krisis kohesi sosial dan melemahnya ikatan solidaritas sosial masyarakat

27
Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan Solidaritas Sosial Masyarakat Disusun Oleh: 1. Kurnia Yulinda Putri (01091003007) 2. Yuslin Alven V (01091003015) 3. Wulan Dari E (01091003019) 4. Ayu Rizki Apriyani (01091003025) 5. Hafizs Yusmar (01101003087) 6. Lia Rodianti (01101003114) 7. Ilham Budi Santoso (01101003119)

Upload: ayujj

Post on 26-Nov-2015

322 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Makalah Sosiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan

Solidaritas Sosial Masyarakat

Disusun Oleh:

1. Kurnia Yulinda Putri (01091003007)

2. Yuslin Alven V (01091003015)

3. Wulan Dari E (01091003019)

4. Ayu Rizki Apriyani (01091003025)

5. Hafizs Yusmar (01101003087)

6. Lia Rodianti (01101003114)

7. Ilham Budi Santoso (01101003119)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

2012

Page 2: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kehidupan bermasyarakat perlu adanya sikap saling menghormati,

saling menghargai, toleransi, dan sikap saling memiliki. Setiap individu senantiasa

melakukan interaksi dengan individu atau kelompok lainnya. Manusia dilahirkan untuk

hidup secara bersama-sama dan tidak bisa terpisahkan satu sama lain. Hidup

berkelompok ini merupakan kodrat manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam

hidup berkelompok itu terjadilah interaksi antar manusia. Interaksi yang kalian lakukan

pasti ada kepentingannya, sehingga bertemulah dua atau lebih kepentingan.

Masyarakat adalah suatu kelompok yang hidup dalam suatu desa atau kota, yang

mana dalam kehidupan bermasyarakat pasti akan terdapat orang orang yang berprilaku

baik dan buruk, dan tentunya dalam hal orang yang berprilaku baik itu akan mudah

dikenal orang lain bahkan dikaguminya, karena dalam kehidupan bermasyarakat itu

membutuhkan ketentraman dan kedamaian, mengenai orang orang yang berprilaku baik

itu akan lebih disenangi, dicintai dan disegani msyarakat, bahkan salah satu dari meraka

akan lebih di segani dan dihormati karena masyarakat menganggap orang tersebut

memiliki perilaku ataupun kelebihan yang berbeda dari orang orang yang ada

disekitarnya, dan didalam masyarakat dikenal dengan yang namanya tokoh msyarakat

(Arviezha, 2011).

Kehidupan bermasyarakat tersebut perlu didukung dengan adanya kehidupan

yang aman, tenteram, dan sejahtera. Namun, saat ini kehidupan bermasyarakat tersebut

telah melemahnya dan sikap kekeluargaan dan gotong royong pun telah mulai

menghilang. Kohesi sosial terdiri dari kekuatan yang berlaku pada anggota suatu

masyarakat atau kelompok untuk tinggal di dalamnya, dan dengan aktif berperan untuk

kelompok dalam kelompok kompak, anggota ingin menjadi bagian dari kelompok,

mereka biasanya suka satu sama lain dan hidup rukun serta bersatu dan setia di dalam

mengejar tujuan kelompok (Teteto, 2012).

Ikatan di dalam masyarakat saat ini sudah memudar sehingga peran masyarakat

untuk aktif didalam kelompok sudah sangat jarang apalagi jika berhubungan dengan

Page 3: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

solidaritas yang tumbuh di masyarakat. Fenomena solidaritas menunjuk pada suatu

situasi keadaan hubungan antar individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan

moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional

bersama (Mangozie, 2012).

Sejalan dengan kohesi sosial yang semakin meluntur dikalangan masyarakat yang

menyebabkan melemahnya ikatan solidaritas sosial masyarakat karena solidaritas sosial

merupakan kekuatan persatuan internal dari suatu kelompok dan merupakan  suatu

keadaan hubungan antara individu  atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral

dan kepercayaan yang dianut bersama serta diperkuat pengalaman emosional bersama

(Nasution, 2010). Bentuk perubahan solidaritas sosial yang telah terjadi dalam

masyarakat antara lain semakin menipisnya tingkat saling percaya  dan tolong menolong

dalam kehidupan masyarakat, sehingga mengakibatkan menurunnya rasa solidaritas

sosial dalam proses kehidupan bermasyarakat.

Misalnya dalam kajian tematis oleh Huber dkk pada Juli 2004, laporan ini

menjabarkan temuan dan rekomendasi dari dua kajian yang membahas kohesi sosial di

Maluku Utara dan Sulawesi Tengah, dan satu kajian lain ynag menyoroti pemuda, kohesi

sosial dan pembangunan perdamaian di Maluku Utara. Laporan ini menyajikan saran

untuk memperkuat dan membangun kembali kohesi sosial di provinsi tersebut melalui

proyek-proyek yang mungkin diterapkan dan ide-ide lintas isu mengenai kohesi sosial,

mencakup didalamnya isu-isu tematis lain, seperti pemerintahan, ekonomi, dan

ketenagakerjaan.

Konflik lain juga terjadi di Bali, terlihat Pada Tabloid Suluh Bali edisi 4

September 2007 dalam wawancara Suluh Bali dengan Antropolog dan Sekretaris Pusat

Penelitian Kebudayaan dan Kepariwisataan Universitas Udayana, I.B.G. Pujaastawa

menyatakan Makin meningkatnya kehadiran penduduk migran ke Bali merupakan 

fenomena tersendiri di daerah ini. Para pekerja migran yang sebelumnya terbatas

menekuni sektor-sektor usaha tertentu, kini mulai merambah sektor-sektor usaha yang

selama ini didominasi penduduk lokal. Akibatnya, mereka terjebak ke dalam persaingan

memperebutkan sumber-sumber rezeki yang sama. Kondisi ini dapat membuat

hubungan antara penduduk lokal dan pendatang yang sebelumnya lebih bersifat saling

membutuhkan dapat berubah menjadi hubungan yang tidak saling menguntungkan.

Steriotip antar kedua kelompok yang sebelumnya dapat dinetralisir atau terabaikan oleh

hubungan yang saling membutuhkan, dengan mudah muncul ke permukaan. Terlebih

Page 4: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

lagi terbatasnya simbol-simbol yang mampu menumbuhkan ikatan emosional yang sama

antarkedua kelompok dikhawatirkan semakin mempebesar potensi konflik.

Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa telah terjadinya krisis kohesi

sosial dan melemahnya ikatan solidaritas sosial dikalangan masyarakat. Oleh karena itu,

pendekatan yang paling populer digunakan untuk mengantisipasi dan menanggulangi

konflik adalah pendekatan perdamaian. Skenario pendekatan ini adalah memberikan

penyadaran moral kepada pihak-pihak yang terlibat konflik disertai diplomasi antar elit

untuk menghasilkan kesepakatan atau perjanjian perdamaian. Hasil penanggulangan

konflik semacam ini kerap berupa perdamaian semu, atau yang disebut “perdamaian di

atas selembar kertas”. Pencegahannya hanya mampu  melahirkan perdamaian sesaat,

semacam suasana jeda atau gencatan senjata yang setiap saat mudah dilanggar. Upaya

antisipasi dan penangulangan konflik tidak cukup hanya melalui penyadaran moral tanpa

dibarengi upaya-upaya pengendalian sosial secara nyata. Upaya penyadaran moral kerap

hanya menyentuh tataran kognitif tanpa disertai perubahan perilaku yang signifikan.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul “Krisis Kohesi dan

Melemahnya Ikatan Solidaritas Sosial Masyarakat”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

permasalahan yaitu “Mengapa terjadinya krisis kohesi dan melemahnya ikatan

solidaritas sosial masyarakat?”

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui masalah yang terjadi dalam krisis kohesi dan melemahnya

ikatan solidaritas sosial masyarakat.

Page 5: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kohesi Sosial

2.1.1 Pengertian Kohesi Sosial

Kohesi sosial terdiri dari kekuatan yang berlaku pada anggota suatu masyarakat

atau kelompok untuk tinggal di dalamnya, dan dengan aktif berperan untuk kelompok

dalam kelompok kompak, anggota ingin menjadi bagian dari kelompok, mereka

biasanya suka satu sama lain dan hidup rukun serta bersatu dan setia di dalam

mengejartujuan kelompok. Kohesi sosial merupakan awal dan konsekuensi penting dari

aksi kolektif sukses. Kohesi sosial menengahi formasi kelompok, produktivitas dan

pemeliharaan (Teteto, 2012).

2.1.2 Dimensi Keterpaduan Sosial

Untuk kepentingan studi ini, kohesi sosial dapat dibagi menjadi sedikitnya enam

berhubungan dimensi teori dan social (Teteto, 2012).

rasa memiliki

rasa moral

konsensus tujuan

kepercayaan

hal timbal balik

kohesi jaringan

2.1.3 Rasa Memiliki

Menjadi tingkat dimana anggota individu merasakan seolah-olah mereka

adalah suatu bagian penting dari masyarakat atau kelompok. Kelompok dalam tingkat

kesertaan dapat diukur atas pertolongan diskusi kelompok yang terfokus, wawancara

yang sungguh-sungguh mendalam dengan anggota individu dan contoh survei anggota

masyarakat. Materi berikut  mungkin dapat digunakan untuk tujuan berikut;

tanggapan harus ditandai seperti, betul-betul setuju, setuju, tak percaya, tidak

sependapat, sangat tidak sependapat (seperti format bentuk standar) (Teteto, 2012):

Page 6: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

saya merasakan bahwa saya milik masyarakat ini

saya melihat diri sebagai bagian dari masyarakat ini

saya merasakan bahwa saya adalah suatu anggota dari masyarakat ini

saya lebih suka akan tinggal di desa/kampung / masyarakat yang berbeda

saya lebih suka akan tinggal di masyarakat ini dibanding  di tempat lain

saya bermaksud pindah dari desa/kampung secepat mungkin

orang-orang dalam masyarakat ini semua mengejar tujuan yang sama

semua orang di sini mempunyai keinginan untuk mengejar tujuan mereka

sendiri dibanding bekerja untuk yang baik dari  masyarakat.

2.1.4 Rasa Moral

Mengacu pada tingkat dimana anggota suatu masyarakat atau kelompok

bahagia dan bangga menjadi anggota. Tingkat termasuk dapat dirukur atas

pertolongan diskusi kelompok yang terfokus, wawancara yang sungguh-sungguh

mendalam dengan percontohan survei dan anggota individu anggota masyarakat.

(Teteto, 2012).

1) Aku senang menjadi bagian dari masyarakat ini.

2) Aku menjadi isi dari bagian masyarakat ini.

3) Masyarakat ini adalah salah satu yang terbaik.

4) Aku ingin bekerja dengan orang-orang yang sama pada rancangan proyek

masyarakat yang berikutnya.

5) Aku lebih suka akan bekerja dengan orang yang berbeda pada [rancangan

proyek masyarakat yang berikutnya.

6) Kebanyakan orang-orang di dalam masyarakat ini merancang dengan perasaan

suka satu sama lain.

7) Kebanyakan orang-orang di sini akan berbagi tanggung jawab untuk membuat

masyarakat menjadi suatu tempat yang lebih baik untuk ditempati.

8) Di sana terlalu banyak orang-orang di dalam masyarakat ini yang berpikir

mereka perlu berbagi di dalam keuntungan tanpa menyokong pembagian

pekerjaan mereka.

Page 7: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

2.2 Kepercayaan Masyarakat

Kepercayaan dianggap sebagai perekat yang menyatukan kelompok

masyarakat bersama dan membuat tindakan yang saling mempertahankan pekerjaan

bersama. Pertanyaan yang ditanyakan dalam random sempe anggota masyarakat bisa

ditanyakan: Apakah orang lain dalam kelompok masyarakat dapat percaya?

2.1.6 Tujuan Konsensus

Tujuan konsensus adalah seberapa persen anggota masyarakatsetuju terhadap

pentingnya setiap masalah. Tujuan yang dicapai oleh kelompok persetujuan menjadi

ilmu pengetahuan yang terbagi. Sebelum masyarakat mencapai suatu persetujauan

pioritas dan tujuan mereka harus mengetahui daklam hal apa persoalan dan apa tujuan

yang dibentuk, organisasi dan kepemimpinan mereka juga harus dinggunakan untuk

mendapatkan masalah yang paling penting yang dihadapi oleh masyarakat (Teteto,

2012).

Indikator:

Setiap masalah tersebut akan memiliki nilai dari setiap responden dari survei

tersebut. Jika satu masalah dianggap sebagai pioritas mendapatkan nilai 1 masalah

dengan pioritas paling rendah akan mendapatkan nilai tinggi yaitu 10 untuk setiap

madsalah satu dapat mehitung rata-rat nialai yang merupakan jumlah nilai yang

diberikan oleh setiap indifidu dibagi oleh jumlah anggota sampel

Materi berikut  dapat digunakan untuk tujuan ini syaratnya; tanggapan harus coded

seperti, betul-betul setuju, setuju, tak percaya, tidak sependapat, betul-betul tidak setuju

(seperti format bentuk standar):

1) Orang-orang bertindak di dalam suatu jalan/cara oportunis dan mengabaikan

kewajiban mereka ke orang yang lain

2) Orang-orang memenuhi kewajiban mereka ketika mereka tidak mendapatkan

hukuman

3) Orang-orang memenuhi kewajiban mereka kepada orang yang lain sebab, jika

mereka menemukan, orang-orang di sekitar mereka akan mengetahui bahwa

mereka bukanlah orang yang selalu dipercaya

4) Orang-orang  dalam  umumnya  memenuhi kewajiban mereka dan menjadi

yakin bahwa orang yang lain akan melakukannya untuk mereka

Page 8: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

5) Usaha orang-orang untuk memenuhi kewajiban mereka ke orang yang lain.

2.1.7 Jaringan Kohesi

Didalam  persekongkolan atau jaringan yang dibatasi dengan kohesi internal

yang lebih tinggi, pada umumnya digambarkan dengan menghubungkan kepadatan

dari  mata rantai pertukaran informasi antar anggota nya”. Suatu jaringan sosial terdiri

dari dari semua penghembus atau individuals(atau kelompok) di dalam suatu

masyarakat yang dihubungkan oleh beberapa format hubungan sosial. suatu jaringan

komunikasi di dalam suatu masyarakat dihubungkan oleh pertukaran informasi.

jaringan komunikasi Data diperoleh atas pertolongan pribadi wawancara dengan

semua anggota dari suatu jaringan, kelompok, atau masyarakat. Ukuran kohesi

jaringan diperkirakan:

1) Dengan komputasi kepadatan suatu jaringan dari semua individu di dalam

suatu masyarakat atau kelompok, perhitungan seperti banyaknya penghembus

individu di dalam suatu jaringan yang dihubungkan ke satu sama lain,

membagi dengan total jumlah mata rantai mungkin di dalam jaringan

2) Dengan komputasi centralas suatu jaringan berdasar pada jarak dari semua

individu ke satu sama lain (jumlah langkah-langkah separasi), dihitung seperti

rata-rata nomor; jumlah dari  langkah-langkah paling pendek yang

menghubungkan masing-masing individu kepada semua orang  lain di dalam

suatu jaringan (Teteto, 2012).

2.1.8 Norma-Norma sosial

Norma-norma sosial disetujui, diatur, dipertahankan dan diterima oleh

mayoritas dari  anggota masyarakat tertentu  atau norma-norma sosial kelompok

adalah kepercayaan masyarakat tentang perilaku dan sikap yang normal, bisa diterima

di dalam konteks sosial tertentu . Di dalam banyak situasi, persepsi masyarakat dari

norma ini akan sangat mempengaruhi perilaku mereka (Teteto, 2012).

  Dimensi norma-norma sosial

Untuk tujuan studi ini, dimensi norma-norma sosial dapat dikenali:

1) Norma-Norma pada keikutsertaan

2) Norma-Norma tentang kepemimpinan, dan

Page 9: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

3) Norma-Norma tentang program yang spesifik

2.1.9 Norma Keikutsertaan

Didalam norma keikutsertaan menyangkut atau menyinggung tentang minat

dan kemauan seseorang untuk mengikuti sesuatu, ada hal-hal yang mempengaruhi

(Teteto, 2012).

1. Persetujuan tentang keikutsertaan anggota di dalam menyelesaikan masalah

(implementasi program) index gabungan

2. Proporsi anggota / menggolongkan percaya itu sehingga masyarakat akan

mengambil bagian dengan sukarela

3. Potensi untuk resiko pribadi didalam kelompok dirasa menujukan solusi

dari  masalah (program)

2.1.10 Norma Tentang Kepemimpinan

Mengacu pada aturan masyarakat, kepercayaan dan sistem tentang atribut

pemimpin, jalan dan tanggung-jawab dalam pemilihan / mengubah para pemimpin

(Teteto, 2012).

1. Peran para pesmimpin masyarakat yang dirasa

2. Atribut yang dirasa seorang yang baik dapat memimpin untuk program (solusi

ke masalah) dengan anggota masyarakat

3. Proporsi anggota masyarakat yang dapat menguraikan beberapa mekanisme

untuk mengubah para pemimpin

4. Luas dari keterkaitan yang dirasa menjadi masalah untuk keterlibatan

masyarakat

2.1.11 Norma Tentang Program / Isu Spesifik

Mengacu pada kepercayaan masyarakat dan aturan tentang bagaimana bisa

diterima akan memperbicangkan dan mengambil bagian di dalam aktivitas mengenai

program atau masalah / isu, terutama yang perlu / dapat berhadapan dengan program

itu, secara kebiasaan dikeluarkan dari diskusi, tingkat detil untuk diskusi dan tingkat

resiko pribadi. (Teteto, 2012).

a) Luas dimana masalah (program) dapat dibahas dengan bebas di dalam

masyarakat

Page 10: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

b) Derajat tingkat dan tingkat dukungan anggota masyarakat yang lain

mempunyai peran dalam memecahkan masalah (program): Tingkat Oposisi

2.1.12 Kohesi Sosial : Pendekatan Konseptual dan Strategis

Kohesi sosial merupakan konsep kemasyarakatan (societal). Sinonim dari

kohesi sosial mencakup solidaritas sosial, kesatuan, kesadaran kelompok, kesukuan

(tribalism), kesaudaraan (clanism), maupun nasionalisme.

Melihat kohesi sosial dari sisi pendekatan konseptual, menurut Council of

Europe, kohesi sosial merupakan kapasitas masyarakat untuk memastikan

kesejahteraan bagi seluruh anggotanya, meminimkan disparitas, dan menghindari

polarisasi. Masyarakat yang kohesif dicirikan dengan komunitas individu-individu

yang bebas tetapi saling mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan yang

umum melalui sarana demokratis.

            Jika kita menganalisisnya lebih dalam, seperti halnya berbagai definisi yang

digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, konsep kohesi sosial berbeda dalam hal persepsi

dan pada prakteknya. Disparitas dipertajam oleh perbedaan pengetahuan, pendekatan

kebijakan yang tidak konsisten, kurangnya informasi, dan gambaran stereotip,

kategorisasi, dan model-model tradisional tertentu bagi penyediaan kesejahteraan

sosial. Seperti halnya saat pendefinisian, kebijakan, hukum, dan layanan dukungan

bagi kohesi sosial dicirikan oleh banyak kriteria yang berakibat pada birokratisasi,

diskriminasi, dan stigmatisasi lebih lanjut. Kurangnya sumber daya manusia yang

kompeten, profesional, dan bisa berkolaborasi antar sektor membuat aparat

pemerintah semakin bersikap reaktif daripada proaktif.

Berbeda dengan pendekatan konseptual yang lebih menekankan kepada esensi

dari kohesi sosial sebagai sebuah konsep solidaritas atau kesatuan dalam masyarakat.

Pendekatan strategis lebih melihat fenomena kohesi sosial dari sudut pandang yang

berbeda. Pendekatan strategis mengajak kita untuk melihat bahwasanya dalam suatu

ikatan sosial masyarakat, tidak mungkin terciptanya sebuah kesederajatan atau

kesamaan nilai antar individu dalam masyarakat tersebut. Permasalahan-permasalahan

sosial pasti terjadi. Oleh sebab itu, pendekatan strategis, melihat kohesi sosial melalui

Page 11: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

dua pendekatan turunan, yaitu pendekatan negatif (negative approach) dan

pendekatan positif (positive approach).

Pendekatan negatif lebih fokus kepada fitur-fitur yang menguji suatu kohesi

sosial dibandingkan dengan proses-proses yang membangun ikatan dalam masyarakat

tersebut. Fitur-fitur inilah yang kemudian menjadi sinyal atau indikator dari “sehat”

atau tidaknya suatu masyarakat. Misalnya, keberadaan masyarakat pengangguran dan

masyarakat miskin (seperti yang terjadi di Indonesia), karena keberadaan material

juga memiliki peran penting dalam perwujudan suatu masyarakat yang

kohesi. Kondisi material tersebut mencakup pekerjaan, pendapatan, kesehatan,

pendidikan, dan perumahan. Kebutuhan dasar manusia merupakan pondasi struktur

sosial yang kuat dan merupakan indikator penting bagi kemajuan sosial. Hubungan

antara dan dalam komunitas bisa merenggang ketika kebutuhan dasar untuk hidup

tidak terpenuhi, antara lain tidak memiliki pekerjaan, mengalami kerasnya hidup,

utang, kegelisahan, rendahnya harga diri, sakit-sakitan, kurangnya keahlian, dan

kondisi penghidupan yang buruk.

Selanjutnya pendekatan positif, pendekatan ini tidak mempertanyakan akan

keberadaan masyarakat yang menganggur atau masyarakat miskin. Tetapi lebih

berusaha untuk meyakinkan bahwasanya masyarakat sosial secara keseluruhan

memiliki kemampuan untuk menyediakan akses kualitas hidup yang baik bagi

anggota-anggotanya. Oleh sebab itu, pendekatan positif memakai beberapa tolak ukur

pendekatan lain, antara lain: kohesi wilayah, yang menekankan bahwa kedekatan

wilayah dengan sendirinya dapat menciptakan kerjasama serta solidaritas yang kuat di

dalamnya; sosial kapital, yang menekankan kepada pertukaran nilai dan kepercayaan

yang berfungsi sebagai pemecah permasalahan; kualitas hidup, yang menekankan

kepada tolak ukur kualitas sosial sebagai bentuk evaluasi keamanan ekonomi; dan

akses terhadap hak, yang menekankan kepada penjaminan hak setiap individu atas

individu lainnya secara adil.

Secara garis besar, interaksi, pertukaran, dan jaringan yang positif antara

individu dan komunitas melalui kontak dan koneksi merupakan sumber potensial bagi

suatu wilayah untuk memberikan dukungan satu sama lain bagi orang dan organisasi,

informasi, kepercayaan (trust), dan penghargaan dari berbagai jenis. Kondisi ini

merupakan bentuk hubungan (sosial) aktif. Kesemuanya merupakan elemen yang

Page 12: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

dapat digunakan sebagai cara pandang kita untuk melihat suatu fenomena kohesi

sosial (Boni, 2011).

2.2 Solidaritas Sosial

2.2.1 Pengertian Solidaritas Sosial

Solidaritas sosial adalah perasaan yang secara kelompok memiliki nilai-nilai

yang sama atau kewajiban moral untuk memenuhi harapan-harapan peran (role

expectation). Oleh karena itu prinsip solidaritas sosial masyarakat meliputi: saling

membantu, saling  peduli, bisa bekerjasama, dan bekerjasama dalam mendukung

pembangunan baik secara keuangan maupun tenaga dan sebagainya (Nasution, 2010).

2.2.2 Faktor – Faktor Perubahan Solidaritas Sosial

Tentunya ada yang menyebabkan terjadinya perubahan solidaritas sosial yang

terjadi pada saat sekarang ini. Faktor – faktor itu antara lain :

1. Meningkatnya tingkat pendidikan anggota keluarga sehingga dapat berpikir

lebih luas dan lebih memahami arti dan kewajiban mereka sebagai manusia.

2. Perubahan tingkat sosial dan corak gaya hidup  kadang-kadang menciptakan

kerenggangan di antara sesama anggota keluarga.

3. Sikap egoistik, bila seseorang individu terlalu mementingkan diri sendiri dan

keluarganya, lalu mengorbankan kepentingan masyarakat.

2.2.3 Perubahan Solidaritas Sosial

Bentuk perubahan solidaritas sosial yang telah terjadi dalam masyarakat pada

saat ini banyak terjadi pada daerah pedesaan. Walaupun pada dasarnya solidaritas

pada daerah pedesaan harus sangat tinggi karena rasa kebersamaan antar sesame

masyarakat didaerah pedesaan dulunya sangat tinggi. Namu seiring berjalannya waktu

terjadi perubahan sosial yang terjadi, diantaranya :

Page 13: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

1. Adanya kecenderungan pada  masyarakat kita, khususnya masyarakat desa

transisi pada warga asli dan warga pendatang berupa kecurigaan terhadap

orang lain yang dianggap sebagai lawan yang berbahaya, ini bisa

mengakibatkan terjadinya konflik antar kedua masyarakat tersebut.

2. Semakin menipisnya tingkat saling percaya  dan tolong menolong dalam

kehidupan masyarakat, sehingga mengakibatkan menurunnya rasa solidaritas

sosial dalam proses kehidupan.

2.2.4 Nilai Nilai Solidaritas Sosial

Upaya memelihara solidaritas sosial  dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan  tidaklah semudah yang dibayangkan, karena solidaritas sosial akan

terus berkembang menuju kehidupan sosial yang modern. Mampukah masyarakat

desa, khususnya desa transisi beradaptasi dengan masuknya nilai-nilai yang modern

yang mementingkan sikap individualitas dan tidak mengandung nilai-nilai kearifan

lokal? sementara nilai budaya lokal yang dianut mengandung nilai-nilai kearifan dan

sejalan dengan nilai budaya yang ada.

Nilai-nilai  solidaritas  sosial   pada  masyarakat desa transisi :

1. Tumbuh dari pertautan (integrasi) antara  nilai   tradisi  lokal  dengan  nilai 

modern,  akibat terjadinya  interaksi antar kedua warga tersebut

2. Nilai-nilai solidaritas yang memiliki kearifan lokal pada masyarakat dusun dan

masyarakat perumahan yang positif harus dipelihara seiring dengan 

banyaknya pembangunan perumahan baru di wilayah  pedesaan,  karena  nilai-

nilai   tersebut  cenderung meningkatkan  partisipasi  dalam pembangunan.

Pihak  pengembang perumahan berkewajib-an mengontrol dan melakukan

kerjasama   dengan  aparat  desa  dan  tokoh  masyarakat  di lingkungan masing-

Page 14: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

masing   terhadap   proses  sosial  yang berkembang dipemukiman baru,  agar segala

gejala negatif yang muncul dapat segera  diantisipasi,  misalnya  gejala  segregasi  

sosial   (mengabaikan  kelangsungan   sosial  dan  budaya  karena  menurut  

perhitungan   ekonomi  dianggap  tidak  menguntungkan developer), konflik  sosial, 

dan  dislokasi  sosial  (perubahan pemukiman penduduk dalam jumlah besar dan

waktu relatif cepat) sehingga menimbulkan masalah sosial.

2.2.5 Solidaritas Sosial di Indonesia

Di era globalisasi dan derasnya aliran modal, masyarakat cenderung terbagi

menjadi dua kelas: produsen dan konsumen. Menurut Budi Hardiman dalam

bukunya Hak-hak Asasi Manusia, disebutkan bahwa manusia yang terbagi dalam dua

kelas ini akan dengan sendirinya mengejar hak-hak privat mereka dariapda mengejar

solidaritas sosial. Artinya, dengan derasnya aliran uang, manusia semacam ini akan

mengejar uang tanpa mempertimbangkan identitas kewarganegaraan mereka.

Hal semacam inilah yang kemudian membuat manusia akan kehilangan

identitasnya. Manusia kemudian tidak lagi dipredikatkan melalui status

kewarganegaraan. Bukan tidak mungkin hal semacam ini juga yang mengantarkan

manusia kepada budaya materialisits dan pembagian kelas-kelas pada masyarakat

yang hanya didasarkan pada segepok uang.  Hal ini menyebabkan timbulnya jurang

yang tidak terjembatani antara yang kaya dan yang miskin. Mereka tidak bisa bersatu

karena zaman yang menuntut mereka untuk menanggalkan identitas

kewarganegaraannya dan mengganti jubahnya dengan jubah uang dalam semangat

globalisasi dan aliran modal.

Hal inilah yang terjadi dalam masalah lahan di Indonesia. Kasus-kasus sekelas

Mesuji dan Bima cukup menunjukkan bahwa solidaritas sosial di antara rakyat

Indonesia sendiri dan juga dengan pemimpinnya itu tidak lagi ada.

Solidaritas sosial sebagai satu warga negara itu hilang ketika aparat harus bentrok

dengan warga yang pada hakekatnya mereka adalah satu warga negara Indonesia.

Aparat tidak lagi bertindak untuk menegakkan keadilan namun tunduk kepada aliran

uang yang membayar.

Solidaritas semacam itu juga hilang ketika pucuk kepemimpinan di daerah

ataupun di pusat mengijinkan begitu saja pengambilalihan lahan rakyat tanpa

Page 15: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

mengetahui seluk-beluk pentingnya tanah tersebut untuk mereka. Akhirnya,

solidaritas antara pemimpin dan rakyatnya hilang karena pemimpin terpaksa tunduk

pada aliran modal. Manusia seolah-olah dipaksa untuk memahami bahwa lahan itu

memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan kemudian mengabaikan nilai-nilai lainnnya

yang sebelumnya diemban oleh penduduk setempat.

Manusia-manusia tanpa identitas yang hidup di wilayah Indonesia ini lama-

kelamaan akan membahayakan Indonesia itu sendiri. Hal ini pernah dinyatakan oleh

Budi Hardiman dalam tulisannya di Kompas bahwa Indonesia saat ini sedang dilanda

krisis solidaritas yang pada akhirnya bisa berakibat fatal karena tidak adanya lagi

ikatan-ikatan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, jelaslah ketakutan yang dihadapi

di sini: globalisasi dengan logika investasi dan aliran modalnya pada suatu saat akan

juga menghancurkan Indonesia karena logika yang bermain adalah pengembanan

hak-hak privat untuk kepentingan pribadi.

Page 16: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

BAB III

KESIMPULAN

Kohesi sosial yang semakin meluntur dikalangan masyarakat yang menyebabkan

melemahnya ikatan solidaritas sosial memberikan dampak yang sangat besar terhadap

masyarakat, memperdalam jurang pemisah sosial dan seringkali mengakibatkan pemisahan

masyarakat secara fisik. Pendekatan yang paling populer digunakan untuk mengantisipasi dan

menanggulangi konflik adalah pendekatan perdamaian. Skenario pendekatan ini adalah

memberikan penyadaran moral kepada pihak-pihak yang terlibat konflik disertai diplomasi

antar elit untuk menghasilkan kesepakatan atau perjanjian perdamaian. Hasil penanggulangan

konflik semacam ini kerap berupa perdamaian semu, atau yang disebut “perdamaian di atas

selembar kertas”. Pencegahannya hanya mampu  melahirkan perdamaian sesaat, semacam

suasana jeda atau gencatan senjata yang setiap saat mudah dilanggar. Upaya antisipasi dan

penangulangan konflik tidak cukup hanya melalui penyadaran moral tanpa dibarengi upaya-

upaya pengendalian sosial secara nyata. Upaya penyadaran moral kerap hanya menyentuh

tataran kognitif tanpa disertai perubahan perilaku yang signifikan. Setiap orang mungkin saja

memiliki pemahaman yang baik mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan, namun

dalam kenyataannya justru tidak melakukannya. Sebaliknya, setiap orang mungkin saja

memiliki pemahaman yang baik mengenai apa yang tidak seharusnya mereka lakukan, namun

dalam kenyataannya justru melakukannya.

Melemahnya solidaritas yang terjadi pada masyarakat Indonesia pada saat sekarang

ini pada umumnya disebabkan berkembangnya dengan pesat globalisasi yang ada di

Indonesia pada saat ini. Berkembangnya globalisasi ini sebenarnya bisa berdampak positif

untuk kemajuan Indonesia, namun perkembangan ini tidak diimbangi dengan ilmu, sikap dan

perilaku yang membuat rasa materialistis tertanam dalam hati masyarakat. Rasa materialistis

inilah pada umumnya membuat rasa solidaritas antar sesame memudar yang berakibat konflik

antar sesama masyarakat.

Untuk mengatasi ini semua yang diperlukan dalam menangani konflik lahan yang ada

di Indonesia adalah bersikap tidak abai terhadap keberadaan penduduk-penduduk setempat

dan nilai-nilai yang diemban oleh mereka. Penggunaan kekerasan dan tindakan represif untuk

menekan massa pun tidak bisa dipraktikkan. Sikap-sikap yang merangkul sesama manusia

dan tindakan komunikatif harus diaplikasikan dalam menghadapi masalah semacam ini.

Perbedaan nilai-nilai yang terjadi di dalam konflik lahan antara pemilik modal dan penduduk

Page 17: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

setempat pun tidak seyogaynya disamaratakan dan didasarkan hanya kepada kepentingan

pemilik modal.

DAFTAR PUSTAKA

Arviezha, Zhayn . Kehidupan Bermasyarakat (online), http://zainul.alkhoirot.net / 2011/11/

kehidupan-bermasyarakat.html, diakses tanggal 10 Desember 2012).

Teteto. Kohesi Sosial (online), (http://teteto.wordpress.com/2012/09/12/kohesi-sosial/,

diakses tanggal 10 Desember 2012).

Andika, Boni. 2011. Kohesi Sosial : Pendekatan Konseptual dan Strategis, (online), (http://andikaboni.blogspot.com/2011/07/kohesi-sosial-pendekatan-konseptual-dan.html, diakses tanggal 10 Desember 2012).

Huber dkk. 2004. Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial dan Rekonsiliasi Sulawesi tengah dan Maluku Utara. Kajian Tematis

Nasution. 2010. Konflik dan Lunturnya Solidaritas Sosial Masyarakat Desa Transisi. http://berkarya.um.ac.id/2010/02/05/konflik-dan-lunturnya-solidaritas-sosial-masyarakat-desa-transisi-oleh-zulkarnain-nasution/.

Page 18: Krisis Kohesi Sosial Dan Melemahnya Ikatan   Solidaritas Sosial Masyarakat

Sb-04. 2007. Anatomi Konflik Masyarakat Bali: Dari Puik hingga Bentrok Fisik. Tabloid Suluh Bali edisi 4 September 2007. http://suluhbali.multiply.com/journal/item/11/ natomi_Konflik_Masyarakat_Bali_Dari_Puik_hingga_Bentrok_Fisik