kohesi dan linieritas wacana dalam karangan fiksi …/kohesi... · dalam kohesi, kaedah-kaedah yang...

144
KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI SISWA MAN TEMPURSARI, MANTINGAN, NGAWI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Rina Kurniawati S 840908028 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: phamthu

Post on 06-Mar-2019

287 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

1

KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM

KARANGAN FIKSI SISWA MAN TEMPURSARI,

MANTINGAN, NGAWI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi

Pendidikan Bahasa Indonesia

Rina Kurniawati

S 840908028

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sistem arti dan bentuk dalam merealisasikan arti. Pada

prinsipnya, bahasa terwujud untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena

itu, bahasa terstruktur menurut kebutuhan manusia pada bahasa. Dengan kata lain,

struktur bahasa ditentukan oleh fungsi yang dilakukan bahasa atau fungsi yang

disampaikan penutur melalui bahasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam

masyarakat. Menurut pendapat Halliday (1985 : 13) "Language is functional in

the sense that is designed to account for how language is use". Hal ini berarti

bahwa pemakaian bahasa sebagai sistem arti dan bentuk tergantung pada konteks

pemakaian bahasa.

Konteks sangat mempengaruhi realisasi ragam bentuk bahasa dalam suatu

teks. Konteks direalisasikan dalam bentuk ekspresi tipikal melalui realisasi pilihan

kosa- kata dan struktur - strukturnya. Dalam hal ini Martin dan Eggins (1994 : 15-

18) menyatakan bahwa : "Each text appears to carry with it some influences from

the context in which it was produced. Context, we could say, gets into text by

influencing the words and structure producers use". Dengan kata lain fungsi dan

tujuan berbeda sesuai dengan konteks akan melahirkan bentuk bahasa yang

berbeda dalam suatu teks. Isi suatu teks direalisasikan dalam kesatuan makna.

Suatu teks adalah satu satuan semantik atau makna (Halliday dan Hasan 1980 : 1).

Satuan makna dinyatakan dalam bentuk-bentuk kalimat pada teks, dan kalimat -

1

Page 3: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

3

kalimat tersebut terikat satu sama lain membentuk kesatuan makna. Dengan kata

lain terdapat suatu sistem yang menghubungkan makna antara satu kalimat

dengan kalimat lainnya sehingga menjadi sebuah kalimat yang padu dan utuh

yang mempunyai fungsi sama dalam sebuah penggunaan kosakata dan kalimat

tertentu. Kohesi bersifat semantis, konsep tersebut mengacu pada hubungan

makna yang terdapat di dalam teks dan yang menentukannya sebagai teks. Kohesi

sangat berbeda dengan struktur informasi dalam suatu teks. Kohesi bersifat

potensial untuk menghubungkan suatu elemen dengan elemen lainnya dalam suatu

teks. Oleh karena itu kohesi merupakan bagian komponen teks dalam sitem

linguistik (Halliday dan Hasan, 1976 : 4).

Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu

kohesi adalah 'organisasi sintaktik. Organisasi sintaktik ini adalah merupakan

wadah ayat-ayat yang disusun secara padu dan juga padat. Dengan susunan

demikian organisasi tersebut adalah untuk menghasilkan tuturan. Ini bermaksud

bahwa kohesi adalah hubungan di antara ayat di dalam sebuah wacana, baik dari

segi tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu. Dengan

penguasaan dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan dapat

menghasilkan wacana yang baik. Hal itu juga dijelaskan oleh Cook (1989: 127),

yaitu sebagai berikut.

Where there has been knowledge of cohesion in language teaching, there has sometimes been implicit assumption that cohesive links must operate between sentences in the same way in the firstand second language, in other words, through straightforward translation equivalents. Even now, when extensive research has been done on cohesion, there is still a reluctance to give it much prominence in language pedagogy.

Page 4: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

4

Kohesi dalam bahasa mengajarkan asumsi tersembunyi antara bahasa

pertama dengan bahasa kedua, dengan kata lain melalui terjemahan secara

langsung. Sekarangpun telah dilaksanakan riset mengenai kohesi, namun ada

suatu hambatan untuk memberi keunggulan dalam pendidikan bahasa.

Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan

penyampaian informasi lama dan informasi baru. Kaedah-kaedah itu adalah

seperti kaedah perujukan, kaedah penggantian, kaedah pengguguran, kaedah

konjungsi dan kohesi leksikal. Wacana juga dicirikan oleh kesinambungan

informasi yang diartikan sebagai kesatuan makna. Kesatuan makna dalam wacana

ini pula dapat dilihat dari segi makna logika dan makna kohesi.

Kohesi merupakan konsep semantik yang juga merujuk kepada perkaitan

kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana. Manakala

menurut Halliday dan Hasan (1976: 5) bahwa kohesi merupakan satu set

kemungkinan yang terdapat dalam bahasa untuk menjadikan suatu 'teks' itu

memiliki kesatuan. Hal ini berarti bahwa hubungan makna baik makna leksikal

maupun makna gramatikal, perlu diwujudkan secara terpadu dalam kesatuan yang

membentuk teks. Halliday dan Hasan (1976: 7) menjelaskan konsep kohesi

sebagai berikut.

"Cohesion is expressed through the stratal organization of language. Language can be explained as a multiple coding system comprising three levels of coding or 'strata'. The semantic (meaning), the lexicogrammatical (forms) and the phonological and orthographic (expression). Meanings are realized (coded) as forms, and the forms are realized in turn (recoded) as expressions. To put this in everyday terminology,

Page 5: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

5

meaning is put into wording and wording into sound or writing."

Halliday dan Hasan (1976: 7) telah mencoba melihat kohesi makna itu

dari dua sudut, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kedua gramatikal ini

terdapat dalam sesuatu kesatuan teks. Kohesi ini juga memperlihatkan jalinan

ujaran dalam bentuk kalimat untuk membentuk suatu teks atau konteks dengan

cara menghubungkan makna yang terkandung di dalam unsur. Kaedah kohesi ini

lebih dikenali dalam istilah perujukan, penggantian, pengguguran, konjungsi dan

gramatikal leksikal. (Efri Yoni Baikoen, 2008: 1).

Moeliono (1992: 34) suatu kalimat dikatakan sempurna apabila dalam

kalimat tersebut ada dua unsur kohesi dan koherensi. Kohesi merujuk ke

perpautan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pendapat ini

diperjelas oleh Tarigan (1990: 96-97) suatu kalimat dikatakan sempurna apabila

dalam kalimat merupakan organisasi sintaksis, sebagai tempat kalimat-kalimat

disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan.

Pemakaian kalimat secara kohesi dalam karangan siswa SMA ini penting

untuk diperhatikan, sebab pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa SMA tidak

terlepas dari materi pelajaran mengarang. Hal ini searah dengan pendapat Hafera

(2003: 5) yang mengatakan bahwa mengarang adalah suatu keterampilan yang

dapat dimiliki oleh siapa saja. Maksudnya, kegiatan mengarang ini dapat dimiliki

banyak orang dengan berbagai lapisan tingkat pendidikan sebagai suatu

keterampilan. Untuk itu, penting diperhatikan sebagai tindak lanjut pembinaan

Page 6: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

6

terhadap penguasaan kosa kata anak (siswa SMA) dalam berbahasa. Pentingnya

penguasaan dan pemakaian bahasa secara tertulis yang diwujudkan dalam

karangan akan melatih siswa SMA sedikit demi sedikit dapat mempergunakan

bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Selain kohesi, karangan yang baik adalah karangan yang memiliki sifat

linier. Linieritas adalah suatu urutan yang dikenakan pada bahasa (Robins, 1992:

394). Kemudian, Brown dan Yule (1996: 124) berpendapat bahwa mengurutkan

kata-kata menjadi kalimat dan mengurutkan kalimat-kalimat menjadi teks

merupakan masalah linierisasi. Sifat linier merupakan masalah tersendiri bagi

penulisnya. Artinya, penulis terkadang tidak peduli terhadap kelinieran wacana

paragraf yang telah ditulisnya.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun

untuk mencapai tujuan daya informasi yang tepat dan baik. Dalam suatu penulisan

dibutuhkan penggunaan kalimat yang efektif. Hal ini dimaksudkan untuk

memudahkan pemahaman terhadap bahasa tulis (Tarigan, 1990: 90). Jos Daniel

Parera (dalam Sumiyo, dkk, 2000: 33), kalimat dikatakan efektif apabila kalimat

ini didukung oleh (a) kesepadanan antara struktur bahasa dan atau cara jalan

pikiran yang logis dan masuk akal. (b) kepararelan atau paralelisme bentuk bahasa

yang dipakai untuk tujuan-tujuan efektif tertentu. (c) ketegasan dalam

menonjolkan pikiran utama. (d) kehematan dan pilihan kata atau penyusunan

pikiran yang kadang kala bertumpuk-tumpuk dalam satu kalimat. (e) kevariasian

dalam menyusun kalimat.

Page 7: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

7

Penulis akan selalu menghadapi masalah linierisasi. Untuk itu, penulis

harus terlebih dahulu menentukan titik awal penulisannya. Titik awal atau titik

tolak ini disebut juga topik, yaitu hal yang dibicarakan dalam wacana atau topik

pokok pikiran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibatasi sejauh mana

keteraturan urutan bagian-bagian yang utuh dan terpadu dalam sebuah wacana

dapat diartikan linieritas. Kemudian, pengungkapan kalimat yang berputar-putar,

meloncat-loncat, dan menyimpang dari topik dalam sebuah wacana bersifat tidak

linier. Sifat yang tidak linier dapat dikatakan bahwa alam pikiranya bersifat siklis,

tidak staight to the point, dan melingkar ( Dick Hartoko, 1992: 126).

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk peranti kohesi yang terdapat dalam karangan fiksi.

2. Bagaimanakah tingkat linieritas wacana pada karangan fiksi?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendiskripsikan dan menjelaskan bentuk peranti kohesi yang terdapat dalam

karangan fiksi.

2. Mendiskripsikan dan menjelaskan linieritas wacana pada karangan fiksi.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoretis

Sebagai tambahan khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan pembaca

dalam bidang linguistik tentang kohesi.

Page 8: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

8

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa, khususnya siswa setingkat SMA dapat memahami kohesi dan

linieritas dalam bahasa secara praktis sesuai dengan fungsinya.

b. Bagi guru, khususnya guru bahasa Indonesia sebagai tambahan pengetahuan

dalam memahami kohesi leksikal, gramatikal dan linieritas dalam bahasa

tulis.

c. Bagi masyarakat sebagai sumbangan pengetahuan dalam bidang linguistik,

khususnya dalam kebahasaan yang membahas kohesi dan linieritas.

Page 9: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Pengertian Teks, Konteks, dan Wacana

Cook (1994:23) berpendapat bahwa hal yang sentral dalam pengertian

wacana adalah teks dan konteks. Istilah, konteks dan teks, diletakkan bersama

seperti ini, mengingatkan bahwa dua hal ini merupakan aspek dari proses yang

sama. Ada teks dan teks lain yang menyertainya: teks yang menyertai teks itu,

adalah konteks. Namun, pengertian mengenai hal yang menyertai teks itu meliputi

tidak hanya yang dilisankan dan ditulis, melainkan termasuk pula kejadian-

kejadian yang nirkata (non-verbal) lainnya-keseluruhan lingkungan teks itu.

a. Teks

Ada beberapa definisi teks yang dikemukakan oleh ahli-ahli bahasa,

antara lain oleh Halliday dan Hasan (dalam Mulyana, 2005:131) yang menyatakan

bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi, yaitu bahasa yang sedang

melaksanakan tugasnya dalam konteks situasi tertentu pula. Ricoeur (dalam Alex

Sobur, 2004:53) menyatakan bahwa teks adalah wacana (berarti lisan) yang

difiksasikan ke dalam bentuk tulisan sehingga nampak adanya hubungan antara

tulisan dengan teks.

8

Page 10: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

10

Haliday dan Hassan (1976: 1) berpendapat bahwa :

A text is a unit of language in use. It is not a grammatical unit, like a clause or sentence; and it is not defined by its size. A text is sometimes envisaged to be some kind of super-sentence, a grammatical unit that is larger than a sentence but it is related to a sentence in the same way that a sentence is related to a clause, a clause to a group and so on.

Sebuah teks adalah terdiri dari unit-unit bahasa dalam penggunaannya.

Unit-unit bahasa tersebut adalah merupakan unit gramatikal seperti klausa atau

kalimat namun tidak pula didefenisikan berdasarkan ukuran panjang kalimatnya.

Teks terkadang pula digambarkan sebagai sejenis kalimat yang super yaitu sebuah

unit gramatikal yang lebih panjang daripada sebuah kalimat yang saling

berhubungan satu sama lain. Jadi sebuah teks terdiri dari beberapa kalimat

sehingga hal itulah yang membedakannya dengan pengertian kalimat tunggal.

Selain itu sebuah teks dianggap sebagai unit semantik yaitu unit bahasa yang

berhubungan dengan bentuk maknanya. Dengan demikian teks itu dalam

realisasinya berhubungan dengan klausa yaitu satuan bahasa yang terdiri atas

subyek dan predikat dan apabila diberi intonasi final akan menjadi sebuah

kalimat.

Menurut Cook (dalam Eriyanto, 2001:9), teks adalah semua bentuk

bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetepi juga semua

jenis ekspresi komunikasi, ucapan , musik, gambar, efek suara, citra, dan

sebagainya. Riyadi Santoso (2003:15) menyatakan bahwa bahasa selalu muncul

dalam bentuk teks dan selalu merealisasikan suatu perilaku verbal baik itu yang

bersifat sentral atau dominan maupun yang bersifat periferal atau yang

Page 11: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

11

melengkapi dalam proses sosial non kebahasaan. Lebih lanjut Riyadi Santoso

menyatakan bahwa bahasa selalu muncul dalam bentuk teks dan selalu dikelilingi

oleh lingkungannya, baik fisik maupun non fisik yang secara langsung

mendukung keberadaan suatu teks; atau dengan kata lain teks selalu dalam

konteksnya dan membawakan suatu fungsi sosial tertentu.

Crystal dalam Nunan (1993:6) menuliskan bahwa teks adalah wacana

dalam bentuk lisan, tulisan, atau tanda yang diidentifikasi untuk tujuan analisis.

Bentuk teks dapat berupa percakapan, poster,. Dengan demikian, pengertian teks

adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk mengekspresikan fungsi

atau makna sosial dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural.

b. Konteks

Konteks adalah konsep yang penting dalam analisis wacana. Menurut

Nunan (1993:7-8) konteks mengacu pada situasi yang memunculkan suatu

wacana. Nunan membedakan konteks dalam dua jenis. Pertama, konteks linguistik

yaitu bahasa yang melingkupi atau menyertai wacana dalam analisis. Kedua

adalah non-linguistik di mana wacana terjadi. Konteks non-lingistik memasukkan

jenis kejadian komunikatif (misal: ukuran ruangan, penataan perabot), partisipan

dan hubungan antar partisipan dan latar belakang pengetahuan serta asumsi dalam

kejadian komunikatif.

Cook (1989:10) menyatakan bahwa konteks adalah situasi yang berupa

budaya’ hubungan sosial dengan partisipan, apa yang kita ketahui, dan asumsi kita

terhadap apa yang diketahui oleh pengirim pesan yang mempengaruhi ketika kita

Page 12: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

12

menerima pesan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor di luar studi kebahasaan.

Lebih lanjut Cook menyatakan bahwa konteks adalah semua situasi dan hal yang

berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam

bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan

sebagainya.

Konteks adalah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks

dapat dianggap sebagai sebab atau alasan terjadinya suatu pembicaraan atau

dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan

dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang

melatar belakangi peristiwa tuturan itu (Mulyana, 2005:21).

Sumarlam (2003:47) menyatakan bahwa konteks wacana adalah aspek-

aspek dalam (internal) wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal

melingkupi sebuah wacana. Konteks wacana dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu konteks bahasa dan konteks luar bahasa (ekstra linguistic

context) disebut dengan konteks situasi dan konteks saja (Molinowski dalam

Halliday dan Hasan, 1992:8).

Anton M. Moeliono dalam Mulyana (2005:23) menyatakan bahwa

konteks terdiri atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan,

topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan saluran. Dalam kajian sosiolinguistik,

Hymes (dalam Wardhaugh, 1992:245) menggunakian istilah Speaking sebagai

akronim untuk merumuskan faktor-faktor penentu peristiwa tutur. Faktor-faktor

itu bisa berupa:

Page 13: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

13

1) (Setting and scene) latar dan suasana. Latar mengacu pada waktu dan

tempat, misalnya suasana nyata di mana tuturan terjadi. Suasana mengacu

pada keadaan psikologi yang abstrak (formal, informal), atau definisi

budaya dari suatu kejadian. Dalam kedaan tertentu, partisipan bebas untuk

mengubah situasi.

2) (Participants) peserta tuturan, termasuk kombinasi dari pembicara-

pendengar, pemberi tutur-yang diberi tuturan, atau pengirim dan penerima.

Mereka umumnya memenuhi aturan tertentu. Misalnya dalam percakapan

melalui telepon, percakapan tersebut melibatkan pengirim pesan (sender)

dan penerima pesan (receiver).

3) (Ends) hasil, mengacu pada harapan yang dihasilkan dari pertukaran

sebagaimana tujuan pribadi dari partisipan yang mencari penyelesaian

pada kejadian tertentu. Misalnya dalam persidangan di pengadilan,

partisipan dalam persidangan tersebut (saksi, jaksa, pembela, dan hakim)

memiliki tujuan yang berbeda-beda dari tuturan yang mereka kemukakan.

4) (Act sequence) pesan/amanat mengacu pada bentuk dan muatan aktual

dari yang dikatakan: kata-kata yang tepat untuk digunakan, bagaimana

kata-kata itu digunakan, dan hubungan dari apa yang dikatakan, dan

hubungan dari apa yang dikatakan pad topik aktual yang dipegang. Perilku

tutur dalam perkuliahan akan berbeda dengan perilaku tutur dalam

perdagangan.

5) (Key) kunci mengacu pada tekanan, tata cara, atau semangat di mana pesan

tertentu disampaikan, misalnya santai, serius, sarkatik, dan sebagainya.

Page 14: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

14

Kunci juga bisa ditandai dengan perilaku non verbal, misalnya gerak

tubuh. Seorang pendengar akan lebih menekankan perhatiannya pada

kunci daripada muatan aktualnya.

6) (Instrumentalities) sarana mengacu pada pilihan saluran atau media,

misalnya lisan, tertulis, atau telegrafik, dan pada bentuk aktual dari tutur

yang digunakan seperti bahasa, dialek, kode, atau register yang dipilih.

7) (Norms of interaction and interpretation) norma-norma interaksi dan

interpretasi mengacu pada tingkah laku tertentu dan milik yang mengena

untuk pembicaraan dan juga mengetahui bagaimana tingkah laku tersebut

mungkin dilihat oleh seorang yang tidak berbagi dengannya, misalnya

keras volume suara, ketenangan.

8) (Genre) jenis mengacu pada jenis pembatas yang jelas dari tuturan, seperti

puisi, peribahasa, doa, perkuliahan, dan editorial.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks situasi

memiliki hubungan yang sangat erat dengan banyak unsur yang

mempengaruhinya (Halliday dan Hasan , 1994: 13). Selanjutnya, Brown dan

Yule (1996: 12) berpendapat bahwa teks adalah rekaman verbal tindak

komunikasi. Meskipun teks dalam tulis berupa rentetan kata-kata dan kalimat-

kalimat, tetapi sebenarnya yang penting dicermati adalah teks itu terdiri atas

makna-makna.

Atas dasar itu, maka teks dan wacana saling berkaitan. Wacana adalah

pembicaraan yang mengandung pesan dan makna. Pesan yang disampaikan dapat

berbentuk lisan, seperti pidato, khutbah, dan ceramah. Adapun, pesan yang

Page 15: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

15

berbentuk tulisan, misalnya skripsi, tesis, disertasi, makalah, artikel, dan

karangan. Menurut Van Dijk (dalam Hamid, 1988: 21) wacana adalah kesatuan

beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat dengan erat. Hal yang sama

juga diungkapkan oleh Stubbs (1983: 1) bahwa wacana adalah pengaturan bahasa

di atas kalimat atau klusa. Artinya,wacana itu lebih luas dan lebih besar dari

kalimat, seperti percakapan dan teks tertulis.

Wacana dapat diangkat sebagai istilah linguistik yang berupa satuan

lingual yang paling besar. Ini berarti analisis wacana (discourse analysis)

merupakan cabang linguistik yang mengkaji satuan lingual di atas kalimat.

Wacana dapat dianalisis dari segi internal dan eksternal (Praptomo Baryadi, 2002:

3). Analisis wacana dari segi internal meliputi jenis wacana, struktur yang

membangun wacana, dan hubungan antarkalimat yang membentuk wacana.

Analisis wacana dari segi eksternal yang dianalisis meliputi hubungan wacana

dengan ekstra lingual, yaitu yang berkaitan dengan pembicara atau penulis, hal

yang diinformasikan, dari penyimak atau pembaca. Dengan demikian, analisis

wacana merupakan analisis bahasa dalam penggunaannya.

Konteks dalam wacana tulis penting untuk diperhatikan. Hal ini

disebabkan makna sebuah teks sering ditentukan oleh pengertian yang terdapat

pada teks lain. Pemahaman sebuah wacana harus melibatkan unsur-unsur

linguistik, seperti semantik, sintaksis, dan fonologi. Di samping unsur-unsur

linguistik itu, juga melibatkan unsur lainnya yang disebut konteks. Menurut

Hamid (1988: 92) konteks adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling teks yang

Page 16: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

16

meliputi: pembicara, pendengar, situasi, pengetahuan akan dunia, pengalaman

masa lalu, topik pembicaraan, waktu, saluran, dan cara penyampaiannya.

Hasan Alwi (1999: 48-486) mencoba mendiskripsikan penanda kohesi di

dalam bahasa Indonesia yang meliputi: (1) hubungan sebab-akibat, (2) hubungan

unsur-unsur yang mengungkapkan pertentangan, pengutamaan, perkecualian,

konsesi, dan tujuan (3) pengulangan kata atau frase, (4) kata-kata yang

berkoreferensi dan (5) hubungan leksikal. Kebanyakan wacana menunjukkan

bentuk lahir yang kohesif dengan pemakaian penanda kohesif tersebut. Namun,

yang penting suatu wacana yang kohesif yang menyiratkan koherensi, yaitu

hubungan semantis yang mendasari wacana itu. Jadi, yang paling penting adalah

suatu wacana memiliki hubungan yang kohesif sekaligus koheren.

c. Wacana

Istilah wacana telah dibahas oleh banyak ahli bahasa. Cook (1994:24)

mendefinisikan wacana sebagai kelenturan penggunaan bahasa, pengambilan

makna dalam konteks untuk pemakaiannya, dan dirasa bertujuan, bermakna, dan

berkaitan.

Bahasan dari istilah wacana juga dikemukakan oleh Crystal dalam Nunan

(1993:7) menyatakan bahwa wacana adalah rentangan yang berkelanjutan

(terutama bahasa lisan), yang lebih panjang daripada sebuah kalimat, sering

merupakan unit yang koheren, seperti argumen, lelucon atau narasi. Nunan

(1993:7) menyatakan bahwa analisis wacana melibatkan kajian bahasa dalam

penggunaan. Tujuan utama dari analisis wacana adalah untuk menunjukkan dan

Page 17: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

17

menginterpretasikan hubungan antara regularitas dan makna serta tujuan yang

diekspresikan melalui wacana.

Firth (dalam Alex Sobur, 2004:10) menyatakan bahwa wacana adalah

bahasa dan tuturan yang ada dalam rangkaian kesatuan situasi penggunaan yang

utuh sehingga makna suatu bahasa berada pada rangkaian konteks dan situasi.

Dapat diartikan bahwa dalam wacana terdapat hubungan antara konteks-konteks

yang terdapat di dalam teks.

Wacana dimaknai sebagai teks dalam konteks bersama-sama. Titik

perhatian analisis wacana adalah mengambarkan teks dan konteks secara bersama-

sama dalam suatu proses komunikasi (Eriyanto, 2001:9). Alex Sobur berpendapat

bahwa wacana adalah semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan

mempunyai efek dalam dunia nyata. Johnstone (2002:2) menyatakan bahwa para

penganalisis wacana biasanya berarti kejadian aktual dari suatu komunikasi dalam

media bahasa, Komunikasi sendiri dapat melibatkan media lain selain bahasa.

Pengertian wacana menurut Carlson dalam Tarigan, 1993:23-24) adalah

rentangan ujaran yang berkesinambungan (urutan kalimat-kalimat individual).

Wacana tidak hanya terdiri dari untaian ujaran atau kalimat yang secara

gramatikal teratur rapi.

Mulyana (2005:21) menyatakan bahwa wacana adalah wujud atau bentuk

bahasa yang bersifat komunikatif, interpretatif, dan kontekstual. Dalam pemakaian

bahasa diperlukan adanya interpretasidan pemahaman konteks wacana. Hodge dan

Kress (1988:6) menuliskan bahwa wacana adalah sisi di mana organisasi bentuk-

Page 18: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

18

bentuk sosial yang berhubungan dengan sistem tanda dalam produksi teks yang

selanjutnya memproduksi kembali atau mengubah rangkaian makna dan nilai

yang memeperbaiki suatu budaya.

Dari berbagai pengertian yang telah dinyatakan oleh para ahli bahasa,

wacana adalah teks dan konteks yang dimaknai secara bersama-sama. Hal ini

seperti apa yang dinyatakan oleh Eriyanto. Teks dan konteks dapat

menggambarkan suatu proses komunikasi. Dapat dikatakan bahwa suatu teks

muncul karena adanya konteks situasi dan konteks kultural di dalamnya. Dengan

demikian kepaduan suatu wacana dapat dikaji dari kedua unsur tersebut.

2. Analisis Wacana

Mohammad A. S. Hikam (dalam Eriyanto, 2001:4) membahas bahwa ada

tiga perbedaan paradigma analisis wacana dalam pandangannya mengenai

bahasa. Pertama, bahasa dilihat sebagai jembatan antara menusia dengan objek di

luar dirinya. Salah satu ciri pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan

realitas sehingga orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai

yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu

dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik. Analisis wacana

dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian

bersama.

Pandangan kedua menyatakan bahwa bahasa tidak hanya dilihat sebagai

alat untuk memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek sebagai

penyampai pernyataan. Pandangan ini menganggap bahwa subjek memiliki

Page 19: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

19

kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap

wacana. Analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar

maksud-maksud dan makna-makna tertentu.

Pandangan ketiga sering disebut sebagai pandangan kritis. Bahasa dalam

pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam bentuk

subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun startegi-strategi di dalamnya.

Dalam pandangan ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan

kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai tindakan

representasi yang terdapat dalam masyarakat. Analisis wacana kategori ini disebut

sebagai analisis kritis (Critikal Discourse Analysis/CDA).

Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti

latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi,

dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu (Eriyanto, 2001:8). Cook

(dalam Eriyanto, 2001:8) menyatakan bahwa analisis wacana juga memeriksa

konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan

mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana

perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap

masing-masing pihak. Bahasa dipahami dalam konteks secara keseluruhan. Titik

perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara

bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Kajian bahasa di sini memasukkan

konteks, karena tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, situasi,

dan sebagainya (Eriyanto, 2001:9).

Page 20: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

20

Lebih lanjut Eriyanto mendeskripsikan bahwa ada beberapa konteks yang

penting yang berpengaruh terhadap produksi wacana.

a. Partisipan wacana

Partisipan wacana adalah latar siapa yang memproduksi wacana.

Produksi wacana yang dihasilkan oleh partisipan wacana dipengaruhi oleh jenis

kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, dan agama.

b. Seting sosial tertentu

Konteks yang memepengaruhi setting sosial tertentu terhadap produksi

wacana adalah tempat, waktu, posisi pembicara (penutur) dan pendengar (mitra

tutur), dan lingkungan fisik. Untuk mengkaji suatu wacana, faktor konteks situasi

dan konteks kultural menjadi bagian yang kuat dalam melatar belakangi suatu

teks. Suatu tuturan akan memiliki makna dalam suatu komunikasi apabila

partisipan dalam tuturan dapat memahami konteks dari apa yang dituturkan.

Seperti apa yang dinyatakan oleh Eriyanto bahwa bahasa memasukkan konteks,

karena tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, situasi, dan

sebagainya (Eriyanto,2001:9).

Tarigan (1993:24) menuliskan bahwa analisis wacana adalah telaah

mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Kita menggunakan bahasa dalam

kesinambungan atau untaian wacana. Tanpa konteks, tanpa hubungan-hubungan

wacana yang bersifat antarkalimat dan suprakalimat maka kita sukar

berkomunikasi dengan tepat satu sama lain.

Page 21: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

21

Semantik adalah kerangka analisis wacana. Van Dijk (dalam Alex Sobur

(2004:78) memberikan pengertian semantik sebagai makna lokal (local meaning),

yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi

yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Analisis wacana

memusatkan perhatian pada dimensi teks (makna yang eksplisit ataupun implisit).

Semantik mendefinisikan bagian yang penting dari stuktur wacana dan

menggiring kearah sisi tertentu dari suatu peristiwa.

Analisis wacana melihat bahasa dalam teks dan konteks secara bersama-

sama dalam suatu komunikasi. Bukan hanya susunan struktur kalimat saja yang

menjadi perhatian, namun makna dari suatu kalimat juga unsur yang penting

dalam analisis wacana. Dalam analisis wacana, penafsiran makna tidak hanya

dilakukan pada pernyataan yang nyata dalam teks, namun juga harus dianalisis

dari makna yang tersembunyi. Konteks situasi yang melatarbelakangi terjadinya

suatu bentuk komunikasi sangat terkait dalam proses analisis wacana.

3. Konteks Situasi

Halliday dan Hasan dalam buku Cohesion in English menyatakan bahwa

suatu teks tidak dapat dievaluasi tanpa mengetahui sesuatu tentang konteks

situasi. Petunjuk-petunjuk linguistik dan situasi digunakan dalam mengkaji suatu

teks. Secara linguistik, fitur-fitur yang terikat dalam teks, pola hubungan,

ketergantungan secara struktur, yang mengacu pada kohesi akan direspon. Secara

situasi, semua pengetahuan tentang lingkungan: apa yang terjadi, bagian apa dari

Page 22: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

22

bahasa yang berperan, dan siapa yang terlibat juga dipertimbangkan (Halliday,

Hasan, 1976:20).

Dalam studi wacana, aspek-aspek kebahasaan sering disebut dengan

istilah aspek internal dan aspek situasi disebut aspek eksternal. Halliday dan

Hasan (1970:20) juga menambahkan bahwa ketika membuat suatu penilaian

terhadap suatu wacana, peneliti bahasa terikat untuk membuat observasi pada dua

perhatian. Yang pertama adalah hubungan dalam bahasa, yaitu pola makna yang

direalisasikan oleh tata bahasa dan kosa-kata. Kedua, hubungan antara bahasa dan

fitur-fitur yang relevan dengan materi pembicara (penutur) dan pendengar (mitra

tutur) serta lingkungan sosial dan ideologi penutur dan mitra tutur. Syafi’ie (dalam

Alex Sobur, 2004:57) mendefinisikan konteks sosial (social context) adalah

realisasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antar pembicara

(penutur) dengan pendengar.

Hamid Hasan Lubis (1993:12) menyatakan bahwa jika terjadinya kalimat

atau wacana mempertimbangkan faktor-faktor non-linguitik, maka penganalisisan

haruslah mempertimbangkan hal-hal tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi

kondisi, situasi, pembicara, pendengar, topik pembicaraan, dan yang lain yang

semestinya dianalisis agar kesimpulan lahirlah saja, namun juga kesimpulan

batiniah.

Sumarlam (2003:47) menyatakan bahwa konteks situasi dan budaya

dalam wacana dapat dilakukan dengan berbagai prinsip penafsiran dan prinsip

analogi. Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah:

Page 23: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

23

a. Prinsip penafsiran personal, yaitu berkaitan dengan siapa sesungguhnya

yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana.

b. Prinsip penafsiran lokasional, yaitu berkenaan dengan tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

c. Prinsip penafsiran temporal, berkaitan dengan pemahaman mengenai

waktu.

d. Prinsip analogi, digunakan sebagai dasar baik oleh penutur maupun mitra

tutur untuk memahami makna dan mengidentifikasi maksud dari (bagian

atau keseluruhan) sebuah wacana.

Lebih lanjut menurut Sumarlam (2003:47), di samping pemahaman

mengenai konteks, inferensi juga merupakan proses yang sangat penting dalam

memahami wacana. Inferensi adalah proses yang harus dilakukan oleh pendengar

atau pembaca untuk memahami maksud pembicara atau penulis. Pemahaman

tersebut dapat dilakukan berdasarkan konteks sosial dan budaya serta pengetahuan

tentang dunia (knowledge of world).

Vand Dijk (1985:6) menyatakan bahwa wacana khususnya dalam media

terdapat fitur-fitur konteks, yaitu dalam produksi dan resepsi sebagaimana dalam

situasi dan budaya. Kebanyakan hasil karya media massa memasukkan dimensi

sosial dalam proses komunikasi.

Scott Jacobs dalam Littlejohn (1999:83-84) menyatakan bahwa ada tiga

jenis masalah yang ditangani dalam Analisis Wacana. Pertama, masalah makna

Page 24: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

24

(problem of meaning). Dalam masalah makna, hal yang penting untuk diketahui

adalah bagaimana seseorang memahami pesan. Dalam hal ini, informasi apa yang

ada dalam suatu struktur pernyataan, ada sesuatu yang membuat orang lain dalam

makna pernyataan tersebut.

Kedua, analisis wacana adalah masalah tindakan, atau mengetahui

bagaimana mendapatkan sesuatu yang dilakukan melalui percakapan. Kita

memiliki pilihan ketika kita ingin melakukan sesuatu, misalnya menyuruh,

meminta, atau menyapa. Di sinilah seseorang menentukan bagaimana seseorang

menyatakan sesuatu.

Dalam mengkaji suatu wacana, pemahaman terhadap wacana tersebut

perlu mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu hubungan dalam bahasa, yaitu

pola makna yang direalisasikan oleh tata bahasa kosakata. Selain hubungan

dalam bahasa, antara bahasa dan fitur-fitur yang relevan dengan materi pembicara

(penutur) dan pendengar (mitra tutur) serta lingkungan soaial dan ideologi penutur

dan mitra tutur untuk diperhatikan seperti apa yang dinyatakan oleh Halliday dan

Hasan (1976:20).

Di dalam Spoken Discourse: A Model for Analysa (1981: 4),wacana

adalah satu peristiwa yang terstruktur diwujudkan di dalam perilaku linguistik

(bahasa) atau yang lainnya (Edmonson, 1981: 4). Di sini wacana terikat dengan

peristiwa yang terstruktur, dan lebih jauh dijelaskan pula bahwa teks adalah

urutan-urutan ekspresi linguistik yang terstruktur membentuk keseluruhan yang

padu atau uniter. Dengan demikian, di dalam hal ini penulis wacana membedakan

Page 25: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

25

wacana yang terikat peristiwa (urutan ekspresi linguistik yang membentuk

keseluruhan yang padu (uniter) dari teks terstruktur.

Wacana dikatakan pula sebagai salah satu istilah umum dalam contoh

pemakaian bahasa, yakni bahasa yang dihasilkan oleh tindak komunikasi

(Richards, dkk, 1985: 45). Tata bahasa, dikatakannya mengacu pada kaidah-

kaidah pemakaian bahasa, pada bentuk unit-unit gramatikal, seperti; frase, klausa,

dan kalimat, sedangkan wacana mengacu pada unit-unit bahasa yang lebih besar,

seperti paragraf-paragraf, percakapan-percakapan, dan wawancara-wawancara.

Struktur wacana sebagai suatu organisasi tulisan harus ada dalam sebuah wacana

tulis, seperti karangan yang menjadi penelitian ini.

4. Kohesi dalam Bahasa Indonesia

Menurut Sarwiji Suwandi (dalam Hairston, Halliday dan Hasan 1992:

65) mengemukakan bahwa kohesi adalah perangkat sumber-sumber kebahasaan

yang dimiliki setiap bahasa sebagai bagian dari metafungsi tekstual untuk

mengaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya. Ahli lain berpendapat bahwa

kohesi merupakan perekat, yang melekatkan bagian-bagian karangan. Menurut

Gutwinski (1976: 26), kohesi ialah hubungan antarkalimat dan antarklausa dalam

sebuah teks, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal. Sejalan

dengan pendapat itu menurut Nunan (1993: 21), kohesi - yang disebutnya peranti

pembentuk teks (teks formatting device) ialah kata atau frasa yang memungkinkan

penulis atau pembicara menyusun hubungan antarkalimat atau antarujaran dan

yang membantu mempertautkan kalimat-kalimat dalam sebuah teks. Pendapat

Page 26: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

26

senada dikemukakan oleh Richard, Platt, dan weber (1985: 45) bahwa kohesi

adalah hubungan gramatikal dan atau leksikal antarunsur dalam sebuah teks.

Pendapat senada dikemukakan pula oleh Richards, Platt, dan Weber (1985: 45)

bahwa kohesi adalah hubungan gramatikal dan atau leksikal antarunsur dalam

sebuah teks. Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh Hasan Alwi dkk. (1993:

481), yang menegaskan bahwa kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur

yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian

yang apik atau koheren.

Pendapat–pendapat di atas memberikan gambaran yang makin jelas

mengenai konsep koherensi dan kohesi. Koherensi berbeda dari kohesi; yang satu

mengenai hubungan antarkalimat menurut nalar, yang lain, menyangkut hubungan

pengungkapan hubungan itu secara verbal. Kohesi membuat karangan menjadi

padu dan konsisten sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

Halliday dan Hasan (1976: 5-6) mendeskripsikan secara lengakap jenis

peranti kohesi yang terdapat dalam bahasa Inggris. Seacara garis besar peranti

kohesi itu meliputi lima macam dan yang oleh penulisnya kemudian

dikelompokkan menjadi empat kategori. Peranti kohesi itu adalah (1) pengacuan

(reference), (2) penyulihan (substitution) (3) penghilangan (ellipsis), (4) konjungsi

(conjungtion), dan (5) kohesi leksikal (lexikal cohesion).

Agak berbeda dengan pendapat Halliday dan Hasan yang telah diuraikan

di atas, Cook (1989: 15-21) mengemukakan dua hubungan di dalam penggunaan

bahasa, yaitu hubungan formal (pengacuan pada fakta-fakta di luar bahasa).

Page 27: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

27

Uraian di dalam tulisan ini dibatasi pada hubungan formal sebab- sebagaimana

juga ditandaskan Cook-yang di bicarakan berkenaan dengan teks. Hubungan

formal antarkalimat dan antarklausa dikenal sebagai peranti kohesi (cohesion

device). Lebih lanjut Cook menjabarkan peranti kohesi–dalam bahasa Inggris –

tersebut atas (1) bentuk verba (verb form), (2) kesejajaran atau paralelisme

(paralelism), (3) ekspresi pengacuan (referring ekspresssions), yang dibedakan

atas anafora dan katafora (4) repetisi dan rantai leksikal (repetition and lexal

chains), ( 5) penyulihan (substitution), (6) penghilangan (elipsis), dan (7)

konjungsi (conjungtion).

Apabila dibandingkan secara cermat pendapat Cook di atas tampak

banyak persamaannya dengan pendapat Halliday dan Hasan. Perbedaan lebih pada

penggunaan istilah; misalnya, dalam hal penggunaan istilah hubungan formal dan

hubungan kontekstul. Hubungan formal pengertiannya dapat disejajarkan dengan

hubungan endoforis sebagaimana yang dikemukakan Halliday dan Hasan;

sedangkan hubungan kontekstual dapat disejajarkan dengan hubungan eksoforis

yang bersifat situasional. Perbedaan antar kedua pendapat di atas, tampak pada

pengklasifikasian jenis peranti kohesi. Cook memasukkan bentuk verba dan

kesejajaran sebagai bentuk peranti kohesi tersendiri.

Anton M Moeliono, dkk. dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

(1999:427) menyatakan bahwa kohesi merupakan hubungan perkaitan

antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan

semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana. Kebanyakan wacana

atau teks menunjukkan bentuk lahir yang kohesif dengan pemakaian sarana

Page 28: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

28

kohesi, namun kohesi juga menyiratkan hubungan semantis yang mendasari

wacana itu.

Hal ini berarti pula bahwa kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam

sebuah wacana baik dalam strata gramatikal maupun strata leksikal tertentu

(Gutwinsky, 1976:26). Kohesi adalah hubungan semantik atau hubungan makna

antara unsur-unsur di dalam teks dan unsur-unsur lain yang penting untuk

menafsirkan atau menginterpretasi teks, pertautan logis antarkejadian atau makna-

makna di dalamnya; keserasian antara unsur yang satu dengan unsur yang lain

dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik (Moeliono, 1989: 343)

dalam Sumarlam dkk (2005: 173). Hubungan kohesif sering ditandai dengan

pemarkah gramatikal (kohesi gramatikal) maupun pemarkah leksikal (kohesi

leksikal). Historically the "tie that binds" the group has been cohesion, which has

been defined as the close knittedness or attraction of members for the group

(Cartwright, 1968).

5. Kohesi Gramatikal

Analisis kohesi gramatikal merupakan analisis dari segi bentuk atau

struktur lahir wacana. Dalam Sumarlam (2003: 23) dinyatakan bahwa hubungan

anatarbagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hubungan bentuk

yang disebut sebagai kohesi (cohesion) dan hubungan makna atau hubungan

semantis yang disebut koherensi (coherence). Halliday dan Hasan membagi

kohesi menjadi dua jenis yaitu kohesi gramatikal (grammatical cohesion) dan

kohesi leksikal (lexical cohesion). Dalam analisis wacana, segi bentuk atau

Page 29: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

29

struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal wacana; sedangkan segi makna

atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal wacana.

Halliday dan Hasan (dalam Sumarlam, 2003: 23) merinci aspek

gramatikal wacana meliputi: (1) pengacuan, (2) penyulihan, (3) pelesapan, (4)

perangkaian. Dalam hal ini akan kami jelaskan mengenai aspek aspek gramatikal

secara rinci sehingga makna kalimat tersebut menjadi jelas dan dapat dipahami.

a. Pengacuan

Pengacuan atau referensi adalah jenis kohesi gramatikal yang berupa

satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual yang lain (atau suatu

acauan) yang mendahului atau mengikutinya. Berdasarkan tempatnya, pengacuan

dibedakan menjadi dua jenis: (1) pengacuan endofora apabila acuannya (satuan

lingual yang diacu) berada atau terdapat di dalam teks wacana itu, dan (2)

pengacuan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana.

Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuannya dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu pengacuan anaforis (anaphoric reference) dan pengacuan

kataforis (cataphoric reference). Pengacuan anaforis adalah salah satu kohesi

gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual

tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya, atau

mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah disebut

terdahulu. Pengacuan kataforis merupakan salah satu kohesi gramatikal yang

berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang

Page 30: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

30

mengikutinya, atau mengikuti anteseden di sebelah kanan, atau mengacu pada

unsur yang baru disebutkan kemudian. Jenis kohesi gramatikal pengacuan

diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu (1) pengacuan persona (saya, kami,

kita, dia, -nya, mereka), (2) pengacuan demonstratif (waktu: kini, sekarang, yang

lalu, yang akan datang; tempat: sini, ini, itu, sana), dan (3) pengacuan komparatif

(seperti, tidak berbeda dengan, sama dengan).

b. Penyulihan

Penyulihan atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang

berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan

lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Dilihat dari segi

satuan lingualnya, substitusi dapat dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal,

frasal, dan klausal.

(1) Substitusi nominal

Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori

nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang berkategori nomina, dalam

hal ini bila terdapat satuan lingual yamg berkategori nomina yang dapat

digantikan dengan satuan lingual lain yang juga berkategori sama, maka substitusi

itu disebut substitusi nominal. Contoh kata derajat, tingkat diganti dengan

pangkat, kata gelar diganti titel. Agar lebih jelas perhatikan contoh berikut.

(a) Bagus sekarang sudah berhasil mendapat gelar Sarjana Sastra.

Page 31: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

31

Titel kesarjanaannya itu akan digunakan untuk mengabdi kepada nusa dan

bangsa melalui sastranya.

(b) Hanya saja, jangan sampai lupa: derajat yang sudah kita peroleh sekarang

ini sedapat mungkin bawalah sebagai bekal untuk meraih tingkat yang

lebih tinggi. Pilihlah sekolah yang murid-muridnya sudah menjadi

berpangkat.

Pada contoh (a) satuan lingual nominal gelar yang telah disebut

terdahulu telah digantikan oleh satuan lingual nomina pula yaitu kata titel yang

disebutkan kemudian. Sementara itu, pada contoh (b) nomina derajat

disubstitusikan dengan nomina tingkat lalu pada tuturan yang sama

disubstitusikan lagi dengan nomina pangkat. Baik pada contoh (a) maupun (b)

karena satuan lingual yang berkategori nomina itu digantikan dengan satuan

lingual lain yang juga berkategori sama, maka substitusi itu disebut substitusi

nominal.

(2) Substitusi verbal

Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori

verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verba.

Apabila terdapat penggantian satuan lingual berkategri verba satu digantikan

verba yang menyerupai maka terjadilah substitusi verba (antara verba satu

menggantikan verba yang lain). Coba perhatikan contoh substitusi verbal berikut

ini.

Page 32: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

32

(a) Wisnu mempunyai hobi mengarang cerita pendek. Dia berkarya sejak

masih di bangku sekolah menengah pertama.

(b) Kita kadang berusaha dengan setengah hati, padahal jika kita mau

berikhtiar dengan sungguh-sungguh tentu akan menjadi lebih baik

hasilnya.

Pada contoh (1) tampak adanya penggantian satuan lingual berkategori

verba mengarang dengan satuan lingual yang lain yang berkategori sama, yaitu

berkarya.Demikian pula pada contoh tuturan (2) verba berusaha digantikan

dengan verba berikhtiar. Dengan demilkian terjadi substitusi verbal pada kedua

contoh tersebut.

(3) Substitusi frasal

Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa

kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa. Pada substitusi ini

antara kalimat pertama dengan kalimat kedua dan ketiga disubstitusikan sehingga

terjadi perbedaan antara kalimat satu, dua dan ketiga dengan kalimat yang sama.

Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikut.

(1) Aku tidak meneruskan pertanyaanku. Ayahku juga tidak berbicara.

Dua orang sama-sama diam.

(2) Maksud hati mau menengok orang tua. Mumpung hari Minggu,

senyampang hari libur.

Page 33: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

33

Tampak pada contoh (1) kata aku pada kalimat pertama dan ayahku

pada kalimat kedua disubstitusi dengan frasa dua orang pada kalimat ketiga,

sedangkan pada contoh (2) frasa hari Minggu pada kalimat kedua disubstitusikan

dengan hari libur pada kalimat yang sama.

(4) Substitusi klausal

Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa

klausal atau kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frasa.

Pada kalimat ini yang satu berfungsi sebagai klausa atau kalimat tersebut

disubstitusikan oleh satuan lingual yang lain, sehingga antara klausa dan tuturan

dalam masing-masing kalimat jelas, dan dapat dicermati dalam contoh-contoh

kohesi gramatikal. Contoh subtstitusi klausal dalam kalimat adalah sebagai

berikut.

S: ’’Jika perubahan yang dialami oleh Rudi tidak bisa diterima dengan baik

oleh orang-orang di sekitarnya; mungkin hal itu disebabkan oleh

kenyataan bahwa orang-orang itu banyak yang sukses seperti Rudi’’.

T: ’’Tampaknya memang begitu.’’

Pada percakapan diatas terdapat substitusi klausal, yaitu tuturan S yang

berupa satuan lingual klausa atau kalimat itu disubstitusikan oleh satuan lingual

pada tuturan T yang berupa kata begitu. Atau sebaliknya, kata begitu pada

tuturan T menggantikan klausa atau kalimat pada tuturan S.

Page 34: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

34

Dari contoh-contoh kohesi gramatikal melalui penyulihan atau substitusi,

baik substitusi nominal, verbal, frasal, maupun klausal, maka substitusi tersebut

selain mendukung kepaduan wacana juga mempunyai fungsi lain yang sangat

penting. Dalam hal ini, penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual

lain dalam wacana itujuga berfungsi untuk (1) menghadirkan varasi bentuk, (2)

menciptakan dinamisasi narasi,(3) menghilangkan kemonotonan, dan (4)

memperoleh unsur pembeda.)

Another kind of formal link between sentences is the substitution of words like do or so for a word or group of words which have appeared in an earlier sentence. it would be very long-winded if we had always to answer a question like do you like mangoes? with a sentence like Yes I like mangoes. It is much quicker, and it mean the same, if we say Yes I do or Yes I think so. Unfortunately, much traditional language teaching, in zeal for practising verb tenses and using new vocabulary, has concentrated exclusively on longer forms (Answer with a full sentence please!) and deprived students of briefer, more authentic option (Cook 1989:20).

Macam kalimat formal adalah penggantian kata-kata seperti lakukan atau

kira-kira untuk kelompok kata-kata yang sudah nampak adalah suatu kalimat lebih

awal. Sangat bertele-tele jika kita harus selalu menjawab suatu pertanyaan, seperti

apakah kamu suka mangga? dengan kalimat.Ya aku suka mangga. lebih cepat, dan

arti yang sama, jika kita katakana,ya aku lakukan atau ya aku berpikir, maka,

Sungguh, banyak bahasa tradisional dalam katakerja dan penggunaan kosa kata

baru, sehingga memusatkan dengan suatu kalimat penuh dan para siswa pilih

yang lebih ringkas, lebih asli (Cook 1989: 20).

Page 35: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

35

c. Pelesapan (elipsis)

Pelesapan (elipsis) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang

berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan

sebelumnya. Unsur satuan lingual yang dilesapkan itu dapat berupa kata, frasa,

klausa, atau kalimat. Fungsi pelesapan dalam wacana ini ialah untuk (1)

menghasilkan kalimat yang efektif (efektif kalimat), (2) efisiensi, yaitu untuk

mencapai nilai ekonomis dalam pemakaian bahasa, (3) mencapai aspek kepaduan

wacana, (4) bagi pembaca/pendengar berfungsi untuk mengaktifkan pikirannya

terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa, dan (5) untuk

kepraktisan berbahasa terutama dalam berkomunikasi secara lisan. Cook (1989:

20) juga menjelaskan mengenai pelesapan atau elipsis sebagai berikut.

Sometimes we do not even need to provide a substitute for a words or phrase which has already been said. We can simply omit it, and know that the missing part can be reconstructed quite succesfully. Instead of answering would you like a glass of beer? with yes I would like a glass of beer we can just say Yes I would knowing that like a glass of beer will be understood. Or if someone says What are you doing? we can just answer Eating a mango instead of I am eating a mango because we know that I am is understood and does not have to be said. Omitting part of sentences on the assumtion that an earlier sentence or the context will make the meaning clear is known as ellipsis (Cook 1989: 20).

d. Perangkaian (konjungsi)

Perangkaian atau konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal

yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur lain

dalam wacana.Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa,

Page 36: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

36

klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya

alinea dengan pemarkah lanjutan, topik pembicaraan dengan pemarkah alih topik.

Perangkain dapat berupa satuan lingual satuan lingual dan, atau, tetapi, namun,

sebab, karena, meskipun, jika, dll. Konjungsi berbeda dengan pengacuan,

substitusi, dan elipsis dalam hal bukan suatu upaya untuk mengingatkan pembaca

akan adanya wujud, tindakan, keadaan, dan lain sebagainya yang disebutkan lebih

dahulu. Dengan kata lain, konjungsi bukanlah hal yang dimaksudkan oleh para

linguis sebagai hubungan anaforis, Namun, konjungsi di-masukkan ke dalam

kohesi karena konjungsi memarkahi hubungan yang hanya dapat dimengerti

sepenuhnya melalui pengacuan ke bagian lain teks. Halliday dan Hasan

menunjukkan empat jenis hubungan yang dimarkahi oleh konjungsi, yakni

konjungsi temporal, kausal, aditif, dan adversatif.

Yet another type of formal relation between sentences -and perhaps the most apparent -is provided by those word and phrases which explicitly draw attention to the type of relationship which exists between one sentences or clause and another. These are conjunctions. These are conjunctions. These words may simply add more information to what has already been said (and, furthermore, add to that) or elaborate or exemplify it (for instance, thus, in other words). they may contrast new information with old information, or put another side to the argument (or, on the other hand, however, conversely) (Cook 1989: 21).

Jenis hubungan formal antar kalimat yang paling nyata disajikan oleh

ungkapan dengan tegas, dan menarik perhatian kepada jenis yang ada hubungan

antara satu kalimat atau anak kalimat/ketentuan lain. adalah kata penghubung.

(Ini). Kata-Kata (ini) yang bisa dipastikan menambah lebih, informasi apa yang

Page 37: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

37

telah dikatakan dalam merinci atau menerangkan dengan contoh itu (sebagai

contoh, seperti itu, dengan kata lain). mereka boleh membandingkan informasi

baru dengan informasi lama atau menaruh sisi lain kepada argumentasi ( atau,

pada sisi lain, bagaimanapun, dan sebaliknya) Cook 1989: 21).

Penelitian dalam persepsi konjungsi kohesif mungkin lebih banyak

daripada dalam bidang lain. Ini disebabkan oleh fakta bahwa para ahli psikologi

perkembangan selalu tertarik pada perkembangan persepsi tentang hubungan logis

dan sebagian lagi karena para ahli pendidikan percaya bahwa kata-kata

penghubung merupakan bagian penting dalam struktur teks ilmiah.

Greer (dalam Nunan1992: 22) menunjukkan bahwa suatu aspek penting

pertumbuhan penalaran adalah perkembangan pemahaman tentang kata-kata

penghubung yang logis dan bahwa pemerolehan pengertian lebih merupakan

kemampuan yang berkembang dan bersinambung dari-pada suatu proses semua-

atau-tidak sama sekali.

Gardner (dalam Nunan 1992: 22) menunjukkan bahwa persepsi kata-kata

penghubung terikat konteks dan merupakan faktor penting dalam membaca sains

pada tingkat sekolah menengah. Stoodt (dalam Nunan 1992: 22) menemukan sutu

korelasi yang dinyatakan oleh konjungsi dan pemahaman bacaan. Ada juga

perbedaan yang cukup besar dalam kesukaran pada berbagai jenis konjungsi.

Suatu kelompok studi lain yang penting telah menyelidiki kegunaan

pemarkah-pemarkah itu sendiri dalam persepsi kohesi. Pearson (dalam Nunan

Page 38: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

38

1992: 23) menemukan bahwa subjek penelitian mengalami kesukaran yang lebih

besar dalam memahami hubungan-hubungan implisit daripada eksplisit. Pada

tingkat perguruan tinggi, Irvin menemukan bahwa keeksplisitan dan urutan klausa

adalah penting untuk memahami hubungan kausal yang timbal balik. Kintsch

(dalam Nunan 1992: 22) juga menemukan bahwa pemahaman orang dewasa akan

informasi yang dinyatakan secara eksplisit dikurangi saat informasi itu dibuat

implisit. Diphak lain, Freebody dan Anderson (dalam Nunan 1992: 23), dengan

memakai teks yang didalamnya kohesi ’direndahkan’ ke berbagai tingkatan,

berpendapat bahwa alat-alat kohesi tidak amat mempengaruhi pemahaman. Studi

ini tampaknya menunjukkan bahwa hubungan tekstual itu sendirilah yang

menentukan kesukarannya bukan petunjuk kohesi. Dalam tiga penelitian yang

dikutip di dalamnya pemarkah merupakan hal penting, kalimat-kalimat yang

mengandung hubungan itu sengaja ditulis ulang untuk mengaburkan hubungan-

hubungan itu sendiri. Hal ini mungkin akan mempengaruhi keterbacaan

Lautamatti (dalam Nunan 1992: 24 ). Mungkin juga kasusnya adalah bahwa

hubungan logis yang diisyaratkan oleh konjungsi lebih sukar daripada jenis kohesi

lain dan hubungan-hubungan ini perlu dimarkahi secara eksplisit bila sedang

menangani isi yang tudak lazim. Sudah dikemukakan bahwa konjungsi mewakili

tipe kohesi yang berbeda dengan pengacuan, pelesapan, substitusi, serta kohesi

leksikal karena bukan merupakan petunjuk jalan maupun petunjuk cara bagaiman

kedudukakan suatu bagian teks dihubungkan dengan bagiannya yang lain.

Page 39: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

39

e. Pronomina

Sebagai alat yang berfungsi menciptakan kepaduan wacana, pronomina

banyak digunakan dalam wacana bahasa Indonesia. Pronomina atau kata ganti

terdiri dari kata ganti diri, kata gant penunjuk, dan lain-lain. Kata ganti diri dalam

bahasa Indonesia adalah: a) saya, aku, kita, kami. b) engkau, kamu, kau, kalian,

Anda. c) dia, mereka. Penggunaan kata ganti diri di atas dapat kita lihat dan baca

pada contoh berikut ini.

Salsa, Bila, dan Clara sedang duduk-duduk di beranda depan rumah Pak

Karjo. Mereka sedang asyik berincang-bincang. Sebenarnya mereka sedang

menanti saya dan Hendra. Untuk belajar bersama-sama. Saya tiba dan menyapa

mereka dengan ucapan selamat sore. Hendra belum juga tiba. Mungkin dia

terlambat datang karena mobinya mogok. Sebentar kemudian dia pun tiba.

’’Maaf, saya terlambat, tadi kendaraan padat benar di jalan. Mungkin kalian

sudah jengkel menanti saya. Sasa menjawab dengan tersenyum: ’’Tidak apa-apa,

kami memaafkan kamu, Hendra! Teman-teman mari kita mulai membicarakan

dan mengerjakan pekerjaan rumah kita: pelajaran bahasa Indonesia.’’ Kami asyik

berdiskusi, dan semua tugas dapat kami selesaikan dengan baik.

6. Kohesi Leksikal

Kepaduan wacana selain didukung oleh aspek gramatikal atau kohesi

gramatikal juga didukung oleh aspek leksikal atau kohesi leksikal. Kohesi leksikal

ialah hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis. Dalam hal ini, untuk

Page 40: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

40

menghasilkan wacana yang padu pembicara atau penulis dapat menempuhnya

dengan cara memilih kata-kata yang sesuai dengan isi kewacanaan yang

dimaksud. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan

pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik

antarasatuan lingual . Muller, Natascha (2005: 6) as the result of a fused lexical

or grammatical system...language(s).

Halliday dan Hasan (1976: 4) menyatakan bahwa pengertian kohesif atau

sisipan adalah konsekuensi dari pembicara dwi bahasa upaya untuk menciptakan

koherensi antara ucapan-ucapan dalam bahasa yang berbeda. Dengan mengulangi

satu pokok leksikal dari ucapan sebelumnya bahkan jika bahasa interaksi telah

berubah, seorang pembicara membentuk kohesi leksikal antara kedua ucapan-

ucapan. Menafsirkan penyisipan sebagai akibat dari kohesi leksikal berfungsi

untuk menjelaskan beberapa karakteristik linguistik lintas dari penyisipan, yaitu

dominasi kata benda (seperti kohesi leksikal dibatasi pada dasarnya item kelas

terbuka), dan asimetri antara bahasa (sebagai pilihan leksikal dipengaruhi oleh

konteks di mana pokok leksikal digunakan dan pilihan bahasa dibatasi dalam

beberapa konteks). Lebih jauh lagi, analisis menghilangkan kebutuhan untuk

membedakan antara kata-kata pinjaman, kesempatan ini pinjaman, atau

codeswitches item tunggal, sebagai pokok leksikal tidak lagi didefinisikan dalam

hubungan dengan leksikon bahasa dalam konteks yang terjadi, melainkan oleh

dari kohesif di mana ia berpartisipasi.

Pendapat Halliday dan Hasan di atas diperkuat oleh Angermeyer (2002:

1) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa pemilihan kata untuk

Page 41: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

41

membuat kohesif suatu wacana dipengaruhi oleh konteks yang berbeda-beda.

Seorang penutur harus memperhatikan konteks ini dalam memilih kata yang tepat

untuk menunjang kohesinya. Penelitian Morgan (2000: 280) juga menyatakan

bahwa seorang anak yang dwi bahasa akan menggunakan kohesi sesuai

konteksnya. Mereka akan memilih kata-kata yang tepat untuk mendukung

komunikasinya. Dalam penelitian yang lain, Knouse (2006: 1) menyatakan bahwa

wacana yang kohesif dapat mempermudah komunikasi dalam sebuah kelompok

tertentu.

Martin (1981a) menegaskan bahwa sementara kohesi leksikal

menimbulkan masalah, namun sumbangannya terhadap koherensi dalam teks

sangat berarti tidak dapat diabaikan (hlm. 1). Dalam pandangan martin, kohesi

leksikal menjadi masalah karena lebih direalisasikan melalui unsur-unsur kelas

terbuka daripada unsur-unsur kelas tertutup. Yang dimaksudnya di sini ialah

bahwa bertentangan dengan, katakanlah hubungan pengacuan atau konjungsi yang

dimarkahi oleh daftar unsur leksikal yang terbatas, tidak ada batas bagi unsur-

unsur yang dapat merealisasikan hubungan leksikal. Sebenarnya, kata penuh saja

dalam bahasa Inggris dapat termasuk dalam bentuk kohesi ini. Inilah yang

menyebabakan ketidak-mungkinan menetapkan perangkat unsur-unsur leksikal

yang muncul bersama-sama secara teratur. Tambahan masalahnya adalah fakta

bahwa banyak hubungan leksikal terikat teks sekaligus terikat konteks. Kata dan

frase, baik yang berkolokasi maupun yang dianggap sebagai sinonim dalam satu

teks, mungkin bukan sinonim dalam teks lain. Misalnya, di luar konteks, unsur-

unsur my neighbour (tetengga saya) dan the scoundrel) (si kurang ajar itu) tidak

Page 42: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

42

ada hubungannya sama sekali. Akan tetapi dalam teks berikut keduanya ada

hubungan:

My neighbour has just let one of his trees fall into my garden. And the scoundrel refuses to pay for the damage which was caused.(Tetangga saya baru saja membiarkan salah satu pohonnya rebah ke dalam pekarangan saya. Dan si kurang ajar itu tidak mau membayar ganti rugi untuk kerusakan yang terjadi.)

Dengan adanya begitu banyak hubungan kohesi leksikal yang terikat teks

itu tidaklah mungkin untuk menyusun suatu daftar istilah lengkap yang dapat

diacu dalam bahasa Inggris. Paling-paling, daftar demikian hanya dapat

memberikan sebagian analisis kohesi leksikal dalam bahasa Inggris.

Meskipun (atau bahkan karena) sifatnya yang problemantis itu, maka

kohesi leksikal pada umumnya adalah tipe kohesi yang paling menarik.

Pengetahuan dasar pembaca memainkan peranan yang lebih jelas dalam

persepsinya tentang hubungan leksikal yang amatbanyak daripada tentang tipe

kohesi lain. Pola kolokasi misalnya, hanya akan tampak kohesif pada seseorang

yang memiliki jaringan semantik yang dibutuhkan oleh pokok yang dihadapi.

Alasan inilah yang menyebabkan kohesi leksikal mungkin amat mengecewakan

bagi linguais, tetapi amat menarik bagi pengajar bahasa.

Sifat terikat teks dari banyak hubungan leksikal serta peranan pemelajar

dalam menanggapinya menciptakan masalah bagi linguis yang ingin memeberikan

suatu pembahasan semantik terhadap kohesi leksikal. Martin (1981a) menjelaskan

Page 43: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

43

masalah ini sebagai berikut: suatu masalah yang timbul dalam analisis hubungan

ini dalam teks harus menentukan berapa step (langkah) dalam suatu taksonomi

suatu unsur dapat terpisah dan masih ikut membentuk kohesi. Misalnya rose

‘mawar’ dan flower ‘bunga’ secara intuitif tampak berkolokasi lebih erat

daripada rose ‘mawar’ dan plant ‘tumbuhan’; dan meskipun orang dapat dapat

menerima mosquito ‘nyamuk dan insect ‘serangga’ orang akan meragukan

kolokasi antar mosquito ‘nyamuk dan animal ‘binatang’. Apakah unsur-unsur

akhir terlalu jauh jaraknya dalam taksonomi untuk dihubungkan? Masalah ini

lebih berat pada taksonomi bagain /penuh seperti halnya door-knob ‘tombol pintu’

dan door ‘pintu’ adalah kohesif tetapi door-knop ‘tombol pintu’ house ‘rumah’

tampak berhubungan secara samar-samar (halm.8) .

Halliday dan Hasan (1976:278) menggunakan istilah kata-kata umum

(general word) sebagai elemen kohesi ketika memandangnya dari sudut leksikal.

Reiterasi (reiteration) adalah bentuk kohesi leksikal yang melibatkan pengulangan

(repetisi) satuan leksikal, pada satu skala, penggunaan suatu kata umum mengacu

kembali kepada satuan leksikal, dan pada skala yang lain sejumlah hal di antara

penggunaan sinonimi, sinonimi dekat (near-synonym) atau superordinat. Halliday

dan Hasan (1976:284) menyebutkan bahwa ada bagian yang paling problematik

dalam kohesi leksikal, yaitu kohesi yang dicapai melalui asosiasi satuan-satuan

leksikal yang menyertai keberadaannya secara teratur. Kolokasi adalah kohesi di

mana pasangan tidak banyak tergantung pada hubungan semantik, karena

kecenderungannya untuk berbagai lingkungan leksikal yang sama. Halliday dan

Page 44: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

44

Hasan juga menyinggung adanya bentuk kohesi leksikal yang lain yaitu lawan

kata dan hiponimi.

Verhaar (2004:394) menyatakan bahwa unsur-unsur leksikal dalam

bahasa dapat dibandingkan menurut hubungan semantik di antaranya. Menurut

verhaar, hubungan semantik itu dapat berupa sinonim, antonim, homonim, dan

hiponim. Kohesi leksikal ialah hubungan antarunsur dalam wacana secara

semantik. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan

pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara

satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana

(Sumarlam, 2003:35). Sumarlam memebedakan kohesi leksikal dalam wacana

menjadi enam macam, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata),

kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), antonimi (lawan kata),

dan ekuivalensi (kesepadanan).

a. Repetisi (pengulangan)

Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau

bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah

konteks yang sesuai (Sumarlam, 2003: 34) dalam Sumarlam dkk (2004: 9). Ada

delapan macam repetisi, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anaphora, epistrofa,

simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.

Page 45: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

45

b. Sinonimi (padan kata)

Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang

sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain

(Abdul Chaer, 1990: 85) dalam Sumarlam dkk (2004: 10). Dalam istilah bahasa

Indonesia sinonimi mempunyai pengertian persamaan atau arti kata.

Sinonimi (synonym) adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau

sama dengan bentuk yang lain: kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata,

atau kailimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanya kata-kata saja

(Kridalaksana dalam Sarwidji dan Saliman, 2000: 90). Istilah sinonimi yang

sering kita jumpai adalah bentuk- bentuk kata yang memiliki makna kurang lebih

sama, dengan makna sebelumnya sehingga kita dengan mudah dapat mengartikan

kata-kata tersebut dengan bahasa yang sering kita gunakan dalam kehidupan

sehari-hari.

Menurut Fatimah-Djajasudarma (1993:36), sinonim digunakan untuk

menyatakan kesamaan arti karena dalam sejumlah perangkat kata dijumpai

memiliki makna sama atau satu sama lain memiliki makna sama atau hubungan

antara kata-kata yang mirip (dianggap mirip) maknanya. Misalnaya kata buruk

dan jelek adalah dua kata yang bersinonim; bunga, kembang, dan puspa adalah

tiga buah kata yang bersinonim; mati, wafat, meninggal, dan mampus adalah

empat buah kata yang bersinonim.

Page 46: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

46

Menurut tafsiran yang sempit, dua unsur merupakan sinonim-sinonim

jika mempunyai arti yang sama seperti dijelaskan oleh Ullmann (dalam Lyon,

1995: 439) bahwa kata-kata yang dapat dideskripsikan sebagai sinonimi-sinonimi

hanya yang dapat saling menggantikan dalam sembarang konteks tanpa perubahan

sedikit pun, baik arti kognitif ataupun emotif. Hal tersebut berkaitan dengan

anggapan umum bahwa kata-kata tidak pernah merupakan sinonimi dalam suatu

konteks apabila tidak terdapat arti yang sama dalam semua konteks.

Hubungan antara dua kata yang bersinonim bersifat dua arah, kata bunga

bersinonimi dengan kata kembang maka kata kembang juga bersinonimi dengan

kata bunga, tetapi dua kata yang bersinonim itu kesamaannya tidak sama 100%,

hanya kurang lebih saja ( Agusta dan Ulman dalam Chaer, 1995: 85). Dari

pengertian kembang dan bunga pada kalimat tersebut mempunyai arti yang sama,

kedua hal tersebut sering kita gunakan dan kita jumpai dalam kehidupan sehari-

hari.

Sering ditemukan bahwa sinonim adalah dua buah kata yang sama

maknanya. Namun peninjauan terhadap sinonim tidak saja mengenai makna tetapi

juga masalah penggunaanya. Dua bentuk bahasa (termasuk kata) yang bersinonim

tidak selalu dapat dipakai untuk mengganti yang satu dengan yang lainnya. Pada

suatu tempat kata bunga mungkin dapat ditukar dengan kata kembang, tetapi di

tempat lain tidak dapat.

Menurut Keraf (2004: 34) sinonimi adalah suatu istilah yang dapat

dibatasi sebagai, (1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki

Page 47: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

47

makna yang sama, atau (2) keadaan di mana dua kata atau lebih memiliki makna

yang sama. Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

sinonimi tidak ada unsur pembeda, namun seperti yang sudah dipaparkan diatas

sinonimi adalah kata yang mempunyai arti yang sama atau lebih kurang sama.

c. Antonimi

Antonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang

lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroperasi dengan satuan

lingual yang lain. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi

lima macam, yaitu (1) oposisi mutlak, (2) oposisi kutub, (3) oposisi hubungan, (4)

oposisi hirarkial, dan (5) oposisi majemuk.

d. Kolokasi

Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan

pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan.Bagi yang mengenal

kolokasi adalah melihat artian kolikasi dari dua sudut, yaitu sudut sintaksis dan

sudut semantik. Kedua hal ini dapat dijadikan pijakan dalam mengartikan kolokasi

yaitu dengan melihat secara sintaksis ataupun secara semantik. Untuk lebih jelas

perhatikan contoh berikut.

1. Dari Sudut Sintaksis

(a) Dalam Harun Aminurrashid (2001:19) sebagai berikut:

Ketika itu nama Brunei dikenali sebagai Puni, kerana ibu kotanya bernama Puni. Pada zaman Sultan Muhyiddin iaitu Sultan Brunei

Page 48: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

48

yang ke-XIV baharulah Kerajaan Brunei itu dipindahkan ke tempat yang ada sekarang.

(b) Dalam Tarigan, H.G.(1995: 138) sebagai berikut:

Di perkarangan itu, ditanam keperluan dapur sehari-hari;

umpamanya: bayam, tomato, cili, ubi kayu, kacang panjang, lobak, kubis

dan lain-lain. Di perkarangan itu, ditanam bahan ubat-ubatan tradisional;

misalnya: misai kucing, lengkuas, halia, kunyit dan sebagainya… dijual

ke pasar: sebagai contoh: bayam, cili, halia, kunyit dan sirih.

2. Dari Sudut Semantik

Contoh dalam Tarigan, H.G. (1995: 136) sebagai berikut:

Kerajaan berusaha bersungguh-sungguh meningkatkan perhubungan di tanah air kita, iaitu perhubungan darat, laut dan udara. Dalam bidang perhubungan darat telah digalakkan pemanfaatan kereta api dan kenderaan bermotor. Kenderaan ini meliputi kereta, motosikal dan lain-lain.

e. Hiponimi

Konsep hiponimi berkaitan dengan kata umum dan kata khusus. Dalam

relasi makna, kata umum mengacu ke hipernim; sedangkan kata khusus mengacu

ke hiponim. Sarwiji Suwandi (2008: 142) Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan

bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupkan bagian dari

makna satuan lingual yamg lain. Sehingga mudah untuk membedakan hiponim

dan hipernim

Page 49: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

49

Menurut Krialaksana (dalam Sarwiji Suwandi dan Saliman 2000: 103),

hiponimi (hyponymy) adlah hubungan dalam semantik antar makna spesifik dan

makna generik atau antara anggota taksonomi dan nama taksonomi. Apabila

dilihat secara etimologis, istilah hiponimi berasal dari Yunani kuno, anoma, yang

berarti ’nama’ dan hypo yang berarti ’di bawah’.Bertumpu pada kata tersebut,

secara harfiah hiponimi dapat diartikan nama yang termasukdi bawah nama lain.

Secara semantik Verhaar (dalam Chaer, 1995: 98) menyatakan hiponim

ialah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang

maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain.Menurut

Keraf (2004: 38) hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas-

bawah, atau dalam suatu makna terkadang sejumlah komponen yang lain.Konsep

hiponimi dalam bahasa Indonesia dapat mengacu pada kata benda dan kata sifat

(adjektif). Konsep hiponimi mengandaikan adanya kelas atas dan kelas bawah,

adanya makna sebuah kata yang berbeda di bawah makna kata lainnya. Leksem-

leksem yang berada di tingkat bawah (makna spesifik) disebut dengan hiponim

atau subordinat, sedangkan leksem yang berada di tingkat atas (makna generik)

disebut dengan hipernim atau superordinat.

Hubungan antar leksem-leksem yang merupakan hiponim dengan leksem

yang memayunginya (superordinat) disebut dengan hiponimi, sedangkan

hubungan antar leksemyang satu dengan leksem yang lain yang sama-sama

sebagai hiponim disebut sebagai kohiponim (ko dari co- berarti ’ bersama-sama’)

(Sarwiji dan Saliman, 2000: 103). Misalnya antar kata mawar dan kata bunga.

Page 50: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

50

Makna yang tercakup dalam kata bunga. Dapat dikatakan mawar adalah bunga;

tetapi bunga bukan hanya mawar, bisa juga melati, dahlia, kenanga, kamboja,

sakura, dan anggrek.

Jika relasi antara dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan

berhomonim bersifat dua arah, maka relasi antara dua kata yang berhiponim,

bersifat searah (Abdul Chaer, 1995: 99). Leksem mawar berhiponim dengan

bunga, maka leksem bunga berhipernim dengan mawar (leksem bunga terletak

diatas). Dengan kata lain, mawar adalah hiponim dari bunga, sedangkan bunga

adalah hipernim dari mawar (atau jenis bunga lainnya).

f. Ekuivalensi

Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu

dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paragraf. Dalam hal ini, sejumlah

kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan adanya

hubungan kesepadanan, misalnya hubungan makna antara kata membeli,dibeli,

membelikan, dibelikan, dan pembeli, semuanya dibentuk dari bentuk asal yang

sama yaitu beli. Demikian pula belajar, mengajar, pelajar, pengajar, dan pelajaran

yang dibentuk dari bentuk asal ajar juga merupakan hubungan ekuivalensi. Agar

lebih jelas perhatikan contoh berikut.

(1) Maya adalah siswi pelajar teladan di sekolahnya. Dia sangat tekun

dalam belajar. Materi yang diajarkan oleh guru pengajar di sekolah

dapat dipahaminya dengan baik.

Page 51: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

51

(2) Siska gemar membaca buku. Baik buku pelajaran maupun buku

bacaan. Dia mempunyai banyak buku dan hampir semuanya sudah

dibaca. Siska bercita-cita

7. Linieritas dalam Karangan

Susunan kalimat dalam karangan berkaitan dengan alur pikir penyusunan

kalimat. Ada susunan kalimat dengan alur yang runtut linier dan bukan linear.

Linier adalah terletak pada satu garis lurus (KBBI, 1991: 596) dan linier adalah

berbentuk garis (KBBI, 1991: 594). Di samping itu, untuk menentukan sebuah

paragraf itu memiliki alur susunan kalimat yang bersifat linier atau tidak linier

dapat didasarkan pada struktur tematis. Oleh karena itu, proses pengaturan linier

dalam wacana selalu berhubungan dengan tematisasi. Setiap kalimat terdiri atas

bagian tema (T) dan rema (R). Penggunaan tema (theme) – rema (rheme) sama

dengan topik (topic) – komen (commen) tetapi memiliki perbedaan pada

konotasinya (Halliday, 1985: 39). Struktur tematis (T-R) menandakan bahwa tema

selalu berposisi sebelah kiri dan rema sebelah kanannya. Jadi, tema merupakan

konstituen paling kiri pada kalimat (Brown dan Yule, 1996: 125). Posisi ini

ternyata menunjukkan bahwa tema merupakan konstituen yang mengandung

informasi yang lebih penting dan rema merupakan konstituen yang mengandung

informasi yang kurang penting (Baryadi, 2002: 89). Hal yang hampir sama

diungkapkan oleh Brown dan Yule (19996: 134) bahwa tema merupakan peranan

utama dalam wacana.

Page 52: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

52

Analisis struktur tematis pada alur susunan kalimat dalam sebuah

karangan hanya ditentukan dua sifat, yakni susunan kalimat yang bersifat linier

dan susunan kalimat yang tidak bersifat tidak linier. Adapun susunan tema – rema

yang diungkapkan oleh Zuhud (1991: 182) menghasilkan tiga macam progresi,

yakni linier, paralel, dan campuran. Progresi linier, jika tema mengacu ke unsur

rima sebelumnya. Sedangkan, progresi campuran, jika dalam wacana terdapat

progresi linier dan progresi paralel. Ketiga macam progresi itu dapat dijadikan

pijakan untuk menentukan linieritas susunan kalimat dalam sebuah karangan.

8. Prosa Fiksi

Menurut Herman J. Waluyo (2006:2) Karya sastra berbentuk prosa fiksi

berupa uraian atau karya yang terurai, bercerita, dipaparkan secara langsung (orate

provorsa). Ada kata “fiksi” disini karena apa yang diceritakan itu merupakan buah

imajinasi yang secara mudahnya dikatakan fiktif atau tidak nyata. Meskipun fiktif

namun ada kaitannya dengan kenyataan, yaitu kenyataan yang diolah di dalam

pikiran pengarang. Maka dunia yang ditampilkan dalam prosa fiksi disebut “dunia

sekunder” yaitu dunia rekaan yang direka-reka oleh pengarang.

Menurut Rahmanto (2004: 8) menyatakan bahwa bentuk cerita pendek

biasanya juga lebih memungkinkan untuk dipakai, sebagai aktivitas siswa untuk

membandingkan dengan cerita lainnya dengan penilaian mana yang asli dan mana

yang kena pengaruh atua bahkan jiplakan/turunannya. Bentuk ini juga mudah

Page 53: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

53

untuk dihubungkan dengan tugas-tugas penulisan kreatif yang dapat dikerjakan

oleh para siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yamg relevan dengan penelitian yang dilakukan ini

adalah Kualitas Tugas Akhir Mahasiswa yang dilaporkan pada tahun 1999 oleh

Mardianti Busono dari Universitas Negeri Yogyakarta yang berupa skripsi. Hasil

laporan ini dimuat dalam Jurnal Kependidikan, No. 2, Tahun XX1X diterbitkan

oleh Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.

Kesimpulan hasil laporan penelitian tersebut adalah mahasiswa

Universitas Negeri Yogyakarta dalam pembentukan paragraf masih belum baik

dan dalam pergantian paragrafnya juga masaih belum runtut. Hasil penelitian ini

juga menemukan penggunaan kata sambung yang masih dipakai pada permulaan

atau awal kalimat. Secara garis besar penelitian penelitian yang dilakukan oleh

Mardiati Busono dengan penelitian ini memiliki topik yang sama. Namun, ada

sedikit perbedaan tentang pengkajiannya, yakni dalam penelitian ini difokuskan

pada aspek koherenitas dan linieritas wacananya.

Hasil penelitia yang lain adalah Kesalahan-Kesalahan Umum

Penyusunan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Karangan Mahasiswa Universitas

Diponegoro yang dilaporkan pada tahun 1999. Peneliti adalah Tina Hartrina dari

Universitas Diponegoro dari semua fakultas yang ada. Hasil laporan penelitian itu

dimuat dalam Jurnal Lingua Artistika, No 3, Tahun XXII yang diterbitkan oleh

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Page 54: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

54

Hasilnya dapat disimpulkan bahwa bahwa penyusunan kalimat bahasa

Indonesia mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang masih banyak kesalahan.

Adapun yang paling tinggi penulisannya adalah ketidaklengkapan penuliasan

kalimat.

Penelitian sugono dalam Sarwiji Suwandi(1995) yang naskah aslinya

berupa disertasi untuk memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra di Universitas

Indonesia, yang dipertahankan pada 23 Februari 1991 merupakan salah satu

peranti kohesi dalam bahasa Indonesia. Dalam penelitian itu, dia memusatkan

perhatian pada kohesi yang mengacu pada pada subyek, dan kohesi itu

diwujudkan dalam pelesapan-ditandai dengan sifat (zero). Diwujudkan dengan

pelesapan subjek tersebut tidak terlepas-seperti ditegaskan penulisannya-dari

ihwal pemakaian pronomina, penyulihan, pengulangan, ataupun konjungsi.

Penelitian itu menelaah ketakhadiran subjek klausa (atau kalimat) sebagai alat

kohesi yang mempertautkan klausa (atau kalimat) itu dengan konteks yang

mendahuluinya atau mengiringinya. Kohesi, menurutnya, adalah perpautan

antarkalimat dalam wacana dan perpautan antarklausa dalam kalimat. Dengan

mengacu pada pendapat Halliday dan Hasan, dikemukakannya bahwa kohesi itu

diwujudkan, antara lain, melalui (1) pelesapan (deletion), (2) pemakaian

pronomina , (3) penyulihan, (4) penyebutan ulang, dan (5) pemakaian konjungsi.

Penelitian yang telah dilakukan yang relevan dengan penelitian ini adalah

tesis yang ditulis oleh Medi Widodo, mahasiswa Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Penelitian tersebut berjudul Keterpaduan Wacana pada Buku

Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X SMA. Penelitian tersebut

Page 55: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

55

menganalisis wacana pada buku pelajaran, sedangkan analisis wacana yang

dibahas dalam penelitian ini adalah prosa fiksi dan nonfik

C. Kerangka Berpikir

1. Kohesi dalam wacana

Kohesi sangat penting dalam suatu wacana hal ini karena kohesi bersifat

semantis, konsep tersebut mengacu pada hubungan makna yang terdapat di dalam

teks dan yang menentukannya sebagai teks. Kohesi sangat berbeda dengan

struktur informasi dalam suatu teks. Kohesi bersifat potensial untuk

menghubungkan suatu elemen dengan elemen lainnya dalam suatu teks

Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu

kohesi adalah 'organisasi sintaktik. Organisasi sintaktik ini adalah merupakan

wadah ayat-ayat yang disusun secara padu dan juga padat. Dengan susunan

demikian organisasi tersebut adalah untuk menghasilkan tuturan. Ini bermaksud

bahwa kohesi adalah hubungan di antara ayat di dalam sebuah wacana, baik dari

segi tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu. Dengan

penguasaan dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan dapat

menghasilkan wacana yang baik.

2. Linieritas dalam karangan

Linieritas dalam suatu karangan sangat penting, hal ini dikarekan penulis

selalu menghadapi masalah linierisasi. Untuk itu, penulis harus terlebih dahulu

menentukan titik awal penulisannya. Titik awal atau titik tolak ini disebut juga

topik, yaitu hal yang dibicarakan dalam wacana atau topik pokok pikiran. Oleh

Page 56: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

56

karena itu, dalam penelitian ini akan dibatasi sejauh mana keteraturan urutan

bagian-bagian yang utuh dan terpadu dalam sebuah wacana dapat diartikan linier.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Page 57: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

57

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini tidak bergantung pada tempat karena data yang dianalisis

berupa dokumen yang cukup dapat dianalisis di mana pun (rumah, sekolah,

perpustakaan).

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu bulan Juni

2009 sampai dengan Januari 2010. Adapun urutan waktu pelaksanaan kegiatan

penelitian ini akan disajikan dalam tabel berikut.

No

Kegiatan

Bulan

Juni Juli Agustus September

1. Persiapan survei awal

sampai penyusunan

proposal

X X X x

2. Seleksi informan,

penyiapan instrumen dan

alat/media

X x

Page 58: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

58

3. Pengumpulan data x X X X x X

4. Analisis data

X

x

x

X

5. Penyusunan lapor

x

x

x

X

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif kualitatif. Dalam

penelitian ini akan dideskripsikan secara kualitatif mengenai kohesi dan linieritas

wacana pada karangan siswa, yang meliputi kohesi, koherensi, dan linieritas

wacana. Data penelitian yang sudah terkumpul kemudian disusun atau

diidentifikasikan, dianalisis, diinterpretasikan, dan disimpulkan sehingga

memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang sistematis dan

nyata.Pendekatan atau metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

keadaan subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain), pada

saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya.

Selanjutnya, menurut Sutopo (2002: 183), pendekatan kualitatif akan mampu

menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi teliti dan penuh nuansa

yang lebih berharga daripada sekedar pernyataan jumlah ataupun frekuensi dalam

bentuk angka. Dengan demikian, penelitian ini berupaya menangkap dan

Page 59: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

59

mendeskripsikan atau menjelaskan secara kualitatif gambaran dari suatu keadaan,

dalam hal ini kohesi dan linieritas wacana dalam karangan fiksi siswa MAN

Tempursari, Mantingan, Ngawi.

C. Sumber Data

Sumber data penelitian ini dikumpulkan dengan cara lokasional

(Sudaryanto, 1993: 33—34), yaitu tempat asalnya data yang merupakan si

pencipta bahasa atau penutur sebagai informan atau narasumber. Sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tulis, yaitu berupa karangan

fiksi siswa MAN Tempursari, Mantingan, Ngawi.

D. Teknik Penentuan Subjek

Teknik penentuan subjek penelitian yang akan digunakan bukan teknik

statistik, tetapi lebih bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasar

pada konsep teoretik yang digunakan, keinginan pribadi, dan karakteristik empiris

(Sutopo, 2002). Oleh sebab itu, penentuan subjek yang akan digunakan lebih

bersifat purposive.

Penentuan subjek yang dimaksud di sini adalah pemilihan terhadap data

yaitu, berupa karangan fiksi siswa kelas X MAN Tempursari, Mantingan, Ngawi

yang akan dianalisis kohesi dan linearitas sesuai dengan objek kajian.

Page 60: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

60

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

dokumen. Data dalam kajian ini diambil dari data tulis, yaitu berupa tulisan siswa

kelas X MAN Tempursari. Analisis dokumen dilakukan dengan membaca

karangan fiksi siswa kelas X.

F. Validitas Data

Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Dalam

penelitian ini setelah didapatkan data melalui teknik di atas, selanjutnya akan

dilakukan triangulasi data untuk menjaga validitas data yang dikumpulkan dalam

penelitian. Menurut Sutopo (2002) triangulasi data, yaitu mengumpulkan data

sejenis dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda. Dalam hal ini

berbagai teori mengenai kompetensi menulis. Dengan demikian, kebenaran data

yang satu akan diuji oleh data yang diperoleh dari sumber data yang lainnya.

Adapun dalam penelitian ini data yang diperoleh dari hasil karangan fiksi siswa

diuji dengan teori menulis yang telah dijabarkan dalam kriteria penilaian

kompetensi menulis siswa.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik baca markah. Teknik

baca markah artinya pemarkahan yang terjadi menunjukkan kejatian satuan

lingual atau identitas konstituen tertentu dan kemampuan membaca peranan

pemarkah berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto,

1993: 95). Artinya metode baca markah ini peneliti dalam menganalisis

Page 61: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

61

berdasarkan data dapat menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas tentang

satuan lingual yang dianalisis sesuai dengan kemampuan membaca peranan.

Setelah menggunakan metode markah, langkah selanjutnya menggunakan metode

agih untuk menganalisis data transformasi sematan. Metode agih yaitu satuan

metode dengan lingual sebagai alatnya. Dalam metode agih ini secara keseluruhan

ada rumusan salah satu unsur lingual dapat digantikan kedudukannya oleh unsur

lain (Sudaryanto, 1993: 15).

Page 62: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan dideskripsikan dan dijelaskan hasil penelitian dan

pembahasannya secara jelas sesuai dengan rumusan masalah penelitian, yaitu

mengenai jenis peranti kohesi yang terdapat dalam karangan fiksi dan tingkat

linieritas karangan fiksi siswa MAN Tempursari. Hasil penelitian dan

pembahasan dalam penelitian akan dipaparkan dan dideskripsikan sebagai berikut.

A. Hasil Penelitian

1. Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal adalah struktur lahir wacana atau wacana dalam segi

bentuk. Halliday dan Hasan membagi kohesi menjadi dua jenis yaitu kohesi

gramatikal (grammatical cohesion) dan kohesi leksikal (lexical cohesion). Dalam

analisis wacana, segi bentuk atau struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal

wacana; sedangkan segi makna atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal

wacana. Berikut adalah contoh-contoh aspek gramatikal wacana Kekasihku

Sahabatku, Pacar Malam Minggu , dan Pertemuan yang Singkat.

a. Pengacuan (Referensi)

Pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan

lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau satuan acuan) yang

mendahului atau mengikutinya. Kohesi gramatikal pengacuan diklasifikasikan

menjadi tiga macam, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan

Page 63: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

63

pengacuan komparatif. Berikut adalah contoh-contoh pengacuan pengacua

tersebut

(1) Pengacuan persona

Pengacuan persona direlisasikan melalui pronomina persona (kata ganti

orang), yang meliputi persona pertama (persona I), kedua persona (II), dan

(persona III), baik tunggal maupun jamak. Pronomina persona I tunggal, dan III

tunggal ada yang berupa bentuk bebas (morfem bebas), dan ada pula yang terikat,

ada yang melekat di sebelah kiri (lekat kiri) dan ada yang melekat di sebelah

kanan (lekat kanan). Dengan demikian satuan lingual aku, kamu,dan dia, misalnya

masing-masing merupakan pronomina persona I, II, dan III tunggal bentuk bebas.

Adapun bentuk terikatnya adalah-ku (misalnya pada kata kutulis), kau- (pada

kautulis), dan di-(pada ditulis) masing-masing adalah bentuk terikat lekat kiri;

atau –ku (misalnya pada istriku), -mu (pada istrimu), dan –nya (pada istrinya)

yang masing-masing merupakanbentuk terikat lekat kanan.

Pengacuan pronomina persona yang ditemukan pada cerpen Kekasihku

Saudaraku, Pacar Malam Minggu, dan Pertemuan Singkat yang berupa kata aku,

saya, terikat lekat kiri- ku ,yang merupakan pronomina persona I tunggal,

pronomina persona I jamak kami, kita, kamu dan mu yang merupakan pronomina

persona II tunggal, dan dia yang merupakan pronomina III tunggal lekat kiri -di

dan lekat kanan –nya dan pronomina persona bentuk III jamak mereka. Dapat

disimak pada contoh berikut ini.

Page 64: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

64

1. “Put…….. aku ingin kembali seperti dulu lagi, aku ingin melewati hari-hariku bersamamu” (71.KS)

2. Pak, sudah aku bilang aku ini gak bersalah!” (169.PMM)“.

3.“Aku tuch suka ngoleksi barang-barang unik tuch sejak………….sejak kapan yach, lupa tuch”. “Thok……thok…..thok!”suara ketukan dipintu…….”siapa?” (224.PS)

Kata aku pada tuturan di atas merupakan pronomina persona I tunggal

bentuk bebas yang mengacu pada (orang yang menuturkan tuturan itu). Kata aku

sebagai sudut pandang orang pertama pelaku utama dalam suatu cerita. Dengan

alasan yang sama maka aku pada tuturan (1) mengacu pada Marcell, dan aku

pada tuturan (2) mengacu pada Kania, sedangkan kata aku pada tuturan (3)

mengacu pada Risma, (kohesi gramatikal pangacuan endofora yang kataforis

melalui pronomina persona I tunggal bentuk bebas) .

4. Ikut saya “ kata Pak Hanna tiba-tiba Elan nurut” (137.KS)“.

5. Elan dan Pak Hanna duduk di tepi tempat latihan basket team Elan.” Sekarang cerita sama saya, sebenarnya kamu ada masalah apa? "Tanya Pak Hanna penuh wibawa (138.KS)”.

6. Saya tahu kamu baru ada masalah sama Putri, semua siswa di sekolah ini juga sudah tahu Lan” (141.KS)“.

Dengan ciri-ciri yang disebutkan itu, Ø kata saya merupakan jenis kohesi

gramatikal pengacuan endofora (karena acuannya disebutkan berada di dalam

teks), yang bersifat kataforis (karena acuannya disebutkan kemudian atau

antesendennya berada di sebelah kanan melalui satuan langual berupa pronomina

persona I tunggal bentuk bebas. Keterkaitan kalimat di atas antarkalimat (4) dan

(5) kedua kalimat tersebut satu sama lain saling berhubungan secara padu.

Page 65: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

65

7. Mantanku “jawab Putri singkat,”maksud kamu Marcell? “Tanya Elan penasaran. “iya!”, kok dia sampai sini? “ lanjut Elan (57.KS).

8. Terserah kamu mau ngomong apa, tapi inilah kenyataannya, selama ini aku belum bisa mencari penggantimu, karena aku tidak menginginkan hal itu, aku ingin kamu adalah cinta pertama dan terakhirku” (67.KS)“.

9. Hay……… kaptenku ………!!! “sapa cewek itu yang tak lain adalah Putri (4.KS)

Sementara itu, -ku merupakan Pronomina persona I tunggal bentuk

terikat lekat kanan. Dengan ciri-ciri yang sama semacam ini maka –ku adalah

jenis kohesi gramatikal pengacuan endofora yang anaforis melalui pronomina

persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan.

10. Sekarang nona ikut kami ke kantor keamanan, “tapi aku gak nglakuin apa-apa. “pokoknya ikut kami!. Cewek beserta dua satpam itu menuju ruang keamanan, (168.PMM).

11. Kenapa sih Kalian gak nggak percaya banget sama aku?, “sekali lagi kami minta maaf karena kami hanya menjalankan tugas”, “tapi kalau sampai terbukti tidak bersalah, kalian harus menerima akibatnya!”,tak berapa lama pintu diketuk dan seorang satpam muncul! dari balik pintu bersama seorang cowok dibelakangnya (170.PMM).

Pronomina persona jamak kami pada contoh (10) mengacu pada (orang

yang dicerikatakan, yang dalam (11) adalah Satpam.

12. Put kamu kenapa? Kamu sakit ? tanya Elen panik, enggak kok, aku cuma sedikit pusing”, kalau begitu kita pulang aja yuk (29.KS)“.

13. Kita kekantin aja yuk, nanti aku ceritain disana” (46.KS)“.

Pronimina persona I jamak kita pada contoh nomor (12) mengacu pada

Elan dan Putri, sedangkan kata kita pada contoh nomor (13) mengacu pada Putri

dan Marcell.

Page 66: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

66

14. Kamu sering kesini ya?......hayo pasti sama cewek!!!kok gak ajak-ajak sich……? “ ledek Putri, Elan cuma tersenyum tak lama kemudian pelayan datang dan mereka memesan makanan (21.KS).

15. “Apa?! maaf ! aku tidak akan pernah maafin kalian termasuk kamu, karena kamu biang keroknya, permisi selamat siang! “cewek itu keluar ruangan sambil mendobrak pintu (172.PMM).

16. Kamu tuch aneh, yang lainnya aja belajarnya cuma kalau mau ujian aja”. “Sedia payung sebelum hujan!” (213.PS).

Kata kamu pada contoh nomor (14) mengacu pada Elan, dan Kamu pada

cotoh nomor (15) mengacu pada Roni, sedangkan kamu pada contoh nomor (16)

mengacu pada Risma, (kohesi gramatikal pengacuan endofora yang anaforis

melalui pronomina persona II tunggal bentuk bebas.

17. Aku masih menyimpan rasa itu, selama ini aku belum bisa melupakanmu, kamu begitu indah untuk aku lupain, dan aku tidak sanggup mengubur cinta yang pernah ada diantara kita “jawab Marcell tulus (52.KS).

18. Put…….. aku ingin kembali seperti dulu lagi, aku ingin melewati hari-hariku bersamamu” (70.KS)“.

19. “Put, cowok yang tadi dirumahmu itu siapa ?” Tanya Marcell (77.KS)“.

Bentuk –mu pada cotoh di atas merupakan pronomina persona II tunggal

terikat lekat kanan yang mengacu pada Putri, (adalah jenis kohesi gramatikal

pengacuan edofora yang anaforis melalui pronomina persona II tunggal bentuk

bebas).

20. Mantanku “jawab Putri singkat,”maksud kamu Marcell? “Tanya Elan penasaran. “iya!”, kok dia sampai sini? “ lanjut Elan (57.KS).

Page 67: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

67

21. “Copet………….Copet………! Tangkap dia ! “seorang satpam berteriak-teriak memanggil temannya yang lain dan mengejar seorang cewek di depannya, cewek itu terlihat begitu bingung, “lepas ! aku bukan copet” cewek itu berontak (167.PMM)“.

22. “ Itulah dulu, apa sekarang kamu mau debat lagi sama dia?.. “ Ye ………ya ngga’lah,dia dan aku kan beda muhrim”, makanya……ngga usah terlalu dipikirin, entar ibadahnya lupa lagi!” (239.PS).

Kata dia pada tuturan nomor (20) mengacu pada Marcell, dan dia pada

contoh nomor (21) mengacu pada Kania, sedangkan dia pada contoh nomor (22)

mengacu pada Haris (merupakan kohesi gramatikal pengacuan endofora yang

anaforis melalui pronomina persona III tunggal bentuk bebas).

23. Beliau selalu menganggap bahwa kegagalan adalah awal dari keberhasilan, di tengah kesibukannyapun beliau masih menyisihkan waktunya untuk anak dan istrinya, beliau beliau tidak pernah mengabaikan keluarga, beliau tidak pernah membuat kecewa keluarga, semua bangga pada beliau Mama, Risma maupun yang lainnya (297.PS).

Kata beliau pada contoh di atas yang mengacu kepada Almarhum Papa

Risma , satuan lingual ini merupakan kohesi gramatikal pangacuan endofora yang

anaforis melalui pronomia persona III tunggal bentuk bebas).

24. Elan duduk di antara teman–teman dan teamnya, terlihat seorang cewek dari seberang berjalan mendekatinya (3.KS).

25. “Copet………….Copet………! Tangkap dia ! “seorang satpam berteriak-teriak memanggil temannya yang lain dan mengejar seorang cewek di depannya, cewek itu terlihat begitu bingung, “lepas ! aku bukan copet” cewek itu berontak (167.PMM).

26. Mama maupun Risma berkaca-kaca suasana haru terlukis di ruang keluarga sebuah rumah yang terbilang begitu besar, rumah itu telah dibangun dari hasil jerih payah Papa dan Mama sebelum Papa meninggal, dan dari hasil pekerjaan yang halal tentunya,

Page 68: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

68

dulu sewaktu Papa mesih hidup beliau adalah seorang yang pemberani selalu optimis dalam mengerjakan suatu hal, beliau tidak pernah lengah dan tidak mudah putusasa (296.PS).

Bentuk -di dan-nya pada cotoh nomor (24) di mengacu pada mewakili

dari beberapa orang, dan -nya mengacu pada Elan, dan contoh nomor (25)

mengacu pada jarak yang dekat antar pelaku, dan nya mengacu pada Satpam.

Sedangkan bentuk- di pada kalimat nomor (26) mengacu pada tempat/mengacu

pada suasana/keadaan yang dilukiskan pada cerita tersebut.

27. Mereka masuk kedalam café itu, dan mengambil tempat duduk diantara tempat duduk yang kosong, dan segera memesan makanan, sampai pesanan diantarpun belum ada seucap katapun yang terlontar dari mereka, dan tiba-tiba tangan Marcell menggenggam jari-jari Putri (64.KS).

28. Kan ke kantin yuk ! “ajak May dan Dila sahabatnya. “Ok!. Mereka bertiga menuju kantin, dan segera memesan makanan, tak berapa lama pesanan datang. Ketika mereka sedang asik ngobrol dan bercanda tiba-tiba satu gelas tumpah di baju Kania (175.PMM).

Pronomina persona mereka pada tuturan (27) mengacu pada Putri dan

Elan, sedangkan pada tuturan (28) mengacu pada Kania, May, dan Dila, yang

antesedennya berada di sebelah kiri, atau telah di sebut terdahulu. Satuan lingual

mereka adalah pronomina persona III bentuk jamak bebas (jenis kohesi gramatikal

pengacuan endofora yang anaforis karena acuannya telah disebutkan dahulu).

(2). Pengacuan Demonstratif

Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu pronominal demonstratif waktu (temporal) dan pronominal

demonstratif tempat (lokasional). Dapat disimak pada kalimat berikut ini.

Page 69: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

69

29. Detik-detik terakhir pertandingan membawa penonton dalam ketegangan, akhirnya score keluar dengan 08 : 06 untuk SMAN 1 Jakarta (2.KS).

30. Mini Partynya ditunda besok, soalnya anak-anak juga masih capek , gimana mau gak’? (10.KS).

31. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB, Elan sudah mulai mengeluarkan mobilnya dari garasi, jantung Elan mulai berdegup tidak teratur, dia mulai memepersiapkan hati dan mentalnya, untuk jalan sama Putri, karena malam ini Elan berencana menembak putri sudah hampir satu tahun memendam perasaannya (13.KS).

32. Putri hanya mengangguk, malam ini terdapat sedikit kekecewaan dalam hati Elan, dia merasa rencana yang telah dia persiapkan matang-matang telah gagal total, keresahan dan kegundahan selalu menyelimuti hati Elan malam ini (30.KS).

33. Ungkap Putri, tiba-tiba hujan lebat turun mengguyur taman kota di sore ini hingga membasahi tubuh Putri, seakan-akan langit ikut menangis melihat kegundahan hati Putri, Putri tertegun diatas tanah (151.KS)“.

34. Jantung Putri berdegup tak teratur, keringat dingin keluar dari tubuh Putri, Putri menatap lekat wajah Marcell, dia tak menyangka bisa bertemu dengan cowok yang pernah mengisi hatinya itu setelah 2 tahun lebih berpisah (44.KS).

Pronominal demonstratif detik-detik pada tuturan (29) mengacu pada

waktu yang hampir usai. Pengacuan tersebut termasuk jenis pengacuan endofora

yang anaforis karena antesedennya berada disebelah kiri , besok pada tuturan (30)

mengacu pada waktu yang akan datang, jam sudah menunjukkan pukul 19.00

WIB pada kalimat (31) menunjukkan waktu yang ada, pada kalimat nomor (32),

dan (33) kata malam ini, menunjukkan pada waktu yang lewat. Pengacuan ini

termasuk jenis pengacuan edofora yang kataforis sebab antesendennya terletak di

sebelah kanan. Pronomina demonstratif seperti yang tertera pada nomor (34)

Page 70: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

70

setelah 2 tahun lebih. Pengacuan ini termasuk pengacuan endofora yang anaforis

karena antesendennya telah disebutkan terdahulu.

(3) Pengacuan Komparatif

Pengacuan Komparatif (perbandingan) ialah kohesi gramatikal yang

bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang memepunyai kemiripan atau

kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap sifat watak, prilaku, dan sebagainya.

Analisis pengacuan komparatif adalah sebagai berikut.

35. Dia begitu mempesona, matanya indah banget seperti mata elang, dan senyumnya begitu menawan dan mempesona, “Kania tersenyum ingat akan hal itu, tiba-tiba dia ingat kata-kata May bahawa benci dan cinta bedanya tipis, “apa mungkin aku jatuh cinta?” gumam Kania, tapi lagi-lagi dia tersenyum sendiri”, “siapa nama tu cowok?” pakiran Kania dipenuhi bayang-bayang wajah Roni, rasanya malam ini matanya sulit untuk terpejam (196.PMM).

36. ”Kenapa aku jadi mikirin Haris terus sich? ” pikir Risma. Risma mencoba untuk membuang bayangan itu tapi bayangan itu semakin sulit untuk pergi dari pikiran Risma, akhirnya Risma berpikir untuk mengenang Haris sebagai saingan dalam hal apapun, umum mapun Agama, Risma selalu berusaha untuk selalu tampil optimis dan berfikir positif, keinginannya untuk mengalahkan ikhwan bernama Haris semakin bertambhnya hari semakin menjadi-jadi (284.PS).

Satuan lingual seperti pada tuturan (35) adalah pengacuan komparatif

yang berfungsi membandingkan antara indahnya mata Roni dengan mata elang

yang tajam hingga bisa menaklukkan lawan-lawannya. Sementara itu, satuan

lingual bagai pada tuturan (36) mengacu pada perbandingan dalam hal

kompetensi antara Risma dan haris yang selalu bersaing untuk mendapatkan hasil

Page 71: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

71

yang terbaik dalam hal Ilmu Pengetahuan Umum maupun dalam hal Agama,

karena keduanya selalu kompetitif.

Pada cotoh-contoh di atas banyak ditemukan klasifikasi pronomina

persona dan penunjukan. Pada ketiga contoh cerpen di atas ditemukan beberapa

jenis pronomina yang antara lain pronomina persona I tunggal berupa, aku,

saya, dan pronomina lekat kanan- ku, sedangkan pronomina I tunggal gua/gue,

ana/ane dan terikat lekat kiri ku tidak kami temukan pada ketiga contoh cerpen di

atas. Dan pronomina I jamak, kami semua tidak kami temukan, sedangkan

pronomina persona II tunggal kata anta/ente, dan terikat lekat kiri –kau juga

tidak terdapat pada ketiga cerpen tersebut. Dan pronomina persona II jamak kata

kamu semua, kalian, dan kalian semua juga tidak di temukan. Dan pronomina

persona III tunggal kami dapatkan kata ia, dia, beliau yang tertera pada ketiga

cerpen tersebut, juga teriakat lekat kiri –di, dan lekat kanan – nya. Tidak kami

temukan kata ia pada ketiga cerpen tersebut. Dan pronomina persona III jamak

hanya terdapat kata mereka, sedangkan kata mereka semua tidak kami temukan.

b. Penyulihan ( Substitusi)

Penyulihan atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang

berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan

lingual yang lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Kemunculan

aspek penyulihan (substitusi) dapat dilihat di bawah ini.

Page 72: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

72

(1). Substitusi nominal

37. Elan…………..Elan……….” suara riuh penonton terdengar nyaring dari supporter chair, pertandingan bola basket semakin memanas, sang pemainpun semakin bersemangat, penonton tak henti-hentinya mengeluarkan suaranya untuk mendukung idola-idolanya (I.KS).

38. Kania berjalan didekat lapangan basket, dia tidak menyadari kalau ada sebuah bola basket yang melambung kearahnya. “Awas …………! “Roni berlari kearah Kania dan menarik tangan Kania hingga tubuh Kania jatuh didadanya dan bola itu mendarat dengan sendirinya, mata Kania sempat beradu dengan sepasang mata yang indah milik Roni, mata itu seindah mata elang (193.PMM).

39. ”O.................e............tidak kok”. O jadi gara-gara ikhwan itu, kalau sepengetahuan saya dia itu adalah ikhwan yang sangat berprestasi, dia sudah banyak mengikuti perlombaan di berbagai negara, dia sudah pernah mengikuti lomba olimpiade anak teladan ke Singapore untuk mewakili Kabupaten Jawa Timur, kalau ngga salah sich namanya Haris ”jelas Diana (272.PS).

Substutusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori

nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang juga berkategori nomina

pada tuturan (37)) satuan lingual suara riuh yang telah disebut terdahulu

digantikan oleh satuan lingual nomina yaitu kata suaranya yang disebutkan

kemudian. Dan satuan lingual yang juga berkategori sama terdapat pada nomor

(38) sepasang mata yang indah milik Roni yang sudah disebutkan terdahulu

diganti dengan kata mata itu seindah mata elang yang disebutkan kemudian.

Sedangkan pada nomor (39) kata ikhwan itu digantikan dengan namanya Haris

yang disebutkan kemudian.

Page 73: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

73

(2) Substitusi Verbal

Substutusi verbal adalah penggantian satuan lingual lainnya yang

berkategori verba. Misalnya, kata mengarang digantikan berkarya, berusah

digantikan berikhtiar. Subtitusi semacam itu dapat diperhatikan pada tuturan

berikut.

40. “Kamu ?! “Putri begitu terkejut melihat orang itu yang tak lain adalah Elan, tiba-tiba tangan Putri melayang di pipi Elan, Putri begitu emosi, dan tak bisa mengendalikan diri hingga dia tega menampar Elan (153.KS)“.

41. “Hai……..”sapa Roni sembari mematikan mesin motornya. “Mau bareng ?”tanya Roni. “Ya kalau ngga keberatan sih” jawab Kania, “yuk berangkat !”, Kania segera naik ke motor Roni, disepanjang perjalanan yang tergambar adalah suasana hening, tak terdengar seucap katapun dari Kania maupun Roni, tapi keduanya merasakan desiran darah mereka, tak teratur, hingga akhirnya samapai juga di sekolah (200.PMM).

42. Mama maupun Risma berkaca-kaca suasana haru terlukis di ruang keluarga sebuah rumah yang terbilang begitu besar, rumah itu telah dibangun dari hasil jerih payah Papa dan Mama sebelum Papa meninggal, dan dari hasil pekerjaan yang halal tentunya, dulu sewaktu Papa mesih hidup beliau adalah seorang yang pemberani selalu optimis dalam mengerjakan suatu hal, beliau tidak pernah lengah dan tidak mudah putus asa (296.PS).

Pada contoh (40) tampak adanya penggantian satuan lingual berkategori

verba Tangan Putri melayang di pipi Elan dengan satuan lingual lain yang

berkategori sama, yaitu menampar. Demikian pula contoh nomor tuturan (41)

verba suasana hening digantikan dengan tak terdengar seucap katapun. Dan

pada tuturan (42) tampak adanya penggantian satuan lingual optimis dagantikan

dengan satuan lingual tidak mudah putus asa. Dengan demikian terjadi substitusi

verbal pada ketiga contoh tersebut.

Page 74: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

74

(3) Substitusi frasalSubstitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa. Dapat disimak pada kalimat berikut ini.

43. Berita tentang keretakan persahabatan antara Putri dan Elan terdengar center dipenjuru sekolah, karena nama mereka sangat popular disekolah ini, Elan sang kapten basket dan Putri sang Primadona sekolah, jadi berita mereka cepat banget tersebar, dan nama Marcell lah yang sering disebut-sebut sebagai orang ketiga yang menghancurkan persahabatan anatara Elan dan Putri (115.KS).

44. Hal ini membuat telinga Marcell panas (116.KS).

Satuan lingual yang berupa kata ini pada tuturan (43) mensubstitusikan

satuan lingual frasa pada tuturan (44).

45. Mobil Elan berhenti pad sebuah taman kota, Elan berdiri di bawah sinar rembulan bersama bintang-bintang yang terlihat begitu damai seolah bertolak belakang dengan perasaannya malam ini (112.KS).

46. Huh……..Elan hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, ingin rasanya dia marah pada dirinya sendiri, karena kecerobohannya hingga jatuh cinta pada Putri yang akhirnya membuat persahabatan ini hancur, tapi semua ini sudah terlanjur dan tak ada gunannya disesali, yang harus dia lakukan adalah meminta maaf pada Putri (113.KS).

Satuan lingual frasa bertolak belakang dengan perasaannya malam

ini pada tuturan (45) disubstitusi oleh satuan lingual Ini pada tuturan (46).

47. Elan kembali termenung, melintas difikirannya tentang bayangan masa lalunya bersama Putri, biasanya setiap Elan letihan pasti Putri selalu setia menemaninya dan membawakan minum serta handuk untuknya, tapi sore ini semua itu tidak tejadi lagi, dan mungkin saat ini Putri sedang asyik jalan-jalan sama Marcell untuk membangun hubungan yang baru (102.KS).

48. Malam ini Elan sengaja datang kerumah Putri, niatnya dia ingin minta maaf tentang semua ini (103.KS).

Page 75: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

75

Satuan lingual frasa masa lalunya bersama Putri pada tuturan (47)

disubstitusikanoleh satuan lingual ini pada tuturan (48).

49. Putri dan Marcell berjalan berdampingan melewati koridor-koridor kelas, tapi pagi ini terasa aneh, yang biasanya anak-anak selalu menyapa saat bertemu dengan Putri, tapi kini sepi, celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda yang biasanya terlontar dari cowok-cowok kini tak terdengar lagi , malah pandangan aneh yang dijumpai (82.KS).

50. Ini ada apa sih? tanya Putri dalam hati (83.KS)“.

Satuan lingual yang berupa kata ini pada tuturan (49) mensubstitusi

satuan lingual kalimat pada tuturan (50).

(4). Substitusi klausal

51. Mendengar hal itu Putri langsung berdiri dan tanpa disadarinya tangannya telah melayang dipipi Elan, Putri sangat marah, dia langsung mengambil langkah seribu, dia berlari melewati lapangan basket, tak disadarinya sebuah bola basket melayang kearahnya, tapi tiba-tiba sebuah tangan berhasil menariknya, hingga tubuh ramping itu (41.KS).

52. Putri tersandar pada dada bidang cowok itu, saat melihatnya mata Putri langsung terbelalak (42.KS).

Pada tuturan (51) terdapat tuturan yang berupa satuan lingual kalimat

yang disubstitusikan oleh satuan lingual lain yaitu pada tuturan (52).

53. Aku masih menyimpan rasa itu, selama ini aku belum bisa melupakanmu, kamu begitu indah untuk aku lupain, dan aku tidak sanggup mengubur cinta yang pernah ada diantara kita “jawab Marcell tulus (52.KS).

54. Putri menundukkan kepalanya, tetesan-tetesan lembut meleleh dari mata cantik Putri, dia tak memungkiri bahwa hatinya juga masih sangat mencintai Marcell, dan maka dari itulah Putri gak mau pacaran lagi karena hatinya masih setia untuk Marcell (53.KS).

Page 76: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

76

Kata itu pada tuturan (53) mensubstitusikan satuan lingual kalimat pada

tuturan (54).

55. Di kelas Elan hanya bisa memandang Putri, biasanya kalau di kelas mereka selalu membuat gaduh dengan canda dan gurau mereka, tapi hari ini mereka hanya diam, Elan sadar bahwa Putri sangat marah sama dia, tapi dia juga merasa penasaran banget sama cowok yang tadi bersama Putri di kantin yang tak lain adalah Marcell, karena rasa penasarannya yang begitu tinggi dia beranikan nyamperin Putri (55.KS).

56. Hai Put………! “sapa Elan”. “Hai balas Putri sengit”. “Ngomong-ngomong cowok yang tadi sama kamu di kantin itu siapa?” (56.KS).

Satuan lingual klausa cowok yang tadi bersama Putri di kantin yang

tak lain adalah Marcell pada tuturan (55) disubstitusi oleh satuan lingual itu

pada tuturan (56).

57. Mulai pagi ini Putri tidak berangkat bareng Elan tapi dia dijemput sang pujaan hati yaitu Marcell , meskipun sebenarnya Elan juga datang kerumah Putri, tapi Putri sengaja menolaknya dan lebih memilih Marcell (77.KS).

58. Put, cowok yang tadi dirumahmu itu siapa ?” Tanya Marcell (78.KS).

Satuan lingual klausa Elan juga datang kerumah Putri pada tuturan

(57) disubstitusikan oleh satuan lingual itu pada tututran (58).

59. Tapi Lan kamu jangan lemah gini dong! Kita harus basmi tu cowok, soalnya gara-gara tu cowok Putri juga berubah!” (93.KS).

60. Please aku mohon jangan lakukan itu! cegah Elan. Tapi kenapa? “Tanya Rendy tidak mengetahuinya (94.KS).

Satuan lingual klausa basmi tu cowok pada tuturan (59) disubstitusikan

oleh satuan lingual itu pada tuturan (60).

Page 77: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

77

61. Alah ……..Makan tu kata maaf “Putri menarik tangannya dan mendorong tubuh Elan hingga beberapa langkah, dan Putri langsung melangkah pergi dari hadapan Elan (133.KS)“.

62. Elan duduk tertegun dan berpikir, sebenci itukah Putri membenci dirinya? Apakah dirinya salah karena mencintai Putri? bukankah manusia itu berhak mencintai, dan dicintai? Elan beranjak pergi dan melangkahkan kakinya melewati koridor-koridor kelas dengan langkah yang begitu gontai, fikirannya sudah gak karu-karuan, dia berjalan sambil melamun hingga tak sadar dia menabrak Pak Hanna yang tak lain adalah pembimbing team basket sekolah (134.KS).

Satuan lingual klausa makan tu kata maaf pada tuturan (61)

disubstitusikan oleh satuan lingual itu pada tuturan (62).

c. Pelesapan (Elipsisis)

Pelesapan (ellipsis) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa

penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan

sebelumnya. Unsur atau satuan lingual yang dilesapkan itu dapat berupa kata,

frasa, klausa, atau kalimat.

Kohesi gramatikal berupa (ellipsis) tampak pada wacana cerpen

Kekasihku Saudaraku. Pada tuturan (82.KS) pelesapan terjadi atas satuan lingual

kata celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda. Dapat diungkapkan menjadi

(82.KS).

63. Putri dan Marcell berjalan berdampingan melewati koridor-koridor kelas, tapi pagi ini terasa aneh, yang biasanya anak-anak selalu menyapa saat bertemu dengan Putri, tapi kini sepi , celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda yang biasanya terlontar dari cowok-cowok kini tak terdengar lagi , malah pandangan aneh yang dijumpai (82.KS).

64. Putri dan Marcell berjalan berdampingan melewati koridor-koridor kelas, tapi pagi ini terasa aneh, yang biasanya anak-anak selalu

Page 78: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

78

menyapa saat bertemu dengan Putri, tapi kini sepi , celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda yang biasanya terlontar dari cowok-cowok kini celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda tak terdenga , malah pandangan aneh yang dijumpai (82.KS).

Pada tuturan (65) terdapat pelesapan satuan lingual frasa yang berupa

satuan lingual dia kelihatan tidak semangat. Demi efektivitas kalimat, maka

dilakukan pelesapan. Tuturan (86.KS) dapat diungkapkan menjadi tuturan (66).

65. Pandangannya kosong, dia kelihatan tidak semangat, hati Putri terasa sakit, Putri merasa iba melihat keadaan Elan tapi dia juga masih merasa sangat jengkel kalau ingat saat itu, bagi Putri kejadian itu sangat memalukan karena didalam kamus persahabatan dalam hidupnya tak ada kata cinta dalam persabatan, Ø sesaat kemudian Randy datang dan mendekati Elan (86.KS).

66. Pandangannya kosong, dia kelihatan tidak semangat, hati Putri terasa sakit,Putri merasa iba melihat keadaan Elan tapi dia juga masih merasa sangat jengkel kalau ingat saat itu, bagi Putri kejadian itu sangat memalukan karena didalam kamus persahabatan dalam hidupnya tak ada kata cinta dalam persabatan, dia kelihatan tidak semangat sesaat kemudian Randy datang dan mendekati Elan (86.KS).

d. Perangkaian (Konjungsi)

Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 136) Konjungsi adalah kata tugas yang

menghubungkan dua klausa atau lebih. Berdasarkan hasil analisis dapat

ditemukan konjunsi koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi

antarkalimat.

(1) Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur

atau lebih dan kedua unsur itu memiliki status yang sama. Perhatikan contoh

berikut ini.

Page 79: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

79

67. Selama ini dia diketahui telah dekat sama Elen sang kapten basket SMA I Jakarta, tapi bukan untuk pacaran, melainkan hanya sebatas persahabatan (5. KS).

Konjungsi melainkan pada tuturan (67) menyatakan hubungan

pertentangan antara kalusa satu yang terletak di depan dengan klausa yang

disebutkan setelah konjungsi melainkan .

68. Mendengar hal itu Putri langsung berdiri dan tanpa disadarinya tangannya telah melayang dipipi Elan, Putri sangat marah, dia langsung mengambil langkah seribu, dia berlari melewati lapangan basket, tak disadarinya sebuah bola basket melayang kearahnya, tapi tiba-tiba sebuah tangan berhasil menariknya, hingga tubuh ramping itu (41.KS).

Konjungsi tapi pada tuturan (68) menunjukkan adanya hubungan

pertentangan antara satuan lingual kalimat (tiba-tiba sebuah tangan berhasil

menariknya, hingga tubuh ramping itu).

69. Setelah sampai di depan kelas XI A2, Putri dan Marcell berpisah karena Putri harus berhenti sedangkan Marcell masih harus berjalan lurus dan belok untuk menuju kelasnya (84.KS).

Konjungsi dan pada tuturan (69) menunjukkan hubungan aditif antar

satuan lingual kata disebelah kiri dengan kata sebelah kanannya. Satuan lingual

dan pada tuturan (84.KS) menunjukkan adanya hubungan penambahan (aditif).

Hubungan penambahan tersebut antara kata di sebelah kiri dengan kata di sebelah

kanannya. Demikian juga dengan konjungsi dan pada tuturan (82.KS) yang

menambahkan klauasa di sebelah kiri dengan klausa di sebelah kanannya. Satuan

lingual dan pada tuturan (77.KS) menghubungkan antara kata Putri sengaja

menolaknya dan lebih memilih Marcell.

70. Risma pergi meninggalkan Mama dan mencoba pergi ke dapur untuk mencari Mbok Inah, tapi tak di sangka dan tak diduga,

Page 80: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

80

Mbok Inah tergelatak dengan darah yang berlumuran di tubuhnya dan di samping Mbok Inah, dan Mang Ma’un masih hidup sedangkan Mbok Inah sudah meninggal, Risma menjerit dan wajahnya memucat (329.PS).

Konjungsi sedangkan pada contoh (70) juga berfungsi menghubungkan

dua klausa yang sama kedudukannya, yaitu klausa Mang Ma’un masih hidup,

dan Mbok Inah sudah meninggal. Konjungsi sedangkan menyatakan hubungan

perlawanan.

(2) Konjungsi Subordinatif

Dalam Sarwiji Suwandi (2008: 137) Konjungsi Subordinatif adalah

konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih , dan klausa atau lebih dan

klausa itu memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu

merupakan anak kalimat (klausa subordinatif). Temuan tentang jenis-jenis

konjungsi subordinatif itu dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini sehingga

jelas maksud dan tujuannya.

(a) Konjungsi Subordinatif Waktu

Konjungsi subordinatif ini menunjukkan keterangaan waktu baik

sekarang, mendatang, sebelumnya, sesudahnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan

contoh berikut.

71. Risma ……….kini kekagumanku, semakin menjadi, setelah aku melihat keberhasilanmu di berbagai bidang, Risma ……….kamu begitu cantik (232.PS).

72. Kan ke kantin yuk ! “ajak May dan Dila sahabatnya. “Ok!. Mereka bertiga menuju kantin, dan segera memesan makanan, tak berapa lama pesanan datang, ketika mereka sedang asik ngobrol dan bercanda tiba-tiba satu gelas tumpah di baju Kania (175.PMM).

Page 81: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

81

73. Sesaat dia melihat Putri bersama Marcell berjalan berdampingan dengan bergandengan tangan dan terlihat begitu mesra , emosi Elan tiba-tiba memuncak, di dibrelnya bola basket yang ada ditangannya dengan tidak teratur, dia juga melempar bola dengan sembarangan hingga hampir mengenai kepala Rendy, tapi untungnya Rendy cepat menangkap bola itu, Elan segera duduk dan terlihat Rendy berjalan kearahnya dan ikut duduk didekat Elan (88.KS).

Pada contoh (71) kata setelah menghubungkan (Risma ……….kini

kekagumanku, semakin menjadi, aku melihat keberhasilanmu di berbagai bidang,

Risma ……….kamu begitu cantik). Konjungsi setelah menunjukkan waktu yang

sudah terlewatkan, sedangkan pada contoh nomor (72) ) Kan ke kantin yuk ! ajak

May dan Dila sahabatnya. “Ok!. Mereka bertiga menuju kantin, dan segera

memesan makanan, tak berapa lama pesanan datang, menghubungkan, mereka

sedang asyik ngobrol dan bercanda tiba-tiba satu gelas tumpah di baju Kania. Kata

ketika pada (73) menyatakan keterangan waktu yang berlangsung pada saat

kejadian itu terjadi. Dan kata sesaat menunjukkan keterangan waktu bersamaan

dengan apa yang terjadi dan dilewati pada saat itu

(b) Konjungsi Subordinatif Syarat

Konjungsi ini berupa keterangan syarat pengecualian dari perbuatan yang

dilakukan. Berikut adalah contoh konjungsi subordinatif keterangan syarat.

74. Kenapa sih Kalian gak nggak percaya banget sama aku?. “Sekali lagi kami minta maaf karena kami hanya menjalankan tugas”, “tapi jika sampai terbukti tidak bersalah, kalian harus menerima akibatnya!”, tak berapa lama pintu diketuk dan seorang satpam muncul! dari balik pintu bersama seorang cowok dibelakangnya (170.PMM).

75. “Kalau gitu bareng yuk ! Risma tersentak matanya melihat Kak Doni, ingin rasanya dia menampar, dan mencaci maki Kak Doni, tapi cepat dia menguasai diri, dan berusaha tuk tersenyum (243.PS).

Page 82: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

82

Pada contoh (74) konjungsi jika merupakan penghubung antara kata

(kenapa sih Kalian gak nggak percaya banget sama aku?. “Sekali lagi kami minta

maaf karena kami hanya menjalankan tugas, dan jika sampai terbukti tidak

bersalah, kalian harus menerima akibatnya!”, tak berapa lama pintu diketuk dan

seorang satpam muncul! dari balik pintu bersama seorang cowok dibelakangnya).

Kata penghubung jika merupakan kata penghubung yang menyatakan syarat. Dan

pada contoh (75) konjungsi kalau merupakan kata syarat dari Kak Doni yang

ditujukan kepada Risma.

(c) Konjungsi Subordinatif Penyebaban

Konjungsi ini berupa keterangan sebab yang diakibatkan oleh perbuatan

atau hal-hal yang dilakukan. Berikut adalah contoh konjungsi subordinatif

penyebaban.

76. “ Kamu tu kenapa sih? Seperti petugas sensus aja, ingin tahu urusan orang lain!!! “suara Putrii meninggi, semua siswa menoleh kearah mereka berdua, semua terheran-heran melihat Putri membentak Elan karena selama ini Putri terkenal sebagai cewek yang lembut dan gak suka, kekerasan, apa lagi mereka berdua dikenal sebagai sahabat yang tak pernah bertengkar, makanya semua siswa merasa heran melihat Putri membentak Elan, dan hal itu membawa Elan kembali ke tempat duduknya (58.KS).

77. ”Tapi Risma happy khan?”. ”Kalau masalah happy sich, happy banget Ma, sebab disana Risma mendapat pengalaman yang banyak, dan mengesankan banget, kenang Risma.”Pasti kamu lelah bangetkan sayang? (304.PS).

Pada contoh (76) konjungsi karena menghubungkan antara (“Kamu tu

kenapa sih? Seperti petugas sensus aja, ingin tahu urusan orang lain!!! “suara

Putrii meninggi, semua siswa menoleh kearah mereka berdua, semua terheran-

Page 83: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

83

heran melihat Putri membentak Elan, dan selama ini Putri terkenal sebagai cewek

yang lembut dan gak suka, kekerasan, apa lagi mereka berdua dikenal sebagai

sahabat yang tak pernah bertengkar, makanya semua siswa merasa heran melihat

Putri membentak Elan, dan hal itu membawa Elan kembali ke tempat duduknya).

Konjungsi karena merupakan kata penghubung yang disebabkan oleh suatu

kejadian yang dialami oleh pelaku pada tuturan tersebut. Dan kata sebab pada

contoh (77) Menghubungkan antara (Tapi Risma happy khan?” dan kalau masalah

happy sich, happy banget Ma, dan disana Risma mendapat pengalaman yang

banyak, dan mengesankan banget, kenang Risma.”Pasti kamu lelah bangetkan

sayang?. Konjungsi sebab merupakan penyebab alasan yang dapat memperkuat

keyakinan tokoh Risma dalam cerita tersebut.

(d) Konjungsi Subordinatif Pengakibatan

Konjungsi ini berupa akibat yang ditimbulkan dari sikap yang dilakukan.

Beikut adalah contoh konjungsi subordinatif pengakibatan.

78. Pagi ini terasa begitu dingin, hingga rasa malaspun menyelimuti tubuh-tubuh orang yang masih terlelap, Elan terbangun dari tidur, dia terkejut melihat Putri tidur disampingnya (166.KS).

79. ”Kre..........k pintu kamar di buka, Risma meletakkan barang-barannya diatas tempat tidur, dia rebahkan sejenak tubuhnya diatas kasur, Rumah Risma begitu besar, sehingga kamar Rismapun terbilang cukup luas, namun demikian Risma tidak pernah menyombongkan diri, di depan orang lain, toh...............kekayaannya tidak akan di bawa mati, dan miskin tidak jadi penghalang untuk masuk surga, so buat apa membangga-banggakan harta kekayaan ke orang lain, apalagi di hadapan umum (308.PS).

80. “Hai……..”sapa Roni sembari mematikan mesin motornya. “Mau bareng ?”tanya Roni. “Ya kalau ngga keberatan sih” jawab Kania. “Yuk berangkat !”, Kania segera naik ke motor Roni.

Page 84: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

84

Disepanjang perjalanan yang tergambar adalah suasana hening, tak terdengar seucap katapun dari Kania maupun Roni, tapi keduanya merasakan desiran darah mereka, tak teratur, hingga akhirnya sampai juga di sekolah (200.PMM).

Pada contoh (78) konjungsi hingga menghubungkan antara (pagi ini

terasa begitu dingin, dan rasa malaspun menyelimuti tubuh-tubuh orang yang

masih terlelap, Elan terbangun dari tidur, dia terkejut melihat Putri tidur

disampingnya). Konjungsi hingga merupakan kata penghubung yang menyatakan

akibat dari suasana pagi yang dingin. Dan contoh (79) kata sehingga

menghubungkan antara (”Kre..........k pintu kamar di buka, Risma meletakkan

barang-barannya diatas tempat tidur, dia rebahkan sejenak tubuhnya diatas kasur,

rumah Risma begitu besar, dan kamar Rismapun terbilang cukup luas, namun

demikian Risma tidak pernah menyombongkan diri, di depan orang lain,

toh...............kekayaannya tidak akan di bawa mati, dan miskin tidak jadi

penghalang untuk masuk surga, so buat apa membangga-banggakan harta

kekayaan ke orang lain, apalagi di hadapan umum). Konjungsi sehingga

mrupakan kata penghubung akibat yang ditimbulkan dari suasana/keadaan rumah

Risma. Sedangkan pada contoh (80) kata sampai menghubungkan antara

(“Hai……..”sapa Roni sembari mematikan mesin motornya. “Mau bareng ?”tanya

Roni. “Ya kalau ngga keberatan sih” jawab Kania. “Yuk berangkat !”, Kania

segera naik ke motor Roni. Disepanjang perjalanan yang tergambar adalah

suasana hening, tak terdengar seucap katapun dari Kania maupun Roni, tapi

keduanya merasakan desiran darah mereka, tak teratur, hingga akhirnya, dan juga

di sekolah). Kata sampai merupakan kata penghubung akibat yang dituju/tujuan

tempat dari pelaku cerita.

Page 85: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

85

(e) Konjungsi Subordinatif Tujuan

Konjungsi ini berupa keterangan tujuan yang akan dicapai oleh pelaku.

Untuk lebih jelasnya berikut contoh konjungsi subordinatif tujuan.

81. Setelah sampai di depan kelas XI A2, Putri dan Marcell berpisah karena Putri harus berhenti sedangkan Marcell masih harus berjalan lurus dan belok untuk menuju kelasnya (83.KS).

82. Mama ngga papa sayang, Mama meraih tubuh putri kecilnya. Ya udah Mama duduk di sini dulu supaya tenang, biar Risma ambilkan minum buat Mama. Tak berapa lama Risma datang membawa segelas air dingin untuk Mama, terlihat ada kecemasan di wajah Mama. ”Mama kenapa? Mbok Inah Ris, mbok Inah ngga ada. Apa? biar Risma lihat ke dapur dulu (328.PS).

Pada contoh (81) kata untuk menghubungkan antara (setelah sampai di

depan kelas XI A2, Putri dan Marcell berpisah karena Putri harus berhenti

sedangkan Marcell masih harus berjalan lurus dan belok, dan menuju kelasnya).

Maksud dari kata untuk pada kalimat tersebut menyatakan tempat yang hendak

di tuju oleh tokoh dalam cerita tersebut yaitu Putri, dan Marcell. Sedangkan

konjungsi supaya pada kalimat tersebut meghubungkan antara, Mama ngga papa

sayang, Mama meraih tubuh putri kecilnya. Ya udah Mama duduk di sini dulu,

dan tenang, biar Risma ambilkan minum buat Mama. Tak berapa lama Risma

datang membawa segelas air dingin untuk Mama, terlihat ada kecemasan di wajah

Mama. ”Mama kenapa? Mbok Inah Ris, mbok Inah ngga ada. Apa? Biar Risma

lihat ke dapur dulu). Konjungsi Supaya pada (82) menyatakan tujuan yang di

maksud yaitu agar Mama Risma menjadi lebih tenang.

Page 86: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

86

(f) Konjungsi Subordinatif Cara

Konjungsi ini berupa keterangan cara yang dilakukan oleh pelaku.

Uuntuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.

83. Sesaat dia melihat Putri bersama Marcell berjalan berdampingan bergandengan tangan dan terlihat begitu mesra , emosi Elan tiba-tiba memuncak, di dibrelnya bola basket yang ada ditangannya dengan tidak teratur, dia juga melempar bola dengan sembarangan hingga hampir mengenai kepala Rendy, tapi untungnya Rendy cepat menangkap bola itu, Elan segera duduk dan terlihat Rendy berjalan kearahnya dan ikut duduk didekat Elan (88.KS).

84. Selang beberapa lama lomba telah dimulai terlihat Risma sedang mengerjakan soal-soal dengan tenang, Risma terlihat begitu tenang dan lancar-lancar aja untuk mengerjalan soal-soal yang ada, didepannya, kini waktu sudah habis, dan Risma sudah menyelesaikan soal-soal tepat waktu, Risma menghampiri gurunya. ”Gimana Ris,?” ”Alhamdulillah lancar” (268.PS).

Pada contoh (83) konjungsi dengan menghubungkan (sesaat dia melihat

Putri bersama Marcell berjalan berdampingan bergandengan tangan dan terlihat

begitu mesra , emosi Elan tiba-tiba memuncak, di dibrelnya bola basket yang ada

ditangannya tidak teratur, dia juga melempar bola dengan sembarangan hingga

hampir mengenai kepala Rendy, tapi untungnya Rendy cepat menangkap bola itu,

Elan segera duduk dan terlihat Rendy berjalan kearahnya dan ikut duduk didekat

Elan). Kata dengan pada kalimat tersebut menyatakan keterangan cara. Sedangkan

pada contoh (84) konjungsi dengan menghubungkan kata (selang beberapa lama

lomba telah dimulai terlihat Risma sedang mengerjakan soal-soal, dan kata

tenang, Risma terlihat begitu tenang dan lancar-lancar aja untuk mengerjalan soal-

soal yang ada, didepannya, kini waktu sudah habis, dan Risma sudah

menyelesaikan soal-soal tepat waktu, Risma menghampiri gurunya. ”Gimana

Page 87: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

87

Ris,?” ”Alhamdulillah lancar”. Konjungsi dengan pada kalimat tersebut juga

menyatakan keterangan cara.

(g) Konjungsi Subordinatif Konsesif

Konjungsi ini menunjukkan keterangan tak bersyarat. Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut.

85. Roni memandangi langit-langit kamarnya dia masih terbayang wajah Kania, ternyata dia satu sekolah sama aku, kira-kira dia kelas berapa ya? namanya siapa ya?, Roni masih mengingat-ingat wajah Kania, meskipun Kania sudah benci setengah mati tapi Roni tetep saja penasaran sama dia (180.PMM).

Konjungsi meskipun pada (85) menghubungkan antara kalimat (Roni

memandangi langit-langit kamarnya dia masih terbayang wajah Kania, “ternyata

dia satu sekolah sama aku, kira-kira dia kelas berapa ya? namanya siapa ya?”,

Roni masih mengingat-ingat wajah Kania, dan kalimat Kania sudah benci

setengah mati tapi Roni tetep saja penasaran sama dia). Konjungsi meskipun pada

kalimat di atas menyatakan kata penghubung tak bersyarat.

(h) Konjungsi Subordinatif Penjelasan

Konjungsi ini berupa berupa keterangan penjelasan yang digunakan

untuk menjelaskan maksud yang disampaikan. Untuk lebih jelasnya perhatikan

contoh berikut.

86. Tapi mereka tidak memungkiri akan ada benih- benih cinta diantara mereka , karena tidak dapat ditutupi bahwa telah tumbuh benih cinta di hati Elan. Dengan wajah Putri yang jelita telah membuatnya jatuh cinta (6.KS) .

Page 88: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

88

Konjungsi bahwa pada contoh di atas menghubungkan kata (tapi mereka

tidak memungkiri akan ada benih- benih cinta diantara mereka , karena tidak

dapat ditutupi, dan telah tumbuh benih cinta di hati Elan. Dengan wajah Putri

yang jelita telah membuatnya jatuh cinta). Kata bahwa pada kalimat tersebut

merupakan bentuk penegas.

(i) Konjungsi Subordinatif Pengandai

Konjungsi ini menunjukkan keterangan pengandai yang menunjukkan

harapan atau keinginan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.

87. “Kak, Risma ngga biasa”. “Kenapa?”. “ Kalaupun Risma jelaskan, Kak Doni juga ngga bakal ngerti”. “ Ya udah kalau gitu, aku duluan yach, Risma mengangguk, dan tersenyum, Kak Doni mengendarai motornya kembali, hati Risma mulai sedikit tenang, dari kejauhan Kak Doni menoleh, Rismapun tersenyum, belum berapa jauh ada seseorang yang menghampirinya, dia dalah Romi, ya…….dia memang kak Romi sang kapten basket, yang tangguh di S’mania, itu adalah sebutan sekolah Risma, memang selain Kak Doni, Kak Romi juga sering memeperhatikan Risma, selain mereka berdua masih banyak lagi, ada Kak Roy, Kak Cristyan, Kak Erce, Kak Eno, dan juga ada satu angkatan dengan Risma, kebanyakan dari Kakak kelasnya, banyak juga sich yang satu angkatannya apalagi di kelas, Risma selalu jadi idola oleh teman-temannya (245.PS).

Kata penghubung kalaupun pada contoh (87) menghubungkan antara

kata (“Kak, Risma ngga biasa”. “Kenapa?”, dan kata Risma jelaskan, Kak Doni

juga ngga bakal ngerti”. “ Ya udah kalau gitu, aku duluan yach, Risma

mengangguk, dan tersenyum, Kak Doni mengendarai motornya kembali, hati

Risma mulai sedikit tenang, dari kejauhan Kak Doni menoleh, Rismapun

tersenyum, belum berapa jauh ada seseorang yang menghampirinya, dia dalah

Romi, ya…….dia memang kak Romi sang kapten basket, yang tangguh di

Page 89: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

89

S’mania, itu adalah sebutan sekolah Risma, memang selain Kak Doni, Kak Romi

juga sering memperhatikan Risma, selain mereka berdua masih banyak lagi, ada

Kak Roy, Kak Cristyan, Kak Erce, Kak Eno, dan juga ada satu angkatan dengan

Risma, kebanyakan dari Kakak kelasnya, banyak juga sich yang satu angkatannya

apalagi di kelas, Risma selalu jadi idola oleh teman-temannya). Kata penghubung

kalau di atas menyatakan kata penghubung pengandaian.

(3) Konjungsi Antarkalimat

Dalam Sarwiji Suwandi (2008: 139) berbeda dengan konjungsi di atas,

konjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain

dalam sebuah wacana. Oleh karena it, konjungsi ini selalu memulai suatu kalimat

baru. Pemakaian konjungsi antarkalimat dapat dilihat pada contoh berikut.

88. Tapi saat semua itu baru diketahui anak-anak bersamaan dengan hadirnya kamu, aku mohon kamu yang sabar ya……….ini cuma kesalah pahaman kok, “pinta Putri” (118.KS).

89. ”O..........tadi itu, aku emang sengaja kok soalnya aku tuch merasa risih melihat kamu jalan sama laki-laki, apalagi bukan muhrimmu kan ngga baik itu, risih...........atau iri? goda Risma (250.PS).

90. Bagaimana sayang belajarnya disana?”. ”Alhamdulillah Risma berhasil Ma, selain itu Risma juga mempunyai banyak pengalaman, dan juga Risma mempunyai banyak teman dari berbagai negara, kami dapat memperkuat tali silaturahmi, dengan sesama muslim diseluruh dunia, pokoknya Risma senang...........banget tapi ada sedihnya juga sich disana soalnya Risma ngga bisa melihat wajah Mama dan teman-taman Risma, Mama hanya tersenyum (300.PS)

91. ”Kre..........k pintu kamar di buka, Risma meletakkan barang-barannya diatas tempat tidur, dia rebahkan sejenak tubuhnya diatas kasur, Rumah Risma begitu besar, sehingga kamar Rismapun terbilang cukup luas, namun demikian Risma tidak pernah menyombongkan diri, di depan orang lain,

Page 90: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

90

toh...............kekayaannya tidak akan di bawa mati, dan miskin tidak jadi penghalang untuk masuk surga, so buat apa membangga-banggakan harta kekayaan ke orang lain, apalagi di hadapan umum (308.PS)”.

92. Kamu tu kenapa sih? Seperti petugas sensus aja, ingin tahu urusan orang lain!!! “suara Putri meninggi, semua siswa menoleh kearah mereka berdua, semua terheran-heran melihat Putrii membentak Elan karena selama ini Putri terkenal sebagai cewek yang lembut dan gak suka, kekerasan, bahkan mereka berdua dikenal sebagai sahabat yang tak pernah bertengkar, makanya semua siswa merasa heran melihat Putri membentak Elan, dan hal itu membawa Elan kembali ke tempat duduknya (58.KS)“.

Tapi pada contoh (88) menyatakan kata hubung pertentangan, dan

apalagi pada contoh (89), menyatakan adanya hal lain yang bertentangan dengan

ajaran agama, pada contoh (90) menyatakan akibat dari sikap positif Risma dalam

berbagai pengalaman hidup. Sedangkan konjungsi namun pada contoh (91)

menyatakan hubungan pertentangan (dalam hal sikap tokoh yang selalu bersifat

rendah hati kepada sesamanya). Dan kata bahkan pada (92) menguatkan hal yang

dinyatakan sebelumnya.

2. Aspek Leksikal Wacana Kekasihku Sahabatku, Pacar Malam Minggu ,

dan Pertemuan yang Singkat

Kohesi leksikal adalah hubungan antarunsur dalam wacana secara

sistematis. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan

pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara

satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana

(Sumarlam, 2003:35). Sumarlam memebedakan kohesi leksikal dalam wacana

menjadi enam macam, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata),

Page 91: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

91

kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), antonimi (lawan kata),

dan ekuivalensi (kesepadanan).

a. Repetisi (Pengulangan)

Kohesi leksikal yang berupa pengulangan dapat dibedakan atas

pengulangan parsial dan pengulangan utuh. Pengulangan parsial dapat dilihat pada

contoh berikut ini.

93. Putri berbaring diatas tempat tidur, kenangan-kenangan masa lalunya bersama Marcell melintas dipikirannya, keceriaan-keceriaan di masa lalu mampu membuatnya tersenyum sendiri mengingat hal itu. “Aku berharap semoga cinta kita abadi” ucap Putri dalam hati (74.KS).

94. “Copet………….Copet………! Tangkap dia ! “seorang satpam berteriak-teriak memanggil temannya yang lain dan mengejar seorang cewek di depannya, cewek itu terlihat begitu bingung, “lepas ! aku bukan copet” cewek itu berontak (167.PMM).

95.” Nih ” April megeluarkan sebuah majalah Annida, da lihat waah Haris terpampang di cover depan dan e...bukankah yang disamping Haris itu Risma ? wah ternyata Haris dan Risma menjadi cover depan majalah Annida pada terbitan bulan ini, terlihat senyuman manis mengebang di bibir Risma dan dipadu dg rona merah di wajahnya, hal itu menabah kecantikan pada diri Risma (320.PS).

Pada contoh-contoh di atas terdapat pengulangan parsial, yaitu pada (93)

masa lalunya, pada contoh (94) terdapat pengulangan cewek itu, dan pada

contoh (95) terdapat pengulangan majalah Annida. Sehingga pada contoh-contoh

tersebut dapat ditemukan pengulangan secara parsial.

Sementara itu pengulangan utuh dapat dilihat pada contoh berikut ini.

Dilihat dari fungsi sintaktiknya, unsur yang diulang itu dapat berupa subjek,

pelengkap, maupun keterangan.

Page 92: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

92

96. Tiba-tiba HPnya berbunyi, terlihat tanda panggilan masuk di sana dan ternyata Elan, mengetahuai hal itu Putri langsung menjauhkan barang mungil itu karena entah mengapa Putri merasa malas untuk berbicara sama Elan, Putri masih sangat marah dengan apa yang diucapkan Elan tadi pagi, dia tidak menyangka Elan tega menghianati persahabatan mereka, dia telah menodai tali persahabatan dengan cinta yang ada di hatinya, bagi Putri dalam persahabatan tidak boleh ada cinta, karena itu akan merusak arti sebuah persahabatan yang sesungguhnya, dan Putri sangat membenci hal itu (75.KS).

97. Kenapa sih Kalian gak nggak percaya banget sama aku?. “Sekali lagi kami minta maaf karena kami hanya menjalankan tugas”. “Tapi jika sampai terbukti tidak bersalah, kalian harus menerima akibatnya!”. Tak berapa lama pintu diketuk dan seorang satpam muncul! dari balik pintu bersama seorang cowok dibelakangnya (170.PMM).

98. Beliau selalu menganggap bahwa kegagalan adalah awal dari keberhasilan, di tengah kesibukannyapun beliau masih menyisihkan waktunya untuk anak dan istrinya, beliau tidak pernah mengabaikan keluarga, beliau tidak pernah membuat kecewa keluarga, semua bangga pada beliau, Mama Risma maupun yang lainnya (297.PS).

Pada contoh-contoh pengulangan diatas terdapat pengulangan utuh yaitu

pada contoh (96) terdapat kata persahabatan yang diulang sebanyak tiga kali,

dalam hal ini sahabat yang dimaksud adalah teman akrab atau teman dekat pada

penokohan dalam cerita tersebut. Dan pada contoh (97) terdapat kata ulang

seorang pada kalimat tersebut yang maksudnya adalah satu orang, sedangkan

pada contoh (98) terdapat kata ulang beliau sebanyak tiga kali, kata beliau

digunakan untuk memberikan kesantunan untuk orang yang dihormati.

b. Sinonimi (Padan Kata)

Dalam Sarwiji Suwandi (2008: 142) Penggunaan kohesi leksikal yang

berupa sinonimi terjadi jika suatu wacana menggunakan kata atau frasa yang

Page 93: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

93

memiliki kesamaan atau kemiripan makna untuk menghubungkan dua kalimat

atau lebih guna mewujudkan kesatuan makna.

99. Putri hanya mengangguk, malam ini terdapat sedikit kekecewaan dalam hati Elan, dia merasa rencana yang telah dia persiapkan matang-matang telah gagal total, keresahan dan kegundahan selalu menyelimuti hati Elan malam ini (30.KS).

100. Dia begitu mempesona, matanya indah banget seperti mata elang, dan senyumnya begitu menawan dan mempesona. “Kania tersenyum ingat akan hal itu, tiba-tiba dia ingat kata-kata May bahawa benci dan cinta bedanya tipis. “Apa mungkin aku jatuh cinta?” gumam Kania, tapi lagi-lagi dia tersenyum sendiri”. “Siapa nama tu cowok?” pakiran Kania dipenuhi bayang-bayang wajah Roni, rasanya malam ini matanya sulit untuk terpejam (196.PMM).

101. Risma pergi meninggalkan Mama dan mencoba pergi ke dapur untuk mencari Mbok Inah, tapi tak di sangka dan tak diduga, Mbok Inah tergelatak dengan darah yang berlumuran di tubuhnya dan di samping Mbok Inah ada Mang Ma’un masih hidup sedang Mbok Inah sudah meninggal, Risma menjerit dan wajahnya memucat, sejak kecil Risma paling takut dengan darah, setelah mendengar jeritan Risma, Mama langsung lari menuju dapur, sekarang bukan hanya bukan hanya Mang Ma’un dan Mbok Inah yang tergelatak di lantai, tapi jug Risma tidak pingsan melainkan lemas, kini Mama menelpon kesana kemari untuk mencari pertolongan, akhirnya setelah beberapa lama ada pertolongan. Hampir 1 hari penuh mengurusi pemakaman Mbok Inah, dan kini tinggal Mbok Mi, Mang Ma’un, dan mang Ujang yang bekerja di Rumah Risma (329.PS).

Pada tuturan (99) kepaduan wacana didukung oleh aspek leksikal yang

berupa sinonimi antara kata keresahan dengan kata kegundahan. Kedua kata

tersebut mempunyai makna sepadan. Dan pada contoh (100) kata menawan dan

mempesona juga memiliki hubungan yang sepadan. Sedangkan pada contoh

(101) Kata tak di sangka dan tak di duga pada kalimat tersebut juga memiliki

hubungan yang setara atau sepadan.

Page 94: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

94

c. Hiponimi

Konsep hiponimi berkaitan dengan kata umum dan kata khusus. Dalam

relasi makna, kata umum mengacu ke hipernim; sedangkan kata khusus mengacu

ke hiponim. Pemakaian hiponimi dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

102. Berita tentang keretakan persahabatan antara Putri dan Elan terdengar center dipenjuru sekolah, karena nama mereka sangat popular disekolah ini, Elan sang kapten basket dan Putri sang Primadona sekolah, jadi berita mereka cepat banget tersebar, dan nama Marcell lah yang sering disebut-sebut sebagai orang ketiga yang menghancurkan persahabatan antara Elan dan Putri (115.KS).

103. Seperti malam bertabur bintang begitulah suasana hati Kania malam ini, ditatapnya langit-langit kamar, bayangan Kania menerawang menembus pada kejadian siang tadi, ingatannya kembali pada saat-saat Roni menyelamatkannya dari hantaman bola basket (195.PMM).

104.”O.................e............tidak kok”. O jadi gara-gara ikhwan itu, kalau sepengetahuan saya dia itu adalah ikhwan yang sangat berprestasi, dia sudah banyak mengikuti perlombaan di berbagai Negara, dia sudah pernah mengikuti lomba olimpiade anak teladan ke Singapore untuk mewakili Kabupaten Jawa Timur, kalau ngga salah sich namanya Haris ”jelas Diana (272.PS).

Pada contoh (102) , relasi makna hiponimi terlihat pada pemakaian frasa

berita dan center. Berita merupakan hipernim; sedangkan center merupakan

hiponim. Berbeda dengan contoh (103) frasa bintang merupakan hiponim,

sedangkan hipernimnya adalah malam. Dan pada contoh (104) Negara

merupakan hipernim , sedangkan Singapore merupakan hiponim. Dari contoh

tersebut dapat diketahui bahwa sebuah kata atau frasa dapat digolongkan sebagai

hipernim dan dapat pula sebagai hiponim. Penggolongan tersebut sangat

bergantung pada relasi kata itu dengan kata lainnya.

Page 95: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

95

d. Kolokasi (Sanding Kata)

Kolokasi atau sanding kata adalah kohesi leksikal yang berfungsi untuk

mendukung kepaduan suatu wacana/asosiasi yang tetap antara kata dengan kata

lain yang berdampingan. Untuk keterangan lebih lanjut perhatikan contoh berikut.

105. Mobil Elan berhenti pada sebuah taman kota, Elan berdiri di bawah sinar rembulan bersama bintang-bintang yang terlihat begitu damai seolah bertolak belakang dengan perasaannya malam ini (12.KS).

106. Huh……..Elan hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, ingin rasanya dia marah pada dirinya sendiri, karena kecerobohannya hingga jatuh cinta pada Putri yang akhirnya membuat persahabatan ini hancur, tapi semua ini sudah terlanjur dan tak ada gunannya disesali, yang harus dia lakukan adalah meminta maaf pada Putri (113.KS).

107. Sekarang aku tahu alasan kamu Put, kenapa selama ini kamu menutup hatimu untuk cowok lain, aku tahu kalau ternyata semua ini karena Marcell, selama ini kamu masih mencintai Marcell, dan selalu setia padanya, dan kini semuanya telah berakhir, penantianmu tak sia-sia Put karena kini telah terbukti bahwa Marcell telah kembali untukmu “ungkap Elan pada malam” (114.KS).

Pada wacana di atas, tampak pemakaian kata perasaannya, dia marah

pada dirinya sendiri, dan ungkap Elan pada malam yang saling berkolokasi

untuk mendukung kepaduan wacana tersebut.

e. Antonimi

108. Di kelas Elan hanya bisa memandang Putri, biasanya kalau di kelas mereka selalu membuat gaduh dengan canda dan gurau mereka, tapi hari ini mereka hanya diam, Elan sadar bahwa Putri sangat marah sama dia, tapi dia juga merasa penasaran banget sama cowok yang tadi bersama Putri di kantin yang tak lain adalah Marcell, karena rasa penasarannya yang begitu tinggi dia beranikan nyamperin Putri (55.KS).

Page 96: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

96

109.“Kamu tu kenapa sih? Seperti petugas sensus aja, ingin tahu urusan orang lain!!! “suara Putri meninggi, semua siswa menoleh kearah mereka berdua, semua terheran-heran melihat Purti membentak Elan karena selama ini Putri terkenal sebagai cewek yang lembut dan gak suka, kekerasan, apa lagi mereka berdua dikenal sebagai sahabat yang tak pernah bertengkar, makanya semua siswa merasa heran melihat Putri membentak Elan, dan hal itu membawa Elan kembali ke tempat duduknya (58.KS).

Pada wacana di atas terjadi antara satuan lingual gaduh,dengan diam.

Kata-kata tersebut adanya realitas sangat gaduh, gaduh sekali, agak gaduh, sangat

diam, diam sekali, agak diam. Pada wacana diatas terdapat antara satuan lingual

membentak, dengan lembut . Kata-kata tersebut adanya hubungan pertentangan

antar keduanya, yaitu adanya realitas memebentak sekali, agak membentak,

lembut sekali, , agak lembut.

3. Linieritas Wacana

Suatu kalimat dapat dikatakan linier apabila hubungan antarpropisisinya

berurutan secara sistematis. Artinya, alurnya tidak meloncat-loncat, tidak

berputar-putar, dan tidak ada penyimpangan. Sebaliknya, alur yang bersifat tidak

linier, yaitu hubungan antarproposisinya tidak berurutan. Artinya, alurnya

meloncat-loncat, berputar-putar, dan ada penyimpangan.

Kekohesifan sebuah wacana dapat dilihat ada atau tidak adanya

hubungan kohesi antar teksnya. Penanda kohesi sebagi pembentuk jaringan

antarteks dapat dibagi menjadi lima macam, yakni (1) referensi , (2) penggantian,

(3) pelesapan, (5) hubungan leksikal, dan konjungsi ( Halliday dan Hasan, 1976:

6; lihat juga Hamid, 1988: 28; Zuhud, 1991: 18; dan Ramlan, 1993: 12). Alwi

(1999: 48-486) mencoba mendiskripsikan penanda kohesi di dalam bahasa

Page 97: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

97

Indonesia yang meliputi: (1) hubungan sebab-akibat, (2) hubungan unsur-unsur

yang mengungkapkan pertentangan, pengutamaan, perkecualian, konsesi, dan

tujuan (3) pengulangan kata atau frase, (4) kata-kata yang berkoreferensi dan (5)

hubungan leksikal. Kebanyakan wacana menunjukkan bentuk lahir yang kohesif

dengan pemakaian penanda kohesif tersebut. Namun, yang penting suatu wacana

yang kohesif yang menyiratkan koherensi, yaitu hubungan semantis yang

mendasari wacana itu. Jadi, yang paling penting adalah suatu wacana memiliki

hubungan yang kohesif sekaligus koheren.

Untuk menganalisis wacana dalam penelitian ini digunakan metode yang

disarankan oleh Halliday dan Hasan (dalam Zuhud, 1991: 181), yaitu dengan

pendekatan mikrostruktur dan pendekatan makrostruktur. Pendekatan

mikrostruktur adalah metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antarkalimat dalam paragraf, sedangkan pendekatan makrostruktur

adalah metode analisis data yang digunkan untuk mengetahui hubungan

antarparagraf dalam wacana.

Sesuai dengan perumusan masalah maka dalam penelitian ini digunakan

pendekatan mikrostruktur, yaitu untuk menentukan penempatan kalimat topik

dalam paragraf, dan kohesifitas wacana dalam paragraf. Dalam metode analisis

wacana tentang pendekatan mikrostruktur dibagi menjadi dua macam progresi ,

yaitu progresi tematis (thematic progression) dan progresi semantis (semantic

progression). Progresi temantis terdiri atas tiga macam, yaitu progresi linier,

progresi paralel, dan progresi campuran. Untuk mngetahui progresi tematis

digunakan model analisis struktur tematis (Brown dan Yule, 1996: 140). Namun,

Page 98: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

98

model analisis tema rema yang meliputi linier, paralel, dan campuran dapat

dijadikan pijakan untuk mengetahui sebuah paragraf itu bersifat linier atau tidak

linier tentang alur susunan kalimatnya.

Berkaitan dengan alur susunan kalimat, maka dapat ditentukan alur

susunan kalimat yang bersifat linier, yaitu jika hubungan antarproposisinya

berurutan secara sistematis. Artinya alurnya tidak meloncat-loncat, tidak berputar-

putar, dan tidak ada penyimpangan.

Di samping itu untuk mengetahui kohesifitas wacana digunakan

pendekatan progresi semantis, yaitu dengan alat atau penanda kohesi yang

disarankan oleh Halliday dan Hasan (1976: 6). Ada lima macam alat kohesi yaitu

(1) Pengacuan ’referensi’, (2) Penggantian ’substitusi’, (3) Pelesapan ’elipsis’, (4)

Hubungan leksikal ’lexical cohesion’, dan (5) Konjungsi ’conjunction’.

Berkenaan dengan kohesifitas dan koherenitas wacana, maka dapat

dikatakan bahwa sebuah wacana yang baik apabila di dalamnya terdapat

kepaduan, baik kepaduan bentuk maupun kepaduan makna. Kepaduan itu dapat

diketahuai dari ada atau tidak kohesif atau koheren atau tidak koheren dapat

dilihat dari pemakaian penanda kohesinya. Parameter pemakaian penanda kohesi

dalam analisis paragraf ini adalah yang yang diungkapkan oleh Halliday dan

Hasan (1976: 6) seperti tersebut di atas korpus data yang dianalisis berjumlah (16)

buah paragraf. Hasil analisis penelitian terhadap (3) korpus data tersebut

diklasifikasikan berdasarkan struktur wacana yang meliputi (1) paragraf pembuka,

(2) paragraf penghubung, dan (3) paragraf penutup.

Page 99: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

99

a. Analisis Paragraf Pembuka

1. Korpus Data Pembuka/P1

“(K1) Elan…………..Elan……….” suara riuh penonton terdengar nyaring dari supporter chair (T1), pertandingan bola basket semakin memanas, sang pemainpun semakin bersemangat, penonton tak henti-hentinya mengeluarkan suaranya untuk mendukung idola-idolanya(R1). (K2) Detik-detik terakhir pertandingan membawa penonton dalam ketegangan (T2), akhirnya score keluar dengan 08 : 06 untuk SMAN 1 Jakarta (R2). (K3) Elan duduk diantara teman –teman dan teamnya (T3), terlihat seorang cewek dari seberang berjalan mendekatinya (R3). (K4) “Hay……… kaptenku ………!!! “sapa cewe itu yang tak lain adalah Putri (T4), selama ini dia diketahui telah dekat sama Elen sang kapten basket SMA I Jakarta, tapi bukan untuk pacaran, melainkan hanya sebatas persahabatan (R4). (K5) Tapi mereka tidak memungkiri akan ada benih- benih cinta diantara mereka (T5), karena tidak dapat ditutupi bahwa telah tumbuh benih cinta di hati Elan (R5). (K6) Dengan wajah Putri yang jelita (T6) telah membuatnya jatuh cinta (R6.(K7) “Put ntar malam ada acara gak? “tanya Elan “ acara ? kayaknya gak ada dech………. Jawab Putri manja(T7) keluar yuk !!! ya itung-itung ngrayain kemenangan ini (R7).” (K8) Lho emang kamu gak ngadain mini party sama anak-anak basket yang lain(K8),”mini Partynya ditunda besok, soalnya anak-anak juga masih capek , gimana mau gak’?”. “Boleh, tapi kamu jempit aku ya……..” . Ok ! aku jemput kamu dimana?”(R8). (K9) “Dikuburan !!! ya dirumahlah …………. Kamu pikir aku pocongan??? “jawab Putri sewot (T9) “iya………iya……………! gitu aja kok sewot” kata Elen sambil mencubit pipi Putri, yang dicubit tersenyum manja. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB, Elan sudah mulai mengeluarkan mobilnya dari garasi, jantung Elan mulai berdegup tidak teratur, dia mulai memepersiapkan hati dan mentalnya, untuk jalan sama Putri, karena malam ini elan berencana menembak putri sudah hampir satu tahun memendam (R9). (K10) Perasaannya akhir malam ini, dia memberanikan diri untuk memngungkapkan semuanya mobil Elan mulai memasuki pekarangan rumah putri (T10), tak lama kemudian bel berbunyi Mbok Minah ter gopang-gopang untuk membukakan pintu, saat pintu terbuka melihat seuntai senyum dari bibir elan. “ Eh mas Elan ……. tambah cakep aja mas!” goda mbok minah?. “Ah si Embok bisa saja, Putri ada kan Mbok?”(R10).

Keterangan:

Kode dalam kurung sebagai wujud analisis data merupakan tambahan penulis, yakni K (Kalimat), T (Tema), dan R (Rema).

KKW (Kohesifitas dan Koherensi Wacana) dan ASK (Alur Susun Kalimat).

Page 100: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

100

1) KKW Pembuka/P1

Hubungan antara K1 sampai dengan K10 bersifat kohesif dan

koheren. Hubungan tersebut tampak pada pemakaian kata pertandingan

pada K2 yang mengulang kata yang sama pada K1. Kemudian pada

kalimat-kalimat berikutnya merupakan keterangan dari kalimat

sebelumnya. Hubungan kohesif yang diwujudkan dengan pengulangan itu

menjadikan paragraf itu koheren.

2) ASK Pembuka/P1

Paragraf pembuka ini terdiri atas 10 kalimat yang memiliki alur susun

tema-rema. Pada K1 adalah T1 (suara riuh penonton), R1 ( pertandingan

bola basket). Sedangkan pada T2 mengacu pada R1. Pada K3 adalah (T3)

yang berupa kata teamnya (R3) berupa kata berjalan mendekatinya. (R4)

kata cewek itu mengacu ke R3. Sedangkan pada R5 merupakan bentuk

kalimat yang mengacu pada R4. Selanjutnya R6 (membuatnya jatuh cinta)

merupakan bentuk yang mengacu ke R5 (tumbuh benih cinta). Sedangkan

R7 mengacu pada R2 (SMAN 1 Jakarta). Pada K8 berupa kata anak-anak

basket yang mengacu pada (R6) yang membuatnya jatuh cinta. Sedangkan

pada T(10) kata mengungkapkan semuanya mengacu pada (R6)

membuatnya jatuh cinta.

Berdasarkan analisis struktur tema, rema maka pargraf ini

dikembangkan lewat fokus (pertandingan bola basket) yang terdapat pada

R1 (kalimat topik/K1) dikembangkan oleh K2 dengan model

pendefinisian. Kemudian, fokus pada K2 pada K2 (penonton, team,

Page 101: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

101

kapten). Pada kalimat diatas setelah dianalisis memiliki keruntutan kalimat

sehingga alur susunan kalimatnya bersifat linier.

2. Korpus Data Pembuka/P2

(K1) “Ada kok mas, mari masuk dulu……..”belum sempat masuk ke dalam rumah tiba-tiba Putri nongol dari balik pintu (T1) “hay Lan……berangkat yuk!!” Elan menggandeng tangan Putri dan segera membukakan pintu mobil (R1). (K2) Setelah masuk dalam mobil mereka telah siap berangkat (T2) suasana malam di kota Metropolitan ini sangat indah tidak seperti suasana di siang hari yang sangat penat, banyak polusi, dan sangat bising karena banyak kendaraan (R2). (K3) Mobil Elan berhenti didepan sebuah kafe, mereka berdua berjalan memasuki kafe itu dan mengambil posisi dipojok ruangan kafe (T3), suasananya terlihat sangat romantis dengan lampu yang menyala remang-remang para dara muda yang datang kesini untuk mencari keromantisan, kafe ini sangat digemari oleh kaum muda, namanya aja kafe “cinta”(R3). (K4) Wah kafe ini romantis banget……….” Putri merasa kagum (T4). “Kamu sering kesini ya?......hayo pasti sama cewek!!!kok gak ajak-ajak sich……? “ ledek Putri, Elan Cuma tersenyum tak lama kemudian pelayan datang dan mereka memesan makanan (R4) .(K5) Elan memadang wajah Putri yang sangat cantik, hatinya selalu mengagumi wajah itu, ingin rasanya memilikinya, dia berfikir sungguh beruntung cowok yang bisa dapatkan hati cewek itu, dan dia ingin cewek itu (T5), dan dia ingin cowok yang beruntung itu adalah dirinya, dan dia akan merasa hidupnya sangat sempurna (R5).“ (K6) Lan ………….tiba-tiba tangan Putri menyentuh jari-jari Elan dan menggenggamnya (T6), mata Elan terbelalak , aliran darah dan jantungnya mulai tak teratur (R6). “ (K7) Kok kamu ngliatin aku sampai segitunya sih…..? “lanjut Putri. Enggak kok (T7), aku cuma kagum aja melihat kamu, malam ini rasanya spesial ……… banget” ungkap Elan, wajah Putri langsung merona (R7). “ (K8) Ah kamu bisa aja, makan yuk duh laper banget nih……..” (T8). Beberapa menit kemudian suasana jadi tenang hanya suara sendok yang terdengar setelah selesai tiba-tiba………………(R8).“ (K9) Put……… “ tangan Elen menggenggam lembut tangan Putri (T9), saat Putri mengangkat wajahnya terlihat keanehan disana, wajahnya kelihatan pucat banget (R9). “(K10) Put kamu kenapa? kamu sakit ? tanya Elan panik, enggak kok, aku cuma sedikit pusing(T10)”, kalau gitu kita pulang aja yuk. Putri hanya mengangguk (R10).

Page 102: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

102

1) KKW Pembuka/P2

Perpautan bentuk pada paragraf ini tampak dengan pamakaian penanda

kohesi hubungan leksikal repetisi (pengulangan). Kata masuk (K1)

merupakan bentuk yang diulang kembali pada (K2, K3), begitu juga kata

suasananya mengacu pada ruangan cafe, dan memilikinya pada (T5)

mengacu pada (T4) yaitu Putri, sementara hidupnya pada (R5) mengacu

pada (R1) yaitu Elan dan pada (T6) kata menggenggamnya mengacu pada

(T1) yaitu Putri, dan kata jantungnya (R6) mengacu pada (T5) yaitu Elan.

Wajahnya pada (T9) mengacu pada (T7) wajah Putri. Dengan penanda

kohesi tersebut maka semua kalimat saling berkaitan, sehingga memiliki

hubungan yang kohesif sekaligus koheren.

2) ASK Pembuka/P2

Berdasarkan analisis struktur tema, rema maka paragraf ini

dikembangkan lewat konstituen suasana (T2). Dalam kalimat tersebut

suasana dalam cerita tersebut sebagai gagasan pokoknya. Suasana dalam

cerita tersebut sebagai gagasan pokoknya. Suasana malam, suasana di

siang hari, (R3) suasana terlihat sangat romantis.

Oleh karenanya, gagasan pokok itu dapat ditayangkan, bagaimana

suasananya?. Jawabanya teretera pada (R2,R3, dan R8) dengan penjelasan

yang bervariasi. Pada K2 membandingkan 2 hal yang bertentangan yaitu

suasana malam di kota Metropolitan yang sangat indah, dengan suasana

siang hari yang sangat penat, banyak polusi, dan sangat bising karena

banyak kendaraan (R2). Sedangkan pada (K4) mengulang kata romantis

Page 103: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

103

pada (R3). Pada (K4 dan K5) yang merupakan penanda kohesi yang

mengacu pada (K3) yaitu cafe dan kata itu K5 yang mengacu pada wajah

Putri, sedangkan pada (K6) kata mata berkaitan dengan (K7) yaitu kata

ngliatin. Dan terdapat pennda kohesi pada (T8) kata setelah yang

merupakan konjungsi subordinatif dan kata disana pada (R9) dan

konjungsi syarat kalau pada (R10).Setelah di analisis struktur tematis,

susunan kalimat paragraf ini memiliki urutan kalimat yang sistematis.

Maka, alur susunan kalimatnya bersifat linier.

3. Korpus Data Pembuka/P3

(K1) Malam ini terdapat sedikit kekecewaan dalam hati Elan (T1), dia merasa rencana yang telah dia persiapkan matang-matang telah gagal total, keresahan dan kegundahan selalu menyelimuti hati Elan malam ini (R1). (K2) Direbahkannya tubuh diatas tempat tidur (T2), bayangan wajah Putri yang cantik jelita selalu memenuhi pikirannya (R2).” (K3) Put……kapan ya aku bisa mengungkapkan semua isi hatiku?(T3) aku ingin kamu tahu betapa besar rasa kasih dan sayangku, aku sangat mencintaimu put…….” Ungkap Elen dalam hati (R3). (K4) Angin bertiup begitu kencang, dinginnya malam ini menusuk hingga ketulang (T4), mata Elan mulai terpejam dan lelap (R4). (K5) Suasana pagi ini terasa begitu sejuk, bunga-bunga di taman sekolah menari-nari dengan begitu indahnya (T5), Elan dan Putri duduk diatas bebatuan (R5). (K6)“Lan ………..sebenarnya kamu mau ngomong apa sih? Sampai ngajak aku ke taman segala?(T6)” tanya Putri penuh selidik (R6). (K7)“ Put…......aku sayang sama kamu” ungkap Elan (T7), mata Putri terbelalak sesaat kemudian Putri tertawa (R7).“(K8) Aku juga sayang sama kamu (T8)“ aku seneng banget punya sahabat seperti kamu”(R8). (K9) Sahabat???(jawab Elen). “Iya jawab Putri (T9). Put …….tapi perasaanku beda……”(R9). (K10) Maksud kamu, “aku cinta sama kamu…..?(T10)” Mendengar hal itu Putri langsung berdiri dan tanpa disadarinya tangannya telah melayang dipipi Elan (R10).

1) KKW Pembuka/P3

Analisis paragraf ini bahwa alur susun kalimat (bersifat tidak linier).

Berdasarkan temuan analisis tersebut, maka dapat dipastikan bahwa

paragraf ini tidak koheren. Hal ini didasarkan secara argumentatif bahwa

Page 104: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

104

kalimat dalam paragraf tersebut berbelit-belit, dan berputar-putar, sehingga

dapat dipastikan paragraf tersebut tidak koheren.

2) ASK Pembuka/P3

Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu kekecewaan dalam hati

Elan. Di samping itu adanya kalimat yang informasinya berputar-putar.

Kalimat tersebut adalah dia merasa rencana yang telah dia persiapkan

matang-matang telah gagal total, keresahan dan kegundahan selalu

mnyelimuti hati Elan malam ini (R1) dan kata suasana pagi ini terasa

begitu sejuk, bunga-bunga di taman sekolah menari-nari dengan begitu

indahnya (T5), juga kalimatnya melompat-lompat. Atas dasar itu, maka

alur susunan kalimat pada paragraf ini tidak linier.

4. Korpus Data Pembuka/P4

(K1) Putri sangat marah, dia langsung mengambil langkah seribu, dia berlari melewati lapangan basket (T1), tak disadarinya sebuah bola basket melayang kearahnya, tapi tiba-tiba sebuah tangan berhasil menariknya, hingga tubuh ramping Putri tersandar pada dada bidang cowok itu, saat melihatnya mata Putri langsung terbelalak (R1). “(K2) Marcell……” Ucap Putri , “Putri” ucap marcell, jantung Putri berdegup tak teratur, keringat dingin keluar dari tubuh Putri (T2), Putri menatap lekat wajah Marcell, dia tak menyangka bisa bertemu dengan cowok yang pernah mengisi hatinya itu setelah 2 tahun lebih berpisah (R2). (K3) Marcell……..ngapain kamu di sini ? ”tanya Putri gugup (T3) “kita kekantin aja yuk, nanti aku ceritain disana ”(R3). (K4) Marcell menggandeng tangan Putri , mereka berjalan beriringan menuju kantin, (T4) Elen melihatnya, hatinya terasa disayat dengan pisau sembilu, melihat hal itu Elan segera beranjak dari taman dan mengikuti mereka berdua (R4). (K5) Dua gelas jus jeruk sudah diatas meja, Putri dan Marcell duduk berhadapan, mereka masih terbawa pikiran masing-masing (T5), mereka masih terbawa pikiran masing-masing, mereka hanyut dalam perasaan rindu (R5). “(K6) Put…….” Suara Marcell terdengar begitu berat, “ada apa cell?”, “tak terasa 2 tahun lebih kita gak bertemu (T6), aku kangen banget sama kamu Put, dan selama ini aku kangen banget sama kamu Put,

Page 105: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

105

dan selama ini aku masih menjaga semuanya” (R6). (K7) Maksud kamu apa cell? “ (T7) tanya Putri tak memahaminya (R8). (K8) Aku masih menyimpan rasa itu, selama ini aku belum bisa melupakanmu (T8), kamu begitu indah untuk aku lupain, dan aku tidak sanggup mengubur cinta yang pernah ada diantara kita “jawab Marcell tulus (R8). (K9) Putri menundukkan kepalanya, tetesan-tetesan lembut meleleh dari mata cantik Putri (T9), dia tak memungkiri bahwa hatinya juga masih sangat mencintai Marcell (R9). (K10) Dan maka dari itulah Putri gak mau pacaran lagi (T10), karena hatinya masih setia untuk Marcell (R10).

1) KKW Pembuka/P4

Paragraf ini terdiri atas 10 kalimat. Pada (K1) inti paragraf ini

terletak pada kalimat Putri sangat marah dan pemakaian konjungsi

pertentangan tapi yang tertera pada (R1). (R2) inti kalimatnya adalah dia

tak menyangka bisa bertemu dengan cowok yang mengisi hatinya itu

setelah 2 tahun lebih berpisah kalimat setelah mengacu pada keterangan

waktu. Sedangkan pada (K3) kata sini merupakan penanda kohesi. Dan

pada (K4) melihat hal itu mrngacu pada kata sebelumnya (K3) yang

mengacu pada Marcell menggandeng tangan Putri. (K5) kata masing-

masing merupakan kata ulang yang mengacu pada Putri dan Marcell. (K7)

kata tak memahaminya kata -nya disini mengacu pada kalimat sebelumnya

(K6) yang berupa kata aku masih menyimpan rasa itu, selama ini aku

belum bisa melupakanmu sama dengan yang tertera pada (K8). Kata

tetesan-tetesan merupakan kata ulang dan kata tetesan-tetesan (air mata

yang keluar). Dan kata karena merupakan konjungsi antarkalimat. Dengan

penanda kohesi tersebut semua kalimat saling berkaitan, sehingga

memiliki hubungan bentuk dan makna. Oleh karena itu, paragraf ini

memiliki hubungan yang kohesif sekaligus koheren.

Page 106: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

106

2) ASK Pembuka/P4

Pada (K1) kata marah sebagai (T1) dan selebihnya adalah R1 berupa

konjungsi antarkalimat yang tersambung pada kalimat berikutnya pada

(K2 hingga K10). Sehingga alur susunan kalimat pada paragraf tersebut

menunjukkan linieritas.

5. Korpus Data Pembuka/P5

(K1)“Kenapa kamu menangis Put? “ tangan Marcell mengusap pipi Putri, lembut , tapi tiba-tiba terdengar bel masuk kelas, sudah bel (T1), semua ini kita bicarakan nanti setelah pulang sekolah(” putus Putri, “ya udah kalau gitu, nanti aku tunggu kamu dan kita pulang bareng” Putri menganngguk (tanda setuju) (R1). (K2) Di kelas Elan hanya bisa memandang Putri, biasanya kalau di kelas mereka selalu membuat gaduh dengan canda dan gurau mereka, tapi hari ini mereka hanya diam (T2), Elan sadar bahwa Putri sangat marah sama dia, tapi dia juga merasa penasaran banget sama cowok yang tadi bersama Putri di kantin yang tak lain adalah Marcell, karena rasa penasarannya yang begitu tinggi dia beranikan nyamperin Putri (R2).“ (K3) Hai Put………! “sapa Elan”(T3), “hai balas Putri sengit”(R3). “(K4) Ngomong-ngomong cowok yang tadi sama kamu di kantin itu siapa?” (T4), mantanku “jawab Putri singkat, (R4)”. (K5) Maksud kamu Marcell? (T5)“Tanya Elan penasaran (R5). (K6) “iya!”, kok dia sampai sini? lanjut Elan “(T6) Kamu tu kenapa sih? Seperti petugas sensus aja ingin tahu urusan orang lain!!! (R6). “(K7) Suara Putri meninggi, semua siswa menoleh kearah mereka berdua (T7), semua terheran-heran melihat Purti membentak Elan karena selama ini Putri terkenal sebagai cewek yang lembut dan gak suka kekerasan (R7). (K8) Apa lagi mereka berdua dikenal sebagai sahabat yang tak pernah bertengkar (T8), makanya semua siswa merasa heran melihat Putri membentak Elan, dan hal itu membawa Elan kembali ke tempat duduknya (R8).(K9) Saat jam pelajaran di mulai Elan dan Putri terlihat begitu tenang (T9), keduanya terlihat pendiam, sesekali Elan masih melirik kearah Putri, tapi Putri tak menanggapinya, jam-jam pelajaran berjalan begitu hampa bagi Elan, sampai jam pelajaran terakhir usai, Elan masih terlihat murung (R9). (K10) Pelajaran telah usai (T10), semua siswa keluar dari kelas masing-masing (R10).

Page 107: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

107

1) KKW Pembuka/P5

Paragraf ini terdiri atas 10 kalimat. Inti kalimat pembicaraan

paragraf ini adalah biasanya mereka selalu membuat gaduh dengan canda

dan gurau mereka, tapi hari ini mereka hanya diam. Antara K1 dengan K2

tidak ada penanda kohesi yang menjadikan keduanya koheren. Demikian

juga antara K2 dengan K3, hingga K10 secara prinsip hubungan

antarkalimat ini tidak koheren.

2) ASK Pembuka/P5

Kata kenapa kamu menangis Put? Tangan Marcell mengusap pipi

Putri lembut, tapi tiba-tiba terdengar bel masuk kelas, sudah bel (T1) dan

semua ini kita bicarakan nanti setelah sekolah (Putus Putri), ya udah

kalau gitu, aku tunggu kamu dan kita pulang bareng. Putri mngangguk

(tanda setuju) (R1). Klausa di kelas Elan hanya bisa mamandang Putri,

biasanya kalau di kelas mereka selalu membuat gaduh dengan canda

gurau mereka, tapi hari ini mereka hanya diam (T2) tidak mengacu dan

mengulang kepada K1, selanjutnya pada K3, K4, K5 sampai dengan K10

tidak mengacu dan mengulang kalimat sebelumnya sehingga alur susunan

kalimat pada paragraf tersebut tidak linier.

b. Analisis Paragraf Penghubung

1. Korpus Data Penghubung/P1

(K1) Putri segera bergegas keluar, dia segera berjalan menuju parkir (T1), karena Marcell telah menunggunya disana, Putri tetap tetap melangkah meskipun dia tahu Elan memanggilnya berulang-ulang kali (R1). (K2) Putri menemui Marcell di tempat parkir (T2) dan segera masuk kedalam

Page 108: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

108

mobil (R2). (K3) Mobil Marcell melaju mulus menggilas aspal jalan raya yang panas (T3), diperjalanan mereka berdua (Marcell dan Putri) hanya berdiam diri sambil mengatur aliran darah masing-masing, hingga akhirnya mobil berhenti pada sebuah café (R3).(K4) Mereka masuk kedalam café itu, dan mengambil tempat duduk diantara tempat duduk yang kosong (T4), dan segera memesan makanan, sampai pesanan diantarpun belum ada seucap katapun yang terlontar dari mereka, dan tiba-tiba tangan Marcell menggenggam jari-jari Putri (R4). “ (K5) Put kamu tahukan apa maksud kata-kataku dikantin tadi?”(T5) tanya Marcell, tapi Putri masih terdiam (R5). “(K6) Put aku masih sayang sama kamu”(T6) ungkap Marcell. “Kamu bohongkan cell? “tanya Putri tak percaya (R6).“(K7) Terserah kamu mau ngomong apa, tapi inilah kenyataannya, selama ini aku belum bisa mencari penggantimu, karena aku tidak menginginkan hal itu (T7), aku ingin kamu adalah cinta pertama dan terakhirku” (R7). “(K8) Marcell……….kamu tahu gak gimana perasaanku?”(T8) tanya Putri (R8). “(K9) Cell………….aku juga masih sayang sama kamu, akupun masih sangat mencintaimu (T9), dan karena itulah aku gak pernah mau pacaran lagi, karena akau percaya bahwa kamu pasti kembali lagi “ lanjut Putri”(R9). “(K10) Put…….. aku ingin kembali seperti dulu lagi (T10), aku ingin melewati hari-hariku bersamamu”(R10).

1) KKW Penghubung/P1

Perpautan bentuk pada paragraf ini tampak dengan pemakaian

penanda kohesi hubungan leksikal, yakni repetisi (pengulangan kembali).

Kata parkir (K1) merupakan bentuk yang di ulang kembali pada (K2).

Penanda kohesi yang lain adalah penggantian frasa mereka berdua yang

mengacu pada (Marcell dan Putri). Kemudian pada kata-kataku

merupakan kata ulang (T5) dan kata tapi merupakan konjungsi

antarkalimat sedangkan kata tanya pada kalimat sebelumnya (K5, K6) dan

kata lagi pada (K9) mangacu pada (K8) dan (K10). Oleh karena itu dari

temuan analisis ini maka paragraf ini di samping memiliki hubungan yang

kohesif sekaligus koheren.

Page 109: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

109

2) ASK Penghubung/P1

Pada paragraf ini ditemukan bagian-bagian alur susunan kalimat. Hal

ini tampak pada kalimat (R1) Putri tetap melangkah meskipun dia tahu

Elan memanggilnya berulang-ulang kali. Kata meskipun termasuk

konjungsi subordinatif kosesif dan kata berulang-ulang merupakan bentuk

perulangan kata. Sedangkan pada (T4) kata mereka mengacu pada (K3)

yaitu mereka berdua (Marcell dan Putri). Sedangkan pada (K5) kata

terdiam mengulang kata berdiam yang berasal dari kata diam pada (K3).

Dan pada (K7) kata tapi merupakan konjungsi pertentangan. (T9) kata

karena merupakan konjungsi sebab yang mengacu pada pada (K7) yang

berupa kata selama ini aku belum bisa mencari penggantimu. Pada kalimat

tersebut masih memiliki urutan yang berkaitan, sehingga cerita yang

disampaikan masih bersifat nyambung, walaupun pada paragraf tersebut

terjadi loncatan deret kalimat atau loncatan susunan kalimat. Namun

kalimat tersebut masih berkaitan satu sama lain maka alur susunan kalimat

ini termasuk linier.

2. Korpus Data Penghubung/P2

“(K1) Cell aku juga menginginkan hal itu, kamu maukan jadi cewekku lagi?” tanya Marcell lembut (T1), dan Putri mengangguk pelan, hingga terlihat senyuman merekah dari bibir Marcell (R1). (K2) Malam ini terasa indah bagi Putri (T2), dia tak menyangka bakal balikan sama Marcell lagi, hati Putri sangat berbunga, semua terasa indah bagai malam bertabur bintang (R2). (K3) Dia berharap kejadian yang dulu (T3) yang mampu membuat hubungannya bersama Marcell kandas takkan terulang lagi (63). (K64) Putri berbaring diatas tempat tidur, kenangan-kenangan masa lalunya bersama Marcell melintas dipikirannya (T4), keceriaan-keceriaan di masa lalu mampu membuatnya tersenyum sendiri mengingat hal itu

Page 110: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

110

(R4). “(K5) Aku berharap semoga cinta kita abadi”(T5) ucap Putri dalam hati (R5). (K6) Tiba-tiba HPnya berbunyi, terlihat tanda panggilan masuk di sana, dan ternyata Elan (T6), mengetahuai hal itu Putri langsung menjauhkan barang mungil itu karena entah mengapa Putri merasa malas untuk berbicara sama Elan (R6). (K7) Putri masih sangat marah dengan apa yang diucapkan Elan tadi pagi(T67), dia tidak menyangka Elan tega menghianati persahabatan mereka (R67). (K8) Dia telah menodai tali persahabatan dengan cinta yang ada di hatinya (T8), bagi Putri dalam persahabatan tidak boleh ada cinta, karena itu akan merusak arti sebuah persahabatan yang sesungguhnya, dan Putri sangat membenci hal itu (R8).(K9) Mulai pagi ini Putri tidak berangkat bareng Elan tapi dia dijemput sang pujaan hati yaitu Marcell (T9) , meskipun sebenarnya Elan juga datang kerumah Putri, tapi Putri sengaja menolaknya dan lebih memilih Marcell (R69). “ (K10) Put, cowok yang tadi dirumahmu itu siapa ?”(T10) Tanya Marcell (R10).

1) KKW Penghubunga/P2

Hubungan kohesif paaragraf ini tampak pada pemakaian klausa dia

tidak menyangka bakal balikan sama Marcell lagi (T2) yang di ulang

dengan struktur berbeda tetapi memiliki makna yang sama pada (R3)

hubungannya bersama Marcell kandas takkan terulang lagi. Kemudian

(T4) menjelaskan kata kenang-kenangan masa lalunya bersama Marcell

melintas di pikirannya. Sedangkan pada (T1) terdapat kata lagi , (T5)

terdapat interjeksi harapan beruoa kata semoga, (T6) terdapat penanda

kohesi disana pada bagian tema. Pada (T7) kata persahabatan diulang

kembali pada (T8) dan menggunakan penanda kohesi pada kata pagi ini

pada (T9) pada kalimat tersebut juga digunakan konjungsi subordinatif

konsesif kata meskipun yang menghubungkan klausa sebelumnya oleh

karena itu paragraf ini disamping memiliki hubungan kohesif sekaligus

koheren.

Page 111: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

111

2) ASK Penghubung/P2

Pada paragraf ini ditemukan bagian rema pada rema kalimat. Rema

tersebut adalah pada (R2) hati Putri sangat berbunga, semua terasa indah

bagai malam bertabur bintang, yang mengacu pada (T3, T4, T5). Jadi

semua tema pada kalimat sesudahnya mengacu ke rema pada kalimat

sebelumnya. Atas dasar itu, maka alur susunan kalimat pada paragraf ini

menunjukkan linieritas.

3. Korpus Data Penghubung/P3

“(K1) Dia namanya Elan (T1), emang kenapa?”(R1). (K2) Enggak kok (T2), cuma kelihatannya kalian akrab banget”(R2). (K3) Dia temen sekelasku, sebenarnya dia sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri (T3), setelah kau meninggalkanku dulu (R3). (K4) Dia hadir untuk menghiburku dan akhirnya kami akrab dan akhirnya kami bersahabat” jelas Putri, tak ada respon dari Marcell (T4), mereka berdua lalu diam sampai mobil Marcell memasuki halaman Sekolah (R4). (K5) Putri dan Marcell berjalan berdampingan melewati koridor-koridor kelas (T5), tapi pagi ini terasa aneh, yang biasanya anak-anak selalu menyapa saat bertemu dengan Putri, tapi kini sepi (R5). (K6) Celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda yang biasanya terlontar dari cowok-cowok kini tak terdengar lagi (T6), malah pandangan aneh yang dijumpai . “Ini ada apa sih? tanya Putri dalam hati (R6).(K7) Setelah sampai di depan kelas XI A2 (T7), Putri dan Marcell berpisah karena Putri harus berhenti sedangkan Marcell masih harus berjalan lurus dan belok untuk menuju kelasnya (R7). (K8) Putri masuk kelas dan segera duduk ditempat duduknya (T8), belum sempat menaruh tasnya Putri melihat Elan duduk melamun dipojok kelas (R8). (K9) Pandangannya kosong (T9), dia kelihatan tidak semangat, hati Putri terasa sakit (R9). (K10) Putri merasa iba melihat keadaan Elan tapi dia juga masih merasa sangat jengkel kalau ingat saat itu (T10), bagi Putri kejadian itu sangat memalukan karena didalam kamus persahabatan dalam hidupnya tak ada kata cinta dalam persabatan, sesaat kemudian Randy datang dan mendekati Elan (R10).

Page 112: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

112

1) KKW Penghubunga/P3

Paragraf ini terdiri dari 10 kalimat yang memiliki hubungan yang

kohesif, meskipun kalimat ini tergolong panjang. Hubungan kohesif ini

tampak dengan jelas pada penggunaan konjungsi pada (R3) dan

konjungsi setelah, kata ini dan lagi pada (T6) konjungsi karena pada

(T7) dan (K10) yang berupa kata tapi dan karena, sedangkan kata akrab

(R4) mengulang kata (R2), dan bentuk-ku (T3) mengacu pada kalimat

sebelumnya yaitu (T1) kata mereka berdua (R4) mengacu pada (K5)

yaitu Putri dan Marcell bentuk- nya pada pandangannya (T9) mengacu

pada kalimat sebelumnya (R8) secara anaforis kata pandangannya

mengacu pada Elan. Hubungan kohesif yang diwujudkan dengan

konjungsi dan pengulangan menjadikan paragraf ini kohesif dan koheren.

2) ASK Penghubung/P3

Kalimat yang membentuk paragraf ini sangat erfektif karena

kalimatnya yang runtut tampak pada (T1) yang berupa kalimat tannya

kenapa dan jawabannya tertera pada kalimat (T2). Kalimat (K3)

merupakan kalimat yang panjang dan memiliki banyak informasi

contohnya dia hadir untuk menghiburku (T4). Pagi ini terasa aneh (R5)

untuk menghiburku celoteh-celoteh nakal (T6) pada kalimat ini berupa

kata ulang, dan terdapat penanda kohesi yang berupa konjungsi yang

berupa konjungsi karena yang mengacu pada alasan sebab (R7). (T8)

Kata belum mengacu pada waktu yang belum terjadi dan pada ((R9) kata

Page 113: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

113

hati Putri terasa sakit mengacu pada kalimat sebelumnya yaitu melihat

Elan duduk melamun di pojok kelas. Penanda kohesi yang berupa

konjungsi subordinatif sebab yaitu karena dan pertentangan tapi yang

menghubungkan antarkalimat sehingga kalimat tersebut kohesif dan

koheren, dan informasi yang disampaikan dalam kalimat masih

nyambung. Maka alur susunan paragraf ini termasuk linier.

4. Korpus Data Penghubung/P4

“(K1) Lan, nanti Pak Hanna minta kita kumpul dilapangan basket sepulang “ucap Rendy, Randy adalah salah satu anggota team basket sekolah (T1), Randy cukup popular di sekolah ini, ya………..meskipun tak sepopuler Elan sang kapten basket (R1). (K2) Jam istirahat Elan gunakan bermain basket dilapangan, biasanya kalau jam istirahat seperti ini dia pergi kekantin bersama Putri untuk mengisi perut dengan semangkuk bakso (T2), tapi kali ini dia lebih memilih menghabiskan waktunya dengan bola basket yang selama ini telah akrab dengan hidupnya (R2). (K3) Sesaat dia melihat Putri bersama Marcell berjalan berdampingan (T3) dengan bergandengan tangan dan terlihat begitu mesra (R3). (K4) Emosi Elan tiba-tiba memuncak (T4), di dibrelnya bola basket yang ada ditangannya dengan tidak teratur (R4). (K5) Dia juga melempar bola dengan sembarangan hingga hampir mengenai kepala Rendy (T5), tapi untungnya Rendy cepat menangkap bola itu, Elan segera duduk dan terlihat Rendy berjalan kearahnya dan ikut duduk didekat Elan (R5).“(K6) Kamu kenapa Lan ? kok kelihatan emosi benget ? (T6) kamu ada masalah? “tanya Rendy (R6). “ (K7) Aku gak tau Ran” jawab Elan ingat kata-kata Pak Hanna kan ? kalau kita dalam keadaan emosi sebisa mungkin kita tidak mememgang bola basket (T7), dan tidak boleh melampiaskan pada bola basket, karena itu bisa membahayakan orang yang ada disekitar kita”(R7). (K8) Aku gak tau Ren”!! “Lan aku tau kamu kecewakan dengan semua ini ? dan sekarang hubungan kamu sama Putri juga jauh (T8), aku menyadari semua ini dimulai dari kedatangan anak baru itu, kalau aku perhatiin mereka juga akrab banget”(R8).“(K9) Sudahlah Ren , gak usah bahas mereka”.(T9) “Tapi Lan kamu jangan lemah gini dong! Kita harus basmi tu cowok, soalnya gara-gara tu cowok Putri juga berubah!”(R9). (K10) Please aku mohon (T10) jangan lakukan itu! cegah Elan (R10).

Page 114: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

114

1) KKW Penghubunga/P4

Dalam paragraf ini terdapat bentuk konjungsi yang menghubungkan

antarkalimat. Hubungan antara (K1 hingga K10) saling koheren sehingga

kohesifitas dan koherenitas paragraf tampak pada kalimat tersebut. Pada

paragraf ini ditemukan pemakaian penanda kohesi hubungan gramatikal

konjungsi yang berupa (ini pada T1, kalau T2, sesaat T3, dan kata ulang

tiba-tiba T4, hingga T5), dan kata tanya kenapa (T6) yang jawabannya

ada pada kalimat (T7) dan terdapat konjungsi subordinatif kalau pada

(R8). Sedangkan kata gara-gara merupakan kata ulang dan juga

merupakan konjungsi (T9) dan kata itu juga merupakan penanda kohesi.

2) ASK Penghubung/P4

Paragraf ini terdiri atas 10 kalimat yang panjang sehingga sebenarnya

bisa diurai menjadi 15 kalimat. Namun sesuai dengan data aslinya maka

(T1-nya) adalah konstituen kita dan (R1-nya) adalah bentuk selebihnya

berupa kumpul di lapangan basket sepulang sekolah ucap Rendy, Rendy

adalah salah satu anggota team basket sekolah (T1). Kemudian (T2-nya)

adalah jam istirahat Elan gunakan untuk bermain basket di lapangan.

Dan (T3) sesaat dia melihat Putri bersama Marcell berjalan

berdampingan, (T4) berupa kata emosi Elan tiba-tiba memuncak, (T5)

dia juga melempar bola dengan sembarangan (T6) kelihatan emosi

banget. (T7) kalau kita dalam keadaan emosi sebisa mungkin kita tidak

memegang bola basket. Pada paragraf tersebut kata emosi diulang

Page 115: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

115

sebanyak tiga kali yaitu (T4, T6, T8) perluasan kata emosi pada kalimat

teresbut mengemukakan tentang sifat-sifat orang yang memiliki emosi

tinggi, yaitu mudah marah, tidak bersikap tenang, dan sering membuat

suasana tidak nyaman. Sedangkan pada (T8) menggunakan penanda

kohesi ini sebagai bentuk acuan terhadap bentuk kelihatan emosi banget.

(T9) kata ulang gara-gara merupakan kata ulang yang mengacu pada

kedatangan anak baru itu (T10). Pada kalimat tersebut terdapat penanda

kohesi itu yang mengacu pada kalimat sebelumnya (T9) yang berupa kita

harus basmi tu cowok. Maka, susunan kedua kalimat dalam paragaraf itu

runtut dan tidak ada pelanturan. Dengan demikian alur susunan kalimat

dalam paragraf ini bersifat linier.

5. Korpus Data Penghubung/P5

(K1) Tapi kenapa? “Tanya Rendy tidak mengetahuinya.(T1) “Mereka CLBK”. Maksud kamu ? mereka pernah jadian, jadi aku mohon jangan lakukan apapun “pinta Elan sambil berlalu”(R1).(K2) Mungkinkah benar kalau cinta itu butuh pengorbanan ?inilah yang sedang dirasakan oleh Elan (T2), semua ini dirasakan Elan begitu berat , persahabatan yang telah dia bangun bersama Putri kini telah telah hancur, cintanyapun bertepuk sebelah tangan, tak pernah terfikirkan olehnya semua ini akan terjadi, Elan hanya bisa memandang Putri dari kejauhan, melihat Putri begitu bahagia bersama Marcell hati Elan terasa begitu sakit (R2). (K3) Tapi Elan tak ingin membuat Putri lebih kecewa lagi dari pada dirinya (T3), dia gak ingin merebut kebahagiaan Putri, meskipun kini hatinya begitu sakit Elan tetap berusaha tegar demi kebahagiaan Putri, karena kebahagiaan Putri adalah kebahagiaannya juga (R3).(K4) Sore ini Elan duduk sendiri di lapangan basket belakang rumahnya yang berada tepat didekat kolam renang miliknya (T4), kini bola hanya dia genggam dengan kedua tangannya (R4). (K5) Tanpa memainkannya, fikirannya selalu tentang Putri (T5), tiba-tiba Hp milik Elan berbunyi tanda panggilan masuk, segera diraihnya benda mungil itu (R5). (K6) Lan kamu dimana sih ? anak-anak udah pada nungguin kamu nih (T6) ……….suara dar seberang yang tak lain adalah Rendy (R6).(K7) Hari ini aku absen dulu ya …….soalnya aku lagi males banget (T7), kalian latihan sendiri dulu ya…….(R7). (K8) Tapi Lan kamu kan kapten kami

Page 116: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

116

(T8), masak ……………..” belum selesai Rendy bicara telf sudah diputus sama Elan (R8). (K9) Telf sudah diputus sama Elan (T9), Elan kembali termenung, melintas difikirannya tentang bayangan masa lalunya bersama Putri (R9). (K10) Biasanya setiap Elan latihan pasti Putri selalu setia menemaninya dan membawakan minum serta handuk untuknya (T10), tapi sore ini semua itu tidak tejadi lagi, dan mungkin saat ini Putri sedang asik jalan-jalan sama Marcell untuk membangun hubungan yang baru (R10).

1) KKW Penghubunga/P5

Paragraf ini terdiri atas 10 kalimat dan kesepuluhnya memiliki

hubungan yang kohesif, meskipun kalimatnya tergolong panjang.

Hubungan kohesif itu tampak dengan jelas pada pemakaian penanda

kohesi ({tapi pada T1}, {kalau T2}, {lagi dan meskipun T3, {T4 ini}, {-

nya T5, {kata ulang anak-anak}, {lagi T7}, {tapi 8}, {sudah T9}, {-nya

T10}). Pada kata penghubung tersebut menghubungkan klausa

sebelumnya. Oleh karena itu, paragraf ini disamping memiliki hubungan

yang kohesif juga sekaligus koheren.

2) ASK Penghubung/P5

Pada paragraf ini ditemukan bagian-bagian yang memiliki bagian

tema dan rema. Seperti yang tertera (R2) cintanyapun bertepuk sebelah

tangan, tak pernah terfikirkan olehnya semua ini akan terjadi. Dan kata

bahagia yang diulang kembali pada (3). Kata kini pada (R4) mengacu

pada lapangan bola basket dan (R5) kata tiba-tiba HP milik Elan

berbunyi tanda penggilan masuk yang diacu oleh (R6). Suara dari

seberang yang tak lain adalah Rendy. Sedangkan (R7) dan (R8) terdapat

Page 117: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

117

hubungan keterkaitan antarkalimat yang berupa kalian pada (R7) dan

diacu kata selanjutnya berupa kapten kami. Pada T10 kata semua itu

tidak terjadi lagi mengacu pada bayangan masa lalunya bersama Putri.

Atas dasar itu maka alur susunan kalimat pada paragraf ini menunjukkan

linieritas. Alur linier ini tampak dengan jelas pada urutan kalimat yang

ditelaah secara struktur tematis.

6. Korpus Data Penghubung/P6

(K1) Malam ini Elan sengaja datang kerumah Putri (T1), niatnya dia ingin minta maaf tentang semua ini (K1). “(K2) Malam Mbok, Putri ada?” (T2). “Tanya Elan pada pembantu rumah Putri (R2). “(K3) ada kok Mas” (T3). Mas Elan sekarang kok jarang ke sini sih? “tanya Mbok Minah dan Elan hanya tersenyum (R3). “(K4) Putri ada di mana Mbok?”. (T4) ‘ Non Putri ada di taman” (R4). (K5) Ya udah aku ke sana dulu ya………..” dengan perasaan ragu Elan melangkahkan kakinya menuju taman dia ingin segera bertemu sama Putri dan minta maaf padanya supaya persahabatan mereka kembali utuh lagi (T5), tapi Elan menghentikan langkahnya saat mendengar tawa Putri bersama seseorang cowok yang tak lain adalah Marcell (R5). (K6) Melihat hal itu Elan mengurungkan niatnya dan segera bergegas pulang meski hatinya begitu sakit (T6), tapi Elan tidak ingin menghancurkan kebahagiaan itu hanya gara-gara kedatangannya malam ini (R6). “(K7) Mas Elan mau kemana ?” (T7). Tanya Mbok Minah yang kebetulan melihat Elan (R7). “ (K8)Aku mau pulang Mbok” (T8) . Lho kok buru-buru banget Mas? emang sudah ketemu sama non Putri? trus juga gak biasanya Mas Elan main seburu-buru ini (R8). (K9) Aku gak jadi aja Mbok soalnya sepertinya Putri lagi bahagia banget sama Marcell (T9), ya udah aku pergi dulu ya Mbok” Elan segera masuk mobil dan pergi dari halaman rumah Putri (R9). (K10) Mobil Elan berhenti pada sebuah taman kota (T10), Elan berdiri di bawah sinar rembulan bersama bintang-bintang yang terlihat begitu damai seolah bertolak belakang dengan perasaannya malam ini (R10).

1) KKW Penghubunga/P6

Analisis paragraf ini bahwa alur susunan kalimat (bersifat tidak

linier). Berdasarkan temuan analisis tersebut, maka dapat dipastikan

Page 118: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

118

bahwa paragraf ini tidak koheren. Hal ini terlihat pada inti pada kalimat

berikut ini,dengan perasaan ragu Elan melangkahkan kakinya menuju

taman dia ingin segera bertemu sama Putri dan minta maaf padanya

supaya persahabatan mereka kembali utuh. Pada kalimat ini tidak

terdapat hubungan antarkalimat secara argumentatif bahwa paragraf ini

kalimatnya berbelit-belit. Sehingga kalimatnya tidak kohesif dan

koheren.

2) ASK Penghubung/P6

Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu berupa Elan

mengurungkan niatnya dan segera bergegas pulang meski hatinya begitu

sakit. Disamping itu kalimat ini informasinya berputar-putar. Hal itu

dapat terlihat pada kata Pada kalimat tersebut terlalu berlebihan sehingga

menjadi tidak efektif. Juga pada kalimat berikutnya, Elan berdiri di

bawah sinar rembulan bersama bintang-bintang yang terlihat begitu

damai seolah bertolak belakang dengan perasaannya malam ini Paragraf

ini sebenarnya kesinambungan antarkalimatnya tidak efektif, sehingga

alur susunan kalimatnya tidak linier.

7. Korpus Data Penghubung/P7

(K1) Huh……..Elan hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, ingin rasanya dia marah pada dirinya sendiri, karena kecerobohannya hingga jatuh cinta pada Putri yang akhirnya membuat persahabatan ini hancur (T1), tapi semua ini sudah terlanjur dan tak ada gunannya disesali, yang harus dia lakukan adalah meminta maaf pada Putri(R1).(K2) Sekarang aku tahu alasan kamu Put, kenapa selama ini kamu menutup hatimu untuk cowok lain, aku tahu kalau ternyata semua ini karena Marcell (T2), selama ini kamu masih mencintai Marcell, dan

Page 119: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

119

selalu setia padanya, dan kini semuanya telah berakhir, penantianmu tak sia-sia Put karena kini telah terbukti bahwa Marcell telah kembali untukmu. “Ungkap Elan pada malam”(R2). (K3) Berita tentang keretakan persahabatan antara Putri dan Elan terdengar center dipenjuru sekolah, karena nama mereka sangat popular disekolah ini (T3), Elan sang kapten basket dan Putri sang Primadona sekolah, jadi berita mereka cepat banget tersebar, dan nama Marcellah yang sering disebut-sebut sebagai orang ketiga yang menghancurkan persahabatan anatara Elan dan Putri. Hal ini membuat telinga Marcell panas (R3). (K4) Cell………..kamu yang sabar ya…….mereka itu gak tau dengan apa yang sebenarnya terjadi, (T4) persahabatan anatara aku dan Elan itu sudah renggang sebelum kamu datang (R4). (K5) Tapi saat semua itu baru diketahui anak-anak bersamaan dengan hadirnya kamu (T5), aku mohon kamu yang sabar ya……….ini cuma kesalahpahaman kok. “Pinta Putri” (R5).“(K6) Tapi Put aku gak bisa kayak gini, aku gak mau dianggap sebagai orang ketiga”. “ Cell aku yakin semua ini akan berakhir (T6), ya mungkin cinta kita emang lagi diuji, untuk mengukur seberapa besar, dan seberapa tinggi kesetiaan diantara kita”(R6). “ (K7) Put aku beruntung banget memiliki cewek seperti kamu (T7), aku gak akan pernah melepasmu lagi (R7). (K8) Marcell menggenggam tangan Putri (T8) dengan begitu lembut hingga muncul kedamaian dihati keduanya (R8). “ (K9) Jangan pernah tinggalkan aku lagi Cell” (T9), pinta Putri. Aku janji Put” keduanya tersenyum bahagia (R119).“(K10) Elan, aku mau ngomong!” (T10), Putri menarik tangan Elan (R10).

1) KKW Penghubunga/P7

Kata dalam-dalam pada (K1) berupa kata ulang dan kata

karena merupakan konjungsi subordinatif penyebaban, sedangkan kata

mereka pada (K4) mengacu pada (K3) Putri dan Elan. Dan (K5) kata

tapi merupakan konjungsi antarkalimat yang mengacu pada (K4)

persahabatan dan terdapat kata ulang anak-anak yang mengacu pada

teman di sekolah Elan, Putri, dan Marcell. (K6) kata orang ketiga

diartikan sebagai perusak hubungan orang lain. Dan kata seperti

menyatakan konjungsi pertentangan, sedangkan bentuk- nya pada pada

kata keduanya mengacu pada kesetiaan (K8). Selanjutnya kata lagi

merupakan konjungsi gabungan (K9). Dengan penanda kohesi tersebut

Page 120: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

120

semua kalimat saling berkaitan sehingga memiliki hubungan

antarkalimat. Oleh karena itu, paragraf ini memiliki hubungan yang

kohesif sekaligus koheren.

2) ASK Penghubung/P7

Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu keretakan persahabatan

antara Putri dan Elan (K3). Selanjutnya pada (K1) kata ini merupakan

penanda kohesi gramatikal yang mengacu pada jatuh cinta pada Putri

pada kalimat sebelumnya dan bentuk-nya mengacu pada menutup

hatimu untuk cowok lain, aku tahu kalau ternyata semua ini karena

Marcell pada (K2). Dan kata persahabatan (K3) di ulang pada kalimat

berikutnya (K4). Dan satuan lingual itu mengacu pada berita tentang

keretakan persahabatan antara Putri dan Elan terdengar center

dipenjuru sekolah yang tertera pada (K3). Sedangkan satuan lingual ini

pada (K6)satuan lingual ini mengacu pada Marcelllah yang sering

disebut-sebut sebagai orang ketiga yang menghancurkan persahabatan

anatara Elan dan Putri pada (R3). Kata seperti pada (K7) mengacu

pada Putri sang Primadona (R3). Pada (R8) konjungsi hingga mengacu

pada (R9) keduanya tersenyum bahagia. Atas dasar itu maka alur

susunan kalimat pada paragraf ini menunjukkan linieritas. Alur linier ini

tampak dengan jelas pada urutan kalimat yang ditelaah secara struktur

tematis.

Page 121: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

121

c. Analisis Paragraf Penutup

1. Korpus Data Penutup/P1

“(K1) Kamu mau ngomong apa sih Put? Sakit ni……………..lepasin tangan aku dong!!!” Pinta Elan (T1), Putri segera melepaskannya (R1). (K2) Sekarang jelasin ke aku (T2), apa maksud semua ini?” (R2).”(K3) Maksud apa? “Tanya Elan bingung”. Alah……….. gak usah sok-sok gak tau deh……….Lan kita emang lagi ada masalah (T3), tapi aku mohon jangan bawa-bawa nama Marcell dalam masalah ini!” (R3). “ (K4) Put aku gak ngerti (T4) dengan semua omongan kamu”(R4). “(K5) Kamu tu munafik tahu gak sih? Kamu tega menghasut teman-teman (T5) dengan mengadu domba Marcell” (R5). (K6) Putri bicara dengan nada yang tinggi (T6). “ Put ………..Elan memegang kedua tangan Putri (R6).. “(K7) Put aku gak setega itu (T7), Ok kalau emang aku punya salah aku minta maaf” ungkap Elan tulus (R7). “ (K8) Alah ……..makan tu kata maaf “Putri menarik tangannya dan mendorong tubuh Elan hingga beberapa langkah (T8), dan Putri langsung melangkah pergi dari hadapan Elan (R8).

(K9) Elan duduk tertegun dan berpikir (T9), sebenci itukah Putri membenci dirinya? (T9) Apakah dirinya salah karena mencintai Putri? Bukankah manusia itu berhak mencintai, dan dicintai? (R9). (K10) Elan beranjak pergi dan melangkahkan kakinya melewati koridor-koridor kelas dengan langkah yang begitu gontai (T10), fikirannya sudah gak karu-karuan, dia berjalan sambil melamun hingga tak sadar dia menabrak Pak Hanna yang tak lain adalah pembimbing team basket sekolah (R10).

1) KKW Penutup/P1

Analisis paragraf ini bahwa alur susunan kalimat (bersifat tidak

linier). Berdasarkan temuan analisis tersebut, maka dapat dipastikan

bahwa paragraf ini tidak koheren. Hal ini terlihat pada juga pada

kalimat berikutnya, fikirannya sudah gak karu-karuan, dia berjalan

sambil melamun hingga tak sadar dia menabrak Pak Hanna yang tak

lain adalah pembimbing team basket sekolah (T10) didasarkan secara

argumentatif bahwa paragraf ini pada kalimatnya berbelit-belit.

Sehingga kalimatnya tidak kohesif dan koheren.

Page 122: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

122

2) ASK Penutup/P1

Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu berupa apakah dirinya

salah karena mencintai Putri. Disamping itu kalimat ini informasinya

berputar-putar. Hal itu dapat terlihat pada kata temen-temen kamu sudah

banyak yang ngomong, terus sekarang kamu gak semangat lagi dalam

team, kamu juga sudah beberapa kali tidak ikut latihan, saya cuma

ingin keterbukaan kamu Lan…………”. Elan masih terdiam. Pada

kalimat tersebut terlalu berlebihan sehingga menjadi tidak efektif. Juga

pada kalimat berikutnya, fikirannya sudah gak karu-karuan, dia

berjalan sambil melamun hingga tak sadar dia menabrak Pak Hanna

yang tak lain adalah pembimbing team basket sekolah (T10). Paragraf

ini sebenarnya kesinambungan antarkalimatnya tidak efektif, sehingga

alur susunan kalimatnya tidak linier.

2. Korpus Data Penutup/P2

“(K1) Aduh Pak maaf, saya gak sengaja”(T1), ucap Elan spontan(1). (K2) Pak Hanna langsung merangkul pundaknya. (T2) “ ikut saya “ kata Pak Hanna tiba-tiba Elan nurut” (R2). (K3) Elan dan Pak Hanna duduk di tepi tempat latihan basket team Elan.” Sekarang cerita sama saya, (T3) sebenarnya kamu ada masalah apa? "Tanya Pak Hanna penuh wibawa (R3). “(K4) Gak ada masalah apa-apa kok Pak (T4)“ elak Elan, dan Pak Hanna langsung tertawa (R4). “(K5) Elan …………Elan…………kamu gak usah bohong sama saya, (T5) temen-temen kamu sudah banyak yang ngomong, terus sekarang kamu gak semangat lagi dalam team, kamu juga sudah beberapa kali tidak ikut latihan, saya cuma ingin keterbukaan kamu Lan…………”. Elan masih terdiam (R5).“(K6) Saya tahu kamu baru ada masalah sama Putri (T6), semua siswa di sekolah ini juga sudah tahu Lan”(R6). (K7) Makasih Pak, Bapak sudah sangat perhatian sama saya, tapi untuk kali ini saya tidak ingin cerita sama orang lain dulu Pak (T7), karena saya takut semuanya malah jadi tambah ribet” Ungkap Elan (R7). “(K8) Ya udah

Page 123: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

123

kalau kamu tidak mau cerita, saya tidak akan memaksa (T8), ya sudah kalau begitu saya pergi dulu, kamu masih mau tetap di sini?”(R8).“(K139) Cell…………..please dengerin aku dulu, Ok, aku tahu kamu marah sama aku (T9), tapi kamu juga harus tahu donk……….kalau aku gak salah, ini semua gara-gara Elan yang sikapnya kekanak-kanakan ucap Putri (R9). “(K10) Udahlah Put aku tu dah capek harus kayak gini (T10), di sana-sini disebut sebagai perusak hubungan orang lain. “Marcell begitu kesal”(R10).

1) KKW Penutup/P2

Paragraf ini kami bagi menjadi 10 kalimat yang menghubungkan

antarkalimat selain itu terdapat kata ulang tiba-tiba pada (R2) dan kata

ulang lagi merupakan konjungsi gabungan. (R5) dan satuan lingual ini

merupakan penanda kohesi (R6). Menggunakan konjungsi tapi, karena

yang merupakan konjungsi pertentangan dan penyebaban dan pada (T7)

mengacu pada (R6). (K8) kata kalau menyatakan syarat. (R9) kata tapi

merupakan konjungsi pertentangan. Dan satuan lingual sana--sini

merupakan penanda kohesi gramatikal. Paragraf ini keruntutan

kalimatnya tidak tampak dan meloncat-loncat sehingga tidak kohesif

juga koheren.

2) ASK Penutup/P2

Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu berupa Saya tahu kamu

baru ada masalah sama Putri. Disamping itu temen-temen kamu sudah

banyak yang ngomong, terus sekarang kamu gak semangat lagi dalam

team, kamu juga sudah beberapa kali tidak ikut latihan, saya cuma

ingin keterbukaan kamu Lan…………”. Elan masih terdiam kalimat ini

informasinya berputar-putar. Hal itu dapat terlihat pada kata (R5). Juga

pada kalimat berikutnya Cell…………..please dengerin aku dulu, Ok,

Page 124: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

124

aku tahu kamu marah sama aku (T139), tapi kamu juga harus tahu

donk……….kalau aku gak salah, ini semua gara-gara Elan yang

sikapnya kekanak-kanakan ucap Putri (R9) sehingga menjadi tidak

efektif. Paragraf ini sebenarnya tidak berkesinambungan

antarkalimatnya tidak efektif, sehingga alur susunan kalimatnya tidak

linier.

3. Korpus Data Penutup/P3

“(K1) Tapi Cell ini bukan salahku, aku mohon Cell……..aku tu sayang banget sama kamu (T1), aku gak mau kejadian yang dulu itu terulang lagi (R1). “(K2) Air mata yang jatuh dipipi Putri (T2), seolah mengiring ucapan Putri (R2). “(K3) Ah gak tau ah!!! Aku mau pulang dan istirahat (T3), Marcell beranjak dan segera masuk ke dalam mobil miliknya (R3). “ (K4) Marcell tunggu Marcell!! “ Putri mengetuk kaca mobil (T4), tapi Marcell tak menggubrisnya, dan segera menghidupkan mesin mobilnya (R4).“(K5) Marcell tunggu, aku mohon……….aku sayang banget sama kamu (T5), aku gak mau kehilangan kamu (R5). “(K6) Ungkap Putri, tiba-tiba hujan lebat turun mengguyur taman kota di sore ini hingga membasahi tubuh Putri (T6), seakan-akan langit ikut menangis melihat kegundahan hati Putri, Putri tertegun diatas tanah (R6). (K7) Tiba-tiba sebuah payung melindunginya dari air hujan (T7), Putri terkejut dan mencoba berdiri, untuk melihat siapa orang yang telah membawa payung itu (R7).“(K8) Kamu ?! “Putri begitu terkejut melihat orang itu yang tak lain adalah Elan, tiba-tiba tangan Putri melayang di pipi Elan (T8), Putri begitu emosi, dan tak bisa mengendalikan diri hingga dia tega menampar Elan (R8). (K9) Elan segera memegang pipinya yang terasa sakit ,(T9) karena tamparan Putri, Putri langsung lari dari hadapan Elan (R9). “(K10) Putri tunggu! “Elan mencoba mengejarnya (T10), Putri terus berlari hingga Elan berhasil menarik tangannya. “Put tunggu!”. Lepasin aku, aku benci sama kamu”. “Putri mencoba berontak”(R10).

Page 125: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

125

1) KKW Penutup/P3

Konjungsi tapi pada (K1) berupa konjungsi pertentangan,

sedangkan kata nya pada (K3) mengacu pada Marcell. Dan (R6) kata

seakan-akan merupakan kata ulang.dan satuan lingual itu pada (T7)

mengacu pada sebuah payung melindunginya dari air hujan. Dengan

penanda kohesi tersebut semua kalimat saling berkaitan sehingga

memiliki hubungan antarkalimat. Oleh karena itu, paragraf ini memiliki

hubungan yang kohesif sekaligus koheren. Meskipun kalimatnya

melompat-lompat, dan kalimat yang digunakan tidak efektif.

2) ASK Penutup/P3

Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu“Putri begitu terkejut

melihat orang itu yang tak lain adalah Elan, tiba-tiba tangan Putri

melayang di pipi Elan (T8). Selanjutnya pada (K1) kata tapi merupakan

pertentangan. Atas dasar itu maka alur susunan kalimat pada paragraf ini

menunjukkan tidak linier. Alur linier tidak tampak dengan jelas pada

urutan kalimat yang ditelaah meloncat-loncat dan berputar-putar sehingga

alur susunan kalimatnya tidak linier.

4. Korpus Data Penutup/P4

“ (K1) Put, Ok, aku tahu kamu marah sama aku, mungkin sampai benci sama aku, tapi please Put sekarang kamu pulang, ini hujan lebat benget (T1), aku gak, mau kalau kamu samapai sakit”(R1). (K2) Alah………….. gak usah sok care sama aku, kamu itu…………”kalimat itu…………….” Kalimat Putri menggantung (T2), tubuhnya jatuh diatas tanah. Elan segera membopongnya dan membawanya pulang (R2).

Page 126: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

126

(K3) Sampai malam Putri belum terbangun, mungkin dia sengaja untuk sekalian tidur, Elan menunggu dibawah terlihat tidak tenang (T3), wajahnya terlihat begitu capek”(R3). (K4) Mbok Minah mencoba mendekati Elan sambil membawakan secangkir kopi. “Tapi Mbok gimana dengan Putri?(T4). Mas Elan gak usah terlalu khawatir mungkin non Putri langsung tidur, ya udah, ya Mas, Mbok tinggal dulu”. Elan duduk diatas sofa ruang tamu rumah Putri, dia merasa badannya begitu capek, hingga tak terasa dia telah tertidur (R4). (K5) Jam menujukkan pukul 22.30 WIB, Putri bangun dan menuruni tangga, dia melihat Elan tertidur dengan begitu pulas, tiba-tiba dia merasa bersalah kepada Elan (T5), Putri berjalan mendekati Elan (R5). “ (K6) Non Putri………..”Mbok Minah terkejut melihat Putri (T6). “Sssssssssssstt………”Putri member isyarat, dan Mbok Minah mengangguk, Putri menyuruhnya untuk segera pergi tidur (R6).

“(K7) Lan……………….aku minta maaf, gak seharusnya aku bersikap kaya gini sama kamu, karena aku sadar ini semua bukan salah kamu (T7), kamu suka sama akupun itu bukan salah kamu (R7). (K8) Aku bertengkar sama Marcell juga bukan salah kamu, aku tahu kenapa teman-teman bersikap seperti itu sama Marcell (T8), semata-mata, karena mereka care sama persahabatan kita, maka dari itu aku bener-bener minta maaf sama kamu Lan”(R8). “(K9) Ungkap Putri (T9), tapi Elan masih terjaga dalam tidurnya” (R9). (K10) Pagi ini terasa begitu dingin, hingga rasa malaspun menyelimuti tubuh-tubuh orang yang masih terlelap (T10), Elan terbangun dari tidur, dia terkejut melihat Putri tidur disampingnya (R10).

1) KKW Penutup/P4

Paragraf ini kami bagi dalam 10 kalimat yang menghubungkan

antarkalimat. Oleh karena itu, pemakaian penanda kohesi pun tampak

tidak berfungsi untuk menghubungkan antarkalimat di dalam paragraf itu.

Misalnya konjungsi tapi pada (K2) tidak ada kaitannya dengan (K1)

maupun (K3) begitu selanjutnya (K4 hingga K10). Kesimpulannya,

paragraf ini tidak kohesif juga tidak koheren.

2) ASK Penutup/P4

Paragraf ini terdiri atas sepuluh kalimat yang tidak saling

berhubungan. Hal ini tampak pada kalimat aku tahu kamu marah sama aku

Page 127: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

127

mungkin sampai benci sama aku (K1). (K2) nggak usah care sama aku ,

tubuhnya jatuh diatas tanah (K3), Mbok Minah mencoba mendekati Elan

(K5). Mbok Minah terkejut melihat Putri (K6). Lan aku minta maaf, gak

seharusnya aku bersikap kayak gini sama kamu (K7). Aku bertengkar

sama Marcell juga bukan salah kamu (K8). Ungkap Putri (K9) pagi ini

begitu dingin.

Pada paragraf ini kalimatnya berbelit-belit dan berputar-putar. Hal

ini tampak pada (K1) aku tahu kamu marah sama aku mungkin sampai

benci sama aku, tapi please ini hujan lebat. Kalimat tersebut berlebihan

sehingga menyebabkan kalimat itu tidak efektif. Harusnya cukup dengan

salah satu kalimat saja misalnya dengan kata marah atau benci dipilih

salah satu saja. Selanjutnya kerancuan kalimat tampak pada sekarang

hujan lebat tidak ada kaitannya dengan marah atau benci. Maka atas

dasar itu alur susunan kalimat paragraf ini bersifat tidak linier.

Page 128: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

128

A. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Kohesi gramatikal

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa peranti kohesi, antara lain; (1)

pengacuan (reference), (2) penyulihan (substitution) (3) penghilangan (ellipsis),

(4) konjungsi (conjungtion), dan (5) kohesi leksikal (lexikal cohesion). Berikut ini

penjelasan secara singkat kelima peranti kohesi tersebut.

a. Pengacuan

Dalam wacana fiksi siswa yang sudah dianalisis, terdapat beberapa

bentuk pengacuan, antara lain (1) pengacuan persona, (2) pengacuan demonstratif,

dan (3) pengacuan komparatif. Di bawah ini penjelasan secara singkat ketiga

bentuk pengacuan tersebut.

(1) Pengacuan Persona

Kekasihku Saudaraku

Dalam wacana cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu dan

Pertemuan Singkat ditemukan beberapa jenis penggunaan pengacuan persona.

Penggunaan pengacuan persona pada wacana cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar

Malam Minggu dan Pertemuan Singkat. Berikut ini tabel pengacuan persona pada

cerpen ”Kekasihku Saudaraku”.

Page 129: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

129

Tabel 2. Pengacuan Persona Cerpen Kekasihku Saudaraku

Wacana

Judul

Pronomina Persona I

Pronomina Persona II

Pronomina Persona III

Tunggal Jamak Tung-gal

Tung-gal

Tunggal Jamak

Aku kita Kami kamu kalian

-nya dia Mereka

Cerpen Kekasihku

Saudaraku

41 2 - 30 - 19 27 5

Adapun bentuk persona yang ditemukan dalam cerpen ” Pacar Malam

Minggu” dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Pengacuan Persona Cerpen Pacar Malam Minggu

Wacana

Judul

Pronomina Persona I

Pronomina Persona II

Pronomina Persona III

Tunggal Jamak tunggal

jamak Tunggal Jamak

Aku Kita

Kami kamu kalian

-nya dia Mereka

Cerpen Cerpen Pacar

Malam Minggu

10 - 3 7 1 24 9 -

Page 130: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

130

Adapun bentuk persona yang ditemukan dalam cerpen ” Pertemuan

Singkat” dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Pengacuan Persona Cerpen Pertemuan Singkat.

Wacana

Judul

Pronomina Persona I

Pronomina Persona II

Pronomina Persona III

Tunggal

Jamak tunggal jamak Tunggal Jamak

Aku Kita kami Kamu kalian

-nya dia Mereka

Cerpen Cerpen Pertemuan Singkat

9 1 3 16 - 38 4 4

Dari temuan penggunaan kohesi gramatikal berupa pengacuan persona,

cerpen Kekasihku Saudaraku tidak ditemukan pengacuan persona berupa

pronomina persona I bentuk jamak. Berbeda dengan cerpen Pacar Malam Minggu

pronomina persona I jamak, dan pronomina persona II tunggal yaitu berupa kata

kalian yang mengacu pada Satpam. Penggunaan pengacuan persona yang

ditemukan paling dominan berupa pengacuan persona I bentuk tunggal aku yang

mengacu pada tokoh utama sebagai pelaku utama dalam cerita tersebut. Perbedaan

penggunaan pengacuan pronomina persona dari ketiga cerpen tersebut dapat

dilihat secara lengkap pada tabel berikut.

Page 131: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

131

Tabel 5. Adapun bentuk persona yang ditemukan Hasil dari Ketiga

Cerpen (Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu dan Pertemuan

Singkat) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Wacana

Judul

Pronomina Persona I

Pronomina Persona II

Pronomina Persona III

Tunggal Jamak Tung-gal

Jamak Tunggal Jamak

aku Kita kami kamu Kalian

-nya dia Mereka

Cerpen Cerpen Pertemuan Singkat

41 2 _ 30 _ 19 27 5

Pacar Malam Minggu

10 _ 3 7 1 24 9 _

Pertemuan Singkat

9 1 3 16 _ 38 4 4

(2) Pengacuan Demonstratif

Dari hasil analisis pada karangan fiksi siswa MAN, telah ditemukan

penggunaan kohesi gramatikal berupa pengacuan demonstratif (waktu, dan

tempat). Pengacuan demonstratif digunakan dalam wacana pada cerpen

Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu, dan Pertemuan Singkat, dapat

dilihat pada tabel berikut.

Page 132: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

132

Tabel 6. pengacuan demonstratif yang ditemukan dalam cerpen

Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu, dan Pertemuan Singkat

adalah sebagai berikut.

Pengacuan Demonstratif Waktu Tempat

Kekasihku Saudaraku Detik-detik Di rumah Putri

Pacar Malam Minggu Malam hari Di rumah kania

Pertemuan Singkat Pagi hari Di rumah Risma

Penggunaan pengacuan demonstratif pada cerpen Kekasihku Saudaraku,

Pacar Malam Minggu tidak terdapat perbedaan. Pada ketiga cerpen tersebut

ditemukan pengacuan waktu lebih dominan dalam penggunaanya diantara ketiga

cerpen tersebut.

(3) Pengacuan Komparatif

Tabel 7. Pengacuan komparatif telah ditemukan (satuan lingual, pembanding)

cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu, dan Pertemuan Singkat.

Dapat dilihat pada tabel berikut.

Pengacuan Komparatif Satuan lingual pembanding

Kekasihku Saudaraku

Pacar Malam Minggu Kekasihku Saudaraku

Seperti, bagai

- -

Indahnya mata Roni, dengan mata elang

- -

Pengacuan komparatif pada contoh di atas penulis gunakan untuk

perbandingan dua hal yang mempunyai kemiripan.

Page 133: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

133

b. Penyulihan (substitusi)

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk penyulihan atau

substitusi (nominal, verbal, frasal, klausal) pada karangan fiksi siswa. Di bawah

ini akan dipaparkan secara singkat dalam bentuk tabel.

Tabel 8. substitusi cerpen Kakasihku Saudaraku, dan Pacar Malam Minggu dan

Pertemuan Singkat

Cerpen Substitusi nominal

Substitusi verbal

Substitusi frasal

Substitusi Klausal

Kekasihku Saudaraku

Suara riuh, suaranya

Tangan Putri melayang di pipi Elan, menampar

Bertolak belakang dengan perasaannya malam ini, diganti ini, Masa lalunya bersama Putri, diganti ini

Sebuah tangan, diganti itu, cinta yang pernah ada Cowok yang tadi bersama Putri di kantin yang tak lain adalah Marcell, Elasn juga datang ke rumah Putri,

Pacar Malam Minggu

Suara mata yang indah milik Roni, mata itu seindah mata elang

Suasana hening, tak terdengar seucap kata pun

-

Pertemuan Singkat

Ikhwan itu, Haris

Optimis, tidak putus asa

Penggunaan substitusi dari ketiga crepen tersebut banyak ditemukan pada

cerpen Kekasihku Saudaraku, yang berupa substitusi klausal. Sedangkan pada

Page 134: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

134

substitusi frasal dan klausal tidak ditemukan pada cerpen Pacar Malam Minggu,

dan Pertemuan singkat.

c. Pelesapan (elipsis)

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk pelesapan atau elipsis

pada karangan fiksi siswa. Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat dalam

bentuk tabel.

Tabel 9. Pelesapan cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu dan

Pertemuan Singkat

Elipsisis Kalimat Pelesapan kalimat

Kekasihku Saudaraku Celoteh-celoteh nakal dengan nada yang menggoda

Celoteh-celoteh nakal dengan nada yang menggoda tak terdengar

Pacar Malam Minggu - -

Pertemuan Singkat - -

Pada contoh substitusi dia atas ditemukan beberapa pelesapan tak

terdengar yang berfungsi sabagai pelengkap. Sedangkan pada cerpen Pacar

Malam Minggu, dan Pertemuan Singkat tiadak kami temukan pelesapan.

d. Konjungsi

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk konjungsi atau

penghubung pada karangan fiksi siswa. Di bawah ini akan dipaparkan secara

singkat dalam bentuk tabel.

Page 135: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

135

Tabel 10. Konjungsi cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu dan

Pertemuan Singkat

Cerpen Koordianatif Subordinatif Antarkalimat

Kekasihku Saudaraku

melainkan, tapi, dan

Waktu (sesaat), penyebaban (karena), pengakibatan (hingga), tujuan (untuk), cara (dengan), penjelasan (bahwa, dengan)

Tapi, bahkan

Pacar Malam Minggu

Waktu (ketika), syarat (jika), pengakibatan (sampai), kosesif (meskipun)

Peryemuan Singkat

Sedangkan Waktu (setelah), syarat (kalau), penyebaban (sebab), pengakibatan (sehingga), tujuan (supaya), cara (dengan), pengandai (kalaupun)

Apalagi, selain itu, namun

Pada tabel diatas ditemukan konjungsi subordinatif pada cerpen

Kekasihku Saudaraku sangat dominan jika dibandingkan dengan konjungsi

koordinatif dan antarkalimat pada cerpen Pacar Malam Minggu, dan Pertemuan

Singkat.

2. Kohesi leksikal

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk kohesi leksikal pada

karangan fiksi siswa. Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat dalam bentuk

tabel.

Page 136: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

136

Tabel 11. kohesi leksikal cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu

dan Pertemuan Singkat

Cerpen Repetisi Sinonimi hiponimi kolokasi antonimi Kekasihku Saudaraku

Masa lalunya (masa lalu), persahabatan

Keresahan (kegundahan)

Berita (center)

perasaannya Gaduh (diam), mebentak (lembut)

Pacar Malam Minggu

Cewek itu, seorang,

Menawan (mempesona)

Bintang (malam)

Dia marah pada dirinya

Pertemuan Singkat

Majalah Annida, beliau

Tak disangka (tak diduga)

Negara (Singapore)

Ungkap Elan pada malam

Pada analisis kohesi leksikal tabel di atas tampak bahwa analisis ketiga

cerpen tersebut antonimi tidak tampak pada cerpen Pacar Malam Minggu dan

Pertemuan Singkat.

3. Linieritas Wacana

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk linearitas wacana pada

karangan fiksi siswa. Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat dalam bentuk

tabel.

Tabel 12. Pembahasan Hasil Penelitian Linieritas Wacana

No Paragraf KKW ASK

1 Pembuka /P1 Kohesif dan Koheren Linier

2 Pembuka /P2 Kohesif dan Koheren Linier

3 Pembuka /P3 Tidak kohesif dan Koheren

Tidak linier

4 Pembuka /P4 Kohesif dan Koheren Linier

Page 137: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

137

5 Pembuka /P5 Tidak kohesif dan Koheren

Tidak linier

6 Penghubung/P1 Kohesif dan Koheren Linier

7 Penghubung/P2 Kohesif dan Koheren Linier

8 Penghubung/P3 Kohesif dan Koheren Linier

9 Penghubung/P4 Kohesif dan Koheren Linier 10 Penghubung/P5 Kohesif dan Koheren Linier

11 Penghubung/P6 Tidak kohesif dan Koheren

Tidak linier

12 Penghubung/P7 Kohesif dan Koheren Linier

13 Penutup/P1 Tidak kohesif dan Koheren

Tidak linier

14 Penutup/P2 Tidak kohesif dan Koheren

Tidak linier

15 Penutup/P3 Tidak kohesif dan Koheren

Tidak linier

16 Penutup/P4 Tidak kohesif dan Koheren

Tidak linier

Berdasarkan hasil pembahasan dari 16 paragraf di atas, di bagi menjadi

paragraf pembuka yang berjumlah 5 buah dan yang tidak kohesif dan koheren

sebanyak 2 buah , penghubung berjumlah 7 buah, dan terdapat sebuah paragraf

yang tidak kohesif dan koheren dan penutup berjumlah empat buah dan semuanya

tidak kohesi dan koheren juga tudak linier. Demikian halnya dengan hasil analisis

penggunaan peranti keterpaduan (kohesi), baik dari aspek gramatikal maupun

leksikal cukup memenuhi syarat keterpaduan wacana.

Page 138: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

138

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini hanya menganalisis wacana pada cerpen siswa yang ditulis

oleh siswa MAN Tempursari, Mantingan, Ngawi. Jadi tidak meneliti keseluruhan

cerpen yang terdapat pada cerpen tersebut. Artinya, penelitian ini tidak meneliti

wacana cerpen. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Peranti/penanda keterpaduan yang berupa pengacuan dan konjungsi

menjadi alat yang paling dominan diantara elipsis, substitusi dari aspek

gramatikal. Peranti keterpaduan yang berupa ellipsis dan substitusi relatif

tidak dominan. Sementara itu, aspek leksikal didominasi oleh pemunculan

peranti repetisi. Peranti lainnya yang berupa sinonimi, antonimi, kolokasi,

hiponimi, dan ekuivalensi tidak menunjukkan keseringan pemunculan atau

pemakaiannya.

2. Tingkat koherensi dan linieritas pada paragraf pembuka dalam cerpen ini

memiliki tingkat koherenitas dan linieritas yang tinggi. Artinya, tujuh buah

paragraf yang telah dianalisis ada sebuah paragraf penghubung yang tidak

koheren dan tidak linier.

3. Tingkat koherensi dan linieritas pada paragraf penutup dalam cerpen

karangan siswa memiliki tingkat koherenitas dan linieritas yang rendah

Artinya, empat buah paragraf yang telah dianalisis semua paragraf penutup

tidak koheren dan tidak linier;

137

Page 139: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

139

4. Secara keseluruhan dari 16 paragraf dalam cerpen yang ditulis oleh siswa

MAN Tempursari, Mantingan, Ngawi memiliki tingkat koherensi dan

linieritas yang sedang. Hal ini dibuktikan bahwa ada tujuh paragraf dari

lima belas paragraf yang tidak koheren dan tidak linier.

Atas dasar temuan di dalam penelitian ini, maka untuk mencapai hasil

yang maksimal dalam penulisan cerpen, khususnya dalam karangan. Siswa perlu

serius mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan demikian, mereka dapat

memahami hal-hal pokok dalam komposisi.

B. Implikasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa wacana dalam sebuah paragraf yang

koheren dipastikan bersifat linier dan paragraf yang tidak koheren dapat

dipastikan tidak linier. Koherensi sebuah paragraf berhubungan sangat signifikan

dengan linieritas. Paragraf yang kohesif dapat saja tidak koheren tetapi tetap

memiliki sifat yang tidak linier.

Berdasarkan penjelasan di atas, perlu diupayakan peningkatan

pembelajaran menulis karangan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara:

1. Menambahkan peranti kohesi baik leksikal maupun gramatikal dalam

penulisan karangan, sehingga dapat diketahui keterpaduan bentuk dalam

sebuah paragraf.

2. Menunjukkan kelinieran kalimat supaya kalimat tersebut terlihat urut dan

teratur pola susun kalimatnya.

Page 140: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

140

C. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di muka, peneliti

perlu menyampaikan beberapa saran sebagai berikut

1. Saran untuk Guru

Penggunaan seluruh peranti kohesi wacana, selalu dimanfaatkan dalam

penulisan karangan meskipun frekuensi pemakaiannya masih jarang digunakan .

2. Saran untuk Siswa

a. Dalam membuat karangan siswa harus memeperhatikan keterpaduan

wacana antarkalimat sehingga kalimat tersebut menjadi kohesif dan

koheren.

b. Kebiasaan menulis sangat menentukan tingkat penulisan yang tinggi,

maka siswa perlu banyak berlatih menulis agar keruntutan dalam kalimat

dijadikan prioritas dalam menentukan kosa-kata yang dipilih sehingga

kelinieran kealimat dapat terlihat.

Page 141: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

141

DAFTAR PUSTAKA

Angermeyer, Philipp Sebastian. 2002. “Lexical cohesion in multilingual conversation”. International Journal of Bilingualism December 01. (Dalam http://www.accessmylibrary.com/article-1G1-95794125/lexical-cohesion-multilingual-Bilingualism) diunduh pada 1 Januari 2010 Pukul 20.00 WIB.

Anton, Moeliono M. Et al. (Ed).1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Baryadi Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta : Pustaka Gondo Suli.

Brown, Gillian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana (“edisi terjemahan oleh Soetikno dari judul asli Discourse Analysis”). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BPFE.

Cook, Guy. 1989. Discourse. Oxford: University Press.

Cartwright, 1968). “Cohesion”. International Journal of Management, Sep 2006 (Dalamhttp://findarticles.com/p/articles/mi_qa5440/is_200609/ai_n21399904/ ) diunduh pada 4 Februari 2010 Pukul 20.10 WIB.

Dick Hartoko. 1992. “Pemakaian Bahasa Indonesia Sebagai Selubung Kenyataan” dalam PELLBA 5. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya.

Edmonson, W. 1981. Spoken Discourse: A Model for Analysis. London: Longman.

Efri .2005.“Wacana’’(dalam http://baikoeni.multiply.com/journal) diunduh pada 12 Juni 2009, pukul 16.33 WIB.

Fuad Abdul Hamid. 1988. “Keterpelajaran dalam konteks Pemerolehan Bahasa” dalam PELLBA II. Jakarta: Unika Atmajaya.

Gorys, Keraf,. 1955. Eksposisi. Jakarta: Grasindo.

Page 142: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

142

Gudwinski, Waldemar. 1976. Cohesion in Literary Texts: A Study of Some Gramatical and Lexikal Features of English Discourse. The Hague: Mouton.

Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar. London:Edward Arnold.

Halliday, M.A.K. dan Ruqaiya Hasan 1976.Cohesion in English. London: Longman.

__________.1994. Bahasa , Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial (“edisi terjemahan oleh Asruddin Barori Tou dari judul asli Languag, Context, and Text: Aspek of Language in a social semiotic perspective”). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Harimurti, Kridalakasana. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hasan Alwi, , et al. 1999. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Henry Guntur Tarigan dan Jago Tarigan. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa .

__________ . 1993. Pengajaran Wacana. Bandung:Angkasa.

Herman. J. Waluyo. 2006 Teori Pengkajian Sastra: Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

Knouse, Stephen B. 2006. “Task Cohesion: A Mechanism for Bringing Together Diverse Teams”. International Journal of Management, Sep 2006. (Dalam http://findarticles.com/p/articles/mi_qa5440/is_200609/ai_n21399904/) diunduh pada 1 Januari 2010 Pukul 20.00 WIB.

Lamuddin Finoza. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia

Morgan, Gary. 2000. “Discourse cohesion in sign and speech”. International Journal of Bilingualism, Vol. 4, No. 3, 279-300.

Page 143: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

143

Muller, Natascha. 2005. lexical cohesion. International Journal of Bilingualism Cantone June 1. (Dalam www.IndonesianCupid.com) diunduh pada 4 Februari 2010 pukul 20.05 WIB

Nikmah Nurul Hidayati. 2007. “Menyelami Analisis wacana Melalui Paradigma Kritis’’. (dalam http://dictum4magz.wordpress.com), diunduh pada Mei 2009 pukul 14.35.

Nunan, David. 1992. Mengembangkan Pemahaman Wacana: Teori dan Praktek, terjamahan EllyW. Silangen. Jakarta: Rebia Indah Prakasa.

Oshima, Alice dan Ann Hogue.1997. Introduction to Academic Writing. New York: Longman.

Ramlan, M. 1993. Paragraf, Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Offiset.

Reid, Joy M. 1988. The Process of Composition (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall Regents.

________.1994 .The Process of Paragraf Writing (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall Regents.

Richards, J. 1974. Eror Anlysis. London: Longman.

Robins, r.h. 1992. Linguistik Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

Sabarti Akhadiah, dkk.1992. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.

Sarwiji Suwandi. 1990. Pengantar Semantik. Surakarta: Universaitas Sebelas Maret.

. 2008. Serbalinguistik. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Stubbs, Michael. 1983. Discourse Analysis: The Sociolinguistik Analysis of Natural Language. Oxford: Basil Blackeell.

Suparno dan Martutik. 2008. “Kajian Wacana Bahasa Indonesia (dalam http://massofa.wordpress.com), diunduhpada 27 Juni 2009 pukul 17.05.

Tina Hartrina. 1999. “Kesalahan-Kesalahan Umum Penyusunan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Karangan Mahasiswa Universitas Diponegoro” dalam

Page 144: KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan ... kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang

144

Lingua Artistika, No. 3, Tahun XXII. Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Zuchridin Suryawinata. 1991. Bahasa Indonesia untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Malang: YA3.

Zuhud, Dudih A. 1991.’’Unsur-Unsur Pemhaman Wacana” dalam Bianglala Bahasa. Bandung: ITB Bandung.