lap ringkas akhir tahun 2010

5
RISET BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN-TAHUN 2010 1. RISET EVALUASI SOSIAL EKONOMI PRAKTEK PENGELOLAAN BUDIDAYA UMUM: Sektor budidaya sebagai andalan untuk meningkatkan hasil produksi cukup beralasan mengingat masih besar luas lahan potensial yang belum dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya. Kondisi produktivitas budidaya saat ini masih sangat rendah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kesenjangan produktivitas maksimum yang dapat di capai untuk budidaya ikan mas di Indonesia untuk intensitas rendah 49,72%, intensitas sedang 40,27% dan intensitas tinggi 28,45%. Beberapa faktor terindikasi sebagai penyebab masih tingginya kesenjangan produksi ikan mas yaitu kualitas air, air, masalah tanah, penyakit, suhu, dan lainnya (Koeshendrajana, 2009, tidak dipublikasi). Selain aspek teknis, banyak faktor sosial, ekonomi serta lingkungan yang diperkirakan ikut berpengaruh dalam praktek budidaya yang dilakukan, sehingga menyebabkan produksi kurang optimal. Salah satu yang dapat dilakukan untuk peningkatan produktivitas tersebut yaitu melalui perubahan praktek pengelolaan budidaya yang lebih baik. Melalui kajian evaluasi sosial ekonomi praktek pengelolaan budidaya diharapkan dapat memberikan informasi sejauhmana praktek pengelolaan budidaya dilakukan dan faktor penyebab baik secara sosial maupun ekonomi yang menyebabkan praktek pengelolaan budidaya tersebut tidak dikelola dengan baik. TUJUAN: 1) Mengidentifikasi standar-standar budidaya nasional dan internasional yang dijadikan pedoman untuk budidaya; 2) Mengidentifikasi sistem, kondisi dan kinerja praktek budidaya di kolam dan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya saat ini; 3) Mengevaluasi kesesuaian praktek budidaya yang dilakukan dengan standar budidaya yang ada; 4) Mengidentifikasi faktor-faktor, mekanismenya serta keterkaitan antar faktor yang berpengaruh dalam praktek budidaya yang dilakukan pembudidaya; 5) Mengetahui sejauhmana praktek budidaya yang dilakukan berpengaruh terhadap produksi/output/kinerja usaha; 6) Mengkaji strategi peningkatan pengelolaan budidaya ikan berdasarkan standar budidaya yang direkomendasikan (Best Management Practice – BMP). KEGIATAN: Kegiatan penelitian adalah dengan melakukan wawancara dengan panduan kuesioner dengan metode pengambilan sampel secara stratified random sampling dan dilakukan analisis data secara deskriptif tabulatif. HASIL: Praktek budidaya ikan patin, udang, lele dan nila scar umum masih belum dilaksanakan sesuai dengan standar CBIB (Cara Budidaya IkanYang Baik. Faktor yang mempengaruhi yaitu faktor teknis , ekonomis dan sosial. Faktor teknis secara

Upload: hikmah-madani

Post on 27-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Ringkas Akhir Tahun 2010

RISET BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN-TAHUN 2010

1. RISET EVALUASI SOSIAL EKONOMI PRAKTEK PENGELOLAAN BUDIDAYA

UMUM: Sektor budidaya sebagai andalan untuk meningkatkan hasil produksi cukup beralasan mengingat masih besar luas lahan potensial yang belum dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya. Kondisi produktivitas budidaya saat ini masih sangat rendah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kesenjangan produktivitas maksimum yang dapat di capai untuk budidaya ikan mas di Indonesia untuk intensitas rendah 49,72%, intensitas sedang 40,27% dan intensitas tinggi 28,45%. Beberapa faktor terindikasi sebagai penyebab masih tingginya kesenjangan produksi ikan mas yaitu kualitas air, air, masalah tanah, penyakit, suhu, dan lainnya (Koeshendrajana, 2009, tidak dipublikasi). Selain aspek teknis, banyak faktor sosial, ekonomi serta lingkungan yang diperkirakan ikut berpengaruh dalam praktek budidaya yang dilakukan, sehingga menyebabkan produksi kurang optimal. Salah satu yang dapat dilakukan untuk peningkatan produktivitas tersebut yaitu melalui perubahan praktek pengelolaan budidaya yang lebih baik. Melalui kajian evaluasi sosial ekonomi praktek pengelolaan budidaya diharapkan dapat memberikan informasi sejauhmana praktek pengelolaan budidaya dilakukan dan faktor penyebab baik secara sosial maupun ekonomi yang menyebabkan praktek pengelolaan budidaya tersebut tidak dikelola dengan baik.

TUJUAN: 1)     Mengidentifikasi standar-standar budidaya nasional dan internasional yang dijadikan pedoman untuk budidaya; 2) Mengidentifikasi sistem, kondisi dan kinerja praktek budidaya di kolam dan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya saat ini; 3) Mengevaluasi kesesuaian praktek budidaya yang dilakukan dengan standar budidaya yang ada; 4) Mengidentifikasi faktor-faktor, mekanismenya serta keterkaitan antar faktor yang berpengaruh dalam praktek budidaya yang dilakukan pembudidaya; 5) Mengetahui sejauhmana praktek budidaya yang dilakukan berpengaruh terhadap produksi/output/kinerja usaha; 6) Mengkaji strategi peningkatan pengelolaan budidaya ikan berdasarkan standar budidaya yang direkomendasikan (Best Management Practice – BMP).

KEGIATAN: Kegiatan penelitian adalah dengan melakukan wawancara dengan panduan kuesioner dengan metode pengambilan sampel secara stratified random sampling dan dilakukan analisis data secara deskriptif tabulatif.

HASIL: Praktek budidaya ikan patin, udang, lele dan nila scar umum masih belum dilaksanakan sesuai dengan standar CBIB (Cara Budidaya IkanYang Baik. Faktor yang mempengaruhi yaitu faktor teknis , ekonomis dan sosial. Faktor teknis secara umum untuk setiap komoditas di setiap lokasi meliputi kualitas benih, pakan, kematian ikan, kualitas air, hama penyakit dan curah hujan. Faktor ekonomis diantaranya yaitu harga pakan yang meningkat terus, harga benih yang mahal, tingkat keuntungan usaha yang diperoleh. Faktor sosial yang berpengaruh yaitu kurang kuatnya peran kelembagaan produksi sehingga posisi tawarnya masih lemah, rencana pengembangan usaha rata-rata cukup rendah. Terakhir yaitu faktor kebijakan yang mendukung terhadap peningkatan prakte pengelolaan budidaya yaitu masih dirasakan kurang terutama dalam hal sosialisasi kepada masyarakat.

KENDALA:

TINDAK LANJUT: Memberikan rekomendasi bahwa untuk dapat meningkatkan pengelolaan budidaya ikan dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan pengelolaan budidaya yang dianjurkan ntuk mengefisienkan baik secara produksi maupun ekonomis serta harus diperhatikan faktor yang menyebabkan adanya gap antara produksi optimal dan aktual

Satuan Kerja : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan PerikananAlamat : Jalan KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260Lokasi Riset : Kab. Muarojambi, Kodya jambi, Kab. Boyolali, Kab. Bogor, Kab. Katingan, Kab. Gresik dan Kab. Situbondo

Page 2: Lap Ringkas Akhir Tahun 2010

Koordinator Peneliti : Dr. Agus Heri Purnomo Peneliti Utama : Yayan Hikmayani, MSiAnggota Peneliti : Hikmah, Elly R, Cornelia, M.W, Hakim, MH, Maulana Firdaus, Rani Hapsari Dewi,Hertria M.P, A. Azizi, Riesty Triyanti,

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan PerikananProgram APBN : Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK Sumber APBN:RM: Rp. 350.000.000,-PHLN:PNBP:

Mitra Kerjasama: -

Dana Mitra : -

Pengguna : -

RISET BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN-TAHUN 2010

Page 3: Lap Ringkas Akhir Tahun 2010

1. RISET pengembangan model minapolitan berbasis budidaya

UMUM: Minapolitan merupakan sala satu program untuk mewujudkan visi dan misi KKP yaitu meningkatan produksi dan mensejahteraan masyarakat. Secara detaiil tujuan dan sasaran minapolitan ditetapkan dalam peraturan menteri KKP No. 12/MEN/2010. Lebih lanjut dalam permen ini dapat juga dijadikan sebagai pedoman umum dalam pelaksanaan minapolitan, yang pelaksanaannya dilakukan secara spesifik lokasi dan bertahap. Penentuan lokasi minapolitan dituangkan dalam keputusan menteri kelautan dan perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 32/MEN/2010 tentang penetapan kawasan minapolitan. Merujuk pada Kepmen tersebut, secara umum lokasi minapolitan dapat dibedakan menjadi dua yaitu minapolitan berbasis perikanan tangkap dan minapolitan berbasis budidaya. Mengingat minapolitan merupakan hal yang baru, maka untuk mendukung kebijakan KKP perlu dilakukan kajian model minapolitan .

TUJUAN: 1. Untuk mengetahui potensi lokasi minapolitan berbasis budidaya2. Menganalisis Peluang Perbaikan terhadap permasalahan dari aspek generic dan aspek khusus3. Mengetahui Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penerapan Program Minapolitan4. Membuat perspektif model minapolitan berbasis budidaya5. Rekomendasi Kebijakan

HASIL KEGIATAN:1. Kawasan minapolitan yang ditetapkan mempunyai potensi sumber daya alam yang berbeda-beda antara satu lokasi

dengan lokasi lainnya.2. Permasalah yang terkait dengan pelaksanan minapolitan meliputi : (a) belum tersususnya RTRW dan pokja, (b)

kurangnya sosialisasi minaploitan ke daerah, (c) kurang tepatnya pemahaman tentang minapolitan dan (d) belum adanya kejelasan dan ketegasan tentang distribusi penganggaran dari pusat, propinsi dan kabupaten.

3. Faktor yang berpengaruh dalam penerapan minapolitan berkaitan erat dengan kondisi potensi sumber daya alam yang ada (infrastruktur, kelembagaan, kebijakan & governance, masyarakat dan bisnis dan tata ruang)

4. Model minapolitan berdasarkan spesifikasi lokasi

KESIMPULAN: 1. Pemahaman/persepsi tentang minapolitan yang berbeda antara pusat dan daerah/kabupaten 2. Penetapan lokasi kawasan minpolitan tidak memperhatikan potensi dan permasalahan sumber daya alam yang ada

serta aspek-aspek penunjang. (ada (infrastruktur, kelembagaan, kebijakan & governance, masyarakat dan bisnis dan tata ruang.

REKOMENDASI KEBIJAKAN:1. Perlu dilakukan sosialiasi, bimbingan dan pengarahan tentang penerapan peraturan menteri No. 32/MEN/20102. Memfasilitasi pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan pelaksaanaan program minapolitan..3. Memfasilitasi pembentukan dan penguatan kelembagaan, percepatan penguasaan teknologi dan ketrampilan

wirausaha kepada masyarakat

KENDALA: TINDAK LANJUT:

Satuan Kerja : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan PerikananAlamat : Jalan KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260Lokasi Riset : Kab. Batang Hari, Prov. Jambi; Kab. Bogor, Prov. Jawa Barat; Kab. Boyolali, Prov. Jawa Tengah; Kab. Malang, Prov. Jawa Timur; Kab. Gresik, Prov. Jawa Timur; Kotamadia

Palangkaraya, Prov. Kalimantan Tengah; Kab. Katawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah; dan Kab. Gowa, Prov. Sulawesi Selatan

Page 4: Lap Ringkas Akhir Tahun 2010

Koordinator Peneliti : Dr. Agus Heri Purnomo Peneliti Utama : Hikmah MSiAnggota Peneliti : Rani HafsaridewiTenny AprilianiTikkyrino KurniawanSapto Adi PranowoHertria Maharani PutriNensyana SafitriRiesti Triyanti

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan Perikanan

Program APBN : Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK

Sumber APBN :RM: Rp. 500.000.000,-PHLN:PNBP:

Mitra Kerjasama: -

Dana Mitra : -

Pengguna : -

Latar Belakang

Tujuan

Hasil Kegiatan

Kesimpulan

Rekomendasi Kebijakan

:

:

:

:

Minapolitan merupakan sala satu program untuk mewujudkan visi dan misi KKP yaitu meningkatan produksi dan mensejahteraan masyarakat. Secara detaiil tujuan dan sasaran minapolitan ditetapkan dalam peraturan menteri KKP No. 12/MEN/2010. Lebih lanjut dalam permen ini dapat juga dijadikan sebagai pedoman umum dalam pelaksanaan minapolitan, yang pelaksanaannya dilakukan secara spesifik lokasi dan bertahap. Penentuan lokasi minapolitan dituangkan dalam keputusan menteri kelautan dan perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 32/MEN/2010 tentang penetapan kawasan minapolitan. Merujuk pada Kepmen tersebut, secara umum lokasi minapolitan dapat dibedakan menjadi dua yaitu minapolitan berbasis perikanan tangkap dan minapolitan berbasis budidaya. Mengingat minapolitan merupakan hal yang baru, maka untuk mendukung kebijakan KKP perlu dilakukan kajian model minapolitan .

1. Untuk mengetahui potensi lokasi minapolitan berbasis budidaya2. Menganalisis Peluang Perbaikan terhadap permasalahan dari aspek generic dan aspek

khusus3. Mengetahui Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penerapan Program

Minapolitan4. Membuat perspektif model minapolitan berbasis budidaya5. Rekomendasi Kebijakan

1. Kawasan minapolitan yang ditetapkan mempunyai potensi sumber daya alam yang berbeda-beda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya.

2. Permasalah yang terkait dengan pelaksanan minapolitan meliputi : (a) belum tersususnya RTRW dan pokja, (b) kurangnya sosialisasi minaploitan ke daerah, (c) kurang tepatnya pemahaman tentang minapolitan dan (d) belum adanya kejelasan dan ketegasan tentang distribusi penganggaran dari pusat, propinsi dan kabupaten.

3. Faktor yang berpengaruh dalam penerapan minapolitan berkaitan erat dengan kondisi potensi sumber daya alam yang ada (infrastruktur, kelembagaan, kebijakan & governance, masyarakat dan bisnis dan tata ruang)

4. Model minapolitan berdasarkan spesifikasi lokasi.

1. Pemahaman/persepsi tentang minapolitan yang berbeda antara pusat dan daerah/kabupaten

2. Penetapan lokasi kawasan minpolitan tidak memperhatikan potensi dan permasalahan sumber daya alam yang ada serta aspek-aspek penunjang. (ada (infrastruktur, kelembagaan, kebijakan & governance, masyarakat dan bisnis dan tata ruang.

1. Perlu dilakukan sosialiasi, bimbingan dan pengarahan tentang penerapan peraturan menteri No. 32/MEN/2010

2. Memfasilitasi pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan pelaksaanaan program minapolitan..Memfasilitasi pembentukan dan penguatan kelembagaan, percepatan penguasaan teknologi dan ketrampilan wirausaha kepada masyarakat

Gambar Sepetak lahan yang terdiri dari rumah dan beberapa buah Keramba Jaring Apung

(KJA).

Hasil Panen Ikan Lele

Gambar ikan yang di asinkan dan di jualHasil Olahan Ikan Lele