lap. studi kasus gaya belajar

68
LAPORAN STUDI KASUS HUBUNGAN TIPE GAYA BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN MENGINGAT PELAJARAN PADA SISWA MTsN MALANG I Oleh: Siti Manar Mufidah NIM: 06410036 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) 1

Upload: manar-mufidah

Post on 08-Apr-2016

366 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Laporan studi kasus tentang gaya belajar

TRANSCRIPT

Page 1: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

LAPORAN STUDI KASUS

HUBUNGAN TIPE GAYA BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN

MEMAHAMI DAN MENGINGAT PELAJARAN

PADA SISWA MTsN MALANG I

Oleh:Siti Manar Mufidah NIM: 06410036

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

SEPTEMBER 2009

1

Page 2: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan

antara yang satu dengan yang lain. Manusia secara kodrati diciptakan oleh Tuhan

YME berbeda dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Manusia mempunyai

derajat paling tinggi di antara semua ciptaan Tuhan. Manusia adalah makhluk

hidup yang paling sempurna. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk

lain salah satunya adalah manusia dianugerahi otak sebagai pusat akal dan

pikiran. Otak merupakan pusat kendali perilaku manusia, artinya setiap hal yang

dilakukan manusia akan melibatkan kerja otak.

Otak merupakan tempat menerima, menyimpan kemudian mengenali

informasi yang ada, artinya otak adalah pusat ingatan manusia (Markowitz dan

Jensen, 2002). Di dalam otak tersimpan berbagai macam informasi. Bermacam-

macam jenis ingatan ada dalam otak manusia. Selama otak dalam keadaan sehat

manusia akan selalu melakukan proses mengingat. Otak tidak bekerja sendirian

pada saat proses mengingat, perlu adanya kerjasama dengan organ lain

diantaranya pancaindera. Pancaindera menerima informasi kemudian diantar ke

otak diolah dan disimpan. Lalu pada saat-saat tertentu bila dibutuhkan otak akan

mengeluarkan informasi tersebut sebagai bentuk mengenali. Wujud dari

mengenali adalah dengan diucapkan, ditunjukkan, atau dituliskan. Organ-organ

lain dibutuhkan untuk melakukan itu seperti mulut untuk mengucapkan kata atau

jari untuk menunjukkan sesuatu.

2

Page 3: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Uraian tersebut menunjukkan bahwa proses mengingat adalah proses

biologi yang secara alami pasti terjadi pada manusia. Selain sebagai proses

biologi mengingat juga merupakan proses mental. Proses ini bukan merupakan

kemampuan bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anak, artinya belum

tentu orang tua yang mempunyai kemampuan mengingat rendah anaknya akan

mempunyai kemampuan mengingat yang rendah pula. Ingatan juga bukan

merupakan suatu objek seperti mata, hidung, tangan, dan organ tubuh lainnya.

Ingatan merupakan suatu abstraksi yang menunjuk pada suatu himpunan ciri-ciri,

kegiatan, dan keterampilan. Daya ingat adalah suatu kemampuan untuk mengingat

apa yang telah diketahui (Gie, 1995).

Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki perbedaan dalam

mengingat dan memahami pelajaran yang diperolehnya. Oleh karena itu dalam

dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan

perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan

dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola

pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa ternyata

seseorang memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Satu orang akan merasa lebih

efektif dan lebih baik dengan menggunakan lebih banyak mendengarkan, namun

orang lain merasa lebih baik dengan membaca dan bahkan ada yang merasa

bahwa hasilnya akan optimal jika belajar dengan langsung mempraktekkan apa

yang akan dipelajari. Seperti yang dikatakan oleh Bobbi DePorter dan Mike

Hernacki (2005) dalam bukunya Quantum Learning memaparkan 3 modalitas

belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K).

3

Page 4: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Walaupun masing- masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga

modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada

salah satu di antara ketiganya”. Bagaimana cara seseorang belajar akan sangat 

mempengaruhi struktur otaknya. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai gaya

belajar.

Gaya Belajar akan sangat mempengaruhi bagian dari otak yang akan

diaktifkan selama belajar. Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk

membuktikan bahwa gaya belajar tertentu untuk seorang murid akan dapat

menjamin kesuksesannya. Pada saat ini terdapat bermacam-macam model gaya

belajar. Keragaman ini didasarkan pada penekanan yang berbeda dari para ahli

dalam tiap penelitiannya, beberapa ahli melihat proses inputnya, yang lain melihat

cognitive filter-nya, sementara yang lain melihat response-stylenya.(Prayudi:

2007)

Otak manusia tidak hanya memiliki gaya belajar tunggal. Otak manusia

sangatlah kompleks. Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang

paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat

mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang

menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan

reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar

sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari

kerusakan. Salah satu fungsi dari otak itu sendiri adalah sebagai tempat untuk

memahami dan mengingat sesuatu. Baik untuk mengingat kenangan masa lalu,

memahami materi pelajaran, pengalaman, dan sebagainya.

4

Page 5: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Dalam penelitian studi kasus kali ini, tema yang diambil berkaitan erat

dengan bagaimana seorang siswa mengingat dan memahami pelajarannya dilihat

dari gaya belajar yang dipakainya. Terkadang gaya belajar yang dipakai siswa

bukanlah gaya belajar yang sebenarnya dimiliki, karena banyak siswa yang tidak

mengetahui gaya belajar yang efektif bagi dirinya sendiri, sehingga berdampak

pada pemahaman mata pelajaran yang diingatnya. Cara seorang siswa mengingat

dan memahami sangat mempengaruhi sesuatu masuk ke dalam otak. Dalam hal

ini adalah bagaimana cara seorang siswa mengingat dan memahami, sangat

mempengaruhi sesuatu yang diingat tersebut masuk ke dalam otaknya.

Dengan mengingat pentingnya pengaruh mengetahui tipe gaya belajar

dengan kemampuan mengingat pelajaran pada siswa, dan dalam hal ini peneliti

ingin membantu salah satu siswa yang belum mengetahui cara belajar efektif dan

memiliki kesulitan dalam memahami mata pelajaran, maka peneliti mengambil

tema tersebut untuk dijadikan sebuah studi kasus.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana gaya belajar siswa MTsN Malang I?

2. Bagaimana kemampuan memahami dan mengingat pelajaran siswa MTsN

Malang I?

3. Apakah terdapat hubungan antara Gaya Belajar dengan kemampuan

memahami dan mengingat pelajaran siswa MTsN Malang I?

5

Page 6: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui gaya belajar siswa MTsN Malang I?

2. Untuk mengetahui kemampuan memahami dan mengingat pelajaran

siswa MTsN Malang I?

3. Untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar dengan kemampuan

memahami dan mengingat pelajaran siswa MTsN Malang I?

D. MANFAAT

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara umum kepada

pihak sekolah yakni guru untuk selalu memberikan metode pengajaran yang

inisiatif dan tidak monoton agar siswa mampu menangkap pelajaran dengan baik.

Kemudian secara khusus bagi siswa sendiri adalah agar mencoba menemukan

cara atau gaya belajar yang tepat dengan dirinya agar dapat memahami dan

mengingat pelajaran dengan mudah.

6

Page 7: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

BAB II

KAJIAN TEORI

A. GAYA BELAJAR

1. Pengertian

Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih oleh seseorang untuk

menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Bobbi De

Porter dan Hernachi (2000) menyebutkan dua kategori utama mengenai

bagaimana individu belajar, yaitu cara menyerap informasi dengan mudah, dan

cara mengatur dan mengolah informasi (dominansi otak). Disimpulkan bahwa

gaya belajar adalah kombinasi antara menyerap, kemudian mengatur, serta

mengolah informasi. Dunn & Dunn (1998) berdasarkan tipe stimulus

mengelompokkan gaya belajar menjadi lima kategori, yakni stimulus lingkungan,

emosional, sosiologis, fisiologis dan psikologis. Sedangkan menurut Honey and

Mumford (1986), gaya pembelajaran boleh dikategorikan kepada empat jenis

yaitu aktivis, reflektis, teoris dan pragmatis. Gaya pembelajaran ini berkait erat

dengan sikap, personaliti dan ciri-ciri seseorang individu tersebut.

Macam-macam gaya belajar menurut Barbe dan Swassing (dalam

Hartanti dan Arhatanto, 2003) terdiri atas tiga modalitas (gaya belajar) yaitu :

visual, auditori, dan kinestik. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Fleming

(2002) bahwa terdapat tiga modalitas belajar, yaitu visual, auditori, dan

kinesthetic.

Bobby De Porter dan Hernacki (2000) dalam bukunya Quantum Learning

dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau

7

Page 8: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

kinestetik (V-A-K). Walaupun masing2 dari kita belajar dengan menggunakan

ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung

pada salah satu di antara ketiganya”.

Rina Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah menemukan

banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor-

faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Sebagian orang, misalnya,

dapat belajar paling baik dengan cahaya yng terang, sedang sebagian yang lain

dengan pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara

berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang

tua atau guru, yang lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi

mereka. Sebagian orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang

lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada orang- orang

yang memerlukan lingkungan kerja yang teratur dan rapi, tetapi yang lain lebih

suka menggelar segala sesuatunya supaya semua dapat terlihat.

Selanjutnya, jika seseorang telah akrab dengan gaya belajarnya sendiri,

maka dia dapat membantu dirinya sendiri dalam belajar lebih cepat dan lebih

mudah. Dan juga, dengan mempelajari bagaimana memahami cara belajar orang

lain, seperti teman- teman, rekan kerja, suami/istri, anak- anak dan orang tua,

dapat membantu seseorang tersebut memperkuat hubungan dengan orang- orang

disekitarnya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan suatu cara yang cenderung dan sering

dipilih oleh seseorang dalam menangkap suatu informasi yang masuk ke dalam

8

Page 9: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

dirinya. Dan secara umum, gaya belajar digolongkan menjadi tiga macam.

Diantaranya adalah gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.

2. Macam- macam gaya belajar

Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola

dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3

(tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan

kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini

tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara

belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain.

Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki

salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan

rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk

menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode

belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia

menjadi "pintar" sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif

mungkin tidak diperlukan lagi.

Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti

disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut:

a. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar Visual yaitu gaya belajar yang ditumpukan pada penglihatan.

Seseorang merasa harus melihat dulu buktinya baru bisa mempercayainya.

Artinya, dalam gaya belajar ini seseorang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk

melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum ia memahaminya.

9

Page 10: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Biasanya orang tipe ini senang belajar dengan membaca (diam) dan

memperhatikan orang mengerjakan sesuatu (senang diberi contoh).

Orang yang memiliki gaya belajar Visual, belajar dengan menitikberatkan

ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih

dahulu agar mereka paham. Ciri-ciri orang yang memiliki gaya belajar visual

adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara

visual sebelum mereka memahaminya. Konkretnya, yang bersangkutan lebih

mudah menangkap pelajaran lewat materi bergambar. Selain itu, mereka memiliki

kepekaan yang kuat terhadap warna, disamping mempunyai pemahaman yang

cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya mereka memiliki kendala

untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga

sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata

atau ucapan.

Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar visual diantaranya ;

Senantiasa melihat dan memperhatikan gerak bibir seseorang yang

berbicara kepadanya

Cenderung menggunakan gerakan tubuh saat mengungkapkan sesuatu

Kurang menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang menyukai

untuk mendengarkan orang lain.

Biasanya tidak dapat mengingat informasi yang diberikan secara lisan

Lebih menyukai peragaan daripada penjelasan lisan

Biasanya orang yang Visual dapat duduk tenang di tengah situasi yang

ribut/ramai tanpa merasa terganggu

Selalu rapih dan teratur

10

Page 11: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Berbicara dengan cepat

Teliti pada detail

Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi

Pengeja yang baik dan dapat melihat kata- kata yang sebenarnya dalam

pikiran mereka

Mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar

Mengingat dengan asosiasi visual

Pembaca cepat dan tekun

Suka membaca daripada dibacakan

Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

Sering menjawab pertanyaan dengan singkat seperti ya dan tidak.

Lebih suka memperagakan dari pada berbicara

Lebih suka seni daripada musik

Seringkali mengetahi apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai

memilih kata- kata

b. Gaya belajar Auditorial

Gaya belajar Auditorial yaitu gaya belajar yang menempatkan

pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya,

seseorang harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami

informasi yang diterimanya. Seseorang yang memiliki bertipe ini, biasanya

perhatiannya mudah terpecah dan ia mengeluarkan suara/komat-kamit saat

membaca. Pada intinya orang yang termasuk dalam tipe ini mengandalkan indera

pendengarannya saat belajar. Di sekolah misalnya, orang tipe auditory ini akan

lebih mengerti pelajaran saat guru mengajar di depan kelas. Orang bertipe

11

Page 12: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

auditory umumnya akan mengeluarkan suara ketika menghafal sesuatu. Dia butuh

sesuatu yang didengarkan oleh indera pendengarannya bahkan ketika dia sedang

belajar sendirian.

Orang yang memiliki gaya belajar Auditory, belajar dengan mengandalkan

pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model

belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk

menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, untuk bisa mengingat dan

memahami informasi tertentu, yang bersangkutan haruslah mendengarnya lebih

dulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini umumnya susah menyerap secara

langsung informasi dalam bentuk tulisan, selain memiliki kesulitan menulis

ataupun membaca.

Ciri- ciri seseorang yang memiliki gaya auditorial antara lain :

Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok

Mengenal banyak sekali lagu / iklan TV,

Suka berbicara.

Pada umumnya bukanlah pembaca yang baik.

Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.

Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.

Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya.

Mudah terganggu oleh keributan

Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika

membaca

Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara

12

Page 13: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Berbicara dalam irama yang terpola

Lebih suka musik daripada seni

Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

daripada apa yang dilihat

Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu yan panjang

lebar

Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

Lebih suka gurauan lisan dripada membaca komik

Suka berbicara pada diri sendiri pada saat kerja

Merasa sulit menulis tapi pandai bercerita

Lebih mudah mengingat dari mendengar

c. Gaya belajar kinestetik

Gaya belajar Kinestetik yaitu gaya belajar yang dilakukan seseorang

dengan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa

mengingatnya. Artinya, seseorang lebih mudah menyerap informasi dengan

melakukan gerakan-gerakan (melibatkan aktifitas fisik) seperti mencoret-coret

pada saat belajar, berjalan mondar-mandir, menggerak-gerakkan tangan, atau

melakukan percobaan. Orang dengan tipe belajar ini biasanya menggunakan

indera peraba (tangan) untuk mengingat informasi yang diberikan. Orang dengan

tipe kinesthetic ini harus aktif mengerjakan sesuatu agar dapat mengerti, daripada

sekadar duduk diam membaca atau duduk diam mendengarkan guru mengajar.

Dengan tipe ini, orang butuh praktek ketika mempelajari sesuatu.

Orang yang memiliki gaya belajar, Kinesthetic mengharuskan individu

yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar

13

Page 14: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti

ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah

menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus

mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya

belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.

Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tak tahan duduk

manis berlama-lama mendengarkan penyampaian informasi. Tak heran kalau

individu yang memiliki gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau

prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan

mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak

tubuh (athletic ability). Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter ini

lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar

atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta.

Mereka yang memiliki karakteristik-karakteristik di atas dianjurkan untuk

belajar melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model peraga, semisal

bekerja di lab atau belajar yang membolehkannya bermain. Cara sederhana yang

juga bisa ditempuh adalah secara berkala mengalokasikan waktu untuk sejenak

beristirahat di tengah waktu belajarnya.Beberapa karakteristiknya adalah:

Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya

Sulit untuk berdiam diri

Suka mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangan

Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik

Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar

Mempelajari hal-hal yang abstrak merupakan hal yang sangat sulit

14

Page 15: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka

Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang

Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

Banyak menggunakan isyarat tubuh

Tidak dapat diam untuk waktu lama

Banyak bergerak

Menyukai buku- buku yang berorientasi pada plot- mereka mencerminkan

aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

Kemungkinan tulisannya jelek

Menyukai permainan yang menyibukkan

Merasa bisa belajar lebih baik bila dengan berjalan

3. Aspek – aspek yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar

Dalam hal ini, aspek fisik atau lingkungan yang paling banyak

mempengaruhi konsentrasi seseorang dalam belajar, antara lain:

a. Suara

Tiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara. Ada yang

menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun

nonton TV. Ada juga yang suka belajar di tempat yang ramai, bersama teman.

Tapi ada juga yang tidak dapat berkonsentrasi kalau banyak orang di sekitarnya.

Bahkan bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu

konsentrasi belajar mereka. Mereka memilih belajar tanpa musik atau di tempat

yang mereka anggap tenang tanpa suara. Namun, beberapa orang tertentu tidak

15

Page 16: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat berkonsentrasi

belajar dalam keadaan apapun.

b. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan

dibandingkan pengaruh suara. Mungkin karena relatif mudah mengatur

pencahayaan sesuai dengan kebutuhan.

c. Temperatur

Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya juga

tidak terlalu dipermasalahkan orang. Namun, perlu diketahui bahwa reaksi tiap

orang terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingin,

atau sejuk, sedangkan orang yang lain memilih tempat yang hangat.

d. Desain Belajar

Jika seseorang sedang membaca, menulis, atau meringkas modul yang

membutuhkan konsentrasi dan merasa lebih nyaman untuk melakukannya sambil

duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur, tikar, karpet atau duduk santai di lantai,

maka mungkin dia termasuk orang yang membutuhkan desain informal atau cara

belajar tidak formal yang santai.

B. MENGINGAT DAN MEMAHAMI

1. Memahami

Wahyu Dwinoto (2009) menyatakan bahwa memahami merupakan sebuah

kata kerja yang memiliki kata dasar faham yang berarti sebuah proses yang

dilatarbelakangi  karena mengetahui objek yang ingin dipahami. Artinya,

memahami dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengetahui suatu objek dari latar

16

Page 17: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

belakang, sifat- sifatnya serta segala sesuatu yang ada di dalam sebuah objek.

Tanpa mengetahui latar belakangnya, maka tidak akan bisa memahami sebuah

objek.

Jika hal ini dikaitkan dengan sebuah usaha untuk memhami pelajaran,

maka dapat dikatakan bahwa memahami sebuah pelajaran adalah bagaimana

seorang pelajar dapat mengetahui dan menguasai latar belakang atau isi dari

sebuah materi. Sehingga tanpa mengetahui dan menguasai isi dari materi, materi

tidak akan bisa difahami oleh seorang pelajar.

2. Mengingat

Mengingat adalah tingkah laku manusia yang selalu diperoleh pengalaman

masa lampau yang diingatnya. Mengingat dapat didefinisikan sebagai

pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau. Mengingat dapat terjadi

dalam beberapa bentuk. Diantaranya adalah:

a. Bentuk yang paling sederhana adalah mengingat sesuatu apabila

sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini disebut rekognisi. Misalnya,

kita mengingat wajah kawan, komposisi musik, lukisan, dan sebagainya.

b. Bentuk mengingat yang lebih sukar adalah recall. Seseorang me-

recall sesuatu apabila sadar bahwa dirinya telah mengalami sesuatu di

masa yang lalu, tanpa mengenakan sesuatu itu pada inderanya. Misalnya,

kita me-recall nama buku yang telah selesai kita baca minggu lalu.

c. Lebih sukar lagi ialah mengingat dengan cukup tepat untuk

memproduksi bahan yang pernah dipelajari. Misalnya mengenal kembali

(rekognisi) sebuah nyanyian dan ingat juga bahwa pernah mempelajari

17

Page 18: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

nyanyian itu (recall), tetapi kemudian menyanyikannya kembali

(reproduksi)

d. Bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance)

kebiasaan-kebiasaan yang sangat otomatis. Apabila melakukan rekognisi,

recall, reproduksi ataupun performance, pertama-tama harus memperoleh

materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama dalam

keseluruhan proses yang bertitik puncak pada mengingat.

Suatu bentuk memperoleh materi tertentu dikaitkan dengan tiap bentuk

mengingat. Untuk merekognisi dan me-recall, seseorang harus mempersepsi,

sedangkan untuk memperoduksi, seseorang harus membentuk kebiasaan. Karena

itu, seseorang perlu belajar. Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal

yang sudah pernah diketahui sebelumnya.

1. Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali ingatan suatu peristiwa, lengkap

dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa

yang terjadi pada masa lalu. Misalnya: seorang pria mengingat peristiwa

pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.

2. Pembauran ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatannya

hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu. Misalnya dalam

contoh di atas ingatan timbul setelah pria tersebut secara kebetulan

berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkut.

3. Memanggil kembali ingatan, yaitu mengingat kembali suatu hal, sama

sekali terlepas dari hal-hal lain di masa lalu. Misalnya, mengingat sajak.

Yang diingat di sini hanya sajaknya saja, tetapi pada suatu saat apa saja

yang dipelajari untuk pertama kalinya, tidak diperhatikan lagi.

18

Page 19: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

4. Rekognisi, yaitu mengingat kembali suatu hal setelah menjumpai sebagian

dari hal tersebut. Misalnya ingat suatu lagu, setelah mendengar sebagian

dari nada lagu tersebut.

5. Mempelajari kembali, terjadi kalau kita mempelajari hal sama untuk kedua

kalinya, bhanyak hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga tempo

belajar dapat menjadi jauh lebih singkat.

19

Page 20: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian studi kasus pada kali ini adalah bertempat di MTsN

Malang I (Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I) yang terletak di Jl. Bandung

no. 7 Malang. MTsN Malang I merupakan sebuah sekolah yang terletak satu

lokasi dengan BA Restu, MIN Malang I dan MAN III Malang. Kesemuanya

merupakan sekolah terpadu.

B. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini memakai desain penelitian dengan pendekatan kualitatif

deskriptif. Artinya suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada

metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada

pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,

laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang

alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3)

mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati.

Makna dari secara deskriptif merupakan sebuah proses pemecahan

masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian

pada saat sekarang berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau bagaimana adanya.

Adapun pelaksanaan dari metode ini tidak sampai pada pengumpulan dan

20

Page 21: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

penyusunan data, melainkan meliputi analisis dan interpretasi tentang data

tersebut, selain itu, semua yang dikumpulkan juga memungkinkan menjadi kunci

apa yang sedang diteliti.

Fenomena sosial dan masalah manusia yang dimaksud disini adalah

masalah mengenai pengaruh dari tipe gaya belajar terhadap kemampuan

memahami dan menerima pelajaran. Dan dalam laporannya, peneliti akan

memaparkan secara rinci dalam kalimat yang deskriptif berdasarkan data yang

diperoleh melalui metode pengumpulan data yang dipakai, yaitu metode

wawancara, questionnaire, tes psikologi serta metode dokumentasi.

Adapun jenis penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Penelitian studi

kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci,

memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber

informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari

berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. (Bungin, B. 2007)

C. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah salah satu siswi kelas 7 MTsN Malang

I. Subjek bernama Awa (fiktif) anak sulung dari dua bersaudara. Peneliti memilih

subjek dalam penelitiannya dikarenakan subjek memiliki kesulitan dalam

menghafal pelajaran serta masih belum menemukan cara belajar yang efektif bagi

dirinya sendiri. Hal ini diketahui peneliti dari data pribadi subjek (DCM) atau data

dokumentasi dan wawancara secara pribadi terhadap subjek.

21

Page 22: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang diambil dalam penelitian studi kasus kali ini

adalah:

1. Metode Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi

atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Wawancara adalah metode

pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan

sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. (Hadi, 1993)

Teknik wawancara yang dipakai adalah wawancara terpimpin terbuka dan

wawancara pribadi. Wawancara terpimpin terbuka adalah melakukan wawancara

dengan memakai pedoman yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan

dikatakan terbuka karena pertanyaan yang diajukan membebaskan interviewee

untuk menjawab dengan singkat atau panjang lebar. Akan tetapi tidak

menyimpang dari tema dan pertanyaan yang telah diajukan.

Dalam penelitian ini, pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pedoman

wawancara yang telah dibuat oleh peneliti yaitu seputar gaya belajar berdasarkan

karakteristik- karasteristiknya dari teori yang telah di dapat sebelumnya serta

mengenai kegiatan belajar yang dilakukan subjek dalam kesehariannya.

Wawancara pribadi adalah bahwa dalam tiap- tiap kali wawancara hanya antara

subjek dan peneliti berhadap- hadapan secara face to face. Wawancara secara

pribadi memberikan privacy yang maksimal, sehingga kemungkinan untuk

memperoleh data yang intensif sangat besar.

22

Page 23: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

2. Metode Kuisioner

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara

tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).

Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.

Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai

dengan presepsinya.( Moleong, Lexy J. 2007)

Dalam penelitian kali ini, metode yang diberikan kepada subjek untuk

mendapatkan informasi adalah dalam bentuk portfolio dimana telah disediakan

beberapa pernyataan (36 pernyataan) yang nantinya subjek hanya tinggal memberi

lingkaran pada beberapa pernyataan yang sesuai dengan dirinya. Portfolio ini

dipakai untuk mengetahui gaya belajar yang sesuai dengan diri subjek.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan

data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,baik dokumen

tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian

dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil

kajian yang sistematis, padu dan utuh. (Ardhana:2008)

Jadi studi dokumentasi tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau

melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang

dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen

tersebut. Dalam studi kasus ini, metode dokumen yang dipakai adalah dengan

menganalisis DCM (Daftar Cek Masalah) atau Data Pribadi milik subjek.

23

Page 24: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

4. Tes Psikologi

Dalam proses pengumpulan data, salah satu instrument yang dipakai

adalah tes psikologi. Hal ini dikarenakan untuk mencocokkan hasil yang diperoleh

dari metode- metode lainnya apakah sudah sesuai ataukah belum. Alat tes yang

digunakan dalam studi kasus ini adalah 16 PF dan Tes WISC. 16 PF untuk

mengetahui kepribadiannya sedangkan WISC untuk mengetahui kecerdasan

subjek.

The Sixteen Personality Factor Questionnaire (16PF) adalah suatu tes

dengan pilihan ganda kuesioner kepribadian yang ilmiah, dikembangkan selama

beberapa dekade riset oleh Raymond B. Cattell dan para koleganya. Dalam

penelitian ini, 16 PF digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang.

Kepribadian tersebut diketahui dari 16 aspek yang dapat mengungkap siapa diri

seseorang sebenanrnya. Yaitu mulai dari aspek hubungan personal, kepercayaan

diri, pengelolaan emosi, kemandirian, aktivitas, tanggung jawab, keberanian

menampilkan diri, cara berpikir, kerjasama, pendekatan masalah, kejujuran

(hubungan antar individu), rspon terhadap perubahan, pengambilan keputusan,

kesadaran sosial dan aspek motivasi. Semua aspek tersebut pada akhirnya akan

menggambarkan kepribadian dari seseorang.

Sedangkan skala The Wechsler Intelligence for Children (WISC), yang

dikembangkan oleh David Wechsler, adalah tes kecerdasan untuk anak-anak usia

antara 6 dan 16 inklusif yang dapat diselesaikan tanpa membaca atau menulis. Tes

WISC menghasilkan sebuah nilai IQ. Tes WISC merupakan sebuah tes

kecerdasan yang di dalamnya meliputi beberapa tes yang dapat mengungkap

tingkat imajinasianak, hubungan interpersonal, proses mengingat, ketelitian,

24

Page 25: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

konsentrasi dan sebagainya. Tes- tes dalam WISC tersebut adalah meliputi tes

informasi, pengertian, perbendaharaan kata, hitungan, persamaan, rentangan

angka (kemampuan mengingat), melengkapi gambar, mengatur gambar,

rancangan balok, merakit obyek dan symbol. Jika kesemua hasil tes itu

dikumpulkan, maka akan menghasilkan IQ seseorang.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan

bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke

dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor,

(1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara

formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang

disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada

hipotesis.

Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan

pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan

tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan

menjadi: Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

Analisis data dalam studi kasus kali ini adalah dengan memakai teknik

deskriptif yaitu dengan menceritikan atau mendekripsikan semua data yang

diperoleh dari subjek sehingga dapat diketahui diri subjek sebenarnya dan

ditemukan problem solving yang tepat jika hal tersebut diperlukan.

25

Page 26: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

F. PENGECEKAN KEABSAHAN DATA

Dalam menguji keabsahan data, yaitu suatu pengujian kekokohan atau

validitas suatu data, dalam penelitian ini dengan menggunakan langkah- langkah

sebagai berikut:

1. Triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Triangulasi ini dengan menggunakan beberapa sumber data dan metode

pengumpulan data. Dengan begitu keseluruhan data dapat memberikan

pemahaman yang mendalam dan saling menguatkan

2. Membuat catatan rinci tentang setiap tahapan penelitian dan dokumentasi

yang lengkap dan rapi. Secara berkala peneliti juga membuat beberapa

pemikiran yang muncul.

3. Melakukan pengecekan beberapa kali untuk mendapatkan beberapa alternatif

penjelasan.

26

Page 27: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PAPARAN DATA

Tugas utama dari seorang pelajar adalah belajar. Belajar merupakan suatu

proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman.

( Menurut Gagne:1984). Dalam proses belajar, maka masih banyak seorang

pelajar yang belum mengetahui bagaimana cara belajar yang baik dan sesuai

dengan dirinya sendiri. Hal ini menjadi suatu masalah khusus yang berdampak

pada pemahaman terhadap pelajaran. Sebagaimana yang dialami oleh subjek,

bahwa dikarenakan tidak mengetahui gaya belajar yang sesuai, maka berdampak

pada sulitnya memahami dan menerima pelajaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui beberapa pendekatan

terhadap subjek, maka diperoleh data- data sebagai berikut:

1. Data Pribadi

Identitas Siswa

Nama : Awa (Fiktif)

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ tgl lahir : Malang, 20 Mei (fiktif)

Agama : Islam

Suku : Jawa

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Malang

Kelas : VII

27

Page 28: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Nama Ayah : Drs. H. Saipul (Fiktif)

Pekerjaan : GM BMT- PSU

Nama Ibu : Hj. Shofiyah, SE (Fiktif)

Pekerjaan : IRT

Cita- cita : Dokter

Riwayat Pendidikan

BA Restu : Tahun 2001 – 2003

MIN Malang I : Tahun 2003 – 2009

MTs N Malang I : Tahun 2009 – sekarang

2. Wawancara

Dari hasil wawancara pribadi dengan subjek diperoleh data mengenai

keseharian subjek, kehidupan serta kegiatan belajar yang dilakukan oleh subjek.

Secara rinci, kegiatan sehari- hari yang dilakukan oleh subjek adalah sepulang

sekolah langsung mandi, nonton TV dan sehabis sholat maghrib baru belajar.

Setelah belajar nonton TV lagi. Kegiatan belajar yang biasanya dilakukan subjek

adalah dengan sedikit malas- malasan, baru kemudian kalau ada tugas/ PR dari

sekolah, subjek melakukannya dengan sungguh- sungguh. Dalam melakukan

kegiatan belajarnya, biasanya subjek selalu belajar sendirian di dalam kamar.

Karena subjek tidak bisa melakukan aktifitas belajarnya di tempat yang bising.

Kemudian jika ada yang kurang jelas, maka menanyakannya kepada orang tua

subjek.

28

Page 29: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Dalam mengerjakan suatu tugas, subjek lebih suka mengerjakannya

sendiri daripada mengerjakan dengan kelompok. Namun, jika memperoleh suatu

tugas yang diharuskan untuk bekerja dalam suatu kelompok, subjek tetap ikut

andil dan mengerjakan tugas tersebut dengan teman- teman kelompoknya. Bisa

dikatakan bahwa subjek jarang sekali melakukan kegiatan belajar secara

kelompok meskipun subjek sebenarnya menyukai belajar secara berkelompok.

Untuk memahami pelajaran yang sulit, subjek sering memakai metode membaca

kemudian menggarisbawahi hal- hal yang sulit dan dibaca kembali. Hal ini juga

diterapkan jika subjek mengingat/ menghafal suatu pelajaran. Subjek sering

menggunakan metode membaca, menggarisbawahi hal- hal yang penting untuk

kemudian dihafalkan.

Subjek memiliki satu teman akrab yang selalu berdua ketika istirahat

ataupun di kelas. Namun meskipun mereka selalu bersama, mereka tidak pernah

melakukan kegiatan belajar bersama baik di dalam maupun di luar kelas. Ketika

pelajaran di dalam kelas, subjek lebih mudah memahami apa yang dijelaskan oleh

guru melalui perkataan daripada apa yang dijelaskna melalui tulisan guru di

papan. Terkadang subjek sering tidak menulis apa yang diterangkan oleh guru,

akan tetapi menyalinnya ketika pelajaran sudah selesai dengan meminjam catatan

teman. Dan hal- hal yang belum difahami biasanya ditanyakan kepada temannya.

Subjek merasa bahwa dirinya adalah pribadi yang pelupa. Yang dimaksud

pelupa disini adalah ketika menghafalkan suatu pelajaran, subjek sering

mengalami lupa apa yang sudah dihafalkannya. Subjek juga sering merasa tidak

percaya diri terutama di dalam kelas. Sering takut ditunjuk untuk maju ke depan

kelas oleh guru. Sepulang sekolah subjek sering membeli makanan di depan

29

Page 30: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

sekolah, seperti pentol cilok, dll. Subjek juga sering dan suka dengan bakso.

Ketika bepergian dengan keluarga, subjek sering sekali memilih untuk makan

bakso ketika makan bersama keluarga

3. Quissionnaire

Quissionnaire disini merupakan sebuah bentuk portfolio yang berisi

beberapa pernyataan mengenai tiga gaya belajar yang nanti pada akhirnya

berfungsi untuk mengungkap gaya belajar yang sesuai dengan subjek. Setelah

dilakukan analisis, maka diperoleh data bahwa subjek mendapatkan nilai yang

hampir setara antara gaya belajar visual dan auditorial. Akan tetapi subjek lebih

cenderung kepada gaya belajar auditorial. Dimana cenderung lebih mudah

menyerap, mengatur dan mengolah suatu informasi melalui indera pendengaran

(mendengar).

4. Tes Psikologi

Tes psikologi yang dilakukan adalah tes kepribadian 16 PF dan WISC. Tes

16 PF dilakukan untuk mengetahui kepribadian subjek sedangkan tes WISC

dilakukan untuk mengetahui kemampuan umum atau kecerdasan subjek. Hasil

kedua tes tersebut adalah:

a. Tes 16 PF

Pada tes kepribadian ini, kebanyakan subjek mendapatkan skor yang

sedang. Hanya pada dua aspek subjek mendapatkan skor rendah. Yaitu aspek

Hubungan personal dan aspek Kepercayaan Diri. Artinya, subjek merupakan

30

Page 31: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

pribadi yang pendiam, suka menyendiri, tidak ramah dan yakin akan dirinya

sendiri, tenang dan puas akan dirinya sendiri.

Pada aspek- aspek lainnya subjek mendapatkan skor sedang yakni aspek

Motivasi, kesadaran sosial, pengambilan keputusan, respon terhadap perubahan,

kejujuran (hubungan antar individu), pendekatan masalah, kerjasama, cara

berpikir, keberanian menampilkan diri, tanggung jawab, aktivitas, kemandirian

dan pengelolaan emosi. Artinya, subjek merupakan pribadi yang agak dipengaruhi

oleh perasaan, agak percaya pada orang lain, agak bisa menerima semua keadaan,

cukup sederhana, cukup serius, kurang jujur, cukup mudah adaptasi, bisa

bekerjasama dengan kelompok, cukup patuh, mudah dituntun, punya keinginan

untuk berubah, agak sembrono dan agak lalai.

b. Tes WISC

Tes ini diberikan khusus untuk mengungkap kecerdasan dan kemampuan

umum dari subjek. Secara keseluruhan dari hasil tes WISC, subjek memiliki IQ.

122. Artinya subjek memiliki IQ dengan klasifikasi superior. Sedangkan pada

kemampuan verbal dan performance subjek memiliki IQ di atas rata- rata.

Dengan rincian, subjek mendapatkan skor rendah pada tes pengertian dan

melengkapi gambar. Pada tes merakit objek dan persamaan, subjek menadapatkan

skor cukup baik. Subjek juga mendapatkan skor tinggi yang cukup banyak.

Diantaranya adalah tes informasi, hitungan, rentangan angka (hafalan), mengatur

gambar dan rancangan balok. Dan subjek juga mendapatkan satu skor tinggi

sekali yaitu pada tes simbol. Dari kesemua itu dapat dikatakan bahwa subjek

memiliki daya imajinasi yang cukup bagus, serta ketelitian yang baik.

31

Page 32: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

5. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi disini adalah dengan melihat dokumen- dokumen

yang berkaitan dengan diri subjek. Dalam hal ini adalah dengan melihat data

pribadi siswa (Daftar Cek Masalah) yang sudah diisi oleh subjek. DCM

merupakan buku yang berisi daftar masalah mulai dari masalah penampakan fisik

sampai muda- mudi asmara. Adapun masalah subjek yang muncul dari data

pribadinya adalah:

I. MASALAH PENAMPAKAN FISIK DAN KESEHATAN

1. Merasa tubuhnya terlalu pendek

2. Sering gemetar

3. Sering merasa mengantuk

II. MASALAH KEHIDUPAN EKONOMI

(None)

III. MASALAH KELUARGA

1. Saya adalah anak sulung

2. Saya sering bertengkar dengan adik/kakak

3. Saya merasa tidak dekat dengan ayah

4. Saya tidak bisa menyampaikan perasaan pada orang tua

IV. MASALAH AGAMA DAN MORAL

1. Sering berbicara dengan teman saat khotbah di masjid

2. Sulit untuk jujur

3. Sering tidak mengakui kesalahan

V. MASALAH PRIBADI

Mudah lupa

32

Page 33: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

VI. MASALAH HUBUNGAN SOSIAL DAN ORGANISASI

1. Tidak senang bergaul dengan wanita / pria yang ugal-ugalan

2. Lebih senang menjadi anggota biasa daripada ketua

VII. MASALAH REKREASI, HOBI, DAN PENGGUNAAN WAKTU

Kesenangan menonton TV sering menghabiskan waktu belajar

VIII.MASALAH PENYESUAIAN TERHADAP SEKOLAH

Ingin dekat dengan guru tapi tak tahu caranya

IX. MASALAH PENYESUAIAN TERHADAP KURIKULUM

1. Ada beberapa pelajaran yang tidak saya senangi

2. Sering kuatir kalau-kalau mendapat giliran maju ke depan

3. Pelajaran yang bersifat hafalan sukar bagi saya

X. MASALAH MASA DEPAN

Ingin mengetahui bakat dan kemampuan diri saya

XI. MASALAH KEGIATAN BELAJAR

1. Sulit mengingat pelajaran yang telah dihafalkan

2. Tidak dapat menerapkan cara belajar yang baik

XII. MASALAH MUDA-MUDI DAN ASMARA

Saya mulai tertarik pada Wanita / Pria

B. PEMBAHASAN

Dari pemaparan data di atas dapat dikatakan bahwa tipe gaya belajar

sangat mempengaruhi terhadap pemahaman suatu pelajaran. Akan tetapi,

seseorang yang tidak memahami tipe gaya belajarnya, maka akan berdampak pula

33

Page 34: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

pada ketidaksesuaian metode dalam mempelajari dan memahami suatu pelajaran

sehingga sulit untuk memahami suatu informasi.

Berbagai macam gaya belajar tersebut pada dasarnya dimiliki oleh setiap

individu namun ada salah satu yang lebih dominan. Individu yang satu dengan

yang lain mempunyai gaya belajar yang berbeda. Individu yang mengenali gaya

belajarnya sendiri akan dapat membantu dalam memahami materi yang diberikan

guru sehingga dengan mudah memproses materi. Jika mudah dalam memproses

materi dan mudah mengingat maka mudah dalam mengerjakan ujian sehingga

prestasi belajar meningkat. (Tri Wulandari: 2009)

Salah satu kasus ketidakfahaman terhadap tipe gaya belajar dan

berdampak pada pemahaman pelajaran adalah yang dialami oleh Awa (fiktif).

Bahwa dari hasil beberapa data yang diambil dari beberapa instrumen

pengumpulan data, maka diketahui bahwa subjek masih belum menemukan cara

belajar yang tepat. Hal ini diketahui dari data pribadinya. Disana juga dijelaskan

bahwasannya subjek memiliki kesulitan dalam memahami pelajaran yang bersifat

hafalan serta memiliki masalah pribadi mudah lupa. Akan tetapi, dari hasil

quissionnaire, diketahui bahwa subjek memiliki kecenderungan kepada gaya

belajar auditorial.

Setelah di cros check melalui wawancara pribadi dengan subjek, diketahui

bahwa terdapat sedikit ketidaksesuaian antara tipe gaya belajar subjek dengan

cara belajar yang sering dipakainya. Sebenarnya, sebagian besar hasil wawancara

menunjukkan kesesuaian dengan tipe gaya belajarnya, hanya beberapa yaitu

kebiasaan subjek memahami dan menghafalkan pelajaran yang menurutnya sulit

dengan metode membaca buku. Dan subjek sering melakukan belajar sendiri serta

34

Page 35: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

jarang berkelompok atau berdiskusi dengan teman. Padahal tipe gaya belajar

auditorial akan lebih mudah memahami pelajaran jika berdiskusi dengan beberapa

teman mengenai suatu pelajaran. Atau dengan cara membaca tetapi kemudian

mengulanginya dengan keras.

Kesalahan dalam memilih metode belajar sangat berpengaruh terhadap

pemahaman pelajaran. Begitu juga dengan subjek, karena terdapat sedikit

ketidaksesuaian tersebut pada akhirnya berdampak subjek masih sering

merasakan kesulitan dalam memahami pelajaran yang bersifat hafalan serta

beranggapan bahwa subjek masih belum menemukan cara belajar yang efektif.

Hal ini juga berkaitan erat dengan masalah pribadi subjek lainnya yaitu sering

merasakan mudah lupa. Jika ditelusuri lebih jauh, hal ini juga berkaitan erat

dengan makanan yang sering dikonsumsinya. Makanan yang mengandung banyak

vetsin atau makanan yang dirasa bukan makanan sehat sangat mempengaruhi

kerja otak. Keseringan mengkonsumsi makanan seperti itu sangatlah tidak sehat

dan salah satu dampaknya adalah dapat menurunkan daya ingat. Begitu juga yang

dialami subjek. Hasil wawancara mengatakan bahwa subjek sering membeli

makanan yang mengandung vetsin seperti bakso dan makanan pedagang kaki

lima seperti pentol cilok.

Pemahaman terhadap suatu pelajaran juga melibatkan proses dalam

sebuah pembelajaran. Bukan hanya tipe gaya belajar saja yang berfungsi sebagai

pemahaman, akan tetapi sikap subjek dalam proses belajar mengajar. Dari data

yang diperoleh, subjek sering merasakan mengantuk di dalam kelas. Sehingga hal

ini juga berdampak pada ketidakmaksimalan subjek menyerap sebuah pelajaran.

35

Page 36: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Usaha yang dilakukan untuk menolong subjek adalah dengan memberikan

pemahaman kepada subjek mengenai managemen waktu. Hal ini dilakukan

karena meskipun subjek sudah menerapkan metode belajar sesuai dengan tipe

gaya belajarnya yaitu auditorial, akan tetapi subjek masih belum bisa membagi

waktunya dengan baik, maka kemungkinan hasil yang maksimal sangatlah kecil.

Managemen waktu dimulai dengan mengajak subjek untuk bisa membagi

waktunya antara hobi, istirahat dan belajar. Dalam hal ini adalah dengan

menyisakan waktu setelah sekolah untuk istirahat. Kemudian setelah sholat

maghrib barulah belajar. Belajar dilakukan tiap hari kecuali sabtu akan tetapi

durasinya tidak harus lama yang penting maksimal dan dilakukan setiap hari.

Barulah subjek melakukan hobinya, misalnya menonton TV, membaca komik dan

sebagainya.

Usaha kedua yang dilakukan adalah dengan mencoba memahami pelajaran

sesuai dengan tipe gaya belajar subjek. Yaitu dengan cara mengajak subjek

sesekali belajar kelompok atau berdiskusi dengan teman tentang pelajaran yang

belum difahaminya. Membaca buku yang dipelajari dengan bersuara agar telinga

subjek dapat menangkap apa yang dibacanya. Untuk pelajaran yang bersifat

hafalan, maka peneliti memberikan solusi dengan cara membaca materi yang akan

dihafalkan dengan bersuara, kemudian mencoba untuk menghafalnya. Dan untuk

meyakinkan hafalan, subjek meringkas atau menulis yang telah dihafalkannya di

kertas secara ringkas kemudian dicocokkan dengan materi yang dihafalkan

sehingga tampak apa yang belum sesuai. Dengan begitu subjek bisa menghafal

materi sekaligus penulisannya.

36

Page 37: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Mengenai masalah pribadi subjek, peneliti menyarankan agar subjek lebih

meminimalisir makanan yang mengandung banyak vetsin dan tidak menyehatkan.

Sekali- kali tidak apa- apa namun diharapkan mampu dikurangi sedikit- demi

sedikit. Hasil dari kesemuanya akan dilihat sesuai keinginan subjek yaitu tiap

minggunya.

37

Page 38: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah

informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan

individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Ketiga gaya belajar

tersebut adalah gaya belajar Visual (belajar dengan cara melihat), Auditory

(belajar dengan cara mendengar), dan Kinesthetic (belajar dengan cara bergerak,

bekerja, dan menyentuh).

Ketidaksesuaian antara gaya belajar dengan cara belajar yang dipakai

dapat berpengaruh terhadap pemahaman serta kemampuan mengingat suatu

pelajaran ataupun informasi. Sehingga gaya belajar merupakan salah satu alat

penting yang digunakan dalam membantu proses terlaksananya suatu proses

belajar, yaitu dalam memahami dan mengingat suatu informasi atau pelajaran.

B. SARAN

Dalam upaya perbaikan dan pemecahan masalah yang berhubungan

dengan gaya belajar serta pemahaman dan mengingat suatu pelajaran, maka

terdapat beberapa hal yang harus dilakukan:

1. Sebaiknya seorang guru di dalam kelas tidak memberikan metode

yang monoton hanya ceramah atau praktek saja. Karena tidak semua murid

memiliki satu gaya belajar. Akan tetapi setiap siswa memiliki gaya belajar

yang berbeda- beda. Sehingga kreatifitas seorang guru dalam memberikan

38

Page 39: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

metode pengajaran sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam

memahami pelajaran.

2. Siswa harus berusaha untuk mengetahui dan peka terhadap diri

sendiri. Dengan begitu akan diketahui gaya belajar yang sesuai sehingga

berdampak positif terhadap dirinya sendiri, yaitu mudah dalam memahami

pelajaran.

3. Sebagai orang tua, maka tugas yang harus dilakukan adalah selalu

memantau kegiatan anak ketika di rumah. Dengan membiasakan siswa belajar

tiap hari dan menunjukkan cara yang tepat untuk membagi waktu serta

menjaga makanan anak agar tetap sehat dan tidak terkontaminasi.

39

Page 40: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

40

Page 41: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

PEDOMAN WAWANCARA

1. Menurut saudara manakah yang lebih mudah dipahami,

membaca dengan tidak bersuara atau dengan bersuara?

2. Jika disuruh memilih, saudara lebih suka melihat acara

humor seperti ludruk, ekstravaganza dll atau membaca komik bertema

humor?

3. Metode apa yang sering anda pakai untuk mengingat suatu

pelajaran?membaca ataukah berdiskusi?

4. Manakah menurut saudara yang paling mudah bagi anda

dalam menyerap dan mengingat pelajaran yang sedang saudara pelajari,

dengan melihat atau mendengar?

5. Manakah yang Lebih disukai, belajar sendiri atau

berkelompok?

6. Metode seperti apa yang dipakai saudara untuk mengingat/

menghafal sebuah pelajaran?

7. Ketika belajar, saudara lebih menyukai tempat yang sepi

atau yang ramai?

8. Bagaimana cara saudara dalam memahami sebuah

pelajaran yang sulit?

9. Apa saja kegiatan yang saudara lakukan ketika seusai

pulang sekolah?

10. Makanan apa yang sering dan disukai saudara?

11. Apakah saudara sering merasa tidak percaya diri?

41

Page 42: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

42

Page 43: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

LAPORAN PEMERIKSAANTes WISC

(Weschler Intellegence Scale for Children)

I. IDENTITAS SUBYEK

Nama : Awa (Fiktif)Jenis Kelamin : PerempuanTgl Lahir/Umur : 20 Mei (Fiktif)Tanggal Tes : 1 September 2009Tester : Siti Manar Mufidah

II. PSIKOGRAM

No Tes Angka Kasar Angka Skala

1 Informasi 21 14

2 Pengertian 11 7

3 Hitungan 13 13

4 Persamaan 15 12

5 Perbendaharaan kata 28 6

6 Rentangan Angka 13 14Jumlah angka skala verbal: 66

7 Melengkapi gambar 11 8

8 Mengatur gambar 38 13

9 Rancangan balok 42 14

10 Merakit obyek 23 9

11 Simbol 80 20

Jumlah angka skala performance: 64

ANGKA VERBAL = 66 I.Q.= 120

ANGKA PERFORMANCE = 64 I.Q.= 120

ANGKA SKALA LENGKAP = 130 I.Q.= 122

43

RAHASIA

Page 44: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

III. KATEGORI IQ IQ VERBAL

IQ VERBAL Klasifikasi Kategori

133 – 155 Tinggi/ Superior

111 – 132 Rata- rata atas

89 – 110 Normal

67 – 88 Rata- rata bawah

45 – 66 Rendah

Berdasarkan Kriteria I.Q Verbal di atas maka dapat disimpulkan bahwa I.Q =120 terletak pada kriteria DI ATAS RATA- RATA IQ PERFORMANCE

I.Q PERFORMANCE Klasifikasi Kategori132 – 156 Tinggi/ Superior110 – 131 Rata- rata atas

88 – 109 Normal

66 – 87 Rata- rata bawah44 – 65 Rendah

Berdasarkan Kriteria I.Q. Diatas maka dapat disimpulkan bahwa I.Q. = 120 terletak pada kriteria DI ATAS RATA- RATA IQ TOTAL

I.Q. Klasifikasi Kategori65 and below Mental defective

66 – 79 Borderline80 – 90 Dull normal91 – 110 Average111 – 119 Bright normal120 – 127 Superior

128 and over Very superior

Berdasarkan Kriteria I.Q. Diatas maka dapat disimpulkan bahwa I.Q. = 122 terletak pada kriteria SUPERIOR

IV. KLASIFIKASI IQ PER ASPEK

ASPEK TS T S R RS

Informasi

Pengertian

Hitungan

Persamaan

44

Page 45: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

Perbendaharaan Kata

Melengkapi Gambar

Mengatur Gambar

Rancangan Balok

Merakit Obyek

Simbol

Keterangan:0 – 4 : Rendah sekali 13 – 16: Tinggi5 – 8 : Rendah 17 – 20: Tinggi sekali9 – 12 : Sedang

V. HASIL

Berdasarkan hasil tes WISC yang telah dilakukan, maka subjek memiliki

IQ verbal 120 yang berada pada kategori di atas rata- rata, IQ Performance 120

pada kategori di atas rata- rata dan IQ total 122 pada kategori Superior.

Dari hasil tersebut, dapat dilihat subjek memiliki daya ingat yang baik,

ketrampilan berhitung yang baik pengetahuan yang cukup luas dan imajinasi yang

cukup tinggi. Hal ini diketahuik dari skor tes informasi, hitungan, rentangan

angka simbol dan mengatur gambar yang tinggi. Bahkan pada tes simbol subjek

mendapatkan nilai yang sangat tinggi. Akan tetapi subjek mendapatkan nilai

rendah pada tes pengertian, perbendaharaan kata dan melengkapi gambar.

45

Page 46: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

PORTFOLIO SISWA UNTUK MENGETAHUI GAYA BELAJAR

Petunjuk:

Bacalah 36 pertanyaan berikut, kemudian berilah lingkaran pada nomor

pernyataann yang disetujui di lembar jawaban yang tersedia!

1. Saya lebih suka mendengarkan informasi yang ada

di kaset daripada membaca buku

2. Jika saya mengerjakan sesuatu, saya selalu

membaca instruksinya terlebih dahulu

3. Saya lebih suka membaca daripada mendengarkan

kuliah/ guru mendengarkan

4. Saat saya seorang diri, biasanya saya memainkan

musik atau lagu atau bernyanyi

5. Saya lebih suka berolah raga daripada membaca

buku

6. Saya selalu dapat menunjukkan arah utara ataupun

selatan dimanapun saya berada

7. Saya suka menulis surat ataupun jurnal

8. Saat saya berbicara, saya suka mengatakan ”Saya

mendengarkanmu, itu terdengan bagus, itu bunyinya bagus”.

9. Ruangan, meja, mobil atau rumah saya biasanya

berantakan/ tidak teratur

10. Saya suka merancang, mengerjakan dan membuat

sesuatu dengan kedua tangan saya

11. Saya tahu hampir semua kata- kata dari lagu yang

saya dengar

12. Ketika mendengar orang lain berbicara, saya

biasanya membuat gambar dari apa yang mereka katakan dalam pikiran saya

13. saya suka olahraga dan saya rasa saya adalah

olahragawan yang baik

14. Mudah sekali bagi saya untuk mengobrol dalam

waktu yang lama dengan kawan saya saat berbicara di telepon

46

Page 47: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

15. Tanpa musik, hidup amat membosankan

16. Saya sangat senang berkumpul dan biasanya dapat

dengan mudah berbicara dengan siapa saja

17. Saat melihat objek dalam bentuk gambar, saya

dengan mudah mengenali objek yang sama walaupun posisi objek itu diputar

dan diubah

18. saya biasanya mengatakan, ”saya rasa, saya perlu

menemukan pijakan atas hal ini, atau saya ingin bisa menangani hal ini”

19. Saat mengingat suatu pengalaman, saya seringkali

melihat pengalaman itu dalam bentuk gambar di dalam pikiran saya

20. Saat mengingat suatu pengalaman, saya seringkali

mendengar suara dan berbicara pada diri saya mengenai pengalaman itu

21. saat mengingat suatu pengalaman, saya seringkali

ingat bagaimana perasaan saya terhadap pengalaman itu

22. Saya lebih suka musik daripada seni musik

23. Saya sering mencoret- coret kertas saat berbicara di

telepon atau dalam suatu pertemuan

24. Saya lebih suka melakukan contoh peragaan

daripada membuat laporan tertulis atau suatu kejadian

25. Saya lebih suka membacakan suatu cerita daripada

mendengarkan cerita

26. Saya biasanya berbicara dengan perlahan

27. Saya lebih suka berbicara daripada menulis

28. Tulisan tangan saya biasanya tiidak rapi

29. Saya biasanya menggunakan jari saya untuk

menunjuk kalimat yang saya baca

30. Saya dapat dengan cepat melakukan penjumlahan

dan perkalian dalam pikiran saya

31. Saya suka mengeja dan saya pikir saya pintar

mengeja kata- kata

32. Saya akan sangat terganggu apabila ada orang yang

berbicara dan pada saat saya sedang menonton televisi

47

Page 48: Lap. Studi Kasus Gaya Belajar

33. saya suka mencatat perintah atau instruksi yang

dismpaikan pada saya

34. Saya dapat mengingat dengan mudah apa yang

dikatakan orang

35. Saya paling mudah belajar sambil mempraktekkan/

melakukan

36. Sangat sulit bagi saya untuk duduk diam dalam

waktu yang lama

48