sph pencernaan endoderm

35
EMBRIOGENESIS TURUNAN ENDODERM MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Struktur Perkembangan Hewan II yang diampu oleh Dr. H. Abdul Ghofur M.Si dan Dra. Nursasi Handayani, M.Si Oleh Adelima Dyah K (130341603371) Endah Puspa R (130341603366) Nila Wahyuni (130341603392) Shafura Nida (130341614821) Zubhatul Hamidah (130341603376) S1 Pendidikan Biologi Offering A

Upload: khumairahnila

Post on 26-Dec-2015

167 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

organogenesis turunan endoderm

TRANSCRIPT

Page 1: SPH pencernaan endoderm

EMBRIOGENESIS TURUNAN ENDODERM

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah Struktur Perkembangan Hewan II

yang diampu oleh Dr. H. Abdul Ghofur M.Si dan Dra. Nursasi Handayani, M.Si

Oleh

Adelima Dyah K (130341603371)

Endah Puspa R (130341603366)

Nila Wahyuni (130341603392)

Shafura Nida (130341614821)

Zubhatul Hamidah (130341603376)

S1 Pendidikan Biologi

Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

NOVEMBER 2014

Page 2: SPH pencernaan endoderm

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kami

kelompok 5 dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengetahuan Lingkungan berupa

makalah yang berjudul “ORGANOGENESIS TURUNAN ENDODERM” dengan

tepat waktu. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen Pengetahuan Lingkungan

kami yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang

kami hadapi, sehingga kami merasa masih banyak kekurangan mengingat

kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami

harapkan demi menyempurnakan makalah ini dan pembuatan makalah kami

selanjutnya.

Malang, 15 November 2014

Penulis

Page 3: SPH pencernaan endoderm

DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan masalah……………………….………………………………...1

1.3 Tujuan .......................................................................................................1

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian Sumber Daya Alam................................................................2

2.2 Klasifikasi Sumber Daya Alam........................................……..………3

2.3 Sumber Daya Alam Nasional dan Lokal......………………………… .6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................13

3.2 Saran ......................................................................................................13

Daftar Pustaka ..........................................................................................................14

Page 4: SPH pencernaan endoderm

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organogenesis adalah suatu proses pembentukan organ yang berasal dari tiga

lapisan germinal embrio yang telah terbentuk terlebih dahulu pada tahap

gastrulasi. Masing- masing lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm akan

membentuk suatu bumbung yang akan berkembang menjadi sistem organ tertentu

yang berbeda namun berkaitan satu dengan yang lain. Pada organogenesis juga

terjadi tahap pertumbuhan akhir embrio yaitu penyelesaian secara halus bentuk

definitif menjadi ciri suatu individu.

Lapisan-lapisan tersebut berkembang menjadi turunan jaringan dan organ

masing-masing pada saat dewasa. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi

menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.

Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam

pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya: lapisan

mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam

pembentukan kelopak mata.

B. Rumusan Masalah

1. Organ-organ apa sajakah yang termasuk turununan endoderm ?

2. Bagaimana proses organogenesis pada turunan endoderm ?

3. Bagamanakah terjadinya kelainan pada organogenesis turunan endoderm ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui organ-organ yang termasuk turunan endoderm

Page 5: SPH pencernaan endoderm

2. Untuk mengetahui proses organogenesis pada turunan endoderm

3. Untuk mengetahui terjadinya kelainan pada organogenesis turunan

endoderm

BAB II

PEMBAHASAN

A. Saluran Pencernaan

1. Saluran Pencernaan Pada Vertebrata Tingkat Rendah

Arkenteron pada amfioksus dibatasi oleh presumtif endoderm,

presumtif mesoderm dan presumtif sel-sel notokord. Setelah notokord dan

mesoderm memisahkan diri dari endoderm, endoderm akan menutup celah di

bagian dorsal sehingga terbentuklah rongga, yang merupakan rongga saluran

pencernaan. Pada hewan-hewan dengan tipe pembelahan holoblastik seperti

pada amfibi, notokord dan mesoderm turut membentuk atap rongga saluran

pencernaan (Surjono dkk, 2001).

Rongga saluran pencernaan ini terdiri dari tiga bagian yang berbeda.

Pada bagian anterior, rongga membesar dan dibatasi oleh epitelium endoderm

yang tipis. Bagian ini disebut sebagai bagian foregut atau usus depan. Pada

bagian berikutnya, rongga saluran pencernaan menyempit. Pada bagian dorsal

dibatasi oleh epitel yang tipis, dan bagian ventral dibatasi oleh sel-sel yolk

yang berukuran besar, sehingga dinding ini cukup tebal. Bagian ini disebut

midgut atau usus tengah. Bagian paling posterior dari saluran pencernaan

disebut hindgut atau usus belakang. Bagian saluran pencernaan ini

berhubungan dengan blastopor (Surjono dkk, 2001).

Pada tahap neurula, dinding ventral usus depan mendatar dan sedikit

melipat ke arah atas. Dengan demikian, rongga terbagi menjadi dua kantung.

Kantung yang lebih besar, yang terletak di sebelah anterior, terletak tepat di

bawah otak, dan akan menjadi rongga mulut dan area brakial. Kantung di

Page 6: SPH pencernaan endoderm

bagian posterior yang berbatasan dengan sel-sel yolk pada usus tengah disebut

diverticulum hati, yang turut berperan dalam pembentukan lambung dan

duodenum (Surjono dkk, 2001).

Diverticulum hati membentuk invaginasi ke arah posteroventral sambil

menarik rudiment organ yang terletak di dinding usus depan (seperti rudiment

duodenum anterior, lambung dan esophagus). Rudiment organ ini kemudian

dibentuk ulang menjadi suatu tabung sempit. Bagian saluran pencernaan yang

terletak di depan rudiment lambung memanjang, lalu memipih kea rah

dorsoventral dan meluas kea rah samping. Sebagian besar rongga ini akan

menjadi faring. Dasar faring terangkat akibat pembentukan jantung dan sisi

lateral farings akan semakin meluas ke arah tepi dan membentuk kantung

farings (Surjono dkk, 2001).

Gambar 1. Perkembangan Organ Endoderm pada Triturus taeniatus dan tahap

neurula sampai larva yang berenang (Balinsky, 1970)

Page 7: SPH pencernaan endoderm

Bagian diverticulum hati di sisi posterior lambung membentuk rongga

yang cukup luas. Pada saat yang bersamaan, rongga di usus tengah dipenuhi

oleh sel-sel yolk, sehingga pada saat ini tidak ada rongga di usus tengah dang

rongga saluran penecernaan berakhir di diverticulum hati. Sel-sel yolk pada

usus tengah ini akan diresorbsi dan sel-sel yang tertinggal menyusun diri

disekeliling rongga yang baru terbentuk yang terentang kearah posterior

diverticulum hati. Diverticulum hati kemudian menyatu dengan saluran

pencernaan utama.

Pada saat usus tengah dipenuhi oleh sel-sel yolk, usus belakang tidak

kehilangan rongga, tetap ada sebagai rongga kloaka. Dinding dorsal usus

belakang memanjang ke arah rudiment ekor, membentuk saluran pencernaan

postanal. Saluran pencernaan postanal ini hanya ada untuk sesaat dan segera

menghilang. Pada amfibi, usus belakang juga turut membentuk kantung urin

dengan membentuk evaginasi ventral dari saluran pencernaan pada tahap

akhir larva.

2. Saluran pencernaan pada vertebrata tinggi

Pada aves tidak ditemukan adanya arkenteron, dan kalaupun ada,

rongga tersebut berukuran sangta kecil dan dndingnya bukanlah sel-sel

endoderm. Perkembangan saluran pencernaan dimulai dari selapis sel

endoderm yang berada di bawah lapisan ectoderm, dan mesoderm embrionik

pada blastodiskus. Lapisan sel endoderm ini terentang datar di atas kantung

yolk atau membentuk atap kantung yolk pada mamalia. Pada kedua hewan ini,

rongga saluran pencernaan dipisahkan dari rongga kantung yolk oleh proses

pelipatan.

Dalam proses pelipatan, bagian tengah lapisan endoderm tetap berada

di bawah notokord, sementara sisi-sisi lateral lapisan akan melekuk kearah

ventromedial dan akhirya menyatu di tengah. Permukaan dalam lipatan ini

menjadi dasar dari lapisan pencernaan, sementara permukaan luar lipatan

Page 8: SPH pencernaan endoderm

bersambung dengan lapisan endoderm kantung yolk. Pemisahan saluran

pencernaan dari kantung yolk dimulai dari ujung anterior embrio. Bagian

posterior dan lekukan endoderm ini membentuk saluran yang menjadi bagian

posterior saluran pencernaan amniota. Saluran ini dikenal sebagai usus

belakang (hind gut), walaupn saluran ini mirip dengan usus tengah pada

embrio amfibi. Antara usus depan dengan usus belakang, ada celah dimana

endoderm tidak menutup untuk membentuk saluran. Celah ini berfngsi untuk

menjaga hubungan dengan kantng yolk. Celah inilah yang dikenal sebagai

usus tengah (mid gut) pada amniota.

Gambar 2. Pembentukan system pencernaan manusia (A) 16 hari, (B) 18 hari, (C) 22

hari dan (D) 28 hari (Gilbert, 1997)

Page 9: SPH pencernaan endoderm

Tepi lipatan yang memisahkan usus depan dari kantung yolk

membentuk sebuah jembatan, yang dikenal sebagai porta usus depan. Tepi

yang mirip pada bagian anterior dari usus belakang disebut porta usus

belakang. Rongga antara kedua porta ini akan mengecil sampai sebesar tangki

yolk, untuk menghubungkan saluran pencernaan dengan kantung yolk.

Sejak awal, usus depan lebih besar daripada usus belakang dan pipih.

Seperti pada amfibi, sel-sel endoderm bagian anterior saluran pencernaan,

termasuk duodenum, hati, dan pankreas berasal dari usus depan. Mulut dan

farings dari usus depan mengembang untuk membentuk kantung farings.

Bagian posterior dari usus depan, berhubungan dengan esophagus, lambung

dan usus dari saluran pencernaan menjadi bundar pada sayatan melintang.

Ujung posterior dari usus belakang akan menjadi kloaka dan saluran

pencernaan post tanal, yang akan menghilang. Dinding ventral dari kloaka

akan membentuk divertikulum allantois. Pada mamalia yang lebih tiggi,

divertikulum allantois dibentuk cukup awal, sebagai pertumbuhan kantung

yolk di ujung posterior embrio. Kemudian diverticulum allantois menyatu

dengan bagian ventral dari usus tengah dan berposisi sama dengan pada

hewan-hewan yang lebih rendah.

Pada saat pembentukannya, usus depan dan usus belakang merupakan

diverticula biasa tanpa adanya bukaan di bagian anterior maupun posterior

saluran. Pembentukan mulut pada berbagai hewan sama, sedangkan

pembentukan bukaan anal dan kloaka berbeda. Pada hewan dengan

pembelahan holoblastik, blastopore hadir sebagai bukaan anal atau kloaka.

Pada hewan lain, anus dibentuk pada masa embrionik awal di dekat

blastopore. Pada hewan yang lebih tinggi, kloaka dibentuk oleh perforasi pada

dinding tubuh di ujung posterior usus belakang. Titik tempat perforasi ini

dapat dilihat pada tahap primitive streak yang terdapat di ujung posterior. Saat

primitive streak memendek terjad pemisahan lapisan menjadi tiga: ektoderm,

Page 10: SPH pencernaan endoderm

mesoderm, endoderm. Tetapi di ujug posterior lapisan ectoderm dan

endoderm tidak dipisahkan oleh mesoderm. Lapisan rangkap dua ini disebut

membrane kloaka. Membran kloaka akan menyatu ke dinding saluran

pencernaan saat saluran pencernaan terpisah dari kantung yolk. Sisi

ectodermal dari membrane kloaka yang mulanya berada di bagian dorsal akan

dibalik akibat pembentukan tunas ekor tepat di bagian anterior membrane

kloaka.

Bakal ekor akan memanjang kearah belakang dan usus belakang

membentuk diverticulum yang memasuki bakal ekor saluran pencernaan post

tanal. Akibatnya membrane kloaka terletak di dasar ekor dengan bagian

ectoderm menghadapa ke bawah. Bagian usus belakang yang berhubungan

dengan membrane kloaka membesar dan menjadi rudimen kloaka yang

membuka ke duktus mesonefrik. Ectoderm akan menipis di daerah membrane

kloaka, membentuk kloaka eksternal atau proktodeum. Membrane kloaka

memisahkan ronggan kloaka dari rongga proktodeum sampai fase akhir

perkembangan embrio tetapi akhirnya akan pecah sehingga terbentuk bukaan

saluran pencernaan kearah luar.

Gambar 3. Turunan-turunan endoderm. Diagram tabung usus (metenteron, gut)

beserta tonjolan-tonjolannya. (Oppenheimer, 1980)

Page 11: SPH pencernaan endoderm

Farings

Kantung farings embrionik langsung diubah menjadi farings dewasa. Pada

proses ini terjadi reduksi lumen. Faktor penting dalam perubahan ini adalah

pemisahan berbagai kantung dari bagian utama farings. Masa sel bermigrasi ke

sekeliling jaringan dan menginduksi diferensiasi.

Pasangan kantung faring pertama yang terdapat di antara lengkung

mandibular dan lengkung hyoid berhubungan dekat dengan ujung distal vesikula otik.

Kantung farings pertama ini tumbuh kearah samping menuju rongga timpani dari

telinga tengan dan saluran eustachius.

Pasangan kantung farings kedua menjadi sangat dangkal. Pada fetus akhir

tonsil fansial dibentuk oleh agregasi jaringan limfoid di dinding kantung farings dan

sisa kantung terdapat sebagai fosa supratonsil (Surjono dkk, 2001).

Dari dasar farings pada daerah penyempitan antara pasangan kantung farings

pertama dan kedua dibentuk suatu diverticulum di bagian tengah yang akan menjadi

kelenjar tiroid.

Pasangan kantung farings ke tiga dari keempat terlibat dalam pembentukan

kelenjar paratiroid, thymus dan badan post brankhial. Pada umumnya mamalia

terdapat dua pasang kelenjar paratiroid yang disebut paratiroid III dan IV karena

berasal dari kantung farings ke III dan IV. Primordial paratiroid ini kemudian

bermigrasi ke arah leher dan terletak berdekatan dengan tiroid. Paratiroid IV sebgian

tertanam pada kelenjar tiroid, paratiroid III bermigrasi ke posisi kaudal paratiroid IV.

Thymus pada mamalia, berasal dari bagian paling ventral kantung farings ke

III dank e IV. Pada mamalia tingkat tinggi primordium thymus berasal dari kantung

farings ke III yang diisi oleh mesenkim, tetapi disarafi oleh serabut otonom yang

berperan dlam fungsi gabungan neural dan imun.

Page 12: SPH pencernaan endoderm

Gambar 4. Pembentukan primordial kelenjar dari kantung faring. Akhir dari kantung

faring pertama menjadi rongga timpani dari telinga tengah. Perkembangan pankreas

manusia (Gilbert, 2010)

Badan postbranchial (ultimobrankhial) struktur yang diduga berasal dari pial neural,

menghasilkan hormone polipeptida, kalsionin, yang berperan utnuk mereduksi

konsentrasi kalsium dalam darah. Aktivitas hormon ini berperan untuk menghambat

fungsi hormone paratiroid, menyebabkan peningkatan kadar kalsium darah. Pada

perkembangan mamalia, sel badan postbranchial yang menghasilkan kalsitonin

bergabung dalam kelenjar tiroid (Surjono dkk, 2001).

Pankreas

Pankreas yang terbentuk pada waktu yang hampir bersamaan dengan hati,

pankreas berasal dari dua primordial yang terpisah lalu berfusi. Satu primordium

berasal dari dorsal, langsung dari endoderm duodenum yang lain berasal dari bagian

ventral dari endoderm diverticulum hepatic. Bila duodenum berotasi tunas pankreas

ventral terbawa ke mesenterium dorsal dan berfusi dengan pankreas dorsal.

Page 13: SPH pencernaan endoderm

Seperti kelenjar ludah, dan organ lain yang tunasnya berasal dari saluran

pencernaan pankreas berasal dari sel-sel endoderm dan dikelilingi oleh mesenkim.

Pada saluran pencernaan awal dibentuk populasi sel yang akan menjadi pankreas .

Epitel kelenjar pankreas dibentuk dari pertunasan berulang pita-pita sel di

primordium pancreas (Surjono dkk, 2001)

Pankreas dewasa merupakan organ ganda, terdiri dari bagian eksokrin dan

endokrin yang kemudian membentuk kelompok kecil sel-sel sekretori, pulau-pulau

Langerhans yang tersebar di antara asinus bagian eksokrin. Sel-sel asinar, sel-sel

sekretori utama bagian eksokrin pankreas , menghasilkan berbagai enzim pencernaan

yang dibawa ke dalam usus kecil melalui system duktus. Pulau-pulau Langerhans

terdiri dari berbagai mecam sel, terutama adalah sel-sel ɑ yang mensekresikan

glukagon dan sel-sel ß yang mensekresikan insulin. Hormon-hormon ini disekresikan

langsung ke dalam kapiler-kapiler yang menyediakan darah untuk pulau-pulau

Langerhans. Insulin menurunkan dan glukagon meningkatkan kadar glukagon darah.

Pada pankreas yang sedang berkembang, terdapat hubungan yang erat antara

morfogenesis dan sintesis protein sekretori spesifik. Ada beberapa tahap maturasi.

Tahap pertama berupa pertumbuhan populasi sel-sel pankreas primordial. Transisi

menuju tahap kedua ditandai dengan terbentuknya diverticulum pankreas . Tahap ini

ditandai dengan disintesisnya berbagai enzim hidrolitik dengan kadar yang rendah

oleh sel-sel eksokrin, dan disintesisnya insulin berkadar rendah dan glukagon

berkadar tinggi oleh sel-sel endokrin. Selama tahap ini sel-sel mesenkim membentuk

hubungan yang dekat dengan sel-sel epitel tunas. Tahap ketiga melibatkan

pembentukan mekanisme sintesis protein dan sekresi oleh sel-sel asinar dan suatu

peningkatan sintesis enzim-enzim pencernaan. Pada saat yang sama, pulau-pulau

Langerhans dibentuk dari pertunasan sel-sel asiner. Sel ɑ dan sel ß membentuk

sejumlah besar granula sekretori yang mengandung gluagon dan insulin, dan

sejumlah hormon yang baru disintesis memasuki sirkulasi fetus (Surjono dkk, 2001).

Page 14: SPH pencernaan endoderm

Gambar 5. Perkembangan pankreas pada manusia. (A) usia 30 hari, (B) usia 35 hari,

(C) minggu ke 6, (D) organ dewasa (Gilbert, 1997)

Hati

Pembentukan hati sebagai evaginasi kearah ventral dari endoderm di antara bakal

lambung dan duodenum. Tonjolan endoderm tersebut dilapisi oleh mesenkim dan

mesoderm splanknik. Tunas hati kemudian bercabang–cabang membentuk hati,

percabangan bagian distal membentuk sel-sel parenkim sekretori, bagian proksimal

membentuk sel-sel duktus hepatikus.

Sel-sel hati parenkim dan sel-sel duktus hepatikus terbentuk dari endoderm

Jaringan-jaringan lain dari hati dibentuk oleh mesenkim dan mesoderm

splanknik

Dari bagian akar tunas hati timbul tonjolan yang lain, yaitu tunas kantung

empedu

Di awal perkembangan, dibenuk di ventrikulum hepatik dari dasar usus depan

yang menonjol ke dalam mesenkim septum transversum. Pertumbuhan awal

hepatik ini merupakan morfologi awal hepatik ini dari serangkaian proses induksi

yang dimulai pada tahap embrionik awal. Di ventrikulum tersebut akan

berdiverensiasi menjadi berbagai struktur (Surjono dkk, 2001)

Page 15: SPH pencernaan endoderm

Gambar 6. Perkembangan hati dan pankreas manusia. A. Stadium sangat

awal. B. Stadium lanjut. C. Posisi kantung empedu dan duktus pankreas, dan

fusi kedua bagian pankreas menjadi pankreas tunggal (Majumdar, 1985).

Selain mesenkim septum transversum, mesenkim yang berasal dari komponen

slanknopleura atau somatopleura mesoderm lateral mampu mendukung pertumbuhan

dan diferensiasi hepatik. Sebaliknya, mesoderm aksial hanya sedikit berperan dalam

perkembangan endoderm hepatik. Bagian distal pita-pita sel hati tumbuh ke dalam

tubulus sekretori hati, dan bagaian proksimal membentuk duktus hepatikus. Pelebaran

suatu bagian duktus hepatikus membentuk primordium kantung empedu. Dekat

saluran pencernaan terjadi pertumbuhan kelompok sel lain yang membentuk

primordium ventral pankreas.

Percabangan tubulus ke arah distal berperan aktif membentuk bagian sekresi

hati. Pembentukan unit sekeresi hati ini cukup khas. Tubulus hepatik tidak

terbungkus rapat oleh jaringan ikat seperti yang terjadi pada kelenjar mampat. Sedikit

jaringan ikat dibentuk diantara tubulus-tubulus hepatik, dan celah-celah tubulus diisi

oleh kapiler-kapiler yang disebut sinusoid.

Perkembangan hati dan tunas endodermal awal menjadi bentuk yang dewasa

melibatkan tidak hanya peningkatan kompleksitas masa dan struktur, tetapi juga jalur-

jalur metabolik yang memungkinkan hati melaksanakkan fusngsinya pada kehidupan

postnatal. Fungsi utama hati adalah sintesis dan penyimpanan glikogen, yang

berperan sebagai penyedia karbohidrat untuk seluruh tubuh. Hati embrionik,

Page 16: SPH pencernaan endoderm

khususnya selama periode akhir, aktif menyimpan glikogen, dan pada mamalia fungsi

ini dikontrol oleh hormon steroid adenokortikal dan dipengaruhi oleh hipofisa.

Sintesis enzim yang terlibat dalam sintesis urea dari metabolit yang mengandung

nitrogen makin jelas pada hati fetus dan mencapai fungsinya yang sempurna ketika

hewan tersebut akan dilahirkan. Hati embrionik juga berperan sebagai tempat awal

pembentukan sel darah.

Aktivitas sintesis pada hati postnatal dilakukan oleh adaptasi sistem vaskuler,

yaitu vena porta. Vena porta adalah vena yang dibentuk oleh sekumpulan vena kecil

dan kapiler-kapiler sepanjang saluran intestin, dan akan bercabang menjadi kapiler-

kapiler di dalam substansi parenkim hati. Dengan dibentuknya hal ini hati postnatal

merupakan organ pertama yang menerima darah kaya protein, karbohidrat, dan

metabolik lemak yang diserap melalui dinding intestin. Dalam kehidupan embrionik

makanan tidak dibawa melalui vena porta karena saluran pencernaan tidak berfungsi

untuk nutrisi. Vena umbilikus, yang berasal dari plasenta membawa zat makanan dari

darah maternal ke hati dan masuk ke kapiler hepatik (Surjono dkk, 2001).

Gambar 7. Interaksi jaringan dalam morfogenesis komponen endodermal dari

hati (dikutip dari Carlson, 1988)

Page 17: SPH pencernaan endoderm

B. Sistem Pernapasan

Sistem pernafasan merupakan sistem yang berasal dari lapisan germinal

endoderm. Paru-paru merupakan turunan dari sistem pencernaan, yang berasal

dari evaginasi saluran pencernaan saluran pencernaan didaerah usus depan.

1. Pembentukan trakea

Dibagian tengah dasar farings, antara pasangan kantung farings, terbentuk

lekuk laringotrakea. Lekuk ini muncul pada embrio 4 mm dibagian posterior,

wilayah frings. Sementara lekuk memanjang kearah ventral, terjadi penyempitan

didaerah yang berbatsan dengan saluran pencernaan. Kemudian terbentuk sebagai

divertikulum yang terpisah, divertikulum tumbuh ke arah kaudal sebagai trakea yang

terletak disisi ventral dan sejajar dengan esofagos. Pada embrio dengan bagian

posterior farings yang akan menjadi glottis dan dengan bagian trakea embrionik yang

sedikit membesar dikaudal glottis, yaitu bakal larings. Bagian epitel dari trakea

berasal dari endoderm usus depan, sedangkan rawan, jaringan ikat dan otot

disekitarnya bearsal dari sel mesenkim (Surjono dkk, 2001).

2. Pembentukan bronki dan paru-paru

Trakea membentuk dua cabang diujung kaudalnya untuk membentuk dua

tunas paru-paru. kedua tunas paru- paru ini terus tumbuh dan bercabang sehingga

membentuk percabangan bronchial dari paru-paru. Pola pertunasan dari percabangan

bronchial merupakan hasil dari induksi terus-menerus oleh mesoderm

disekelilingnya.

Bagian ujung dari percabangan tempat terjadinya proliferasi sel yang aktif

akan berbentuk struktur bulbus. Diakhir perkembangan bagian ujung dari tunas

bronchial akan lebih membesar, epiteliumnya menipis secara drastis dan kemudian

memebentuk kantung udara (alveolus). Jaringan ikat pada paru-paru berasal dari

mesenkim yang berkumpul disekitar tunas endoderm selama perkembangannya.

Endoderm hanya membentuk lapisan epitel pada bronki, kelenjar-kelenjarnya dan

Page 18: SPH pencernaan endoderm

pada alveolus. Pleura yang membungkus paru-paru berasal dari mesoderm splanknik

yang tergolong oleh tunas paru-paru selama pertumbuhannya (Surjono dkk, 2001).

Pada saat embrio, paru-paru berada pada bagian dorsal jantung. Pada tahap

yang lebih lanjut paru-paru bergerak kearah kaudal, paru-paru terletak dibagian

dorsal dari jantung dan hati. Perpindahan jantung ke rongga dada terjadi berhubungan

dengan terpisahnya coelom primitif untuk membentuk rongga dewasa.

Paru-paru harus mempersiapkan diri agar dapat berfungsi dengan sempurna

pada saat organism mengambil nafas pertama. Dalam beberapa saat, paru-paru harus

bertransformasi dan organ yang terisi cairan menjadi organ yang berisi udara.untuk

itu, sel-sel alveoli mensekresikan surfaktan paru-paru ke cairan yang ada pada paru-

paru. Surfaktan mengandung fosfolipid seperti sphingomyelin dan lecitin. Biasanya

mencapai tingkat fungsional pada sekitar minggu ke-34 kehamilan manusia.

Surfaktan ini berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan cairan didalam

alveolus. Hal ini akan memudahkan alveolus untuk tetap mengembang dengan usaha

minimal untuk bernafas. Oleh karena itu bayi yang lahir premature akan mengalami

kesulitan bernapas dan harus menggunakan respirator sampai sel-sel yang

memproduksi surfaktan berfungsi sempurna (Surjono, 2001).

Bayi yang berukuran 1/25 orang dewasa mempunyai diameter saluran

pernafasan ¼ - 1/3 kali diameter saluran pernafasan orang dewasa. Pada saat lahir,

paru-paru bayi masih dipenuhi dengan cairan, yang harus dihilangkan dengan

dorongan mekanis pada waktu dilahirkan dan dengan penyerapan oleh pembuluh

darah dan limfe di paru-paru. Jika bayi yang baru lahir mampu mengambil nafas

pertama, peredaran darah didalam paru-paru akan berubah menjadi peredaran darah

postnatal dengan tertutupnya duktus arteriosus dan pola pernafasan normal segera

terbentuk.

Page 19: SPH pencernaan endoderm

Gambar 8. Perkembangan sistem respirasi manusia. A, tahap tunas paru-paru

pada embrio 4 minggu; B, tahap lanjut; C, paru-paru kecil yang terbentuk

melalui percabangan yang berulang-ulang dari bumbung endoderm untuk

membentuk cabang-cabang bronkial dan alveoli, pada embrio 7 minggu. D,

sekelompok alveoli dari paru-paru dewasa. E, dinding alveolus ari paru-paru

dewasa (Majumdar, 1985)

Gambar 9. Diagram memperhatikan perkembangan bronki utama pada paru-paru

manusia (Carlson, 1988)

Page 20: SPH pencernaan endoderm

C. Kelainan dan gangguan pada proses organogenesis turunan endoderm

1. Atresia Ani

Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak ada

dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani

adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal. Atresia

ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi

anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz,2002). Atresia ani merupakan

kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna,

2003). Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal

anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2001). Atresia ani atau anus

imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian

endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus

tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun

tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, atresia ani adalah kelainan kongenital

dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi

gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.

Kelainan Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi

lahir tanpa lubang dubur.

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3

bulan

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah

usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara

minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

4. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara

komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari

tonjolan embrionik.

Page 21: SPH pencernaan endoderm

Gambar 10. Kelainan Atresia ani

Sumber : http://nursingsyarifhidayatullah.blogspot.com

2. Atresia Esophagus

Atresia berarti buntu, atresia esophagus adalah suatu keadaan tidak adanya

lubang atau muara (buntu), pada esophagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia

esophagus ujung esophagus buntu, sedangkan pada 1/4 – 1/3 kasus lainnya

esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut

sebagai atresia esophagus dengan fistula). Atresia esophagus adalah sekelompok

kelainan congenital yang mencangkup gangguan kontinuitas esophagus disertai

atau tanpa adanya hubungan trakea.

Atresia esoofagus adalah esophagus (kerongkongan) yang tidak terbentuk

secara sempurna. Pada atresia esophagus, kerongkongan menyempit atau buntu;

tidak tersambung dengan lambung. Kebanyakan Bayi yang menderita atresia

esophagus juga memiliki fistula trakeoesofageal (suatu hubungan abnormal antara

kerongkongan dan trakea/pipa udara).

Etiologi atresia esophagus merupakan multifaktorial dan masih belum

diketahui dengan jelas. Atresia esophagus merupakan suatu kelainan bawaan pada

saluran pencernaan. Terdapat beberapa jenis atresia, tetapi yang sering ditemukan

adalah kerongkongan yang buntu dan tidak tersambung dengan kerongkongan

bagian bawah serta lambung. Atresia esophagus dan fistula ditemukan pada 2-3

dari 10.000 bayi. Atresia esofagus dengan fistula distal akibat dari invaginasi

Page 22: SPH pencernaan endoderm

ventral yang berlebihan pada lipatan faringo-esofagus, yang menyebabkan

kantung esofagus bagian atas mencegah lipatan cranial yang menuju ke bawah ke

lipatan ventral. Untuk itu, sambungan dipasangkan antara esofagus dan trakea.

Gambar 11. Kelainan Atresia esophagus

Sumber : fornewyou.com

Page 23: SPH pencernaan endoderm

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Page 24: SPH pencernaan endoderm

KAJIAN PUSTAKA

Balinsky, B.I. 1970. An Introduction to Embryology. W.B. Saunder Company, London.

Betz, Cecily L.2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.Edisi 3.Jakarta : EGC.

Carlson, B.M. 1988. Patten’s Foundations of Embryology. 5th edition. New York: McGraw

Hill Book Company.

fornewyou.com

http://nursingsyarifhidayatullah.blogspot.com