kritik normatif

15
M E T O D E K R I T I K N O R M A T I F Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip. Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai. Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi. Sebagai contoh adalah slogan yang berkembang pada beberpa Negara dan berperan kuat terhadap perkembangan arsitektur seperti form follow function. Karena kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik normatif perlu dibedakan dalam metode sebagai berikut : a. Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur) b. Sistem ( suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan) K r i t i k A r s i t e k t u r - 10 3

Upload: viuvans

Post on 23-Jun-2015

332 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kritik Normatif

M E T O D E K R I T I K N O R M A T I F

Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di

lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui

suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip. Dan melalui ini

kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai. Norma bisa jadi

berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif dan tidak

dapat dikuantifikasikan. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat

umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda

konstruksi. Sebagai contoh adalah slogan yang berkembang pada beberpa Negara dan

berperan kuat terhadap perkembangan arsitektur seperti form follow function. Karena

kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik normatif perlu dibedakan dalam

metode sebagai berikut :

a. Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)

b. Sistem ( suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk

satu tujuan)

c. Tipe ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu

kategori bangunan spesifik)

d. Ukuran ( sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik

secara kuantitatif)

1. K R I T I K D O K T R I N A L

P e n g e r t i a n

K r i t i k A r s i t e k t u r - 10

3

Page 2: Kritik Normatif

Doktrin sebagai dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur yang

berangkat dari keterpesonaan dalam sejarah arsitektur.

Sejarah arsitektur dapat meliputi : nilai estetika, etika, ideologi dan seluruh aspek

budaya yang melekat dalam pandangan masyarakat.

Melalui sejarah, kita mengenal terjadinya bentuk dalam arsitektur melalui norma

yang berkembang seperti :

o Form Follow Function

o Function Follow Form

o Form Follow Culture

o Form Follow World View

o Less is More

o Less is Bore

o Big is beauty

o Buildings should be what they wants to be

o Building should express : Structure, Function, Aspiration, Construction

Methods, Regional Climate and Material

o Ornament is Crime

o Ornament makes a sense of place, genius loci or extence of architecture.

Doktrin bersifat tunggal dalam titik pandangnya dan biasanya mengacu pada satu

‘ISME’ yang dianggap paling baik untuk mengukur kualifikasi arsitektur yang

diharapkan.

K e u n t u n g a n K r i t i k D o k t r i n a l

Dapat menjadi guideline tunggal sehingga terlepas dari pemahaman yang samar

dalam arsitektur dengan demikian arsitek dapat mempunyai landasan yang tidak

meragukan lagi dalam desain

Dengan doktrin tertentu yang diyakini arsitek dapat mempunyai arah yang lebih jelas

dalam pengambilan keputusan

K r i t i k A r s i t e k t u r - 11

Page 3: Kritik Normatif

Dapat memberikan daya yang kuat dalam menginterpretasi ruang.

Dengan doktrin perancang merasa bergerak dalam nilai moralitas yang benar

Memberikan kepastian dalam arsitektur yang ambigu

Memperkaya penafsiran

K e u n t u n g a n K r i t i k D o k t r i n a l

Mendorong segala sesuatunya tampak mudah dan mengarahkan penilaian

menjadi lebih sederhana ditengah-tengah kompleksitas arsitektur.

Menganggap kebenaran dalam lingkup yang tunggal dan meletakkan kesalahan

pada prinsip lain yang tidak sepaham.

Meletakkan kebenaran lebih kepada pertimbangan secara individual

Terdapat kecenderungan untuk memandang arsitektur secara partial dan tidak

bersifat holistik

Memungkinkan tumbuhnya pemikiran dengan kebenaran yang “absolut”

Memperlebar konflik dalam tingkat teoritik dalam arsitektur

E k s i s t i n g D o k t r i n d a l a m S e j a r a h A r s i t e k t u r

Dapat diidentifikasi empat eksisting doktrin yang berkembang dalam pengambilan keputusan desain dalam fragmen sejarah

arsitektur yang telah berlangsung :

a. Utilitarian

oDoktrin yang mengacu pada progress harga

oKeputusan arsitektur mengarahkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas

b. Preservasionist

oDoktrin yang cenderung mengacu pada isme lama

oBerorientasi pada paham yang bersifat immateri

oTidak berorientasi pada bahan atau material

c. Tidy Minded

oDoktrin yang mengacu pada keteraturan

oTahap pengambilan keputusan yang sistematik

oBerpikir detail dan cermat sebelum melanjutkan pada langkah berikutnya

K r i t i k A r s i t e k t u r - 12

Page 4: Kritik Normatif

d. The Improver

oBerpikir inovatif

oMenggali kemungkinan-kemungkinan baru dari kegagalan masa lalu

oMenyesuaikan pola-pola yang ada terhadap pola-pola baru yang muncul

oAda keinginan yang kuat untuk mempertinggi kualitas karena kebaruan

K e s i m p u l a n K r i t i k D o k t r i n a l

Tidak etik menggunakan keberhasilan arsitektur masa lalu untuk bangunan fungsi

mutakhir

Tidak etik memperlakukan teknologi secara berbeda dari yang dilakukan

sebelumnya

Jika akan mereproduce objek yang muncul pada masa lalu untuk masa kini harus

dipandang secara total dan dengan cara pandang yang tepat

Bahwa desain arsitektur selalu mengekspresikan keputusan desain yang tepat

Secara sosial bangunan akan tercela bila ia merepresentasikan sikap seseorang dan

tidak didasarkan pada hasrat yang tumbuh dari kebutuhan masyarakatnya

2. K R I T I K S I S T E M A T I K

L a t a r B e l a k a n g

Bagi Kritikus dan Desainer bergantung pada hanya satu doktrin sangat riskan untuk mendukung satu keputusan

desain

Menggantungkan pada hanya satu prinsip akan mudah diserang sebagai : menyederhanakan (simplistic), tidak

mencukupi (inadequate) atau kadaluarsa (out of dated )

Alternatifnya adalah bahwa ada jalinan prinsip dan faktor yang dapat dibangun sebagai satu system untuk dapat

menegaskan rona bangunan dan kota.

Systematic Criticsm dipandang cukup lebih baik daripada doktrin yang tunggal untuk dihadapkan pada kompleksitas

kebutuhan dan pengalaman manusia

Menurut (Huxtable, 1976, Kicked a Building Lately, Quadrangle, New York)

Kritik arsitektur sedang dihadapkan hanya dengan sekadar produksi bangunan

yang indah. Bahwa kini kita kewalahan menghitung beragam cara memenuhi

kondisi kebutuhan lingkungan yang kompleks dan sophisticated (canggih).

o Apa sajakah bagian-bagiannya?

o Bagaimana ia bekerja?

o Bagaimana ia dikaitkan dengan apa yang ada di sekitarnya?

K r i t i k A r s i t e k t u r - 13

Page 5: Kritik Normatif

o Bagaimana bangunan dapat memuaskan manusia dan masyarakat

sebagaimana yang dibutuhkan klien?

o Bagaimana kelayakannya terhadap organism secara lebih luas, komunitas?

o Apa nilai tambah atau kurang terhadap dan dari kualitas hidup?

B e b e r a p a V a r i a s i S i s t e m

Albert Bush-Brown, 1959 :

Beberapa sistem untuk mengevaluasi lingkungan fisik adalah commodity (komoditas),

firmness (kekokohan) dan delight (kesenangan)

o Sistem harus didasarkan pada tiga elemen

o Asumsinya bahwa arsitektur yang baik tidak sekadar kokoh. Kekokohan (firmness)

akan bermakna jika dihubungkan dengan kelayakan fungsinya (commodiousness)

dan kapasitasnya untuk meningkatkan kualitas aktifitas dan penglaaman manusia

(delight)

Viruvius, The Ten Books of Architecture, 1900

o Sistem Bangunan :

Firmitas ( Kekokohan)

Utilitas ( Kegunaan )

Venustas ( Keindahan )

John Ruskin,1851 :

Beberapa sistem yang dibutuhkan bangunan (masih dapat diidentifikasi dari

konsepnya Vitruvius) :

o Bahwa bangunan harus bertindak baik, dan memperlakukan segala sesuatunya

untuk meningkatkan cara yang paling baik

o Bahwa bangunan harus berbicara yang baik. Dan mengatakan pada bagian-

bagiannya untuk berbicara dengan kata-kata yang baik

o Bahwa bangunan harus tampak baik, dan mempersilahkan kita melalui

keberadaannya baik yang dilakukannya atau yang dikatakannya

Hillier, Musgrove, O’Sullivan (1972)

Berbeda dengan Vitruvius, bahwa bangunan harus bertindak :

o Climate Modifier (Pengatur Iklim)

K r i t i k A r s i t e k t u r - 14

Page 6: Kritik Normatif

o Container of Activities (Pewadah aktifitas)

o Symbolic and Cultural Object (Objek Simbol dan Budaya)

o Addition of Value to Raw Materials (Memberi nilai terhadap material yang kasar)

Geofrey Broadbent

Menambahkan :

o Having Environment Impact ( Memiliki dampak lingkungan)

Christian Norberg Schulz (1965)

Mengembangkan Tripartiete system :

o Building Task ( Tugas Bangunan)

o Form (Bentuk )

o Technics (Teknik Membangun)

Kritik sistematik dikembangkan dari satu analisis :

Bahwa Problem arsitek adalah membangun sistem dalam kategori-kategori formal

yang tidak memungkinkan kita untuk melukiskannya dan membandingkannya dalam

struktur yang formal. Ketika kita mengatakan bahwa analisis formal mengandung

indikasi elements and relations.

Elements (bagian bentuk arsitektur ), bermakna bahwa kita harus

memperlakukan objek sebagai dimensi kesebandingan.

Melahirkan konsep :

o Mass (massa), Bentuk wujud tiga dimensi yang terpisah dari lingkungan

o Space (ruang), Volume batas-batas permukaan di sekeliling massa

o Surface (permukaan), batas massa dan ruang

Relations , bahwa kita menterjemahkan saling keterhubungan ini diantara

dimensi-dimensi

Capacity of the structure, kelayakan untuk mendukung tugas bangunan

Valuable, nilai yang dikandung yang mengantarkan kepada rasa manusia untuk

mengalami ruang.

3. K R I T I K T E R U K U R

Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara

menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah

yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan

kendali rancangan arsitektural.

K r i t i k A r s i t e k t u r - 15

Page 7: Kritik Normatif

Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat

mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu

dalam studi arsitektur.

Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang

digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur

secara amtematis.

Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana

bangunan diperkirakan pelaksanaannya.

Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :

a. Ukuran batas minimum atau maksimum

b. Ukuran batas rata-rata (avarage)

c. Kondisi-kondisi yang dikehendaki

Contoh :

Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan menjelaskan

beberapa sandard normatif :

- Batas maksimal ketinggian bangunan

- Batas sempadan bangunan dan luas terbangun

- Batas ketinggian pagar yang diijinkan

- Standardisasi : Pencegahan kebakaran, batas maksmal toleransi reflektor

curtainwall logam atau kaca, penangkal petir, penggunaan air bersih dsb.

Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai

metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah

norma

Contoh :

Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara seni di

dalam arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui

standardisasi harga-harga.

Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada ukuran

minimum/maksimum, rata-rata atau kondisi yang dikehendaki yang selalu

merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.

Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai

berikut:

1. Tujuan Teknis ( Technical Goals)

2. Tujuan Fungsi ( Functional Goals)

3. Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)

K r i t i k A r s i t e k t u r - 16

Page 8: Kritik Normatif

T u j u a n T e k n i s

Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis

Contoh :

Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya. Pertimbangan yang perlu

dilakukan adalah :

a. Stabilitas Struktur

- Daya tahan terhadap beban struktur

- Daya tahan terhadap benturan

- Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan

- Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar sistem

b. Ketahanan Permukaan Secara Fisik

- Ketahanan permukaan

- Daya tahan terhadap gores dan coretan

- Daya serap dan penyempurnaan air

c. Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan

- Kebersihan dan ketahanan terhadap noda

- Timbunan debu yang mungkin menempel

- Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen-elemen yang rusak

- Kemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan teknis dan

alami.

T u j u a n F u n g s i o n a l

Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus

maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat digunakan untuk

aktifitas tersebut

Pertimbangan yang diperlukan :

- Keberlangsungan fungsi dengan baik

- Aktifitaskhusus yang perlu dipenuhi

- Kondisi-kondisi khusus yang harus diciptakan

- Kemudahan-kemudahan penggunaan,

- Pencapaian dan sebagainya.

Tujuan Perilaku

Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat

berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu.

K r i t i k A r s i t e k t u r - 17

Page 9: Kritik Normatif

Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan.

Behaviour Follow Form

Lozar (1974), Measurement Techniques Towards a Measurement Technology in

Carson, Daniel,(ed) “Man-Environment Interaction-5” Environmental Design Research

Association, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga kategori

yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :

1. Persepsi Visual Lingkungan Fisik

Menunjuk pada persepsi visual aspek-aspek bentuk bangunan. Bahwa bentuk-

bentuk visual tertentu akan berimplikasi pada kategori-kategori penggunaan

tertentu.

2. Sikap umum terhadap aspek lingkungan fisik

Hal ini mengarah pada persetujuan atau penolakan rasa seseorang terhadap

berbagai ragam objek atau situasi

Hal ini dapat dipandang sebagai dasar untuk mengevaluasi variasi penerimaan

atau penolakan lingkungan lain terhadap keberadaan bangunan yang baru.

3. Perilaku yang secara jelas dapat diobservasi secara langsung dari perilaku

manusia.

Dalam skala luas definisi ini berdampak pada terbentuknya pola-pola tertentu

(pattern) seperti : Pola pergerakan, jalur-jalur sirkulasi, kelompok-kelompok sosial

dsb.

Dalam skala kecil menunjuk pada faktor-faktor manusia terhadap keberadaan

furniture, mesin atau penutup permukaan.

Teknik pengukuran dalam evaluasi perilaku melalui survey instrumen-instrumen

tentang sikap, mekanisme simulasi, teknik interview, observasi instrumen,

observasi langsung, observasi rangsangan sensor.

4. K R I T I K T I P I K A L

Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan

arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah

dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative

originals (keaslian inovasi).

K r i t i k A r s i t e k t u r - 18

Page 10: Kritik Normatif

Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam

lingkungan yang telah terstandarisasi dan kesemuanya dapat terangkum dalam

satu typologi.

Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles,

“Meaning in Architecture’, New York: G. Braziller :

Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan

ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi

(type standard) untuk mengurangi kompleksitas.

March, Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment,

Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipopolgis dapat ditunjukkan melalui

tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear,

rectalinear dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama.

Kritik Tipikal diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap

dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik

E l e m e n K r i t i k T i p i k a l

Typical Criticsm didasarkan atas :

1. Struktural (Struktur)

Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan dikaitkan dengan lingkungan

yang dibuat dengan material yang sama dan pola yang sama pula.

- Jenis bahan

- Sistem struktur

- Pemipaan

- Duckting dsb.

2. Function (Fungsi)

Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas

yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang

sama.

- Kebutuhan pada ruang kelas

- Kebutuhan auditorium

- Kebutuhan ruang terbuka dsb.

K r i t i k A r s i t e k t u r - 19

Page 11: Kritik Normatif

3. Form (Bentuk)

- Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan

untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.

- Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu

dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.

- Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk

bangunan yang monumental pada masa berikutnya.

Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon, Cambridge: Harvard :

Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu

menjelaskan secara memuaskan dalam bentuk arsitektur, segala

sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama

manusia. Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk

yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol

transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.

K e u n t u n g a n K r i t i k T i p i k a l

1. Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.

2. Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain

3. Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.

4. Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama

5. Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.

K e r u g i a n K r i t i k T i p i k a l

1. Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal

2. Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard

3. Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type

4. Tidak memeiliki pemikiran yang segar

5. Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

A k i b a t K r i t i k T i p i k a l

1. Munculnya Semiotica dalam arsitektur, satu bentuk ilmu sistem tanda (Science of

sign systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak

pakar menyangsikan kesahihan tipe ini. Dan menyebut Semiotica dalam arsitektur

sebagai bentuk pseudo theoritic

K r i t i k A r s i t e k t u r - 20

Page 12: Kritik Normatif

2. Munculnya Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh Christoper Alexander

3. Banyak penelitian yang mengarah pada penampilan bentuk bangunan

4. Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan secara individual.

K r i t i k A r s i t e k t u r - 21