ktik riset

22
1. Pengertian Tuberkulosis pada anak Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberkulosis primer biasanya dimulai secara perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia dewasa. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis ( jarang oleh Mycobacterium avium ). Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang bersuhu 60 0 selama 15-20 menit. Fraksi basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel

Upload: muzefunkyou

Post on 06-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

gfhj

TRANSCRIPT

Page 1: ktik riset

1. Pengertian Tuberkulosis pada anak

Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan

merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberkulosis primer biasanya dimulai secara

perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang

terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-

tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin

dan setepat-tepatnya dapat timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia

dewasa.

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis ( jarang oleh Mycobacterium

avium ). Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam

keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang bersuhu 600 selama 15-20 menit.

Fraksi basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya

menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab untuk terjadinya

fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkul. Basil tuberkulosis tidak

membentuk toksin.

Penularan tuberkulosis umumnya melalui udara hingga sebagaian besar fokus

primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral

jika meminum susu yang mengandung basil tuberkulosis bovis. Ada mikobakterium

lain yakni Mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai

tuberkulosis.

2. Patogenesis dan Patologi

Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan

penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta

daya tahan tubuh manusia. Sebagian besar ( 95 %) infeksi primer terjadi di dalam

Page 2: ktik riset

paru.hal ini disebakan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga

karena jaringan paru mudah terkena infeksi tuberkulosis. Basil tuberkulosis masuk ke

dalam paru melalui udara dan dengan masuknya basil tuberkulosis maka terjadi

eksudasi dan konsolidasi yang terbatas, disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan

menyebar dengan cepat malalui saluran getah bening menuju kelenjar regional yang

kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi.

Fokus primer, limfangitis, dan kelenjar getah bening regional yang membesar

membentuk kompleks primer. Kompleks primer terjadi 2-10 minggu ( 6-8 minggu )

pascainfeksi. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer maka terjadilah

hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui dengan uji

tuberkulin. Waktu antara terjadinya infeksi sampai terbentknya kompleks primer

disebut masa inkubasi.

Pada anak, lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer dekat pleura.

Lebih banyak terjadi dilapangan bawah paru dibanding dengan lapangan atas.Pada

orang dewasa lapangan atas paru merupakan prediksi. Pembesaran kelenjar regional

lebih banyak terdapat pada anak dibandingkan pada orang dewasa. Pada anak

penyembuhan terutama kearah klasifikasi sedangkan pada dewasa kearah fibrosis.

Penyebaran hematogen lebih banyak terjadi pada bayi dan anak kecil.

Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, akan tetapi sebagian menyebar lebih

lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Juga dapat meluas kedalam jaringan paru

sendiri. Basil tuberkulosis dapat langsung masuk kedalam aliran darah atau melalui

kelenjar getah bening. Di dalam aliran darah basil tuberkulosis dapat mati, tetapi

dapat pula berkembang terus ; hal ini bergantung kepada keaaan pasien serta virulensi

kuman. Melalui aliran darah basil dapat mencapi alat tubuh lain seperti paru, selaput

otak, tulang, hati, ginjal dan lain-lainnya. Dalam alat tubuh tersebut basil tuberkulosis

Page 3: ktik riset

dapat segera menimbulkan penyakit, tetapi dapat juga tenang dahulu kemudian

setelah beberapa waktu menimbulkan penyakit atau tidak pernah menimbulkan

penyakit sama sekali.

Sebagian besar komplikasi tuberkulosis primer trejadi dalam 12 bulan setelah

terjadinya penyakit. Penyebaran hematogen atau milier dan menngitis biasanya terjadi

dalam 4 bulan, jarang terjadi sebelum 3-4 minggu setelah terbentuknya kompleks

primer. Efusi pleura dapat terjadi dal 6-12 bulan setelah kompleks primer. Komplikasi

pada tulang dan kelenjar getah bening permukaan ( superfisial ) dapat terjadi akibat

penyebaran hematogen dalam 6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer. Tetapi

dapat juga terjadi setelah 6-18 bulan. Komplikasi pada traktus urogenetalis dapat

terjadi setelah bertahun-tahun

Menurut Wallgreen, komplikasi berupa penyebaran milier dan meningitis

tuberkulosis dapat terjadi dalm 3 bulan ; pleuritis dan bronkogen dalam 6 bulan, dan

tuberkulosis tulang dalam 1-5 tahun setelah terbentuknya kompleks primer.

Pembesaran kelenjar getah bening yang terkena infeksi dapat menyebabkan

atelektasis karena menekan bronkus hingga tampak sebagai perselubungan segmen

atau lobus; seering pada lobus paru kanan. Selain akibat tekanan kelenjar getah bening

yang menyebar ateletaksis dapat juga terjadi karena kontriksi bronkus pada

tuberkulosis dinding bronkus; tuberkuloma dalam lapisan otot bronkus atau sumbatan

oleh gumpalan kiju didalam lumen bronkus. Pembesaran kelenjar getah bening selain

menyebabkan atelektasis karena penekanan, dapat juga membungkus bronkus

kemudian pecah dan menyebabkan penyebaran bronkogen. Lesi tuberkulosis biasanya

sembuh sebagai proses resolusi, fibrosis dan atau klasifikasi.

Tiga macam penyebaran patogen pada tuberkulosis anak

Page 4: ktik riset

1. Penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul gejala atau tanpa

gejala klinis.

2. Penyebaran hematogen umum, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan

menimbulkan gejala akut; kadang-kadang kronis.

3. Penyebaran hemataogen berulang-ulang.

Penyebaran bronkogen. Terjadinya kompleks primer bila hasil tuberkulosis pada afek

primer melalui perjalanan limfe bersarang dikelenjar getah bening regional. Dari sisni

basil tuberkulosis mencapai kelenjar getah bening endotorakal, yang kemudian membesar

dan dapaat terjadi perkijuan. Kelenjar-kelenjar yang membesar tersebut akan membuat

perlekatan pada dinding bronkus kemudian lambat laun merusak dindingnya dan

menembus kedalam liang bronkus. Menurut Time Table Wallgreen , perforasi bronkus

biasanya terajdi 6 bulan pertama setelah kompleks primer terbentuk. Didiga peneybaran

bronkogen prognosisnya buruk. Menurut kepustakaan pada permulaan abad XX dari 144

kasus hanya 9 yang hidup. Untuk menentukan kelainan tersebut dapat dilihat dari foto

rontgen. Kemudian hanya dapat dijumpai adalah :

1. Bila lubang forasi kecil, dan masa kiju yang masuk kedalam liang bronkus mengalir

sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan, maka masa kiju dapat dikeluarkan dengan

batuk tanpa didapat gejala klinis.

2. Kelenjar getah bening yang membesar, menekan bronkus sehingga lumen bronkus

menyempit. Bila porforasi terjadi dengan lubang besar maka masa kiju dengan jumlah

besar akan masuk kedalam liang bronkus yang sudah menyempit dan dapat

mengakibatkan penutupan total liang bronkus tersebut sehingga terjadi atelektasis.

3. Bila kiju tidak mengakibatkan sumbatan total pada liang bronkus dapat tejadi

bronkostenosis. Udara pernapasan tidak dapat dikeluarkan pada waktu ekspirasi

Page 5: ktik riset

sehingga lambat laun akan terjadi ventilstenosis yang akan mengakibatkan pelebaran

alveolus sampai akhirnya alveolus akan pecah.

4. Bila masa kiju diaspirasi retrograd, terjadi sarang-sarang bronkopneumonia yang baru

disamping atelektasis. Bila masa kiju mengandung banyak basil, akan terjadi sarang-

sarang infiltrat besar dan menyebar kebagian paru lain.

Dari uraian tersebut dapat dimengerti bahwa penyebaran bronkogen dapat

mengakibatkan sarang-sarang bronkopneumonia dan atelektasis kecil yang tidak

menimbulkan gejala pada perkusi dan auskultasi demikian pula gejala klinis seperti

batuk dan sesak napas. Bila sarang-sarang lebih besar maka anak akan tampak lebih

sakit sesak napas,kadang-kadang terdapat batuk ringan ; diagnosis hanya dapat dibuat

dengan foto rontgen yang menunjukkan adanya sarang-saarang infiltrat tersebar

diseluruh paru kanan dan kiri, infiltratnya kasar, dan penyebaran tidak teratur

( berbeda dengan tuberkulosis / miliaris).

Perforasi bronkus ini sekarang dapat dilihat jelas dengan bronkoskopis ( dahulu

hanya dapat diketahui setelah dilakukan otopsi). Menurut kepustakaan bahwa batuk

pada perforasi bronkus mempunyai sifat lain ialah sebagi batuk rangsang sehingga

batuknya terus menerus. Kadang batuknya bitonal terdengar sebagi dua suara batuk.

Ini terutama didapat bila sebelum perforasi, kelenjar menekan bronkus sehingga

didapat stenosis bronkus lebih dahulu. Kadag-kadang batuknya seperti batuk rejan.

Bila pada perforasi kiju dalam jumlah besar menyumbat bronkus maka akan didapat

gejala penyumbatan bronkus total sehingga anak menderita kehilangan oksigen akut,

dan berusaha mandapatkan sebanyak mungkin udara dan terdengar hamir seperti

serangan asma dengan espirium berbunyi. Demam tubuh dikatakan bersifat 3 macam

ialah dapat suhu tinggi sebelum perforasi dan tetap setinggi setelah atau dapat suhu

badan normal tetapi setelah perforasi naik. Kebanyakan perforasi berlangsung tanpa

Page 6: ktik riset

gejala. Dibagian IKA RSCM Jakarta tidak didapatkan gejala yang mencolok, kadang

anak hanya kelihatan sakit berat dan paru pada foto rontgen ditemukan sarang

penyebaran bronkogen.

3. Prognosis

Prognosis dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, beberapa lama telah

menderta infeksi, luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi kelurga,

diagnosis dini, pengobatan edekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis,

diare yang berulang-ulang dan lain sebagainya.

4. Pencegahan

Vaksinasi BCG. Pemberian BCG meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

oleh basil tuberkulosis yang virulen. Imunitas timbul 6- 8 minggu setelah pemberian

BCG,tetapi imunisasi yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi

superinfeksi meskipun biasanya tida progresif dan menimbulkan komplikasi yang

berat. BCG diberikan pada anak dengan uji tuberkulin ulang dan bila masih negatif

dianjurkan untuk mengulangi BCG. Pemberian BCG sekarang tanpa dilakukan uji

tuberkulin dahulu ; cara ini menghemat biaya dan dapat mencakup lebih banyak anak.

Kemoprofilaksis. Sebagai kemoprofilaksis diberikan INH dengan dosis 10 mg /kg

BB/hari selama 1 tahun. Kemoprofilaksis primer diberikan untuk mencegah terjadinya

infeksi pada anak dengan kontak tuberkulosis dan uji tuberkulin masih negatif yang

berarti belum terkena infeksi atau masih dalam masa inkubasi. Kemoprofilaksis

sekunder diberikan untuk mencegah berkembangnya infeksi menjadi penyakit ;

misalnya pada anak berumur kurang dari 5 tahun dengan uji tuberkulin positif tanpa

kelaianan radiologis paru dan pada anak dengan konversi uji tuberkulin tanpa

kelainan radiologis paru. Juga diberikan pada anak dengan uji tuberkulin positif tanpa

ada kelainan radiologis paru atau yang telah sembuh dari tuberkulosis tetapi mendapat

Page 7: ktik riset

pengobatan dengan kortikostreroid yang lama, menderita morbili atau pertusis,

mendapat vaksin virus misalnya vaksin morbili atau pada masa akil balik.

Kemoprofilaksis primer diberikan pula pada konversi uji tuberkulin dari negatif

menjadi positif dalam waktu 12 bulan tanpa kelainan klinis dan radiologis.

5. Gambaran klinis.

Sekarang digunakan klasifikasi yang membagi tuberkulosis menjadai 2

stadium :

1. Tuberkulosis primer, yang merupakan kompleks primer dan komplikasi.

2. Tuberkulosis pasca primer.

Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit

mulai secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa

gejala atau keluhan, dan dengan uji tuberkulin secara rutin dapat ditemukan penyakit

tersebut. Gejala tuberkulosis primer dapat berupa demam yang naik turun selam 1-2

minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinik tuberkulosis primer ialah

demam, batuk, anoreksia, dan BB menurun (atau sulit naik) kadang dijumpai demam

yang menyerupai tifus abdominalis sebagai penyebab demam. Gejala kadang seperti

bronkopneumonia, maka jika pasien yang tersangka bronkopneumonia dan telah

mendapatkan pengobatan untuk bronkopneumonia tidak menunjukkan perbaikan

harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis. Gambaran klinik lainnya sesuai dengan

organ tubuh yang terkena. Walaupun menurut gambaran klinik pada tuberkulosis pada

anak dapat dijumpai berbagai kelainan sesuai organ tubuh yang terkena, tetapi pada

umumnya jika menjumpai anak denagn demam naik turun dan lama, dengan atau

tanpa batuk pilek, anoreksia, BB sukar naik atau bahkan menurun maka perlu

dipikirkan kemungkinan anak menderita penyakit tuberkulosis. Pasien memerlukan

pemeriksaan lebih lanjut.

Page 8: ktik riset

6. Pemeriksaan diagnostik

Uji tuberkulin. Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam

menegakkan diagnosis tuberkulosis. Uji tuberkulin penting pada anak kecil jika

diketahui adanya konversi dari negatif. Pada anak dibawah umur 5 tahun dengan uji

tuberkulin positif, proses tuberkulosis biasanya masih aktif meskipun tidak

menunjukkan kelainan klinis dan radiologis, juga bila terdapat konversi uji tuberkulin.

Uji tuberkulin dilakukan berdasarkan timbulnya hipersensitivitas terhadap

tuberkuloprotein karena adanya infeksi.

Ada beberapa cara untuk uji tuberkulin ini, yang dipakai luas adalah cara mantoux

dengan suntikan intakutan. Cara ini yang digunakan karena jumlah tuberkulin yang

dimasukkan dapat diketahui banyaknya.

Pembacaan tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter

melintang dari indurasi yang terjadi. Tuberkulin yang bisa dipai ialah old tuberculin

( OT ) dan Purifiet Protein Derivative Tuberculin ( PPD ). Pengenceran OT dan PPD

yang biasanya digunakan ialah : dosis baku tuberkulin uji mantoux ialah 0,1 ml PPD -

RT 23 -2 TU atau OT 1/2.000 yang disuntikkan intakutan. Hasil dianggap positif bila

terdapat indurasi dengan 5 mm ke atas. Bila 4 mm negatif ; 5-9 mm masih dianggap

meragukan, tetapi jika 10 mm ke atas jelas positif. Untuk memastikan bahwa betul

negatif bila dengan PPD atau OT seperti yang telah disebutkan tadi setelah diulang

dengan PPD – RT 100 TU atau 1/100 dan hasilnya tetap negatif. Ulangan dengan

PPD- RT 23 100 TU atau OT 1/100 dilakukan juga bila pada uji pertama negatif

sedangkan pasien nyata-nyata ada kontak dengan pasien tuberkulosis aktif, keadaan

umum jelek dan ada anergi.

Diindonesia uji tuberkulin dengan OT 1/100 atau PPD- R 23 100 TU

dikerjakan rutin bila dengan OT 1/2000 atau PPD – RT 2 TU atau PPD – S 5 TU

Page 9: ktik riset

negatif. Uji tuberkulin dilakukan rutin dan jika negatif diulang lagi setelah 6-12 bulan

untuk menentukan tuberkulosis secara dini.

Penyuntikan BCG akan menyebabkan konversi uji tuberkulin sehingga dapat

mengacaukan penilaian uji tuberkulin. Bila anak telah mendapat BCG kemudian

dilakukan uji tuberkulin dengan PPD-RT 23 2 TU/PPD-S 5 TU atau OT 1/2000

menimbulkan indurasi >15 mm, harus dicurigai super infeksi tuberkulosis. Bila BCG

diberikan pada masa neonatus, setelah 1 tahun hanya 10 % yang mempunyai reaksi

dengan indurasi 5 mm atau lebih terdapat PPD-RT 23 2 TU/ PPD-S 5 TU dan tidak

ada bereaksi dengan indurasi 10 mm ke atas.

Pemeriksaan radiologis.

Pada anak dengan uji tuberkulin postif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin

dilakukan foto rontgen paru, dan bila pada indikasi lain untuk pembuatan foto rontgen

misalnya foto tulang punggung pada spondilitis. Untuk diagnosis tidak cukup hanya

pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan juga data klinis.

Pemeriksaan bakteriologis. Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan

diagnosis tuberkulosis, tetapi walaupun tidak ditemukannya tidak berarti tidak

menderita tuberkuloisi. Pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan secara rutin,

tetapi hanya bila dianggap perlu misalnya pada kelenjar getah bening, hepar,dan

sebagainya.

Uji BCG. Di indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin.

Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam

waktu < 7 hari setelah penyuntikan berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis, BCG

akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar ; oleh karena itu , reaksi

BCG dapat dijadikan alat diagnostik. Pada anak yang menderita malnutrisi/ KKP

Page 10: ktik riset

sering mengalami kesukaran untuk menentukan diagnosis tuberkulosis dengan uji

tuberkulin karena adanya rekasi alergi. Tetapi pada BCG tidak.

7. Penatalaksanaan medis

Pengobatan yang diberikan sekarang ialah :

1. Rifampisin, dengan dosis 10- 15 mg atau Kg BB/hari, diberikan 1x sehari peroral,

diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan.

2. INH ( isoniazid ) bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif

ekstraseluler dan basil di dalam makrofag. Dosis INH 10-20 mg/ kg BB/hari per oral ,

lama pemberian sampai 18-24 bulan.

3. Sterptomisisn, bekerja bakterisidal hanya terhadap basil yang tumbuh aktif

ekstraseluler, cara memberikannya intramuskuler dengan dosis 30-50 mg/kg BB/hari

maksimum 750 mg/hari, diberikan setiap hari selama 1-3 bulan, dilanjutkan 2-3 kali

seminggu selama 1-3 buan lagi.

4. Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intaseluler ; dosis 30-35 mg/kg BB

/hari per oral , 2 kali sehari selama 4-6 bulan.

5. Etambutol ( belum jelas apakah bakterisidal atatu bakteriostatik ). Dosis 20 mg/kg

BB/hari dalam keadaan lambung kosong , 1 kali sehari selaam 1 tahun.

6. PAS ( para-aminosalisilat ) sebagai bakteriostatik, dosisnya 200-300 mg/kg BB/hari,

secara oral 203 kali sehari. Obat ini jarang dipakai karena dosisnya tinggi kurang

menyenangkan pasien. Jika diberikan lamanya 1 tahun. Sekarang pemberian obat

yang terbaik adalah kombinasi INH dan rifampisin atau etambutol dan INH

dengan/tanpa streptomisin tergantung derajat penyakit.

7. Kortikosteroid, diberian bersama-sama dengan obat antituberkulosis yang masih

sensitif ; diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15 mg/kg BB /hari. Bila

dalam bentuk prednison dosis 1-3 mg/kg BB/hari. Kortikosteroid diberikan sebagai

Page 11: ktik riset

antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkulosa,

pleuritis tuberkulosa, penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berta atau

keadaan umum yang buruk.

8. Penatalaksanaan Keperawatan

Pasien dengan penyakit tuberkulosis tidak dirawat di rumah sakit oleh karena

jumlahnya cukup banyak dan dapat dirawat di rumah kecuali jika telah terjadi

komplikasi seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa, pleuritis dan

sebagainya. Pasien dapat sembuh benar asalkan berobat secara teratur dan mematuhi

pengobatan dokter walaupun pengobatan ini akan berjalan bertahun ( dapat 1 -2 tahun

atau lebih bergantung dari keberhasilan pengobatannya). Masalah pasien tuberkulosis

yang perlu diperhatikan ialah keadaan pasien yang sangat lemah, bahaya terjadi

komplikasi, pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium, gangguan

psikososial/ rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua.

Keadaan umum pasien. Pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering

ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tak bergairah. Keadaan

demikian karena disebabkan penyakit sebenarnya sudah lama menghinggapi pasien.

Nafsu makannya buruk, anak sering demam walaupun tidak terlalu tinggi ; demam

dapat lama atau naik turun seperti tifus. Pasien juga sering batuk- pilek atau batuk-

batuk telah lama tidak membaik walaupun sudah mendapatkan pengobatan, anak

makin kurus dan lemah. Untuk menyembuhkan pasien tuberkulosis hanya dengan

pengobatan spesifik yang benar dan edekuat.

Kepada orang tua pasien perli dijelaskan selain kepatuhan mengenai obat juga

perlu memperbaiki keadaan umumnya dengan memberikan makanan yang cukup

bergizi bila mungkin TKTP ; susu perlu diberikan lebih dari anak-anak yang sehat

untuk memenuhi kekurangan kalori akibat anoreksia dan mencukupi kebutuhan untuk

Page 12: ktik riset

pertumbuhan. Keadaan anoreksia akan menghilang sejalan dengan pengobatan setelah

beberapa bulan. Karena itu selama masih anoreksia orang tua perlu memberikan

makanan sedikit-sedikit tetapi sering dan usahakan lauknya bervariasi. Vitamin boleh

diberikan untuk menambah nafsu makan atau memenuhi kebutuhan vitamin yang

kurang. Selain makanan, pasien harus cukup istirahat, dan usahakan jangan kontak

denagn anak yang sedang batuk-pilek karena akan menambah kelemahan tubuhnya

jika anak terkena.

Bahaya terjadi komplikasi. Penyakit tuberkulosis karena bersifat kronis dapat

menyebabkan daya tahan anak sangat menurun sehingga mudah mendapat infeksi

sekunder. Adanya penyebaran secra hematogen memungkinkan timbulnya komplikasi

walaupun waktunya tidak sama.

Penyuluhan yang penting kepada orang tua adalah tentang bahaya yang dapat terjadi

akibat penyakit tersebut jika tidak mendapatkan

Tuberkulosis milier akut

a. Tuberkulen-tuberkulin yang terjadi akibat penyebaran umum ini biasanya

mempunyai ukuran sama meskipun tidak selalu sebesar miliares ( kurang dari 2

mm ) sehingga disebut tuberkulosis milier

b. Komplikasi ini biasanya terjadi pada masa bayi dan anak kecil, terjadi dalam

waktu 6 bulan, terutama dalam 3 bulan setelah terbentuknya kompleks primer.

Dapat terjadi pembesaran hepar, limpa dan kelenjar getah bening superfisialis.

c. Uji tuberkulin biasanya positif, menurut lincoln hanya 10 % kasus tuberkulosis

milier uji tuberkulosis milier uji tuberkulin negatif. Pada foto rontgen paru tampak

Page 13: ktik riset

gambaran milier. Biakan hasil tuberkulosis dari darah dan sumsum tulang

memastikan diagnosis tuberkulosis milier secara cepat. Pemeriksaan likuor

serebrospinalis perlu dilakukan meskipun belum ada gejala, agar dapat ditemukan

meningitis secara dini.

d. Perlu diingat bahwa penyakit milier terjadi ke seluruh tubuh dengan kemungkinan

basil tuberkulosis menetap di alat-alat tubuh tersebut dan suatu ketika fokus-fokus

tadi dapat aktif lagi. Oleh karenanya setelah selesai pengobatan masih harus

dilakukan pengawasan sampai bertahun-tahun.

Tuberkolosis milier kronik

a. Jarang terjadi pada anak, biasanya didahului oleh tuberkolosis milier akut.

Tuberkulosis milier kronik adalah jenis penyebaran hematogen berulang-

ulang. Penyebaran ini dapat menyebabkan gejala akut atau dapat juga

memperpanjang masa penyakitnya , karena adanya penyebaran hematogen

terus-menerus.

b. Gejala pertama penyebaran ialah demam tinggi yang berlangsung lama atau

dapat menjadi demam remiten, berat bedan turun dengan cepat, hepar dan

limpa membesar, kelenjar getah bening superfisialis juga dapat membesar dan

kadang mengganggu aliran limfe. Dapat terjadi pembengkakan persendian

yang dapat menghilang sendiri tanpa pengobatan. Gejala ini dapat disebabkan

toksik basil tuberkulosis yang beredar didalam aliran darah.

c. Prognosis biasanya buruk teruama bila tidak segera mendapat pengobatan.

Gambrn pngetahuan ortu

Page 14: ktik riset