lap sed

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Katili dan Marks (1963) sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang telah ada oleh kekuatan luar; yaitu: 1. Pengikisan angin maka batuan-batuan yang telah ada seperti bakuan beku dihancurkan, 2. Hancuran tersebut kemudian diangkut dan diendapkan ditempat-tempat yang le rendah letaknya, misalnya dilaut, samudra atau danau. 3. Gaya dalam geologi oleh pelapukan gaya-gaya air. Pengertian sedimen menurut Pipkin (1977), sedimen adalah pecatan batuan, mi atau material organik yang ditransportasikan dariberbagai sumber dan jarak, serta didepositkan oleh udara, angin, es dan air. Sedimen lain diendapkan dar melayang dalam air atau dalam bentuk kimia pada suatu tempat. Sedimen meliputi se material lepas dari dasar laut. Perairan pantai dan lepas pantai merupakan bagian yang sangat menarik untuk d karena terjadinya perubahan kondisi lingkungan di perairan sangat dipengaruhi ole fisik, biologi, dan kimia, baik berasal dari arah darat maupun dari arah laut. Fa gelombang, dan pasang surut merupakan faktor oseanografi yang sangat pen berpengaruh terhadap proses sedimentasi di wilayah perairan. Sementara i bermuara ke laut jelas memberikan pengaruh yang berasal dari darat terutama dalam memasok material sedimen hasil pelapukan dan erosi daratan. Menurut Drake (1978), menyatakan bahwa terdapat 3 sumber material sedimen dipermukaan dasar laut, yaitu : 1. Sumber dari daratan yang menyuplai material hancuran dan material terlarut 2. Sumber asli dari laut dan dari material angkasa luar. 3. Sumber utama sedimen dilautan merupakan continental area, pantai dan organ laut, dimana atmodfer dan sungai merupakan media transport,yang juga dipan sebagai sumber atas lepasnya batuan ke laut (Svendruf, 1974). 1

Upload: fevri-titian

Post on 21-Jul-2015

123 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Katili dan Marks (1963) sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang telah ada oleh kekuatan luar; yaitu: 1. Pengikisan angin maka batuan-batuan yang telah ada seperti bakuan beku dihancurkan, 2. Hancuran tersebut kemudian diangkut dan diendapkan ditempat-tempat yang lebih rendah letaknya, misalnya dilaut, samudra atau danau. 3. Gaya dalam geologi oleh pelapukan gaya-gaya air. Pengertian sedimen menurut Pipkin (1977), sedimen adalah pecatan batuan, mineral atau material organik yang ditransportasikan dari berbagai sumber dan jarak, serta didepositkan oleh udara, angin, es dan air. Sedimen lain diendapkan dari materi yang melayang dalam air atau dalam bentuk kimia pada suatu tempat. Sedimen meliputi seluruh material lepas dari dasar laut. Perairan pantai dan lepas pantai merupakan bagian yang sangat menarik untuk di kaji karena terjadinya perubahan kondisi lingkungan di perairan sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, biologi, dan kimia, baik berasal dari arah darat maupun dari arah laut. Faktor arus, gelombang, dan pasang surut merupakan faktor oseanografi yang sangat penting yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi di wilayah perairan. Sementara itu sungai yang bermuara ke laut jelas memberikan pengaruh yang berasal dari darat terutama dalam memasok material sedimen hasil pelapukan dan erosi daratan. Menurut Drake (1978), menyatakan bahwa terdapat 3 sumber material sedimen dipermukaan dasar laut, yaitu : 1. Sumber dari daratan yang menyuplai material hancuran dan material terlarut; 2. Sumber asli dari laut dan dari material angkasa luar. 3. Sumber utama sedimen dilautan merupakan continental area, pantai dan organisme laut, dimana atmodfer dan sungai merupakan media transport,yang juga dipandang sebagai sumber atas lepasnya batuan ke laut (Svendruf, 1974).

1

Nontji (1993) mengatakan bahwa endapan di laut Jawa terutama terdiri dari lumpur ( lempung dan lanau ) dan lumpur- pasir. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sebaran sedimen dan kandungan bahan organik dalam sedimen, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebaran sedimen dan komponen penyusun sedimen di perairan laut. 1.2. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis dan sebaran sedimen, ukuran butir sedimen, bentuk butir, kandungan bahan organik, kandungan kadar air, serta kandungan magnetik dan non magnetik.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KLASIFIKASI SEDIMEN BERDASARKAN UKURAN BUTIRAN Ukuran butir sedimen pada kenyataannya memiliki kisaran yang sangat luas. Untuk memudahkan penamaan sedimen dibuat pada suatu pengelompokan yang didasarkan pada kisaran ukuran butir tertentu dari fraksi sedimen. Secara garis besar pengelompokan sedimen terdiri dari kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt) dan lempung (clay). Ukuran kerikil mempunyai ukuran lebih kecil dari 2 mm. Kisaran ukuran pasir dan lanau mempunyai kisaran diameter 0,004 mm sampai dengan 0,0625 mm. Sedangkan lempung mempunyai diameter kurang dari 0,004 mm. Menurut kalsifikasi Folk (1980) penamaan jenis sedimen secara tekstural adalah :1. pasir ukuran butir rata-rata 1,5 1,9 phi yaitu pasir menengah 2. pasir sedikit kerikilan ukuran butir rata-ratanya adalah 1,2 1,8 phi yaitu pasir

menengah. Fraksi pasirnya 90,7% - 96%, kerikil 0,1 0,9%, sedangkan lanau 3,1 9,9%3. pasir kerikilan ukuran butir rata-ratanya adalah 0,5 phi yaitu pasir kasar.

Mengandung fraksi pasir 83,9%, kerikil 13,9%, lanau 2,3%4. pasir lumpuran sedikit kerikilan ukuran butir rata-ratanya adalah 1,5 2,9 phi yaitu

pasir menengah - pasir halus. Fraksi pasir 61,35%, lanau 38,6% dan kerikil 0,1%5. lumpur pasiran sedikit kerikilan ukuran butir rata-ratanya adalah 3,5 3,9 phi yaitu

pasir sangat halus. Fraksi lanau 69,3 79,4%, pasir 20,5 30,6% dan kerikil 0,1 4,6%6. lumpur ukuran butir rata-ratanya adalah 4,4 4,5 phi yaitu coarse silt. Fraksi

lumpur 91,1 97,3%, pasir 2,7 8,5%7. pasir lumpur kerikilan ukuran butir rata-ratanya adalah 1,8 phi yaut pasir

menengah. Fraksi pasir 63,3%, lanau 23,1% dan kerikil 13,5%8. lanau ukuran butir rata-ratanya adalah

4,3 phi yaitu coarse silt. Fraksi lanau

91,2%, pasir 8,8%

3

9. lumpur sedikit kerikilan ukuran butir rata-ratanya adalah 4,4 phi yaitu coarse silt.

Fraksi pasir 3,2 6,1%, lanau 93,8 96,8% dan kerikil 0,1%10. lanau pasiran ukuran butir rata-ratanya adalah 3,7 4,3 phi yaitu pasir sangat halus

/ coarse silt. Fraksi lanau 67,7%, pasir 13,2 32,3%11. pasir lanau ukuran butir rata-ratanya adalah 2,0 3,4 phi. Fraksi pasir 62,9

68,2%, lanau 31,8 37,1% Klasifikasi lain yang sering juga digunakan untuk penamaan dikenal dengan skala Wentwort. Skala ini untuk klasifikasi partikel sedimen, yaitu : (Pipkin,1977) NAMA BUTIR Bongkah Berangkal Kerakal Kerikil Pasir sangat kasar Pasir kasar Pasir sedang Pasir halus Pasir sangat halus Lanau Lempung DIAMETER BUTIR (mm) > 256 6 - 256 24 - 64 2-4 1,0 - 2,0 0,5 - 1,0 0,25 - 0,5 0,125 - 0,25 0,0625 - 0,125 0,004 - 0,0625 < 0,004

Akan tetapi klasifikasi tersebut belum cukup untuk mewakili semua satuan sedimen yang ada. Maka dibuat satu klasifikasi berdasarkan masing-masing fraksi menurut Shepard (1954) dalam Pettijohn (1975), sebagai berikut : Clay

Sand

Silt

4

C S z Sz ZS

= lempung = pasir = lanau = lanau pasiran = pasir lanauan

CS = sC = zC = cZ = SCZ =

pasir lempungan lempung pasiran lempung lanauan lanau lempungan pasir lanau lampung

Klasifikasi lain berdasarkan standar ASTM diuraikan sebagai berikut : (Folk, 1968) NAMA BUTIR Lempung (clay) Lanau (silt) Pasir Kerikil Kerakal Berakal Bongkah DIAMETER BUTIR (mm) > 1/256 1/125 1/16 1/16 - 2 2-4 4 - 64 64 - 256 > 256

Sedangkan penamaan sedimen didasarkan pada prosentase komponen-komponen batuan sedimen adalah salah satunya menurut Folk (1968) sebagai berikut : Sand

Clay G mG msG SG gM gmS gS (g)M (g)sM = = = = = = = = =

2:1

1 :2

Silt M SM mS S cS zS CS sZ C = = = = = = = = = lumpur lumpur lanauan lanau lumpuran pasir lanau lempungan pasir lanauan lempung pasiran lanau pasiran lempung

kerikil kerikil lumpuran kerikil pasiran lumpuran kerikil pasiran limpur kerikilan pasir lumpuran kerikil pasir kerikilan lumpur sedikit kerikilan lumpur pasir sedikit kerikil

5

(g)mS = pasir lumpuran sedikit kerikilan (g)S = pasir sedikit kerikilan 2.2. KARAKTERISTIK SEDIMEN

Z

= lanau

Sedimen mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Mean Richard (1992), mean adalah nilai statistik rata-rata dari ukuran butir. Menurut Krumbein dan Sloss, 1963 bahwa ukuran butir pada batuan sedimen klastik merupakan unsur yang sangat penting. Ukuran butir berhubungan dengan dinamika kondisi trasnsportasi dan deposisi, serta mencerminkan resistensi butiran sedimen terhadap proses pelapukan, erosi, dan abrasi. Hal ini mencerminkan proses transportasi dan deposisi seperti kemampuan arus atau angin dalam meggerakkan dan mengendapkan sedimen. 2. Kurtosis (keruncingan) Menurut Kusumadinata (1985), Kurtosis (keruncingan) merupakan salah satu bentuk butiran sedimen dimana merupakan kemampuan morfologi luar dari sedimen itu. Sedangkan Folk (1974) menjelaskan bahwa kurtosis ini dapat dihitung melalui grafik kurtosis serta menggambarkan hubungan antara sortasi bagian tengah kurva dengan bagian bawah, ditambahkan bahwa jika kurva mempunyai keruncingan relatif (> 100) disebut leptokurtic dan kurva tumpul (< 100) disebut platykurtic. Penilaian harga keruncingan menurut Folk (1974) adalah sebagai berikut : TINGKAT KERUNCINGAN Puncak sangat tumpul Puncak tumpu Puncak cukupan Puncak runcing Puncak sangat runcing Puncak sangat runcing HARGA KURTOSIS < 0,67 0,67 0,90 0,90 1,11 1,11 1,50 1,50 3,00 > 3,00

Dalam proses transportasi, butiran secara individu mengalami perubahan bentuk butir (Krumbein dan Sloss, 1963). Salanjutnya dijelaskan pula bahwa seleksi terhadap pengangkutan selama transportasi berpengaruh terhadap pelapukan dari butiran sehingga partikel cenderung berkumpul menurut bentuk dan ukurannya. 3. Sortasi

6

Friedman dan Sanders (1978), sortasi / pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Sebaiknya jika sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap rapat ukuran butir panjang disebut ukurannya sortasinya jelek. Adapun klasifikasi berdasarkan standar deviasi adalah sebagai berikut : HARGA SORTASI KELAS SORTASI 0,35 0,50 terpilah sangat baik 0,50 0,80 terpilah cukup baik 0,80 1,40 terpilah buruk > 1,40 terpilah sangat buruk Adapun hubungan ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen adalah terutama berupa pasir kasar sampai pasir halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjukkan bahwa pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik dari pasir kasar. Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin, sortasi terbaik terjadi pada ukuran pasir sangat halus. (Blatt dkk. Dalam Kusumadinata, 1985) 4. Kepencengan (skewness) Folk (1974) menjelaskan bahwa kepencengan adalah penyimpangan distribusi ukuran butir dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak. Butiran yang lebih kasar serta lebih halus tersebar di sisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama. Jika dalam suatu distribusi ukuran butir berlebihan partikel kasar, maka kepencengan bernilai negatif. Selanjutnya dijelaskan bahwa ukuran menentukan jenis kepencengan, adalah sebagai berikut : TINGKAT KEPENCENGAN Menceng sangat halus Menceng simetris Menceng kasar Menceng sangat kasar HARGA KEPENCENGAN + 1,00 (+0,30) + 0,30 (- 0,10) - 0,10 (- 0,30) - 0,30 (-1,00)

7

2.3. PROSES SEDIMENTASI ( CARA TERBENTUKNYA SEDIMEN ) Sedimentasi adalah proses turunnya partikel-partikel ke dasar laut, yang lebih dikenal dengan istilah pengendapan. (Hutabarat dan Evans, 1985) Sedangkan menurut Krumbein dan Sloss (1963) menyatakan bahwa sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen / endapan atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh akumulasi dari material asal pada lingkungan pengendapan (delta, danau, pantai, estuari, laut dangkal sampai dengan laut dalam). Proses yang terjadi selama sedimentasi adalah proses pelapukan, pengangkutan, pengendapan, pemempatan dan pembatuan. Pettijohn (1980) menyebabkan empat proses sedimentasi yang dikenal dengan pelapukan, perpindahan, sedimen, deposisi dan pembatuan. Deposisi inilah yang dikenal sebagai sedimentasi. Hasil dari proses sedimentasi adalah batuan sedimen. Svendrups (1974) menyatakan bahwa sedimen laut berasal dari bermacam-macam sumber yaitu darata, pantai dan organisme laut. Sedangkan atmosfir dan sungai selain merupakan media transport juga dapat berfungsi sebagai sumber atas lepasnya bataun laut. Sedangkan Drake dkk. (1978) menyatakan ada tiga sumber dari meterial sedimen yang dipertemukan di permukaan dasar laut yaitu sumber dari daratan yang mensuplai material, sumber dari laut dan sumber dari material luar angkasa. Kebanyakan sumber dari material sedimen adalah daratan, dimana erosi dan pelapukan batuan berperan terhadap pengikisan daratan dan ditransportasikan ke laut. Pelapukan adalah aksi dari tumbuhan dan bakteri yang juga termasuk proses kimia yaitu proses penghancuran batuan secara fisis. Sebagian besar senyawa kimia yang berperan dalam hal ini adalah asam lemak terutama asam karbonat, bersama silika membentuk mineral lempung dan senyawa kimia terlarut lainnya. (Drake dkk, 1977) 2.4. TRANSPORTASI SEDIMEN Dua aspek dasar dalam transportasi sedimen adalah kecepatan pengendapan partiken dan pergerakan fluida.

8

Kecepatan pengendapan merupakan hal yang paling dasar pada pergerakan partikel setelah transportasi. Proses ini ditentukan oleh ukuran, spheresitas dan densitas dari partikel. (Krumbein dan Sloss, 1963) Krumbein dan Sloss (1963) juga menyatakan bahwa aliran fluida terdiri dari dua macam yaitu aliran laminer dan aliran turbulen. Aliran laminer adalah pergerakan lurus dan teratur yang relatif lambat dimana arah gerakan dari zat cair terlihat mengalir merata mengelilingi di sekitar partikel. Pada aliran ini garis-garis aliran sejajar satu sama lain. Sedangkan aliran turbulen mempunyai pergerakan yang kecil, acak dan fluktuasi kecepatan yang terjadi menyimpang dari arah atau jalur aliran. Fluktuasi yang menyimpang disebabkan oleh pengarup pusaran yang dihasilkan oleh pergerakan fluida melalui arah rintangan atau sepanjang permukaan partikel. Partikel kecil yang tersuspensi di arus turbulen tidak mengikuti arah atau jalur yang lurus atau merata seperti pada aliran laminer, tetapi berfluktuasi ke atas dan ke bawah, arah menyimpang dan terus-menerus bergerak. Pada aliran ini garis aliran tidak beraturan satu sama lain. Mereka juga menyatakan terdapat tiga cara transport aliran yaitu Traction Transport (transport dengan cara menggelinding atau berguling di dasar), Saltation Transport (transport dengan cara meloncat atau salto) dan Suspension Transport (transport dengan cara melayang bebas pada aliran fluida). Sedangkan menurut Earll dan Erwin, 1983 dalam Sholfi (1993) menyebutksn fsktorfsktor yang mempengaruhi sebaran sedimen di laut di golongkan menjadi dua bagian utama yaitu adanya keberadaan sedimen (berkaitan dengan sumber pembentukan sedimen yang berasal dari darat melaluo aliran sungai dan hasil erosi pantai) dan kekuatan dari gerakan massa air (yang berfungsi sebagai agen pengangkut sedimen sehingga kuat lemahnya gerakan air menetukan penyebaran frkasi sedimen dengan ukuran tertentu yang akan diendapkan). Menurut Kuenen (1973) dan Sholfi (1993), faktor-faktor oseanografi yang bertanggung jawab dalam pengangkutan sampai terbentuknya sedimen adalah : 1. angin Angin menyebabkan gerakan air berupa arus dan gelombang, sedangkan kekuatan arus dan gelombang sebagai pengangkut sedimen berfungsi memilih fraksi sedimen. Peranan gelombang dalam penyebaran sedimen terutama menciptakan gangguan materi sedimen

9

yang mengalami konsolidasi menjadi material sedimen lepas. Efektivitas pelepasan dan pengendapannya tergantung pada arus sekaligus kuat lemahnya. 2. pola pasut Pola pasut merupakan fenomena naik turunnya massa air laut yang disebabkan gaya tarik bulan dan matahari sehingga naik turunnya massa air tersebut menimbulkan gerakan arah horisontal. Arus dalam penyabaran sedimen yaitu memperkuat atau memperlemah aksi gelombang, jika arus pasang dan gelomnag besar berada pada daerah yang sama maka arus yang ditimbulkan akan semakin besar. Sedang bila saling berlawanan arah maka akan memperlemah arus yang terjadi. 3. pola bathimetri Pola bathimetri menetukan kuat lemahnya gelombang. Hal ini disebabkan ketika gelombang mendekati pantai akan pecah dan melepaskan energi. Pola bathimetri dengan garis interval satu dengan yang lainnya dalam jarak renggang di sekitar pantai menunjukkan dasar lereng landai sehingga jika gelombang mendekati pantai maka akan mengalami pengurangan energi secara berangsur-angsur akibat gesekan terhadap dasar. Jika garis interval berlangsung rapat disekitar pantai maka energi gelombang saat pecah bagitu besar disebabkan tidak adanya pengaruh dasar perairan secara bertahap terhadap gelombang yang mendekati pantai. Akibat dari garis interval yang rapat di sekitar pantai berdampak potensial terhadap erosi pantai. (Sholfi, 1995) 2.5. PROSES PENGENDAPAN Pasir dan lumpur yang berasal dari arus dan proses-proses yang berlangsung di pinggir pantai akan dipisahkan oleh angkutan traksi dan pengangkutan suspensi. Pasir yang mempunyai ukuran butiran lebih besar di dalam angkutan traksi dibatasi terutama oleh zona sepanjang pantai, dimana seperti angkutan suspensi dari lempung dan lanau dapat dibawa ke jarak yang jauh ke arah laut lepas. Viskositas air lebih besar dari pada viskositas udara, hal ini menjelaskan mengapa pada kondisi yang sama lumpur akan tertinggal / terendapkan di air lebih lama dari pada debu di udara. Seringkali pada arus laut dangkal, lumpur akan terangkat ke arah yang jauh.

10

Proses sedimentasi dimulai ketika fragmen-fragmen lepas dari batuan asal oleh proses pelapukan. Pelapukan batuan sendiri merupakan fenomena dari pertemuan atmosphere dan litosphere. Proses ini dipengaruhi oleh : aspek fisika (pemuaian suhu, aksi pembekuan lelehan es, aktivitas koloidal, perombakan dan pembongkaran) aspek kimia (pelarutan, hidrasi, hidrolisis, oksidasi, reduksi, karbonasi) aspek biologis (aktivitas penghancuran oleh akar, dan zat kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan) Pada proses transportasi dalam kondisi normal, erosi menghasilkan nilai kecepatan (rate) yang sama dengan pelapukan batuan. Runtuhan atau hancuran yang tidak terkonsolidasi yang ditinggalkan oleh pelapukan cocok untuk pergerakan oleh zat cair dan merupakan sumber utama dari komponen sedimen detrital Faktor yang mempengaruhinya adalah kecepatan pengendapan, arus aliran fluida, gelombang dan angin. Proses sedimentasi yang berlangsung terus-menerus mengalami konsolidasi atau lithifikasi. Sedimen yang terlithifikasi disebut batuan sedimen. Faktor yang berpengaruh terhadap proses lithifikasi antara lain proses fisika, proses kimia, dan proses biologis. (Krumbein dan Sloss, 1963). Di dalam proses pengendapan, sedimen ditransportasikan dari sumber ke lingkungan pengendapan dengan beberapa cara antara lain dengan cara mekanis, koloid, dan larutan kimia. Pengaruh faktor fisik pada lingkungan pengendapan dapat dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan statis (meliputi berat jenis media pengendapan, kekentalan media pengendapan, dan kedalaman media pengendapan yang terdiri atas bidang antara cairan bahan yang diendapkan) dan keadaan dinamis (turbulensi media pengendapan, kecepatan arus, arah aliran dan stabilitas aliran). Pengaruh faktor kimia lingkungan yang mempengaruhi pembentukan sedimen antara lain potensial redusi oksidasi (Eh), derajat keasaman (pH), salinitas dan temperatur. (Pettijohn, 1975)

11

2.6. KLASIFIKASI SEDIMEN MENURUT LINGKUNGAN PENGENDAPANNYA Lingkungan pengendapan adalah keadaan yang kompleks yang disebabkan oleh faktorfaktor interaksi antara faktor kimia, fisika, biologi, dimana sedimen diendapkan. (Krumbein dan Sloss, 1963). Meraka menyajikan model lingkungan pengendapan yang secara umum menunjukkan proses yang aktif bekerja dan hasil prosesnya dalam lingkungan pengendapan. Konsep dasar lingkungan pengendapan dalam Pocess and Respon Elements adalah sebagai berikut : PROCESS ELEMENTS 1. 2. 3. 4. RESPON ELEMENTS

Geometry of the environment Geometries of the deposits Materials of the environment Properties of the sediment formed Energy of the environment Areal variation in the sediment properties Biological elements of the environment Dari konsep dasar di atas, dapat terlihat bahwa dalam mempelajari suatu lingkungan

pengendapan harus memperhatikan empat elemen dasar, yaitu: 1. Geometri lingkungan pengendapan (batas-batas lingkungan) yang meliputi ukuran, bentuk dan kedalaman 2. Material, meliputi media atau agent sedimentasi, komposisi dan tekstur meterial yang diendapkan 3. Energi, meliputi energi gelombang dan arus pantai, energi arus sungai, energi angin dan energi tektonik 4. Biologi terutama flora dan fauna sebagai indeks untuk menunjukkan lingkungan pengendapan Pipkin (1977) mengklasifikasikan sedimen menjadi tiga kelompok menurut lingkungan / tempat pengendapannya, yaitu : 1. Terrigenous deposit Deposit ini berasal dari daratan dan meliputi senyawa organik (cangkang) dan senyawa anorganik (bahan). Deposit ini ditemukan pada daerah perairan dangkal dan mengandung material pasir.

12

2. Pelagik deposit Deposit ini terbentuk jauh dari daratan dan mengendap perlahan-lahan sebutir demi sebutir pada tempat yang dalam di laut. Yang paling dominan pada sedimen ini adalah yang berukuran halus atau koloid (diameter kurang dari 10 ) dan menutupi sekitar 74 % dari dasar laut. 3. Hemipelagik deposit Deposit ini merupakan campuran dari komponen pelagik dan sedimen terrigenous. Anikouchine dan Sternberg (1981) membagi sedimen berdasarkan sumbernya menjadi lima kategori, yatu : 1. Terrigenous

Komponen Terrigenous dihasilkan oleh proses pelapukan dan proses erosi batu-batuan. Pecahan batuan ini ditransportasikan ke laut oleh sungai, angin dan es. Semua material tersebut dengan adanya proses-proses tersebut akan terendapkan dan terakumulasi di daerah kontinental. 2. Biologikal Penyusun sedimen ini adalah berasal dari proses biologi yang berupa bahan-bahan organik. Beberapa tumbuhan dan binatang yang hidup di permukaan laut mempunyai cangkang, dan cangkang tersebut terendapkan ke dasar laut (perairan) setelah organisme tersebut mati. 3. Extraterrestrial (Cosmic) Komponen Extraterrestrial diperkirakan berasal dari angkasa yang setiap harinya terdapat beberapa ton meteorites dan debu kosmik yang jatuh ke permukaan bumi. Material yang jatuh tersebut sering disebut sebagai magnetic spherules. 4. Submarine vulkanic Komponen ini dihasilkan oleh proses vulkanisme. Di dekat pulau vulkanik, hasil proses vulkanisme baik dari yang berbentuk abu sampai yang berbentuk batua bongkahan banyak ditemukan di lapisan sedimen laut.

13

5.

Chemical

Pada keadaan tertentu, msterial batuan terlarut yang terbawa masuk ke laut tidak akan dilarutkan lagi. Sehingga dalam keadaan tersebut material aikan menjadi komponen padatan dan akan membentuk komponen kimia pada sedimen laut. Anikouchine dan Sternberg (1981) juga melakukan pembagian sedimen berdasarkan komponen yang melimpah di dasar perairan laut, pembagian tersebut adalah sebagai berikut : Komponen Terrigenous Material Clay Sand Silt and clay Mixture Some sand Globigerinids Pteropods Coccoliths Diatoms Radiolarians Authigenik Minimum amount required (by weight) 70 % 70 % - 80 % 70 % - 80 % 30 % 30 % 30 % 30 % 30 % Sedimen type Brownclay Terrigenous Sand Globigerina Ooze Pteropods Ooze Calcareus Ooze Coccolith Ooze Diatom Ooze Radiolarians Ooze Siliceous Ooze Authigenik

Biological

Chemical

Sedangkan menurut Reineck (1975), klasifikasi sumber sedimen adalah sebagai berikut: 1. Lithogenous Sedimen Sumber sedimen ini berasal dari erosi pantai dan run off daratan berupa hancuran batuan keras pembentuk daratan. Pantai-pantai yang tererosi merupakan prses yang mendukung produksi material sedimen di laut. Terjadinya erosi ini dipengaruhi oleh gelombang dan arus. Gelombang merupakan faktor yang dapat merusak pantai, kekuatan gelombang yang relatif kecil dapat mengerosi krakal (pebble) dan pasir secara teru-menerus dari pantai sehingga menyebabkan abrasi. Gelombang dengan swell yang kuat mampunyai pengaruh yang kuat tetapi aksinya tidak tetap. Jenis gelombang yang efektif terhadap perubahan garis pantai adalah gelombang badai. Erosi pantai oleh juga dapat disebabkan oleh arus horisontal yang mengalir di dasar. Kecepatan arus tersebut akan menentukan ukuran butir yang dapat terangkut. Aliran permukaan daratan merupakan aliran sedimen dari darat yang dibawa sungai sebagai agen transportasi sedimen. Di laut paling banyak berupa lempung, sedikit jenis kerikil, dan keberadaannya pun sangat sedikit.

14

2.

Biogenous Sedimen

Sedimen ini terbentuk dari sisa-sisa organisme yang hidup (cangkang / rangka biota laut) dan bahan organik (berasal dari biota mati) yang mengalami dekomposisi. 3. Hidrogenous Sedimen Terbentuknya sedimen ini disebabkan adanya reaksi kimia di dalam air laut. Hasil reaksi tersebut membentuk partikel-partikel yang tidak larut dalam air sehingga tenggelam ke dasar laut. Deposit magnetik, phosphorit dan glaukonit merupakan hasil dari reaksi kimia di lautan. 4. Cosmogenous Sedimen Sedimen ini berasal dari tempat yang jauh dibawa oleh angin dan jatuh ke laut akhirnya mengendap dan membentuk sedimen. Terbentuknya sedimen ini melelui tiga cara : Jatuhnya dari luar angkasa Aktivitas gunung berapi Partikel darat yang terbawa angin Sedangkan dari hasil klasifikasi lingkungan pengendapan dari Krumbein dan Sloss, maka disajikan pembagian dasar lingkuangan pengendapan sebagai berikut : 1. 2. (intertidal) 3. lingkungan laut meliputi karang, neritik (antara pasang rendah 200 m), bathyal (200 2000 m) dan abyssal (lebih dari 2000 m) lingkungan pengendapan darat, terbagi menjadi dua yaitu teresterial lingkungan transisi meliputi laguna, estuarin, delta dan litoral (meliputi gurun dan glasial) dan aqueous (meliputi sungai, danau, gua dan rawa)

15

BAB III MATERI DAN METODA 3.1. Waktu Praktikum Praktikum sedimentologi ini dilaksanakan pada: Hari / Tanggal Tempat : Jumat, 25 Mei 2003 Sabtu, 26 Mei 2003 : Laboratorium Geologi dan Laboratorium Eksplorasi Fakultas Kelautan Universitas Diponegoro , Teluk Awur, Jepara. 3.2. Materi Praktikum 3.2.1. Alat No 1 Oven 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Alat Satuan o C gr m ml ml mm o

Ilmu

Timbangan analitik Alumunium foil Kertas saring Whatman Ashless no. 42 Vacump pump Gelas ukur Pipet Automatic shieve shaker Peta Tanur pengabuan Busur derajat Kotak kaca Mikroskop binokuler

Fungsi Alat Mengeringkan sedimen dan kertas saring Menimbang sampel dan kertas saring Tempat sampel sedimen Menyaring sampel air Menyaring sampel air Tempat sampel air Alat pengambil air Menyaring butiran sedimen Gambar lokasi pengambilan sample Mengabukan sample Mengukur sudut curah alami sedimen Mengamati sudut curah alami sedimen Mengamati bentuk butir

-

3.2.2. Bahan Bahan-bahan yang diperlukan pada praktikum kali ini adalah : 1. Sample sedimen Sample sedimen yang diamati diambil dari beberapa titik sampling di daerah sekitar Muara Sungai Boyo dan Muara Sungai Urang, pantai Rebon daerah Batang, Pekalongan- Jawa Tengah. 2. Air Aquadest

16

3.3. Cara Kerja 3.3.1. Analisa Ukuran Butir 3.3.1.1. Pengayakan 1. 2. 3. 4. 5. a. b. Sample sedimen dioven pada suhu 100 o C. Mengambil sample sebanyak 25 gram. Menyaring sample dengan saringan bertingkat dimulai dari ayakan terbesar Menimbang hasil ayakan masing-masing saringan. Mengukur berat tinggal sedimen, berat larut sedimen, persen berat tinggal % BT = BT X 100 % Btotal

(2.000 mm, 0.420 mm, 0.297 mm, 0.150 mm, 0.063 mm ).

sedimen, persen berat larut sedimen dengan menggunakan rumus sebagai berikut

% BL = 100 % - % BT

Dimana : BT = Berat sedimen yang tertinggal dalam saringan BL = Berat sedimen yang lolos dari saringan 3.3.1.2. Pemipetan Metode analisa pemipetan dilakukan menurut prosedur Buchanan (1984) dalam Holme dan McIntyre (1984) : 1. Sample sedimen yang lolos pada saringan 0.063 mm dimasukkan ke dalam gelas ukur volume 1 liter. 2. Tambahkan akuades sebanyak 1 liter. 3. Aduk larutan hingga homogen. 4. Mengambil larutan sebanyak 20 ml pada jarak dan waktu pemipetan sebagai berikut : Diameter 0.0625 0.0312 0.0156 0.0078 0.0039 Jarak tenggelam (cm) 20 10 10 10 10 Jam 2 Waktu Menit 1 7 31 3 Detik 58 56 48 0 0

17

5. Hasil pemipetan diletakkan di atas kertas saring yang sebelumnya telah dikeringkan dalam oven dan ditimbang beratnya (a gram), secara berurutan waktu dan kedalamannya, kemudian dioven kembali pada suhu 100 o C hingga didapat berat kering. 6. Setelah dioven, kertas saring ditimbang sampai didapatkan berat konstan (b gram), kemudian dilakukan perhitungan rerata, yaitu : Berat pemipetan = (b) gram (a) gram 3.3.2. Analisa Gradasi Ukuran Butir dan Nilai Skewness 1. Dari data yang didapatkan pada pengayakan, dibuat suatu grafik dengan % berat lewat sebagai sumbu y dan ukuran saringan sebagai sumbu x. 2. Menghitung nilai kurtosis dan skewness dari grafik tersebut menurut rumus : Kurtosis = ( Q95 - Q5 ) 2.44 (Q75 Q 25 ) ( Q84 + Q16 2Q 50 ) ( Q95 + Q15 Q50 ) + 2 ( Q84 Q16 ) 2 ( Q95 Q15 )

Skewness =

3.3.3. Analisa Kandungan Bahan Organik Metode yang digunakan untuk menganalisa kandungan bahan organik pada sediment adalah metode pengabuan ( Utaminingsih, 1994 ). Dalam metode ini dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Mengeringkan sample di bawah sinar matahari kemudian dilakukan pengeringan lagi menggunakan oven (60 o) di bawah sinar matahari selama 24 jam untuk menghilangkan kandungan air yang tersisa sehingga diperoleh berat konstan. 2. Menimbang kurang lebih 1 gram sample dan menampungnya dalam cawan porselin. 3. Memasukkan sample tersebut ke dalam tanur pengabuan ( muffle furnace ) dengan suhu 550 O C selama 4 jam ) . Berat sample sebelum dimasukkan ke dalam tanur pengabuan ditimbang dan dicataa sebagai berat awal (Wo). 4. menimbang sample yang sudah diabukan sebagai berat akhir (Wt).

18

5. Nilai yang diperoleh dari hasil penimbangan sample dikonversikan ke dalam rumus untuk menghitung kandungan bahan organik : 6. Bo = (Wo Wt ) Wo Dimana : Bo = kandungan bahan organik total (%) Wo = berat awal (gr)Wt = berat akhir (gr)

X 100 %

3.3.4. Sudut alam curah material 1. 2. 3. 4. Sample dikeringkan dengan oven. Material dikondisikan pada keadaan butirannya dalam keadaan lepas. Sample dimasukkan dalam kotak kaca yang salah satu sudutnya dapat dibuka, buka salah satu tutup dan ukur sudut kelerengan alaminya. Percobaan dilakukan tiga kali dalam tiap sample. 3.3.5. Analisa Bentuk butir 1. Mengambil sebagian kecil sampel yang kering. 2. Mengamati sampel dengan mikroskop binokuler ( Warna, Roundness dan Sphericity). 3. Menghitung prosentase warna dan bentuk butiran. 3.3.6. Kadar Mineral Magnetik dan Nonmagnetik 1. Sampel dalam keadaan kering diletakkan diatas kertas. 2. Magnit dijalankan di balik kertas dan sedikit demi sedikit dipisahkan . 3. Memisahkan sampel yang terbawa magnit dengan yang tidak terbawa. 4. Menghitung berat sampel yang terbawa magnit dan yang tidak terbawa. 5. Menghitung prosentase mineral magnetik dan nonmagnetik. % Mineral Magnetik = Berat mineral magnetic X 100 % Berat total mineral % Mineral Nonmagnetik = Berat mineral nonmagnetic Berat total mineral X 100 %

19

3.3.7. Kadar Air 1. 2. 3. Mengambil sampel dalam keadaan asli alami sebanyak 20 gram. Sampel dioven sampai kering ( ditimbang berkali-kali tidak berubah beratnya ). Tiap sampel diukur tiga kali percobaan. Mengukur Kadar air yang dimiliki sampel tersebut. % kadar air = (Wo Wt ) Wo Wo = berat awal (gr) Wt = berat akhir (gr) X 100 %

20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL 4.1.1 Hasil pemipetan Pada praktikum menentukan ukuran butir dengan metoda pemipetan didapatkan hasil sbb : Sampel Ukuran sedimen A1 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 A2 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 A3 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B1 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B2 0,0625 Waktu(jam : mnt :detik ) 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 Berat kertas saring (a gr) 0,1311 0,1315 0,1314 0,1305 0,1315 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,1390 Berat a + sampel(b gr) 0,1419 0,1407 0,1379 0,1348 0,1338 0,19 0,18 0,19 0,20 0,18 0,14 0,13 0,14 0,14 0,12 0,23 0,23 0,24 0,20 0,21 0,1507 Berat sampel b-a ( gr ) 0,0108 0,0082 0,0064 0,0043 0,0023 -0,01 -0,02 -0,01 0 -0,02 0,04 0,03 0,04 0,04 0,042 0,03 0,03 0,04 0 0,01 0,0117

21

0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B3 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B4 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B5 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B6 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B7 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B8 0,0625

00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58

0,1338 0,1319 0,1313 0,1315 0,21 0,19 0,19 0,19 0,19 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,19 0,21 0,21 0,22 0,21 0.21 0,18 0,19 0,1295 0,1313 0,1304 0,1315 0,1296 0,2325

0,1549 0,1400 0,1334 0,1310 0,21 0,20 0,20 0,19 0,19 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,20 0,20 0,19 0,213 0,22 0,24 0,22 0,22 0,19 0,20 0,1389 0,1401 0,1383 0,1356 0,1302 0,2303

0,0211 0,0081 0,0090 -0,0005 0 0,01 0,01 0 0 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0 0 0 0,003 0,01 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,0094 0,0088 0,0079 0,0041 0,0006 -0,0022

22

0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B9 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B10 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B11 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B12 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B13 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 B14 0,0625 0,0312

00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36

0,2197 0,2278 0,2129 0,2160 0,2123 0,2101 0,2169 0,2145 0,2146 0,2155 0,2104 0,2123 0,2116 0,2125 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,23 0,23 0,23 0,21 0,22 0,2350 0,2237

0,2125 0,2235 0,2160 0,2146 0,2325 0,2253 0,2299 0,2253 0,2209 0,2294 0,2139 0,2156 0,2122 0,2126 0,2240 0,230 0,2212 0,2213 0,2126 0,23 0,22 0,19 0,21 0,23 0,35 0,33 0,3 0,27 0,27 0,2662 0,2332

-0,0045 -0,0043 -0,0031 -0,0014 0,0193 0,0152 0,0131 0,0108 0,0063 0,0139 0,0035 0,0033 0,0006 0,0001 0,024 0,030 0,021 0,021 0,021 -0,07 0,02 -0,01 0,01 0,03 0,1 0,1 0,07 0,06 0,05 0,0312 0,0095

23

0,0156 0,0078 0,0039 B15 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 C1 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039 C2 0,0625 0,0312 0,0156 0,0078 0,0039

00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00 00:00:58 00:01:36 00:07:58 00:31:00 02:03:00

0,2311 0,2271 0,2240 0,222 0,238 0,205 0,226 0,217 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2296 0,2196 0,2327 0,2235 0,2255

0,2330 0,2265 0,2202 0,260 0,263 0,210 0,229 0,219 0,23 0,21 0,21 0,24 0,20 0,2233 0,2128 0,2156 0,2250 0,2140

0,0019 -0,0006 -0,0038 0,042 0,025 0,005 0,003 0,002 0,03 0,01 0,02 0,02 0 -0,0061 -0,0058 -0,0171 -0.0015 -0,0115

Hasil Ukuran Butir Sedimen A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B 10 Skewness - 0, 244 0,03 -0,04 -0,46 -0,287 -0,53 0,617 -0,287 -0,146 -0,62 3,34 -0,1 0,391 Keterangan Menceng kasar Menceng simetris Menceng simetris Menceng sangat kasar Menceng kasar Menceng sangat kasar Menceng sangat halus Menceng kasar Menceng kasar Menceng sangat kasar Menceng sangat halus Menceng simetris Menceng sangat halus Kurtosis 2,958 0,98 2,09 1,403 1,2404 -0,41 3,75 3,93 1,2978 0,026 2,76 2,18 1,35 KeteranganPuncak sangat runcing Puncak cukupan Puncak sangat runcing Puncak runcing Puncak runcing Puncak sangat tumpul Puncak sangat runcing sekali Puncak sangat runcing sekali Puncak runcing Puncak sangat tumpul Puncak sangat runcing Puncak sangat runcing Puncak runcing

24

B 11 B 12 B 13 B 14 B 15 C1 C2

Puncak runcing Menceng halus 1,406 Puncak sangat runcing Menceng kasar 1,97 Puncak sangat tumpul Menceng sangat kasar -0,021 Puncak cukupan Menceng simetris 0,96 Puncak runcing Menceng simetris 1,25 Puncak sangat tumpul Menceng sangat halus rata-rata Nilai 0,497 Puncak sangat runcing sekali Menceng sangat halus 4,46 Mineral Bahan Organik Sudut alam Magnetic (%) Non magnetic Kadar air

0,155 -0,2115 -1,803 -0,03 -0,05 0,837 0,5

Sampel A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 C1 C2

(%) 4 6 0 12,9 20 5,48 4,21 3,18 29,75 0,8 4,44 8,57 4,44 4,29 11 16 10 12 9 11

curah (%) 31,66 24,5 19,7 72 48 46,3 22,7 47,33 36,7 22 55 56,67 47,67 41,3 50,36 59,7 41,67 55,7 48 45

53 20,2 7,3 7 16 26,6 21,3 6,3 45,9 36,3 30,5 27,15 31,67 20 29,16 24,7 7,3 34 28 12

(%) 47 80,8 92,7 93 84 73,4 78,7 93,3 51,2 63,3 69,5 72,85 68,33 80 69,67 75,3 92,7 66 72 88

(%) 22 16,7 21,7 48 25,7 20 15,3 24,3 18 13,6 21 19,6 20,7 22 27,4 45 56 47,4 36,6 15

4.3 Hasil Bahan Organik, Sudut Alam Curah, Mineral magnetik dan non magnetik serta Kadar Air

4.4 Hasil Bentuk dan Warna Mineral Sampel Bentuk mineral (%)

25

A1 A2 Sampel A3 A1 B1 A2 B2 A3 B3 B1 B4 B2 B5 B3 B6 B4 B7 B5 B8 B6 B9 B7 B10 B8 B9 B11 B10 B12 B11 B13 B12 B14 B13 B15 B14 C1 B15 C2 C1 C2

V.angular 6,51 35 Merah 10 2,2 96HS - -36,7 - 3,3 - 6 5 6,7 13,02 14 28,5HS 7,3 8,3HS 8,45 9,14 25 25 13,03 16 0,63 15,2 24,68 -

Angular S.angular Rounded S.rounded 12,6 42,8 5,6 30,44 Warna 15 Mineral (%) 25 32,5 Hitam10 Kuning 60 Putih Transparan - Coklat 20 80,04 8,49 1,7HS 8,7 2.3HS - 32,5 25 67 28,4 20 12,1 13 32 18,3 20 11,7 28 10 20 23,3 2 97 70 5 25 16,7 13,3 50 20 66,7 30 73,4 24 13,3 45 13,3 7 16 50 10 40 45 5 16,7 23,3 25,3 61,7 12,74 11,7 7,83 3,3 15,98 6,16 48 5HS 25 50,4HS 13 1,3HS 11,3HS 61,7 18,3HSdan 8,3 30HS 17,7 8,3HS dan 3,3HS 1,7LS 27,47 16,38 28,04 19,66 11,7LS dan13,3LS 3,3LS 42,,86 24,57 23,43 30 50,23 10 8,8 60 5 10 22---,5 29 45,5 45 18 12 15,83 40,75 7,4 22,9 60 18 16 18,8 17,4 15,3 20,6 15,8 12,3 52,6 19,3 12,03 29,75 30,38 22,78 18,8 60 16 15,625 25 34,375 25 19 1,27 7,59 44,30 2,53 43HS 27HS 30HS 36 4 40 8 25 25,5 49,5 -

26

Sifat-sifat fisik mineral Tiap mineral memiliki sifat fisik atau kimia tertentu karena penyusun sifat atom yang beraturan. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka tiap-tiap jenis mineral dapat diketahui dan diketahui susunan kimianya dalam batas-batas tertentu. Mineral pembentuk batuan Batuan yang umum dikenal oleh mineral-mineral utama, pengiring hingga mineral sekunder, mineral penyusun baatuan di bagi menjadi : 1. Mineral hitam (Mineral morfik) misal : hornblende, piroksin, olivin. 2. Mineral felsik (mineral felsik) misal : golongan feldspar, golongan feldspatikPada pendinginan magma tidak langsung membeku mineral dalam magma berdasarkan penurunan suhu. tetapi mengalami penurunan suhu / temperatur secara perlahan atau cepat. Penurunan ini disertai pembentukan daari

Mineral utama penyusun keerak bumi disebut mineral pembentuk batuan, terutama mineral golongan silika. Golongan mineral yang berwarna tua disebut mineral mafik sedangkan yang berwarna merah muda disebut mineral felsik karena miskin akan unsur-unsur besi atau magnetik. Beberapa mineral hitam yang sering dijumpai adalah olivin, augit, hornblende dan biotit. Sedangkan mineral putih yang sering dijumpai adalah plagioklas, ortoklas, kuarsa dan kalsit.Mineral mafik, berwarna gelap hitam, terdiri dari :

Olivin ( Mg, Fe)2SiO4, kadar Fe dan Mg paling tinggi , terdapat pada batuan kuarsa basa, ultra basa da batuan beku dengan kadar silika rendah. Kristal pertama yang terbentuk, sehingga tidak tahan terhadap pelapukan. Piroksin, suatu silikat dengan Fe, Mg, Augit adalah mineral paling banyak tersebar . Berwarna hitam atau hijau hitam, berbentuk prisma pendek dengan penampang segi delapan. Mineral felsik, berwarna terang misal plagioklas yaitu kumpulan sejumlah dengan suatu sistem kristal . K-Feldspar berwarna putih atau keputihan, tidak berwarna banyak ditemukan pada granit metamorf dan batu pasir, kuarsa dikenal dengan silikat, feldspar dikelompok tidak jenuh silika contohnya : kalsit.

27

Mineral Berat Mineral berat didefinisikan sebagai mineral yang memiliki densitas lebih besar dari 2,85. Densitas yang spesifik itu digunakan untuk memisahkan kuarsa terang, feldspar dan kalsit dengan menggunakan laruta bromoform, mineral-mineral berat berada dalam jumlah yang kecil. Klasifikasi Mineral Berat Folk, 1974 membagi mineral-mineral berat dalam 4 kelompok : Opak, Mika, Ultrastabil, Metastabil. 1. Mineral Opak, Umumnya memiliki gravitasi spesifik yang tinggi, hal ini disebabkan oleh aadnya kandungan unsur besi, yang terbagi atas.

Magnetit dan Ilmenit, memiliki nilai ekonomis sebagai placer. Kedua mineral ini sudah dikatakan terpisah kecuali mengandung magnet, keduanya bersifat moderat stabil tetapi magnetit mungkin dapat menggantikan hematit atau limonit secara langsung terlihat seperti leukosin kapur /kristal sphere anatas atau mineral titan yang lain. Magnetit selalu menggantikan hematit spekulat yang tidak dapat diidentifikasikan di mikroskop, teapi dapat dilakukan dengan test sinar x. Pirit sering berubah bentuk dekat autigenik, hadir dalam jumlah yang besar dalam beberapa lapisan mineral berat nammun dapat absen pada lapisan lain. Hematit dan Limonit meupakan produk-produk pengganti namun bisa juga detrital, keduanya meupakan zat terlarut dalam lingkungan. Leukosin, agregat yang berukuran halus ekstrim sphere, dan merupakan produk pengganti kelompok limenit. Mika, presentasinya kurang nyata karena tidak selalu tengggelam dalam larutan bromoform. Sebenarnya tidak termasuk kedalam mineral berat karena bentuknya begitu banyak dan mempunyai sifaat hidrolik yang berbeda.

2.

3.

Kelompok Ultrastabil,

mineral dalam kelompok ini dapat bertahan

dalam

perombakan batuan. Ketika sediman tua dirombak menjadi sedimen yang muda hanya zirkon yang dapat bertahan yang merupakan contoh daari salah satu bagian dari batuan ini.

28

Kelompok metastabil, contohnya olivin, epatit, horndblende, silianit, dan andusit. 2.2. Kandungan Logam dan Non Logam 2.2.1. Analisa Logam Salah satu alasan ekonomi utama mempelajari geologi dasar laut adalah belajar bagaimana dan di mana logam berharga dibentuk. Proses ini disebut metallogenesis, juga sekaligus petunjuk untuk mempelajari bagaimana proses terjadinya di bawah laut dan pengaruhnya bagi kehidupan sehari-hari. Walupun semua bahan tambang terdapat di daratan, mekanisme pembentukan logam ini konsentrasinya berhubungan dengan proses yang terjadi di dasar laut. Ada dua tipe utama deposit logam yang dieksploitasi saat ini, yakni tembaga phorpyryt dan sulfida massive. Tembaga porphyrit dibentuk di atas zona subduction sebagai bagian dari gunung berapi. Sulfida massive dibentuk di pusat penyebaran dasar laut dan telah ditambang sejak dahulu. Logam tidak dibentuk oleh proses geologi. Mereka merupakan elemen utama yang hadir sebagai pembentuk formasi bumi. Differensiasi dari kebanyakan besi tersebar ke dalam pusat bumi. Besi yang utama bersama tembaga, Seng, Perak, Emas, Mangan, Chromium,Platinum, dan logam lain tersebar pada batuan paparan benua dan litosfer samudra dan terlarut dalam air laut itu sendiri. Sumber logam di laut dari batuan melalui cuaca atau aktivitas gunung berapi. Ada tiga hipotesis formasi deposit logam menurut Murray dan Renard (1891) : 1.melalui atau dengan presipitasi lambat dari air laut 2.dengan deposisi dari aktivitas gunung berapi bawah laut 3.dengan diagenesis (remobilisasi) dari sedimen. 2.2.2. Analisa Non Logam Kulit bumi bagian terluar atau kerak bumi disusun oleh zat padat yang sehari-hari kita sebut dengan batuan. Sedangkan batuan meliputi segala macam materi yang menyusun kerak bumi, baik padat maupun lepas seperti pasir dan debu. Umumnya batuan merupakan ramuan beberapa jenis mineral. Mineral adalah suatu zat (fasa) padat dari unsur (kimia) atau persenyawaan (kimia) yang dibentuk oleh proses-proses anorganik, dan mempunyai susunan kimiawi tertentu dan suatu penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya atau dikenal sebagai struktur kristal. Struktur dalamnya menunjukkan bahwa kedudukan atom-atom dalam

29

mineral menuruti aturan tertentu yang lazimnya disebut kisi ruang (space lattice). Suatu contoh mineral halit (NaCl) tiap atom Na dan Cl masing-masing dibentuk bidang delapan oleh enam atom Cl atau Na. Dalam zat yang berhablur seperti kaca alam tidak terdapat keteraturan seperti demikian dan bersamaan tergolong dalam zat yang amorf. Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu tetapi juga mempunyai bentuk tertentu yang disebut bentuk kristal. Bentuk kristal beraneka corak tetapi selalu polyhedral (bidang banyak). Nicolas Steno (1631-1687), orang yang pertama melakukan terhadap sudut-sudut yang dibuat oleh bidang-bidang yang seharga pada kristal kuarsa (SiO2). Bentuk-bentuk yang dimiliki hablur alam itu tidak lain merupakan pencerminan struktur dalam kristal. Dalam kristalografi, bentuk kristal yang banyak jumlahnya itu, dikelompokkan ke dalam tujuh sistem sumbu yaitu: tetragonal, ortorhombik, rombohedral, heksagonal, monoklin, triklin, dan kubik. Jenis mineral alam yang menyusun kerak bumi ini sudah sangat banyak, bahkan lebih dari 2000 jumlahnya. Bila dilihat dari susunan kimianya dapat dibagi menjadi sebelas golongan yaitu: 1.Elemen-elemen nativ 2.Sulfida 3.Halida 4.Oksida dan Hidroksida 5.Karbonat 6.Nitrat Dari analisa dibawah mikroskop etrhadap sedimen kering didapatkan adanya perbedaan warna maupun bentuk dari material logam dan non logam , dimana warna material logam tampak hitam sedangkan untuk material non logam adalah hitam sedangkan warna untuk material non logam mempunyai warna bening kehitaman .Hal ini juga diperkuat oleh D.S.Graha (1987) yang menyatakan bahwa pada umumnya material logam mempunyai sifat : warna Garis Kilap : abu-abu sampai hitam : Abu-abu : logam 7. Tungsten dan Molidam 8. Phospat,Arsenat, dan Vanadan 9. Sulfat 10. Borat 11. Silikat

30

Optik (n)

: 2,36

Titik kristal : isometrik Kekerasan : 4 Untuk prosentase kandungan logam dan non logamnya, didapatkan kandungan logam pada sedimen itu adalah 21,13 % jauh lebih sedikit dibanding dengan kandungan non logam, yaitu sebasar 78,87%.Hal ini berarti bahwa pada sedimen itu didominasi oleh material non logam.memang pada umumnya pada suatu sedimen atau suatu batuan kandungan non logamnya akan lebih banyak dibanding dengan kandungan logamnya.Kandungan logam yang sedikit inilah yang menjadikan material ini sangat bernilai ekonomis sehingga banyak orang mempelajari metalogenesis. Langkah-langkah yang dilakukan pada analisa kandunganlogam magnetik dan non magnetik, penimbangan sampel sedimen yang didapatkan yang telah dioven sebanyak 10 gram. Kemudian memisahkan antara sampel sedimen yang bersifat logam dengan yang bersifat non logam, deengan cara mengambil sedimen dengan magnet. Sampel yang bersifat logam akan menempel pada magnet sementara yang bersifat non logam tidak. Langkah berikutnya adalah menimbang berat kandungan logam. Dari sini dapat diketahui bahwa pasir yang brsifat logam adalah pasir yang berwarna gelap, sedangkan yang non logam berwarna teraag. Hal ini sesuai dengan pendapat Graha (1987) bahwa batu pasir logam berwarna gelap.

Sudut alam curah adalah kondisi material dalam keadaan lepas mempunyai sidit alam maksimum tertentu dan ini tergantung dari distribusi ukuran butir dan berat jenis. Kegunaannya yaitu untuk mengetahui sudut natural dari material sehingga dapat diketahui

31

kapan material tersebut dalam kondisi kritis meluncur, bergerak sesuai kondisi sudut kelerengan yang perlu diwaspadai.

DAFTAR PUSTAKAAnikuochine, A.W dan Stenberg, W.A.1981. The World Ocean ; An Introduction To oceanography. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Darlan, Y. 1996. Geomorfologi Wilayah Pesisir Aplikasi Untuk Penelitian Kawasan Pantai . Pusat Pengembangan Geologi Kelautan . Bandung. Folk, R.L. 1968. Petrologi of Sedimentary Rock. Hemphill Publisher Company Austin. Texas. Graha, D. S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung : Penerbit Nova Hutabarat dan Evans ,1985. Pengantar oseanografi. UI Pres. Jakarta. Katili, J.A dan Marks , P. 1963. Geologi Departemen Urusan Reserch Nasional. Jakarta. Krumbein, W.S and Sloss, L.L. 1963. Stratygraphy And Sedimentation. W.H Freeman and co. San Francisco. Pettijohn. 1975. Sedimentary Rock. Harper and Row Publisher, Inc. New York. Pipkin, B.W. 1977. Laboratory Exercise In Oceanography. H. Freeman and Co. San Francisco. Sheifi. 1993. Hubungan Kedalaman Dan Tekstur Sedimen Diperairan Teluk Awur Jepara. Undip. Semarang.

32