bab 1-6 beres

Upload: tohari-masidi-amin

Post on 01-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

kedokteran komunitas

TRANSCRIPT

67BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian juga pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat-sakit atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L. Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun keesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status kesehatan bergeser dibawah optimal. (Notoatmojo, 2003)Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam riwayat timbulnya penyakit. Oleh karena itu pengetahuan mengenai segi- segi penyehatan (sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam upaya kesehatan, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam masyarakat. (Daniur, 1995).

1

Berdasarkan Riskesdas 2013, proporsi penduduk atau rumah tangga di Indonesia yang menggunakan fasilitas jamban milik sendiri 76,2%, milik bersama 6,7%, dan fasilitas umum 4,2 %. Berdasarkan karakteristik proporsi rumah tangga yang menggunakan jamban milik sendiri diperkotaan lebih tinggi (84,9%) dibandingkan perdesaan (67,3%). Proporsi rumah tangga yang mempunyai pembuangan akhir tinja di Povinsi Jawa Barat sekitar 60,2%, dan proporsi rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja tidak menggunakan tangki septi sekitar 39,8%. (Riskesdas 2013)Berdasarkan data Puskesmas Purwaharja 1 tahun 2014, Pada kelurahan Purwaharja terdapat 2867 jamban pribadi yang di lengkapi dengan septi tank, diantaranya jamban yang telah memenuhi syarat sebanyak 1904 jamban dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 79 jamban. Dari 89 MCK/ WC Umum, 80 jamban telah memenuhi syarat dan 9 jamban tidak memenuhi syarat. Angka buang air besar di kolam/sungai/dll sebesar 131 orang. Dengan masih adanya masyarakat yang Buang Air Besar (BAB) sembarangan, maka wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular yang berbasis lingkungan salah satunya yaitu penyakit diare.Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia, artinya terjadi secara terus menerus di semua daerah baik perkotaan maupun perdesaan. Terdapat 2 faktor yang dominan dalam diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman penyebab diare serta berinteraksi dengan perilaku manusia yang tidak sehat yaitu melalui makanan dan minuman dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.Berdasarkan data Riskesdas 2013 prevalensi diare 3,5% lebih kecil dari Riskesdas 2007 (9,0%), prevalensi diare di Jawa Barat pada tahun 2013 adalah 3,5 %. Dan untuk desa purwaharja berdasarkan data dari puskesmas purwaharja 1 bahwa target diare sebanyak 488 orang dan yang telah dicapai sebanyak 354 orang pada tahun 2014.Oleh karena itu karena masih tingginya kejadian penyakit diare di kelurahan purwahaja, dan juga tingginya angka kepemilikan jamban di kelurahan purwahaja, sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di kelurahan purwaharja dengan judul Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Diare Di Kelurahan Purwaharja Pada Tahun 2015B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang diambil, maka dapat disusun rumusan masalah: adakah hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar.C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar pada tahun 2015

2. Tujuan Khususa. Diketahuinya angka kepemilikan jamban di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar.b. Diketahuinya angka kejadian penyakit diare di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar.c. Diketahuinya hubungan kepemilikan jamban terhadap penyakit diare di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar.D. Ruang lingkupPenelitian dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Jakarta yang dilakukan pada warga Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota banjar. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2015, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan jamban dengan kejadian diare di Kelurahan Purwaharja. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

E. Manfaat Penelitian1. Bagi PenelitiMenambah wawasan serta mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh kepemilikan jamban dengan kejadian diare.1. Bagi Institusi TerkaitSebagai bahan masukan dalam meningkatkan dan mengembangkan sarana sanitasi khususnya jamban, juga dalam memberikan penyuluhan dan pemicuan.1. Bagi PemerintahSebagai masukan bagi pemerintah Kota Banjar guna membuat kebijakan dalam dalam pembangunan sarana sanitasi khususnya jamban di Kelurahan Purwaharja.1. Bagi MasyarakatMenambah pengetahuan mengenai sarana sanitasi khususnya jamban yang memenuh syarat, dan akibat jamban yang tidak memenuhi syarat.1. Untuk Penelitian Lain Penelitian ini dapat memberikan masukan lebih lanjut bagi peneliti lain khususnya dalam pengaruh kepemilikan jamban dengan kejadian diare.

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP, HIPOTESISA. TINJAUAN PUSTAKA1. Jambana. Definisi JambanJamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan (Fauzia, 2000).Pengertian lainnya tentang jamban adalah pengumpulan kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan menganggu estetika (Hasibuan, 2009). Sementara menurut Kementrian Kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit (Kepmenkes, 2008: 852).Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah dikatakan yang dimaksud dengan jamban adalah suatu bangunan yang berfungsi mengumpulkan kotoran manusia yang tersimpan pada tempat tertentu sehingga tidak menjadi penyebab suatu penyakit atau mengotori permukaan bumi.

Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang 6disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak di kelola dengan baik.Jenis jamban keluargaJamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang tercakupi dan berada di dalam rumah. Jamban/kakus dapat di bedakan atas beberapa macam (Azwar, 1996).1) Jamban cemplung Jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat injakan atau di bawah bangunan jamban. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak dimungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu lama karena tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya 1,5-3 meter. 2) Jamban empang (Overhung Latrine)Jamban yang dibangun di atas empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang bisanya dipakai untuk ikan, ayam. 3) Jamban kimia (chemical toilet) Jamban model ini biasanya dibangun pada tempat-tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api, pesawat terbang dan lain- lain. Disini tinja disenfaksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihannya di pakai kertas tisue (toilet piper). Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu dibuang lagi.4) Jamban leher angsa (angsa latrine)Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closet berbentuk lengkung, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.Syarat Jamban Sehat Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Depkes RI, 2004).1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum. 2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. 3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah sekitar. 4) Mudah dibersihkan dan aman penggunannya. 5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna. 6) Cukup penerang7) Lantai kedap air 8) Ventilasi cukup baik 9) Tersedia air dan alat pembersih.

Manfaat Dan Fungsi Jamban Keluarga Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :1) Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit 2) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman. 3) Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit. 4) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkunganPemeliharaan Jamban Jamban hendaklah selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut :1) Lantai jamban hendaklah selalu bersih dan kering. 2) Di sekeliling jamban tidak tergenang air 3) Tidak ada sampah berserakan4) Rumah jamban dalam keadaan baik 5) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat 6) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada 7) Tersedia alat pembersih 8) Bila ada yang rusak segera diperbaiki. Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapat dilakukan dengan (Simanjuntak, P : 1999) :1) Air selalu tersedia dalam bak atau ember 2) Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak bau dan mengundang lalat.3) Lantai jamban usahakan selalu bersih dan tidak licin agar tidak membahayakan pemakai 4) Tidak memasukan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban 5) Tidak ada aliran masuk kedalam lubang jamban selain untuk membilas tinja.Pemanfaatan Jamban Pemanfaatan jamban berarti penggunaan atau pemakaian jamban oleh masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Kata pemanfaatan berasal dari kata manfaat. Dalam kamus bahasa Indonesia pemanfaatan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan memanfaatkan (2005: 711).Berdasarkan pengertian di atas maka pemanfaatan jamban adalah perbuatan masyarakat dalam memanfaatkan atau menggunakan jamban ketika membuang air besar. Atau dengan kata lain pemanfaatan adalah penggunaan jamban oleh masyarakat dalam hal buang air besar.Pemanfaatan jamban berhubungan erat dengan bahaya yang dapat diakibatkan oleh penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh adanya kotoran tinja manusia yang dapat menjadi sumber penyakit.

Tinja yang tidak tertampung ditempat tertutup dan aman dapat menyebabkan beberapa penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis A dan lainnya. Merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban.Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia (Sutedjo, 2003).Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang di keluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut1) Kuman penyebab penyakit 2) Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab 3) Cara keluar dari sumber 4) Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial 5) Cara masuk ke inang yang baru 6) Inang yang peka (suscaptible). Bahaya buang air besar sembarangan oleh Notoatmodjo (2003: 159) digambarkan melalui rantai penyebaran penyakit melalui kotoran tinja dan urine. Peranan tinja dalam penyebaran penyakit cukup besar, selain dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya juga mencemari air, tanah, serangga dan bagian tubuh manusia. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh kotoran tinja manusia antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacam- macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003: 159-160).

1. Diarea. Pengertian diareDiare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir (Suraatmaja, 2007). Menurut WHO (2008), diare didefinisikan sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam. Berdasarkan waktu serangannya terbagi menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (2 minggu) (Widoyono,2008).b. Klasifikasi diareMenurut Depkes RI (2000), jenis diare dibagi menjadi empat yaitu:1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.2) Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.3) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.4) Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.Menurut Suraatmaja (2007), jenis diare dibagi menjadi dua yaitu:1) Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.2) Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.c. Etiologi diare Menurut Widoyono (2008), penyebab diare dapat dikelompokan menjadi:1) Virus: Rotavirus.2) Bakteri: Escherichia coli, Shigella sp dan Vibrio cholerae.3) Parasit: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan Cryptosporidium.4) Makanan (makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran mentah dan kurang matang).5) Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein.6) Alergi: makanan, susu sapi.7) Imunodefisiensi.d. Gejala diare1) Buang air besar terus menerus disertai rasa mulas yang berkepanjangan2) Dehidrasi3) Mual dan muntah4) Gejala yang dapat timbul lainnya antara lain pegal pada punggung dan perut sering berbunyi e. Epidemiologi diareEpidemiologi penyakit diare, adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005).1) Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4/6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.

2) Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa penyakit dan lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.3) Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.f. Penularan diarePenyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral yang terjadi karena:1) Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.2) Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi, mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya (Widoyono, 2008). Sedangkan menurut (Depkes RI, 2005) kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu: tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar, tidak mencuci tangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja termasuk tinja bayi dengan benar.Penanggulangan diareMenurut Depkes RI (2005), penanggulangan diare antara lain:1) Pengamatan intensif dan pelaksanaan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data tentang jumlah penderita dan kematian serta penderita baru yang belum dilaporkan dengan melakukan pengumpulan data secara harian pada daerah fokus dan daerah sekitarnya yang diperkirakan mempunyai risiko tinggi terjangkitnya penyakit diare. Sedangakan pelaksanaan SKD merupakan salah satu kegiatan dari surveilance epidemiologi yang kegunaanya untuk mewaspadai gejala akan timbulnya KLB (Kejadian Luar Biasa) diare.2) Penemuan kasus secara aktif Tindakan untuk menghindari terjadinya kematian di lapangan karena diare pada saat KLB di mana sebagian besar penderita berada di masyarakat.3) Pembentukan pusat rehidrasiTempat untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan pada keadaan tertentu misalnya lokasi KLB jauh dari puskesmas atau rumah sakit.4) Penyediaan logistik saat KLBTersedianya segala sesuatu yang dibutuhkan oleh penderita pada saat terjadinya KLB diare. 5) Penyelidikan terjadinya KLBKegiatan yang bertujuan untuk pemutusan mata rantai penularan dan pengamatan intensif baik terhadap penderita maupun terhadap faktor risiko.

6) Pemutusan rantai penularan penyebab KLBUpaya pemutusan rantai penularan penyakit diare pada saat KLB diare meliputi peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan.Pencegahan diareMenurut Depkes RI (2000), penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan antara lain:1) Meningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu).2) Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI. 3) Penggunaan air bersih yang cukup.4) Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.5) Penggunaan jamban yang benar.6) Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang benar.7) Memberikan imunisasi campakFaktor-faktor yang mempengaruhi diare1) Faktor sanitasi lingkungan a) Sumber air minum Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi dan sebagainya. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia termasuk diare. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah: Mengambil air dari sumber air yang bersih. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup, serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter. Menggunakan air yang direbus. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup (Depkes RI, 2000).Masyarakat membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari, maka masyarakat menggunakan berbagai macam sumber air bersih menjadi air minum. Sumber-sumber air minum tersebut seperti : Air hujan atau Penampungan Air Hujan (PAH) Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium di dalamnya. Air sungai dan danauMenurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering disebut air permukaan. Mata air Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini, bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung, tetapi karena belum yakin apakah betul belum tercemar, maka sebaiknya air tersebut direbus terlebih dahulu sebelum diminum. Air sumur dangkalAir ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke tempat yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur dalamAir ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air minum dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan). b) Kualitas fisik air bersihAir minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Menurut Notoatmodjo (2003), syarat-syarat air minum yang sehat adalah sebagai berikut: Syarat Fisik Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udara di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik tidak sukar. Syarat BakteriologisAir untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel air tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari empat bakteri E. coli, maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan. Syarat KimiaAir minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia seperti flour (1-1,5 mg/l), chlor (250 mg/l), arsen (0,05 mg/l), tembaga (1,0 mg/l), besi (0,3 mg/l), zat organik (10 mg/l), pH (6,5-9,6 mg/l), dan CO2 (0 mg/l). Berdasarkan hasil penelitian Rahadi (2005) bahwa air mempunyai peranan besar dalam penyebaran beberapa penyakit menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit disebabkan keadaan air itu sendiri sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikroorganisme. Hal ini dikarenakan sumur penduduk tidak diplester dan tercemar oleh tinja. Banyaknya sarana air bersih berupa sumur gali yang digunakan masyarakat mempunyai tingkat pencemaran terhadap kualitas air bersih dengan kategori tinggi dan amat tinggi. Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi dengan kategori tinggi dan amat tinggi dapat mempengaruhi kualitas air bersih dengan adanya pencemaran air kotor yang merembes ke dalam air sumur. c) Kepemilikan JambanJamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial untuk menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003), suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan, apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak, dan binatang-binatang lainnya. Tidak menimbulkan bau. Mudah digunakan dan dipelihara. Sederhana desainnya. Murah. Dapat diterima oleh pemakainya. Menurut Entjang (2000), macam-macam kakus atau tempat pembuangan tinja, yaitu: Pit-privy (Cubluk)Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Dindingnya diperkuat dengan batu atau bata, dan dapat ditembok ataupun tidak agar tidak mudah ambruk. Lama pemakaiannya antara 5-15 tahun. Bila permukaan penampungan tinja sudah mencapai kurang lebih 50 cm dari permukaan tanah, dianggap cubluk sudah penuh. Cubluk yang penuh ditimbun dengan tanah. Ditunggu 9-12 bulan. Isinya digali kembali untuk pupuk, sedangkan lubangnya dapat dipergunakan kembali. Aqua-privy (Cubluk berair)Terdiri atas bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti halnya pembusukan tinja dalam air kali. Untuk kakus ini, agar berfungsi dengan baik, perlu pemasukan air setiap hari, baik sedang dipergunakan atau tidak. Watersealed latrine (Angsa-trine)Jamban jenis ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Pada kakus ini closetnya berbentuk leher angsa, sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai sumbat, sehingga bau busuk dari cubluk tidak tercium di ruangan rumah kakus. Bored hole latrineSama dengan cubluk, hanya ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan sementara. Bucket latrine (Pail closet)Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tidak dapat meninggalkan tempat tidur. Trench latrine Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat penampungan tinja. Tanah galiannya dipakai untuk menimbuninya. Overhung latrineKakus ini semacam rumah-rumahan yang dibuat di atas kolam, selokan, kali dan rawa. Chemical toilet (Chemical closet)Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan umum, misalnya pesawat udara atau kereta api. Dapat pula digunakan dalam rumah sebagai pembersih tidak dipergunakan air, tetapi dengan kertas (toilet paper). Berdasarkan hasil penelitian (Wibowo,2004) jenis tempat pembuangan tinja yang terbanyak digunakan pada kelompok kasus adalah jenis leher angsa (68,3%), sedangkan 7,9% menggunakan jenis plengsengan dan 23,8% tidak memiliki jamban. d) Jenis lantai rumahSyarat rumah yang sehat, jenis lantai rumahnya yang penting tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai rumah dari tanah agar tidak berdebu maka dilakukan penyiraman air kemudian dipadatkan. Dari segi kesehatan, lantai ubin atau semen merupakan lantai yang baik sedangkan lantai rumah dipedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Apabila perilaku penghuni rumah tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan seperti tidak membersihkan lantai dengan baik, maka akan menyebabkan terjadinya penularan penyakit termasuk diare (Notoatmodjo, 2003). 2) Faktor perilakuFaktor perilaku yang dapat menyebabkan kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare (Depkes RI, 2005). Perilaku-perilaku itu antara lain: a) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan. b) Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susu susah dibersihkan. c) Menggunakan air minum yang tercemar. d) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak. e) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

1. Kebersihan Dan Kesehatan Lingkungan Dalam IslamSumber ajaran Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam sumber ajaran tersebut, diterangkan bukan hanya aspek peristilahan yang digunakan, tetapi juga ditemukan bagaimana sesungguhnya ajaran Islam menyoroti kebersihan. Maka perlu kajian tematik, sehingga ditemukan prinsip-prinsipnya dan bagaimana konsep kebersihan tersebut.Istilah yang digunakan sebagaimana disinggung Al-Quran dan Sunnah banyak menggunakan istilah-istilah yang berkaitan dengan kebersihan atau kesucian. Dalam al-Quran istilahnazhafah, sementara dalam hadist katanazhafah dapat dilihat dalam riwayat, al-Nazhafatu minal-Iman. Dalam hadis istilah yang digunakan adalahistinja, istimar(ketika tidak ada air). Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah disebutkan, Artinya : Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah taala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih. (HR Ath-Thabrani).Hadits lain menyebutkan, , , , , Artinya Sesungguhnya Allah itu baik dan mencintai kebaikan, Bersih (suci) dan mencintai kebersihan, Mulia dan mencintai kemuliaan, bagus dan mencintai kebagusan, bersihkanlah rumahmu. (H.R.Tirmidzi dari Saad).Dalam implementasinya, istilah thaharah dan nazhafah ternyata kebersihan yang bersifatlahiriyah dan maknawiyah,sementara nazhafahatau fikihi istilah thaharah digunakan. Namun demikian, ketika Allah menerangkan tentang penggunaan air untuk thaharah disandingkan pula dengan kesucian secaramaknawiyah, dimaksud dengan maknawiyah ialah kesucian dari hadats, baik hadas besar atau kecil, sehingga dapat melaksanakan ibadah, seperti shalat dan thawaf. b. Aspek Kebersihan dalam IslamBersih secara konkrit adalah kebersihan dari kotoran atau sesuatu yang dinilai kotor. Kotoran yang melekat pada badan, pakaian, tempat tinggal, dan lainnya. Umpamanya badan terkena tanah atau kotoran tertentu, maka dinilai kotor secara jasmaniyah, tidak selamanya tidak suci. Jadi, ada perbedaan antara bersih dan suci. Mungkin ada orang yang tampak bersih, tetapi tak suci. Namun, yang kotor dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.Hadits-hadits yang menjelaskan atas kepedulian Rasul terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan, sebagai berikut:1) Kebersihan Lingkungan Sebagian dari ImanHadits yang diterima dari Abu Hurairah, Artinya: Iman itu adalah 69 cabang. Maka yang utamanya ialah kalimah lLa ilaha illa allah dan yang paling rendahnya ialah membuang kotoran dari jalan dan malu itu cabang dari keimanan (HR.Muslim, Abu Daud, al-Nasai, dan Ibn Majah)

2) Kebersihan lingkungan adalah ShadaqahHadits yang diterima dari Abu Hurairah, : Artinya: Setiap salamku dari orang-orang adalah shadaqah; setiap hari yang terbit matahari sehingga ia adil antara dua orang adalah shadaqah; dan menolong orang atas kendaraannya memangkunya atau mengangkat barang-barangnya adalah shadaqah; dan kalimah yang baik adalah shadaqah; dan setiap langkah yang dilangkahkan untuk shalat adalah shadaqah dan menunjukan jalan adalah shadaqah dan membuang gangguan dari jalan adalah shadaqah. (HR Ahmad).3) Memelihara Kebersihan adalah Suatu KebaikanHadits diterima dari Abu Darda, yang artinya: Barangsiapa yang membuang dari jalan umat Islam sesuatu yang mengganggu mereka, maka akan dicatat oleh Allah perbuatan itu kebaikan dan barangsiapa yang dicatat kebaikannya oleh Allah, maka akan dimasukan ke dalam surga. (HR Ath-Thabrani).4) Dilarang mengotori (populasi) tempat umumHadits dari Ibn Addi, artinya Rasulullah melarang seseorang buang air di bawah pohon berbuah dan di tepi sungai (yang mengalir) (HR. Ibn Addi)

B. Kerangka TeoriSanitasi LingkunganPerilakuJenis Lantai RumahKualitas Fisik Air BersihSumber Air MinumKepemilikan JambanMakanan KumanPenyebab Penyakit

Kejadian Diare

Keterangan: : Tidak diletiti

: Diteliti

C. Kerangka KonsepVariabel terikatVariabel bebas

Kejadian diareJenis Lantai RumahKualitas Fisik Air BersihSumber Air MinumKepemilikan Jamban

Keterangan:: uji bivariat: uji univariat

D. HipotesisAda hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare di kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar tahun 2015.

32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu PenelitianTempat penelitian berlokasi di RW 01-18 Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar.Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juni-3 Juli tahun 2015.B. Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survey yang bersifat observasional dengan metode pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian (Machfoedz, 2007). C. Populasi dan SampelPopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga RW 01 sampai RW 18 Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar. Jumlah populasi sebesar 2208 rumah.

d. 332. SampelSampel dihitung berdasarkan rumus Lemeshow dengan populasi diketahui (Riduwan dan Akdon, 2010), yaitu :

Keterangan:P= Proporsi kepemilikan jambanq= 1-pd= Tingkat presisi sebesar 10% = 0,1Z= Tingkat kepercayaan sebesar 95% = 1.96n= Jumah sampelN= banyaknya populasi. Populasi sebesar 2208 rumah

Ditambah 10% menjadi 78 + 10% = 86 Jumlah minimal sampel pada penelitian ini sebesar 86 sampel rumahD. Teknik pengambilan sampelPenelitian ini mengadopsi teknik pengambilan sampling dengan menggunakan proporsional random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara sampel diambil dari setiap subpopulasi. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 400 sampel rumah. Tujuan pengambilan jumlah sampel ini adalah untuk memperjelas gambaran hasil penelitian dari setiap RW. Adapun pembagian kuesioner setiap RW dibagi secara proporsi. RW 1 dengan proporsi 6,2% yaitu sebanyak 25 kuesioner, RW 2 dengan proporsi 8,6% yaitu sebanyak 34 Kuesioner, RW 3 dengan proporsi 4% yaitu sebanyak 16 kuesioner, RW 4 dengan proporsi 3,9% yaitu sebanyak 16 kuesioner, RW 5 dengan proporsi 6,6% yaitu sebanyak 26 kuesioner, RW 6 dengan proporsi 2,3% yaitu sebanyak 9 kuesioner, RW 7 dengan proporsi 2,8% yaitu sebanyak 11 kuesioner, RW 8 dengan proporsi 4% yaitu sebanyak 16 kuesioner, RW 9 dengan proporsi 3,9% yaitu sebanyak 16 kuesioner, RW 10 dengan proporsi 3,4% yaitu sebanyak 14 kuesioner, RW 11 dengan proporsi 5,5% yaitu sebanyak 22 kuesioner, RW 12 dengan proporsi 6% yaitu sebanyak 24 kuesioner, RW 13 dengan proporsi 7% 6,3% yaitu sebanyak 28 kuesioner, RW 14 dengan proporsi 6,3% yaitu sebanyak 65 kuesioner, RW 15 dengan proporsi 7% yaitu sebanyak 28 kuesioner, RW 16 dengan proporsi 4,8% yaitu sebanyak 19 kuesioner, RW 17 dengan proporsi 3,4% yaitu sebanyak 14 kuesioner, RW 18 dengan proporsi 4,3% yaitu sebanyak 17 kuesioner. Cara pengambilan sampel dilakukan secara acak dari setiap RW.Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah : Kriteria inklusi :1) Tercatat sebagai penduduk kota Banjar dan berdomisili di kelurahan Purwaharja kota Banjar sekurang-kurangnya 5 tahun.Kriteria eksklusi :1) Tidak bersedia menjadi responden2) Responden sedang tidak berada di tempatE. Variabel dan Definisi Operasional 1. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: a. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan yang meliputi sumber air minum, kualitas fisik air bersih, kepemilikan jamban dan jenis lantai rumah. b. Variabel terikatVariabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada masyarakat di wilayah kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar.2. Definisi operasionalDefinisi operasional tertuang dalam tabel berikut ini :VariabelDefinisi OperasionalCara UkurAlat UkurHasil UkurSkala Ukur

Kepemilikan Jamban Sarana yang digunakan untuk buang air besar yang dimiliki oleh responden AngketKuesioner1: Memiliki Jamban 2: Tidak memiliki JambanNominal

Sumber Air MinumAsal atau jenis air yang digunakan untuk minum bagi kebutuhan hidup sehari-hari

AngketKuesioner1: PDAM2: Air Mineral3: Sumur4: Air Hujan atau PAH 5:Air SungaiNominal

Kualitas Fisik Air BersihKondisi fisik air minum yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

AngketKuesioner1: Memenuhi syarat, jika tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. 2: Tidak memenuhi syarat, jika keruh, berwarna, berbau dan berasa. Nominal

Jenis LantaiKeadaan lantai rumah responden berdasarkan bahannyaAngketKuesioner1: Kedap Air, (semen, ubin, keramik)2: Tidak kedap air (tanah, kayu)Nominal

Kejadian Diare

Anggota keluarga yang menderita diare ditandai dengan buang air besar lembek, cair dan bahkan dapat berupa air saja lebih dari tiga kali sehari dalam 6 bulan terakhir.AngketKuesioner1: Diare2: Tidak DiareNominal

Tabel 3.1 Definisi OperasionalH. Pengukuran dan pengamatan variabel penelitianPengukuran pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner terdiri dari lima bagian yaitu data responden, kejadian diare, kepemilikan jamban, sumber air minum, kualitas fisik air dan jenis lantai rumah. 1. Bagian 1, yaitu data responden untuk mengetahui data karakteristik responden. Terdiri dari nomer responden, nama, alamat, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir.2. Bagian 2, yaitu bagian untuk mengetahui kejadian diare pada setiap anggota keluarga. Pilihan jawaban berupa ya dan tidak.3. Bagian 3, adalah bagian yang dipergunakan untuk mengetahui kepemilikan jamban, kriteria jamban, kebersihan jamban, kepemilikan septik tank dan kondisinya. Peneliti juga mengecek dan menilai jamban yang digunakan apakah sudah memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat.4. Bagian 4, digunakan untuk mengetahui sumber air minum yang digunakan oleh setiap anggota keluarga. Opsi jawaban terdiri dari PDAM, air mineral, sumur, air hujan atau PAH, dan air sungai.5. Bagian 5 dipergunakan untuk menilai kualitas fisik air bersih yang dipergunakan untuk keperluan minum sehari-hari. Pertanyaan meliputi ciri fisik air yaitu dari rasa, bau, warna, dan kekeruhan.6. Bagian 6 adalah bagian untuk mengetahui bahan lantai rumah yang digunakan dan kebersihannya. Lantai kedap air jika bahan yang digunakan adalah semen, ubin, atau keramik. Lantai tidak kedap air berasal dari tanah atau kayu. Kebersihan lantai dinilai dari kebiasaan membersihkan lantai setiap hari.I. Pengumpulan data1. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yang diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dan observasi secara langsung mengenai kejadan diare, kepemilikan jamban, sumber air minum, kualitas fisik air bersih, dan jenis lantai rumah. 2. Sumber dataa. Data primer Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung kepada responden mengenai sumber air minum, kualitas fisik air bersih, kepemilikkan jamban dan jenis lantai rumah. b. Data sekunderData sekunder diperoleh dari Puskesmas Purwaharja 1. Selain itu data juga diperoleh melalui studi pustaka dan data berbasis elektronik. 3. Cara pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung kepada responden.

J. Analisis dataDalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.Analisis univariatAnalisis ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai semua variable yaitu kejadan diare, kepemilikan jamban, sumber air minum, kualitas fisik air bersih, dan jenis lantai rumah. Analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariatAnalisis ini bertujuan untuk menguji hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik chi square (x2). Tingkat signifikan yang dipakai adalah p>0,05 (taraf kepercayaan 95%). Jika nilai p>0,05 maka hipotesis penelitian ditolak, apabila nilai p35 tahun, yaitu sebanyak 261 responden (65,2%), dan paling sedikit berumur kurang dari 20 tahun, yaitu sebanyak 2 responden (0,5%).2. Jenis PekerjaanKarakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan responden ditampilkan pada tabel 2.Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Tahun 2015PekerjaanResponden

f(%)

PNS/Pensiunan/ABRI5012.5

Wiraswasta5213.0

Karyawan Swasta143.5

Petani61.5

IRT24260.5

Buruh369

Total400100

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa jenis pekerjaan responden paling banyak adalah ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 242 responden (60,5%) dan paling sedikit bekerja sebagai petani, yaitu sebanyak 6 responden (1,5%).

3. PendidikanKarakteristik responden berdasarkan pendidikan responden ditampilkan pada tabel 3.Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Tahun 2015PendidikanResponden

F(%)

Tidak tamat SD20.5

Tamat SD14636.5

Tamat SMP9022.5

Tamat SMA10726.8

Sarjana5313.2

lain-lain20.5

Total400100

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tamatan SD, yaitu sebanyak 146 responden (36,5%) dan paling sedikit berpendidikan tidak tamat SD dan lain-lain, yaitu sebanyak 2 responden (0,5%).

B. Analisis Univariat1. Kejadian DiareHasil penelitian mengenai kejadian diare ditampilkan pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian Diare di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Tahun 2015Kejadian DiareResponden

f(%)

Diare4511.2

Tidak diare35588.8

Total400100

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa kejadian diare pada responden, yaitu sebanyak 45 orang (11,2%) dan yang tidak mengalami diare, yaitu sebanyak 355 orang (88,8%).2. Kepemilikan JambanHasil penelitian mengenai kepemilikan jamban ditampilkan di tabel 5.Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kepemilikan Jamban di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Tahun 2015

Kepemilikan JambanResponden

F(%)

Mempunyai Jamban36390.8

Tidak Mempunyai Jamban379.2

Total400100

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa kepemilikan jamban responden paling banyak sudah memiliki jamban, yaitu sebanyak 363 rumah (90,8%) dan paling sedikit belum memiliki jamban, yaitu sebanyak 37 rumah (9,2%).3. Jamban SehatHasil penelitian mengenai jamban sehat ditampilkan pada tabel 6Tabel 6. Distribusi Frekuensi Jamban Sehat di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Tahun 2015

Jamban SehatResponden

f(%)

Memenuhi syarat27074.6

Tidak memenuhi syarat9225.4

Total362100

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa jamban sehat yang dimiliki responden paling banyak sudah memenuhi syarat jamban sehat, yaitu sebanyak 270 rumah (74,6%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 92 rumah (25,4%).4. Sumber Air MinumHasil penelitian mengenai sumber air minum ditampilkan pada tabel 7Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sumber Air Minum di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Tahun 2015

Jenis Sumber Air MinumResponden

f(%)

PDAM4310.8

Air Mineral23258.0

Sumur12531.2

Total400100

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa sumber air minum responden paling banyak diperoleh dari air mineral, yaitu sebanyak 232 rumah (58%) dan paling sedikit diperoleh dari PDAM, yaitu sebanyak 43 rumah (10,8%).5. Kualitas Fisik Air BersihHasil penelitian mengenai kualitas disik air bersih ditampilkan pada tabel 8.Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kualitas Fisik Air Bersih di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Tahun 2015Kualitas Fisik AirResponden

f(%)

Memenuhi syarat37694.0

Tidak memenuhi syarat246.0

Total400100

Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa kualitas fisik air bersih pada responden paling banyak memenuhi syarat, yaitu sebanyak 376 rumah (94%) dan paling sedikit belum memenuhi syarat, yaitu sebanyak 24 rumah (6%).6. Jenis Lantai RumahHasil penelitian mengenai jenis lantai rumah ditampilkan pada tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Jenis Lantai Rumah di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Tahun 2015Jenis Lantai RumahResponden

f(%)

Kedap air37994.8

Tidak kedap air215.2

Total400100

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa jenis lantai rumah responden paling banyak telah memiliki lantai yang kedap air, yaitu sebanyak 379 rumah (94,8%) dan paling sedikit memiliki lantai yang tidak kedap air, yaitu sebanyak 21 rumah (5,2%).

C. Analisis BivariatAnalisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi square (). Adanya hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian diare ditunjukkan dengan nilai p < 0,05.Pengujian secara statistik antara variabel kpemilikan jamban dengan kejadian diare ditampilkan pada tabel 10.

Tabel 10. Hubungan Antara Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Diare di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Tahun 2015Kepemilikan JambanKejadian DiareORCIp

DiareTidak Diare

f%f%

Mempunyai Jamban308.333391.70.1320.062-0.2810.000

Tidak Mempunyai Jamban1540.52259.5

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kejadian diare, responden yang mempunyai jamban sebanyak 30 orang (8.3%) lebih sedikit dibandingkan yang tidak memiliki jamban 15 orang (40.5%). Hasil pengujian dengan Chi Square menunjukkan nilai p-value = 0,000 0,05 berarti kesimpulannya adalah ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare di kelurahan Purwaharja kecamatan Purwaharaja Kota Banjar tahun 2015.

50

BAB VPEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian1. Karakteristik RespondenPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemilikan jamban dengan diare pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Purwaharja Kelurahan Purwaharja Kota Banjar. Jumlah sampel penelitian ini adalah 400 orang. Dari hasil memperlihatkan bahwa usia responden terbagi atas 3 kelompok yaitu kurang dari 20 tahun, 20-35 tahun dan umur lebih dari 35 tahun. Data mengenai usia responden paling banyak pada usia >35 tahun sebanyak 261 responden (65,2%).Pada karakteristik pekerjaan diketahui bahwa jenis pekerjaan responden paling banyak adalah ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 242 responden (60,5%) dan paling sedikit bekerja sebagai petani sebanyak 6 responden (1,5%). Ditinjau dari tingkat pendidikan menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tamatan SD, yaitu sebanyak 146 responden (36,5%). Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai 51dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses kehidupan.Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilakunya.2. Kejadian Diare di Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar Tahun 2015Hasil analisis data secara statistik diketahui bahwa kejadian diare pada responden sebanyak 45 orang atau 11,2% dan yang tidak mengalami diare sebanyak 355 orang atau 88,8%.Pada daerah kelurahan Purwaharja masih ditemukan adanya kejadian diare. Bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare antara lain faktor sanitasi lingkungan dan faktor perilaku3. Kepemilikan Jamban di Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar Tahun 2015Angka kepemilikan jamban pada kelurahan Purwaharja diketahui terdapat 363 rumah atau 90,8% sudah memiliki jamban dan sebanyak 37 rumah atau 9,2% belum memiliki jamban. Adapun masyarakat yang masih belum memiliki jamban dikarenakan tersangkut biaya untuk pembuatan jamban.4. Jamban Sehat di Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar Tahun 2015Responden yang memiliki jamban, di teliti lagi menjadi jamban memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat. Pada penelitian ditemukan terdapat 270 rumah (74,6%) telah memenuhi syarat jamban sehat dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 92 rumah (25,4%). Rumah yang tidak memenuhi syarat jamban sehat lebih banyak dikarenakan septik tank yang tidak diplester dan jaraknya tidak memenuhi syarat, atau pembuangan tinja disalurkan ke sungai. Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :a. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman. c. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit. d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

5. Sumber Air Minum Di Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar Tahun 2015Penggunaan sumber air minum di kelurahan Purwaharaja sebanyak 232 rumah atau 58% menggunakan air mineral dan sebanyak 43 rumah atau 10,8% menggunakan PDAM. Pada penelitian ini penggunaan air mineral untuk memenuhi kebutuhan minum sehari-hari tidak diteliti apakah air mineral yang digunakan adalah hasil isi ulang atau dari pabrik.6. Kualitas fisik air bersih di Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar Tahun 2015Terdapat 376 rumah atau 94% yang kualitas fisik air bersihnya sudah memenuhi syarat dan yang belum memenuhi syarat sebanyak 24 rumah atau sebesar 6%.Menurut Notoatmodjo (2003), syarat air minum yang sehat ditinjau dari syarat fisik, syarat kimia dan syarat bakteriologis. Pada penelitian ini hanya dilakukan pada aspek kualitas fisik air, dimana kualitas fisik air yang sehat adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan suhu berada di bawah suhu udara disekitarnya7. Jenis Lantai Rumah Di Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar Tahun 2015Jenis lantai rumah di kelurahan Purwaharja diketahui terdapat 379 rumah atau 94,8% yang memakai lantai kedap air dan sebanyak 21 rumah 5,2% masih menggunakan lantai tidak kedap air.Syarat rumah yang sehat, jenis lantai rumahnya yang penting tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Dari segi kesehatan, lantai ubin atau semen merupakan lantai yang baik. Apabila perilaku penghuni rumah tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan maka akan menyebabkan terjadinya penularan penyakit termasuk diare (Notoatmodjo, 2003) 8. Hubungan Antara Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare di Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar Tahun 2015Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square menunjukkan nilai P-value = 0,000 0,05 menunjukkan ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare di kelurahan Purwaharja, kecamatan Purwaharaja, Kota Banjar tahun 2015.Data penelitian menunjukkan responden yang telah memiliki jamban keluarga sebanyak 363 responden (90.8%), artinya 37 resonden (9,2%) belum memiliki jamban. Dari 363 responden penelitian yang memiliki jamban, terdapat 30 responden yang mengalami diare (8.3%). Sementara dari 37 responden yang belum memiliki jamban terdapat 15 responden yang mengalami diare (40.5%). Dengan belum memiliki jamban sendiri, dapat menyebabkan timbulnya kejadian diare pada responden yang dikarenakan kotoran tinja yang tidak terkubur rapat akan mengundang lalat maupun tikus, atau jika dibuang ke sungai atau kolam ikan yang akan berdampak terhadap kesehatan lingkungan.Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat vektor bertelur dan berkembangbiak.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahadi (2005) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare di Desa Panganjaran Kabupaten Kudus,yaitu sebanyak 68,7% penduduk telah memiliki jamban keluarga. Kejadian diare ini disebabkan karena sebanyak 22,1% tinja manusia dibuang di kebun atau pekarangan rumah.Penelitian lain yaitu Zubir et, al (2006) menyimpulkan bahwa selain sumber air minum, tempat pembuangan tinja juga merupakan sarana sanitasi yang penting dalam mempengaruhi kejadian diare. Membuang tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi dapat mencemari lingkungan pemukiman, tanah dan sumber air. Dari lingkungan yang tercemar tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, tidak mencuci tangan dengan sempurna setelah bekerja atau bermain di tanah (anak-anak), melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian diare. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Wibowo et.al (2004) disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara kejadian diare dengan tempat pembuangan tinja

B. Keterbatasan PenelitianMeskipun telah berhasil membuktikan hipotesis penelitian, namun peneliti merasakan adanya kelemahan-kelenahan dalam penelitian ini, yaitu :0. Adanya potensi bias diantaranya: Bias informasi, dimana responden tidak ingat akan kejadian diare dalam 6 bulan terakhir, responden tidak begitu mengetahui konstruksi septik tank yang dimiliki Bias wawancara. Kurangnya kemampuan pewawancara menggunakan bahasa responden, atau responden tidak bisa menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik0. Penelitian ini hanya menguji hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare. Masih banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare0. Pada penelitian ini hanya diperiksa kualitas fisik air, sementara untuk kasus diare yang lebih berperan adalah kualitas air dari segi mikrobiologisnya. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan mikrobiologis lebih mahal dan lama. 0. Air mineral yang dikonsumsi responden tidak diteliti lebih dalam mengenai sumber air mineral tersebut

57

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Kelurahan Purwaharja, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare di kelurahan Purwaharja kecamatan Purwaharaja Kota Banjar tahun 2015.

1. Saran 1. Bagi Dinas Kesehatana. Program pemicuan jamban sehat melalui STBM harus terus dilaksanakan sampai seluruh kota Banjar khususnya daerah Purwaharja mempunyai sanitasi dasar yang layak. b. Kerjasama dengan perusahaan minum daerah dan dinas pekerjaan umum untuk penyediaan air bersih dan sanitasi yang layak.2. Bagi PUSKESMASa. Mendorong kesadaran dan kemandirian masyrakat di wilayah kerja akan pentingnya sanitasi dasar yang sehat melalui pemicuan STBMb. Mendorong masyarakat untuk bergotong royong membuat, merawat, dan memanfaatkan MCK umum yang dibuat sebagai hasil pemicuan STBMc. Mendorong masyarakat dengan kondisi tempat tinggal yang terbatas untuk tetap memiliki sanitasi dasar yang layak melalui pembuatan septik tank komunal3. Bagi masyarakat Mendorong masyarakat untuk mengubah septik tank yang belum memenuhi syarat menjadi septik tank yang baik dan memenuhi syarat Mengadakan arisan jamban bagi masyarakat yang belum mempunyai jamban Memperhatikan kualitas air mineral yang dikonsumsi Memasak air sampai matang sebelum dikonsumsi4. Bagi peneliti lainMengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sama, namun dengan variabel yang lain dalam hubungannya kejadian diare. Variabel lain seperti perilaku, sarana air bersih, kualitas air bersih secara fisik maupun kimiawi, sumber air minum dan plesterisasi lantai rumah.

59

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2010. Baqi, SM Fuad Abdul. 2015. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim. Insan KamilBudiarto E. 2001. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Depkes RI. 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes RI Departemen Kesehatan Repuplik Indonesia. 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Jakarta. ___________________________________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, Jakarta. Laporan Nasional Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas).2013. Jakarta. Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Proverawati, Atikah, 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Nuha Medika, Yogyakarta. Puskesmas Purwaharja 1. 2014. Data Kasus Baru Penyakit Diare Kecamatan Purwaharja. Banjar. _____________________. 2014. Data Kepemilikan Jamban di Kecamatan Purwaharja. Banjar. Rahadi E B. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Diare di Desa 61Peganjaran Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Tahun 2005. (KTI) UMS. http://etd.library.ums.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptums- gdl-sl-2007-ekobagusra-9071. Surayatmaja S. 2007. Kapita Selekta Gastroentrologi. Jakarta: CV. Sagung Seto. Sutomo S. 1987. Supply and Diarrheal Disease in Rural Areas of Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 15 No. 2. 1987: 9 14. Timmreck CT. 2004. Epidemiologi suatu Pengantar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Wibowo T, Soenarto S & Pramono D. 2004. Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 20. No.1. Maret 2004: 41-48. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.

62

LAMPIRAN

Lampiran 1Kuisioner PenelitianHubungan Antara Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Diare Di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Tahun 2015

Tanggal Survei : A. Data RespondenNomor Responden : Alamat Responden : Nama Responden : Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. PerempuanUmur : ...........tahunPekerjaan : 1. PNS/ Pensiunan/ ABRI 2. Wiraswata3. Karyawan Swasta 4. Petani5. Ibu Rumah Tangga6. Buruh Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Tamat SD 2. Tamat SD3. Tamat SLTP4. Tamat SLTA 5. Sarjana 6. Lain-lain

63B. Kejadian Diare 1. Apakah anggota keluarga anda pernah terkena diare dalam enam bulan terakhir? a. Ya b. Tidak 2. Jika ya, apakah frekuensi BAB lebih dari 3 kali? a. Ya b. Tidak 3. Apakah konsistensi tinja cair (lembek) dengan atau tanpa lendir dan darah? a. Ya b. Tidak C. Sanitasi Lingkungan pada Sumber Air Minum 4. Apakah anda memiliki sarana air bersih? a. Ya b. Tidak

5. Jika Ya, apakah air bersih yang anda gunakan milik pribadi?

a. Ya b. Tidak 6. Apakah jenis Sumber air yang anda gunakan untuk memenuhi kebutuhan minum? a. PDAMb. Air Mineralc. Sumurd. Air hujan atau PAH Air Sungai

D. Sanitasi Lingkungan pada Kualitas Fisik Air Bersih 7. Apakah air bersih yang anda gunakan berbau? a. Ya b. Tidak8. Apakah air bersih yang anda gunakan berasa? a. Ya b. Tidak9. Apakah air bersih yang anda gunakan berwarna? a. Ya b. Tidak10. Apakah air yang anda gunakan keruh? a. Ya b. Tidak E. Sanitasi Lingkungan pada Kepemilikan Jamban? 11. Apakah anda memiliki jamban keluarga? a. Ya b. Tidak 12. Apakah semua penghuni rumah air besar di jamban keluarga? a. Ya b. TidakJika Tidak, di manakah anda buang air besar ............................. 13. Apakah jenis jamban yang anda gunakan sudah menggunakan lubang leher angsa? a. Ya b. Tidak 14. Apakah jamban anda selalu tertutup? a. Ya b. Tidak15. Apakah anda membersihkan jamban? a. Ya b. Tidak16. Apakah jamban anda dilengkapi dengan septik tank?a. Ya b. Tidak 17. Apakah dinding septik tank anda dipasang plester beton atau plester bata dan semen?a. Ya b. Tidak18. Jika pada jawaban nomer 16 atau 17 adalah tidak , apakah jarak tempat pembuangan tinja dengan sumur atau sumber air 10 m?a. Ya b. Tidak19. Apakah anda menguras septik tank secara teratur? (minimal 5 tahun sekali)a. Ya b. Tidak F. Sanitasi Lingkungan pada Jenis Lantai Rumah 20. Apakah jenis lantai yang anda gunakan kedap air (semen, ubin, keramik)? a. Ya b. Tidak21. Apakah lantai rumah anda dibersihkan setiap hari? a. Ya b. Tidak

Lampiran 2Output SPSSUsia

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid12.5.5.5

213734.234.234.8

326165.265.2100.0

Total400100.0100.0

Pekerjaan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidPNS/Pensiunan/ABRI5012.512.512.5

Wiraswasta5213.013.025.5

Karyawan Swasta143.53.529.0

Petani61.51.530.5

IRT24260.560.591.0

buruh369.09.0100.0

Total400100.0100.0

Pendidikan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidTidak tamat SD2.5.5.5

Tamat SD14636.536.537.0

Tamat SMP9022.522.559.5

Tamat SMA10726.826.886.2

Sarjana5313.213.299.5

lain-lain2.5.5100.0

Total400100.0100.0

Jenis Sumber Air Minum

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidPDAM4310.810.810.8

Air Mineral23258.058.068.8

Sumur12531.231.2100.0

Total400100.0100.0

Kualitas Fisik Air

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidMemenuhi syarat37694.094.094.0

Tidak memenuhi syarat246.06.0100.0

Total400100.0100.0

Kepemilikan Jamban

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidYa36390.890.890.8

Tidak379.29.2100.0

Total400100.0100.0

Kejadian Diare

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidDiare4511.211.211.2

Tidak diare35588.888.8100.0

Total400100.0100.0

Jamban Sehat

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidMemenuhi syarat27074.674.674.6

Tidak memenuhi syarat9225.425.4100.0

Total362100.0100.0

Jenis Lantai Rumah

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidYa37994.894.894.8

Tidak215.25.2100.0

Total400100.0100.0

Kepemilikan Jamban * Kejadian Diare Crosstabulation

Kejadian DiareTotal

diaretidak diare

Kepemilikan JambanyaCount30333363

% within Kepemilikan Jamban8.3%91.7%100.0%

% within Kejadian Diare66.7%93.8%90.8%

% of Total7.5%83.2%90.8%

tidakCount152237

% within Kepemilikan Jamban40.5%59.5%100.0%

% within Kejadian Diare33.3%6.2%9.2%

% of Total3.8%5.5%9.2%

TotalCount45355400

% within Kepemilikan Jamban11.2%88.8%100.0%

% within Kejadian Diare100.0%100.0%100.0%

% of Total11.2%88.8%100.0%

Chi-Square Testsd

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)Point Probability

Pearson Chi-Square35.034a1.000.000.000

Continuity Correctionb31.8761.000

Likelihood Ratio24.3661.000.000.000

Fisher's Exact Test.000.000

Linear-by-Linear Association34.946c1.000.000.000.000

N of Valid Cases400

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,16.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -5,912.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate.132

ln(Estimate)-2.024

Std. Error of ln(Estimate).385

Asymp. Sig. (2-sided).000

Asymp. 95% Confidence IntervalCommon Odds RatioLower Bound.062

Upper Bound.281

ln(Common Odds Ratio)Lower Bound-2.779

Upper Bound-1.269

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.