lalaikan kewajiban - ftp.unpad.ac.id · sph sudah beres, dan serah terima beres. kemudian seiring...

1
SABTU, 22 OKTOBER 2011 3 P OL KAM Saat itu dia kaget dan bersikap seolah lupa.” AM Fatwa Anggota DPD AKHMAD MUSTAIN H ARI Senin (17/10) atau sehari menje- lang pengumuman perombakan kabi- net Indonesia Bersatu II oleh Presiden Susilo Bambang Yu- dhoyono, terjadi kesepakatan bersama antara Fadel Muham- mad selaku pemilik PT Aneka Cipta Buana (ACB) dan Univer- sitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk segera menyelesaikan kasus lahan tanah 40 hektare (ha) di Desa Cikuya, Kecamatan Ciso- ka, Kabupaten Tangerang. Dari dokumen surat kesepakatan bersama PT ACB dan UIN Jakarta yang diper- oleh Media Indonesia terungkap, Fadel selaku pihak pertama me- nyatakan kesanggupan menun- taskan masalah tanah itu dalam jangka waktu enam bulan. Apabila pihak Fadel kembali ingkar janji, pihak UIN akan kembali mengadukan kasus ini ke Presiden. Pasalnya, sejak tahun 1996 mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu melalaikan kewa- jibannya menyediakan tanah seluas 40 ha untuk pengem- bangan kampus UIN Jakarta. Bolak-balik kasus ini diperta- nyakan pihak UIN hingga dimediasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD), tetapi pihak Fadel bergeming. Hingga akhirnya kasus ini diadukan ke Presiden Yudhoyono dan Menko Polhukam Djoko Su- yanto diminta turun tangan. Kasus ini bermula saat Fadel sebagai pemilik PT ACB mem- buat kerja sama Qura dengan Rektor UIN Jakarta Quraish Shihab pada 11 Oktober 1994. Pembelian tanah tersebut menggunakan uang APBN. Realisasi kerja sama itu baru terjadi pada 1996 saat pihak UIN membeli tanah seluas 40 ha dengan nilai Rp5 mi liar. Menurut rencana, tanah itu digunakan untuk pengembang- an kampus, serta perumahan dosen dan karyawan. Menurut Ketua Tim Tanah UIN Jakarta, Abuddin Nata, pihak Fadel memang mempu- nyai tanah di areal Desa Cikuya, Tangerang, yang disediakan untuk UIN Jakarta. Luasnya lebih dari 40 ha. Namun, tanah tersebut terpisah-pisah. UIN menginginkan tanah tersebut hanya satu hamparan. Tanah yang dimiliki Fadel berada di antara tanah milik pihak lain. “Fadel bilang sudah selesai, tapi buktinya mana?” tegasnya, tadi malam. Sebelumnya, beragam usaha dari UIN untuk mendesak Fadel menjalankan kewajiban- nya. Anggota DPD dari daerah pemilihan DKI Jakarta, AM Fatwa, menuturkan pihak UIN pada 2006 sampai meminta dirinya yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua MPR un- tuk menasihati Fadel Muham- mad agar melaksanakan ke- wajibannya. Pada 2007 saat ke Gorontalo dengan rombongan MPR, Fatwa menyampaikan persoalan tersebut pada Fadel. “Saat itu dia kaget dan bersikap seolah lupa masalahnya. Lalu dia berjanji untuk menemui saya di Jakarta,” tutur Fatwa yang juga Dewan Penyantun Alumni UIN itu di Jakarta. Usaha untuk menyelesaikan kewajiban Fadel juga telah dilaporkan Fatwa ke Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pada 2009. Pasalnya, sudah banyak desakan agar kasus ini dilapor- kan ke penegak hukum. Fatwa menerangkan sebagai sahabat dan teman seperjuang- an mertua Fadel di era Orde Lama, ia justru tidak ingin sampai kasus ini masuk ke ra- nah hukum. Karena itu pulalah, pada 23 Maret 2011, Menteri Agama RI Suryadharma Ali dan Komite IV DPD sepakat membentuk Tim Kerja Kasus Tanah Kampus UIN Jakarta. Tim itu langsung diketuai AM Fatwa. Dalam menjalankan tugasnya, Tim Kerja tersebut pernah mengundang Fadel secara resmi. “Namun, Fadel hanya mengirimkan istrinya ke DPD,” beber Fatwa. Tidak mendapat tanggapan yang memuaskan, pada 22 September, Rektor UIN Jakarta Komarudin Hidayat menyurati Presiden SBY untuk menegur pembantunya yang melalaikan kewajibannya itu. Sehari setelah Rektor UIN menulis surat, AM Fatwa juga memperkuat surat Rektor UIN Jakarta perihal kasus ini, ia memohon atensi khusus Kepala Negara untuk menegur Fadel. Sudah beres Saat dimintai konfirmasi, Fadel mengaku aneh, persoalan sejak 1994 itu kembali muncul saat perombakan kabinet. Ia mengetahui, persoalan terse- but dilaporkan ke Presiden Yudhoyono oleh AM Fatwa. “Ini saya tahu, AM Fatwa juga gengnya Agung (Laksono, Menko Kesra),” cetus Fadel di Jakarta, kemarin. Dikatakan, saat itu UIN ha- nya mempunyai dana Rp5 mi- liar untuk membebaskan lahan seluas 40 ha di Desa Cikuya. “Sudah ada serah terima 40 hektare. SPH sudah beres, dan serah terima beres. Kemudian seiring waktu, kok dipersoal- kan lagi,” ujarnya. Fadel pun menegaskan, ka- sus itu bukanlah kasus hukum, melainkan wanprestasi dari pihak UIN terhadap anak pe- rusahaannya. “Pihak UIN protes dan da- tang ke kantor anak perusahaan saya. Direksi kami menyanggu- pi untuk mengganti uang dari harga Rp5 miliar menjadi Rp9 miliar, tapi pihak UIN tidak mau.” (*/P-2) [email protected] Syarat utama seorang pejabat dan pemimpin wajib melunasi utang janji atau harta. 15 Tahun Fadel Lalaikan Kewajiban DOKUMEN TANAH UIN : Surat-surat yang terkait dengan penuntasan pembebasan tanah untuk kampus UIN Jakarta yang melibatkan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad. SKB PT ACB dan UIN 17 Oktober 2011 (kiri), surat untuk Presiden SBY dari anggota DPD AM Fatwa terkait kasus tanah UIN 23 September 2011 (tengah), dan surat untuk Presiden SBY dari Rektor UIN Jakarta Komaruddin Hidayat perihal kasus tanah UNI 22 September 2011 Mantan Menteri KKP Diduga Main Proyek PERSOALAN terkait dengan kinerja mantan Menteri Ke- lautan dan Perikanan Fadel Muhammad ternyata juga me- nyangkut masalah distribusi bantuan perahu nelayan. Pro- gram bantuan yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak 2010 itu menuai masalah karena dari target 60 kapal hanya terealisasi 46 unit. Dari penelusuran Media In- donesia bahkan ditemukan sebagian kapal bantuan yang telah diadakan tersebut ter- indikasi belum memenuhi ke- layakan. Baik itu soal kelayakan terkait dengan perizinan mau- pun operasionalnya. Dalam data KKP, 46 kapal Inka Mina itu diserahkan ke- pada kelompok usaha bersama (KUB) nelayan di 46 kabupa- ten/kota. Di antaranya, di Flores Timur (Nusa Tenggara Timur), Sorong (Papua Barat), dan Kalimantan Barat. Namun hingga kini, beberapa kapal bantuan untuk nelayan di dae- rah itu belum dioperasikan. Nilai total 60 kapal Inka Mina tersebut mencapai Rp90 miliar. Soal penyelewengan dalam pengadaan kapal bantuan ne- layan tersebut, Fadel langsung menyangkalnya. Dia menan- daskan, masalah distribusi adalah urusan daerah. “Itu (distribusinya) urusan daerah. Kementerian memang mengelola tendernya dan itu kan ada dirjen tangkap. Namun yang pasti, kalau memang ada penyelewengan, kenapa BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) memberikan WTP kepada Pak Fadel. Kalau ada masalah, tentu disclaimer,” ujarnya. KM Inka Mina 30 GT memili- ki panjang 22 m, menggunakan mesin 218 PK, jaring insang 300 pieces dan memiliki kecepatan 12 knot. Pengumuman pencopotan Fadel sebagai menteri di Kabi- net Indonesia Bersatu II pada Selasa (18/10) disebut-sebut dilakukan secara sangat men- dadak. Hal tersebut belakangan telah memancing Fadel untuk menyerukan rasa kekecewaan- nya dengan menyebut dirinya dizalimi. Pada hari pengumuman pe- rombakan, Fadel yang menga- ku belum mengetahui dirinya tergusur dari kabinet bahkan sempat gigit jari karena pihak Istana menolak niat pembantu presiden tersebut untuk ber- temu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Mad/ P-3) DOKUMENTASI MI

Upload: trandat

Post on 13-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lalaikan Kewajiban - ftp.unpad.ac.id · SPH sudah beres, dan serah terima beres. Kemudian seiring waktu, kok dipersoal-kan lagi,” ujarnya. Fadel pun menegaskan, ka-sus itu bukanlah

SABTU, 22 OKTOBER 2011 3POLKAM

Saat itu dia kaget dan bersikap

seolah lu pa.”

AM Fatwa Anggota DPD

AKHMAD MUSTAIN

HARI Senin (17/10) atau sehari menje-lang pengumum an perombakan kabi-

net Indonesia Bersatu II oleh Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono, terjadi kesepakatan bersama antara Fadel Muham-mad selaku pemilik PT Aneka Cipta Buana (ACB) dan Univer-sitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk segera menyelesaikan kasus lahan tanah 40 hektare (ha) di Desa Cikuya, Kecamatan Ciso-ka, Kabupaten Tangerang.

D a r i d o k u m e n s u r a t kesepakat an bersama PT ACB dan UIN Jakarta yang diper-oleh Media Indonesia terungkap, Fadel selaku pihak pertama me-nyatakan kesanggupan menun-taskan masalah tanah itu dalam jangka waktu enam bulan. Apabila pihak Fadel kembali ingkar janji, pihak UIN akan kembali mengadukan kasus ini ke Presiden.

Pasalnya, sejak tahun 1996 mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu melalaikan kewa-jibannya menyediakan tanah seluas 40 ha untuk pengem-bangan kampus UIN Jakarta. Bolak-balik kasus ini diperta-nyakan pihak UIN hingga

dimediasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD), tetapi pihak Fadel bergeming. Hingga akhirnya kasus ini diadukan ke Presiden Yudhoyono dan Menko Polhukam Djoko Su-yanto diminta turun tangan.

Kasus ini bermula saat Fadel sebagai pemilik PT ACB mem-buat kerja sama Qura dengan Rektor UIN Jakarta Quraish Shihab pada 11 Oktober 1994.Pembelian tanah tersebut menggunakan uang APBN.

Realisasi kerja sama itu baru terjadi pada 1996 saat pihak UIN membeli tanah seluas 40 ha dengan nilai Rp5 mi liar. Menurut rencana, tanah itu digunakan untuk pengembang-an kampus, serta perumahan dosen dan kar yawan.

Menurut Ketua Tim Tanah UIN Jakarta, Abuddin Nata, pihak Fadel memang mempu-nyai tanah di areal Desa Cikuya, Tangerang, yang disediakan untuk UIN Jakarta. Luasnya lebih dari 40 ha. Namun, tanah tersebut terpisah-pisah.

UIN menginginkan tanah tersebut hanya satu hamparan. Tanah yang dimiliki Fadel berada di antara tanah milik pihak lain. “Fadel bilang sudah selesai, tapi buktinya mana?” tegasnya, tadi malam.

Sebelumnya, beragam usaha dari UIN untuk mendesak Fadel menjalankan kewajiban-nya. Anggota DPD dari daerah pemilihan DKI Jakarta, AM Fatwa, menuturkan pihak UIN pada 2006 sampai meminta dirinya yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua MPR un-tuk menasihati Fadel Muham-

mad agar melaksanakan ke-wajibannya. Pada 2007 saat ke Gorontalo dengan rombongan MPR, Fatwa menyampaikan persoalan tersebut pada Fadel. “Saat itu dia kaget dan bersikap seolah lu pa masalahnya. Lalu dia ber janji untuk menemui saya di Jakarta,” tutur Fatwa yang juga Dewan Penyantun Alumni UIN itu di Jakarta.

Usaha untuk menyelesaikan kewajiban Fadel juga telah dilaporkan Fatwa ke Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pada 2009. Pasalnya, sudah banyak desakan agar kasus ini dilapor-kan ke penegak hukum.

Fatwa menerangkan sebagai sahabat dan teman seperjuang-an mertua Fadel di era Orde Lama, ia justru tidak ingin sampai kasus ini masuk ke ra-nah hukum. Karena itu pulalah, pada 23 Maret 2011, Menteri Agama RI Surya dharma Ali dan Komite IV DPD sepakat membentuk Tim Kerja Kasus Tanah Kampus UIN Jakarta.

Tim itu langsung diketuai AM Fatwa. Dalam menjalankan tugasnya, Tim Kerja tersebut pernah mengundang Fadel secara resmi. “Namun, Fadel hanya mengirimkan istrinya ke DPD,” beber Fatwa.

Tidak mendapat tanggapan yang memuaskan, pada 22

September, Rektor UIN Jakarta Komarudin Hidayat menyurati Presiden SBY untuk menegur pembantunya yang melalaikan kewajibannya itu. Sehari setelah Rektor UIN menulis surat, AM Fatwa juga memperkuat surat Rektor UIN Jakarta perihal kasus ini, ia memohon atensi khusus Kepala Negara untuk menegur Fadel.

Sudah beresSaat dimintai konfirmasi,

Fadel mengaku aneh, persoal an sejak 1994 itu kembali muncul saat perombakan kabinet. Ia mengetahui, persoalan terse-but dilaporkan ke Presiden Yudhoyono oleh AM Fatwa. “Ini saya tahu, AM Fatwa juga gengnya Agung (Laksono, Menko Kesra),” cetus Fadel di Jakarta, kemarin.

Dikatakan, saat itu UIN ha-nya mempunyai dana Rp5 mi-liar untuk membebaskan lahan seluas 40 ha di Desa Cikuya. “Sudah ada serah terima 40 hektare. SPH sudah beres, dan serah terima beres. Kemudian seiring waktu, kok dipersoal-kan lagi,” ujarnya.

Fadel pun menegaskan, ka-sus itu bukanlah kasus hukum, melainkan wanprestasi dari pihak UIN terhadap anak pe-rusahaannya.

“Pihak UIN protes dan da-tang ke kantor anak perusahaan saya. Direksi kami menyanggu-pi untuk mengganti uang dari harga Rp5 miliar menjadi Rp9 miliar, tapi pihak UIN tidak mau.” (*/P-2)

[email protected]

Syarat utama seorang pejabat dan pemimpin wajib melunasi utang janji atau harta.

15 Tahun FadelLalaikan Kewajiban

DOKUMEN TANAH UIN : Surat-surat yang terkait dengan penuntasan pembebasan tanah untuk kampus UIN Jakarta yang melibatkan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad. SKB PT ACB dan UIN 17 Oktober 2011 (kiri), surat untuk Presiden SBY dari anggota DPD AM Fatwa terkait kasus tanah UIN 23 September 2011 (tengah), dan surat untuk Presiden SBY dari Rektor UIN Jakarta Komaruddin Hidayat perihal kasus tanah UNI 22 September 2011

Mantan Menteri KKPDiduga Main Proyek

PERSOALAN terkait dengan kinerja mantan Menteri Ke-lautan dan Perikanan Fadel Muhammad ternyata juga me-nyangkut masalah distribusi bantuan perahu nelayan. Pro-gram bantuan yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak 2010 itu menuai masalah karena dari target 60 kapal hanya terealisasi 46 unit.

Dari penelusuran Media In-donesia bahkan ditemukan sebagian kapal bantuan yang telah diadakan tersebut ter-indikasi belum memenuhi ke-layakan. Baik itu soal kelayak an terkait dengan perizinan mau-pun operasionalnya.

Dalam data KKP, 46 kapal Inka Mina itu diserahkan ke-pada kelompok usaha bersama (KUB) nelayan di 46 kabupa-ten/kota. Di antaranya, di

Flores Timur (Nusa Tenggara Timur), Sorong (Papua Barat), dan Kalimantan Barat. Namun hingga kini, beberapa kapal bantuan untuk nelayan di dae-rah itu belum dioperasikan.

Nilai total 60 kapal Inka Mina tersebut mencapai Rp90 miliar. Soal penyelewengan dalam pengadaan kapal bantuan ne-layan tersebut, Fadel langsung menyangkalnya. Dia menan-daskan, masalah distribusi adalah urusan daerah.

“Itu (distribusinya) urusan daerah. Kementerian memang mengelola tendernya dan itu kan ada dirjen tangkap. Namun yang pasti, kalau memang ada penyelewengan, kenapa BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) memberikan WTP kepada Pak Fadel. Kalau ada masalah, tentu disclaimer,” ujarnya.

KM Inka Mina 30 GT memili-

ki panjang 22 m, menggunakan mesin 218 PK, jaring insang 300 pieces dan memiliki kecepatan 12 knot.

Pengumuman pencopotan Fadel sebagai menteri di Kabi-net Indonesia Bersatu II pada Selasa (18/10) disebut-sebut dilakukan secara sangat men-dadak.

Hal tersebut belakangan telah memancing Fadel untuk menyerukan rasa kekecewaan-nya dengan menyebut dirinya dizalimi.

Pada hari pengumuman pe-rombakan, Fadel yang menga-ku belum mengetahui dirinya tergusur dari kabinet bahkan sempat gigit jari karena pihak Istana menolak niat pembantu presiden tersebut untuk ber-temu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Mad/P-3)

g y

DOKUMENTASI MI