lanjut 6.2

4
6.2. Mendala Banggai-Sula Mendala Sulawesi Tenggara dapat dikorelasikan dengan Mendala Banggai-Sula, yang telah diketahui sebagai mendala pecahan dari Papua New Guinea bagian tengah (Visser & Hermes, 1962; Hamilton, 1979; Pigram dkk., 1985; Garrad dkk., 1988; 1989). Sebagai batuan alas, batuan malihan di Mendala Banggai-Sula tersusun oleh sekis mika, genes, sabak, filit, dan kuarsit (Sukamto, 1975b, Pigram dkk., 1985; Garrad dick., 1988; 1989; Surono, 1989a. Batuan malihan yang berumur 305±6 jtl. dan 306±6 jtl. atau akhir Karbon ini, ditindih oleh batuan: gunung api ignimbrit berumur 330±90 — 210±25 jtl. atau Permo-Trias dan diterobos oleh batua: granitan yang berumur 245+25 - 235+10 jtl. atau Permo-Trias (Sukamto, 1975a). Batugamping Nofanini dan Formasi Menanga yang terdiri atas perselingan batuan sedimen klastik dan batuan karbonat, menindih batuan alas (Gambar 6.2). Selanjutnya, Formasi Bobong dan Formasi Buya yang saling menjemari (Gambar 6.2), menumpang takselaras di atas satuan yang lebih tua. Formasi Bobong didominasi oleh sedimen klastika kasar sebaliknya Formasi Buya didominasi oleh sedimen halus. Formasi Bobong terdiri atas konglomerat, breksi, batupasir dan sisipan serpih, batubara, dan lensa gipsum (Supandjono & Haryono, 1993). Di lain pihak, Formasi Buya berupa serpih dengan

Upload: dodi-lahaku

Post on 26-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

lanjut 6.2

TRANSCRIPT

6.2. Mendala Banggai-SulaMendala Sulawesi Tenggara dapat dikorelasikan dengan Mendala Banggai-Sula, yang telah diketahui sebagai mendala pecahan dari Papua New Guinea bagian tengah (Visser & Hermes, 1962; Hamilton, 1979; Pigram dkk., 1985; Garrad dkk., 1988; 1989).Sebagai batuan alas, batuan malihan di Mendala Banggai-Sula tersusun oleh sekis mika, genes, sabak, filit, dan kuarsit (Sukamto, 1975b, Pigram dkk., 1985; Garrad dick., 1988; 1989; Surono, 1989a. Batuan malihan yang berumur 3056 jtl. dan 3066 jtl. atau akhir Karbon ini, ditindih oleh batuan: gunung api ignimbrit berumur 33090 21025 jtl. atau Permo-Trias dan diterobos oleh batua: granitan yang berumur 245+25 - 235+10 jtl. atau Permo-Trias (Sukamto, 1975a). Batugamping Nofanini dan Formasi Menanga yang terdiri atas perselingan batuan sedimen klastik dan batuan karbonat, menindih batuan alas (Gambar 6.2).Selanjutnya, Formasi Bobong dan Formasi Buya yang saling menjemari (Gambar 6.2), menumpang takselaras di atas satuan yang lebih tua. Formasi Bobong didominasi oleh sedimen klastika kasar sebaliknya Formasi Buya didominasi oleh sedimen halus. Formasi Bobong terdiri atas konglomerat, breksi, batupasir dan sisipan serpih, batubara, dan lensa gipsum (Supandjono & Haryono, 1993). Di lain pihak, Formasi Buya berupa serpih dengan sisipan batupasir, batugamping, dan napal (Surono & Sukarna, 1993). Formasi Buya ini banyak mengandung belemnit dan amonit yang menunjukkan umur Jura. Formasi Tanamu, yang berupa perselingan napal, batugamping kapuran (chalky limestone) dan serpih, mempunyai hubungan selang-pengendapan dengan Formasi Buya. Berdasarkan kandungan fosil foraminifera dan nano, Formasi Tanamu berumur Kapur Akhir dan diendapkan lingkungan laut dalam (Surono & Sukarna, 1993).Batuan sedimen Mesozoikum tersebut di atas ditindih takselaras oleh batuan karbonat laut dangkal dari Formasi Salodik. Di Lengan Timur Sulawesi Formasi salodik ini menjemari dengan Formasi Poh yang didominasi oleh napal bersisipan batu gambing. Umur kedua formasi ini, yang didasarkan atas kandungan foraminifera, adalah Eosen-Oligosen.Di Lengan Tenggara Sulawesi, batuan malihan tersebar luas di Pegunungan Mendoke dan Pegunungan Rumbia. Di pantai barat lengan tersebut, sepanjang Sungai Ranteangin, batuan malihan ini nampak jelas diterobos oleh aplit dan ditindih oleh batuan gunung api (Surono, 1986). Kepingan granit merah jambu ditemukan di beberapa tempat, seperti di Desa Lalampu (di Utara Tanjung Tampakura), Kepulauan Selabangka dan Pulau Manui. Granit merah jambu dan aplit merupakan batuan beku yang mendominasi batuan granitan di Mendala Banggai-Sula (Supandjono & Haryono, 1993; Surono & Sukarna, 1993). Formasi Menanga dan Batugamping Nofanini di Kepulauan Banggai-Sula, yang keduanya didominasi oleh batugamping malih, mirip dengan bagian paling atas batuan malihan yang banyak mengandung sisipan batugamping malih dan marmer di Lengan Tenggara Sulawesi.Batuan granitan dan batuan gunung api tersebar luas di Kepulauan Banggai-Sula, sedangkan di Lengan Tenggara Sulawesi hanya ditemukan secara setempat dan terisolir. Hal ini menunjukkan bahwa Kepulauan Banggai-Sula berkedudukan lebih dekat terhadap busur gunung api.Secara litologi, Formasi Meluhu dapat dikorelasikan dengan Formasi Bobong di Kepulauan Banggai-Sula. Analisis batuan asal (provenance) batupasir dari Formasi Meluhu menunjukkan bahwa batuan asal tersebut didominasi oleh batuan malihan (dibahas lebih rinci pada Bab VIII). Tidak ada analisis petrografi yang dilakukan secara rinci terhadap batupasir Formasi Bobong. Akan tetapi, Supandjono & Haryono (1993) melaporkan bahwa konglomerat alas Formasi Bobong juga mengandung batuan malihan. Bahkan, beberapa percontoh batupasir Formasi Meluhu mempunyai kepingan batuan dasitan dan batuan gunung api (Surono, 1997b), yang tersebar luas di Kepulauan Banggai-Sula. Satuan batugamping laut dalam, Formasi Tetambahu, yang melampar di sekitar Danau Towuti dapat dikorelasikan dengan Formasi Tanamu di Kepulauan Banggai-Sula. Semua hal tersebut memberikan petunjuk bahwa sebelum Trias, kedua kawasan ini merupakan satu kesatuan sebagai bagian dari tepi utara Australia.Runtunan batuan paparan karbonat Formasi Tampakura dan Formasi Tamborasi di Lengan Tenggara Sulawesi dapat dikorelasikan dengan Formasi Salodik dan Formasi Poh di Kepulauan Banggai-Sula dan Lengan Timur Sulawesi. Mereka mempunyai perubahan fasies dan posisi stratigrafi serta umur yang sama. Sangat mungkin mereka terendapkan pada cekungan sedimen yang sama.Secara litologi dan umur batuan, runtunan batuan Kepingan Benua Sulawesi Tenggara mirip dengan Antiklin Kubor di tepi utara Benua Australia (Surono, 1996a; Gambar 6.2). Sedikit perbedaannya terletak pada bagian atas keduanya. Batuan sedimen Kapur-Jura yang didominasi batuan sedimen klastik di Antiklin Kubor, tidak dijumpai pada Kepingan Benua Sulawesi Tenggara. Demikian juga batuan gunung api, yang di Kepingan Benua Sulawesi Tenggara hanya ditemukan sebagai kepingan pada Formasi Meluhu, di Antiklin Kubor juga tidak dijumpai.