analisis pengungkapan transaksi asuransi syariah
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGUNGKAPAN TRANSAKSI ASURANSI SYARIAH BERDASARKAN PSAK 108 PASA ENTITAS
ASURANSI SYARIAH
SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK
MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA 4 PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
PADA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
OLEH :
HALIMAH A04130010
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI 2017
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Halimah
NIM : A04130010
Tempat/tanggal lahir : Kotabaru, 29 November 1995
Agama : Islam
Nama Orang Tua
1. Ayah : Hanafi
2. Ibu : Kumala Sari
Riwayat Pendidikan
1. Taman kanak-Kanak Tunas Rimba 1 Kotabaru (1999-2000)
2. Sekolah Dasar Negeri 1 Stagen Kotabaru (2000-2007)
3. Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum Kotabaru (2007-2010)
4. SMAN 2 Kotabaru (2010-2013)
v
MOTTO
STOP DREAMING
START DOING
vi
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Tidak lupa penulis panjatkan shalawat dan salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta sahabat dan pengikut beliau hingga
akhir zaman.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa laporan ini
jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dalam penyajian tugas
akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa penulis harapkan dari
pembaca.
Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang telah memberikan dorongan dan bimbingan serta
pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini , yaitu antara lain :
1. Kedua orangtua saya yang selalu memberikan doa dan dukungan yang
sangat luar biasa sehingga saya dapat berada dijenjang ini.
2. Dua orang adik saya yang menjadi alasan saya untuk tetap terus berusaha
menjadi yang terbaik.
3. Bapak Edy Yohanes ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri
Banjarmasin.
4. Ibu Andriani SE, MM, M.Sc selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Banjarmasin.
viii
5. Bapak H.Mairijani, M.Ag selaku Ketua Prodi Diploma IV Aakuntansi
Lembaga Keuangan Syariah Politeknik Negeri Banjarmasin.
6. Ibu Basyirah Ainun, SE, MM, Ak, CA selaku Wali Kelas yang telah
memberikan bimbingan dan saran.
7. Ibu Manik Mutiara Sadewa SE, Ak, CA SAS, M.Bus (Acc) selaku
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan , petunjuk, saran dan
koreksi dari segi isi maupun penulisan.
8. Bapak M. Arif Budiman, S.Ag, MEI dan Ibu Lusiana Handayani,
SE,CIFP, Ak, CA selaku Penguji seminar skripsi yang telah memberikan
bimbingan , petunjuk, saran dan koreksi dari segi isi maupun penulisan.
9. Sahabat saya yang selalu ada Leny, Pera, Syarifah, Kurniati Amalia,
Halim, Amel, Cipta, dan yang senantiasa menjadi tempat berbagi yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
10. Keluarga besar ALKS 2013 yang sudah memberikan kesempatan untuk
bekerja sama dalam segala hal yang telah kita lewati.
11. Kepada semua teman-teman diluar perkuliahan yang saya sayangi.
Banjarmasin, Juli 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... xv
ABSTRACT ..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Permasalahan ....................................................................................... 5
C. Batasan Masalah .................................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
E. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ..................................................................................... 6
x
1. Asuransi ........................................................................................ 6
2. PSAK 108 ..................................................................................... 17
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CLK) ......................................... 20
B. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel.................. 24
B. Jenis Penelitian ..................................................................................... 25
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 26
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 26
F. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 28
1. Sejarah Singkat Perusahaan Asuransi Syariah ............................... 28
2. Produk-Produk Asuransi Syariah ................................................... 32
3. Opini Auditor ................................................................................. 35
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 36
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 55
B. Saran .................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
xii
ABSTRAK
HALIMAH / A04130010 / 2017 / ANALISIS PENGUNGKAPAN TRANSAKSI ASURANSI SYARIAH BERDASARKAN PSAK 108 PADA ENTITAS ASURANSI UMUM SYARIAH
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian pengungkapan
terkait kontribusi peserta berdasarkan PSAK 108 pada tiga entitas asuransi
Syariah.
Jenis penelitian ini adalah studi komparatif. Sumber data yang digunakan
adalah data sekunder. Penelitian ini berdasarkan Annual Report tiga entitas
asuransi Syariah pada tahun 2013. Teknis analisis data ialah dengan
mengunkapkan, menyiapkan check list, menghitung persentase, dan mendapatkan
hasil.
Dari hasil penelitian terhadap tiga entitas asuransi syariah diketahui bahwa
dari tabel check list pengungkapan kontribusi peserta berdasarkan kontribusi
peserta PSAK 108 diketahui bahwa PT. Asuransi Takaful Umum sudah
mengungkapkan sebesar 58% dan PT. Asuransi Bintang, Tbk sudah
mengungkapkan sebesar 41%, sedangkan PT. Asuransi Ekspor Indonesia
(Persero) tidak mengungkapkannya sama sekali.
Kata Kunci : Asuransi syariah, Pengungkapan, Catatan atas Laporan Keuangan,
Kontribusi pesrta, PSAK 108
xiii
ABSTRACT
HALIMAH / A04130010 / 2017 / ANALYSIS OF DISCLOSURES OF SHARIA INSURANCE TRANSACTIONS BASED ON PSAK 108 ON SHARIA INSURANCE ENTITIES
The purpose of this study is to determine the relevance of disclosures
related to the contribution of participants under PSAK 108 at three Sharia
insurance entities.
This research is a comparative study. Data source used in this research is
secondary data. The research framework (theoretical) of this research is based on
the Annual Report of three Sharia insurance entities in 2013. Technical data
analysis is to unveil, prepare check lists, calculate percentages, and get results.
It is from the results of research that based on the table check list
disclosure of contributions of participants in accordance with PSAK 108 PT.
Takaful General Insurance has revealed 58% and PT. Asuransi Bintang, Tbk has
revealed 41%, while PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero) does not disclose it
at all.
Keywords : Sharia Insurance, Disclosures, Notes to Financial Statements,
Contributions, PSAK 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia diawali dengan
lahirnya perbankan syariah, yaitu Bank Muamalat pada tahun 1992.
Selanjutnya diikuti lahirnya asuransi syariah pertama di Indonesia PT Syarikat
Takaful Indonesia (STI) pada tahun 1994. Asuransi syariah Takaful didirikan
atas inisiasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan
Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri,
Departemen Keuangan RI serta beberapa pengusaha Muslim Indonesia.
Berdasarkan statistik perasuransian yang dilakukan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa jumlah perusahaan asuransi dan
perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah per 19 Februari 2016 adalah 31
perusahaan yang terdiri dari 3 perusahaan asuransi syariah (murni syariah), 25
perusahaan asuransi yang memiliki unit syariah dan 3 perusahaan reasuransi
yang memiliki unit syariah. Jumlah tersebut mengalami kenaikan
dibandingkan dengan jumlah perusahaan asuransi dan reasuransi dengan
prinsip syariah di tahun 2012.
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong-menolong dalam kebaikan
dan ketaqwaan (al-birri wal taqwa) atau disebut juga sebagai sharing of risk.
Dalam mengelola dana peserta yang terkumpul pada kumpulan dana tabarru’,
mudharib (perusahaan asuransi) diawasi secara teknis dan operasional oleh
komisaris, dan secara syar’i diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS),
2
agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. ini dikarenakan
transaksi-transaksi yang berlaku pada asuransi syariah sangat khusus jika
dibandingkan dengan asuransi konvensional.
Kedudukan perusahaan asuransi syariah dalam transaksi asuransi
kerugian adalah sebagai pemegang amanah sekaligus pengelola dana premi
(kontribusi/tabarru’). Asuransi syariah menginvestasikan dana tabarru’ yang
terkumpul dari kontribusi peserta kepada instrumen investasi yang dibenarkan
oleh syara’. Perusahaan asuransi syariah yang dalam hal ini bertindak sebagai
mudharib berkewajiban untuk membayar klaim apabila ada salah satu peserta
yang mengalami musibah. Selain itu, perusahaan juga berkewajiban menjaga
dan menjalankan amanah yang diembannya secara adil, transparan dan
profesional.
Standar akuntansi merupakan sarana bagi perusahaan untuk membuat
pelaporan dan penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan karakteristik
perusahaannya untuk dapat menyajikan informasi yang cukup, akurat, relevan,
tepat waktu, dapat dipercaya dan sebagai alat transparansi dan akuntabilitas
bagi nasabah, regulator dan juga manajemen. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) mewujudkannya dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan nomor 108 mengenai akuntansi transaksi asuransi syariah. PSAK
108 bertujuan untuk mengatur akuntansi transaksi asuransi syariah mulai
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi
syariah agar lebih memantapkan praktik asuransi syariah di Indonesia. untuk
tujuan umum entitas syariah yang kemudian disebut laporan keuangan, agar
3
dapat dibandingkan, baik dengan laporan keuangan entitas syariah lain..
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
menegaskan bahwa perusahaan Asuransi dengan prinsip syariah harus
menyelesaikan implementasi PSAK 108 pada 2010. Hal tersebut dikatakan
Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK Issa Rachmatawarta, kepada
wartawan di kantornya, di Jakarta, pada 10 Desember 2010. Menurutnya
aturan tersebut telah diterapkan sejak januari 2010.
Salah satu sumber utama untuk meraih kepercayaan publik adalah
tingkat kualitas informasi yang diberikan kepada publik, dimana lembaga
syariah harus mampu meyakinkan publik bahwa mereka memiliki kemampuan
dan kapasitas di dalam mencapai tujuan-tujuan finansial maupun tujuan-tujuan
yang sesuai dengan syariat Islam. Karena itu, membangun sebuah sistem
akuntansi dan audit yang bersifat standar telah menjadi kebutuhan utama yang
harus dipenuhi, menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan dalam sebuah sistem akuntansi. Salah satu permasalahan
mendasar yang dihadapi oleh kalangan lembaga syariah saat ini adalah
standarisasi sistem akuntansi dan audit, yang bertujuan untuk menciptakan
transparansi keuangan sekaligus memperbaiki kualitas pelayanan keuangan
kepada masyarakat. Diketahui bahwa diantara kunci kesuksesan suatu
lembaga syariah sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan publik terhadap
kekuatan finansial yang bersangkutan, dan kepercayaan terhadap kesesuaian
operasional dengan sistem syariah Islam. (Syauqi, 2005).
4
Informasi akuntansi menjadi sumber informasi utama bagi manajemen
dalam mengelola perusahaan. Laporan keuangan merupakan produk atau hasil
akhir dalam proses akuntansi. Laporan keuangan mrnjadi sarana komunikasi
mengenai informasi keuangan dan hasil operasi perusahaan kepada pihak-
pihak di luar perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan diharapkan dapat
memberikan informasi yang berguna kepada para pihak-pihak yang bergabung
diluar perusahaan. Laporan keuangan dalam akuntansi Islam tidak hanya
berfokus pada kepentingan decision making saja tetapi dititikberatkan untuk
pertanggungjawaban.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami,
dipercaya, relevan, dan transparan karna digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Kegiatan investasi merupakan kegiatan yang
mengandung resiko dan ketidakpastian sehingga dengan adanya informasi
yang disajikan dapat mengurangi resiko dan ketidak pastian yang dihadapi
oleh penggunanya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengungkapan
(disclosure) yang memadai dalam laporan keuangan. Pegungkapan dalam arti
luas meliputi pos-pos yang disajikan didalam laporan keuangan.
Pengungkapan juga disyaratkan dalam standar akuntansi
Berdasarkan hal itulah yang mendorong penulis untuk melakukan
penelitian lebih dalam, yaitu dengan judul “ANALISIS
PENGUNGKAPAN TRANSAKSI ASURANSI SYARIAH
BERDASARKAN PSAK 108 PADA ENTITAS ASURANSI UMUM
SYRIAH”
5
B. Permasalahan
Maka yang menjadi masalah pokok penelitian ini apakah entitas Asuransi
Syariah sudah mengungkapkan terkait kontribusi peserta asuransi syariah
sesuai dengan PSAK 108 ?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada kesesuaian penerapan akuntansi mengenai
pengungkapan terkait kontribusi peserta berdasarkan PSAK 108 dan terbatas
pada entitas Asuransi Syariah yang laporan keuangannya tersedia.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang penulis ingin capai dalam penelitian ini adalah untuk
menjelaskan kesesuaian pengungkapan terkait kontribusi Asuransi Syariah
dengan PSAK 108.
E. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau
informasi tambahan terkait bagaimana perusahaan asuransi syariah
megungkapkan catatan atas laporan keuangan serta dapat menjadi
perbandingan bagi penelitian-penelitian yang akan datang terkait dengan
Asuransi Syariah.
2. Manfaat Praktis
Agar peneliti dapat memperoleh tambahan informasi dan
pengetahuan terkait Catatan atas Laporan keuangan Asuransi Syariah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Asuransi
a. Sejarah Asuransi Syariah
Lembaga asuransi sebagaimana dikenal sekarang sebenarnya tidak
dikenal pada masa awal Islam, akibatnya banyak literature Islam
menyimpulkan bahwa asuransi tidak dapat dipandang sebagai praktik
yang halal. Walaupun secara jelas mengenai lembaga asuransi ini tidak
dikenal pada masa awal Islam, akan tetapi terdapat beberapa aktifitas
dari kehidupan pada masa Rasulullah yang engarah pada prinsip-
prinsip asuransi. Misalnya, konsep tanggungjawab bersama yang
disebut dengan system aqilah. Sistem tersebut telah berkembang di
kalangan masyarakat masyarakat Arab sebelum lahirnya Rasulullah
SAW. Kemudian pada zaman Rasulullah SAW. Atau pada masa awal
Islam system tersebut dipraktikkan di antara kaum Muhajirin dan
Anshar. System aqilah adalah system menghimpun anggota untuk
menyumbang dalam suatu tabungan bersama yang dikenal sebagai
kunz. Tabungan ini bertujuan untuk memberikan pertolongan kepada
keluarga korban yang terbunuh secara tidak sengaja dan untuk
membebaskan hamba sahaya.
Sedangkan, di Indonesia asuransi takaful baru muncul pada tahun
1994 seiring dengan diresmikannya PT. Syarikat Takaful Indonesia
7
yang kemudian mendirikan 2 anak perusahaan yaitu PT. Asuransi
Takaful Keluarga pada tahun1994 dan PT. Asuransi Takaful Umum
pada tahun 1995. Gagasan dan pemikiran didirikannya asuransi
berlandaskan syariah sebenarnya sudah muncul tiga tahun sebelum
berdirinya Takaful dan semakin kuat setelah didirikannya Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 1991 dengan beroperasinya bank-bank
syariah dirasakan kebutuhan akan kehadiran jasa asuransi yang
berdasarkan syariah pula. Berdasarkan pemikiran tersebut, Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) pada tanggal 27 Juli 1993
melalui Yayasan Abdi Bangsa bersama Bank Muamalat Indonesia
(BMI) dan perusahaan asuransi Tugu Mandiri sepakat memprakarsai
pendirian asuransi Takaful dengan menyusun Tim Pembentukan
Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI).
TEPATI itulah yang kemudian menjadi perumus dan perealisir
berdirinya Asuransi Takaful Indonesia dengan mendirikan PT.
Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) dan PT. Asuransi Takaful
Umum (Asuransi Kerugian). Pendirian dua asuransi tersebut
dimaksudkan untuk memenuhi Pasal 3 UU no. 2 tahun 1992 tentang
usaha perasuransian yang menyebutkan bahwa perusahaan asuransi
jiwa dan perusahaan asuransi kerugian harus didirikan secara terpisah.
b. Pengertian Asuransi Syariah
Dalam bahassa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta’min,
penanggung disebut mu’ammin, tertanggung disebut mu’ammana lahu
8
atau musta’min. Asuransi adalah sebagai salah satu cara atau metode
untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman)
bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam
perjalanan hidupnya, atau dalam aktivitas ekonominya. Ia berpendapat,
bahwa sistem asuransi adalah sistem ta’awun dan tadhamun yang
bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah-
musibah oleh sekelompok tertanggung kepada orang yang tertimpa
musibah tersebut.( Bank dan Asuransi Islam di Indonesia)
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-
MUI/X/2001, asuransi syariah (Ta’min, Takaful, Tadhamun) adalah
usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah
orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) pengertian Asuransi
Syariah adalah sebuah usaha saling melindungi dan tolong menolong
di antara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
risiko tertentu melalui Akad yang sesuai dengan syariah.
sumber : http://asuransisyariah.asia/product/4/94/Pengertian-Asuransi-
Syariah
.
9
Definisi Asuransi Syariah menurut AAOIFI (Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) (2010),
Asuransi Islami adalah kesepakatan sejumlah orang yang menghadapi
risiko-risiko tertentu dengan tujuan untuk menghilangkan bahaya-
bahaya yang muncul dari risiko-risiko tersebut, dengan cara membayar
kontribusi-kontribusi berdasarkan keharusan tabarru’ (hibah), yang
darinya terbentuk dana pertanggungan yang mempunyai badan hukum
sendiri dan tanggungan harta independen yang darinya akan
berlangsung penggantian (kompensasi) terhadap bahaya-bahaya yang
menimpa salah seorang peserta sebagai akibat terjadinya risiko-risiko
yang telah ditanggung.
Asuransi syariah adalah sistem menyeluruh yang pesertanya
mendonasikan (men-tabarru’-kan) sebagian atau seluruh kontribusinya
yang digunakan untuk membayar klaim atas risiko tertentu akibat
musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh peserta yang
berhak (PSAK 108).
Menurut UU No 40 tahun 2014, asuransi syariah adalah kumpulan
perjanjian yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi
syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara pemegang polis,
dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna
saling menolong dan melindungi.
Asurani syariah merupakan salah satu jenis lembaga syariah non-
bank. Asuransi syariah juga memiliki kesamaan fungsi dengan
10
lembaga keuangan syariah non-bank lainnya, yakni untuk memperoleh
keuntungan dari hasil investasi dana yang dikumpulkan dari peserta
asuransi. Cara pembagian keuntungan pengelolaan dana peserta
asuransi dilakukan dengan prinsip bagi hasil (profit and lost sharing).
Dalam hal ini perusahaan asuransi bertindak sebagai pihak pengelola
dana (mudharib) yang menerima pembayaran dari peserta asuransi
untuk dikelola dan diinvestasikan sesuai dengan prinsip syariah.
Sedangkan peserta asuransi bertindak sebagai pemilik dana (shahibul
maal) yang akan memperoleh manfaat jasa perlindungan, penjaminan,
dan bagi hasil dari perusahaan asuransi.
Herman Darmawi (dalam Sumanto, dkk: 2009) menerangkan
bahwa asuransi dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang, yaitu
ekonomi, hukum, bisnis, sosial, dan matematika. Berikut akan
dijelaskan masing-masing definisi tersebut :
1) Ekonomi
Sebuah metode untuk mengurangi resiko dengan jalan
memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya
kerugian keuangan (finansial)
2) Hukum
Suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan resiko antara
tertanggung dan penanggung. Penanggung berjanji membayar
kerugian yang disebabkan resiko atas hal yang dipertanggungkan.
11
Adapun tertanggung membayar premi secara periodik kepada
penggung.
3) Bisnis
Sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima atau menjual
jasa, pemindahan resiko dari pihak lain, dan memperoleh
keuntungan dengan berbagai resiko (sharing of risk) di antara
sejumlah nasabahnya.
4) Sosial
Organisasi sosial yang menerima pemindahan resiko dan
mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar
kerugian yang mungkin terjadi pada setiap aanggota tersebut.
5) Matematika
Aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah
pertanggungan resiko. Hukum probabilitas dan teknik statistika
dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat diramalkan.
Dari pengertian asuransi tersebut diketahui adanya tiga unsur
pokok dalam asuransi, yaitu bahaya atau kerugian yang
dipertanggungkan, premi pertanggungan, dan sejumlah uang ganti rugi
pertanggungan. Bahaya atau kerugian dipertanggungkan sifatnya tidak
pasti terjadi. Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang
menyebabkan tinggi rendahnya tingkat resiko dan jumlah nilai
pertanggungan. Jumlah uang santunan sering atau bahkan pada
umumnya jauh lebih besar daripada premi yang dibayarkan kepada
12
perusahaan asuransi. Mekanisme perlindungan asuransi sangat
dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan resiko. Secara
rasional para pelaku bisnis akan mempertimbangkan usaha untuk
mengurangi resiko yang dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga
atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi
permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu
anggota keluarga menghadapi resiko sakit, cacat, atau meninggal.
c. Landasan Asuransi Syariah
Hakikat asuransi secara Islami adalah saling bertanggung jawab,
saling bekerja sama atau bantu-membantu dan saling melindungi
penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu, berasuransi diperbolehkan
secara syariat, karena prinsipprinsip dasar syariat mengajak kepada
setiap sesuatu yang berakibat kepada keeratan jalinan sesama manusia
dan kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka.
Menurut AM. Hasan Ali (2004: 104) Landasan dasar asuransi
syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi
syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud
dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada
dalam ajaran islam yaitu Al Qur'an dan As-Sunah.
Saat ini, memang belum ada Undang-Undang yang mengatur
secara rinci mengenai asuransi syariah. Payung hukum asuransi
syariah masih diatur dalam UU no. 2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian. Kemudian ada pula dalam bentuk Peraturan Menteri
13
Keuangan no. 18 mengenai Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan
Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah. Hal ini
memang cukup mempengaruhi kinerja dari perusahaan asuransi
syariah yang masih terpaku pada hukum positif.
Adapun acuan dalam operasional asuransi syariah yaitu:
1) Fatwa DSN-MUI no 21/DSN-MUI/IX/2001 tentang pedoman
pelaksanaan operasional asuransi syariah
2) Fatwa DSN-MUI no. 21/DSN-MUI/III/2006 tentang akad
mudharabah musytarakah pada asuransi dan reasuransi syariah.
Peraturan ini dikeluarkan guna mengatur surplus yang diambil dari
dana tabarru’ sementara bagi hasil bersumber dari dana tabungan
3) Fatwa DSN-MUI no. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang akad wakalah
bil ujrah pada asuransi dan reasuransi syariah, mengatur tentang
pembagian dana tabarru’ yang diangap sebagai surplus dan ujrah
perusahaan, serta dana tabungan dialokasikan untuk bagi hasil
antara nasabah dengan entitas
4) Fatwa DSN-MUI no. 53/DSN-MUI/IV/2006 tentang akad tabarru’
pada asuransi dan reasuransi syariah
5) Fatwa DSN-MUI no. 81/DSN-MUI/III/2011tentang pengembalian
dana tabarru’ bagi peserta asuransi yang berhenti sebelum masa
perjanjian berakhir.
14
6) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor
426/KMK.06/2003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi
7) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
424/KMK.06/2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan
asuransi dan perusahaan reasuransi
8) Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep.
4499/LK/2000 tentang jenis, penlaian dan pembatasan investasi
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem
syariah
9) Peraturan menteri keuangan (PMK) nomor 18/PMK.010/2010
tentang penerapan prinsip dasar penyelengaraan usaha asuransi dan
usaha reasuransi dengan prinsip syariah.
d. Dana Tabarru’
1) Pengertian Dana Tabbaru
Dana tabarru’ terdiri dari kata dana dan tabarru’. Dalam
kamus bahasa Indonesia kata dana adalah uang yang disediakan
atau sengaja dikumpulkan untuk suatu maksud, derma, sedekah,
pemberian atau hadiah. Sedangkan tabarru’ berasal dari kata
tabarra’a-yatabarra’u-tabarru’an, artinya sumbangan hibah, dana
kebajikan, atau derma. Orang yang memberikan sumbangan
disebut mutabarri’ “dermawan”. Tabarru’ merupakan pemberian
sukarela seseorang kepada orang lain tanpa ganti rugi, yang
15
mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta itu dari pemberi
kepada orang yang diberi.
Tabarru’ dalam arti luas adalah mengerahkan daya dan upaya
untuk memberikan harta atau manfaat kepada orang lain baik
langsung, maupun tidak langsung dengan maksud dimasa yang
akan datang tanpa mengharapkan kompensasi dengan tujuan
semata-mata untuk kebaikan dan perbuatan amal saleh.
Jumhur ulama mendefinisikan tabarru’ dengan akad yang
mengakibatkan pemilik harta, tanpa ganti rugi yang dilakukan
seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara suka rela.
Niat tabarru’ (dana kebajikan) dalam akad asuransi syariah adalah
alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara’ dalam melepaskan
diri dari praktik gharar yang diharamkan oleh Allah SWT.
2) Mekanisme Pengelolaan Dana Tabarru’
Sebagaimana Peraturan Menteri Keuangan No.
18/PMK.010/2010 tentang penerapan prinsip dasar
penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan
prinsip syariah, maka mekanisme pengelolaan dana peserta adalah
sebagai berikut:
a) Perusahaan wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban dana
tabarru’ dari kekayaan dan kewajiban perusahaan.
b) Perusahaan asuransi jiwa yang memesarkan produk asuransi
dengan prinsip syariah yang mengandung unsur investasi wajib
16
memisahkan kekayaan dan kewajiban dana investasi peserta
dari kekayaan dan kewajiban perusahaan maupun kekayaan
dan kewajiban dana tabarru’.
c) Perusahaan wajib membuat catatan terpisah untuk kekayaan
dan kewajiban perusahaan, dana tabarru’ dan dana investasi
peserta.
Kekayaan dan kewajiban dana tabarru’ merupakan kekayaan
dan kewajiban dana peserta secara kolektif, untuk itu perusahaan
wajib menggunakan dana tabarru’ hanya untuk:
a) Pembayaran santunan kepada peserta yang mengalami musibah
atau pihak lain yang berhak.
b) Pembayaran reasuransi.
c) Pembayaran kembali qardh ke perusahaan, dan
d) Pengembalian dana tabarru’ akibat pembatalan polis dalam
periode yang diperkenankan.
Dalam pengelolaan dana/investasi dana tabarru’ dapat
digunakan akad wakalah bi alujrah atau mudharabah. Dengan
akad wakalah bi al-ujrah perusahaan asuransi syariah sebagai
wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi selain
berupa fee atau ujrah karena akad yang digunakan adalah akad
wakalah, fee yang didapat juga harus ditetapkan dalam jumlah
sewajarnya atau tidak berlebihan dan telah mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari peserta.
17
Dalam praktiknya, kedudukan perusahaan asuransi syariah
dalam transaksi asuransi kerugian adalah sebagai mudharib,
pemegang amanah. Sedangkan peserta sebagai sahibul mal.
Mudharib berkewajiban untuk membayarkan klaim, apabila ada
salah satu dari peserta mengalami musibah, juga berkewajiban
menjaga dan menjalankan amanah yang diemban secara adil,
transparan, dan profesional dalam mengelola dana peserta yang
terkumpul pada kumpulan dana tabarru’
2. PSAK 108
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang
bertujuan untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai kekayaan, kawajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan
kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan dibutuhkan
standar penyajian keuangan tersebut. Di Amerika standar tersebut yaitu
General Accepted Accounting Principle (GAAP), sedangkan di Indonesia
yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesis (IAI).
Standar akuntansi keuangan merupakan sebuah acuan yang sangat
vital dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, karena pada
sebuah industri, khususnya asuransi syariah, membangun kepercayaan
bagi nasabah (peserta) menjadi kunci sukses dalam pengembangan ke
depan. Asuransi syariah harus dapat menyajikan informasi yang cukup,
18
dapat dipercaya, dan relevan setrta transparansi laporan keuangan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Pada tahun 2009 Dewan Standar Akuntansi Keuangan
mengeluarkan pedoman standar akuntansi yang mengharuskan perusahaan
memisahkan pencatatan dana tabarru’ dan dana perusahaan. Standar
akuntansi ini berlaku efektif mulai 1 Januari 2010. Prinsip tolong
menolong yang ada pada asuransi syariah dan sistem operasional yang
dijalankan oleh perusahaan Asuransi Syariah agar terhindar dari Gharar
(penipuan), Maisir (perjudian) dan Riba harus jelas alokasinya. Sehingga
keberadaan PSAK 108 yang mengatur mulai pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah lebih
memantapkan praktik asuransi syariah di Indonesia.
Menurut PSAK 108 Asuransi syariah adalah sistem menyeluruh
yang pesertanya mendonasikan (men-tabarru’-kan) sebagian atau seluruh
kontribusinya yang digunakan untuk membayar klaim atas risiko tertentu
akibat musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh peserta
yang berhak. Donasi tersebut merupakan donasi dengan syarat tertentu dan
merupakan milik peserta secara kolektif, bukan merupakan pendapatan
entitas pengelola.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 108
bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi asuransi syariah. Ruang lingkup dalam PSAK No.
108 terkait transaksi asuransi syariah yaitu transaksi yang terkait dengan
19
kontribusi peserta, alokasi surplus atau deficit underwriting, penyisihan
teknis dan cadangan dana tabarru’. Transaksi asuransi syariah lazimnya
dilakukan oleh entitas asuransi syariah. Entitas asuransi syariah yang
dimaksud adalah sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Entitas asuransi syariah, antara lain, terdiri dari
asuransi umum syariah, asuransi jiwa syariah, reasuransi syariah, dan unit
usaha syariah dari entitas asuransi dan reasuransi konvensional.
Isi dalam PSAK 108 tentang pengungkapan terkait kontribusi
entitas asuransi syariah sebagai berikut;
36. Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait kontribusi peserta
meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Kebijakan akuntansi untuk:
(i) kontribusi yang diterima dan perubahannya;
(ii) pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya
(b) Piutang kontribusi peserta;
(c) Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi;
(d) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian
risiko dan ujrah dari total kontribusi peserta per jenis asuransi;
(e) Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana
tabarru’;
(f) Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutupi defisit underwriting
(jika ada).
20
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CLK)
a. Pengertian Catatan atas Laporan Keuangan (CLK)
Catatan atas laporan keuangan ialah bagian dari laporan keuangan
yang fungsinya melengkapi informasi nominal. Catatan atas laporan
keuangan sangat penting kegunaannya dan bisa menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan keuangan itu sendiri. Hal ini akan
semakin terasa manfaatnya jika laporan keuangan dikeluarkan oleh
perusahaan terbuka (Tbk) sebab banyak pihak yang akan mencari tahu
informasi laporan keuangan itu.
Perlu diketahui pula bahwa tidak semua informasi yang diperlukan
oleh banyak pihak tersedia hanya di laporan keuangan saja, tetapi juga
penting untuk menyajikan catatan atas laporan keuangan yang
dimaksud untuk menyatakan maksud khusus, misalnya pernyataan atas
satu akun yang merupakan gabungan dari beberapa akun, perlakuan
jaminan, dan hal-hal lain yang tidak bisa dinyatakan hanya dengan
suatu angka/ nominal.
Catatan atas laporan keuangan diadakan agar ia dapat dipahami
oleh banyak pihak, tidak hanya oleh manajemen entitas pelaporan.
Laporan keuangan boleh jadi mengandung informasi yang berpeluang
menimbulkan kesalah pahaman di antara pembacanya. Untuk
mencegah terjadinya kemungkinan buruk itu, ia harus menyajikan
informasi yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan misalnya
perkembangan posisi dan keadaan fiskal entitas pelaporan serta
21
bagaimana hal tersebut tercapai sehingga memudahkan pengguna
dalam memahami laporan keuangan.
b. Aspek umum Catatan atas laporan keuangan biasanya terdiri dari 5
pengungkapan, seperti:
1) Umum/ Penjelasan perusahaan
Di bagian ini diungkapkan sejarah berdirinya perusahaan,
visi dan misi, AD/ ART, penubuhan badan hukum, penyertaan dan
penawaran saham, serta informasi jajaran direksi dan komisaris.
2) Kebijakan akuntansi penting beserta pos-pos laporan keuangan
Kebijakan akuntansi ini seperti pengukuran laporan
keuangan, asumsi dasar penyusunan laporan keuangan,
penggunaan multicurrency, dan alasan lainnya.
3) Kebijakan PSAK
Harus adanya kepatuhan kepada SAK. SAK mengandung
bagian-bagian yang merupakan PSAK. PSAK ini mengatur segi
pencatatan apa saja yang layak dilakukan dalam akuntansi,
misalnya pengakuan
4) Pengguna laporan keuangan
Ungkapkanlah siapa saja pihak yang dapat menggunakan
laporan keuangan ini misalnya masyarakat am, investor,
pemerintah, dll.
5) Pengungkapan lainnya
22
Catatan atas laporan keuangan juga harus mengungkapkan
informasi yang jika ia tidak diungkapkan akan menyesatkan
pembacanya misalnya telah terjadi penggantian manajemen,
adanya kesalahan pencatatan pada manajemen sebelumnya,
penggabungan dan pemekaran entitas, dll.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang berjudul “Pengetahuan tentang PSAK 108 Dalam Praktik
Asuransi Syariah (Studi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga)”, oleh
Mariana pada tahun 2016. Dalam pencatatan transaksi keuangan,
perusahaan sudah memisahkan dana kontribusi peserta pada tiga bagian
yaitu dana tabarru’, ujroh, dan dana peserta yang nampak mulai dari
kesepakatan awal dengan peserta yang tercermin dalam ilustrasi dan
aplikasi sampai dengan laporan keuangan. Kontribusi dana nasabah
dimasukkan dalam akun khusus (tabarru' fund), perusahaan asuransi
syariah tidak berhak sedikitpun mengambil atau memanfaatkan dana
tersebut. Sehingga dalam konsep seperti ini tidak terjadi gharar, riba dan
maisir. PT. Asuransi Takaful Keluarga telah mengimplementasikan PSAK
No. 108 dalam pencatatan transaksi dan pelaporan keuangannya.
2. Penelitian yang berjudul “Analisis pengakuan, pengukuran, dan penyajian
surplus/defisit underwriting dana tabarru’ berdasarkan psak 108 pada pt.
prudential life assurance”, Oleh Muh. Iqbal Khaidir pada tahun 2015.
Dalam melaksanakan transaksi-transaksinya (yang dimaksud adalah
transaksi yang terkait dengan kontribusi peserta, alokasi surplus atau
23
defisit underwriting, dan lain sebagainya), perusahaan asuransi syariah
atau yang memiliki unit syariah haruslah sesuai dengan standar transaksi
asuransi syariah yang berlaku. Standar tersebut mempunyai peran yang
sangat penting bagi perusahaan asuransi demi terciptanya keseragaman
interpretasi atas informasi mengenai transaksi-transaksi perusahaan
asuransi syariah. Tujuan yang penulis ingin capai dalam penelitian ini
adalah: Untuk mengetahui kesesuaian pengakuan, pengukuran, dan
penyajian surplus (defisit) underwriting dana tabarru’ pada unit syariah
PT. Prudential Life Assurance telah sesuai dengan PSAK 108 tentang
akuntansi transaksi asuransi syariah. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dan pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan
kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang relevan untuk
menunjang analisa dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi
dan studi pustaka. Kesimpulan penelitian ini secara umum adalah PT.
Prudential Life Assurance telah menerapkan mekanisme-mekanisme
alokasi surplus underwritng dana tabarru’ berdasarkan PSAK 108 dengan
baik. Baik dalam pengakuan, pengukuran, dan penyajian laporan keuangan
surplus (defisit) underwritng dana tabarru’ PT. Prudential Life Assurance
lebih sesuai dengan PSAK 108.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Oprasional Variabel
Pemberian operasional variabel adalah suatu cara bagaimana menemukan
dan mengukur variabel-variabel yang diamati dilapangan dengan merumuskan
secara pendek dan jelas sehingga tidak menimbulkan berbagai
tafsiran.Variabel yang diamatidalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Dana Tabarru' adalah kumpulan dana yang berasal dari kontribusi
peserta, yang dimaksudkan untuk membayar santunan kepada peserta
yang mengalami musibah atau pihak lain yang berhak, sesuai dengan akad
tabarru' yang di sepakati.
2. Kontribusi adalah sejumlah uang yang dibayarkan pada setiap bulannya
sebagai suatu kewajiban dari yang tertanggung atas keikutsertaannya pada
asuransi. Nilai besarnya premi dari keikutsertaannya pada asuransi yang
mesti dibayarkan sudah ditetapkan oleh para perusahaan asuransi dengan
dapat memperhatikan segala kondisi dari yang tertanggung.
3. Polis asuransi adalah sebuah perjanjian asuransi atau pertanggungan yang
bersifat konsensual (terdapat kesepakatan), mesti kita buat secara tertulis
didalam suatu akta dari pihak yang telah mengadakan perjanjian. Di akta
yang telah dibuat secara tertulis tersebut dinamakan “Polis”. Jadi, polis
merupakan sebuah tanda bukti perjanjian dalam pertanggungan yang
menjadi bukti tertulis.
25
4. Klaim asuransi adalah suatu permintaan yang remi kepada setiap
perusahaan asuransi, untuk dapat meminta pembayaran yang mengacu
pada ketentuan perjanjian. Klaim asuransi yang telah diajukan akan segera
ditinjau oleh beberapa perusahaan untuk mendapatkan validitasnya dan
kemudian akan dibayarkan ke pihak yang tertanggung sesudah disetujui.
5. Pengertian Defisit adalah merupakan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisi.
6. Pengertian Surplus penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus
Neraca Pembayaran defisit, terjadi apabila jumlah pembayaran lebih besar
daripada jumlah penerimaan).
B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi komparatif, yaitu
merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan unsur-
unsur yang harus diungkapkan menurut PSAK 108 dengan di bagian catatan
atas laporan keuangan antar asuransi syariah .
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif tentang
penjelasan pengungkapan catatan atas laporan keuangan. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu catatan atas
laporan keuangan dalam laporan tahunan entitas syariah yang didapat dari
situs internet yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta
mengunduh data dan informasi dari situs–situs internet yang relevan.
26
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi, yaitu dengan membaca, mengamati, mencatat, dan
mempelajari serta menyimpulkan catatan atas laporan keuangan.
E. Teknik Analisis Data
Dari sumber data yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu bersifat
analisis kualitatif yang dilakukan dengan membandingkan antara teori
(PSAK 108) dan praktek (Catatan atas Laporan Keuangan (CLK)). Teknik
analisa data yang digunakan oleh penulis dalam menjawab pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Melakukan penelitian terhadap pengungkangkapan kontribusi peserta
pada 3 (tiga) entitas asuransi syariah periode.
2. Mengungkapkan pos-pos yang disyaratkan PSAK 108 dengan yang
diungkapkan oleh 3 (tiga) entitas asuransi syariah.
3. Menyiapkan ceklist kesesuaian yang diatur oleh PSAK 108 dengan 3
(tiga) entitas asuransi syariah.
4. Menghitung persentase dari hasil perbandingan pengungkapan tentang
kontribusi peserta dari 3 (tiga) entitas asuransi syariah.
5. Mendapatkan hasil dari hasil perbandingan penelitian pada 3 (tiga)
entitas asuransi syariah periode 2013 yang membahas tentang
pengungkapan transaksi entitas asuransi syariah.
27
F. Kerangka Pikir Penelitian
Kesesuaian Pengungkapan entitas asuransi syariah terhadap PSAK 108
Analisis kesesuaian entitas asuransi dengan peraturan yang berlaku
Pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan Entitas
Asuransi Syariah
Pengungkapan menurut menurut PSAK 108
Pengungkapan Entitas Asuransi Syariah
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan Asuransi Syariah
a. PT. Takaful Umum
Tanggal 24 Februrari 1994 merupakan tonggak sejarah
kepeloporan industri asuransi berbasis syariah di lndonesia. Pada
tanggal itulah didirikan PT Syarikat Takaful lndonesia (Takaful
lndonesia) sebagai bukti perwujudan nyata dari sebuah komitmen dan
kepedulian yang tulus terhadap perkembangan perekonomian berbasis
syariah di lndonesia yang ditujukan untuk kemakmuran yang adil bagi
masyarakat lndonesia secara keseluruhan.
Kelahiran PT. Asuransi Takaful Umum sebagai asuransi umum
syariah di Indonesia merupakan hasil dari komitmen dan kepedulian
berbagai elemen bangsa yang tergabung dalam TIM Pembentukan
Asuransi Takaful lndonesia (TEPATI) untuk mewujudkan tercapainya
kemajuan pembangunan ekonomi syariah di bumi Nusantara.
Kelahiran Takaful lndonesia merupakan buah dari prakarsa berbagai
elemen yaitu lkatan Cendikiawan Muslim lndonesia (lCMl) melalui
Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat lndonesia Tbk, PT Asuransi
Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan Rl, para pengusaha
29
Muslim lndonesia, dengan bantuan teknis dari Syarikat Takaful
Malaysia Bhd. (STMB).
Di internal organisasi, PT. Asuransi Takaful Umum melakukan
standarisasi untuk meningkatkan dan menjaga konsistensi mutu
layanan dan kinerja perusahaan melalui penerapan ISO 9001 : 2008,
yang merupakan standar internasional terbaru untuk sistem manajemen
mutu (Quality Management System).
Adapun visi dari entitas asuransi ini adalah “menjadi perusahaan
asuransi umum syariah kepercayaan masyarakat” serta misi dari entitas
ini adalah “bersama mewujudkan rasa aman dengan memberikan
solusi pada pengelolaan risiko & pelayanan terbaik berdasarkan
prinsip-prinsip tata kelola bisnis syariah yang baik”
b. PT. Asuransi Ekspor Indonesia
PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero) selanjutnya disebut Asei
Re yang didirikan oleh Pemerintah pada 30 November 1985, melalui
PP. No. 1 Tahun 1982 memiliki fungsi sebagai lembaga penyedia
asuransi ekspor dan pemberi jaminan kredit ekspor. Lembaga yang
menjalankan skema asuransi dan penjaminan ini dikenal dengan nama
Export Credit Agencies dan Investment Insurance Agencies, atau
disingkat ECA.
Model ECA ini kemudian menjadi sorotan dunia sehingga banyak
negara yang meniru untuk diterapkan di negaranya masing-masing,
30
termasuk Indonesia. Lembaga ini pada umumnya dimiliki oleh
Pemerintah yang berfungsi memberikan proteksi asuransi kepada
eksportir. Dalam rangka menjalin kerjasama dan meningkatkan
keahlian serta pengetahuan maka pada tahun 1992, Asei Re bergabung
dengan Berne Union yaitu suatu asosiasi ECA dunia yang bergerak
dibidang Asuransi Ekspor, Asuransi Kredit dan Investasi yang
anggotanya terdiri dari 52 ECA dari 43 negara yang kantor pusatnya
berkedudukan di London.
Dalam rangka transformasi serta mengatasi defisit reasuransi
keluar negeri maka, Indonesia perlu meningkatkan kapasitas reasuransi
Dalam Negeri. Untuk itu Pemerintah membentuk perusahaan
reasuransi nasional dengan melakukan transformasi Asei Reasuransi
(Persero) dari BUMN Asuransi kerugian menjadi BUMN reasuransi
dengan nama Asei Re.
Perusahaan telah memperoleh ijin dari departemen Keuangan
untuk menjalankan kegiatan usaha syariah tertanggal 29 Mei 2012
melalui Keputusan Menteri Keuangan nomor KEP-215/KM.10/2012.
Perusahaan telah menempatkan modal awal sebesar Rp25.300.000.000
pada Unit Usaha Syariah pada tanggal 29 Mei 2012. Laporan
keuangan Unit Usaha Syariah yang disajikan dalam lampiran laporan
keuangan ini dikomparasikan dengan tahun 2012. Manajemen tidak
menyajikan kembali laporan keuangan komparatif tahun 2012, karena
angka - angka dalam Unit Usaha Syariah tahun 2012 tersebut telah
31
dimasukkan dalam laporan keuangan asuransi konvensional tahun
2012, dan jumlah serta aktivitasnya tidak signifikan.
Adapun visi dari entitas ini adalah “menjadi perusahaan asuransi
indonesia dengan layanan proteksi regional” adapun misinya adalah
“memberikan solusi proteksi terintegrasi secara profesional asei re
sebagai perusahaan yang mapan dan profesional dalam memberikan
solusi proteksi terintegrasi dan memiliki keseimbangan dalam bisnis
serta dinamis sebagai cerminan perusahaan nasional dengan sekala
global”
c. PT Asuransi Bintang Tbk
PT Asuransi Bintang Tbk. didirikan pada 17 Maret 1955, di saat
jumlah perusahaan asuransi nasional masih sangat sedikit. Oleh karena
itu, Asuransi Bintang yang oleh kalangan industri asuransi dikenal
dengan sebutan “ASBI” merupakan salah satu dari sejumlah kecil
perusahaan asuransi yang tertua di Indonesia.
Sebagai salah salah satu perusahaan asuransi yang terkemuka,
“ASBI” merupakan satu di antara sedikit perusahaan asuransi nasional
yang berhasil mencatat pertumbuhan berkesinambungan selama lebih
dari empat dasawarsa, meski kondisi dunia usaha dan ekonomi di
dalam negeri mengalami pasang-surut sepanjang periode tersebut.
Selain merupakan salah satu perusahaan asuransi terkemuka di
Indonesia, “ASBI” yang melakukan penawaran saham perdana di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 Nopember 1989 juga merupakan
32
salah satu emiten atau perusahaan publik asuransi yang tertua di bursa
dan di Indonesia umumnya. Pada 2007, Asuransi Bintang mulai
ekspansi usaha dengan memasuki bisnis asuransi berbasis syariah.
Visi dari entitas ini adalah “penyedia solusi asuransi yang
terkemuka dalam profitabilitas melalui kemampuan beradaptasi,
berkreasi & tekhnologi” serta misi dari entitas ini adalah “memberikan
nilai tambah bagi para pelanggan melalui solusi underwriting yang
kreatif dan biaya administrasi yang rendah. mengoptimalkan kemajuan
tekhnologi yang tersedia untuk mengembangkan usaha”
2. Produk-Produk Asuransi Syariah
Adapun produk-produk entitas asuransi syariah bisa dilihat pada
tabel di bawah:
Tabel 1 Produk-produk entitas asuransi syariah
No Entitas Syariah
Produk-produk Entitas Asuransi Syariah
1 PT. Asuransi Takaful Umum
Asuransi material reklame,
Asuransi kendaraan,
Asuransi gedung kantor beserta propertinya
(PT Asuransi Takaful Umum 2013 Annual
Report Hal 83 )
33
2 PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
Asuransi Harta Benda Syariah,
Asuransi Rekayasa Syariah,
Asuransi Pengangkutan Barang Syariah,
Asuransi Rangka Kapal Syariah,
Asuransi Aneka Syariah,
Asuransi Uang Syariah,
Asuransi Kecelakan Diri Syariah,
Asuransi Kebakaran Syariah,
Asuransi Kecelakan Diri Plus Syariah
(Annual Report 2013 PT. Asuraransi
Exsplor Indonesia Persero Hal 62)
3 PT. Asuransi Bintang Tbk.
Asuransi rekayasa serta kerusakan mesin,
Asuransi pengangkutan,
Asuransi aneka yang mencakupi asuransi
kecelakaan diri,
Asuransi terorisme dan sabotase,
Asuransi properti,
Asuransi gangguan usaha,
Asuransi kendaraan bermotor,
Assuransi cash in transit serta cash in safe
serta asuransi kesehatan,
Asuransi purchase protection,
Asuransi tanggung gugat
34
(Annual Report PT Asuransi Bintang Tbk.
Hal 37)
Sumber; Annual report PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero) PT. Asuransi Takaful Umum PT. Asuransi Bintang Tbk 2013
35
3. Opini Auditor
Dalam mempertimbangkan pesatnya pertumbuhan pasar Islam,
sangat penting bagi Industri keuangan Islam untuk memiliki 'check and
balance' dalam bentuk audit syariah sesuai dengan tujuan entitas tersebut.
Adapun opini auditor dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 2 Nama dan opini auditor
No Entitas Syariah Nama dan Keterangan Auditor 1 PT. Asuransi Ekspor
Indonesia (Persero) Laporan Keuangan tahun buku 2013 diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Kanaka Puradiredja, Suhartono dengan memberikan pernyataan Wajar Tanpa Pengecualian, dan bahwa perusahaan telah melakukan tindakan yang memadai terhadap kepatuhan untuk memenuhi peraturan perundangan serta kepatuhan terhadap pengendalian intern. Tingkat kesehatan perusahaan berdasarkan SK Menteri Negara BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 mendapat skor 96 yang berarti dalam kategori : Sehat AAA. (Annual Report hal 122)
2 PT. Asuransi Takaful Umum
Tidak diaudit
3 PT. Asuransi Bintang Tbk.
Laporan Keuangan tahun buku 2013 diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (member of Moore Stephens International Ltd). Tidak ada jasa lain yang diberikan kepada Perseroan oleh KAP tersebutpihak audit tidak melihat adanya kekeliruan material dalam laporan keuangan ternasuk pengungkapan yang seharusnya disajikan. Dan komite berpendapat bahwa laporan keuangan yang di audit di tahun 2013 telah disusun berdasarkan standar akutansi yang umum berlaku.
Sumber; Annual report PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero) PT. Asuransi Takaful Umum PT. Asuransi Bintang Tbk 2013
36
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Entitas asuransi syariah bertujuan untuk memberikan jaminan atas
musibah yang akan dialami hari esok dan mengurangi risiko kerugian.
Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan
secara proporsional di antara semua unit dalam gabungan tersebut. Untuk
menciptakan keselarasan antara yang menghadapi resiko dan pihak penjamin
resiko, diperlukan lembaga yang mengendalikan dan mengatur dinamika
dalam perputaran uang, yang selanjutnya disebut dengan Asuransi. Asuransi
dalam bentuk dasarnya sesungguhnya banyak membawa manfaat, karena
disitu banyak pihak yang merasa aman dan terjamin atas musibah yang akan
datang tiba-tiba.
Untuk dapat terus mendapat kepercayaan dari pihak yang
mengasuransikan harta benda mereka perlu adanya pengungkapan yang harus
dapat dipahami, dipercaya, relevan, dan transparan dari pihak entitas asuransi
tersebut. Pengungkapan secara umum diartikan sebaga konsep, metode, atau
media tentang bagaimana informasi akuntansi disampaikan kepada pihak yang
berkepentingan.
1. Pengungkapan terkait kontribusi didalam Catatan atas Laporan
Keuangan entitas asuransi syariah.
Isi dalam PSAK 108 tentang pengungkapan terkait kontribusi entitas
asuransi syariah sebagai berikut;
37
Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait kontribusi peserta
meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Kebijakan akuntansi untuk:
(i) kontribusi yang diterima dan perubahannya;
(ii) pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya
(b) Piutang kontribusi peserta
(c) Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi;
(d) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian
risiko dan ujrah dari total kontribusi peserta per jenis asuransi;
(e) Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana
tabarru’;
(f) Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutupi defisit underwriting (jika
ada).
Pada tabel di bawah ini penulis menyajikan bagaimana tiga entitas
asuransi syariah mengungkapkan informasi terkait kontribusi pada catatan
atas laporan keuangan tahun 2013, dengan mengacu pada 6 (enam) aspek
pengungkapan menurut PSAK 108.
38
Tabel 3 Pengungkapan atas kontribusi yang diterima dan perubahannya
No Entitas Asuransi Pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan Analisis
1
PT Asuransi Takaful Umum
Kontribusi yang diterima : Kontribusi dari kontrak takaful dan retakaful diakui sebagai pendapatan asuransi dalam laporan surplus (defisit) underwriting dana tabarru’ sesuai periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. Kontribusi dari polis bersama diakui sebesar proporsi kontribusi Perusahaan. Kontribusi hak perusahaan retakaful diakui sebagai bagian retakaful selama periode kontrak retakaful secara proporsional dengan proteksi yang diperoleh. (Annual Report Hal 130)
Sudah menjelaskan terkait Kontribusi yang diterima dan perubahannya
Y
Perubahan kontribusi : Pada tahun 2013 perusahaan berhasil membukukan kontribusi sebesar 138,05 miliar rupiah dengan pendapatan asuransi sejumlah 46,41 milliar rupiah, turun 4% bila dengan tahun 2012 yang mencapai sebesar 48.45 milliar. (Annual Report Hal 66)
39
2 PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
Kontribusi yang diterima : -
Tidak menjelaskan terkait Kontribusi yang diterima dan perubahannya
T Perubahan Kontribusi : -
3 PT Asuransi Bintang Tbk.
Kontribusi yang diterima : Penerimaan dana dari nasabah untuk produk syariah diakui sebagai liabilitas dilaporan posisi keuangan konsolidasian sebesar jumlah yang diterima setelah dikurangi bagian fee (ujrah) untuk Perusahaan dalam rangka mengelola pendapatan dari produk syariah. (Annual Report Hal 38)
Sudah menjelaskan terkait Kontribusi yang diterima dan perubahannya
Y Perubahan Kontribusi : Jumlah pendapatan kontribusi cabang Asuransi Syariah adalah sebesar Rp 89.624.451 dan Rp 69.137.356 masing-masing tahun 2013 dan2012 yang terbagi untuk jenis asuransikebakaran, kendaraan bermotor dan kecelakaan diri dan kesehatan (aneka). (Annual Report 112)
Sumber : data diolah penulis dari laporan catatan atas laporan keuangan entitas asuransi syariah tahun 2013
40
Tabel 4 Pengungkapan atas pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya
No Entitas Asuransi Pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan Analisis
1
PT Asuransi Takaful Umum
Pembatalan polis asuransi : -
Tidak menjelaskan terkait polis asuransi dan konsekuensinya
T
Konsekuensi pembatalan polis : -
2
PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
Pembatalan polis asuransi : -
Tidak menjelaskan terkait polis asuransi dan konsekuensinya
T Konsekuensi pembatalan polis : -
3
PT Asuransi Bintang Tbk.
Pembatalan polis asuransi : -
Tidak menjelaskan terkait polis asuransi dan konsekuensinya
T Konsekuensinya pembatalan polis : -
Sumber : data diolah penulis dari laporan catatan atas laporan keuangan entitas asuransi syariah tahun 2013
41
Tabel 5 Pengungkapan atas piutang kontribusi dari peserta, entitas asuransi dan reasuransi
No Entitas Asuransi Pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan Analisis
1 PT Asuransi Takaful Umum
Piutang kontribusi dari peserta : Piutang kontribusi meliputi tagihan kontribusi kepada tertanggung, agen atau broker sebagai akibat transaksi asuransi. Dalam hal Perusahaan memberikan potongan kontribusi kepada tertanggung, maka potongan tersebut langsung dikurangkan dari piutang kontribusinya. (Annual Report Hal 128)
Sudah menjelaskan terkait piutang kontribusi peserta dan reasuransi, namun belum menjelaskan terkait piutng entitas asuransi
BL Piutang kontribusi dari entitas asuransi: -
Piutang kontribusi dari reasuransi : Piutang retakaful tidak boleh dikompensasikan dengan utang retakaful, kecuali apabila kontrak retakaful menyatakan adanya kompensasi. Apabila dalam kompensasi tersebut timbul saldo kredit, maka saldo tersebut disajikan pada kelompok liabilitas sebagai utang retakaful. (Annual Report Hal 128)
42
2
PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
Piutang kontribusi dari peserta : -
Tidak menjelaskan terkait Piutang kontribusi dari peserta, entitas asuransi dan reasuransi
T Piutang kontribusi dari entitas asuransi : -
Piutang kontribusi dari reasuransi : -
3 PT Asuransi Bintang Tbk.
Piutang kontribusi dari peserta : - Tidak menjelaskan terkait
Piutang kontribusi dari peserta, entitas asuransi dan reasuransi
T Piutang kontribusi dari entitas asuransi : -
Piutang kontribusi dari reasuransi : -
Sumber : data diolah penulis dari laporan catatan atas laporan keuangan entitas asuransi syariah tahun 2013
Tabel 6 Pengungkapan atas rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi
No Entitas Asuransi Pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan Analisis
1
PT Asuransi Takaful Umum
- Tidak menjelaskan terkait Rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi
T
43
2
PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
- Tidak menjelaskan terkait Rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi
T
3
PT Asuransi Bintang Tbk.
- Tidak menjelaskan terkait Rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi
T
Sumber : data diolah penulis dari laporan catatan atas laporan keuangan entitas asuransi syariah tahun 2013
Tabel 7 Pengungkapan atas jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian resiko dan ujrah dari total kontribusi
peserta per jenis asuransi
No Entitas Asuransi Pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan Analisis
1
PT Asuransi Takaful Umum
Komponen kontribusi peserta untuk bagian resiko:
Sudah menungkapkan terkait Komponen kontribusi peserta untuk bagian ujrah namun belum mengungkapkan terkait komponen kontribusi peserta untuk bagian resiko.
BL
Komponen kontribusi peserta untuk bagian ujrah : kontribusi yang menjadi pendapatan Perusahaan sebagai pengelola dana. Ujroh pengelola ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari kontribusi sesuai dengan akad asuransi. (Annual Report hal 131)
44
2
PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
Komponen kontribusi peserta untuk bagian resiko: -
Tidak menjelaskan terkait Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian resiko dan ujrah dari total peserta per jenis asuransi
T
Komponen kontribusi peserta untuk bagian ujrah : -
3
PT Asuransi Bintang Tbk.
Komponen kontribusi peserta untuk bagian resiko: -
Sudah menungkapkan terkait Komponen kontribusi peserta untuk bagian ujrah namun belum mengungkapkan terkait komponen kontribusi peserta untuk bagian resiko.
BL Komponen kontribusi peserta untuk bagian ujrah : Fee atau ujrah dalam mengelola produk-produk dari peserta diakui sebagai pendapatan oleh Grup selama periode kontrak asuransi. (Annual report hal 37)
Sumber : data diolah penulis dari laporan catatan atas laporan keuangan entitas asuransi syariah tahun 2013
45
Tabel 8 Pengungkapan atas kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru
No Entitas Asuransi Pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan Analisis
1 PT Asuransi Takaful Umum
Merupakan cadangan yang dibentuk oleh Perusahaan dari suatu surplus dana tabarru’dan dibagikan berdasarkan nisbah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sudah menjelaskan terkait Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru
Y
Dana ini dibagikan kepada para peserta Takaful pada akhir periode asuransi selama peserta Takaful telah melakukan pembayaran kontribusi dan tidak ada klaim.
Pembayaran ini akan mengurangi bagian peserta atas surplus underwriting dana tabarru’. (Annual Report Hal 132)
Pada tanggal 31 Desember2013, nisbah pengembalian surplus tabarru’ rata-rata sebesar 35% untuk Perusahaan, 35% untuk peserta Takaful dan 30% untuk Cadangan Dana Tabarru’. Pada tanggal 31 Desember2012,Nisbah pengembalian surplus tabarru’ rata-rata sebesar 40% untuk Perusahaan, 40% untuk peserta Takaful dan 20% untuk Cadangan Dana Tabarru’.
46
2
PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
Belum menjelaskan terkait kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru
T
3 PT Asuransi Bintang Tbk.
Surplus yang dapat didistribusikan akan ditetapkan berdasarkan kecukupan kontribusi premi yang diterima dan hasil investasi yang terkait cukup untuk menutup beban atas pembayaran klaim dan pembentukan cadangan.
Sudah menjelaskan terkait Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru
Y
Setiap kelebihan, setelah dikurangkan dengan porsi untuk membayar pinjaman kepada Grup atau qardh (jika ada) akan dibagikan kepada peserta, Grup dan dana tabarru’ sesuai dengan akad kontrak asuransi. (Annual Report Hal 38)
Sumber : data diolah penulis dari laporan catatan atas laporan keuangan entitas asuransi syariah tahun 2013
47
Tabel 9 Pengungkapan atas jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup defisit underwriting (jika ada)
No Entitas Asuransi Pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan Analisis
1 PT Asuransi Takaful Umum
Jika terjadinya defisit dana tabarru’, Perusahaan wajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk pinjaman (qardh).Pengembalian qardh tersebut kepada Perusahaan berasal dari surplus underwriting dana tabarru’. (Annual Report Hal 129)
sudah menjelaskan terkait Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup defisit underwriting (jika ada)
Y
2 PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
-
Tidak menjelaskan terkait Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup defisit underwriting (jika ada)
T
3 PT Asuransi Bintang Tbk.
Ketika dana tabarru’ tidak mencukupi untuk menutup klaim yang telah terjadi, Grupakan memberikan qardh (pinjaman tidak berbunga) untuk menyelesaikannya. Pada saat dana tabarru’ memiliki surplus underwriting, maka qardh akan dibayarkan terlebih dahulu sebelum Grup menyatakan pembagian surplus yang dapat didistribusikan. (Annual Report Hal 38)
sudah menjelaskan terkaitJumlah pinjaman (qardh) untuk menutup defisit underwriting (jika ada)
Y
Sumber : data diolah penulis dari laporan catatan atas laporan keuangan entitas asuransi syariah tahun 2013Keterangan
48
Y = Telah mengungkapkan
BL = Telah mengungkapkan namun tidak lengkap
T = Tidak pengungkapan
49
Dari table 3 (tiga) sampai dengan 9 (sembilan) terkait dengan 6 (enam) aspek pengungkapan kontribusi, penulis dapat simpulkan sebagai berikut ;
Tabel 11 Check list pengungkapan kontribusi peserta PT. Asuransi Takaful Umum
PT. Asuransi Takaful Umum
No Pengungkapan PSAK 108 Check
list 1 Kebijakan akuntansi untuk:
a kontribusi yang diterima dan perubahannya;
b
Kontribusi yang diterima √ Kontribusi dan perubahanya √ pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya
Pembatalan polis asuransi X Konsekuensi pembatalan polis X
2 Piutang kontribusi peserta dari peserta, entitas asuransi dan reasuransi Piutang kontribusi peserta dari peserta √ Piutang kontribusi peserta dari entitas asuransi X Piutang kontribusi peserta dari reasuransi √
3 Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi X 4 Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk
bagian risiko dan ujrah dari total kontribusi peserta per jenis asuransi
1) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian risiko
X
2) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian ujrah
√
5 Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’; √
6 Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutupi defisit underwriting (jika ada). √
Y 7 T 5
Sumber : data diolah penulis
7 12
Persentase = X 100 = 58%
50
Tabel 12 Check list pengungkapan kontribusi peserta PT. Asuransi Ekspor
Indonesia (Persero)
PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
No Pengungkapan PSAK 108 Check
list 1 Kebijakan akuntansi untuk:
a kontribusi yang diterima dan perubahannya;
b
Kontribusi yang diterima X Kontribusi dan perubahanya X pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya
Pembatalan polis asuransi X Konsekuensi pembatalan polis X
2 Piutang kontribusi peserta dari peserta, entitas asuransi dan reasuransi Piutang kontribusi peserta dari peserta X Piutang kontribusi peserta dari entitas asuransi X Piutang kontribusi peserta dari reasuransi X
3 Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi X 4 Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk
bagian risiko dan ujrah dari total kontribusi peserta per jenis asuransi
1) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian risiko
X
2) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian ujrah
X
5 Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’; X
6 Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutupi defisit underwriting (jika ada). X
Y 0 T 12
Sumber : data diolah penulis
0 12
Persentase = X 100 = 0
51
Tabel 13 Check list pengungkapan kontribusi peserta PT Asuransi Bintang Tbk.
PT Asuransi Bintang Tbk.
No Pengungkapan PSAK 108 Check
list 1 Kebijakan akuntansi untuk:
a kontribusi yang diterima dan perubahannya;
b
Kontribusi yang diterima √ Kontribusi dan perubahanya √ pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya
Pembatalan polis asuransi X Konsekuensi pembatalan polis X
2 Piutang kontribusi peserta dari peserta, entitas asuransi dan reasuransi Piutang kontribusi peserta dari peserta X Piutang kontribusi peserta dari entitas asuransi X Piutang kontribusi peserta dari reasuransi X
3 Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi X 4 Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk
bagian risiko dan ujrah dari total kontribusi peserta per jenis asuransi
1) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian risiko
X
2) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian ujrah
√
5 Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’; √
6 Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutupi defisit underwriting (jika ada). √
Y 5 T 7
Sumber : data diolah penulis
5 12
Persentase = X 100 = 41%
52
Salah satu sumber utama untuk meraih kepercayaan publik adalah
tingkat kualitas informasi yang diberikan kepada publik, dimana
lembaga syariah harus mampu meyakinkan publik bahwa mereka
memiliki kemampuan dan kapasitas di dalam mencapai tujuan-tujuan
finansial maupun tujuan-tujuan yang sesuai dengan syariat Islam.
Informasi akuntansi menjadi sumber informasi utama bagi manajemen
dalam mengelola perusahaan. Laporan keuangan merupakan produk
atau hasil akhir dalam proses akuntansi. Laporan keuangan mrnjadi
sarana komunikasi mengenai informasi keuangan dan hasil operasi
perusahaan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Berdasarkan hasil dari penelitian tiga entitas syariah yaitu PT.
Asuransi Takaful Umum, PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero),
dan PT. Asuransi Bintang, Tbk dengan PSAK 108 maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
a. PT. Asuransi Takaful Umum,
Bahwa entitas asuransi tersebut sudah mengungkapkan tujuh
dari dua belas aspek (58%) pos-pos yang diatur PSAK 108. Ada
lima aspek yang belum diungkapkan yaitu;
1) Pembatalan polis asuransi
2) Konsekuensi pembatalan polis
3) Piutang kontribusi peserta dari entitas asuransi
4) Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi
53
5) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk
bagian risiko
Dari lima aspek yang belum diungkapkan entitas asuransi
syariah tersebut PT. Asuransi Takaful Umum hanya melaporkan di
bagian laporan keuangan saja tidak mengungkapkan dibagian
Catatan atas Laporan Keuangan.
b. PT Asuransi Bintang Tbk.
Setelah dilakukan penelitian diatas entitas ini mengungkapkan
lima dari dua belas aspek yaitu 41% pengungkapan kontribusi yang
disyaratkan PSAK 108. Adapun tujuh aspek yang belum
diungkapkan ialah sebagai berikut;
1) Pembatalan polis asuransi
2) Konsekuensi pembatalan polis
3) Piutang kontribusi peserta dari peserta
4) Piutang kontribusi peserta dari entitas asuransi
5) Piutang kontribusi peserta dari reasuransi
6) Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi
7) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk
bagian risiko
Dari tujuh aspek yang belum diungkapkan di entitas asuransi
syariah, mereka menyatakan melakukan aktivitas yang disyaratkan
PSAK 108 namun tidak menjelaskan di Catatan atas Laporan
Keuangan.
54
c. PT. Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
Dari dua belas aspek kontribusi peserta yang diatur oleh
PSAK 108 entitas ini tidak menjelaskan terkait kontribusi peserta
dalam Catatan atas Laporan Keuangan namun entitas ini
melaporkan bahwa mereka melakukan aktivitas terhadap pos-pos
yang disyaratkan PSAK 108 yang dapat dilihat dalam laporan
surplus underwriting dana tabbaru.
55
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian terhadap tiga entitas asuransi syariah diketahui bahwa
berdasarkan tabel check list pengungkapan kontribusi peserta sesuai dengan
PSAK 108 diketahui bahwa PT. Asuransi Takaful Umum sudah
mengungkapkan sebesar 58% dan PT. Asuransi Bintang, Tbk sudah
mengungkapkan sebesar 41%, sedangkan PT. Asuransi Ekspor Indonesia
(Persero) tidak mengungkapkannya sama sekali.
B. Saran
Saran-saran dari penulis
1. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat memperluas pos-pos
penelitian terkait pengungkapan karna penulis hanya meneliti pos terkait
kontribusi peserta.
2. Peneliti selanjutnya disarankan menambah jumlah entitas asuransi syariah
lebih banyak lagi mengingat dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga
entitas asuransi syariah karna keterbatasan data.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. Asuransi dalam Perspektif Islam, Jakarta: Syaikat
Takaful Indonesia, 1994
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad
Tabarru’ Pada Asuransi Syariah.
Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK 108, tentang Transaksi Asuransi Syariah.
Jurnal Syar’Ínsurance Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2015
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: Rajawali Pers 2015
Muslehuddin, Muhammad. Asuransi dalam Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and General); Konsep dan
Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani, 2004.