berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit. Patogenesis acne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum berlebihan, inflamasi, dan aktivitas Propionibacterium acnes (P. acnes). Androgen berperan penting pada patogenesis acne tersebut. Acne mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan dehidroepiandrosteron sulfat, precursor testosteron.Penderita acne memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih dalam batas normal. Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan merangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi keratinosit pada duktus seboglandularis dan akroinfundibulum. Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa. Epitel folikel rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut.Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas, membentuk mikrokomedo. Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan bakteri, akan membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang keluar akan menimbulkan respons inflamasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa infl amasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo.Faktor keempat terjadinya acne adalah P.acnes, bakteri positif gram dan anaerob yang merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan acne memiliki konsentrasi P.acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi tidak terdapat korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne. Peranan P.acnes pada patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang memicu infl amasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P. acnes meningkatkan respons inflamasi melalui aktivasi komplemen.Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah berjerawat, misalnya pada wajah, dada, dan punggung.3Secara skematik, etiopatogenesis acne, digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Etiopatogenesis Acne

2.5. Gejala KlinisAkne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi , yaitu : komedo terbuka dan tertutup, papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi dapat mendominasi; bentuk yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal usia remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah wajah. Lesi dapat mengenai dada, pungguang atas dan daerah deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering disebabkan oleh penggunaan sediaan minyak rambut (akne pomade). Mengenai tubuh paling sering pada laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan hiperpigmentasi pasca radang sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung keparahan, kedalaman dan kronisitas proses, Akne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berawarna hitam mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo).2

Gambar 2. Letak Sumbatan Sebum Pada Komedo Terbuka dan Tertutup

2.6. GradasiPenentuan Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan pengobatan. Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris yang dikemukakan.1. Ringan, bila :a. Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksib. Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksic. Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi2. Sedang, bila :a. Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksib. Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksic. Beberapa lesi beradang pada 1 predileksid. Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi3. Berat, bila:a. Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksib. Banyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksiCatatan :Sedikit < 5, beberapa 5-10, banyak >10 lesiTak beradang: komedo putih, komedo hitam, papulBeradang: pustule, nodus, kista.2

2.7. DiagnosisDiagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna). Sebum yang menyembat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas. Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan pathogenesis penyakit dapat dilakukan dilaboratorium mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas (free fatty acid) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.

2.8. Diagnosa Banding1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh induksi obat, misalnya kortikosteroid, INH, barbiturate, bromida, yodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustule mendadak tanpa adanya komedo di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi di semua usia.2. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bias berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsangan fisisnya.3. Rasasea, merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritema, pustule, telangiektasi dan kadang-kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis polimorfi eritema, papul, pustule, disekitar mulut yang terasa gatal.

2.9. PenatalaksanaanPengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal, obat sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut. a. Pengobatan topikal.Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel akne vulgaris; anti peradangan topikal; dan lainnya seperti atil laktat 10% yang untuk menghambat pertumbuhan jasad renik. b. Pengobatan sistemik. Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan jasad renik di samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: anti bakteri sistemik; obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea; vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti anti inflamasi non steroid.

2.10. PencegahanPencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai berikut: a. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran.b. Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat, cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, dan sebagainya. c. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa.

2.11. PrognosisUmumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat hingga perlu di rawat inap di rumah sakit.2

BAB IIIPENUTUP