landasan teori ii.1 asuransi syariah perjanjian antara dua...

30
10 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah II.1.1. Pengertian Asuransi Sesuai dengan ketetapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah: Perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti; atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. II.1.2. Pengertian Asuransi Syariah Saat ini eksistensi asuransi syariah di Indonesia masih didasarkan pada Surat Keputusan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Nomor: Kep. 4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian, dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah. Sedangkan pedoman umum mengenai asuransi syariah diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor 21/DSN-MUI/X/2001. Tujuan adanya fatwa ini adalah sebagai panduan awal operasional asuransi syariah di Indonesia. Berdasarkan ketetapan pertama

Upload: vunguyet

Post on 17-Mar-2019

265 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

10

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Asuransi Syariah

II.1.1. Pengertian Asuransi

Sesuai dengan ketetapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah:

Perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti; atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

II.1.2. Pengertian Asuransi Syariah

Saat ini eksistensi asuransi syariah di Indonesia masih didasarkan pada

Surat Keputusan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Nomor:

Kep. 4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian, dan pembatasan investasi

perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah.

Sedangkan pedoman umum mengenai asuransi syariah diatur dalam

Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor

21/DSN-MUI/X/2001. Tujuan adanya fatwa ini adalah sebagai panduan awal

operasional asuransi syariah di Indonesia. Berdasarkan ketetapan pertama

Page 2: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

11

mengenai ketentuan umum poin pertama yang terdapat di dalam pedoman umum

ini, disebutkan bahwa definisi asuransi syariah adalah:

Usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Menurut PSAK 108, paragraf 7, definisi asuransi syariah adalah:

Sistem menyeluruh yang pesertanya mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusinya yang digunakan untuk membayar klaim atas kerugian akibat musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh sebagian peserta yang lain. Donasi tersebut merupakan donasi bersyarat yang harus dipertanggungjawabkan oleh entitas asuransi syariah. Peranan entitas asuransi syariah dibatasi hanya mengelola operasi asuransi dan menginvestasikan dana peserta.

II.1.3. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

Menurut Syakir Sula (2004:293), terdapat beberapa perbedaan antara

Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional yang dijelaskan dalam tabel

sebagai berikut:

Page 3: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

12

Tabel 2.1 Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

No. Hal yang

Membedakan Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

1. Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atas klaim yang diajukan.

Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin, dan bekerja sama, dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’.

2. Unsur Gharar, Maisir, dan Riba

Masih terdapat adanya unsur gharar, maisir, dan riba.

Harus bersih dari segala praktik gharar, maisir, dan riba.

3. Dewan Pengawas Syariah

Tidak ada, hanya diawasi oleh Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan Pemerintah.

Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik muamalah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

4. Akad Akad jual beli (akad mu’awadhah, akad idz’aan, akad gharar, dan akad mulzim)

Akad tabarru’ dan akad tijarah (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah, dan sebagainya).

5. Penanganan Risiko

Transfer of Risk, di mana terjadi perpindahan risiko dari tertanggung kepada penanggung.

Sharing of Risk, di mana terjadi proses saling menanggung risiko antara satu peserta dengan peserta lainnya.

6. Pengelolaan Dana

Tidak ada pemisahan dana, antara dana peserta dengan dana perusahaan yang berakibat terjadinya dana hangus.

Terdapat pemisahan antara dana tabarru’ dengan dana perusahaan, sehingga tidak mengenal istilah dana hangus.

7. Investasi Bebas melakukan investasi dalam batas-batas ketentuan perundang-undangan, dan tidak dibatasi pada halal dan haramnya objek atau sistem investasi yang digunakan.

Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundang-undangan, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang.

8. Kepemilikan Dana

Dana yang terkumpul dari premi tertanggung seluruhnya menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan ke mana saja.

Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi, tetap merupakan milik peserta, entitas asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut.

9. Sumber Pembayaran Klaim

Berasal dari rekening perusahaan, sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung.

Sumbernya diperoleh dari rekening tabarru’, di mana peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta mendapat musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko tersebut.

10. Keuntungan Diperoleh dari surplus Diperoleh dari surplus

Page 4: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

13

(Profit) underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan.

underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan, tetapi dilakukan bagi hasil dengan peserta.

Sumber: Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), 2004.

1. Konsep

Dalam asuransi konvensional, konsepnya adalah untuk mengurangi

risiko individu atau institusi (tertanggung) dan mengalihkannya kepada

perusahaan asuransi (penanggung) melalui suatu perjanjian (kontrak).

Tertanggung membayar sejumlah uang sebagai tanda perikatan, dan penanggung

berjanji membayar ganti rugi sekiranya terjadi suatu peristiwa sebagaimana yang

diperjanjikan dalam kontrak asuransi (polis).

Sedangkan konsep asuransi syariah adalah terjadinya saling memikul

risiko di antara sesama peserta. Sehingga, antara satu peserta dengan yang

lainnya menjadi penanggung atas risiko yang muncul. Saling pikul risiko ini

dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-

masing peserta mengeluarkan dana tabarru’ atau dana kebajikan yang ditujukan

untuk menanggung risiko. Definisi ini sesuai dengan Firman Allah yang tertuang

dalam QS. Al-Maidah ayat 2, yang artinya:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

2. Unsur Gharar, Maisir, dan Riba

Semua asuransi konvensional yang ada saat ini masih mengandung

unsur gharar, maisir, dan riba. Gharar terjadi apabila, antara tertanggung dan

Page 5: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

14

penanggung saling tidak mengetahui apa yang akan terjadi, kapan musibah akan

menimpa, dan sebagainya. Inilah yang disebut gharar atau ketidakjelasan atau

ketidakpastian yang dilarang dalam Islam, karena asuransi konvensional telah

‘menjual’ ketidakpastian dengan kepastian.

Secara harfiah, maisir memiliki makna memperoleh sesuatu dengan

sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Maisir

disebut juga berjudi. Dalam industri asuransi konvensional, maisir dapat terjadi

dalam tiga hal, yaitu:

a. Ketika seorang pemegang polis mendadak terkena musibah sehingga

memperoleh hasil klaim, padahal baru sebentar menjadi klien asuransi dan

baru sedikit membayar premi. Jika ini terjadi, nasabah diuntungkan.

b. Sebaliknya, jika hingga akhir masa perjanjian tidak terjadi sesuatu,

sementara ia sudah membayar premi secara penuh/lunas, maka perusahaanlah

yang diuntungkan.

c. Apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan

kontraknya sebelum masa reversing period, maka yang bersangkutan tidak

akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan atau uangnya dianggap

hangus.

Riba secara teknis artinya adalah pengambilan tambahan dari harta

pokok atau modal secara bathil. Menurut Syeikh Yusuf Al-Qardhawi yang

dikemukakan oleh Muhammad Syakir Sula (2004:299), asuransi konvensional

itu sama dengan judi, karena tertanggung mengharapkan harta jaminan atau

tanggungan melebihi jumlah pembayaran preminya. Oleh sebab itu, dalam

Page 6: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

15

asuransi tersebut juga ada unsur ribanya. Kemudian terdapat unsur gharar dalam

perhitungan uang yang akan dikembalikan, karena sangat bergantung pada

perkembangan saat tanggungan itu harus dibayarkan penanggung.

Asuransi syariah, harus terbebas dari tiga unsur tersebut. Hal ini dapat

dilihat dalam sistem operasional yang dilakukan, di mana dalam mekanisme

pengelolaan dananya ada pemisahan antara dana perusahaan dengan dana

tabarru’ peserta secara kolektif. Tujuan dari pemisahan ini untuk menghindarkan

adanya pencampuran dana. Sehingga, asuransi syariah dapat terhindar dari maisir

dan gharar. Adapun masalah riba dapat dieliminasi dengan menggunakan

instrumen syariah sebagai pengganti sistem riba, misalnya mudharabah, wadiah,

wakalah, dan sebagainya.

Larangan terhadap berjudi terdapat dalam QS. Al-Maidah:90 sebagai

berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

Sedangkan larangan terhadap riba terdapat dalam banyak ayat, salah

satunya adalah seperti yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah:278-279 seperti

beikut:

“Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”

Page 7: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

16

3. Dewan Pengawas Syariah

Asuransi konvensional tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS)

untuk mengawasi hal-hal yang terkait dengan prinsip-prinsip muammalah serta

akad-akad dalam transaksi asuransi. Namun demikian, bukan berarti asuransi

konvensional tersebut tanpa aturan, karena ia diatur oleh negara di dalam

Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan Pemerintah.

Dewan Pengawas Syariah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Peran utamanya

adalah untuk mengawasi jalannya operasional sehari-hari Lembaga Keuangan

Syariah (LKS) agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah.

Fungsi DPS adalah: (1) melakukan pengawasan secara periodik pada

LKS yang berada di bawah pengawasannya, (2) berkewajiban mengajukan usul-

usul pengembangan LKS kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan

kepada DSN, (3) melaporkan perkembangan produk dan operasional LKS yang

diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun

anggaran, (4) merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan

pembahasan-pembahasan DSN.

4. Akad atau Perjanjian

Akad pada asuransi konvensional adalah akad mu’awadhah, yaitu suatu

kontrak atau perjanjian di mana pihak yang memberikan sesuatu kepada pihak

lain, berhak menerima penggantian dari pihak yang diberinya. Penanggung

memperoleh premi-premi asuransi sebagai pengganti dari uang pertanggungan

yang telah dijanjikan pembayarannya. Sedangkan tertanggung memperoleh uang

Page 8: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

17

pertangungan jika terjadi peristiwa atau bencana sebagai pengganti dari premi-

premi yang telah dibayarkannya.

Dalam asuransi syariah, akad yang digunakan adalah akad tijarah

dan/atau akad tabarru’. Akad tijarah yang dimaksud adalah semua bentuk akad

yang dilakukan untuk tujuan komersil, misalnya mudharabah, musyarakah,

kafalah, wakalah, dan jua’lah. Sedangkan akad tabarru’ adalah semua bentuk

yang dilakukan untuk tujuan kebaikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk

tujuan komersil. Dalam akad tabarru’, peserta memberikan derma dengan tujuan

untuk membantu seseorang yang sedang dalam kesusahan yang sangat

dianjurkan dalam syariat Islam.

5. Penanganan Risiko

Menurut Abdullah Amrin (2011:43), dalam asuransi konvensional,

terjadi perpindahan risiko (transfer of risk) dari nasabah kepada perusahaan.

Sebagai gantinya, perusahaan akan menerima uang premi dari nasabah, dan

nasabah akan memperoleh perlindungan dari suatu kejadian. Premi asuransi

tersebut merupakan prasyarat adanya perjanjian asuransi, karena tanpa adanya

premi tidak akan ada asuransi (No Premium, No Insurance).

Menurut Syakir Sula (2004:303), proses hubungan peserta dan

perusahaan dalam mekanisme pertanggungan pada asuransi syariah adalah saling

menanggung risiko (sharing of risk). Apabila terjadi musibah, maka semua

peserta asuransi syariah saling menanggung risiko tersebut. Dengan demikian,

tidak terjadi perpindahan risiko dari peserta ke perusahaan karena dalam

praktiknya, kontribusi (premi) yang dibayar oleh peserta tidak terjadi apa yang

Page 9: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

18

disebut transfer of fund, karena status kepemilikan dana tersebut tetap melekat

pada peserta sebagai pemilik dana.

Gambar 2.1 Konsep Perpindahan Risiko dalam Asuransi Konvensional

Sumber: Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah, 2006

Gambar 2.2

Konsep Berbagi Risiko Dalam Asuransi Syariah

Pembayaran Klaim

*sebagai wakil untuk

mengelola Dana Takaful dan mengelola Risiko

Pengumpulan Kontribusi

Sumber: Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah, 2006

PESERTA

Entitas pengelola Asuransi Syariah*

Risiko 1

Risiko 2

Dana

Takaful

(kontribusi

dikumpul-

kan di sini,

Klaim juga

dibayar

dari dana

ini)

Risiko 3

Klaim dibayar oleh Penanggung ke Tertanggung

Risiko dipindahkan ke Penanggung dengan imbalan premi

TERTANGGUNG

PENANGGUNG

Risiko 1

Risiko 2

Risiko 3

Page 10: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

19

6. Pengelolaan Dana

Dalam asuransi konvensional, tidak ada pemisahan antara dana peserta

dengan dana tabarru’. Semua bercampur menjadi satu dan status dana tersebut

menjadi dana perusahaan. Sebagai akibatnya, peserta tidak dapat dengan leluasa

mengambil kembali dananya pada saat-saat mendesak untuk produk asuransi

jiwa yang mengandung saving, kecuali dalam status meminjam (pinjaman polis).

Pada asuransi syariah, untuk produk-produk yang mengandung unsur

saving (tabungan), dana yang dibayarkan peserta langsung dibagi ke dalam dua

rekening, yaitu rekening peserta dan rekening tabarru’. Kemudian total dana

diinvestasikan, dan hasil investasi dibagi secara proporsional antara peserta

dengan entitas pengelola berdasarkan skema bagi hasil yang telah ditetapkan

sebelumnya. Sedangkan untuk produk yang tidak mengandung unsur tabungan,

total kontribusi dana dari peserta diinvestasikan, kemudian hasil investasi dibagi

antara peserta dengan entitas pengelola sesuai skema bagi hasil yang telah

ditetapkan.

7. Investasi Dana

Menurut peraturan pemerintah, investasi wajib dilakukan pada jenis

investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki likuiditas yang sesuai

dengan kewajiban yang harus dipenuhi.

Sedangkan asuransi syariah hanya boleh menginvestasikan dananya

kepada Bank-Bank Syariah, Obligasi Syariah, Pasar Modal Syariah, Leasing

Syariah, Pegadaian Syariah, serta instrumen bisnis lainnya dengan tetap

menggunakan akad-akad yang dibenarkan oleh syariat Islam.

Page 11: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

20

PERUSAHAAN

30% (CONTOH)

PESERTA

70% (CONTOH)

PREMI TAKAFUL

TOTAL DANA

REKENING TABUNGAN

REKENING TABARRU’

REKENING TABUNGAN

REKENING TABARRU’

REKENING TABUNGAN

MANFAAT TAKAFUL

DIBAYAR-KAN PADA PESERTA

DIBAYAR-KAN PADA PESERTA

INVESTASI

HASIL

INVESTASI

BIAYA

OPERASIONAL

KEUNTUNGAN PERUSAHAAN

Gambar 2.3 Mekanisme Pengelolaan Dana Pada Produk yang Mengandung

Unsur Tabungan

Sumber: Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), 2004.

Page 12: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

21

PERUSAHAAN

HUBUNGAN

AL-MUDHARABAH

PESERTA

BIAYA OPERASIONAL

KEUNTUNGAN PERUSAHAAN

INVESTASI

HASIL

INVESTASI

PREMI TAKAFUL

TOTAL DANA

BEBAN ASURAN-

SI

SURPLUS OPERASI

BAGIAN PERUSAHAAN

TOTAL DANA

BAGIAN PESERTA

CADANGAN DANA TABARRU’

Gambar 2.4 Mekanisme Pengelolaan Dana/Premi pada Produk Non Saving

Sumber: Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), 2004.

8. Kepemilikan Dana

Dalam asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari premi peserta

seluruhnya menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan

menginvestasikan dana tersebut kemana saja.

Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul dari peserta

dalam bentuk kontribusi merupakan milik peserta. Perusahaan hanya sebagai

pemegang amanah dalam mengelola. Dana tersebut, kecuali dana tabarru’, dapat

diambil kapan saja oleh peserta dan tidak dikenakan biaya apapun.

Page 13: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

22

9. Sumber Pembayaran Klaim

Pada asuransi konvensional, sumber pembayaran klaim adalah dari

rekening perusahaan dan murni bisnis. Klaim yang dibayarkan perusahaan

adalah bagian dari kewajiban imbal balik yang diatur dalam akad atau perjanjian

asuransi.

Pada asuransi syariah, sumber pembayaran klaimnya diperoleh dari

rekening tabarru’. Yaitu, rekening dana tolong-menolong dari seluruh peserta,

yang sejak awal sudah diniatkan dengan ikhlas oleh peserta untuk keperluan

saudara-saudaranya.

10. Keuntungan (Profit)

Pada asuransi konvensional, keuntungan diperoleh dari surplus

underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi dalam satu tahun, yang kelak

dalam RUPS akhir tahun dibagikan kepada pemegang saham atau dikembalikan

lagi kepada perusahaan sebagai penyertaan modal.

Profit pada asuransi syariah, diperoleh dari surplus underwriting, komisi

reasuransi, dan hasil investasi. Namun profit ini bukan seluruhnya milik

perusahaan. Nantinya akan dilakukan bagi hasil antara perusahaan dengan

peserta sebagaimana yang telah diperjanjikan.

II.1.4. Tujuan Asuransi Syariah

Menurut Muhammad Syakir Sula (2004:321), tujuan asuransi syariah

ada empat, yaitu:

Page 14: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

23

1. Misi Aqidah

Ekonomi Islam adalah ekonomi Ilahiah karena titik berangkatnya dari Allah

dan tujuannya adalah untuk mencari ridha Allah.

2. Misi Ibadah (Ta’awun)

Asuransi syariah adalah asuransi yang bertumpu pada konsep tolong-

menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan perlindungan. Juga

menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung.

3. Misi Iqhtishodi (Ekonomi)

Berdirinya asuransi syariah akan meningkatkan kesadaran berasuransi.

Sehingga, di samping ikut memperkuat sumber daya keuangan dalam negeri,

juga akan memberikan dampak kontraksi moneter untuk menahan laju inflasi.

Dengan optimalnya investasi yang dilakukan sesuai dengan prinsip syariah,

maka akan dapat membantu pertumbuhan ekonomi secara maksimal.

4. Misi Pemberdayaan Umat (Sosial)

Sebagaimana misi yang diemban asuransi pada umumnya, pada asuransi

syariah misi mengemban sosial terasa lebih melekat pada dirinya, melalui

produk-produk yang dirancang khusus untuk lebih mengarah kepada

kepentingan sosial dan pemberdayaan umat daripada kepentingan komersial.

Karena jika diamati, nasabah dari asuransi konvesional didominasi oleh

kalangan menengah ke atas. Berbeda dengan asuransi syariah yang

pesertanya dari berbagai lapisan masyarakat bisa mendapatkan kesempatan

untuk memperoleh perlindungan sesuai kemampuan masing-masing secara

berkelompok mengambil produk tersebut.

Page 15: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

24

II.1.5. Prinsip Asuransi Syariah

Menurut Abdullah Amrin (2011:71), prinsip-prinsip pengelolaan

asuransi syariah beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Tauhid

Dilihat dari sisi perusahaan, asas yang digunakan bukanlah semata-mata

meraih keuntungan dan peluang pasar. Namun, niatan awalnya adalah untuk

mengimplementasikan nilai syariah dalam dunia asuransi. Sedangkan dari

sisi peserta, tujuan berasuransi syariah adalah untuk bertransaksi dalam

bentuk tolong-menolong, bukan semata-mata mencari “perlindungan”

apabila terjadi musibah.

2. Prinsip Keadilan

Asuransi syariah harus benar-benar bersikap adil dalam membuat pola

hubungan antara peserta dengan entitas pengelola, terkait dengan hak dan

kewajiban masing-masing. Asuransi syariah tidak boleh mendzalimi peserta

dengan hal-hal yang menyulitkan dan merugikan, seperti adanya unsur dana

hangus.

3. Prinsip Tolong-Menolong

Hakikat asuransi syariah adalah tiap peserta ikut bersumbangsih dalam

menolong peserta lainnya yang mengalami musibah. Karena pembayaran

klaim berasal dari dana tabarru’ dari peserta. Oleh karena itu, entitas

pengelola tidak berhak mengklaim atau mengambil dana tabarru’ nasabah.

Perusahaan hanya mendapatkan ujrah (fee) atas pengelolaan dana tabarru’

Page 16: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

25

tersebut, yang dibayarkan oleh peserta bersamaan dengan pembayaran

kontribusi (premi).

4. Prinsip Amanah

Entitas pengelola dituntut untuk amanah dalam segala hal seperti mengelola

dana premi dan proses klaim. Perusahaan tidak boleh semena-mena dalam

mengambil keuntungan, yang berdampak pada ruginya peserta. Demikian

juga pesertanya, tidak boleh mengada-ada sesuatu kejadian atau musibah

demi mendapatkan pembayaran klaim.

5. Prinsip Saling Rida

Peserta rela dananya dikelola oleh entitas pengelola yang amanah dan

profesional, dan rela dananya dialokasikan untuk peserta lainnya yang

mengalami musibah. Sedangkan entitas pengelola, rela terhadap amanah

yang diembankan peserta dalam mengelola kontribusi (premi) mereka.

6. Prinsip Menghindari Gharar, Maisir, dan Riba

Untuk menghindari gharar, maisir, dan riba, entitas pengelola harus

menerapkan konsep sharing of risk yang bertumpu pada akad tabarru’.

II.2 Pendapatan

II.2.1. Pengertian Pendapatan

Menurut PSAK No. 23 paragraf 6, pendapatan adalah sebagai berikut.

Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Page 17: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

26

II.2.2. Jenis-Jenis Pendapatan dalam Asuransi Syariah

Menurut PSAK 108, pendapatan asuransi syariah dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pendapatan Dana Tabarru’

Pendapatan atas kontribusi yang diterima dari peserta dimasukkan

ke dalam rekening khusus dana tabarru’ milik peserta asuransi syariah

secara kolektif yang terpisah dari rekening pendapatan perusahaan. Bila ada

surplus atas underwriting dana tabarru’, maka akan masuk ke rekening dana

tabarru’ ini. Selain itu, tambahan atas dana tabarru’ juga berasal dari hasil

investasi dengan menggunakan dana tabarru’ yang dilakukan oleh entitas

pengelola. Pendapatan dana tabarru’ ini tidak dapat diakui sebagai

pendapatan perusahaan. Pendapatan dana tabarru’ digunakan untuk

membayar klaim yang diajukan oleh peserta.

2. Pendapatan Perusahaan

Menurut Muhaimin Iqbal (2006:119), pendapatan perusahaan

asuransi syariah dapat berasal dari:

a) Transaksi Mudharabah

Merupakan transaksi antara pemilik modal dengan pengelola, di mana

keuntungan dibagi menurut rasio atau persentase yang disepakati kedua

belah pihak. Dalam hal antara dana tabarru’ peserta dan perusahaan,

perusahaan adalah sebagai pengelola dana, sedangkan peserta sebagai

pemilik dananya. Namun, perusahaan adalah sebagai pemilik dari dana

Page 18: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

27

perusahaan, yang bisa menginvestasikan dananya ke tempat lain untuk

dikelola sesuai ketentuan syariah.

b) Transaksi Wakalah

Dalam transaksi ini, satu pihak mengangkat dan memberi kewenangan

kepada pihak lain (Wakil) untuk bertindak atas namanya. Wakil dapat

membebankan biaya kepada pihak yang diwakilinya. Dalam hal asuransi

syariah, peserta asuransi adalah pemilik dana tabarru’ dan perusahaan

asuransi adalah sebagai pengelola dana tabarru’. Atas usaha perusahaan

asuransi syariah dalam mengelola dana peserta, maka perusahaan berhak

mendapatkan fee.

Gambar 2.5 Model Finansial Asuransi Syariah dengan Prinsip Mudharabah

Sumber: Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik, 2006

Mudharabah ..... %

Qardh/Donasi

Mudharabah....%

Dana Pemegang

Saham

Investasi

Dana takaful: Biaya Underwriting & Cadangan

(Cad. Kontribusi, Klaim, Reasuransi)

Biaya-Biaya Pengelolaan

Kontribusi Peserta

Surplus (Bila Ada)

Page 19: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

28

Gambar 2.6 Model Finansial Asuransi Syariah dengan Prinsip Wakalah

Sumber: Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik, 2006

Asumsi Kontrak Mudharabah

Peserta A

Periode Kesertaan 01/01/2004-31/12/2004

Nilai Kendaraan Rp 100,000,000

Rate Kontribusi 2,57%

Biaya yang Disepakati:

- Perantara 12,50% - Biaya Manajemen 12,50%

Biaya XOL 5,00%

Rata-Rata Hasil Investasi Tahunan 7,00%

Bila tidak ada klaim dalam 9 bulan pertama kontrak, maka perhitungan pendapatannya adalah sebagai berikut.

Bagian Peserta ...%

Qardh Hasan

Investasi Prestasi ..... %

Dana Pemegang

Saham

Investasi

Dana Takaful:

Biaya-Biaya: Underwriting, Klaim, Cadangan,

Reasuransi,dsb

Kontribusi Peserta

Surplus (Bila Ada)

Upah Wakalah

Page 20: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

29

Perhitungan Pendapatan untuk Periode yang Berakhir 30/9/2004:

Peserta A

Pendapatan Kontribusi Kotor Rp 2.570.000

Dikurangi: Unearned Contribution Reserve (UCR) (Rp 647.781)

Earned Contribution Rp 1.922.219

Dikurangi: Biaya yang disepakati

Perantara (sekali) 321.250,00

Biaya Manajemen (daily earned) 240.277,40 Rp 561.527

Biaya XOL (Rp 96.111)

Underwriting Surplus (Defisit) Rp 1.264.581

Hasil Investasi Bersih Rp 134.555

Surplus Rp 1.399.136

Dikurangi: Mudharabah 50% (Rp 699.568)

Kembali ke Peserta Rp 699.568

Asumsi Kontrak Wakalah

Peserta A

Periode Kesertaan 01/01/2004-31/12/2004

Nilai Kendaraan Rp. 100.000.000

Rate Kontribusi 2,21%

Biaya Wakalah:

- Perantara 12,50% - Biaya Manajemen 12,50%

Biaya XOL 5,00%

Rata-Rata Hasil Investasi Tahunan 7,00%

Performance Fee (Wakalah) 25,00%

Page 21: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

30

Berikut adalah posisi finansial pada kontrak tersebut bila setelah 9 bulan tidak ada klaim.

Perhitungan Pendapatan untuk Periode Sampai pada 30/9/2004:

Peserta A

Pendapatan Kontribusi Kotor Rp 2.210.000

Dikurangi: Unearned Contribution Reserve (UCR) (557.000)

Earned Contribution Rp 1.652.000

Dikurangi: Biaya Wakalah

- Perantara (sekali) 276.250,00 - Biaya Management (daily earned) 206.619,00 Rp 482.870

Biaya XOL (82.648)

Underwriting Surplus (Defisit) Rp 1.087.441

Hasil Investasi Bersih Rp 115.707

Surplus Sebelum Performance Fee Rp 1.203.148

Dikurangi: Performance Fee (Rp 300.787)

Kembali ke Peserta Rp 902.361

II.2.3. Asumsi Dasar Atas Pendapatan Asuransi Syariah

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

Syariah (2007:15), berikut adalah penjelasan mengenai implementasi akuntansi

pada asuransi syariah.

1. Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan syariah disusun atas dasar

akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada

saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar)

dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan

keuangan periode yang bersangkutan.

Page 22: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

31

2. Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha

menggunakan dasar kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha

berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah

keuntungan bruto (gross profit).

3. Pos yang memenuhi definisi suatu unsur diakui kalau:

(a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos

tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas syariah; dan

(b) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

4. Biaya atau nilai harus diestimasi; estimasi yag layak merupakan bagian

esensial dalam penyusunan laporan keuangan tanpa mengurangi tingkat

keandalan.

5. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan

kombinasi yag berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran

tersebut adalah sebagai berikut:

(a) Biaya historis. Ases dicatat sebesar pengeluaran kas yang dibayar atau

sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset

tersebut pada saat perolehan.

(b) Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas yang seharusnya

dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.

(c) Nilsi realisasi/penyelesaian. Aset dinyatakan dalam jumlah kas yang

dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal.

Page 23: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

32

II.2.4. Perbedaan Antara Akuntansi Asuransi Konvensional dan Akuntansi

Asuransi Syariah

Berdasarkan International Course on: “Islamic Insurance and Takaful”

yang diselenggarakan pada tahun 2005 oleh Islamic Development Bank, Islamic

Insurance Society, Lembaga Pengembangan Kepemimpinan Global, dan

PT Tugu Pratama Indonesia General Insurance, perbedaan antara akuntansi

asuransi konvensional dan akuntansi asuransi syariah adalah seperti yang

terdapat dalam tabel berikut.

Tabel 2.2 Perbedaan Antara Akuntansi Asuransi Konvensional

dan Akuntansi Asuransi Syariah

No. Hal yang Membedakan Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

1. Pengakuan Pendapatan Menggunakan Accrual Basis. Menggunakan Accrual Basis dan Cash Basis.

2. Akun Satu Akun: Akun Perusahaan

Dua Akun: 1. Akun

Peserta 2. Akun

Perusahaan 3. Premi/Kontribusi Diakui 100% sebagai

pendapatan perusahaan. Hanya pendapatan wakalah yang diakui sebagai pendapatan perusahaan, sisanya adalah milik peserta secara kolektif.

4. Surplus atas Underwriting 100% menjadi pendapatan perusahaan.

100% menjadi milik peserta secara kolektif yang dapat didistribusikan atau ditahan untuk kewajiban di masa depan.

5. Defisit atas Underwriting 100% ditanggung oleh perusahaan.

100% ditanggung menggunakan dana Takaful.

Sumber: International Course on:’Islamic Insurance and Takaful”, 2005.

Page 24: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

33

II.3 Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Pendapatan

Berdasarkan PSAK 108: Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah

II.3.1 Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan

1. Kontribusi dari peserta diakui sebagai bagian dari dana tabarru’ dalam dana peserta. (Paragraf 14)

2. Dana tabarru’ yang diterima tidak diakui sebagai pendapatan, karena entitas asuransi syariah tidak berhak untuk menggunakan dana tersebut untuk keperluannya, tetapi hanya mengelola dana sebagai wakil para peserta. (Paragraf 15)

3. Selain dari kontribusi peserta, tambahan dana tabarru’ juga berasal dari hasil investasi dan akumulasi cadangan surplus underwriting dana tabarru’. Investasi oleh entitas pengelola dilakukan (dalam kedudukan sebagai entitas pengelola) antara lain, sebagai wakil peserta (wakalah) atau pengelola dana (mudharabah atau mudharabah musytarakah). (Paragraf 16)

4. Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai: a. Dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah atau

mudharabah musyarakah; dan atau b. Kewajiban jika menggunakan akad wakalah. (Paragraf 17)

5. Pada saat entitas pengelola menyalurkan dana investasi yang menggunakan akad wakalah bil ujrah, entitas mengurangi kewajiban dan melaporkan penyaluran tersebut dalam laporan perubahan dana investasi terikat. (Paragraf 18)

6. Perlakuan akuntansi untuk investasi dengan menggunakan akad mudharabah, atau mudharabah musytarakah mengacu pada PSAK yang relevan. (Paragraf 19)

7. Bagian kontribusi untuk ujrah/fee diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi dan menjadi beban dalam laporan surplus defisit underwrtiting dana tabarru’. (Paragraf 20)

Pengukuran setelah Pengakuan Awal

1. Penetapan besaran pembagian surplus underwriting dana tabarru’ tergantung kepada peserta secara kolektif, regulator atau kebijakan manajemen. a. seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru’; b. sebagian sebagai cadangan dana tabarru’ dan sebagian lainnya

didistribusikan kepada peserta; atau c. sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, sebagian didistribusikan kepada

peserta, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada entitas pengelola. (Paragraf 21)

Page 25: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

34

2. Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta dan bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada entitas pengelola diakui sebagai pengurang surplus dalam laporan perubahan dana tabarru’. (Paragraf 22)

3. Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas pengelola diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi, dan surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta diakui sebagai kewajiban dalam neraca. (Paragraf 23)

4. Jika terjadi defisit underwriting dana tabarru’, maka entitas pengelola wajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk pinjaman (qardh). Pengembalian qardh tersebut kepada entitas pengelola berasal dari surplus dana tabarru’ yang akan datang. (Paragraf 24)

II.3.2. Penyajian

1. Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta disajiakan secara terpisah pada pos “bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta” dan bagian surplus yang didistribusikan kepada entitas pengelola disajikan secara terpisah pada pos “bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada pengelola” dalam laporan perubahan dana tabarru’. (Paragraf 32)

2. Penyisihan teknis disajikan secara terpisah pada kewajiban dalam neraca. (Paragraf 33)

3. Dana tabarru’ disajikan sebagai dana peserta yang terpisah dari kewajiban dan ekuitas dalam neraca (laporan posisi keuangan). (Paragraf 34)

4. Cadangan dana tabarru’ disajikan secar terpisah pada laporan perubahan dana tabarru’. (Paragraf 35)

II.3.3. Pengungkapan

1. Entitas pengelola mengungkapkan terkait kontribusi, mencakup tetapi tidak terbatas pada: a. Kebijakan akuntansi untuk:

(i) Kontribusi yang diterima dan perubahannya; (ii) Pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya

b. Piutang kontribusi dari peserta, entitas asuransi, dan reasuransi; c. Rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi; d. Jumlah dan persentase komponen kontribusi untuk bagian risiko dan

ujrah dari total kontribusi per jenis asuransi; e. Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’. f. Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup defisit underwriting (jika ada).

(Paragraf 36)

2. Entitas pengelola mengungkapkan terkait dengan dana investasi, mencakup tetapi tidak terbatas pada: a. Kebijakan akuntasi untuk pengelolaan dana investasi yang berasal dari

peserta; dan

Page 26: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

35

b. Rincian jumlah dana investasi berdasarkan akad yang digunakan dalam pengumpulan dan pengelolaan dana investasi. (Paragraf 37)

3. Entitas pengelola mengungkapkan terkait penyisihan teknis, tetapi tidak terbatas pada: a. Jenis penyisihan teknis (saldo awal, jumlah yang ditambahkan dan

digunakan selama periode berjalan, dan saldo akhir); b. Dasar yang digunakan dalam penentuan jumlah untuk setiap penyisihan

teknis dan perubahan basis yang digunakan. (Paragraf 38)

4. Entitas pengelola mengungkapkan terkait cadangan dana tabarru’, mencakup tetapi tidak terbatas pada: a. Dasar yang digunakan dalam penentuan dan pengukuran cadangan dana

tabarru’; b. Perubahan cadangan dana tabarru’ per jenis tujuan pencadangannya

(saldo awal, jumlah yang ditambahkandan digunakan selama periode berjalan, dan saldo akhir);

c. Pihak yang menerima pengalihan saldo cadangan dana tabarru’ jika terjadi likuidasi atas produk atau entitas;

d. Jumlah yang dijadikan sebagai dasar penentuan distribusi surplus underwriting. (Paragraf 39)

5. Entitas pengelola mengungkapkan aset dan kewajiban yang menjadi milik dana tabarru’. (Paragraf 40)

II.4 Akuntansi Dana Peserta

Dana peserta adalah kumpulan dana kontribusi premi dari para peserta

asuransi syariah yang diperuntukkan untuk dana tolong-menolong sesama

peserta, baik itu berupa klaim, reasuransi dan cadangan-cadangan, serta

diinvestasikan untuk pengembangan kumpulan dana peserta. Dari bagian dana

peserta tersebut juga digunakan untuk membayar biaya pengelolaan kepada

operator.

1. Jurnal untuk mencatat kontribusi pada saat tanggal terbit polis pada

Asuransi Umum Syariah.

a) Langsung Asuransi

Dr. Piutang Kontribusi Langsung Asuransi xxx

Page 27: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

36

Cr. Pendapatan Kontribusi Langsung xxx

b) Reasuransi

Dr. Piutang Kontribusi Langsung Reasuransi Masuk xxx Cr. Pendapatan Kontribusi Langsung Reasuransi Masuk xxx Dr. Pendapatan Kontribusi Langsung Reasuransi Keluar xxx Cr. Utang Reasuransi Kontribusi Koasuransi xxx

2. Jurnal pada saat penerimaan kontribusi pada Asuransi Umum Syariah.

a) Langsung Asuransi

Dr. Kas/Bank Dana Peserta xxx Cr. Piutang Kontribusi Langsung Asuransi xxx

b) Reasuransi

Dr. Kas/Bank Dana Peserta xxx Cr. Piutang Kontribusi Langsung Reasuransi Masuk xxx Dr. Utang Kontribusi Reasuransi xxx Cr. Kas/Bank Dana Peserta xxx

3. Jurnal untuk Ujrah Dibayar pada saat tanggal terbit polis.

Dr. Beban Ujrah Dibayar xxx Cr. Utang Ujrah Dibayar xxx

4. Jurnal pada saat pembayaran ujrah.

Dr. Utang Ujrah Dibayar xxx Cr. Kas/Bank Dana Peserta xxx

5. Jurnal untuk Surplus Operasi Reasuransi pada saat diterima nota.

Dr. Piutang Surplus Operasi xxx Cr. Surplus Operasi Reasuransi xxx

6. Jurnal pada saat penerimaan pembayaran surplus operasi reasuransi.

Dr. Kas/Bank Dana Peserta xxx Cr. Piutang Surplus Operasi Reasuransi xxx

Page 28: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

37

II.5 Akuntansi Dana Pengelola

Dana Pengelola adalah dana yang dimiliki oleh perusahaan asuransi

syariah yang berasal dari modal disetor atau modal kerja serta pendapatan ujrah

dari Dana Peserta, hasil investasi dan bagian share bagi hasil atau surplus operasi

dana peserta. Dana ini diperuntukkan untuk biaya operasional perusahaan

asuransi syariah termasuk membayar biaya intermediary.

1. Jurnal untuk Ujrah Diterima pada saat tanggal terbit polis.

Dr. Piutang Ujrah xxx Cr. Ujrah Diterima xxx

2. Jurnal pada saat penerimaan ujrah.

Dr. Kas/Bank Dana Pengelola xxx Cr. Piutang Ujrah xxx

3. Jurnal untuk Surplus Operasi Dana Peserta pada saat penetapan alokasi

surplus.

Dr. Piutang Alokasi Surplus xxx Cr. Alokasi Surplus Dana Peserta xxx

4. Jurnal pada saat penerimaan alokasi surplus.

Dr. Kas/Bank Dana Pengelola xxx Cr. Piutang Alokasi Surplus xxx

II.6 Penelitian Terdahulu oleh Bey Sapta Utama dan Ardhyarini Hapsari.

Bey Sapta Utama melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan

Analisis Investasi di Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah dan Konvensional pada

tahun 2003. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis alokasi investasi

optimal di perusahaan asuransi jiwa syariah dan membandingkannya dengan

Page 29: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

38

perusahaan asuransi konvensional, terutama dalam hal tingkat bagi hasil

portofolio dan variabilitas atau standar deviasinya. Dari penelitian ini

disimpulkan bahwa instrumen investasi yang terpenting dalam asuransi syariah

adalah deposito mudharabah. Alokasi optimal deposito mudharabah dapat

dicapai dengan mengintrodusir satu instrumen baru yakni Sertifikat Wadiah Bank

Indonesia (SWBI) dan melakukan relokasi deposito antar bank.

Perbandingan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bey yaitu (1) penulis melakukan penelitian di perusahaan asuransi umum

syariah, (2) tujuan penelitian penulis adalah untuk menganalisis tentang

perlakuan akuntansi pendapatan asuransi umum syariah atas pendapatan dana

tabarru’ dan pendapatan perusahaan, (3) penulis tidak melakukan perbandingan

antara asuransi umum syariah dengan asuransi umum konvensional.

Penelitian selanjutnya adalah yang dilakukan oleh Ardhyarini Hapsari

pada tahun 2004 dengan judul “Pengakuan Pendapatan Transaksi Gadai Syariah

(Studi Kasus pada Perum Pegadaian Unit Layanan Gadai Syariah). Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisis mengenai pengakuan, penilaian,

pengukuran, penyajian, dan pengungkapan atas pendapatan bagi hasil dalam

gadai syariah. Pada saat itu Ardhyarini masih mengacu pada PSAK 59 mengenai

Akuntansi Mudharabah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bagi hasil diakui

pada saat terjadinya atas dasar akrual. Perhitungan pendapatan untuk tujuan bagi

hasil kepada pihak lain menggunakan dasar kas. Bagi hasil yang diterima diakui

sebagai pendapatan lain-lain.

Page 30: LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah Perjanjian antara dua ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00480-AK Bab2001.pdf · II.1 Asuransi Syariah II.1.1. ... kerusakan, atau kehilangan

39

Perbandingan antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ardhyarini adalah (1) saat ini akuntansi mudharabah diatur

dalam PSAK 105, (2) penelitian penulis meliputi pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan pengakuan pendapatan dana tabarru’ dan

pendapatan perusahaan pada asuransi umum syariah.