melemahnya rupiah new

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Terdapat dua definisi uang. Pertama definisi uang menurut ilmu ekonomi tradisional yaitu setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum, termasuk berupa benda yang dapat diterima oleh masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Sedangkan definisi uang menurut ilmu ekonomi modern yaitu sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang 1 . Selain sebagai alat pembayaran, terdapat fungsi lain dari uang yang dapat digunakan. Salah satunya adalah fungsi uang sebagai alat tukar. Semakin berkembangnya perekonomian internasional mengakibatkan hubungan ekonomi antarnegara pun semakin terkait satu sama lain. Artinya adanya peningkatan pada kegiatan perdagangan, baik dalam bentuk barang, uang maupun modal antarnegara. Kondisi seperti ini membutuhkan fungsi uang sebagai alat tukar. Di dalam dunia perdagangan internasional, mata uang Rupiah belum pernah dijadikan sebagai alat transaksi yang digunakan untuk perdagangan dunia, melainkan Dollar Amerika-lah 1 Wikipedia. Uang. http://id.wikipedia.org/wiki/Uang . Diunduh tanggal : 28 Desember 2013 1

Upload: fitrida-rahayu

Post on 19-Oct-2015

178 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

menganalisis penyebab rupiah melemah

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANG

Terdapat dua definisi uang. Pertama definisi uang menurut ilmu ekonomi tradisional yaitu setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum, termasuk berupa benda yang dapat diterima oleh masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Sedangkan definisi uang menurut ilmu ekonomi modern yaitu sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang. Selain sebagai alat pembayaran, terdapat fungsi lain dari uang yang dapat digunakan. Salah satunya adalah fungsi uang sebagai alat tukar.

Semakin berkembangnya perekonomian internasional mengakibatkan hubungan ekonomi antarnegara pun semakin terkait satu sama lain. Artinya adanya peningkatan pada kegiatan perdagangan, baik dalam bentuk barang, uang maupun modal antarnegara. Kondisi seperti ini membutuhkan fungsi uang sebagai alat tukar. Di dalam dunia perdagangan internasional, mata uang Rupiah belum pernah dijadikan sebagai alat transaksi yang digunakan untuk perdagangan dunia, melainkan Dollar Amerika-lah yang menjadi mata uang utama dalam transaksi perdagangan internasional.

Sistem nilai tukar yang dianut Indonesia adalah system nilai tukar mengambang penuh/bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997. Sejak saat itu pulalah posisi nilai tukar Rupiah (naik turunnya nilai tukar) terhadap mata uang asing (khususnya US$) ditentukan oleh mekanisme pasar/ kekuatan pasar. Dan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US$ pasca diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang terus mengalami kemerosotan. Berikut data nilai kurs rupiah terhadap dolar dari tahun 1997 sampai 2012 (berdasarkan laporan akhir tahun):Tabel 1.1

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar (1 USD)Tahun1997

19981999

2000

20012002200320042005

Kurs5.9157.9009.72510.2659.2608.5708.9859.705

Tahun2006200720082009201020112012

Kurs9.2009.1259.6669.4479.0369.1139.718

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Uang. (diolah)Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahun mengalami pelemahan kurs terhadap USD. Begitu pun pada tahun 2013, nilai kurs Rupiah terhadap USD semakin melemah bahkan sampai menembus angka Rp 12.000. Berikut grafik perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap USD pada tanggal 25 Desember 2013 hingga 2 Januari 2014:

Sumber: www.seputarforex.com

Gambar 1.1 Grafik kurs USD-IDR dari 25 Desember 2013- 2 Januari 2014

Grafik diatas menunjukkan bahwa Rupiah belum mampu memperbaiki kinerjanya. Sehingga sangat tepat jika dikatakan bahwa Rupiah merupakan salah satu mata uang yang memiliki kinerja terburuk se-Asia. Hal ini diperkuat dari kompilasi data yang dilakukan Nomura Holdings Inc, sebagaimana dikutip oleh Bloomberg Selasa (17/9/2013), bahwa nilai tukar rupiah telah melemah 13,9 persen sejak Juni. Kondisi ini melampaui kinerja rupee pada periode yang sama melemah 10 persen. Arinya, rupiah tercatat sebagai mata uang paling buruk kinerjanya se-Asia bahkan lebih buruk dibandingkan rupee India.

Dari fenomena yang sudah dipaparkan tersebut maka menarik bagi penulis untuk mencoba menganalisis sebab dan dampak dari melemahnya nilai tukar Rupiah, serta solusi atau cara yang dapat dilakukan untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dari paparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang menyebabkan nilai tukar Rupiah terus melemah?

2. Apa dampak dari melemahnya nilai tukar Rupiah?

3. Bagaimana cara mengatasi penurunan nilai tukar Rupiah tersebut?

1.3. TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui penyebab dari melemahnya nilai tukar Rupiah

2. Untuk mengetahui dampak dari melemahnya nilai tukar Rupiah

3. Untuk mengetahui cara mengatasi penurunan nilai tukar Rupiah baik yang sudah dilakukan oleh pemerintah maupun yang dianjurkan oleh penulis.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA & PEMBAHASAN1.1. Sistem Nilai TukarPengertian nilai tukar (dikenal juga dengan sebutan kurs) dalam bidang keuangan adalah nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Maksud dari pengertian diatas adalah bahwa nilai tukar merupakan suatu harga atau nilai suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Tentunya nilai tukar ini sewaktu-waktu akan mengalami kenaikan atau penurunan nilai tukar. Jika nilai tukar mata uang dalam negeri mengalami kenaikan maka disebut apresiasi atas mata uang asing, sedangkan jika nilai tukar uang dalam negeri mengalami penurunan maka disebut depresiasi atas mata uang asing.Sistem nilai tukar di tiap Negara akan berbeda. Adapun jenis-jenis system nilai tukar menurut Nopirin (1997: 147) secara umum dapat dibedakan atas:

1. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system). Suatu negara dikatakan menganut nilai kurs tetap apabila negara yang bersangkutan menentukan mata uangnya pada suatu nilai kurs yang konstan dan ditetapkan di muka, kemudian mengambil segala tindakan untuk menjaga agar kursnya itu tidak berubah. Artinya Bank Sentral dalam negara tersebut menetapkan nilai tukar dalam negeri terhadap negara lain pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas permintaan dan penawaran di pasar uang, dan memelihara serta menjaga agar nilai kurs tidak berubah dengan cara mengintervensi nilai kurs tersebut di pasar valas.2. Sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate system). Negara yang menganut sistem ini menentukan sepenuhnya kurs nilai tukar valuta asing oleh pasar (oleh kekuatan penewaran dan permintaan), tanpa intervensi oleh Bank Sentral atau Pemerintah. Dan dalam pengembangannya sistem ini terdiri atas dua macam, yaitu:a) Nilai tukar mengambang bebas (freely floating exchange rate). Nilai tukar mengambang bebas adalah keadaan di mana kurs ditentukan semata-mata oleh penawaran dan permintaan pasar tanpa adanya intervensi pemerintah. Sehingga dalam sistem ini pemerintah sama sekali tidak turut campur dalam menentukan nilai tukar mata uang asing dan tidak akan berusaha untuk menstabilkan nilai tukar mata uang asing tersebut.b) Nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate). Menurut sistem ini, suatu negara melalui bank sentralnya melakukan intervensi di bursa valuta asing untuk menstabilkan mata uangnya atau menjaga agar kurs (nilai tukar) uangnya tetap pada suatu tingkat tertentu. Jadi penentuan kurs diserahkan kepada permintaan dan penawaran pasar namun bank sentral akan tetap melakukan pengawasan untuk mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi. Dan sistem ini merupakan sistem nilai tukar valuta asing yang paling umum digunakan oleh sebagian besar negara di dunia saat ini.1.2. Perkembangan Sistem Nilai Tukar Di Indonesia

Sejak periode 1970 hingga sekarang, sistem nilai tukar yang berlaku di Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali, yaitu Sistem Nilai Tukar Tetap, Sistem Nilai tukar Mengambang Terkendali, dan terakhir Sistem Nilai tukar Mengambang Bebas.Dimulai dari tahun 1970 sampai tahun 1978, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate). Sistem nilai tukar tetap yang berlaku di Indonesia ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 1964 dengan nilai tukar resmi Rp 250/US Dollar, sementara nilai tukar Rupiah terhadap mata uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar Rupiah per US Dollar di bursa valuta asing Jakarta dan di pasar internasional. Selama periode ini, Indonesia menganut sistem kontrol devisa yang relatif ketat. Upaya ketat yang dilakukan untuk mengontrol devisa tetap adalah dengan melakukan devaluasi sebanyak tiga kali yaitu 17 April 1970 dimana nilai tukar rupiah ditetapkan kembali menjadi Rp. 378/USD, kemudian pada 23 Agustus 1971 menjadi Rp. 415/USD dan pada 15 November 1978 dengan nilai tukar sebesar Rp. 625/USD. Periode berikutnya, yaitu sejak tahun 1978, Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate). Dalam sistem ini, nilai tukar rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket of currencies) negara mitra dagang utama Indonesia. Sejak sistem ini dilaksanakan, pemerintah menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah spread (Teguh Triyono, 2005). Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar. Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp 2.383/US Dollar. Dengan perkataan lain, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung tidak pasti.Penggunaan sistem ini berlaku hingga bulan Juli 1997.Mulai periode 1997 hingga sekarang, sistem yang digunakan Indonesia adalah sistem nilai tukar mengambang bebas (freely floating exchange rate). Sejak pertengahan Juli 1997, Rupiah mengalami tekanan yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai Rupiah terhadap USD. Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya currency turmoil yang melanda Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia hingga mencapai Rp. 16.000 per USD. Untuk mengatasi tekanan tersebut, Bank Indonesia melakukan intervensi baik melalui spot exchange rate (kurs langsung) maupun forward exchange rate (kurs berjangka) dan untuk sementara dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah. Namun untuk selanjutnya tekanan terhadap depresiasi Rupiah semakin meningkat. Oleh karena itu dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang, pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia memutuskan untuk menghapus rentang intervensi sehingga nilai tukar Rupiah dibiarkan mengikuti mekanisme pasar.

Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai tukar rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran dan permintaan.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai TukarMenurut Sukirno (2001, hal: 362-364) ada beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan nilai tukar mata uang asing, antara lain:1. Perubahan cita rasa masyarakat. Maksudnya adalah adanya perubahan selera dari masyarakat akan barang impor (permintaan akan barang impor meningkat), sehingga permintaan akan mata uang asing akan bertambah yang tentunya dapat meningkatkan nilai mata uang asing tersebut. 2. Perubahan dari barang-barang ekspor. Kenaikan harga barang ekspor akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut di luar negeri sehingga akan mengurangi penawaran mata uang negara yang bersangkutan. Kekurangan penawaran ini akan menjatuhkan nilai tukar mata uangnya, begitu juga sebaliknya.3. Kenaikan harga-harga secara umum (inflasi). Kenaikan harga di dalam negeri akan menyebabkan penduduk di negara tersebut mengimpor barang dari luar negeri (permintaan akan valuta asing meningkat), sedangkan di lain pihak ekspor di negara itu bertambah mahal sehingga akan mengurangi permintaan dan selanjutnya akan menurunkan penawaran valuta asing.4. Perubahan dalam tingkat bunga dan pengembalian investasi. Tingkat bunga dan pengembalian investasi sangat mempengaruhi jumlah serta arah aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat pendapatan dari investasi yang menarik akan mendorong pemasukan modal ke suatu negara sehingga penawaran valuta asing bertambah dan akan meningkatkan nilai mata uang negara yang menerima modal tersebut.5. Perkembangan ekonomi. Jika perkembangan ekonomi terjadi pada sektor ekspor maka penawaran mata uang asing akan bertambah, namun jika perkembangan ekonomi terjadi di luar sektor ekspor maka nilai mata uang asing akan cenderung menurun, dikarenakan pendapatan yang bertambah akan meningkatkan impor, dan dengan kenaikan impor tersebut akan meningkatkan permintaan valuta asing.Sedangkan faktor yang mempengaruhi kurs menurut para ahli (dalam Adek Laksmi O & Sri Ulfa S, 2013 hal:154) adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan. Menurut Charles et al (dalam Anas, 2002:27), menyatakan bahwa PDB riil memberikan pengaruh searah terhadap nilai tukar. Sesuai dengan pendekatan Keynes bahwa peningkatan pendapatan akan meningkatkan impor yang selanjutnya akan meningkatkan permintaan valuta asing guna membiayai impor.

b. Tingkat Suku Bunga. Menurut Krugman (2003:73), apabila kondisi lain tetap, kenaikan suku bunga domestik akan menyebabkan apresiasi (penguatan mata uang terhadap mata uang asing) kurs suatu negara (Dolar), sedangkan kenaikan suku bunga luar negeri (Euro) akan menyebabkan kurs domestik (Dolar) mengalami depresiasi (pelemahan mata uang terhadap mata uang asing) terhadap kurs negara lain (Euro). Hal ini sesuai dengan Imamudin (2008:70), yang mengemukakan bahwa peningkatan suku bunga domestik, maka akan menyebabkan mata uang domestik mengalami apresiasi. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga domestik turun, maka mata uang domestik atau kurs mengalami depresiasi.c. Inflasi. Menurut Charles et al dalam Anas (2002:25), hubungan inflasi dengan nilai tukar adalah positif. Berdasarkan pendekatan Purchasing Power Parity bila terjadi peningkatan inflasi, maka untuk mempertahankan keseimbangan Law of One Price (yaitu harga barang atau jasa akan menjadi seragam di semua pasar dengan asumsi tidak ada friksi/barrier penjualan dan biaya transportasi bernilai nol), nilai tukar harus terdepresiasi.d. Neraca Perdagangan. Apabila neraca perdagangan suatu negara mengalami defisit, maka ini menunjukkan bahwa nilai mata uang negara tersebut terdepresiasi dibandingkan dengan negara lain (Lindert dan Kindleberger, 1995:376).Menurut Jason Van Bergen (dalam seputarforex.com) terdapat 6 faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang, yaitu:1) Perbedaan tingkat inflasi antara 2 negara. Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya. Misalnya saja: jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap produk Amerika relatif mengalami penurunan. Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) ini berfungsi sebagai titik nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai. Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya. Intinya meningkatnya inflasi di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang negara-negara lain di mana tingkat inflasinya lebih rendah.

2) Perbedaan tingkat suku bunga antara 2 negara. Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Hal ini dikarenakan investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return (laba) yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.

3) Neraca perdagangan. Neraca perdagangan antara 2 negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara mitra dagangnya dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh dari negara mitra dagangnya. Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara mitra dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara mitra dagangnya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara mitra dagang.

4) Hutang publik (Public debt). Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond/obligasi pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.

5) Ratio harga ekspor dan harga impor. Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.

6) Kestabilan politik dan ekonomi. Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.Menurut Hanafi (2004, dalam I.G Ayu Kencana Dewi) faktor-faktor yang mempengaruhi kurs mata uang suatu negara adalah: a. Inflasi. Pada umumnya negara yang mempunyai tingkat inflasi yang tinggi mempunyai kecenderungan nilai mata uang yang semakin melemah (depresiasi).b. Pertumbuhan Ekonomi. Semakin menguatnya perekonomian suatu negara cenderung akan meningkatkan nilai mata uang tersebut. Perekonomian yang semakin baik akan menarik dana (modal) lebih banyak, dan akan semakin banyak investor yang berusaha membeli mata uang negara tersebut untuk memasuki negara tersebut. Kondisi politik juga akan mempengaruhi mata uang suatu negara. Negara yang mempunyai stabilitas politik yang tinggi dan resiko ekonomi yang rendah akan cenderung mempunyai nilai mata uang yang semakin menguat. c. Perbedaan tingkat bunga riil. Kenaikan tingkat bunga di Amerika Serikat relatif terhadap tingkat bunga di Indonesia akan menyebabkan banyak investor mengalihkan investasinya dan instrumen keuangan dengan denominasi Rupiah ke instrumen keuangan dengan denominasi USD.

d. Independensi Bank Sentral. Bank Sentral mempunyai peranan penting dalam penentuan kurs suatu mata uang. Bank Sentral yang independen, yang menginginkan stabilitas moneter, biasanya cenderung memperkuat kurs mata uang negara tersebut, meskipun seringkali ada perbedaan dalam menentukan kebijakan moneter dengan pemerintah (politisi). Dengan demikian secara tidak langsung, independensi Bank Sentral akan mempengaruhi nilai suatu mata uang.

e. Daya Saing Negara. Stabilitas harga berarti tingkat inflasi yang relatif rendah, sedangkan tingkat bunga rendah diharapkan bisa mendorong iklim investasi. Mata uang yang terlalu tinggi mengakibatkan barang-barang suatu negara menjadi relatif lebih mahal dibandingkan barang-barang di luar negeri. Sebagai akibatnya ekspor suatu negara akan terhambat. Produk domestik negara tersebut juga menjadi berkurang daya saingnya dibandingkan dengan produk serupa yang diimpor dari luar negeri.

f. Kebijakan Moneter Longgar. Politisi akan lebih suka kebijakan moneter yang longgar yang akan memperkecil pengangguran. Tetapi biaya kebijakan semacam itu adalah inflasi yang menjadi tidak terkendali. Inflasi yang tidak terkendali akan menyebabkan penurunan nilai mata uang.

g. Pengharapan (ekspektasi). Disamping faktor-faktor yang disebutkan di atas, pengharapan (ekspektasi) memainkan peranan yang penting dalam penelitian kurs atau harga suatu mata uang. Ekspektasi semacam itu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi, politik dan sosial.

1.4. Pembahasan Melemahnya Nilai Tukar Rupiah2.4.1. Penyebab Melemahnya Nilai Tukar Rupiah

Kurs valuta asing yang ditentukan dalam pasar bebas tergantung kepada permintaan dan penawaran mata uang asing (Sukirno, 2001: 359). Akibat dari permintaan dan penawaran mata uang tersebut adalah timbulnya depresiasi dan apresiasi. Jika terjadi depresiasi Rupiah maka menyebabkan harga barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. Sedangkan jika terjadi apresiasi Rupiah terhadap USD, maka akan terjadi kenaikan Rupiah terhadap USD. Apresiasi mata uang suatu negara membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri (Sukirno, 1981:297, dalam Aditya Dwi Prasetyo).Oleh karena system nilai tukar yang dianut oleh Negara Indonesia saat ini menggunakan system nilai tukar mengambang bebas, maka nilai tukar Rupiah terhadap USD mengalami fluktuasi yang berbeda-beda tiap tahunnya. Ini sangat tergantung terhadap situasi dan kondisi Negara Indonesia saat itu. Misalnya saja pada pergerakan/pergeseran kurs Rupiah terhadap USD yang terjadi dari 1 Januari 2010 hingga 9 Mei 2010 bahwa terjadinya fluktuasi pada awal bulan Mei. Salah satu faktornya adalah dampak dari pemberitaan dalam negeri terhadap pemunduran jabatan Sri Mulyani dari Menteri Keuangan menjadi Managing Director Bank Dunia (dalam Aditya Dwi Prasetyo ). Pada saat itu, investor mengalami kepanikan sehingga mereka menarik sejumlah investasinya di dalam negeri. Ini membuktikan adanya ketidakpercayaan para investor, terutama investor asing, yang akhirnya membawa fluktuasi terhadap depresiasi kurs Rupiah itu sendiri. Pergerakan dan fluktuasi kurs dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 2.1 Grafik Kurs Uang Kertas Asing USD Pada Tahun 2010

Sedangkan pergerakan Rupiah di tahun 2013 cenderung mengalami penurunan tiap pekannya. Kecenderungan melemahnya nilai tukar Rupiah mulai dirasakan sejak bulan Juni 2013. Namun hal ini tidak hanya dirasakan oleh Negara Indonesia saja, tetapi dialami juga oleh mata uang beberapa negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat (emerging markets) lainnya. Menurut laporan yang ditulis oleh Wells Fargo Securities Economics Group, LLC (2013: 4) selama Juni-Agustus 2013, terjadi kinerja buruk pada mata uang Negara berkembang, diantaranya nilai tukar Lira Turki jatuh sebesar 10 persen; nilai tukar Rupee India jatuh sebesar 20 persen; dan nilai tukar Rupiah serta Real Brazil jatuh sekitar 15 persen. Trend melemahnya nilai tukar mata uang beberapa negara berkembang selama Juni-Agustus 2013 bisa dilihat dalam grafik di bawah ini:

Gambar 2.2 Grafik Nilai Tukar Mata Uang Negara Berkembang vs. Dollar AS, Januari-Agustus 2013

Pada dasarnya, jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat sedangkan penawarannya tetap/menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Sebaliknya, jika penawaran sebuah mata uang meningkat sedangkan permintaannya tetap/menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai tukar Rupiah mengalami penurunan (melemah) dikarenakan penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.

Menurut Mohammad Zaki Hussein, terdapat dua faktor yang menyebabkan penawaran atas Rupiah tinggi, sementara permintaan atasnya rendah. Pertama, disebabkan oleh keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia yang akhirnya menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah. Hal tersebut terjadi dikarenakan dalam proses ini, investor akan menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain, yang berarti terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah. Alasan investasi portofolio asing ini keluar dari Indonesia adalah karena rencana The Fed (bank sentral Amerika Serikat) untuk mengurangi Quantitative Easing (QE) yang dinyatakan oleh Ketua The Fed, Ben Bernanke, di depan Kongres AS pada tanggal 22 Mei 2013. Rencana pengurangan QE ini membuat para investor mengeluarkan modalnya dari Negara emerging markets (Negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat) dan menanamkan modalnya di Amerika Srikat. Ini terjadi karena rencana pengurangan QE dianggap sebagai pesan bahwa perekonomian Amerika Serikat akan pulih, sehingga nilai tukar obligasi dan asset-aset finansial lain di Negara AS akan naik. Maka para investor berekspektasi bahwa menanamkan investasi portofolio di Negara AS akan lebih menguntungkan daripada di Negara emerging markets. Indikasi dari keluarnya investasi portofolio asing ini dapat dilihat melalui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung menurun, dan ini seiring pula dengan kecenderungan Rupiah yang semakin menurun. Berikut grafik IHSG periode April sampai Agustus 2013 yang menunjukkan kecenderungan menurunnya IHSG sejak Juni 2013:

Sumber: Bloomberg, http://www.bloomberg.com/quote/JCI:IND/chart (dalam M. Zaki Hussein)

Gambar 2.3 IHSG April-Agustus 2013Faktor kedua yang menyebabkan penawaran tinggi dan permintaan rendah atas Rupiah adalah neraca perdagangan Indonesia yang defisit (ekspor lebih kecil daripada impor). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kegiatan ekspor impor merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Dengan adanya ekspor akan meningkatkan permintaan mata uang dalam negeri (mata uang Negara eksportir) karena terjadinya pertukaran mata uang negara mitra dagang dengan mata uang Negara eksportir. Begitupun sebaliknya, kegiatan impor akan meningkatkan penawaran mata uang Negara mitra dagang (Negara importir) karena membutuhkan mata uang negara importir untuk membayar pembelian yang dilakukan. Berikut tabel yang menunjukkan defisit neraca perdagangan Indonesia selama bulan Januari sampai Juli tahun 2013:

Tabel 2.1

Neraca Perdagangan Indonesia Bulan Januari-Juli 2013

(dalam Miliar US$)BULANEKSPORIMPORNERACA

MigasNonmigasTotalMigasNonmigasTotalMigasNonmigasTotal

Januari2,6612,7215,383,9711,4815,45-1,311,24-0,07

Februari2,5712,4515,023,6411,6715,31-1,070,78-0,29

Maret2,9312,0915,023,9010,9914,89-0,971,100,13

April2,4512,3114,763,6312,8316,46-1,18-0,52-1,70

Mei2,9213,2116,133,4413,2216,66-0,52-0,01-0,53

Juni2,8011,9614,763,5312,1115,64-1,73-0,15-0,88

Juli2,2812,8315,114,1413,2817,42-1,86-0,45-2,31

Jan-Juli18,6187,57106,1826,2585,58111,83-7,641,99-5,65

Sumber: Badan Pusat Statistik, hal: 14

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa neraca perdagangan Negara Indonesia selama bulan Januari hingga Juli 2013 mengalami defisit sebesar -5,65 miliar USD. Perdagangan di bidang migas yang mengalami defisit sebesar -7,64 miliar USD tidak mampu mengimbangi perdagangan nonmigas yang surplus sebesar 1,99 miliar USD, sehingga Indonesia harus mengalami defisit secara keseluruhan. Dapat terlihat pula bahwa Indonesia lebih banyak melakukan impor sebanyak 111,83 miliar USD dibandingkan ekspor sebesar 106,18 miliar USD. Kondisi neraca perdagangan seperti ini, dimana ekpor lebih besar dibandingkan impor menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah. Bahkan pada tanggal 5 Desember 2013, Rupiah mengalami penurunan hingga mencapai Rp 12,075 per USD. Dan ini merupakan level paling rendah sejak bulan Maret tahun 2009 (Vibiznews, 5/12/13). Makin terpuruknya nilai tukar mata uang Indonesia ini terjadi akibat spekulasi bahwa perusahaan-perusahaan di dalam negeri meningkatkan pembelian USD jelang akhir tahun. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukan pembelian dollar untuk memenuhi kebutuhan pembayaran utang-utang yang sudah jatuh tempo. Kenaikan permintaan mata uang USD ini mengakibatkan nilai tukar rupiah terus mengalami penurunan.Sedangkan Fuad Bawazier (Mantan Menteri Keuangan, dalam Sindonews.com, 28/11/13) menyatakan bahwa terdapat 10 faktor penyebab melemahnya nilai tukar Rupiah, yaitu: pertama, neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2013 mengalami defisit (dimana impor lebih besar dibandingkan ekspor); kedua, neraca transaksi berjalan juga mengalami defisit, ini terjadi karena Indonesia harus membayar utang luar negeri yang banyak jatuh tempo; ketiga, hot money yang sering dijadikan andalan dalam pemasukan valuta asing mulai ditarik kembali ke negaranya masing-masing; keempat, adanya ekspektasi dari pasar bahwa cadangan devisa Indonesia akan terus menurun sampai tahun depan; kelima, paket-paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah tidak berjalan efektif di lapangan; keenam, investor/pasar khawatir bahwa para petinggi negeri yang bertanggungjawab atas perekonomian Negara sibuk dengan urusannya masing-masing; ketujuh, program MP3EI dinilai tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan; kedelapan, ekspektasi investor/pasar mengenai penerapan tight money policy di USA akan menyebabkan kurs rupiah akan semakin melemah dimana dengan adanya kebijakan tersebut mengakibatkan terjadinya inflasi yang berkelanjutan; kesembilan, akibat lebih lanjut dari kebijakan itu adalah APBN akan semakin besar defisitnya untuk pembayaran utang luar negeri dan bunga; kesepuluh, menjelang tahun 2014 yang merupakan tahun politik, diprediksikan prospek ekonomi Indonesia mengalami kesuraman dimana tidak akan ada investasi baru.Menurut dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) I Kadek Dian Sutrisna Artha, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang menyebabkan penurunan nilai tukar rupiah adalah akibat inflasi. Dengan adanya inflasi menyebabkan investor merasa enggan untuk menanamkan modalnya, sehingga jumlah investor saham maupun obligasi berkurang. Selain itu faktor internal lain yang menyebabkan melemahnya nilai tukar Rupiah adalah defisit neraca perdagangan yang meningkat di triwulan kedua 2013, menurunnya ekspor dan semakin meningkatnya impor menyebabkan aksi jual saham terus terjadi. Sementara itu dari faktor eksternal, penyebab menurunnya nilai rupiah adalah akibat kebijakan bank sentral AS yang mengurangi stimulus moneter. Hal tersebut mengakibatkan investor banyak menjual saham dan yang membeli saham di Indonesia berkurang

2.4.2. Dampak Dari Melemahnya Nilai Tukar Rupiah

Tentunya dengan melemahnya nilai tukar Rupiah akan memberikan dampak terhadap Negara Indonesia. Mohammad Zaki Hussein menyebutkan setidaknya ada dua dampak yang ditimbulkan dari melemahnya nilai tukar Rupiah, yaitu: 1) terjadinya kenaikan harga komoditi impor, baik yang menjadi obyek konsumsi maupun alat produksi (bahan baku dan barang modal). Ini dikarenakan harga komoditi impor berdasarkan pada mata uang negara asal, maka jika nilai mata uang negara tujuan jatuh (negara eksportir), maka harga komoditi impor akan naik. Kenaikan harga alat-alat produksi impor ini juga dapat berdampak pada kenaikan harga komoditi yang diproduksi di dalam negeri, karena alat-alat produksinya menggunakan alat produksi impor; Kenaikan harga ini ditandai dengan kenaikan inflasi pada bulan Januari hingga Desember 2013 sebesar 8,38% yang merupakan inflasi tahunan tertinggi sejak tahun 2009. Berikut data BPS mengenai inflasi bulanan Negara Indonesia dari tahun 2009-2013:

Tabel 2.2

Inflasi Bulanan Indonesia Tahun 2009-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari data diatas terlihat bahwa inflasi di bulan Juni adalah 1,03 persen, lalu mengalami peningkatan di bulan Juli sebesar 3,29 persen. Selain itu kenaikan harga barang konsumsi bukanlah pada barang konsumsi impor saja, melainkan juga barang konsumsi yang diproduksi di Indonesia namun menggunakan alat-alat produksi impor, misalnya bahan bakunya berasal dari impor. Hal ini dibuktikan dengan naiknya harga tahu dan tempe yang naik sekitar 20-25% karena harga jual bahan baku berupa kacang kedelai yang berasal dari impor mengalami kenaikan. Menurut Suyanto (Sekretaris Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakopti)) harga kedelai di DKI Jakarta sudah mencapai Rp 9.300 per kilogram, dan ini mengakibatkan harga jual tahu tempe pun ikut naik. Harga yang semakin naik ini akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Dengan daya beli yang semakin menurun, maka produsen akan menurunkan produksi mereka. Berikut disajikan dalam tabel dan grafik proporsi impor pada Januari hingga Juli 2013 berdasarkan golongan penggunaan barang:

Tabel 2.3

Impor Indonesia Menurut Golongan Penggunaan Barang Januari-Juli 2013Penggunaan Golongan BarangNilai CIF (juta US$)Peran terhadap Total Impor Jan-Juli 2013 (%)

Jan-Juli 2013

Total Impor111.828,4100,00

Barang Konsumsi7.799,06,97

Bahan Baku/ Penolong85.162,476,16

Barang Modal18.867,016,87

Sumber: Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik (2013, hal:12)

Gambar 2.4 Persentase Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Penggunaan Barang Pada Januari-Juli 2013

Pada tabel dan grafik diatas dapat menggambarkan bahwa proporsi impor bahan baku/penolong Negara Indonesia pada Januari-Juli 2013 menjadi yang terbesar dibandingkan impor barang modal dan barang konsumsi yaitu sebesar 76,16% dari total impor. Sedangkan impor barang modal menjadi urutan kedua yaitu sebesar 16,87% dari total impor dan impor barang konsumsi menjadi urutan ketiga sebesar 6,97% dari total impor. Dari data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan alat-alat produksi impor dalam industri Indonesia cukup tinggi sehinga jelas ketika melemahnya nilai tukar Rupiah akan berdampak pada pihak-pihak yang tergantung akan bahan baku impor tersebut. Adapin pihak yang terkena dampak dari naiknya harga komoditi impor, yaitu: pertama, konsumen, apalagi jika pendapatan konsumen tetap sedangkan harga barang naik; kedua, pihak yang berada dalam alur distribusi impor (mulai dari importer hingga pengecer); ketiga, produsen dalam negeri yang menggunakan alat-alat produksi impor; keempat, tenaga kerja, disamping mereka menghadapi harga barang yang naik, mereka juga harus menghadapi dampak dari sisi upah oleh pengusaha yang mengalami kenaikan harga alat produksi impor.2) Meningkatnya utang luar negeri. Hal ini terjadi dkarenakan utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing sehingga ketika mata uang Rupiah melemah terhadap mata uang asing (USD) maka utang Indonesia terhadap Negara lain ikut bertambah. Seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani yang menyatakan bahwa nominal Rupiah untuk utang luar negeri naik 30 persen akibat depresiasi rupiah.

Kedua dampak ini, pada gilirannya, akan memukul berbagai lapisan masyarakat. Adapun pihak-pihak yang merasa dirugikan akan melemahnya nilai tukar Rupiah, diantaranya: Industry penerbangan, seperti yang dikatakan oleh Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Emirsyah Satar (16/12/13), bahwa dengan melemahnya nilai tukar Rupiah berdampak terhadap seluruh industri penerbangan karena hampir 60% biaya yang dikeluarkan perusahaan penerbangan menggunakan mata uang dollar Amerika Serikat sebagai alat transaksi sehingga ini meningkatkan beban perusahaan penerbangan dan menimbulkan kerugian. PT KAI, seperti yang dikatakan oleh Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, Ignasius Jonan, bahwa pelemahan rupiah turut membebani bisnis perusahaan karena biaya semakin meningkat (contohnya biaya perawatan) karena banyak peralatan yang masih berasal dari impor. Dan jika pelemahan Rupiah ini terus berlanjut, maka PT KAI terpaksa menaikkan tarif layanannya sekitar 7-8 persen.

Para pedagang elektronik, dikarenakan berkurangnya stok produk dari distributor yang tidak mampu menyediakan barang yang lebih banyakserta omset penjualan ikut berkurang. Masyarakat, melemahnya nilai tukar Rupiah ini memiliki dampak kesetiap sector yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.

Selain dampak negative adapula pihak yang merasa diuntungkan dengan melemahnya nilai tukar Rupiah, yaitu:

Pemegang uang dollar AS. Eksportir. Karena eksportir ini akan mendapatkan hasil penjualan berupa USD sedangkan biaya produksinya berupa Rupiah, dengan syarat bahwa komponen produksinya tidak bergantung dari impor. Sektor pariwisata. Objek wisata Indonesia pun akan makin menarik minat kunjungan wisatawan dari luar negeri karena dengan dolar yang dimiliki dapat menikmati berbagai fasilitas yang nyaman dibanding bila harus berwisata di negeri mereka sendiri.2.4.3. Cara Untuk Mengatasi Lemahnya Nilai Tukar RupiahAdapun upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kestabilan nilai tukar Rupiah, diantaranya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan disampaikan oleh Meteri Perekonomian Hatta Rajasa pada tanggal 23 Agustus 2013, yaitu: pertama, memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, yaitu dengan cara .mendorong ekspor dan memberikan keringanan pajak kepada industri yang berorientasi ekspor, menurunkan impor migas dengan memperbesar biodiesel dalam solar untuk mengurangi konsumsi solar yang berasal dari impor, menetapkan pajak barang mewah lebih tinggi untuk mobil CBU dan barang-barang impor bermerek dari rata-rata 75% menjadi 125% hingga 150%, dan memperbaiki ekspor mineral; kedua, menjaga pertumbuhan ekonomi dengan cara memastikan defisit APBN-2013 tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman, memberikan insentif kepada industri padat karya, termasuk keringanan pajak; ketiga, menjaga daya beli dengan cara pemerintah berkoordinasi dengan BI untuk menjaga gejolak harga dan inflasi, mengubah tata niaga daging sapi dan hortikultura, dari impor berdasarkan kuota menjadi mekanisme impor dengan mengandalkan harga; keempat, mempercepat investasi, dengan cara mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi. Bank Indonesia yang bertugas menjaga kestabilan perekonomian Negara termasuk kestabilan nilai kurs juga melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan membeli SUN (Surat Utang Negara) sebesar Rp 2,6 triliun serta rencana BI yang akan menerbitkan sertifikat deposito Bank Indonesia sebagai upaya menyerap dana perbankan. Selain itu BI mengeluarkan kebijakan mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan Devisa Penarikan Utang Luar Negeri (DPULN). Isi dari kebijakan ini adalah bahwa eksportir diwajibkan menyimpan devisa hasil ekspor di dalam negeri, dengan cara eksportir harus menyampaikan rincian transaksi ekspor kepada bank penerima dana hasil ekspor di dalam negeri, kemudian meneruskan ke BI, kemudian BI akan membukukannya sebagai penerimaan devisa.

Sedangkan menurut I Kadek Dian Sutrisna Artha solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah mengefektifkan pengeluaran sektor-sektor produktif untuk belanja modal. Sedangkan untuk jangka pendek, yang perlu dilakukan pemerintah adalah meredam inflasi dan memperbaiki koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal.

Pendapat lain untuk mengatasi rupiah yang melemah adalah dengan menekan impor. Pendapat ini dikemukakan oleh Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung yang mempunyai beberapa cara untuk mengurangi impor Indonesia, yaitu pertama dengan meninggikan tarif bea masuk barang-barang mewah, dan yang kedua dengan mengenakan PPh imporyang lebih tinggi dengan maksud untuk memberatkan pihak yang ingin melakukan impor. Dan agar pendapatan negara tidak berkurang saat impor dikurangi, maka Indonesia harus memperbanyak penggunaan barang produksi dalam negeri. Hal senada diungkapkan pula oleh DR. Rizal Ramli (Mantan Menko Perekonomian) yang menyatakan bahwa untuk mengembalikan Rupiah ke level aman, pemerintah harus berani dan tegas melakukan beberapa tindakan, diantaranya: pemerintah harus mampu melakukan kontrol terhadap aliran modal yang keluar, seperti yang dilakukan oleh Mahatir Muhammad di Malaysia pada waktu krisis 1998, pemerintah perlu juga untuk membuat kebijakan yang lebih agresif untuk mengurangi impor sehingga defisit transaksi berjalan dapat berkurang, serta pemerintah perlu untuk menerapkan pembatasan impor produk pangan melalui sistem tariff agar kartel di sektor pangan bisa dihapuskan sehingga harga pangan pun dapat turun, dan meningkatkan produksi pangan dalam negeri.BAB IIIKESIMPULAN

Berdasarkan kajian pustaka dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan melemahnya nilai tukar Rupiah tergantung kepada kondisi dan situasi suatu Negara, hal tersebut terjadi dikarenakan system kurs mengambang bebas yang dianut oleh Indonesia mengandalkan kekuatan pasar dalam permintaan dan penawaran mata uang asing. Namun secara keseluruhan faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah melemah adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang menyebabkan mata uang rupiah melemah diantaranya pengaruh kebijakan ekonomi Negara maju dimana The Fed mengurangi stimulus moneter yang berdampak pada berpindahnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia (ini menyebabkan permintaan akan USD meningkat sehingga melemahkan nilai Rupiah). Sedangkan faktor internal yang menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah diantaranya neraca perdagangan Indonesia yang terus mengalami deficit (dimana impor lebih besar dibandingkan ekspor), perusahaan-perusahaan yang ada di dalam negeri terus membeli USD untuk pembayaran utang luar negeri yang akan jatuh tempo pada akhir tahun, dan paket-paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah tidak berjalan efektif di lapangan.Dampak yang ditimbulkan akibat melemahnya nilai tukar rupiah ini adalah tentunya akan terjadi kenaikan harga komoditi impor, baik barang konsumsi maupun alat-alat produksi/komponen produksi (bahan baku atau barang modal). Tentunya kenaikan harga ini tidak hanya berdampak pada barang konsumsi impor saja tetapi barang produksi dalam negeri yang menggunakan bahan baku impor. Dampak lain dari melemahnya nilai tukar Rupiah adalah naiknya utang luar negeri yang harus dibayar, baik utang pihak swasta maupun utang pemerintah. Utang pemerintah yang semakin membengkak akibat melemahnya nilai tukar rupiah akan mengurangi cadangan devisa Negara dan akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan dilihat dari pihak yang merasa dirugikan akibat melemahnya nilai rupiah ini adalah sudah tentu pihak konsumen dan pihak produsen. Dampak dari sisi konsumen dari penurunan nilai tukar ini akan menurunkan daya beli (permintaan) konsumen terutama masyarakat berpendapatan menengah dan rendah (miskin) karena harga barang yang naik/mahal. Dampak dari menurunnya permintaan ini akan mendorong menurunnya produksi barang dan jasa. Sedangkan dari sudut produsen, penurunan nilai tukar ini akan meningkatkan baiaya produksi (karena naiknnya suku bunga dan harga input impor), sehingga harga jual barang naik. Seperti yang disebutkan sebelumnya jika harga barang naik/mahal maka akan menurunkan daya beli masyarakat, sedangkan produsen kemungkinan besar akan memotong jumlah produksi (output) yang mungkin dapat berdampak terhadap PHK tenaga kerja (pengangguran akan semakin meningkat). Jika produsen mengurangi output, maka penghasilan serta jumlah pajak yang dikumpulkan akan berkurang sehingga total penerimaan (anggaran belanja) yang bersumber dari pajak akan berkurang. Berkurangnya sumber penerimaan Negara ini akan menghambar pertumbuhan ekonomi Negara.Namun selain dampak negative yang ditimbulkan dari melemahnya nilai tukar rupiah ini, ada juga pihak yang merasa diuntungkan, diantaranya adalah pihak yang memiliki USD, para eksportir yang tidak tergantung pada alat produksi impor, serta sector pariwisata yang akan mendatangkan turis mancanegara ke Indonesia.Adapun cara untuk menstabilkan nilai Rupiah telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan mengeluarkan empat paket kebijakan ekonomi, yaitu pertama, memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, yaitu dengan cara .mendorong ekspor dan memberikan keringanan pajak kepada industri yang berorientasi ekspor, menurunkan impor migas dengan memperbesar biodiesel dalam solar untuk mengurangi konsumsi solar yang berasal dari impor, menetapkan pajak barang mewah lebih tinggi untuk mobil CBU dan barang-barang impor bermerek dari rata-rata 75% menjadi 125% hingga 150%, dan memperbaiki ekspor mineral; kedua, menjaga pertumbuhan ekonomi dengan cara memastikan defisit APBN-2013 tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman, memberikan insentif kepada industri padat karya, termasuk keringanan pajak; ketiga, menjaga daya beli dengan cara pemerintah berkoordinasi dengan BI untuk menjaga gejolak harga dan inflasi, mengubah tata niaga daging sapi dan hortikultura, dari impor berdasarkan kuota menjadi mekanisme impor dengan mengandalkan harga; keempat, mempercepat investasi, dengan cara mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi. Namjun paket kebijakan ini dirasakan para pengamat ekonomi masih bersifat jangka panjang dan belum efektif dilakukan pemerintah. Sehingga muncullah pendapat-pendapat mengenai cara untuk menstabilkan nilai rupiah diantaranya mengurangi impor agar neraca perdagangan Negara tidak mengalami defisit, pemerintah juga harus mampu melakukan kontrol terhadap aliran modal yang keluar, dan meningkatkan produksi pangan maupun barang konsumsi lain dalam negeri.Namun apapun bentuk kebijakan dan saran upaya yang diberikan untuk mengurangi lemahnya nilai tukar rupiah tidak akan berjalan atau berhasil jika tidak dilakukan dengan serius oleh pemerintah. Oleh karena itu penanganan masalah rupiah yang semakin terpuruk ini harus dilakukan dengan cara bekerja keras.

DAFTAR PUSTAKA------------------. BI: Faktor Eksternal Penyebab Melemahnya Rupiah. Sindo Trijaya, 22 Agustus 2013. Diakses melalui: http://www.sindotrijaya.com/news/detail/4355/bi-faktor-eksternal-penyebab-melemahnya-rupiah [5 Januari 2014]--------------. Rupiah Melemah, KEN Sodorkan Cara Tekan Impor. JPNN.com, 4/12/13. Diakses melalui: http://www.jpnn.com/read/2013/12/04/203997/Rupiah-Melemah,-KEN-Sodorkan-Cara-Tekan-Impor- [5 Januari 2014]Abdul Muis Syam. Cara Kembalikan Rupiah ke Level Aman. Kompasiana, 2 September 2013. Diakses melalui: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/09/02/cara-kembalikan-rupiah-ke-level-aman-588072.html [5 JAnuari 2014]Adek L, Oktavia & Sri U, Sentosa. 2013. ANALISIS KURS DAN MONEY SUPPLY DI INDONESIA. Jurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02. (www.google.com) diakses [2 Januari 2014]Aditya Dwi Prasetyo. 10 Mei 2010. Kurs Di Indonesia: Mekanisme DanDampaknya. Diakses melalui: http://strugglemoment.wordpress.com/2010/05/10/kurs-di-indonesia-mekanisme-dan-dampaknya/ (2 Januari 2014)Amirsyah. Yang Gembira dan Merana karena Rupiah Melemah. Kompasiana, 24/8/13. Diakses melalui: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/08/24/yang-gembira-dan-merana-karena-rupiah-melemah-583589.html [5 Januari 2014]Ananda Teresia, Dolar Naik, Harga Tempe Tahu Naik 20-25 Persen, Tempo.com, 1 /9/2013.Diakses:http://www.tempo.co/read/news/2013/09/01/090509138/Dolar-Naik-Harga-Tempe-Tahu-Naik-20-25-Persen [5 Januari 2014]Badan Pusat Statistik. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia, Diakses:http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=03&notab=7. [5 Januari 2014]Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik Perkembangan Ekspor Dan Impor Indonesia Juli 2013. No. 58/09/Th. XVI, 2 September 2013. Diakses melalui: http://www.bps.go.id/brs_file/eksim_02sep13.pdf [4 Januari 2014]Bambang Priyo Jatmiko. Nilai Tukar Rupiah Terburuk Se-Asia.Kompas, 17/9/13. Diakses:http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/09/17/1412273/Nilai.Tukar.Rupiah.Terburuk.se-Asia (2 Januari 2014)

Bergen Van Jason (diterjemahkan oleh Martin, 7 Agustus 2013). 6 Factors That Influence Exchange Rates (www.investopedia.com) . Diakses melalui : http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=133671&title=6_faktor_yang_mempengaruhi_nilai_tukar_mata_uang (2 Januari 2014)Education. Sistem Nilai Tukar (Kurs Valuta Asing). Diakses melalui: http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/sistem-nilai-tukar-kurs-valuta-asing.html (2Januari 2014)Grafik USD - IDR (7 Hari Terakhir). Diakses melalui: http://www.seputarforex.com/data/kurs_dollar_rupiah/grafik.php (2 Januari 2014)http://strugglemoment.files.wordpress.com/2010/05/1.gif?w=510 [2 Januari 2014]I Gusti Ayu Kencana Dewi. 2007. Analisis Pengaruh Kurs Spot Dan Kurs Forward (Euro, Dollar Amerika, Yen Dan Dollar Australia) Dalam Memprediksi Future Spot. Thesis. Universitas Diponegoro. Diakses melalui: http://eprints.undip.ac.id/17671/1/I_GUSTI_AYU_KENCHANA_DEWI.pdf. (2 Januari 2014)Latihono dan Vinsensius Segu. Ini Jurus Menstabilkan Rupiah. Inilah.com, 14 Januari 2013. Diakses melalui: http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1946899/ini-jurus-menstabilkan-rupiah [5 Januari 2014]M Adam, Amal N, Septa D, Arie D Budiawati, R. Jihad Akbar. Dampak Rupiah Melemah di Akhir Tahun. Vivanews, 18 Desember 2013. Diakses melalui: http://fokus.news.viva.co.id/news/read/467085-dampak-rupiah-melemah-di-akhir-tahun [5 Januari 2014]Martha Thertina, Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri Naik 30 Persen, Tempo.com, 27/8/2013.Diakses:http://www.tempo.co/read/news/2013/08/27/092507710/Rupiah-Melemah-Utang-Luar-Negeri-Naik-30-Persen. [5 Januari 2014]Mohamad Zaki Hussein (anggota dari Partai Rakyat Pekerja (PRP)). Krisis Mata Uang Rupiah 2013: Penyebab dan Dampaknya. IndoPROGRESS , 23 September 2013. Diakses melalui: http://indoprogress.com/krisis-mata-uang-rupiah-2013-penyebab-dan-dampaknya/ (4 Januari 2014)Putra. 2009. Perkembangan Sistem Nilai Tukar di Indonesia. Diakses melalui: http://putracenter.net/2009/09/23/perkembangan-kebijakan-sistem-nilai-tukar-di-indonesia/ (2 Januari 2014)

Rico Afrido. Ini 4 Paket Kebijakan Untuk Cegah Krisis Ekonomi. Sindonews.com, 23/8/13.Diakses:http://ekbis.sindonews.com/read/2013/08/23/33/774611/ini-4-paket-kebijakan-untuk-cegah-krisis-ekonomi [5 Januari 2014]Sadono, Sukirno. 2001. Pengantar Teori Makroekonomi Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo PersadaSindonews. 28 November 2013. Fuad Bawazier Beberkan 10 Faktor Penyebab Rupiah Melemah.Diakses: http://ekbis.sindonews.com/read/2013/11/28/32/811218/fuad-bawazier-beberkan 10-faktor-penyebab-rupiah-melemah [4 Januari 2014]UI Update. 4 September 2013. Mengapa Nilai Rupiah Terus Turun?. Diakses melalui: http://humas.ui.ac.id/node/7657 [4 Januari 2014]Vibiznews. 5 Desember 2013. Rupiah Anjlok Terus Akibat Peningkatan Permintaan Terhadap Dollar AS. Diakses melalui: http://vibiznews.com/2013/12/05/rupiah-anjlok-terus-akibat-peningkatan-permintaan-terhadap-dollar-as/ [4 Januari 2014] Wells Fargo Securities Economics Group, LLC, Weekly Economic & Financial Commentary, 30 Agustus 2013, hlm. 4. Diakses melalui: https://www.wellsfargo.com/downloads/pdf/com/insights/economics/weekly-commentary/WeeklyEconomicFinancialCommentary_08302013.pdf. [4 Januari 2014]Wiji Nurhayat.Curhat Para Pedagang Elektronik Atas Dampak Melemahnya Nilai Rupiah.DetikFinance,23/8/13. Diakses melalui: http://finance.detik.com/read/2013/08/23/114944/2338557/4/curhat-para-pedagang-elektronik-atas-dampak-melemahnya-nilai-rupiah [5 Januari 2014]Wikipedia. 21 November 2013. Nilai Tukar. Diakses melalui: http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_tukar (2 Januari 2014)Wikipedia. Uang. http://id.wikipedia.org/wiki/Uang. Diunduh tanggal: 28 Desember 2013 Wikipedia. Uang. HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Uang"http://id.wikipedia.org/wiki/Uang. Diunduh tanggal : 28 Desember 2013

Kurs Rupiah terhadap USD pada bulan Desember 1997

Kurs Rupiah terhadap USD pada bulan Desember 1999

Kurs Rupiah terhadap USD pada bulan Desember 2000

Grafik USD - IDR (7 Hari Terakhir). Diakses melalui: HYPERLINK "http://www.seputarforex.com/data/kurs_dollar_rupiah/grafik.php%20(2"http://www.seputarforex.com/data/kurs_dollar_rupiah/grafik.php (2 Januari 2014)

Bambang Priyo Jatmiko.. Nilai Tukar Rupiah Terburuk Se-Asia.Kompas, 17 September 2013. Diakses melalui: HYPERLINK "http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/09/17/1412273/Nilai.Tukar.Rupiah.Terburuk.se-Asia%20(2"http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/09/17/1412273/Nilai.Tukar.Rupiah.Terburuk.se-Asia (2 Januari 2014)

Wikipedia. 21 November 2013. Nilai Tukar. Diakses melalui: HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_tukar"http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_tukar (2 Januari 2014)

Education. Sistem Nilai Tukar (Kurs Valuta Asing). Diakses melalui: HYPERLINK "http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/sistem-nilai-tukar-kurs-valuta-asing.html"http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/sistem-nilai-tukar-kurs-valuta-asing.html (2Januari 2014)

Putra. 2009. Perkembangan Sistem Nilai Tukar di Indonesia. Diakses melalui: http://putracenter.net/2009/09/23/perkembangan-kebijakan-sistem-nilai-tukar-di-indonesia/ (2 Januari 2014)

Sadono, Sukirno. 2001. Pengantar Teori Makroekonomi Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Adek L, Oktavia & Sri U, Sentosa. 2013. ANALISIS KURS DAN MONEY SUPPLY DI INDONESIA. Jurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02. (HYPERLINK "http://www.google.com"www.google.com) diakses [2 Januari 2014]

Bergen Van Jason (diterjemahkan oleh Martin, 7 Agustus 2013). 6 Factors That Influence Exchange Rates (www.investopedia.com) . Diakses melalui : HYPERLINK "http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=133671&title=6_faktor_yang_mempengaruhi_nilai_tukar_mata_uang" http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=133671&title=6_faktor_yang_mempengaruhi_nilai_tukar_mata_uang (2 Januari 2014)

I Gusti Ayu Kencana Dewi. 2007. Analisis Pengaruh Kurs Spot Dan Kurs Forward (Euro, Dollar Amerika, Yen Dan Dollar Australia) Dalam Memprediksi Future Spot. Thesis. Universitas Diponegoro. Diakses melalui: HYPERLINK "http://eprints.undip.ac.id/17671/1/I_GUSTI_AYU_KENCHANA_DEWI.pdf. (2" http://eprints.undip.ac.id/17671/1/I_GUSTI_AYU_KENCHANA_DEWI.pdf. (2 Januari 2014)

Ibid

Aditya Dwi Prasetyo. 10 Mei 2010. Kurs Di Indonesia: Mekanisme DanDampaknya. Diakses melalui:

http://strugglemoment.wordpress.com/2010/05/10/kurs-di-indonesia-mekanisme-dan-dampaknya/ (2 Januari 2014)

Ibid

HYPERLINK "http://strugglemoment.files.wordpress.com/2010/05/1.gif?w=510" http://strugglemoment.files.wordpress.com/2010/05/1.gif?w=510

Wells Fargo Securities Economics Group, LLC, Weekly Economic & Financial Commentary, 30 Agustus 2013, hlm. 4. Diakses melalui: HYPERLINK "https://www.wellsfargo.com/downloads/pdf/com/insights/economics/weekly-commentary/WeeklyEconomicFinancialCommentary_08302013.pdf. [4" https://www.wellsfargo.com/downloads/pdf/com/insights/economics/weekly-commentary/WeeklyEconomicFinancialCommentary_08302013.pdf. [4 Januari 2014]

Ibid

Mohamad Zaki Hussein (anggota dari Partai Rakyat Pekerja (PRP)). Krisis Mata Uang Rupiah 2013: Penyebab dan Dampaknya. IndoPROGRESS , 23 September 2013. Diakses melalui: http://indoprogress.com/krisis-mata-uang-rupiah-2013-penyebab-dan-dampaknya/ (2 Januari 2014)

Quantitative Easing (QE) adalah kebijakan moneter tidak konvensional yang digunakan oleh bank sentral untuk merangsang perekonomian ketika kebijakan moneter standar telah menjadi tidak efektif (sumber: HYPERLINK "http://en.wikipedia.org/wiki/Quantitative_easing [2" http://en.wikipedia.org/wiki/Quantitative_easing [2 Januari 2014]. QE di sini juga merupakan program The Fed untuk mencetak uang dan membeli obligasi atau aset-aset finansial lainnya dari bank-bank di AS yang dilakukan untuk menyuntik uang ke bank-bank di AS demi pemulihan diri pasca-krisis finansial 2008.

Ibid

Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik Perkembangan Ekspor Dan Impor Indonesia Juli 2013. No. 58/09/Th. XVI, 2 September 2013. Diakses melalui: h HYPERLINK "http://www.bps.go.id/brs_file/eksim_02sep13.pdf" http://www.bps.go.id/brs_file/eksim_02sep13.pdf [ 2 Januari 2014]

Vibiznews. 5 Desember 2013. Rupiah Anjlok Terus Akibat Peningkatan Permintaan Terhadap Dollar AS. Diakses melalui: http://vibiznews.com/2013/12/05/rupiah-anjlok-terus-akibat-peningkatan-permintaan-terhadap-dollar-as/ [2 Januari 2014]

Sindonews. 28 November 2013. Fuad Bawazier Beberkan 10 Faktor Penyebab Rupiah Melemah. Diakses melalui: http://ekbis.sindonews.com/read/2013/11/28/32/811218/fuad-bawazier-beberkan-10-faktor-penyebab-rupiah-melemah [2 Januari 2014]

Program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan program yang diperkenalkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono berupa arahan strategis dalampercepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 tahun (terhitung sejak 2011-2025) dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

UI Update. 4 September 2013. HYPERLINK "http://humas.ui.ac.id/node/7657" \o "Mengapa Nilai Rupiah Terus Turun?" Mengapa Nilai Rupiah Terus Turun?. Diakses melalui: HYPERLINK "http://humas.ui.ac.id/node/7657 [2" http://humas.ui.ac.id/node/7657 [2 Januari 2014]

Badan Pusat Statistik. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia, Diakses melalui: HYPERLINK "http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=03&notab=7" http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=03&notab=7. [2 Januari 2014]

Ananda Teresia, Dolar Naik, Harga Tempe Tahu Naik 20-25 Persen, Tempo.com, 1 September 2013. Diakses melalui: HYPERLINK "http://www.tempo.co/read/news/2013/09/01/090509138/Dolar-Naik-Harga-Tempe-Tahu-Naik-20-25-Persen [2" http://www.tempo.co/read/news/2013/09/01/090509138/Dolar-Naik-Harga-Tempe-Tahu-Naik-20-25-Persen [2 Januari 2014]

Martha Thertina, Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri Naik 30 Persen, Tempo.com, 27 Agustus 2013. Diakses melalui: HYPERLINK "http://www.tempo.co/read/news/2013/08/27/092507710/Rupiah-Melemah-Utang-Luar-Negeri-Naik-30-Persen" http://www.tempo.co/read/news/2013/08/27/092507710/Rupiah-Melemah-Utang-Luar-Negeri-Naik-30-Persen. [2 Januari 2014]

M Adam, Amal N, Septa D, Arie D Budiawati, R. Jihad Akbar. Dampak Rupiah Melemah di Akhir Tahun. Vivanews, 18 Desember 2013. Diakses melalui: HYPERLINK "http://fokus.news.viva.co.id/news/read/467085-dampak-rupiah-melemah-di-akhir-tahun [2" http://fokus.news.viva.co.id/news/read/467085-dampak-rupiah-melemah-di-akhir-tahun [2 Januari 2014]

Ibid

Wiji Nurhayat. Curhat Para Pedagang Elektronik Atas Dampak Melemahnya Nilai Rupiah. DetikFinance, 23Agustus 2013. Diakses melalui: HYPERLINK "http://finance.detik.com/read/2013/08/23/114944/2338557/4/curhat-para-pedagang-elektronik-atas-dampak-melemahnya-nilai-rupiah [2" http://finance.detik.com/read/2013/08/23/114944/2338557/4/curhat-para-pedagang-elektronik-atas-dampak-melemahnya-nilai-rupiah [2 Januari 2014]

Amirsyah. Yang Gembira dan Merana karena Rupiah Melemah. Kompasiana, 24 Agustus 2013. Diakses melalui: HYPERLINK "http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/08/24/yang-gembira-dan-merana-karena-rupiah-melemah-583589.html [2" http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/08/24/yang-gembira-dan-merana-karena-rupiah-melemah-583589.html [2 Januari 2014]

Rico Afrido. Ini 4 Paket Kebijakan Untuk Cegah Krisis Ekonomi. Sindonews.com, 23 Agustus 2013. Diakses melalui: HYPERLINK "http://ekbis.sindonews.com/read/2013/08/23/33/774611/ini-4-paket-kebijakan-untuk-cegah-krisis-ekonomi [2" http://ekbis.sindonews.com/read/2013/08/23/33/774611/ini-4-paket-kebijakan-untuk-cegah-krisis-ekonomi [2 Januari 2014]

------------------. BI: Faktor Eksternal Penyebab Melemahnya Rupiah. Sindo Trijaya, 22 Agustus 2013. Diakses melalui: http://www.sindotrijaya.com/news/detail/4355/bi-faktor-eksternal-penyebab-melemahnya-rupiah [ 2 Januari 2014]

Latihono dan Vinsensius Segu. Ini Jurus Menstabilkan Rupiah. Inilah.com, 14 Januari 2013. Diakses melalui: HYPERLINK "http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1946899/ini-jurus-menstabilkan-rupiah [4" http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1946899/ini-jurus-menstabilkan-rupiah [4 Januari 2014]

Ibid

--------------. Rupiah Melemah, KEN Sodorkan Cara Tekan Impor. JPNN.com, 4 Desember 2013. Diakses melalui: http://www.jpnn.com/read/2013/12/04/203997/Rupiah-Melemah,-KEN-Sodorkan-Cara-Tekan-Impor- [2 Januari 2014]

Abdul Muis Syam. Cara Kembalikan Rupiah ke Level Aman. Kompasiana, 2 September 2013. Diakses melalui: HYPERLINK "http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/09/02/cara-kembalikan-rupiah-ke-level-aman-588072.html [2" http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/09/02/cara-kembalikan-rupiah-ke-level-aman-588072.html [2 JAnuari 2014]

34