digilib.uns.ac.id/kohesi-tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...

127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh : LINA AZIZAH C 0205036 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: doanthuan

Post on 26-Jun-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUALRUBRIK “SUARAPUBLIKA”

DI SURAT KABAR REPUBLIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratanguna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas Sebelas Maret

Disusun oleh :

LINA AZIZAHC 0205036

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPAUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUALRUBRIK “SUARAPUBLIKA”

DI SURAT KABAR REPUBLIKA

Disusun oleh :

Lina AzizahC0205036

Telah disetujui oleh pembimbing :

Pembimbing

Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum.NIP 196412311994032005

MengetahuiKetua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag.NIP 196206101989031001

Page 3: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUALRUBRIK “SUARAPUBLIKA”

DI SURAT KABAR REPUBLIKA

Disusun oleh

Lina AzizahC0205036

Telah disetujui oleh Tim Penguji SkripsiFakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal 2 Juli 2012

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. ………………NIP 196206101989031001

Sekretaris Miftah Nugroho, S.S, M.Hum. ………………NIP 197707252005011002

Penguji I Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum. ………………NIP 196412311994032005

Penguji II Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum. ………………NIP 196806171999031002

DekanFakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D.NIP. 196003281986011001

Page 4: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Lina AzizahNIM : C0205036

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Kohesi Tekstual dan Kontekstual Rubrik “Suarapublika” di Surat Kabar Republika adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 2 Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Lina Azizah

Page 5: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.(Penulis)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(Q.S. Al Insyirah : 6-7)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kemampuannya.(Q.S. Al Baqarah : 286)

Page 6: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

Kedua orang tua penulis yang senantiasa mendoakan dan meridhoi setiap langkah penulis.

Keluarga Besar (Alm.) Drs. Noereman Seno

Kakak dan Adik penulisAlmamater yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaatOrang-orang yang peduli terhadap

perkembangan ilmu linguistik. Pembaca yang budiman

Page 7: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Kohesi Tekstual dan Kontekstual Rubrik “Suarapublika” di Surat Kabar

Republika. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar

Sarjana Sastra pada Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis

menyadari adanya hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan bekal keyakinan yang kuat dan usaha serta dukungan dari berbagai pihak,

segala hambatan dan kesulitan dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M.E.D., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi

kesempatan bagi penulis untuk menyusun skripsi.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberi izin dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum., selaku dosen pembimbing

skripsi yang penuh kesabaran dalam membimbing dan mendorong

semangat untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 8: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

4. Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum., selaku dosen penelaah skripsi yang

telah meluangkan waktu dan memberikan masukan serta bimbingan

dalam mengerjakan skripsi.

5. Miftah Nugroho, S.S., M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik

yang senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses

belajar di bangku kuliah.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Indonesia serta seluruh staf

pengajar Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta atas semua ilmu dan fasilitas yang telah penulis terima.

7. Staf UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret dan staf Perpustakaan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan kemudahan

dalam mendapatkan buku-buku referensi untuk penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu penulis yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya,

memberikan dorongan moral, material, dan spiritual.

9. Simbah kakung Drs. Noereman Seno (alm.) dan Simbah putri Marzukah

yang telah memberikan nasihat yang bijak dan menjadi teladan yang

baik.

10. Om Farouq, Om Adib, Om Imron, Om Farid, Om Irfan, Om Ambar,

Om Nug, Bulik Mun, Bulik Un, Bulik Novi, Bulik Fadh, Bulik Ida, dan

Bulik Nafis yang selama ini telah memberikan perhatian, arahan,

nasihat, dorongan moral, material, maupun spiritual.

11. Kakak dan Adik penulis yang telah memberikan keceriaan disela-sela

kejenuhan.

Page 9: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

12. Adik-adik sepupu penulis, Azna, Nadia, Ama, Rohim, Rahman,

Rahima, Fadhel, Lutfi, Bella, Kanza, Dani, Imam, Dinda, Fatih, Putri,

dan Hasan yang menjadi sumber kebahagiaan dan cahaya kehidupan

bagi penulis.

13. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2005 yang telah memberikan

kenangan terindah.

14. Kawan-kawan anggota dan pengurus LPM Kalpadruma FSSR yang

telah memberikan pelajaran berharga dalam berorganisasi.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

ikut serta dalam melancarkan proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran

yang membangun. Peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak, khususnya peminat bidang linguistik dan bagi pembaca pada

umumnya.

Surakarta, 2 Juli 2012

Penulis

Page 10: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………. iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. x

HALAMAN DAFTAR TABEL ..................................................................... xiv

HALAMAN DAFTAR TANDA .................................................................... xv

HALAMAN DAFTAR SINGKATAN ........................................................... xvi

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Pembatasan Masalah .................................................................. 5

C. Perumusan Masalah ................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan ................................................................ 8

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 10

A. Tinjauan Studi Terdahulu .......................................................... 10

B. Landasan Teori .......................................................................... 15

Page 11: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

1. Pengertian Wacana ................................................................ 15

2. Jenis-Jenis Wacana ................................................................ 17

3. Kohesi Tekstual ..................................................................... 20

a. Aspek Gramatikal ............................................................ 20

1) Pengacuan (Reference) . .............................................. 20

2) Penyulihan (Substitusion) ............................................ 24

3) Pelesapan (Ellipsis)...................................................... 26

4) Perangkaian (Conjunction) .......................................... 27

b. Aspek Leksikal ................................................................ 28

1) Repetisi (pengulangan) ................................................ 29

2) Sinonimi (padan kata).................................................. 33

3) Antonimi (lawan kata) ................................................. 36

4) Kolokasi (sanding kata) ............................................... 39

5) Hiponimi (hubungan atas-bawah)................................ 40

6) Ekuivalensi (kesepadanan bentuk)............................... 41

4. Kontekstual Wacana .............................................................. 41

a. Prinsip Penafsiran Personal ............................................. 42

b. Prinsip Penafsiran Lokasional.......................................... 43

c. Prinsip Penafsiran Temporal ........................................... 44

d. Prinsip Analogi ............................................................... 45

e. Inferensi ........................................................................... 46

C. Kerangka Pikir .......................................................................... 47

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 49

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 49

Page 12: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

B. Data dan Sumber Data .............................................................. 49

C. Populasi dan Sampel ................................................................. 50

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 51

E. Teknik Klasifikasi Data ............................................................. 52

F. Teknik Analisis Data ................................................................. 53

G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ...................................... 55

BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................ 56

A. Aspek Gramatikal ...................................................................... 56

1. Pengacuan (Reference) …………………………………….. 56

a. Pengacuan Persona ............................................................ 56

1) Pengacuan Persona Pertama Tunggal .......................... 57

2) Pengacuan Persona Pertama Jamak ............................. 57

3) Pengacuan Persona Ketiga Tunggal ............................ 57

4) Pengacuan Persona Ketiga Jamak ................................ 58

b. Pengacuan Demostratif ..................................................... 59

1) Pronomina Demonstratif Waktu ................................... 59

2) Pronomina Demonstratif Tempat .................................. 60

2. Penyulihan (Substitusion)....................................................... 60

a. Substitusi Verbal ............................................................... 61

b. Substitusi Frasal ................................................................ 61

c. Substitusi Klausal .............................................................. 62

3. Pelesapan (Ellipsis) ................................................................ 63

4. Perangkaian (Conjunction)..................................................... 64

B. Aspek Leksikal .......................................................................... 66

Page 13: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

1. Repetisi (Pengulangan) .......................................................... 66

a. Repetisi Epizeuksis ............................................................ 66

b. Repetisi Tautotes ............................................................... 66

c. Repetisi Anafora ................................................................ 67

d. Repetisi Epistrofa .............................................................. 67

2. Sinonimi (padan kata) ............................................................ 68

a. Sinonimi Kata dengan Kata ............................................... 68

3. Antonimi (lawan kata) ........................................................... 69

a. Oposisi Mutlak .................................................................. 69

b. Oposisi Kutub ................................................................... 69

c. Oposisi Hubungan ............................................................. 70

d. Oposisi Hirarkial ............................................................... 70

e. Oposisi Majemuk .............................................................. 70

4. Kolokasi (sanding kata).......................................................... 71

5. Hiponimi (hubungan atas-bawah) .......................................... 71

6. Ekuivalensi (kesepadanan bentuk)......................................... 72

C. Kontekstual Wacana .................................................................. 76

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 107

A. Simpulan ..................................................................................... 107

B. Saran ............................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pengacuan Persona …………………………………………………… 22

Tabel 2 Demonstratif (Penunjukan) ……………………………………......…. 23

Tabel 3 Aspek Gramatikal ……………………………………………………. 75

Tabel 4 Aspek Leksikal ……………………………………………………….. 77

Page 15: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TANDA

( … ) : Maksudnya ada kalimat sebelum atau sesudahnya yang

dihilangkan.

( . ) : Tanda titik

( , ) : Tanda koma

( : ) : Tanda titik dua

( ; ) : Tanda titik koma

( - ) : Tanda hubung

( ? ) : Tanda tanya

( ! ) : Tanda seru

( / ) : Garis miring

(“..”) : Tanda petik

(‘…’) : tanda petik tunggal

(( )) : Tanda kurung

Ф : Tanda zero, menyatakan satuan lingual yang dilesapkan.

Page 16: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR SINGKATAN

AC : Air Conditioner

e-KTP : Electronic Kartu Tanda Penduduk

HP : Handphone

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KB : Kata Benda

ICMI : Ikatan Cendekia Muslim Indonesia

PK : Penanda Kohesi

PT : Perguruan Tinggi

RS : Rubrik Suarapublika

RT : Rukun Tetangga

S : Subjek

SD : Sekolah Dasar

SK : Surat Kepegawaian

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SMU : Sekolah Menengah Umum

S1 : Sarjana

TK : Taman Kanak-Kanak

Page 17: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRAK

Lina Azizah. C0205036. 2012. Kohesi Tekstual dan Kontekstual Rubrik “Suarapublika” di Surat Kabar Republika. Skripsi : Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dikaji adalah (1) bagaimana kohesi tekstual pada rubrik“Suarapublika” dalam surat kabar Republika, (2) bagaimana kontekstual wacana yang terdapat pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kohesi tekstual pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika, (2) mendeskripsikankontekstual wacana yang terdapat pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-kalimat, ataupun paragraf yang di dalamnya mengandung penanda kohesi tekstual (gramatikal dan leksikal) dan kontekstual. Data yang digunakan dalam penelitian berbentuk tertulis yang terdapat dalam sumber data yang berasal dari media cetak. Sumber data dalam penelitian ini adalah rubrik “Suarapublika” pada surat kabar Republika yang terbit pada bulan Juli sampai dengan September 2011. Populasi yang digunakan adalah keseluruhan pemakaian bahasa yang mengandung penanda kohesi tekstual dan kontekstual pada wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika edisi bulan Juli sampai September 2011, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pemakaian bahasa yang mengandung penanda kohesi tekstual dan kontekstual pada wacana rubrik “Suarapublika”dalam surat kabar Republika edisi bulan Juli sampai September 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan teknik simak, catat, dan menggunakan teknik pustaka. Teknik klasifikasi dalam penelitian ini yakni diklasifikasikan berdasarkan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan teknik distribusional dan teknik kontekstual. Teknik penyajian hasil analisis data yakni disajikan dengan teknik formal dan informal. Penyajian hasil analisis secara formal menggunakan tanda dan lambang, sedangkan penyajian hasil analisis secara informal menggunakan kata-kata yang menjelaskan hasil dari analisis data dalam penelitian ini.

Simpulan penelitian dari analisis yang dilakukan pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika yaitu kohesi gramatikal yang mencerminkan kepaduan bentuk bahasa dan kohesi leksikal yang mencerminkan kepaduan makna. Terdapat empat unsur kohesi gramatikal meliputi : (1) Pengacuan yang terdiri atas pengacuan persona pertama tunggal, pengacuan persona pertama jamak, pengacuan persona ketiga tunggal, pengacuan persona ketiga jamak, pengacuan demonstratif waktu (temporal), demonstratif tempat (lokasional), (2) Substitusi terdiri dari substitusi verbal, substitusi nomina, substitusi frasal, dan substitusi klausal, (3) Pelesapan, dan (4) Konjungsi. Terdapat enam unsur kohesi leksikal yang meliputi : (1) Repetisi yang terdiri atas repetisi epizeuksis, repetisi tautotes, repetisi anafora, dan repetisi epistrofa, (2) Sinonimi meliputi sinonimi kata dengan kata dan sinonimi kata dengan frasa, (3) Antonimi

Page 18: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

terdiri dari antonimi mutlak, antonimi kutub, antonimi hubungan, antonimi hirarkial, dan antonimi majemuk, (4) Kolokasi atau sanding kata, (5) Hiponimi atau hubungan atas bawah, (6) Ekuivalensi atau kesepadanan bentuk. Selain menganalisis kohesi tekstual yang terdiri dari aspek gramatikal dan aspek leksikal, penelitian ini juga menganalisis mengenai kontekstual wacana yang meliputi prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, prinsip temporal, prinsip analogi, dan inferensi.

Page 19: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUALRUBRIK “SUARAPUBLIKA”

DI SURAT KABAR REPUBLIKA

Lina Azizah1

Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum.2

ABSTRAK

2012. Permasalahan yang dikaji adalah (1) bagaimana kohesi tekstual pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika, (2) bagaimana kontekstual wacana yang terdapat pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kohesi tekstual pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika, (2) mendeskripsikan kontekstual wacana yang terdapat pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-kalimat, ataupun paragraf yang di dalamnya mengandung penanda kohesi tekstual (gramatikal dan leksikal) dan kontekstual. Data yang digunakan dalam penelitian berbentuk tertulis yang terdapat dalam sumber data yang berasal dari media cetak. Sumber data dalam penelitian ini adalah rubrik “Suarapublika” pada surat kabar Republika yang terbit pada bulan Juli sampai dengan September 2011. Populasi yang digunakan adalah keseluruhan pemakaian bahasa yang mengandung penanda kohesi tekstual dan kontekstual pada wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika edisi bulan Juli sampai September 2011, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pemakaian bahasa yang mengandung penanda kohesi tekstual dan kontekstual pada wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika edisi bulan Juli sampai September 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan teknik simak, catat, dan menggunakan teknik

1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dengan NIM C02050362 Dosen Pembimbing

pustaka. Teknik klasifikasi dalam penelitian ini yakni diklasifikasikan berdasarkan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan teknik distribusional dan teknik kontekstual. Teknik penyajian hasil analisis data yakni disajikan dengan teknik formal dan informal. Penyajian hasil analisis secara formal menggunakan tanda dan lambang, sedangkan penyajian hasil analisis secara informal menggunakan kata-kata yang menjelaskan hasil dari analisis data dalam penelitian ini.Simpulan penelitian dari analisis yang dilakukan pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika yaitu kohesi gramatikal yang mencerminkan kepaduan bentuk bahasa dan kohesi leksikal yang mencerminkan kepaduan makna. Terdapat empat unsur kohesi gramatikal meliputi : (1) Pengacuan yang terdiri atas pengacuan persona pertama tunggal, pengacuan persona pertama jamak, pengacuan persona ketiga tunggal, pengacuan persona ketiga jamak, pengacuan demonstratif waktu (temporal), demonstratif tempat (lokasional), (2) Substitusi terdiri dari substitusi verbal, substitusi nomina, substitusi frasal, dan substitusi klausal, (3) Pelesapan, dan (4) Konjungsi. Terdapat enam unsur kohesi leksikal yang meliputi : (1) Repetisi yang terdiri atas repetisi epizeuksis, repetisi tautotes, repetisi anafora, dan repetisi epistrofa, (2) Sinonimi meliputi sinonimi kata dengan kata dan sinonimi kata dengan frasa, (3) Antonimi terdiri dari antonimi mutlak, antonimi kutub, antonimi hubungan, antonimi hirarkial, dan antonimi majemuk, (4) Kolokasi atau sanding kata, (5) Hiponimi atau hubungan atas bawah, (6) Ekuivalensi atau kesepadanan bentuk. Selain menganalisis kohesi tekstual yang terdiri dari aspek gramatikal dan aspek leksikal, penelitian ini juga menganalisis mengenai kontekstual wacana yang meliputi prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, prinsip temporal, prinsip analogi, dan inferensi.

Page 20: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi. Manusia akan

mengalami kesulitan berkomunikasi tanpa adanya bahasa. Hal ini karena manusia

sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam melangsungkan hidupnya.

Dalam memenuhi kebutuhan untuk berkomunikasi, manusia membutuhkan

sarana. Sarana itu digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan, maksud, dan

sebagainya. Sarana komunikasi tersebut berupa bahasa yang sangat efektif

fungsinya dalam proses komunikasi. Dengan demikian, bahasa merupakan sarana

komunikasi yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhannya

berkomunikasi (Sumarlam, dkk., 2003:1).

Pemanfaatan potensi bahasa sebagai alat komunikasi dapat dilihat dari

berbagai aspek kehidupan, misalnya di bidang pendidikan, politik, hukum,

ekonomi dan bidang lainnya. Bahasa sebagai sarana utama untuk berkomunikasi

dalam masyarakat dapat berbentuk lisan maupun tertulis. Berkaitan dengan fungsi

bahasa, Gorys Keraf (1984:4) mengatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi

yang merupakan saluran maksud seseorang, melahirkan perasaan seseorang, dan

memungkinkan menciptakan kerjasama dengan warga. Komunikasi dengan media

bahasa dapat dibedakan menjadi komunikasi lisan dan tulis. Komunikasi lisan

dengan menggunakan mulut sebagai alat komunikasi, sedangkan komunikasi tulis

menggunakan media tulis seperti buku, majalah, tabloid, surat kabar, dan

sebagainya.

1

Page 21: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Surat kabar merupakan salah satu jenis media massa cetak yang berfungsi

menyampaikan informasi yang berbentuk tulis. Dalam KBBI (2005:1109)

pengertian surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas bertuliskan berita. Di

dalam surat kabar terdapat berbagai rubrik. Rubrik adalah kepala karangan (ruang

tetap) di dalam surat kabar, majalah, tabloid, dan lain-lain (KBBI, 2005:965).

Menurut Ardianta Elvinaro dan Lukianti Komala Erdinaya (2004:98), media

massa secara kontemporer memiliki tiga fungsi utama dan sekunder. Fungsi utama

media massa adalah menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang

apa yang terjadi dalam suatu komunitas, mengomentari berita yang disampaikan

dan mengembangkannya ke dalam fokus berita, menyediakan keperluan informasi

bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di

media, sedangkan fungsi sekunder media massa adalah memberikan hiburan

kepada pembaca dengan sajian-sajian khusus, melayani pembaca sebagai konselor

yang ramah dengan menjadi agen informasi dan perjuangan hak. Selain itu juga

untuk kampanye proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan yang diperlukan

sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu.

Berkaitan dengan fungsi media cetak, surat kabar Republika juga memiliki

arah dan tujuan tersendiri. Surat kabar Republika merupakan salah satu surat

kabar nasional yang memuat berbagai berita dan informasi yang tersebar di

berbagai daerah di seluruh Nusantara. Surat kabar ini diterbitkan oleh kalangan

muslim. Diterbitkan sejak tanggal 4 Januari 1993 dan dipelopori oleh Ikatan

Cendekiawan Muslim Indonesia atau ICMI.

Totok Djuroto (2000:67) mengemukakan bahwa penerbitan pers khususnya

surat kabar dan majalah, hampir semuanya menyediakan kolom atau rubrik untuk

Page 22: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menampung pendapat atau pandangan (opini). Opini dalam penerbitan pers dibagi

menjadi dua jenis yaitu opini penerbit (desk opinion) dan pendapat umum (public

opinion). Wujud opini penerbit (desk opinion) ditulis dalam beberapa bentuk,

seperti tajuk rencana, pojok, dan karikatur. Wujud pendapat umum (public

opinion) biasanya disajikan dalam tiga bentuk, yaitu komentar, artikel, dan surat

pembaca. Salah satu wujud opini yang akan dipilih untuk diteliti adalah pendapat

umum (public opinion), yaitu surat pembaca.

Surat pembaca adalah opini singkat yang ditulis oleh pembaca dan dimuat

dalam rubrik khusus surat pembaca. Hampir semua media massa memberi rubrik

yang tujuannya membuka kesempatan kepada masyarakat luas untuk

menyampaikan sikap, kritik, dan pendapat tentang pelbagai hal yang bersifat

individual maupun kelompok yang menyangkut pengalaman pribadi maupun yang

berkaitan dengan kepentingan umum. Rubrik surat pembaca sebagai alat bagi

media untuk menjalin interaksi dengan pembacanya dan membantu memberi

ruang publik yang memungkinkan sesama anggota masyarakatnya saling

berinteraksi. Rubrik ini juga sering dipakai untuk mengukur tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap medianya. Semakin banyak anggota masyarakat yang terlibat

dalam rubrik tersebut menunjukkan adanya respon pembaca dan tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap media itu mempunyai pengaruh yang besar

dalam kehidupan sosial.

Setiap media menyediakan rubrik surat pembaca dengan nama dan bentuk

yang bermacam-macam, misalnya surat kabar Republika menamakan rubriknya

‘Suarapublika’, ada juga yang menamakan rubrik ‘REDAKSI YTH’ (Kompas),

‘Pikiran Pembaca’(Kedaulatan Rakyat), ‘Pembaca Menulis’ (Jawa Pos), dan

Page 23: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

sebagainya sesuai dengan kekhasan masing-masing suatu media. Semua nama lain

dari surat pembaca tersebut mempunyai maksud tertentu. Kata “Suarapublika’

misalnya dimaksudkan sebagai layanan publik dari redaksi kepada masyarakat

untuk memberikan suaranya mengenai keluhan, kritik, saran, maupun pengaduan

kepada pihak tertentu yang dituangkan dalam bentuk tulisan, kemudian dikirim ke

pihak redaksi selanjutnya diseleksi oleh pihak redaksi untuk dipublikasikan.

Rubrik “Suarapublika” ini hadir setiap hari Senin sampai Sabtu, kecuali hari

libur nasional tidak terbit. Rubrik ini berisi suatu peristiwa, kejadian yang sedang

terjadi atau telah terjadi di dalam suatu masyarakat di berbagai daerah dan

memuat berbagai informasi. Selain itu, juga berisi saran, kritik, keluhan,

pengaduan konsumen dan tanggapan dari berbagai pihak, lembaga, maupun

instansi yang bersangkutan. Penulis dalam rubrik “Suarapublika” ini terbuka bagi

seluruh pembaca atau masyarakat di manapun berada. Dalam hal ini, pembaca

adalah selaku pengirim informasi, peristiwa atau kejadian yang dialami oleh yang

bersangkutan. Penyampaian informasi atau berita dalam rubrik “Suarapublika” ini

adalah salah satu bentuk penyampaian ide, gagasan, dan keinginan-kenginan

pembaca (pengirim informasi) mengenai suatu kejadian atau peristiwa yang

sedang atau telah berlangsung di dalam suatu masyarakat untuk diketahui oleh

masyarakat. Penulis dalam rubrik ini juga mencantumkan identitas nama dan

alamat lengkap di bagian bawah tulisannya. Rubrik ini ditulis berdasarkan realitas

atau kejadian yang pernah dialami penulisnya sehingga dapat diketahui

masyarakat dan diharapkan adanya tanggapan dari pihak-pihak yang

bersangkutan.

Page 24: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika ini disusun

dengan kalimat-kalimat yang memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang

lainnya. Keterkaitan itu berupa bentuk (form) dan makna (meaning). Hal ini dapat

terjadi karena ada satu kalimat dikembangkan dan dijelaskan oleh kalimat lainnya

pada wacana rubrik “Suarapublika” yang penting untuk dideskripsikan.

Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada

wacana media tulis, yaitu pada wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar

Republika. Penulis meneliti dari segi kohesi tekstual dan kontekstual. Dari segi

kohesi tekstual meliputi aspek gramatikal dan leksikal, sedangkan dari segi

kontekstual meliputi penafsiran personal, penafsiran lokasional, penafsiran

temporal, prinsip analogi, dan inferensi. Penulis sangat tertarik dengan masalah

tersebut karena penelitian di bidang wacana sangat mendapat perhatian dari

peneliti ilmu bahasa.

Dalam memahami suatu wacana, diperlukan pemahaman yang mendalam

baik itu dari teks bahasa maupun konteks eksternal yang melingkupinya. Hal ini

bertujuan agar pembaca dapat memahami isi wacana secara keseluruhan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

wacana pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika sebagai objek

kajian dari segi kohesi tekstual dan kontekstual.

B. Pembatasan Masalah

Dalam suatu penelitian perlu adanya pembatasan masalah, tujuannya agar

memudahkan dan membantu penulis dalam menganalisisnya. Selain itu juga

untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian.

Page 25: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Ruang lingkup penelitian ini penulis batasi pada kajian wacana dengan

menggunakan tinjauan kohesi tekstual dan kontekstual wacana. Objek penelitian

ini adalah wacana “Suarapublika” yang diambil dari surat kabar Republika edisi

bulan Juli sampai September 2011. Wacana “Suarapublika” akan dikaji dari segi

kohesi tekstual yang meliputi aspek gramatikal dan aspek leksikal, sedangkan dari

segi kontekstual wacana dikaji prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran

lokasional, prinsip penafsiran temporal, prinsip analogi, dan inferensi.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah-masalah yang akan

diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kohesi tekstual pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar

Republika?

2. Bagaimana kontekstual wacana yang terdapat pada rubrik “Suarapublika”

dalam surat kabar Republika?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan suatu penelitian ialah memecahkan masalah. Hal itu dilakukan

dengan jalan menyimpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan mengarah

pada upaya untuk memakai atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan

tersebut. Adapun tujuan penelitian mengenai wacana rubrik “Suarapublika” dalam

surat kabar Republika adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kohesi tekstual pada rubrik “Suarapublika” dalam surat

kabar Republika.

Page 26: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Mendeskripsikan kontekstual wacana yang terdapat pada rubrik

“Suarapublika” dalam surat kabar Republika.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberi manfaat, baik manfaat teoretis

maupun manfaat praktis. Edi Subroto mengatakan bahwa perumusan manfaat

penelitian sering diperlukan dan biasanya juga dikaitkan dengan masalah yang

bersifat praktis (1992:91). Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat memberi

pemecahan yang bersifat praktis selain memberikan sumbangan ke arah

pengembangan ilmu.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis adalah manfaat yang berkenaan dengan pengembangan

ilmu pengetahuan. Manfaat teoretis dalam penelitian ini antara lain :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu linguistik, khususnya disiplin ilmu wacana.

2. Memperluas wawasan mengenai ilmu kebahasaan, khususnya

mengenai kajian kohesi tekstual dan kontekstual dalam wacana.

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian sering kali dikaitkan dengan masalah yang sifatnya

praktis. Manfaat praktis penelitian ini antara lain :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pengetahuan kepada berbagai pihak, antara lain pembaca rubrik

“Suarapublika” surat kabar Republika dan penulis rubrik

“Suarapublika” itu sendiri.

Page 27: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca dalam memahami isi

wacana “Suarapublika”dalam surat kabar Republika.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penguraian di dalam suatu penelitian, maka

diperlukan sistematika penulisan. Sistematika penulisan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Bab pertama memuat pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab kedua adalah kajian pustaka dan kerangka pikir, bab ini menyajikan

studi terdahulu yang pernah dilakukan dalam suatu penelitian dan membahas

tentang beberapa teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji, antara

lain tinjauan studi terdahulu, pengertian wacana, jenis-jenis wacana, kohesi

tekstual yang meliputi aspek gramatikal dan aspek leksikal, kontekstual wacana

yang terdiri dari prinsip penafsiran personal, prinsip lokasional, prinsip penafsiran

temporal, prinsip analogi, dan inferensi serta menyajikan kerangka pikir wacana

rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.

Bab ketiga berupa metode penelitian, yaitu berisi mengenai jenis penelitian,

data dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik

klasifikasi data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data.

Bab keempat merupakan analisis data, bab ini menguraikan analisis

terhadap data-data yang menjadi objek penelitian.

Page 28: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Bab kelima adalah penutup, berisi simpulan dan saran. Simpulan yaitu

simpulan akhir dari hasil penelitian, sedangkan saran merupakan saran dari

penulis dengan hasil penelitian ini sekaligus harapan yang lebih baik lagi bagi

penelitian-penelitian sejenis di waktu yang akan datang.

Page 29: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Studi Terdahulu

Beberapa studi terdahulu yang penulis temukan dan masih relevan dengan

penelitian ini disajikan sebagai berikut :

Dwi Ika Fatimah (2000) dalam skripsinya yang berjudul Penanda Kohesi

Antarkalimat dalam Wacana Jurnalistik Berita Olahraga tabloid Bola, membahas

kohesi yang terdapat dalam wacana jurnalistik berita olahraga tabloid Bola,

menjelaskan ciri khusus wacana jurnalistik berita olahraga tabloid Bola yang

dilihat dari penanda kohesi dan mendeskripsikan penanda hubungan tipe yang

paling sering digunakan dalam wacana jurnalitik berita olaharaga tabloid Bola.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kepaduan informasi dari wacana

jurnalistik berita olahraga tabloid Bola ditandai dengan hadirnya penanda kohesi

gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal meliputi

penunjukan, penggantian, pelesapan atau penghilangan, dan perangkaian,

sedangkan penanda kohesi leksikal meliputi pengulangan, sinonimi, antonimi,

hiponimi, kolokasi, ekuivalensi serta kata generik dan non-generik.

Skripsi Ristyaningtyas Maharani (2005) yang berjudul Penanda Kohesi

Gramatikal dan Leksikal dalam Wacana “Santapan” pada surat kabar Wawasan,

mendeskripsikan kepaduan wacana “Santapan” dilihat dari kohesi gramatikal dan

leksikal, serta tingkat kekohesifan dalam wacana “Santapan”. Dari hasil analisis

data diambil beberapa simpulan bahwa kepaduan wacana “Santapan” terjalin

melalui dua penanda kohesi, yaitu PK gramatikal yang terdiri dari (1) PK referensi

10

Page 30: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

yang terbagi menjadi dua, yaitu PK referensi demonstratif dan persona yang

kesemuanya bersifat anafora, (2) PK substitusi yang ditandai adanya bentuk yang

berkedudukan sebagai pengganti “pengganti” yang terdapat pada bagian S dan

bentuk yang berkedudukan sebagai “terganti” yang terdapat pada bagian KB, (3)

PK ellipsis ditandai adanya unsur yang ditandai dengan symbol Φ (zero), (4) PK

konjungsi ditandai oleh hadirnya kata penghubung yang menghubungkan kalimat-

kalimat antara bagian KB dengan S dan PK leksikal yang terdiri dari (1) PK

repetisi yang terdiri dari tiga macam repetisi, yaitu pengulangan penuh dengan

perubahan bentuk dan sebagian, (2) PK sinonim yang ditandai oleh hadirnya kata

atau frasa yang memiliki kesamaan atau kemiripan, (3) PK antonimi yang ditandai

oleh kata-kata yang menunjukkan oposisi makna berlawanan. PK antonim dalam

wacana ini ada dua, yaitu oposisi mutlak dan oposisi kutub, (4) PK kolokasi yang

ditandai oleh adanya kata-kata yang “bersanding” atau dalam asosiasi yang sama,

dan (5) PK homonim ditandai oleh hadirnya kata-kata yang “memayungi” kata

yang lain atau kata yang menjadi superordinat dari kata-kata yang lain. Selain itu,

wacana yang kohesif dan koheren merupakan wacana yang paling banyak

digunakan dalam wacana “Santapan”, jika dibandingkan dengan wacana yang

kohesif tetapi tidak koheren.

Skripsi Anung Nugroho (2008) yang berjudul Keterpaduan Wacana Politik

pada Rubrik “Opini” surat kabar Kompas, memaparkan aspek kohesi gramatikal

dan leksikal yang membangun keterpaduan wacana opini politik pada rubrik opini

surat kabar Kompas. Hasil analisisnya dapat disimpulkan beberapa hal : (1)

Aspek-aspek gramatikal yang dimanfaatkan untuk membangun keterpaduan

dalam wacana politik pada rubrik opini Kompas adalah pengacuan (referensi)

Page 31: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

yang meliputi pengacuan pronomina III tunggal, pengacuan pronomina III jamak,

dan pengacuan komparatif ; penyulihan (substitusi) yang meliputi substitusi

nominal, substitusi frasal, substitusi klausal, dan substitusi dengan penyebutan

ulang secara definit ; pelesapan (elipsis) yang meliputi pelesapan berupa kata,

pelesapan frasa, dan pelesapan klausa ; perangkaian (konjungsi) yang meliputi

konjungsi sebab-akibat, konjungsi pertentangan, konjungsi konsesif, konjungsi

penambahan (aditif), konjungsi harapan (optatif), konjungsi perlawanan,

konjungsi syarat, konjungsi parafrase, konjungsi cara, konjungsi ketidakserasian,

konjungsi ringkasan dan simpulan, konjungsi misalan atau contoh, konjungsi

tegasan, konjungsi jelasan, konjungsi tujuan, dan konjungsi keragu-raguan. (2)

Aspek-aspek leksikal yang dimanfaatkan untuk membangun keterpaduan wacana

politik pada rubrik opini Kompas adalah sebagai berikut : repetisi (pengulangan)

dibedakan atas repetisi epizeuksis, repetisi anafora, repetisi epistrofa, dan repetisi

mesodiplosis ; sinonimi (padan kata) terdiri atas sinonimi kata dengan kata,

sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya, sinonimi frasa dengan frasa, dan

sinonimi klausa/kalimat dengan klausa/kalimat ; antonimi (lawan kata) meliputi

oposisi mutlak dan oposisi kutub ; kolokasi (sanding kata) ; hiponim (hubungan

atas-bawah) ; dan ekuivalensi.

Indro Febiyanto (2009) dalam skripsinya yang berjudul Aspek Gramatikal

dan Leksikal pada Wacana “Tajuk Rencana” surat kabar Kompas, membahas

aspek gramatikal dan leksikal pada wacana “Tajuk Rencana” surat kabar Kompas.

Selain itu, juga menunjukkan frekuensi tipe aspek gramatikal dan aspek leksikal

yang terdapat pada wacana “Tajuk Rencana” pada surat kabar Kompas.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa wacana “Tajuk Rencana”

Page 32: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pada surat kabar Kompas, terjalin hubungan adanya aspek gramatikal dan aspek

leksikal sehingga makna yang dihasilkan dari perpaduan tersebut dapat dipahami

oleh pembaca. Aspek gramatikal terdiri atas pengacuan (referensi), penyulihan

(substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Aspek leksikal

terdiri atas repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (lawan kata),

dan hiponimi (hubungan atas bawah). Dalam penelitian ini ditunjukkan sejumlah

aspek gramatikal dan leksikal yang menghubungkan kalimat-kalimat dan

sejumlah tabel.

Sigit Kurniawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kohesi

dalam Wacana Rubrik “Pos Pembaca” surat kabar Solopos, mendeskripsikan

penanda-penanda kohesi gramatikal dan leksikal dalam wacana rubrik “Pos

Pembaca” surat kabar Solopos, serta mendeskripsikan ciri khusus wacana rubrik

“Pos Pembaca” surat kabar Solopos yang dilihat dari penanda kohesi. Hasil

analisis datanya menyimpulkan bahwa penanda kohesi gramatikal yang berperan

dalam wacana rubrik “Pos Pembaca” surat kabar Solopos adalah referensi

(pengacuan), substitusi (penyulihan), ellipsis (pelesapan), dan konjungsi

(perangkaian), sedangkan yang termasuk penanda kohesi leksikal adalah repetisi

(pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (lawan kata), hiponimi (hubungan

atas bawah), kolokasi (sanding kata), dan ekuivalensi (kesepadanan). Wacana

rubrik “Pos Pembaca” surat kabar Solopos rata-rata terdiri atas 6 sampai 9 kalimat

yang menyusunnya. Kalimat tersebut sering disertai dengan penanda penyulihan

yang menggantikan unsur di depannya. Kalimat yang menyusun wacana juga

disertai penanda pengacuan.

Page 33: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan tersebut di atas berfungsi

sebagai acuan bagi penulis dan digunakan sebagai pembanding penanda wacana

yang berbeda ragamnya. Penelitian yang dilakukan penulis kali ini mempunyai

persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan

tersebut mengenai sumber datanya yakni berasal dari surat kabar Republika.

Persamaan dalam penelitian ini terletak pada penggunaan media massa cetak

berupa wacana tulis.

Berdasarkan penelitian yang telah ada, menunjukkan bahwa penelitian

tentang Kohesi Tekstual dan Kontekstual rubrik “Suarapublika” di surat

kabar Republika belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, penulis merasa tertarik

untuk meneliti wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika dengan

pertimbangan sebagai berikut: (1) Surat kabar Repubika merupakan salah satu

surat kabar nasional, (2) Rubrik “Suarapublika” ini ditulis oleh seseorang (bukan

pihak redaksi), dalam hal ini pembaca selaku pengirim informasi, peristiwa atau

kejadian yang dialami oleh yang bersangkutan sehingga dapat diketahui

masyarakat yang membaca rubrik ini, (3) Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui keutuhan wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.

Selain itu juga mendeskripsikan kontekstual wacana yang meliputi penafsiran

persona, penafsiran lokasional, penafsiran temporal, prinsip analogi, dan inferensi.

Page 34: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

B. Landasan Teori

1. Pengertian Wacana

Para ahli bahasa pada umumnya berpendapat sama tentang wacana dalam

hal satuan bahasa yang terlengkap, tetapi cara penyampaiannya saja yang berbeda.

Menurut Mulyana (2005:1) wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif

paling kompleks dan paling lengkap. Sebagai objek kajian dan penelitian

kebahasaan, wacana dapat ditelusuri dari berbagai segi. Di samping itu, aspek-

aspek yang terkandung di dalamnya menyuguhkan jenis kajian yang sangat

beragam. Wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam

(internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal

kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkenaan dengan hal-hal di luar wacana

itu sendiri. Dalam batasan tersebut, Mulyana (2005:25-26) tidak sekedar

memberikan definisi apa itu wacana, tetapi juga menjelaskan bahwa wacana yang

mengandung aspek-aspek terpadu dan menyatu (kohesif dan koheren). Kedua

unsur tersebut membentuk satu kepaduan dalam suatu struktur yang utuh dan

lengkap.

Sejalan dengan hal tersebut, Abdul Chaer (1994:267) menjelaskan wacana

adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal

merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana dikatakan lengkap

karena di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran, ide yang utuh, yang bisa

dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana

lisan) tanpa keraguan apapun. Wacana dikatakan tertinggi atau terbesar karena

wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan kewacanaan

Page 35: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

(kohesi dan koherensi). Wacana yang memenuhi persyaratan tersebut merupakan

wacana yang benar dan apik.

Harimurti Kridalaksana (2001:23) juga mengemukakan pendapatnya bahwa

wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal merupakan

satuan tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan

utuh (novel, buku, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa

amanat yang lengkap. Henry Guntur Tarigan (1987:27) menyatakan bahwa

wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas

kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan

yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis.

Menurut Fatimah Djajasudarma (1994:2), perbedaan wacana terletak pada

wacana sebagai unsur gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk

karangan yang utuh dengan amanat lengkap dengan koherensi dan kohesi. Pada

dasarnya, wacana yang utuh harus mempertimbangkan dari segi isi (informasi)

yang koheren, sedangkan kohesif dipertimbangkan dari keruntutan unsur

pendukung (bentuk). Selanjutnya Samsuri (1988:1) berpendapat bahwa wacana

ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi

dapat menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulis. Apa pun bentuknya, wacana

mengasumsikan adanya penyapa dan pesapa. Dalam wacana lisan, penyapa adalah

pembicara, sedangkan pesapa adalah pendengar. Dalam wacana tulis, penyapa

adalah penulis sedangkan pesapa adalah pembaca.

Adapun definisi wacana menurut Sumarlam (2003:15) adalah satuan bahasa

terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, kotbah, dan

dialog, ataupun secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen

Page 36: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

tertulis yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif,

saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren

terpadu.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3), wacana mempunyai

pengertian sebagai berikut :

a) Komunikasi verbal ; percakapan

b) Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan

c) Satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan

atau laporan utuh seperti novel, buku, artikel, pidato atau khotbah

d) Kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis ; kemampuan

atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat.

e) Pertukaran ide secara verbal (Tim Penyusun, 2005:1265).

2. Jenis-jenis Wacana

Menurut Sumarlam (2003:15), wacana diklasifikasikan menjadi berbagai

jenis menurut dasar pengklasifikasiannya. Misalnya berdasarkan bahasa yang

dipakai sebagai sarana mengungkapkannya, media yang digunakan untuk

mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan tujuan pemaparannya.

Adapun klasifikasi jenis-jenis wacana tersebut adalah sebagai berikut :

a) Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana mengungkapkannya,

wacana dapat diklasifikasikan menjadi :

1) Wacana bahasa nasional (Indonesia)

2) Wacana bahasa lokal atau daerah (misalnya: bahasa Jawa)

3) Wacana bahasa Internasional (misalnya: bahasa Inggris)

Page 37: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

4) Wacana bahasa lainnya, seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis,

dan sebagainya.

b) Berdasarkan media yang digunakannya, maka wacana dapat dibedakan

atas :

1) Wacana tulis merupakan wacana yang disampaikan dengan

bahasa tulis melalui media tulis. Untuk dapat menerima atau

memahami wacana tulis, maka sang penerima atau pesapa harus

membacanya. Di dalam wacana tulis terjadi komunikasi secara

tidak langsung antara penulis dan pembaca.

2) Wacana lisan yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa

lisan atau media lisan. Untuk dapat menerima dan memahami

wacana lisan, maka sang penerima atau pesapa harus menyimak

atau mendengarkannya. Di dalam wacana lisan terjadi

komunikasi secara langsung antara pembicara dengan

pendengarnya.

c) Berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya, wacana dapat dibedakan

menjadi wacana monolog dan wacana dialog.

1) Wacana monolog yaitu wacana yang disampaikan oleh seorang

diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara

langsung.

2) Wacana dialog yaitu wacana yang dilakukan oleh dua orang atau

lebih secara langsung.

d) Berdasarkan bentuknya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi :

Page 38: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

1) Wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk

prosa.

2) Wacana puisi yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi.

3) Wacana drama yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk

drama maupun dialog, baik berupa wacana tulis maupun wacana

lisan.

e) Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya, pada umumnya wacana

diklasifikasikan menjadi lima macam antara lain :

1) Wacana narasi atau wacana penceritaan merupakan wacana yang

mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama

atau ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi ini berorientasi

pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis.

2) Wacana deskripsi yaitu wacana yang bertujuan melukiskan,

menggambarkan atau memerikan sesuatu menurut apa adanya.

3) Wacana eksposisi atau wacana pembeberan yaitu wacana yang

tidak mementingkan waktu dan pelaku.

4) Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi ide atau gagasan

yang dilengkapi dengan data-data sebagai bukti yang bertujuan

meyakinkan pembaca akan kebenaran ide atau gagasannya.

5) Wacana persuasi ialah wacana yang isinya bersifat ajakan atau

nasihat, biasanya ringkas dan menarik, serta bertujuan untuk

mempengaruhi secara kuat pada pembaca atau pendengar agar

melakukan nasihat atau ajakan tersebut.

Page 39: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Kohesi Tekstual

Analisis wacana kohesi tekstual adalah wacana yang bertumpu secara

internal pada teks yang dikaji. Menurut Sumarlan (2006:23), analisis kohesi

tekstual meliputi aspek gramatikal dan aspek leksikal.

a. Aspek Gramatikal

Piranti wacana yang biasa digunakan untuk mendukung kepaduan

wacana dari segi aspek gramatikal meliputi pengacuan (reference),

penyulihan (substitusion), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian

(conjunction).

1) Pengacuan (reference)

Pengacuan (reference) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal

yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual

yang lain yang mendahuluinya atau mengikutinya. Jenis pengacuan

dalam aspek gramatikal, diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu

pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan

komparatif.

a) Pengacuan Persona

Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona

(kata ganti orang) yang meliputi persona pertama, persona kedua,

dan persona ketiga, baik itu tunggal maupun jamak. Dapat berupa

bentuk bebas (morfem bebas) dan ada pula yang terikat (morfem

terikat). Yang berupa terikat, ada yang melekat disebelah kiri atau

lekat kiri, dan ada yang melekat sebelah kanan atau lekat kanan.

Page 40: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Berikut ini salah satu contoh pengacuan persona :

”Pak RT, saya terpaksa minta berhenti”, kata Basuki bendaharakuyang pandai mencari uang itu.

(Sumarlam, dkk., 2003:24)

Tuturan di atas terdapat pronomina persona I tunggal bebas saya

mengacu pada unsur lain yang berada di dalam tuturan yang disebutkan

kemudian, yaitu Basuki (orang yang menuturkan tuturan itu). Dengan

ciri-ciri yang disebutkan tadi, maka saya merupakan jenis kohesi

gramatikal pengacuan endofora (karena acuannya berada di dalam teks),

yang bersifat kataforis (karena acuannya disebutkan kemudian atau

antesedennya berada di sebelah kanan) melalui satuan lingual berupa

pronomina persona I tunggal bentuk bebas. Sementara itu, -ku pada

bendaharaku pada tuturan yang sama mengacu pada Pak RT yang telah

disebutkan terdahulu atau yang antesedennya berada di sebelah kiri.

Satuan lingual –ku merupakan pronomina persona I tunggal bentuk

terikat lekat kanan. Dengan ciri-ciri semacam itu, maka –ku adalah jenis

kohesi gramatikal pengacuan endofora yang anaforis melalui pronomina

persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan.

Page 41: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Tabel 1

Pengacuan Persona

PENGACUAN PERSONA

I II III

Tunggal Jamak Tunggal Jamak Tunggal Jamak

aku,

saya,

hamba,

gue/gua,

ane/ane

kami,

kami

semua,kita

kamu,

anda,

anta/ente

kamu semua,

kalian,

kalian semua

ia,

dia,

beliau

mereka,

mereka semua

terikat lekatkiri :ku-

terikat lekat kanan :-ku

terikatlekatkiri : kau-

terikatlekatkanan :-mu

terikatlekatkiri : di-

terikatlekatkanan : -nya

(Sumarlam, dkk., 2003:25)

b) Pengacuan Demonstratif

Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan

menjadi pronomina demonstratif waktu dan pronomina demonstratif

tempat. Contohnya berikut ini :

Setiap malam, kurang lebih jam dua malam, ibuku selalu melakukan shalat tahajud, memohon kepada Allah agar saya segera lulus dan mendapatkan pekerjaan.

(Sumarlam, dkk., 2003:26)

Page 42: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Pada tuturan di atas, satuan lingual setiap malam merupakan

pengacuan waktu netral karena tidak menunjuk pada waktu lampau saja,

waktu kini saja, atau waktu yang akan datang saja, melainkan menunjuk

waktu setiap malam kurang lebih jam dua malam pada setiap malam.

Tabel 2

Demonstratif (Penunjukan)

PENGACUAN PERSONA

Waktu Tempat

kini :kini, sekarang, saat ini

dekat dengan penutur :sini, ini

kemarin :Kemarin, dulu, ...yang lalu

agak dekat dengan penutur :situ, itu

y.a.d :besok, ..depan, ..yang akan datang

jauh dengan penutur :sana

netral :pagi, siang, sore, pukul 12.00

menunjuk secara eksplisit :Sala, Yogya

(Sumarlam, dkk., 2003:26)c) Pengacuan Komparatif

Pengacuan komparatif (perbandingan) merupakan salah satu jenis

kohesi gramatikal yang membandingkan dua hal atau lebih yang

mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk atau wujud, sikap,

sifat, watak, perilaku, dan lain-lain. Kata-kata yang biasanya digunakan

untuk membandingkan, antara lain : bagai, bagaikan, seperti, laksana,

tidak berbeda dengan, persis seperti, sama dengan. Contohnya berikut

ini:

Tidak berbeda dengan ibunya, Nita itu orangnya cantik, ramah, dan lemah lembut.

(Sumarlam, dkk., 2003:28)

Page 43: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Pada tuturan di atas, satuan lingual tidak berbeda dengan merupakan

pengacuan komparatif yang berfungsi membandingkan antara

kecantikan, keramahan, dan kelembutan Nita dengan ciri-ciri atau sifat-

sifat yang sama yang dimiliki oleh ibunya.

Pengacuan berdasarkan tempatnya, dibedakan menjadi dua jenis

yakni pengacuan endofora atau acuannya terdapat di dalam teks wacana

dan pengacuan eksofora atau acuannya terdapat di luar teks wacana.

Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuannya dibedakan lagi

menjadi dua, yaitu pengacuan anaforis dan pengacuan kataforis.

2) Penyulihan (substitusion)

Penyulihan (substitusion) adalah salah satu kohesi gramatikal yang

berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang

lain. Dilihat dari segi satuan lingualnya, substitusi dibedakan menjadi

substitusi nominal (kata benda), verbal (kata kerja), frasal, klausal.

(Sumarlam, dkk., 2003:28)

a) Substitusi Nominal

Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang

berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lain yang

berkategori nomina. Contohnya berikut ini :

Agus sekarang sudah berhasil mendapatkan gelar Sarjana Sastra. Titel kesarjanaan itu akan digunakan untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa melalui sastranya.

(Sumarlam, dkk., 2003:28)

Pada contoh di atas, satuan lingual nomina gelar yang telah

disebutkan sebelumnya digantikan oleh satuan lingual nomina

pula yaitu kata titel yang disebutkan kemudian.

Page 44: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

b) Substitusi Verbal

Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang

berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya

yang juga berkategori verba. Contohnya berikut ini :

Kita kadang berusaha dengan sepenuh hati, padahal kita mau berikhtiar dengan sungguh-sungguh tentu akan menjadi lebih baik hasilnya.

(Sumarlam, dkk., 2003:29)

Pada contoh di atas, tampak adanya penggantian satuan

lingual berkategori verba berusaha digantikan dengan verba

berikhtiar.

c) Substitusi Frasal

Substitusi frasa adalah penggantian satuan lingual tertentu

yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang

berupa frasa. Contohnya berikut ini :

Aku tidak mau meneruskan pertanyaanku, Ibuku juga tidak berbicara. Dua orang sama-sama diam.

(Sumarlam, dkk., 2003:29)

Pada contoh di atas, kata aku pada kalimat pertama dan

ibuku pada kalimat kedua disubstitusi dengan frasa dua orang

pada kalimat ketiga.

d) Substitusi Klausal

Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual

tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual

lainnya yang berupa kata atau frasa. Contohnya berikut ini :

S : ”Jika perubahan yang dialami Anang tidak bisa diterima dengan baik oleh orang-orang sekitarnya, mungkin hal itu

Page 45: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

disebabkan oleh kenyataan bahwa orang-orang itu banyak yang tidak sukses seperti Anang”.

T : Tampaknya memang begitu”.(Sumarlam, dkk., 2003:30)

Pada percakapan di atas, terdapat substitusi klausal yaitu

tuturan yang berupa satuan lingual klausa atau kalimat itu

disubstitusi oleh satuan lingual lain pada tuturan T yang berupa

begitu. Atau sebaliknya, kata begitu pada tuturan T

menggantikan klausa atau kalimat pada tuturan S.

Setelah dicermati contoh-contoh kohesi gramatikal melalui

penyulihan atau substitusi, baik nominal, verbal, frasal maupun klausal,

maka substitusi tersebut saling mendukung kepaduan wacana juga

mempunyai fungsi lain yang sangat penting. Dalam hal ini, penggantian

satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana itu

berfungsi untuk (1) menghadirkan variasi bentuk, (2) menciptakan

dinamisasi narasi, (3) menghilangkan kemonotonan, dan (4) memperoleh

unsur pembeda (Sumarlam, dkk., 2003:30).

3) Pelesapan (ellipsis)

Pelesapan (ellipsis) adalah salah satu kohesi gramatikal yang

berupa penghilangan unsur tertentu yang telah disebutkan. Unsur yang

dilesapkan bisa berupa kata, frase, klausa atau kalimat. Adapun fungsi

pelesapan dalam wacana antara lain ialah untuk (1) menghasilkan

kalimat yang efektif (untuk efektifitas kalimat), (2) efisiensi yaitu untuk

mencapai nilai ekonomis dalam pemakaian bahasa, (3) mencapai aspek

kepaduan wacana, (4) bagi pembaca atau pendengar berfungsi untuk

mengaktifkan pikirannya terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam

Page 46: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

satuan bahasa, dan (5) untuk kepraktisan berbahasa terutama dalam

berkomunikasi secara lisan.

Contohnya berikut ini :

Joko : Saya pernah melihat ada kambing berkepala kera di Ginza dekat Matahari Singosaren.

Galih : Saya juga pernah.(Sumarlam, dkk., 2003:31)

Pada tuturan di atas terdapat pelesapan. Satuan lingual yang

dilesapkan berupa klausa yang terdiri atas predikat (melihat), objek

(kambing berkepala kera), dan keterangan tempat (di Ginza dekat

Matahari Singosaren. Dalam hal ini, demi keefektifan kalimat,

kepraktisan, dan efisien bahasa serta mengaktifkan pemikiran mitra

bicara terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam tuturan, maka

perlu dilakukan pelesapan (dalam hal ini pelesapan klausa terjadi pada

tuturan Galih).

4) Perangkaian (conjunction)

Perangkaian (conjunction) adalah salah satu jenis kohesi

gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu

dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkai bisa

berwujud kata, frase, klausa, kalimat, alinea, dan pembicaraan.

Makna perangkaian beserta konjungsi dapat dikemukakan di sini

antara lain :

(1) sebab-akibat : sebab, karena, maka, makanya

(2) pertentangan : tetapi, namun

(3) kelebihan (eksesif) : malah

(4) perkecualian (ekseptif) : kecuali

Page 47: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

(5) konsesif : walaupun, meskipun

(6) tujuan : agar, supaya

(7) penambahan (aditif) : dan, juga, serta

(8) pilihan (alternatif) : atau, apa

(9) harapan (optatif) : moga-moga, semoga

(10) urutan (sekuensial) : lalu, terus, kemudian

(11) perlawanan : sebaliknya

(12) waktu : setelah, sesudah, usai, selesai

(13) syarat : apabila, jika (demikian)

(14) cara : dengan (cara) begitu

(15) makna lainnya : (yang ditemukan dalam tuturan)

Contoh penggunaan konjungsi terdapat dalam tuturan di bawah ini :

Peristiwa kerusuhan dan pembakaran gedung-gedung di Solo waktu itu sangat meresahkan masyarakat Solo. Semoga saja dengan peristiwa tersebut masyarakat Solo dapat lebih mawas diri.

(Sumarlam, dkk., 2003:33)

Konjungsi semoga pada contoh di atas menyatakan makna

harapan, yaitu dengan terjadinya peristiwa kerusuhan dan pembakaran

gedung-gedung di Solo yang sangat meresahkan masyarakat itu, mudah-

mudahan menjadikan masyarakat Solo mau berintrospeksi (mawas diri).

b. Aspek Leksikal

Kepaduan wacana selain didukung oleh aspek gramatikal atau kohesi

gramatikal juga didukung oleh aspek leksikal atau kohesi leksikal. Kohesi

leksikal ialah hubungan antar unsur dalam wacana secara semantis. Dalam

hal ini, untuk menghasilkan wacana yang padu pembicara atau penulis dapat

menempuhnya dengan cara memilih kata-kata yang sesuai dengan isi

Page 48: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

kewacanaan yang dimaksud. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar

aspek leksikal dengan pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan

makna atau relasi semantik antara satuan lingual yang satu dengan satuan

lingual yang lain dalam wacana (Sumarlam, dkk., 2003:35)

Aspek leksikal dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu :

1) Repetisi (pengulangan)

Repetisi (pengulangan) adalah pengulangan satuan lingual berupa

bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk

memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi dibedakan

menjadi delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anafora,

epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.

a) Repetisi Epizeuksis

Repetisi epizeuksis ialah pengulangan satuan lingual

(kata/frasa) yang dipentingkan beberapa kali secara berturut

turut. Contohnya berikut ini :

Sebagai orang beriman, berdoalah selagi ada kesempatan, selagi diberi kesehatan, dan selagi diberi umur panjang. Berdoa wajib bagi manusia. Berdoa selagi kita sehat tentu lebih baik daripada berdoa selagi kita butuh. Mari kita berdoa bersama-sama selagi Allah mencintai umat-Nya.

(Sumarlam, dkk., 2003:36)

Pada tuturan di atas, kata selagi diulang beberapa kali

secara berturut-turut untuk menekankan pentingnya kata tersebut

dalam konteks tuturan itu.

b) Repetisi Tautotes

Page 49: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Repetisi tautotes ialah pengulangan satuan lingual

(kata/frasa) beberapa kali dalam sebuah konstruksi. Contohnya

berikut ini :

Aku dan dia terpaksa harus tinggal berjauhan, tetapi aku sangat mempercayai dia, dia pun sangat mempercayai aku. Aku dan dia saling mempercayai.

(Sumarlam, dkk., 2003:36)

Pada contoh di atas, kata mempercayai diulang tiga kali

dalam sebuah konstruksi.

c) Repetisi Anafora

Repetisi anafora ialah pengulangan satuan lingual berupa

kata atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.

Pengulangan pada tiap baris biasanya terjadi dalam puisi,

sedangkan pengulangan pada tiap kalimat terdapat dalam prosa.

Contohnya berikut ini :

Bukan nafsu,Bukan wajahmu,Bukan kakimu,Bukan tubuhmu,Aku mencintaimu karena hatimu.

(Sumarlam, dkk., 2003:36)

Pada penggalan puisi di atas terjadi repetisi anafora berupa

pengulangan kata bukan pada baris pertama sampai dengan

keempat. Repetisi semacam itu dimanfaatkan penulis puisi untuk

menyampaikan maksud bahwa aku (tokoh pertama pada puisi

itu) mencintai seseorang benar-benar karena hatinya, bukan

sekadar karena nafsu, bukan karena wajah, bukan karena kaki,

dan bukan karena tubuhnya.

Page 50: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

d) Repetisi Epistrofa

Repetisi epistrofa ialah pengulangan satuan lingual kata

atau frasa pada akhir baris (dalam puisi) atau akhir kalimat

(dalam prosa) secara berturut-turut. Contohnya berikut ini :

Bumi yang kudiami, laut yang kulayari, adalah puisi.Udara yang kauhirup, air yang kauteguki, adalah puisi.Kebun yang kautanami, bukit yang kau gunduli, adalah puisi.Gubug yang kauratapi, gedung yang kautinggali, adalah puisi.

(Gorys Keraf dalam Sumarlam, 2003:37)

Pada contoh puisi di atas, satuan lingual adalah puisi

diulang empat kali pada tiap baris secara berturut-turut.

e) Repetisi Simploke

Repetisi simploke ialah pengulangan satuan lingual pada

awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.

Contohnya berikut ini :

Kamu bilang hidup ini brengsek. Biarin.Kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Biarin.Kamu bilang nggak punya kepribadian. Biarin.Kamu bilang nggak punya pengertian. Biarin.

(Gorys Keraf dalam Sumarlam, 2003:37)

Pada bait puisi tersebut terdapat pengulangan satuan lingual

”kamu bilang hidup ini” pada baris pertama dan kedua, dan

satuan lingual ”kamu bilang nggak punya” pada baris ketiga

dan keempat, masing-masing terdapat pada awal baris.

Sementara itu, satuan lingual yang berupa kata ”biarin” diulang

empat kali pada tiap akhir baris pertama sampai dengan

keempat.

Page 51: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

f) Repetisi Mesodiplosis

Repetisi mesodiplosis ialah pengulangan satuan lingual di

tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.

Contohnya berikut ini :

Pegawai kecil jangan mencuri kertas karbon.Babu-babu jangan mencuri tulang-tulang ayam goreng.Para pembesar jangan mencuri bensin.Para gadis jangan mencuri perawannya sendiri

(Gorrys Keraf dalam Sumarlam, 2003:37)

Pada bait tiap puisi di atas, terdapat pengulangan satuan

lingual ”jangan mencuri” yang terletak di tengah-tengah baris

secara berturut-turut. Pengulangan seperti itu oleh penulisnya

dimaksudkan untuk menekankan makna satuan lingual yang

diulang, yaitu ’larangan mencuri’ karena perbuatan mencuri

adalah perbuatan yang tidak terpuji bagi siapa pun, baik bagi

pegawai kecil, pembantu rumah tangga, para pejabat, dan yang

lainnya.

g) Repetisi Epanalepsis

Repetisi epanalepsis ialah pengulangan satuan lingual yang

kata atau frasa terakhir dari baris atau kalimat itu merupakan

pengulangan kata atau frasa pertama. Contohnya berikut ini :

Minta maaflah kepadanya sebelum dia datang meminta maaf.Kamu mengalah bukan berarti dia mengalahkan kamu.Berbuat baiklah kepada semua selagi bisa berbuat baik.

(Sumarlam, dkk., 2003:38)

Pada tuturan di atas, terdapat repetisi epanalepsis yaitu frasa

meminta maaf pada akhir baris merupakan pengulangan frasa

yang sama pada awal baris pertama. Kata kamu pada akhir baris

Page 52: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

merupakan pengulangan kata yang sama pada awal baris kedua.

Selanjutnya, frasa berbuat baik pada akhir baris merupakan

pengulangan frasa yang sama pada awal baris ketiga.

Pengulangan seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya

makna satuan lingual yang diulang, yaitu meminta maaf, kamu,

dan berbuat baik.

i) Repetisi Anadiplosis

Repetisi anadiplosis ialah pengulangan kata atau frasa

terakhir dari baris atau kalimat itu menjadi kata atau frasa

pertama pada baris atau kalimat berikutnya. Contohnya berikut

ini :

dalam hidup ada tujuantujuan dicapai dengan usahausaha disertai doadoa berarti harapanharapan adalah perjuanganperjuangan adalah pengorbanan

(Sumarlam, dkk., 2003:38)

Pada puisi di atas, kata tujuan pada akhir baris pertama

menjadi kata pertama pada baris kedua, kata usaha pada akhir

baris kedua menjadi kata pertama pada baris ketiga, kata doa

pada akhir baris ketiga menjadi kata pertama pada baris

keempat, kata harapan pada akhir baris keempat menjadi kata

pertama pada baris kelima, dan kata perjuangan pada akhir baris

kelima menjadi kata pertama pada baris terakhir (baris keenam)

dari puisi itu.

2) Sinonimi (padan kata)

Page 53: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung

kepaduan wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang

sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain

dalam wacana (Sumarlam, dkk., 2003:39).

Berdasarkan wujud satuan lingualnya, dibedakan menjadi lima

macam, yaitu (1) sinonimi morfem bebas dengan morfem terikat, (2)

sinonimi kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4)

frase-frase, (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat (Sumarlam, dkk.,

2003:39). Contonya berikut ini :

1) Sinonimi antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat)

a. Aku mohon kau mengerti perasaanku.b. Kamu boleh bermain sesuka hatimu.c. Dia terus berusaha mencari jatidirinya

(Sumarlam, dkk., 2003:39)

Pada contoh di atas, morfem (bebas) aku (a) kamu (b), dan

dia (c), masing-masing bersinonim dengan morfem (terikat)

–ku, –mu, dan -nya.

2) Sinonimi kata dengan kata

Meskipun capeg, saya sudah terima bayaran. Setahun menerima gaji 80% SK pegnegku keluar. Gajiku naik.

(Sumarlam, dkk., 2003:39)

Pada tuturan di atas, kepaduan wacana tersebut antara lain

didukung oleh aspek leksikal yang berupa sinonimi antara kata

bayaran pada kalimat pertama dengan kata gaji pada kalimat

kedua dan ketiga. Kedua kata tersebut maknanya sepadan.

3) Sinonimi kata dengan frasa

Page 54: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Kota itu semalam dilanda hujan dan badai. Akibat adanya musibah itu banyak gedung yang runtuh, rumah-rumah penduduk roboh, dan pohon-pohon pun tumbang disapu badai.

(Sumarlam, dkk., 2003:39)

Kepaduan wacana di atas, didukung oleh aspek leksikal

yang berupa sinonim antara frasa hujan dan badai pada kalimat

pertama dengan kata musibah pada kalimat berikutnya. Selain

itu, kepaduannya juga didukung adanya pemakaian kata musibah

itu dengan realisasi peristiwa yang digambarkan sebagai rincian

melalui ungkapan gedung yang runtuh, rumah-rumah penduduk

yang roboh, dan pohon-pohon pun tumbang pada kalimat kedua.

4) Sinonimi frasa dengan frasa

Tina adalah sosok wanita yang pandai bergaul. Betapa tidak baru dua hari pindah ke sini, dia sudah bisa beradaptasi dengan baik.

(Sumarlam, dkk., 2003:40)

Keterpaduan wacana di atas, didukung oleh aspek leksikal

sinonim antara frasa pandai bergaul pada kalimat pertama

dengan frasa beradaptasi dengan baik pada kalimat ketiga.

Kedua ungkapan itu mempunyai makna yang sepadan.

5) Sinonimi klausa atau kalimat dengan klausa atau kalimat

Gunakan landasan teori yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan itu pun juga harus akurat.

(Sumarlam, dkk., 2003:40)

Klausa memecahkan masalah tersebut pada kalimat

pertama bersinonim dengan klausa menyelesaikan persoalan itu

pada kalimat kedua. Kedua klausa yang bermakna sepadan itu

Page 55: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

mendukung kepaduan wacana baik secara leksikal maupun

semantis.

3) Antonimi (lawan kata)

Antonimi adalah satuan lingual yang maknanya berlawanan atau

beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga

oposisi makna. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan

menjadi lima macam, yakni oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi

hubungan, oposisisi hirarkial, dan oposisi majemuk (Sumarlam, dkk.,

2003:40)

a) Oposisi mutlak

Oposisi mutlak adalah pertentangan makna secara mutlak.

Contohnya berikut ini :

Hidup dan matinya perusahaan tergantung dari usaha kita. Jangan hanya diam menunggu kehancuran, mari kita mencoba bergerak dengan cara yang lain.

(Sumarlam, dkk., 2003:41)

Pada contoh di atas, terdapat oposisi mutlak antara kata

hidup dan mati pada kalimat pertama, dan kata diam dan

bergerak pada kalimat kedua.

b) Oposisi kutub

Oposisi kutub adalah oposisi makna yang tidak bersifat

mutlak, tetapi bersifat gradasi. Artinya, terdapat tingkatan

makna pada kata-kata tersebut. Contohnya berikut ini :

kaya >< miskinbesar >< kecilpanjang >< pendeklebar >< sempitsenang >< susah

Page 56: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Pemakaian kata-kata tersebut dapat diamati pada tuturan

berikut :

Memasuki era globalisasi sekarang ini, meningkatkan kualitas sumber daya manusia sangatlah penting. Semua warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran, baik itu orang kaya maupun orang miskin. Semua mempunyai hak yang sama untuk mengenyam pendidikan.

(Sumarlam, dkk., 2003:41)

Pada wacana di atas, terdapat oposisi kutub antara kata

kaya dan kata miskin pada kalimat yang kedua. Kedua kata

tersebut dikatakan beroposisi kutub sebab terdapat gradasi di

antara oposisi keduanya. Adanya realitas sangat kaya, kaya,

agak kaya, agak miskin, miskin, sangat miskin bagi kehidupan

orang di dunia ini.

c) Oposisi hubungan

Oposisi hubungan adalah oposisi makna yang bersifat

saling melengkapi. Oposisi ini bersifat saling melengkapi, maka

kata yang satu dimungkinkan ada kehadirannya karena

kehadiran kata yang lain menjadi oposisinya, atau kehadiran kata

yang satu disebabkan oleh adanya kata yang lain. Contohnya

berikut ini :

bapak >< ibuguru >< muriddosen >< mahasiswadokter >< pasienjual >< beli

(Sumarlam, dkk., 2003:42)

Pemakaian kata-kata tersebut dapat diamati pada tuturan

berikut :

Page 57: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Ibu Rini adalah seorang guru yang cantik dan cerdas. Selain itu, beliau juga pandai dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas, sehingga murid senang padanya.

(Sumarlam, dkk., 2003:42)

Pada tuturan di atas terdapat oposisi hubungan antara guru

pada kalimat pertama dengan murid pada kalimat kedua. Guru

sebagai realitas dimungkinkan ada karena kehadirannya

dilengkapi oleh murid.

d) Oposisi hirarkial

Oposisi hirarkial adalah oposisi makna yang menyatakan

deret jenjang atau tingkatan. Satuan lingual yang beroposisi

hirarkial pada umumnya kata-kata yang menunjuk pada nama-

nama satuan ukuran (panjang, berat, isi), nama satuan hitungan,

penanggalan, dan sejenisnya.

Contohnya berikut ini :

Milimeter >< sentimeter >< meter >< meter >< kilometerKilogram >< kuintal >< tonDetik >< menit >< jam >< hari >< minggu >< bulanSD >< SLTP >< SMU >< PT

Pemakaian kata-kata tersebut dapat diamati pada tuturan

berikut :

Ketika di TK, Silvy adalah anak yang periang, pemberani, dan cerdas, sehingga setelah masuk SD dia menjadi bintang kelas. Hal itu terus berlangsung hingga dia masuk di SLTP. Namun, setelah dia masuk di SMU sifatnya yang periang itu hilang semenjak ayah dan ibunya bercerai. Akhirnya ia pun terpaksa tidak bisa melanjutkan kuliah di PT karena ibunya tidak mampu membiayai lagi.

(Sumarlam, dkk., 2003:42)

Pada contoh di atas, ditemukan oposisi hirarkial antara TK,

SD, SLTP, SMU, dan PT, yang menggambarkan realitas jenjang

Page 58: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

atau tingkat pendidikan dari yang paling rendah TK sampai yang

paling tinggi PT.

e) Oposisi majemuk

Oposisi majemuk adalah oposisi makna yang terjadi pada

beberapa kata (lebih dari dua). Perbedaan antara oposisi

majemuk dengan oposisi kutub terletak pada ada tidaknya

gradasi yang dibuktikan dengan dimungkinkannya bersanding

dengan kata agak, lebih, dan sangat pada oposisi kutub, dan

tidak pada oposisi majemuk. Adapun perbedaannya dengan

oposisi hirarkial, pada oposisi hirarkial terdapat makna yang

menyatakan jenjang atau tingkatan yang secara realitas tingkatan

yang lebih tinggi atau lebih besar selalu mengasumsikan adanya

tingkatan yang lebih rendah atau lebih kecil.

Berdiri >< jongkok >< duduk >< berbaringDiam >< berbicara >< bergerak >< bertindakBerlari >< berjalan >< melangkah >< berhenti

Pemakaian kata-kata tersebut dapat diamati pada tuturan berikut:

Adi berlari karena takut dimarahi ibunya. Setelah agak jauh dari ibunya, ia berjalan menuju rumah temannya. Sampai di rumah itu lalu ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Mendadak ia berhenti dan terkejut karena ternyata yang tampak di depan matanya Adi adalah ibunya sendiri.

(Sumarlam, dkk., 2003:44)

4) Kolokasi (sanding kata)

Kolokasi (sanding kata) adalah asosiasi tertentu dalam

menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara

berdampingan.

Berikut ini contoh pemakaian kata-kata yang berkolokasi :

Page 59: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Waktu aku masih kecil, ayah sering mengajakku ke sawah. Ayah adalah seorang petani yang sukses. Dengan lahan yang luas dan bibit padi yang berkualitas serta didukung sistem pengolahan yang sempurna maka panen pun melimpah. Dari hasil panen itu pula keluarga ayahkumampu bertahan hidup secara layak.

(Sumarlam, dkk., 2003:44)

Pada contoh di atas tampak pemakaian kata-kata sawah, petani,

lahan, bibit padi, sistem pengolahan, dan hasil panen, yang saling

berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana. Kata-kata tersebut sering

dipakai dalam jaringan pertanian.

5) Hiponimi (hubungan atas-bawah)

Hiponimi (hubungan atas-bawah) adalah alat kohesi leksikal yang

makna kata-katanya merupakan bagian dari makna kata yang lain. Kata

yang mencakupi beberapa kata yang berhiponim disebut hipernim atau

superordinat. Contoh penggunaan hiponimi dapat diperhatikan pada

penggalan wacana berikut ini :

Binatang melata termasuk kategori hewan reptil. Reptil yang hidup di darat dan di air ialah katak dan ular. Cicak adalah reptil yang bisa merayap di dinding. Adapun jenis reptil yang hidup di semak-semak dan rumput adalah kadal. Sementara itu, reptil yang dapat berubah warna sesuai dengan lingkungannya yaitu bunglon.

(Sumarlam, dkk., 2003:45)

Pada contoh di atas yang merupakan hipernim atau

superordinatnya adalah binatang melata atau yang disebut reptil.

Sementara itu, binatang-binatang yang merupakan golongan reptil

sebagai hiponimnya adalah katak, ular, cicak, kadal, dan bunglon.

Hubungan antarunsur bawahan atau antarkata yang menjadi anggota

hiponim itu disebut kohiponim. Fungsi hiponim adalah untuk mengikat

hubungan antarunsur atau antarsatuan lingual dalam wacana secara

Page 60: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

semantis terutama untuk menjalin hubungan makna atas dan bawahan,

atau antara unsur yang mencakupi dan unsur yang dicakupi.

6) Ekuivalensi (kesepadanan bentuk)

Ekuivalensi (kesepadanan bentuk) adalah hubungan kesepadanan

antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam

sebuah paradigma.

Berikut ini contohnya :

Fatimah rajin sekali membaca buku. Baik buku pelajaran maupun buku bacaan lainnya. Ia mempunyai perpustakaan kecil di rumahnya. Hampir semua buku yang dikoleksi sudah dibaca. Fatimah bercita-cita ingin menjadi pembaca berita di televisi agar semua orang mengenalnya.

(Sumarlam, dkk., 2003:45)

Dari contoh di atas ditemukan ekuivalensi atau kesepadanan pada

satuan lingual membaca (menunjukkan prefiks) dan bacaan

(menunjukkan sufiks). Prefiks merupakan peristiwa melekatnya afiks

yang terjadi pada awal pada kata dasarnya, sedangkan sufiks merupakan

peristiwa melekatnya afiks yang terjadi pada akhir pada kata dasarnya.

Satuan lingual membaca, bacaan, dibaca, dan pembaca, dibentuk dari

dari kata dasar baca.

4. Kontekstual Wacana

Analisis wacana kontekstual wacana ialah analisis wacana dengan bertumpu

pada teks yang dikaji berdasarkan konteks eksternal yang melingkupinya, baik

konteks situasi maupun konteks kultural.

Menurut Sumarlam (2006:31), pemahaman konteks situasi dan kultural

dalam wacana dapat dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai prinsip

penafsiran dan prinsip analogi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah prinsip

Page 61: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, prinsip temporal, dan prinsip

analogi. Di samping pemahaman mengenai konteks, inferensi juga merupakan

proses yang sangat penting dalam memahami wacana. Sumarlam (2003:51)

mengemukakan bahwa inferensi adalah proses yang harus dilakukan oleh

komunikan (pembaca/pendengar/mitra tutur) untuk memahami makna yang secara

harfiah tidak terdapat dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator

(pembicara/penulis/penutur). Proses pemahaman seperti itu tidak dapat dilakukan

melalui pemahaman makna secara harfiah saja, melainkan harus didasari pula oleh

pemahaman makna berdasarkan konteks sosial dan budaya. Dengan kata lain,

pemahaman konteks wacana (baik internal maupun eksternal) merupakan dasar

inferensi (pengambilan kesimpulan).

a. Prinsip Penafsiran Personal

Prinsip ini berkaitan dengan siapa yang menjadi partisipan di dalam

suatu wacana. Dalam hal ini, siapa penutur dan siapa mitra tutur sangat

menentukan makna suatu tuturan. Pelibat wacana biasanya menunjuk pada

orang-orang yang berperan dalam wacana, kedudukannya, jenis hubungan

perannya, ciri fisik dan non-fisik, serta emosi penutur dan mitra tutur.

Contohnya di bawah ini :

”Aku bisa bikin nasi goreng sendiri”(Sumarlam, dkk., 2003:48)

Siapakah yang menjadi kunci pokok bagi pendengar/pembaca untuk

memahami makna dan dampak dari tuturan tersebut. Apabila penuturnya

adalah seorang anak berumur 5 tahun, maka tentu makna tuturan itu menjadi

luar biasa bagi pendengarnya. Seorang anak yang berusia 5 tahun dan sudah

dapat membuat nasi goreng sendiri tanpa bantuan ibunya merupakan prestasi

Page 62: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

yang luar biasa bagi pelakunya dan sekaligus merupakan berita mengejutkan

bagi mitra tuturnya. Akan tetapi, apabila tuturan yang sama dituturkan oleh

penutur seorang pramuwisma berumur 25 tahun, maka makna dan dampak

dari tuturan itu biasa-biasa saja, sama sekali tidak mengejutkan bagi mitra

tutur dan bukan suatu prestasi yang luar biasa bagi pelakunya sudah menjadi

pekerjaan rutin yang biasa dikerjakan sehari-hari oleh pelakunya.

b. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya

suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka memahami

wacana.

Berikut ini beberapa contohnya :

(1) Di sini murid-murid sudah terbiasa tertib dan disiplin.(2) Di sini Pak Wali selalu memperhatikan keadaan warga kota.(3) Sungai Bengawan Solo menjadi sumber air baik bagi persawahan

maupun bagi penduduk sekitarnya di sini.(4) Pancasila menjadi dasar negara kami di sini.

(Sumarlam, dkk., 2003:49)

Berdasarkan perangkat benda dan realitas yang menjadi konteksnya,

maka ungkapan di sini pada tuturan (1) berarti ’kelas’ atau ’sekolah’

sebagaimana yang disarankan dan didukung oleh kata murid-murid, dan

realita yang diacunya. Frasa Pak Wali dan warga kota menyarankan

pengertian ’di suatu kota’ bagi ungkapan di sini pada tuturan (2). Perangkat

sungai, sumber air, persawahan, dan penduduk sekitarnya menyarankan

pengertian ’daerah aliran sungai (Bengawan Solo)’ bagi ungkapan di sini

pada tuturan (3). Sementara itu, pada tuturan (4), ungkapan di sini haruslah

ditafsirkan ’Indonesia’ karena di dukung oleh konteks Pancasila dan dasar

Page 63: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

negara, sebab realitas menunjukkan bahwa negara yang berdasarkan

Pancasila adalah Negara Republik Indonesia.

c. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip Penafsiran Temporal berkaitan dengan pemahaman mengenai

waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama waktu

terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).

Berikut ini beberapa contohnya :

(!) Marilah sekarang bersama-sama kita teriakkan pekik kemerdekaan tiga kali : ”Merdeka! Merdeka! Merdeka!”

(2) Marilah kita sekarang makan dulu!(3) Sekarang ini sudah mulai banyak tugas. Hampir tiap dosen

memberi tugas.(4) Sekarang saya sedang kuliah S-1 di sebuah perguruan tinggi

swasta di Jakarta.(5) Pada zaman modern seperti sekarang ini, barang-barang yang

dulu dianggap istimewa sudah menjadi biasa.(Sumarlam, dkk., 2003:49-50)

Pemahaman makna dan acuan waktu (kapan atau berapa lama)

terhadap kata sekarang pada tuturan (1) sampai (5) berbeda-beda tergantung

konteks yang menyertainya. Pada tuturan (1), acuan atau rentetan waktu

sekarang sangat singkat, hanya beberapa detik saja. Pada tuturan (2),

sekarang mengacu pada rentetan waktu kira-kira seperempat hingga

setengah jam, yaitu lebih kurang setara dengan lama waktu yang diperlukan

untuk makan bersama. Kata sekarang pada tuturan (3) mengacu pada

rentetan waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas (terstruktur)

dari tiap dosen. Kata sekarang pada tuturan (4) dapat ditafsirkan mengacu

pada rentetan waktu antara empat sampai lima tahun, yaitu rentetan waktu

yang digunakan oleh seorang mahasiswa untuk menyelesaikan program

sarjana (S-1). Sementara itu, kata sekarang pada tuturan (5) dapat mengacu

Page 64: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

pada rentetan waktu bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun sebagaimana

yang disarankan oleh pemakaian ungkapan pada zaman modern.

d. Prinsip Analogi

Samsuri (1988:17) mengatakan bahwa prinsip analogi merupakan

heuristik dasar yang dipakai baik oleh pembicara maupun pendengar untuk

menentukan penafsiran dalam konteks. Dalam menyesuaikan perilaku

seseorang dengan kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat, memerlukan

semacam bimbingan atau pedoman. Bimbingan secara langsung dengan

menggunakan akalnya sendiri. Dalam menyesuaikan perilakunya dalam

masyarakat, manusia dipimpin pula oleh pengalaman-pengalamannya.

Dapat disimpulkan bahwa manusia mempergunakan akalnya didasarkan

atas pengalaman-pengalamannya. Menurut Sumarlam (2003:50), prinsip

analogi digunakan sebagai dasar, baik oleh penutur maupun mitra tutur

untuk memahami makna dan mengidentifikasi maksud dari bagian atau

keseluruhan sebuah wacana.

Contohnya di bawah ini :

(1) Itu merupakan pukulan terpahit bagi Mike Tyson yang pernah dia alami.

(2) Itu merupakan pukulan terpahit bagi Mike Tyson yang pernah dia alami dari sekian banyak promotor yang mensponsorinya.

(Sumarlam, dkk., 2003:50)

Berdasarkan prinsip analogi, kita dapat menginterpretasikan perbedaan

makna kata pukulan dan realitas yang ditunjuk pada kedua tuturan di atas.

Apabila kita kaji makna tuturan dari kata itu sampai dengan kata alami, kita

cenderung menginterpretasikan bagian kalimat (2) itu sama dengan (1).

Akan tetapi, dengan mempertimbangkan tambahan kalimat pada tuturan (2),

Page 65: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

yaitu dari sekian promotor yang mensponsorinya analogi kita berubah dari

pukulan (1) yang berarti ’pukulan fisik’ (dalam arti pertarungan tinju yang

dialami oleh Mike Tyson, berubah menjadi ’bukan pukulan fisik’ pada (2),

melainkan lebih cenderung berarti ’pukulan mental’.

e. Inferensi

Menurut Sumarlam (2003:51) inferensi adalah proses yang harus

dilakukan oleh komunikan (pembaca/pendengar/mitra tutur) untuk

memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang

diungkapkan oleh komunikator (penutur/penulis). Inferensi atau penarikan

simpulan merupakan suatu proses interpretasi yang ditentukan oleh konteks

dan situasi. Dengan adanya inferensi, pembaca dapat mengetahui dan

memahami maksud seorang penulis.

Contohnya seperti di bawah ini:

Tuturan (1) : ”Panas sekali ruangan ini”.(Sumarlam, dkk., 2003:52)

a. Tuturan (1) ”Panas sekali ruangan ini” merupakan konteks linguistik.

b. Konteks fisiknya adalah tuturan itu disampaikan oleh penutur di dalam suatu ruangan, topik yang dibicarakan kondisi ruangan yang panas.

c. Konteks epistemisnya ialah penutur dan mitra tutur sama-sama memahami bahwa berada di ruangan yang sangat panas ternyata tidak nyaman.

d. Hubungan sosial antara penutur dengan mitra tutur merupakan konteks sosialnya dan diperkirakan status sosial penutur lebih tinggi daripada mitra tutur.

Berdasarkan empat konteks yang menyertai tuturan (1) maka

dimungkinkan ada tiga inferensi, yaitu (i) penutur meminta kepada mitra

tutur untuk menghidupkan AC-nya (apabila realitas menunjukkan bahwa

ruangan itu ber-AC dan AC-nya masih bisa berfungsi) ; (ii) penutur

Page 66: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

meminta agar mitra tutur menghidupkan kipas angin (apabila realitas

menunjukkan bahwa ruangan itu tidak ber-AC, tetapi terdapat kipas angin

dan kipas angin itu dapat difungsikan) ; dan (iii) penutur meminta agar

mitra tutur membukakan jendela-jendela (apabila realitasnya ruangan itu

tidak ber-AC, tidak berkipas angin, tetapi berjendela). Dengan demikian

berdasarkan inferensi-inferensi dan konteks yang mendasarinya maka

tuturan (1) tersebut secara eksplisit dapat dinyatakan :

(1) a. Tolong hidupkan AC-nya! b. Tolong hidupkan kipas anginnya! c. Tolong bukakan jendela-jendelanya!

C. Kerangka Pikir

Hal pertama yang akan diteliti untuk mengetahui aspek keutuhan wacana

unsur “Suarapublika” adalah analisis kohesi tekstual. Analisis terhadap aspek

kohesi tekstual ada dua macam yaitu aspek gramatikal dan aspek leksikal. Ada

empat unsur aspek gramatikal meliputi pengacuan (reference), penyulihan

(substitusion), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjunction), sedangkan

aspek leksikal meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (persamaan kata),

antonimi (lawan kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), kolokasi (sanding kata),

ekuivalensi (kesepadanan). Selain menganalisis kohesi tekstual yang terdiri dari

aspek gramatikal dan aspek leksikal, penelitian ini juga menganalisis mengenai

kontekstual wacana yang meliputi prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran

lokasional, prinsip temporal, prinsip analogi, dan inferensi. Dari kedua langkah

yang digunakan untuk menganalisis wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat

kabar Republika tersebut, maka tercipta pemahaman pembaca.

Page 67: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Bagan 1

Kerangka Pikir Wacana Rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika

Pemahaman Pembaca

Wacana Rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika

Analisis Kohesi Tekstual Analisis Kontekstual

Aspek Gramatikal

Aspek Leksikal

1. Prinsip penafsiran personal

2. Prinsip penafsiran lokasional

3. Prinsip temporal4. Prinsip analogi5. Inferensi

Page 68: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis

wacana. Penelitian deskriptif adalah memerikan gejala lingual secara cermat dan

teliti berdasarkan pada fakta kebahasaan, sedangkan penelitian kualitatif artinya

semua data-data yang disediakan berupa kata-kata saja dan bukan data yang

berbentuk angka. Jadi, penelitian deskriptif kualitatif adalah mendeskripsikan dan

menjelaskan fenomena yang muncul tanpa memakai hipotesis dan hasil penelitian

akan berupa kata-kata, bukan angka. Penelitian kualitatif berusaha memahami

makna dari fenomena-fenomena dan kaitannya dengan orang-orang atau

masyarakat yang diteliti dalam konteks kehidupan dalam situasi sebenarnya (Edi

Subroto, 1992: 5-6).

Penulis menguraikan hal-hal di atas dengan menempuh enam tahap upaya

strategis. Enam tahap upaya strategis yang dimaksud, yaitu (1) pengumpulan data,

(2) klasifikasi data, (3) analisis kohesi gramatikal, (4) analisis kohesi leksikal, (5)

analisis kontekstual, dan (6) menyimpulkan hasil analisis data.

B. Data dan Sumber Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam (dalam arti

luas) yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai

dengan permasalahan yang diteliti (Sudaryanto, 1993:3). Data dalam penelitian ini

berupa kata-kata, kalimat-kalimat, ataupun paragraf yang di dalamnya

mengandung penanda kohesi tekstual (gramatikal dan leksikal) dan kontekstual.

49

Page 69: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Data ini berbentuk tertulis yang terdapat dalam sumber data yang berasal dari

media cetak.

Sumber data adalah asal data penelitian itu diperoleh. Data sebagai objek

penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam

yang dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi Subroto, 1992:34).

Sumber data sangat dibutuhkan untuk memperoleh data yang memadai.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah rubrik “Suarapublika” pada surat

kabar Republika yang terbit pada bulan Juli sampai dengan September 2011.

C. Populasi dan Sampel

Penelitian mempunyai ruang lingkup tertentu yang sangat berkaitan dengan

keberadaan objek. Objek penelitian yang sudah ditetapkan merupakan populasi

penelitian. Edi Subroto (1992:32) menyatakan bahwa populasi adalah objek

penelitian. Populasi pada umumnya keseluruhan individu dari segi-segi tertentu

bahasa. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan

pemakaian bahasa yang mengandung penanda kohesi tekstual dan kontekstual

pada wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika edisi bulan Juli

sampai September 2011.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian. Edi

Subroto mengemukakan bahwa sampel hendaknya mewakili populasi secara

keseluruhan (1992:32). Penentuan sampel didasarkan pada asumsi bahwa apa

yang ditentukan sebagai sampel penelitian dapat mewakili keseluruhan populasi

yang ada.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel

bertujuan (purposive sample), dalam arti pengambilan sampel disesuaikan dengan

Page 70: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

tujuan dari penelitian itu sendiri. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari

pemakaian bahasa yang mengandung penanda kohesi tekstual dan kontekstual

pada wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika edisi bulan Juli

sampai September 2011.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah wacana dalam rubrik

”Suarapublika” surat kabar Republika terbitan tanggal :

1) 1 Juli 2011

2) 7 Juli 2011

3) 11 Juli 2011

4) 21 Juli 2011

5) 25 Juli 2011

6) 2 Agustus 2011

7) 9 Agustus 2011

8) 19 Agustus 2011

9) 27 Agustus 2011

10) 29 Agustus 2011

11) 2 September 2011

12) 6 September 2011

13) 15 September 2011

14) 24 September 2011

15) 29 September 2011

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

memperoleh data yang berkualitas. Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan

teknik simak dan catat.

Teknik simak dan catat adalah mengadakan penyimakan dan pencatatan

terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian (Edi

Subroto, 1992:47). Objek penelitian ini berupa bahan-bahan pustaka, jadi

penyimakan dilakukan dengan cara membaca atau mempelajari objek, kemudian

dilakukan inventarisasi data dengan mencatatnya sebagai bahan yang akan diolah

Page 71: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

pada tahap selanjutnya. Selain teknik simak dan catat, digunakan juga teknik

pustaka, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sumber-sumber

tertulis untuk memperoleh data. Sejalan dengan hal tersebut, Edi Subroto

(1992:42) juga mengungkapkan bahwa teknik pustaka yaitu teknik pemerolehan

data dengan menggunakan sumber-sumber tertulis. Sumber tertulis itu dapat

berwujud majalah, surat kabar, karya sastra, buku acuan umum, karya ilmiah, atau

perundang-undangan. Teknik pustaka pada penelitian ini, penulis mengumpulkan

semua data yang berupa kata-kata, kalimat-kalimat, ataupun paragraf yang di

dalamnya mengandung penanda kohesi tekstual (gramatikal dan leksikal) dan

kontekstual, dalam rubrik “Suarapublika” yang diperoleh dari surat kabar

Republika edisi bulan Juli, Agustus, dan September 2011.

E. Teknik Klasifikasi Data

Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenis

kohesi gramatikal meliputi pengacuan (reference), penyulihan (substitusion),

pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion), sedangkan kohesi leksikal

meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (lawan kata),

kolokasi (kata sanding), hiponimi (hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi

(kesepadanan bentuk) yang terdapat dalam rubrik “Suarapublika” di surat kabar

Republika. Pengklasifikasian data dimaksudkan untuk memilih dan memilah data

agar mudah untuk dianalisis.

Setelah data diklasifikasi kemudian dilakukan penomoran data yang

meliputi nama rubrik, judul surat pembaca, tanggal, bulan dan tahun terbit, dan

nomor urut data.

Sebagai contoh kartu data yang digunakan dalam penelitian ini di bawah ini :

Page 72: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Kartu data yang berkode (RS/Pencuri Berkedok Pijat Refleksi/1 Juli

2011/01) di atas dibaca sebagai berikut :

Keterangan :

RS : Rubrik Suarapublika

Pencuri Berkedok Pijat Refleksi : Judul Surat Pembaca

1 Juli 2011 : tanggal, bulan, dan tahun terbit

01 : nomor urut data

Kartu data yang berkode (RS/ Pencuri Berkedok Pijat Refleksi/1 Juli

2011/01) di atas, dibaca sebagai data nomor 1 yang diambil dari Rubrik

Suarapublika tanggal 1 Juli 2011.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan diklasifikasi, langkah selanjutnya adalah

analisis data. Menganalisis data berarti menguraikan atau memilah-bedakan antara

unsur-unsur yang membentuk satuan lingual ke dalam komponen-komponennya

(Edi Subroto, 1992:55).

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik

distribusional. Teknik distribusional ialah teknik analisis bahasa dengan alat

penentunya ialah bagian dari bahasa yang bersangkutan (Edi Subroto, 1992:68).

Teknik distribusional menganalisis sistem bahasa atau keseluruhan kaidah yang

bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku atau ciri-ciri khas

Modus ini pencopetan ini saya ketahui setelah HP saya dicopet di angkot D01 arah Ciputat. Sasaran pencopet tersebut adalah pengguna angkot kecil yang tidak banyak penumpang.

(RS/ Pencuri Berkedok Pijat Refleksi/1 Juli 2011/01)

Page 73: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

kebahasaan satuan-satuan tertentu. Teknik-teknik analisis yang tercakup dalam

teknik distribusional ialah : 1) teknik urai unsur terkecil, 2) teknik urai unsur

langsung, 3) teknik oposisi pasangan minimal dan oposisi dua-dua, 4) teknik

penggantian atau oposisi, 5) teknik perluasan, 6) teknik pelesapan, 7) teknik

penyisipan, 8) teknik pembalikan urutan, 9) teknik parafrasis (Edi Subroto,

1992:64-65). Penelitian ini tidak mengambil keseluruhan teknik tersebut, tetapi

hanya mengambil empat teknik yang sesuai dengan keperluan penelitian, yaitu :

1) Teknik substitusi adalah teknik yang hendak menyelidiki adanya

kepararelan atau kesejajaran distribusi antara satuan lingual atau antara

bentuk linguistik yang satu dengan yang lainnya (Edi Subroto, 1992:74).

2) Teknik pelesapan adalah kemungkinan suatu unsur atau suatu satuan

lingual yang menjadi unsur dari sebuah konstruksi yang dilesapkan atau

dihilangkan serta akibat-akibat struktural apa yang terjadi dari pelesapan

itu (Edi Subroto, 1992:77).

3) Teknik parafrasis adalah teknik menyatakan secara berbeda sebuah tuturan

atau pernyataan, tetapi informasi atau isi tetap terjaga atau kurang lebih

sama (Edi Subroto, 1992:82).

4) Teknik pengambilan kesimpulan induktif digunakan setelah penulis

menganalisis data.

Selain menggunakan teknik distribusional, di dalam penelitian ini juga

menggunakan metode kontekstual. Menurut Sumarlam (2006:98), metode

kontekstual digunakan untuk mengkaji faktor-faktor nonlingual.

Page 74: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Tahap akhir dari penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data. Teknik

penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan teknik formal

dan informal. Penyajian hasil analisis data secara formal adalah penyajian hasil

analisis data berupa perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto,

1993:145). Tanda yang dimaksud diantaranya :tanda (+), tanda kurang (-), tanda

bintang (*), tanda panah (→), tanda kurung biasa (()), tanda kurung kurawal ({}),

tanda kurung siku ([]). Adapun lambang yang dimaksud di antaranya : lambang

huruf sebagai singkatan nama (S,P,O,V,K), lambang sigma (∑) untuk satuan

kalimat, dan berbagai diagram (Sudaryanto, 1993:145).

Tanda yang penulis gunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah

tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik koma (;), tanda hubung

(-), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda garis miring (/), tanda petik (“…”), tanda

petik tunggal (‘..’), dan tanda kurung ((…)). Adapun lambang yang penulis

gunakan dalam penelitian ini adalah lambang singkatan (misalnya RS) dan

lambang simbol (misalnya zero (Φ)).

Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis

data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Dalam

penelitian ini penulis menggunakan penyajian hasil analisis data informal dengan

cara merumuskan hasil analisis data dengan kata-kata biasa untuk

menafsirkannya. Kedua teknik ini digunakan agar hasil analisis ini lebih mudah

dipahami untuk kemudian ditarik simpulan.

Page 75: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

BAB IV

ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini ditemukan dua jenis penanda kohesi tekstual, yaitu

penanda kohesi gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi

gramatikal yang ditemukan meliputi pengacuan (referensi), penyulihan

(substitusi), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (konjungsi), sedangkan penanda

kohesi leksikal meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi

(lawan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), dan

ekuivalensi (kesepadanan). Untuk penjelasan dan uraiannya dapat diperhatikan

pada paparan berikut :

A. Aspek Gramatikal

1. Pengacuan (Referensi)

Pengacuan merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa

satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang

mendahului atau mengikutinya. Pengacuan diklasifikasikan menjadi tiga

macam, antara lain pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan

pengacuan komparatif. Dalam penelitian ini ditemukan dua bentuk

pengacuan yaitu pengacuan persona (kata ganti orang) dan pengacuan

demonstratif (kata ganti petunjuk).

Masing-masing pengacuan akan dianalisis sebagai berikut :

a. Pengacuan Persona

Dalam penelitian ini ditemukan empat pronomina persona, yaitu

pengacuan persona pertama tunggal, pengacuan persona pertama

56

Page 76: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

jamak, pengacuan persona ketiga tunggal, dan pengacuan persona

ketiga jamak.

1) Pengacuan Persona Pertama Tunggal

Pengacuan persona pertama tunggal yang ditemukan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

(1) Saya adalah salah seorang pasien Bapak Hembing yang merasa sangat kehilangan dan berduka atas berpulangnya atau wafatnya beliau.(RS/Mengenang Prof H Hembing/19 Agustus 2011/117)

Pada data (1) ditemukan pronomina persona pertama

tunggal bentuk bebas saya yang mengacu pada unsur yang

berada di luar tuturan yakni seorang penulis yang mengirimkan

surat pembaca tersebut. Dengan ciri-ciri yang disebutkan itu

maka saya merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan

eksofora.

2) Pengacuan Persona Pertama Jamak

Pengacuan persona pertama jamak yang ditemukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

(2) Alangkah kagetnya kami karena rotinya ternyata telah berjamur.

(RS/ Carrefour Ambassador/25 Juli 2011/66)

Pada data (2) di atas, ditemukan pronomina persona

pertama jamak pada kata kami, mengacu pada unsur kata kami

yang berada di luar tuturan yakni seorang penulis. Dengan

demikian, maka merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan

eksofora.

3) Pengacuan Persona Ketiga Tunggal

Page 77: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Pengacuan persona ketiga tunggal yang ditemukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

(3) Sasaran pencopet tersebut adalah pengguna angkot kecil yang banyak penumpang. Ia berpura-pura sebagai pemijit refleksi ala Cina dengan cara menyebarkan brosur tentang pijat refleksi Cina. Di dalam brosur tersebut, tidak dicantumkan alamat praktiknya.

(RS/Pencopet berkedok Pijat Refleksi/1 Juli 2011/1)

Pada data (3) menunjukkan adanya pengacuan persona

ketiga tunggal pada kata Ia, bersifat endofora yang anaforis. Ia

mengacu kepada pencopet. Sementara itu, -nya pada praktiknya

mengacu pada pencopet yang antesedennya berada di sebelah

kiri. Satuan lingual –nya merupakan pronomina pesona III

tunggal bentuk terikat kanan. Dengan ciri-ciri semacam itu,

maka –nya adalah jenis kohesi gramatikal pengacuan endofora

yang anaforis melalui pronomina persona III tunggal bentuk

terikat lekat kanan.

4) Pengacuan Persona Ketiga Jamak

Pengacuan persona ketiga jamak yang ditemukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

(4) ….Fenomena tersebut juga memperlihatkan gaya masyarakat yang konsumtif dan bisa dianggap berlebihan.

Namun, bagi mereka yang sudah rutin mengamalkan tradisi tersebut menganggap bahwa kebutuhan makanan dan pakaian yang dikhususkan untuk menyambut Idul Fitri merupakan bagian dari rasa syukur atas dekatnya hari kemenangan.

(SR/Menyambut Hari Kemenangan/6 September 2011/168)

Page 78: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Pada data (4) menunjukkan adanya pengacuan persona

ketiga jamak pada kata mereka, bersifat endofora yang

anaforis. Mereka mengacu kepada masyarakat yang konsumtif.

b. Pengacuan Demonstratif

Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan

menjadi pronomina demonstratif waktu dan pronomina demonstratif

tempat. Berikut ini beberapa jenis pengacuan demonstratif yang

ditemukan dalam penelitian ini, antara lain:

1) Pronomina Demonstratif Waktu

Pronomina demostratif waktu yang ditemukan dalam

penelitian ini misalnya seperti berikut :

(5) Beberapa tahun yang lalu, saya mengalami cedera tulang punggung (fraktur kompresi) akibat jatuh terpeleset di dapur.

(RS/Mengenang Prof H Sihombing/19 Agustus 2011/120)

(6) Pernah saya pulang kuliah pukul 19.00 dan sampai rumah pukul 21.00 karena tidak efisiennya bus transjakarta.

(RS/Bus transjakarta (1)/11 Juli 2011/37)

(7) Bapak Menteri Agama, kami akan memberitahukan bahwa ayah dan kakek tersayang kami yang saat ini telah berusia cukup lanjut, yaitu 93 tahun mempunyai kehendak untuk menunaikan kewajibannya akan rukun Islam yang kelima, yakni naik haji untuk yang pertama kalinya.

(SR/Surat untuk Menteri Agama/2 Agustus 2011/83)

Pada data (5) di atas menunjukkan adanya pronomina

demonstrasi yang lalu yang mengacu pada waktu lampau sampai

tahun 2011, sedangkan pada data (6) merupakan pengacuan waktu

netral yang menunjukkan pukul 19.00 dan pukul 21.00. Kata saat

Page 79: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

ini pada data (7) merupakan pengacuan waktu kini, ketika surat

pembaca tersebut dibuat oleh penulis.

2) Pronomina Demonstratif Tempat

Pronomina demostratif tempat yang ditemukan dalam

penelitian ini misalnya seperti berikut :

(8) Saya pemegang kartu ATM Bank Syariah Mandiri (BSM). Pada tanggal 30 Mei 2011, saya menarik uang di Bank Mandiri Cabang UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Penarikan pertama Rp 1 juta berhasil, kemudian penarikan kedua Rp 500 ribu gagal. Kemudian, saya disuruh oleh satpam untuk langsung ke BSM yang terdekat. Di sana, penarikan Rp 500 ribu berhasil.

(RS/Komplain Bank Syariah Mandiri/21 Juli 2011/57)

(9) Ada beberapa guru di Kota Depok yang mengeluh karena hak tunjangan fungsional dan sertifikasi yang seharusnya cair dua kali dalam setahun ternyata hanya satu kali pencairan.

(RS/Tunjangan Fungsional Guru Kota Depok/24 September 2011/204)

Pada data (8) di atas, kata di sana mengacu pada

tempat yang jauh dari pembicara, sedangkan data (9) pada kata

Kota Depok mengacu pada suatu tempat secara eksplisit.

(10) Terlihat disamping kanan saya ada taksi Blue Bird berisi satu penumpang. Taksi itu terlihat ingin menyalip ke arah kiri dengan melewati mobil yang saya kendarai.

(SR/Sopir Blue Bird Ugal-Ugalan/11 Juli 2011/27)

Pada data (10) terdapat pronomina demonstratif itu

yang mengacu tempat agak jauh dengan penutur, yaitu taksi

Blue Bird yang juga termasuk jenis pengacuan endofora yang

anaforis karena mengacu pada anteseden yang berada di

sebelah kirinya.

2. Penyulihan (Substitusi)

Page 80: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Penyulihan (substitusi) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal

yang berupa penggantian unsur tertentu dengan unsur yang lain dalam

wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Penyulihan (substitusi)

diklasifikasikan menjadi tiga macam, antara lain substitusi verba,

substitusi frasa, dan substitusi klausa. Masing-masing substitusi akan

dianalisis sebagai berikut :

a. Substitusi Verbal

Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang

berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya yang juga

berkategori verba.

Penerapan substitusi verba dalam penelitian ini dapat dilihat seperti

berikut :

(11) Yang membuat kami tercengang adalah ketika Kiai Ali “menembak” salah satu ustadz yang (mungkin) juga bertindak sebagai pengisi acara yang sama dengan pertanyaan perihal sanad dari “hadis” yang telah disampaikan sang ustadz pada ceramahsebelumnya.

Tak dapat dipungkiri, memang saat ini banyak dai atau penceramah yang hanya menonjolkan unsur-unsur komedi, lawak, lelucon, dan komedi dalam dakwahnya, tapi justru esensi atau pesan-pesan dakwah yang disampaikan menjadi amat minim.

(SR/Fenomena Dai di TV/29 Agustus 2011/150)

Pada data (11) terdapat satuan lingual ceramah, yang berkategori

sama dengan satuan lingual dakwah. Substitusi pada data ini termasuk

substitusi verba atau kata kerja.

b. Substitusi Frasal

Page 81: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu

yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa

frasa.

Penerapan substitusi frasal dalam penelitian ini dapat dilihat seperti

berikut :

(12) Terinspirasi oleh tebar hewan kurban yang diselenggarakan Dompet Dhuafa Republika yang sukses besar, saya usulkan Republika juga bisa mengoordinasi donatur Muslim yang akan memberikan takjil bulan Ramadan sehingga kalau dikelola dengan baik dapat menghidupkan perekonomian/membuka lapangan kerja para pembuat makanan untuk takjil. Jadi, pada bulan puasa, daerah yang minus diberi modal untuk membuat takjil dan disalurkan secara proporsional.

(RS/Mengoordinasi Takjil/ 25 Juli 2011/79)

(13) Pada Idul Fitri, umat Muslim, khususnya masyarakat Indonesia mempunyai tradisi tersendiri. Tradisi tersebut salah satunya adalah berbelanja kebutuhan hari raya, seperti makanan dan pakaian. Kebutuhan makanan khas Lebaran dan baju baru merupakan sisi lain dari ekspresi masyarakat menyambut hari kemenangan.

Namun, bagi mereka yang sudah rutin mengamalkan tradisi tersebut menganggap bahwa kebutuhan makanan dan pakaian yang dikhususkan untuk menyambut Idul Fitri merupakan bagian dari rasa syukur atas dekatnya hari kemenangan. Berbagai jenis makanan disiapkan untuk menyambut sanak keluarga ketika berkumpul sehingga memperindah momentum silaturahim yang sangat jarang terjadi kecuali di hari Lebaran.

(RS/Menyambut Hari Kemenangan/ 6 September 2011/174)

Pada data data (12) frasa bulan Ramadan disubstitusi dengan frasa

bulan puasa. Demikian juga pada data (13) terjadi substitusi frasa hari

raya dengan hari kemenangan. Selama ini orang Islam menganggap

hari raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan, karena telah melewati

puasa selama sebulan penuh.

c. Substitusi Klausal

Page 82: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang

berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa

kata atau frasa.

Penerapan substitusi klausa dalam penelitian ini dapat dilihat

seperti berikut :

(14) Pembuatan e-KTP yang tidak merata di Ibu Kota Jakarta membuktikan adanya ketidaksiapan pemerintah dalam menghadapi perubahan hidup urban. Hal itu di tandai dengan ketersediaan sarana yang terbatas di beberapa kawasan.

(RS/Layanan e-KTP/29 September 2011/232)

Pada data (14) di atas, terdapat substitusi klausa, yaitu pada kalimat

pembuatan e-KTP yang tidak merata di Ibu Kota Jakarta membuktikan

adanya ketidaksiapan pemerintah dalam menghadapi perubahan

hidup urban, disubstitusi dengan kata hal itu.

3. Pelesapan (Elipsis)

Pelesapan (elipsis) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang

berupa pelesapan atau penghilangan kata atau bagian suatu kalimat, bisa

berupa huruf/bunyi, afiks, kata, frasa, atau klausa. Di dalam analisis

wacana, unsur (konstituen) yang dilesapkan ditandai dengan konstituen

zero atau dengan lambang Φ pada tempat terjadinya pelesapan unsur

tersebut. Berikut ini beberapa data yang menunjukkan adanya pelesapan,

antara lain :

(15a) Saya naik dari Dukuh Atas menuju Pulogadung, Ф transit di BPKP Pramuka, lalu Ф transit lagi menuju Tanjung Priok dan Ф turun di halte Sunter.

(SR/Bus Transjakarta (1)/11 Juli 2011/42)

Page 83: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Pada data (15a) terdapat pelesapan satuan lingual yang berupa kata

yaitu kata saya yang berfungsi sebagai subjek. Subjek yang dilesapkan

sebanyak tiga kali yaitu sebelum kata transit pada klausa kedua, sebelum

kata transit pada klausa ketiga, dan sebelum kata turun. Apabila dilihat

dari bentuk utuhnya, akan menjadi seperti berikut :

(15b) Saya naik dari Dukuh Atas menuju Pulogadung, saya transit di BPKP Pramuka, lalu saya transit lagi menuju Tanjung Priok dan saya turun di halte Sunter.

4. Perangkaian (konjungsi)

Perangkaian (konjungsi) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal

yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan

unsur yang lain dalam wacana. Beberapa konjungsi yang ditemukan dalam

penelitian ini, di antaranya sebagai berikut :

(16) Alam semesta ini sudah diatur oleh komputer Allah dan tidak ada perubahan kecuali bila Allah menghendaki.(RS/Kapan Muslim Kompak Lebaran?/2 September 2011/160)

Pada data (16) ditemukan konjungsi kecuali. Konjungsi pada

kalimat tersebut menyatakan makna perkecualian.

(17) Modus ini pencopetan ini saya ketahui setelah HP saya di copet di angkot D01 arah Ciputat.

(RS/Pencuri Berkedok Pijat Refleksi/1 Juli 2011/4)

Pada data (17) ditemukan konjungsi setelah. Konjungsi pada

kalimat tersebut menyatakan makna waktu.

(18) Masjid kami menerapkan kebijakan bahwa pengeras suara luar hanya untuk azan, sementara untuk kebutuhan lainnya menggunakan speaker (pengeras suara) dalam.

(RS/Pengeras Suara Masjid/9 Agustus 2011/94)

Page 84: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Pada data (18) ditemukan konjungsi bahwa. Konjungsi pada

kalimat tersebut menyatakan makna penegas.

(19) Doa permohonan saya kepada Allah SWT, semoga Allah menerima dan membalas pengabdian Pak Hembing dan menempatkan beliau di sisi-Nya.

(RS/Mengenang Prof H Hembing/19 Agustus 2011/126)

Pada data (19) ditemukan konjungsi semoga. Konjungsi tersebut

menyatakan makna harapan.

(20) Orang Islam itu harus cerdas, jujur, dan tepat waktu dalam segala hal.

(RS/Kapan Muslim Kompak Lebaran//2 September 2011/158)

Pada data (20) ditemukan konjungsi dan. Konjungsi pada kalimat

tersebut menyatakan makna penambahan (aditif).

(21) Saya pulang kuliah menggunakan transportasi transjakarta agarmenghemat ongkos.

(RS/Bus TransJakarta (1)/11 Juli 2011/38)

Pada data (21) ditemukan konjungsi agar. Konjungsi tersebut

menyatakan makna tujuan.

(22) Bagi sebagian kalangan, hal tersebut cukup disayangkan karena mereka disibukkan dengan hal-hal yang sebenarnya dalam hikmah Ramadhan tidak dianjurkan.

(SR/Menyambut Hari Kemenangan/6 September 2011/170)

Pada data (22) ditemukan konjungsi karena. Konjungsi tersebut

menyatakan makna sebab-akibat.

(23) Mungkin akan lebih cocok apabila al-mukarrom KH. M Ali Mustofa Ya’kub sebagai ulama besar dapat menahan diri untuk tidak menegur ustaz tersebut di atas/di depan forum/jamaah tabligh akbar serta disaksikan jutaan pemirsa televisi.

(SR/Fenomena Dai di TV/29 Agustus 2011/147)

Pada data (23) ditemukan konjungsi apabila. Konjungsi tersebut

menyatakan makna syarat.

Page 85: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

B. Aspek Leksikal

1. Repetisi (Pengulangan)

Repetisi (pengulangan) merupakan pengulangan satuan lingual yang

berupa bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting,

bertujuan untuk memberikan tekanan pada sebuah konteks yang sesuai.

Repetisi diklasifikasikan menjadi delapan unsur, antara lain repetisi

epizeuksis, repetisi tautotes, repetisi anafora, repetisi epistrofa, repetisi

simploke, repetisi mesodiplosis, repetisi epanalepsis, dan repetisi

anadiplosis. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa repetisi di antaranya

repetisi epizeuksis, repetisi anafora, repetisi tautotes, dan repetisi epistrofa.

a. Repetisi Epizeuksis

Repetisi Epizeuksis adalah pengulangan satuan lingual (kata atau

frasa) yang dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut.

Data yang menunjukkan repetisi epizeuksis misalnya seperti

berikut:

(24) … Karena tidak ada pelayan yang menunggu di depan restoran, saya langsung masuk dan mencari pelayan Solaria. Saat saya melihat ada pelayan, lantas saya memanggil pelayan tersebut. Tetapi, pelayan itu, seolah-olah tidak mendengar. Karena tidak digubris, saya ke tempat kasir dan meminta memanggil pelayan.

(RS/Solaria Central Park/7 Juli 2011/20)

Pada data (24) terdapat pengulangan kata pelayan yang

diulang beberapa kali secara berturut-turut. Kata pelayan diulang

sebanyak enam kali untuk menekankan pentingnya kata pelayan

dalam konteks kalimat tersebut.

b. Repetisi Tautotes

Page 86: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Repetisi tautotes ialah pengulangan satuan lingual (kata/frasa)

beberapa kali dalam sebuah konstruksi.

Data yang menunjukkan repetisi tautotes misalnya seperti berikut :

(25) Sejak bulan Januari 2011 hingga surat pembaca ini dibuat, yakni tanggal 12 Agustus 2011, kami belum menerima tunjangan sertifikasi profesi guru yang sangat kamiharapkan untuk pembiayaan sekolah anak-anak kami.

(RS/Tunjangan Sertifikasi Guru/19 Agustus 2011/114)

Pada data (25) di atas, terdapat pengulangan kata kami yang

diulang sebanyak tiga kali dalam sebuah konstruksi.

c. Repetisi Anafora

Repetisi anafora adalah pengulangan satuan lingual berupa kata

atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.

Data yang menunjukkan repetisi anafora misalnya seperti berikut :

(26) Saya adalah mahasiswi jurusan ilmu komunikasi di salah satu universitas swasta di Jakarta. Saya pulang kuliah menggunakan transportasi transjakarta agar menghemat ongkos. Saya naik dari Dukuh Atas menuju Pulogadung, transit di BPKP Pramuka, lalu transit lagi menuju Tanjung Priok dan turun di halte Sunter.

(RS/Bus Transjakarta (1)/11 Juli 2011/43)

Pada data (26) terdapat pengulangan kata saya yang berfungsi

sebagai subjek. Pengulangan ini terjadi sebanyak tiga kali pada

awal setiap kalimat. Repetisi semacam ini digunakan penulis untuk

mencurahkan perasaannya kepada pembaca bahwa ia mengalami

kekecewaan dalam menggunakan alat transportasi terutama bus

transjakarta.

d. Repetisi Epistrofa

Page 87: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Repetisi epistrofa adalah pengulangan satuan lingual kata atau

frasa pada akhir baris atau akhir kalimat secara berturut-turut.

Data yang menunjukkan repetisi epistrofa misalnya seperti berikut:

(27) Contohnya, di Kelurahan Jelambar Baru belum ada pemberitahuan resmi kepada masyarakat untuk segera mengganti KTP lama dengan e-KTP. Sedangkan di Kota Makasar sudah terdapat pemberitahuan resmi dan imbauan untuk membuat e-KTP.

(RS/Layanan e-KTP/29 September 2011/233)

Pada data (27) di atas terdapat pengulangan kata e-KTP sebanyak

dua kali pada akhir kalimat pertama dan akhir kalimat kedua.

2. Sinonimi (Padan Kata)

Sinonimi merupakan nama lain untuk benda atau hal yang sama.

Sinonimi digunakan untuk menjalin hubungan makna yang sepadan antara

satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana. Sinonimi

diklasifikasikan menjadi lima macam, antara lain sinonimi morfem bebas

dan morfem terikat, sinonimi kata dengan kata, sinonimi kata dengan

frasa, sinonimi frasa dengan frasa, dan sinonimi klausa/kalimat dengan

klausa/kalimat. Dalam penelitian ini hanya ditemukan sinonimi kata

dengan kata.

a. Sinonimi Kata dengan Kata

Penerapan sinonimi kata dengan kata dalam data penelitian ini

sebagai berikut:

(28) Selain itu, tunjangan tersebut diperlukan juga untuk kebutuhan di bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idhul Fitri 1432 H, di antaranya untuk zakat dan pakaian baru anak-anak kami serta keperluan rutin rumah tangga, seperti sembako, air minum, listrik, dan gas yang semakin naik harganya.

(SR/Tunjangan Sertifikasi Guru/19 Agustus 2011/113)

Page 88: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Pada data (28) terdapat kohesi leksikal berupa sinonimi. Sinonimi

yang ditemukan pada data diatas adalah sinonimi kata dengan kata

yaitu kata kebutuhan dengan kata keperluan.

3. Antonimi (Lawan Kata)

Antonimi (lawan kata) merupakan kebalikan dari sinonimi, yakni

satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan satuan

lingual yang lain. Antonimi diklasifikasikan menjadi lima macam, antara

lain oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hirarkial, dan

oposisi majemuk. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa antonimi di

antaranya :

a. Oposisi Mutlak

Penerapan oposisi mutlak dalam data penelitian ini sebagai berikut:

(29) Saya naik dari Dukuh Atas menuju Pulogadung, transit di BPKP Pramuka, lalu transit lagi menuju Tanjung Priok dan turun halte Sunter.

(RS/ Bus transjakarta (1)/11 Juli 2011/44)

Data (29) di atas terdapat oposisi mutlak pada kata naik yang

beroposisi dengan kata turun.

b. Oposisi Kutub

Penerapan oposisi kutub dalam data penelitian ini sebagai berikut :

(30) Penarikan pertama Rp 1 juta berhasil, kemudian penarikan kedua RP 500 gagal. Di sana, penarikan Rp 500 ribu berhasil.

(RS/Komplain Bank Syariah Mandiri/21 Juli 2011/60)

Pada data (30) terdapat oposisi kutub antara kata berhasil dengan

kata gagal. Kedua kata tersebut dikatakan beroposisi kutub karena

terdapat gradasi di antara oposisi keduanya.

Page 89: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

c. Oposisi Hubungan

Penerapan oposisi hubungan dalam data penelitian ini sebagai

berikut :

(31) Tuhan tidak mempersulit manusia, tapi manusia mempersulit dirinya.

(RS/Kapan Muslim Kompak Lebaran?/2 September 2011/162)

Pada data (31) terdapat oposisi hubungan antara kata Tuhan

dengan manusia. Tuhan sebagai Sang Pencipta, sedangkan manusia

sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

d. Oposisi Hirarkial

Penerapan oposisi hirarkial dalam data penelitian ini sebagai

berikut :

(32) Teringat ketika waktu masih sekolah diwajibkan memakai pakaian seragam ketika di bangku SD seragam putih merah, masuk ke tingkat atas seragam berbeda menjadi putih biru, naik lagi ke jenjang lebih tinggi menjadi putih abu-abu. Ini menandakan adanya suatu perbedaan dari tingkat SD, SLTP, dan SMA atau sederajat dan perbedaan ini tidaklah menjadikan pertengkaran, perdebatan, perselisihan.

(RS/Perbedaan Idul Fitri/27 Agustus 2011/138)

Pada data (32) ditemukan oposisi hirarkial antara SD, SLTP, dan

SMA, yang menggambarkan tingkat pendidikan dari tingkatan dasar

(SD) sampai dengan tingkatan menengah atas (SMA)

e. Oposisi Majemuk

Penerapan oposisi majemuk dalam data penelitian ini sebagai

berikut :

(33) Saya membeli buah-buahan serta roti gandum buatan Carrefour. Biasanya saya memilih roti bermerek, tapi karena tidak ada, saya mengambil roti buatan Carrefour. Sebelumnya, saya telah mengecek tanggal pembuatan roti, yaitu Jumat (22/7) dan kadaluwarsa Senin (25/7).

Page 90: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Pada Ahad (24/7) pagi, saya memakan roti tersebut. Rasanya asam, tapi saya tidak berpikir jelek dan terus mengonsumsi roti tersebut.

(SR/Carrefour Ambasador/25 Juli 2011/72)

Pada data (33) di atas, menunjukkan adanya oposisi majemuk pada

kata memilih, mengecek, mengambil, membeli dan memakan.

Keseluruhan kata-kata tersebut merupakan suatu proses.

5. Kolokasi (Sanding Kata)

Kolokasi merupakan asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata

yang cenderung digunakan secara berdampingan.

Penerapan kolokasi dalam data penelitian ini sebagai berikut :

(34) …Semua peredaran bintang, planet, dan galaksi itu sudah ditetapkan pergerakan dan peredarannya.

Tidak ada perubahan sedikit pun, kecuali kehendak Allah, peredaran matahari, bulan, dan bumi sama sekali tidak ada perubahan kecuali nanti pada waktu akhir jaman (kiamat)

(RS/Kapan Muslim Kompak Lebaran/2 September 2011/163)

Pada data (34) di atas, terdapat kata-kata bintang, planet, galaksi,

matahari, bulan, dan bumi berkolokasi dengan benda-benda di luar

angkasa sebagai sistem tata surya.

6. Hiponimi (Hubungan Atas-Bawah)

Hiponimi merupakan satuan lingual bahasa yang maknanya dianggap

bagian dari makna satuan lingual yang lain.

Penerapan hiponimi dalam data penelitian ini misalnya seperti berikut :

(35) Alam semesta ini sudah diatur oleh komputer Allah dan tidak ada perubahan kecuali bila Allah menghendaki. Demikian juga alam semesta (universe) diatur berdasarkan hukum Allah. Semua peredaran bintang, planet, dan galaksi itu sudah ditetapkan pergerakan dan peredarannya.

(RS/ Kapan Muslim Kompak Lebaran/2 September 2011/164)

Page 91: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Pada data (35) di atas, ditemukan kata alam semesta sebagai

hipernim atau subordinat sedangkan hiponimnya adalah binatang,

planet, dan galaksi. Fungsi hiponimi bertujuan untuk mengikat

hubungan antarunsur, terutama untuk menjalin hubungan antar unsur

yang mencakupi dan unsur yang dicakupi.

7. Ekuivalensi (Kesepadanan)

Ekuivalensi (kesepadanan) adalah hubungan kesepadaan antara satuan

lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam sebuah paradigma.

Penerapan ekuivalensi dalam data penelitian ini sebagai berikut :

(36) Ada beberapa guru di Kota Depok yang mengeluh karena hak tunjangan fungsional dan sertifikasi yang seharusnya cairdua kali dalam setahun ternyata hanya satu pencairan. Yakni, enam bulan pertama dicairkan, namun enam bulan berikutnya belum dicairkan. Dana sertifikasi guru-guru swasta di Kota Depok tahun 2010 belum mereka terima, sedangkan guru yang berstatus PNS sudah menerima pencairannya.

(RS/Tunjangan Fungsional Guru Kota Depok/24 September 2011/209)

(37) Modus pencopetan ini saya ketahui setelah HP saya dicopetdiangkot D01 arah Ciputat. Sasaran pencopet tersebut adalah pengguna angkot kecil yang tidak banyak penumpang.

(RS/Pencopet Berkedok Pijat Refleksi/1 Juli 2011/8)

Pada data (36) dan (37) terdapat unsur kohesi leksikal berupa ekuivalensi

(kesepadanan). Ekuivalensi (kesepadaan) yang terdapat dalam data (36)

ditemukan pada kata cair, pencairan, dan dicairkan, sedangkan dalam data (37)

ditemukan pada kata pencopetan, dicopet, dan pencopet. Kata-kata tersebut

merupakan hasil proses afiksasi dari morfem dasar yang sama dan menunjukkan

kesepadaan, yakni pada kata pencairan dan dicairkan berasal dari kata dasar cair.

Demikian pula dengan kata pencopetan, dicopet, pencopet berasal dari kata dasar

copet.

Page 92: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 3Aspek Gramatikal

No. Penanda Kohesi Gramatikal Nomor Data

1. a. Pengacuan Persona I Tunggal

Saya : 2, 23, 34, 46, 56, 64, 75, 88,100, 117, 155, 186, 193, 211.

b. Pengacuan Persona I Jamak

Kami : 66, 84, 89, 93, 116, 141.

Kita : 177, 187.

c. Pengacuan Persona IIITunggal

Ia : 1

Beliau : 127

lekat kanan (-nya) : 1, 82, 117,118, 119, 178.

d. Pengacuan Persona III Jamak

Mereka : 168, 176

e. Pengacuan DemonstratifWaktu

sekarang : 195

saat ini : 83, 101, 143.

saat itu : 25, 48, 121.

pekan : 47

..yang lalu : 90, 120.

pagi : 24

siang: 13

sore : 65, 142.

pukul : 37, 49.

Page 93: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

f. Pengacuan Demonstratif Tempat

itu : 27

sana : 58, 63.

eksplisit : 3, 14, 23, 35, 36, 65, 99, 194, 204, 213, 223, 224, 225.

2. a. Subtitusi Verbal menelepon-menghubungi : 73ceramah-dakwah : 150

b. Substitusi Nomina kebutuhan-keperluan : 113

c. Subtitusi Frasal bulan ramadhan - bulan puasa: 79

hari raya - hari kemenangan -hari lebaran : 174

d.. Subtitusi Klausa Hal itu : 184, 232Hal ini : 50Hal tersebut : 52, 167

3. Pelesapan (ellipsis) Subjek : 26, 29, 42

4. Konjungsi 4, 5, 6, 7, 15, 16, 17, 18, 28, 30, 31, 38, 39, 40, 41, 50, 51, 59, 68, 69, 70, 76, 77, 78, 84, 85, 91, 92, 93, 94, 102, 103, 104, 105, 106, 111, 112, 122, 123, 124, 125, 126, 133, 134, 135, 136, 138, 144, 145, 146, 147, 148, 149, 157, 158, 159, 160, 161, 169, 170, 171, 172, 173, 179, 180, 181, 182, 183, 188, 189, 190, 196, 197, 198, 199, 205, 206, 207, 215, 216, 217, 218, 219, 220, 226, 227, 228, 229, 230, 231.

Page 94: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Tabel 4Aspek Leksikal

No. Penanda Kohesi Leksikal

Nomor Data

1 Repetisi (pengulangan)a. Repetisi Epizeuksis

Pelayan : 20

b. Repetisi Tautotes Kami : 114

c. Repetisi anafora Saya : 44setelah : 7

d. Repetisi epistrofa e-KTP : 240Saya : 20

2. sinonimi kata dengan kata

konsumtif = berlebihan : 175memakan-mengonsumsi : 71

3. Antonimi (lawan kata)a. Oposisi mutlak

naik >< turun : 44berhasil >< gagal : 60silaturahim >< perselisihan : 137

b. Oposisi kutub cepat >< lama : 45luar >< dalam : 95baik >< buruk : 128

c. Oposisi hubungan Tuhan >< Manusia : 162Customer >< Pelayan : 21Pasien >< Dokter : 127

d. Oposisi hirarkial SD >< SLTP>< SMA : 138

e. Oposisi majemuk memilih, mengecek, mengambil, membeli dan memakan : 72

Page 95: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

4. Kolokasi (sanding kata) 22, 53, 96, 107, 129, 164, 221.

5. Hiponimi (hubungan atas-bawah)

(Keperluan rumah tangga : sembako, air minum, listrik, dan gas) : 115

(Alam semesta : bintang, planet, dan galaksi) : 164

6. Ekuivalensi (kesepadanan bentuk)

pencopet-dicopet-pencopet : 8menarik-penarikan : 61memblokir-diblokir : 200pencairan-dicairkan-pencairannya: 209

C. Analisis Kontekstual

Analisis wacana kontekstual wacana ialah analisis wacana dengan

bertumpu pada teks yang dikaji berdasarkan konteks eksternal yang

melingkupinya, baik konteks situasi maupun konteks kultural. Pemahaman

konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan dengan prinsip

penafsiran personal, penafsiran lokasional, penafsiran temporal, dan prinsip

analogi. Adapun analisis kontekstual wacana dalam rubrik “Suarapublika”,

masing-masing akan dianalisis sebagai berikut :

1. Judul : Pencopet berkedok Pijat Refleksi

a. Prinsip Penafsiran Personal

(38) Sasaran pencopet tersebut adalah pengguna angkot kecil yang tidak banyak penumpang.

(SR/ Pencopet Berkedok Pijak Refleksi/1 Juli 2011/9)

(39) Setelah ia berhasil melakukan aksinya, ia buru-buru turun dari angkot tersebut.

(SR/ Pencopet Berkedok Pijak Refleksi/1 Juli 2011/10)

Page 96: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Berdasarkan prinsip penafsiran personal pada data (38), penanda

pencopet dapat ditafsirkan bahwa pencopet tersebut adalah

penumpang. Data (39) mempertegas tindakan pencopet yang

diungkapkan pada kata-kata ia buru-buru turun dari angkot tersebut.

Hal tersebut sama yang dilakukan oleh penumpang lain, ketika sudah

sampai pada lokasi yang dituju, penumpang akan turun dari angkot.

b. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

(40) Modus pencopetan ini saya ketahui setelah HP saya dicopet di angkot D01 arah Ciputat

(SR/ Pencopet Berkedok Pijak Refleksi/1 Juli 2011/3)

Konteks situasi dengan penafsiran lokasional yang terdapat pada

data (40) dengan penanda Ciputat, dapat ditafsirkan daerah tersebut

berada kota Tangerang.

c. Prinsip Analogi

Prinsip analogi digunakan sebagai dasar, baik oleh penutur maupun

mitra tutur untuk memahami makna dan mengidentifikasi maksud dari

bagian atau keseluruhan sebuah wacana.

(41) Setelah brosur disebarkan kepada penumpang, ia melakukan aksinya dengan cara memijit kaki dan paha hingga tanpa disadari isi saku dikeluarkan, baik berbentuk HP, uang, dompet, maupun berbagai barang milik yang ada dalam saku.

(SR/ Pencopet Berkedok Pijak Refleksi/1 Juli 2011/11)

Berdasarkan prinsip analogi, pembaca dapat menginterpretasikan

modus pencopetan tersebut seperti hipnotis, yang ditunjukkan pada

Page 97: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

ungkapan kata-kata tanpa disadari pada data (41). Peristiwa tersebut

sama halnya dengan modus pencopetan dengan cara menepuk lengan

penumpang sehingga korbannya kehilangan kesadaran.

d. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator ingin memberitahukan kepada pembaca bahwa

modus pencopetan yang sedang marak di Kota Tangerang

yakni pencopet yang berperan sebagai pemijat refleksi ala

Cina, modus pencopetan ini seperti hipnotis.

2) Komunikator ingin menyampaikan kepada pembaca agar

selalu waspada dan berhati-hati dalam menggunakan jasa

angkutan, khususnya angkutan di kota Tangerang.

2. Judul : Solaria Central Park

a. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

(42) Ahad siang, saya pergi ke Solaria Central Park untuk makan siang.

(SR/Solaria Central Park/7 Juli 2011/14)

Page 98: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Berdasarkan prinsip penafsiran lokasional, pada data (42) dengan

penanda Solaria Central Park, maka pembaca dapat menafsirkan

bahwa Solaria Central Park adalah sebuah restoran yang berada di

dalam Mall Central Park, berlokasi di Jakarta Barat.

b. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator sebagai pelanggan Solaria merasa kecewa dengan

pelayanannya, terutama di Solaria Central Park yang berlokasi di

Jakarta Barat.

2) Komunikator mengirimkan surat pembaca tersebut agar diketahui

pihak Solaria dengan tujuan agar meningkatkan pelayanannya

kepada para pelanggannya.

3. Judul : Sopir Blue Bird Ugal-Ugalan

a. Prinsip Penafsiran Lokasional dan Penafsiran Temporal.

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

Penafsiran lokasional dan penafsiran temporal, dapat dilihat pada

ungkapan di bawah ini :

(43) Pagi itu jalanan di dekat Mal Ambasador sangat padat. Saya menyetir Avanza hitam mengarah ke Tanah Abang.

Page 99: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

(SR/Sopir Blue Bird Ugal-Ugalan/11 Juli 2011/32)

(44) Melihat keadaan sekitar saat itu mobil satu sama lainya berjarak sangat dekat dengan kecepatan 5-15 km per jam.

(SR/Sopir Blue Bird Ugal-Ugalan/11 Juli 2011/33)

Pada data (43), pembaca dapat menafsirkan lokasi kejadian

tersebut terjadi di sepanjang jalan raya Mall Ambasador menuju Tanah

Abang yang berada di Ibukota Jakarta, yang didukung dengan

ungkapan jalanan di dekat Mal Ambasador sangat padat dan Tanah

Abang. Selain itu, penafsiran temporal pada data (43) penanda pagi itu,

yaitu di saat orang-orang berangkat bekerja yang sedang terjadi

kemacetan, ditunjukkan pada data (44) melihat keadaan sekitar saat

itu mobil satu sama lainya berjarak sangat dekat dengan kecepatan 5-

15 km per jam.

c. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator mengirimkan surat pembaca tersebut agar diketahui

oleh pihak Blue Bird.

2) Bagi pihak pengelola taksi Blue Bird, hendaknya dalam memilih

sopir taksi yang mahir mengemudikan mobil dan profesional dalam

bekerja.

4. Judul : Bus Transjakarta (1)

Page 100: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

a. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama

waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).

(45) Saya pulang kuliah menggunakan transportasi transjakarta agar menghemat ongkos.

(SR/Bus Transjakarta (1)/11 Juli 2011/38)

(46) Pernah saya pulang kuliah pukul 19.00 dan sampai rumah pukul 21.00 karena tidak efisiennya bus transjakarta.

(SR/Bus Transjakarta (1)/11 Juli 2011/37)

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Dengan melihat penggalan kalimat di atas pada data

(45) dan data (46), pembaca dapat menafsirkan bahwa peristiwa

tersebut terjadi pada malam hari yang ditunjukkan dengan kata-kata

pukul 19.00.

d. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator sebagai penumpang bus transjakarta merasa kecewa

dengan pelayanan bus transjakarta yang tidak tepat waktu.

2) Bus transjakarta merupakan transportasi darat yang sangat

dibutuhkan masyarakat di Jakarta karena tarifnya yang murah.

3) Bagi pihak pengelola bus transjakarta, hendaknya menambah

armadanya agar dapat dinikmati penumpangnya.

Page 101: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

5. Judul : Bus Transjakarta (2)

a. Prinsip Penafsiran Personal

(47) Saya khawatir akan ada penumpang yang terjepit pintu transjakarta dan ada banyak hal yang tidak diinginkan lainnya terjadi, seperti pelecehan seksual.

(SR/Bus Transjakarta (2)/11 Juli 2011/54)

(48) Pada saat itu, warga yang tidak dapat bergerak di dalam busway tidak dapat menahan emosi lagi ketika petugas tetap mengizinkan penumpang lainnya masuk.

(SR/Bus Transjakarta (2)/11 Juli 2011/55)

Penanda warga pada data (48), dapat ditafsirkan bahwa warga

tersebut adalah penumpang yang berjenis kelamin perempuan, yang

ditunjukkan dengan kata-kata penumpang dan pelecehan seksual pada

data (47).

b. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama

waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).

(49) Pada Selasa pekan sekitar pukul 12.00 WIB, saya menggunakan jasa bus transjakarta koridor 9 jurusan Pinang Ranti sampai peluit.

(SR/Bus Transjakarta (2)/11 Juli 2011/49)

(50) Pada saat itu, warga yang tidak dapat bergerak di dalam busway tidak dapat menahan emosi lagi ketiga petugas tetap mengizinkan penumpang lainnya masuk.

(SR/Bus Transjakarta (2)/11 Juli 2011/55)

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Dengan melihat penggalan kalimat di atas pada data

(49) dan data (50), pembaca dapat menafsirkan bahwa peristiwa tersebut

terjadi pada siang hari yang ditunjukkan pada kata-kata pukul 12.00

WIB.

Page 102: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

d. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator sebagai penumpang merasa kecewa dengan pelayanan

bus transjakarta yang kurang efektif dalam melayani

penumpangnya.

2) Komunikator ingin memberikan masukan bagi pihak pengelola bus

transjakarta agar memperbanyak armada bus transjakarta dan

meningkatkan pelayanan bagi penumpangnya.

3) Bagi penumpang bus tranjakarta, khususnya penumpang perempuan

hendaknya berhati-hati ketika menggunakan bus transjakarta agar

tidak terjadi pelecehan seksual di dalam bus transjakarta.

4) Bagi petugas transjakarta, hendaknya membatasi penumpang dalam

bus transjakarta.

6. Judul : Komplain Bank Mandiri Syariah (BSM)

a. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

(51) Saya menarik uang di Bank Mandiri Cabang UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

(SR/Komplain Bank Syariah Mandiri (BSM)/21 Juli 2011/62)

Page 103: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

(52) Kemudian, saya disuruh oleh satpam untuk langsung ke BSM yang terdekat. Di sana, penarikan Rp 500 ribu berhasil.

(SR/Komplain Bank Syariah Mandiri (BSM)/21 Juli 2011/63)

Berdasarkan perangkat benda dan realitas yang menjadi

konteksnya, maka ungkapan di sana pada data (52) berarti lokasi

mesin ATM Bank Syariah Mandiri karena didukung oleh konteks

BSM, sebab realitas menunjukkan bahwa setiap bank memiliki mesin

ATM.

b. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator sebagai nasabah Bank Mandiri Syariah merasa

kecewa dengan pelayanan Bank Mandiri, khususnya pelayanan

pengembalian uang.

2) Komunikator mengirimkan kritikan lewat surat pembaca tersebut

dengan tujuan agar diketahui dan ditanggapi oleh pihak Bank

Mandiri Syariah.

3) Bagi pihak Bank Mandiri, hendaknya meningkatkan pelayanannya

bagi para nasabahnya.

Page 104: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

7. Judul : Carrefour Ambassador

a. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

(53) Saya menelepon langsung ke Carrefour Ambassador tapi sulit tersambung dan bahkan seperti dimatikan.

(SR/Carrefour Ambasador/25 Juli 2011/74)

Konteks situasi dengan penafsiran lokasional terdapat pada data

(53) dengan penanda Carrefour Ambasador adalah sebuah tempat

pembelanjaan yang ada di kota Jakarta yang berlokasi di Jakarta

Selatan.

b. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator sebagai pelanggan Carrefour merasa kecewa dengan

pelayanan Carrefour, khususnya penjualan produk roti Carrefour.

2) Komunikator mengirimkan surat pembaca tersebut dengan tujuan

agar diketahui dan ditanggapi oleh pihak Carrefour.

3) Bagi pihak Carrefour, hendaknya lebih ketat menyeleksi dan

memantau produk yang dijual.

Page 105: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

4) Komunikator menghimbau kepada pembeli/pelanggan Carrefour,

hendaknya berhati-hati dalam membeli produk Carrefour,

khususnya produk roti.

8. Judul : Mengkoordinasi Takjil

a. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

(54) Jadi, pada bulan puasa, daerah yang minus bisa diberi modal untuk membuat takjil dan disalurkan secara proporsional.

(SR/Mengoordinasi Takjil/25 Juli 2011/80)

Konteks situasi dengan penafsiran lokasional terdapat pada data

(54) dengan pemarkah kata daerah yang minus. Secara fisik dapat

ditafsirkan daerah tersebut dihuni oleh masyarakat menengah ke bawah

dengan penghasilan rendah, fasilitas yang tidak memadai, dan berada di

pemukiman padat.

b. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator memberikan masukan kepada Republika untuk

memberi kesempatan bagi masyarakat menengah ke bawah untuk

membuat takjil agar mereka mendapatkan rezeki.

Page 106: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

9. Judul : Surat untuk Menteri Agama

a. Prinsip Penafsiran Personal

(55) Bapak Menteri Agama, kami akan memberitahukan bahwa ayah dan kakek tersayang kami yang saat ini telah berusia lanjut, yaitu 93 tahun mempunyai kehendak untuk menunaikan kewajiban yang kelima, yakni naik haji untuk yang pertama kalinya.

(SR/Surat untuk Menteri Agama/2 Agustus 2011/87)

Pelibat wacana biasanya menunjuk pada orang-orang yang berperan

dalam wacana, kedudukannya, jenis hubungan perannya, ciri fisik dan

non-fisik. Pada data (55), penanda ayah dan kakek. Dilihat secara fisik,

dapat ditafsirkan bahwa ayah berjenis kelamin laki-laki, rambutnya

sudah beruban, usianya dibawah usia kakek, sedangkan kakek dapat

ditafsirkan usianya lebih tua dari usia ayah, berjenis kelamin laki-laki,

rambutnya sudah beruban, dan jalannya pelan dan tertatih.

b. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama

waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).

(56) Bapak Menteri Agama, kami akan memberitahukan bahwa ayah dan kakek tersayang kami yang saat ini telah berusia lanjut, yaitu 93 tahun mempunyai kehendak untuk menunaikan kewajiban yang kelima, yakni naik haji untuk yang pertama kalinya.

(SR/Surat untuk Menteri Agama/2 Agustus 2011/83)

Pemahaman makna dan acuan waktu (kapan atau berapa lama)

terhadap kata saat ini pada data (56) mengacu pada rentetan kurang

lebih lima tahun, yaitu rentetan waktu untuk menunggu jadwal

keberangkatan haji.

c. Inferensi

Page 107: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator memberi masukan kepada Departemen Agama untuk

segera merealisasikan program yang disampaikan oleh Menteri

Agama, yakni mendahulukan calon haji yang berusia lanjut.

10. Judul : Pengeras Suara Masjid

a. Prinsip Penafsiran Personal

Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa sesungguhnya

yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana. Dalam surat pembaca

yang berjudul Pengeras Suara Masjid, dapat ditafsirkan bahwa yang

menjadi komunikatornya adalah seorang muslim yang bertugas

sebagai pengurus masjid. Hal ini ditunjukkan dengan ungkapan

berikut:

(57) Sebagai seorang muslim, saya setuju dengan peraturan tersebut.

(SR/Pengeras Suara Masjid/9 Agustus 2011/97)

(58) Masjid kami menerapkan kebijakan bahwa pengeras suara luar hanya untuk azan, sementara untuk kebutuhan lainnya menggunakan speaker (pengeras suara) dalam.

(SR/Pengeras Suara Masjid/9 Agustus 2011/98)

b. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

Page 108: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

(59) Di lingkungan kami bahkan ada mushala lain yang suaranya lebih keras dari suara imam yang ada di masjid tempat kami sholat.

(SR/Pengeras Suara Masjid/9 Agustus 2011/99)

Berdasarkan perangkat benda dan realitas yang menjadi

konteksnya, maka lokasi terjadinya peristiwa pada data (59) tersebut

dapat ditafsirkan di sebuah kampung atau perumahan, ditunjukkan

dengan kata-kata lingkungan, mushala, dan masjid.

c. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama

waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).

(60) Cuma mengapa peraturan yang sudah dikeluarkan dua tahunyang lalu tersebut kurang sosialisasi sehingga ketidak teraturan pengguna pengeras suara masih saja terjadi sampai sekarang.

(SR/Pengeras Suara Masjid/9 Agustus 2011/90)

Pemahaman makna dan acuan waktu (kapan atau berapa lama)

terhadap kata sekarang pada data (60) mengacu pada waktu lebih dari

dua tahun, yang menunjukkan waktu lampau yang diungkapkan

dengan kata-kata dua tahun yang lalu.

d. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

Page 109: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

1) Bagi pemerintah, hendaknya memberikan sosialisasi secara

menyeluruh mengenai peraturan penggunaan pengeras suara untuk

tempat beribadah.

2) Bagi pengurus masjid maupun pengurus mushola, hendaknya

dalam menggunakan pengeras suara masjid tidak mengganggu

umat beragama lain yang berada di sekitar masjid.

11. Judul : Diskon Ramadhan

a. Prinsip Penafsiran Personal

(61) Untuk itu, masyarakat menengah bawah jangan sampai tergiur berbelanja dengan diskon.

(SR/Diskon Ramadhan/9 Agustus 2011/108)

Pada data (61) dapat dianalisis berdasarkan konteks situasi melalui

prinsip penafsiran personal. Penanda masyarakat menengah bawah

dapat ditafsirkan berpenghasilan rendah, hidup sederhana, dan tinggal

di pemukiman yang padat.

b. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

(62) Menyambut bulan suci Ramadhan ini, misalnya saya lihat pusat-pusat perbelanjaan atau yang populer disebut department store atau pasar swalayan mempromosikan barang-barang dagangan mereka dengan potongan harga 50-70 persen.

(SR/Diskon Ramadhan/9 Agustus 2011/109)

Berdasarkan perangkat benda dan realitas yang menjadi

konteksnya, maka tempat atau lokasi terjadinya keadaan tersebut dapat

Page 110: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

ditafsirkan di sebuah pusat pembelajaan Matahari Departemen Store.

Hal itu ditunjukkan pada data (62) dengan kata-kata potongan harga

50-70 persen.

c. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama

waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses). Penafsiran waktu

yang terjadi pada data (62) ditafsirkan mengacu pada rentetan waktu

kira-kira satu bulan yakni selama bulan ramadhan. Penafsiran waktu

tersebut ditunjukkan pada kata-kata menyambut bulan suci Ramadhan.

d. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Bagi konsumen, khususnya berpenghasilan rendah hendaknya

tidak tergiur dengan program diskon yang diadakan oleh pihak

Matahari Departemen Store, karena produk yang tawarkan

tersebut, harganya sudah dinaikkan terlebih dahulu sebelum

didiskon.

2) Bagi pihak Matahari Departemen Store, hendaknya tidak

memanfaatkan keadaan untuk menipu konsumen.

Page 111: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

3) Bagi pemerintah, hendaknya segera menindak pihak-pihak yang

melakukan program diskon tersebut yang telah menipu masyarakat

luas.

12. Judul : Tunjangan Sertifikasi Guru

a. Prinsip Penafsiran Personal

(63) …Bapak/Ibu pejabat yang berwenang untuk mencairkan tunjangan sertifikasi profesi guru sebelum Idul Fitri 1432 H, kami ucapkan terima kasih.

(SR/Tunjangan Sertifikasi Guru/19 Agustus 2011/116)

Penafsiran personal yang terdapat dalam data (63) yaitu pada

penanda Bapak/Ibu pejabat yang berwenang dapat ditafsirkan sebagai

pegawai Dikpora, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yang

mengurusi tunjangan sertifikasi guru.

b. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama

waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses). Kata sebelum

pada data (63) mengacu waktu kurang dari sebulan, yang dibatasi

dengan kata-kata Idul Fitri 1432 H.

c. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

Page 112: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

1) Komunikator mengirim surat pembaca tersebut agar diketahui oleh

pegawai Dikpora, pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat

yang mengurusi tujangan sertifikasi guru.

13. Judul : Mengenang Prof H Hembing

a. Prinsip Penafsiran Personal

(64) Saya adalah salah seorang pasien Bapak Hembing yang merasa sangat kehilangan dan berduka cita atas berpulangnya atauwafatnya beliau.

(SR/Mengenang Prof H Hembing/19 Agustus 2011/117)

(65) Dengan menunjukkan foto-foto rontgen, CT Scand, dan MRI, Prof Hembing juga tidak menyetujui untuk operasi. Saya menjalani terapi akupunktur selama satu tahun seminggu dua kali dan mengonsumsi obat-obatan herbal.

(SR/Mengenang Prof H Hembing/19 Agustus 2011/130)

(66) Sungguh saya sangat kagum dengan kepakaran atau keahlian Pak Hembing dalam bidang terapi akupuntur dan pengobatan tradisional.

(SR/Mengenang Prof H Hembing/19 Agustus 2011/131)

Berdasarkan prinsip penafsiran personal, penanda Bapak Hembing

pada data (64) dapat ditafsirkan sebagai seorang pakar yang ahli dalam

bidang terapi akupuntur dan pengobatan tradisional, sebagaimana yang

didukung pada data (66) yaitu pada ungkapan kepakaran atau keahlian

Pak Hembing dalam bidang terapi akupuntur dan pengobatan

tradisional. Dia bukan seorang dokter, hal ini diperkuat pada ungkapan

pada data (65) tidak menyetujui untuk operasi.

b. Prinsip Penafsiran Lokasional

Page 113: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

(67) …berobat ke Bapak Hembing yang tempat praktiknya dekat RS Pelni Petamburan.

(SR/Mengenang Prof H Hembing/19 Agustus 2011/132)

Pada data (67), tempat praktek tersebut berada di sekitar RS Pelni

Petamburan, dapat ditafsirkan lokasinya tidak jauh dari RS Pelni

Petamburan yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer, ditunjukkan pada

ungkapan dekat RS Pelni Petamburan.

c. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator mengajak pembaca mengenang tokoh besar dan

berjasa kemanusiaan yang bernama Prof H Hembing.

14. Judul : Perbedaan Idul Fitri

a. Prinsip Penafsiran Personal

(68) Karena masing-masing mempunyai aturan yang telah ditentukan.(SR/Perbedaan Idul Fitri/27 Agustus 2011/139)

(69) Dalam merayakan Idul Fitri 1432 ini umat Islam di seluruh dunia akan mengalami perbedaan dalam melaksanakannya. Sebagian ada yang tanggal 30 Agustus 2011 (Muhammadiyah) dan ada yang melaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2011 (pendapat ormas Islam NU dan Pemerintah) bagaimana dengan ormas lainnya?

(SR/Perbedaan Idul Fitri/27 Agustus 2011/140)

Page 114: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Berdasarkan prinsip penafsiran personal, maka pada data (68) yaitu

penanda masing-masing dapat ditafsirkan yakni umat Islam di Indonesia

yang mengikuti golongan tertentu dalam penentuan hari raya Idul Fitri.

b. Prinsip Penafsiral Lokasional

Prinsip penafsiran lokasional dan temporal pada data (69) dapat

ditafsirkan bahwa tempat yang mengalami perbedaan perayaan Idul Fitri

tersebut dapat dilihat di Jawa Timur, mayoritas masyarakatnya

mengikuti ormas Islam NU, sedangkan di Jawa Tengah ataupun di Jawa

Barat mayoritas masyarakatnya mengikuti ormas Islam

Muhammadiyah.

c. Prinsip Penafsiran Temporal

Waktu pelaksanaan perayaan Idul Fitri antara ormas Islam NU,

ormas Islam Muhammadiyah, ataupun oramas lainnya hanya terpaut

satu hari, yakni Ormas Muhamadiyah melaksanakan perayaan Idul Fitri

lebih awal daripada Ormas Islam NU dan Pemerintah ataupun ormas

lainnya. Hal tersebut ditunjukkan pada tanggal tanggal 30 Agustus 2011

(Muhammadiyah) dan tanggal 31 Agustus 2011 (pendapat ormas Islam

NU dan Pemerintah).

d. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :.

Page 115: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

1) Perbedaan penentuan hari raya Idul Fitri tersebut hendaknya tidak

menjadi perselisihan, sebaiknya dimanfaatkan untuk saling

bersilaturahmi sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang

harmonis.

15. Judul : Fenomena Dai di TV

a. Prinsip Penafsiran Personal

(70) Pembicara pada waktu itu, di antaranya almukarom KH. M. Ali Mustofa Ya’kub (Imam Besar Masjid Istiqlal)

(SR/Fenomena Dai di TV/29 Agustus 2011/151)

(71) …KH. M Ali Mustofa Ya’kub sebagai ulama besar.(SR/Fenomena Dai di TV/29 Agustus 2011/152)

Pada data (70) dapat dianalisis berdasarkan konteks situasi melalui

prinsip penafsiran personal. Pada data tersebut tergambar bahwa KH.

M. Ali Mustofa secara non fisik dapat ditafsirkan adalah seorang yang

berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan yang luas mengenai

agama Islam sehingga menjadi ustadz senior. Prinsip ini ditunjukkan

pada kata-kata Imam Besar Masjid Istiqlal dan ulama besar.

b. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

(72) Ahad sore (7/8/2011), kami sekeluarga menonton Tabligh Akbar Ramadhan yang ditayangkan secara live di salah satu stasiun televisi swasta.

(SR/Fenomena Dai di TV/29 Agustus 2011/153)

Page 116: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

(73) … menahan diri untuk tidak menegur ustaz tersebut di atas/di depan forum/jamaah tabligh akbar serta disaksikan jutaan pemirsa televisi.

(SR/Fenomena Dai di TV/29 Agustus 2011/154)

Realitas situasi yang diungkapkan pada data (72) dan data (73)

adalah di sebuah panggung studio di salah satu stasiun televisi swasta

yang disiarkan secara langsung. Para ustadz atau dai-dai muda

menyampaikan dakwahnya di atas panggung studio yang disaksikan

oleh penonton di studio dan pemirsa yang menyaksikan di televisi. Hal

tersebut didukung oleh kata-kata ditayangkan secara live di salah satu

stasiun televisi swasta dan disaksikan jutaan pemirsa televisi.

c. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama

waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).

(74) Tak dapat dipungkiri, memang saat ini banyak dai atau penceramah yang hanya menonjolkan unsur-unsur komedi, lawak, lelucon, dan komedi dalam dakwahnya, tapi justru esensi atau pesan-pesan dakwah yang disampaikan menjadi amat minim.

(SR/Fenomena Dai di TV/29 Agustus 2011/143)

Pada data (74), penanda saat ini mengacu pada waktu kira-kira 5-

10 menit, yaitu waktu yang digunakan dai atau penceramah

menyampaikan dakwahnya di atas panggung studio yang disiarkan

secara langsung.

Page 117: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

d. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Bagi ustadz senior sebagai orang yang berpendidikan tinggi

hendaknya lebih berhati-hati dalam memberikan kritikan kepada

ustadz junior, terutama ketika di depan forum.

2) Bagi ustadz junior, hendaknya tidak berhenti berkompetensi, selalu

introspeksi diri, mengevalusi diri dan terus belajar agama Islam.

3) Bagi pihak media massa elektronik, hendaknya lebih berhati-hati

dan selektif dalam menyiarkan acara-acara keagamaan karena

dilihat oleh seluruh rakyat Indonesia.

16. Judul : Kapan Muslim Kompak Lebaran

a. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya

suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka memahami

wacana.

(75) Telah sering kali umat Islam di Indonesia menunjukkan tidak adanya kesepakatan menentukan hari akhir bulan saum (Ramadhan) sehingga menimbulkan pergesekan di antara umat Islam sendiri.(SR/Kapan Muslim Kompak Lebaran?/2 September 2011/165)

Berdasarkan prinsip penafsiran lokasional, peristiwa yang terjadi

pada data (75) dapat ditafsirkan bahwa umat Islam yang berada di Jawa

Page 118: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Timur, mayoritas masyarakatnya menentukan hari Lebaran atau

penetapan 1 Syawal dengan cara melihat bulan, sedangkan umat Islam

yang berada di Jawa tengah ataupun di Jawa Barat, mayoritas

masyarakatnya menentukan hari lebaran dengan perhitungan hisab

(kalender).

b. Prinsip Analogi

(76) Alam semesta ini sudah diatur oleh komputer Allah dan tidak ada perubahan kecuali bila Allah menghendaki.(SR/Kapan Muslim Kompak Lebaran?/2 September 2011/166)

Berdasarkan prinsip analogi, pada data (76) pembaca dapat

menginterpretasikan komputer Allah yang berarti seperangkat sistim

yang sudah diatur dan ditetapkan oleh Allah dalam penentuan hari

Lebaran. Penentuan tersebut dengan perhitungan hisap (kalender) tetap

sesuai yang tertulis dalam Alquran.

c. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator mengajak pembaca khususya umat muslim untuk tidak

mempermasalahkan perbedaan penentuan hari Lebaran agar tercipta

kehidupan bermasyarakat yang tenang dan damai.

2) Komunikator memberikan masukan Majelis Ulama dan umat

muslim di Indonesia sebaiknya dalam menentukan hari Lebaran

dengan perhitungan hisap (kalender) tetap.

Page 119: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

17. Judul : Menyambut Hari Kemenangan

a. Prinsip Penafsiran Personal

(77) Bagi sebagian kalangan, hal tersebut cukup disayangkan karena mereka disibukkan dengan hal-hal yang sebenarnya dalam hikmah Ramadhan yang tidak dianjurkan. Akhir bulan ramadhan hendaknya dijadikan semangat yang lebih dan rutinitas ibadah yang makin padat.

(SR/Menyambut Hari Kemenangan/6 September 2011/176)

Pada data (77) pemarkah mereka dapat ditafsirkan masyarakat

yang beragama Islam dalam menyambut hari Lebaran. Hal ini ditunjukkan

pada kata-kata akhir bulan ramadhan hendaknya dijadikan semangat yang

lebih dan rutinitas ibadah yang makin padat.

b. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator memberikan gambaran mengenai budaya masyarakat

Indonesia ketika menyambut hari raya Idul Fitri, hendaknya

meninggalkan budaya tersebut dan mengisi akhir bulan ramadhan

dengan meningkatkan ibadah.

18. Judul : Masalah Perbedaan Idul Fitri

a. Prinsip Penafsiran Personal

(78) Alangkah indahnya apabila umat yang satu ini dalam bertindak, terutama dalam hal-hal prinsip seperti Idul Fitri, selalu mengedepankan kebersamaan.

(SR/Masalah Perbedaan Idul Fitri/6 September 2011/185)

Page 120: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Pada data (78) penanda umat yang satu ini ditujukan kepada salah

satu pengirim surat pembaca “Suarapublika”. Hal tersebut sebagai

sindiran agar orang yang bersangkutan lebih menghargai perbedaan

penentuan hari raya Idul Fitri.

b. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Hendaknya umat muslim tidak mempermasalahkan perbedaan Idul

Fitri yang terjadi di dalam masyarakat.

19. Judul : Idul Fitri

a. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama

waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).

(79) Dan, kejadian serupa pasti akan terjadi lagi pada masa yang akan datang selama perbedaan cara pandang untuk memahami hadis Rasullah tentang puasa dan hari raya tidak diselesaikan.

(SR/Idul Fitri/15 September 2011/191)

Pada data (79), penanda masa yang akan datang mengacu pada

rentetan waktu kurang lebih satu tahun, yaitu rentetan waktu yang

digunakan umat muslim dalam menyambut datangnya hari raya Idul

Fitri.

Page 121: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

b. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator mengajak seluruh umat Islam di Indonesia untuk

bersatu dalam menyikapi perbedaan hari raya Idul Fitri yang terjadi

setiap tahunnya.

2) Bagi pemerintah, hendaknya dalam menentukan pelaksanaan hari

raya Idul Fitri sebaiknya independen, tidak berpihak dengan

golongan tertentu.

20. Judul : Kartu Halo Telkomsel

a. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi

terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka

memahami wacana.

(80) Pada 8 September 2010, handphone saya dengan nomor tersebut hilang di pom bensin km 47 Cikampek…

(SR/Kartu Halo Telkomsel/24 September 2011/201)

Konteks situasi dengan penafsiran lokasional terdapat pada data

(80) dengan penanda Cikampek, dapat ditafsirkan daerah tersebut

berada kota Jakarta.

b. Prinsip Penafsiran Temporal

Page 122: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama

waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).

(81) Bahkan, hingga sekarang, tagihan sudah mencapai Rp 2,3 juta.(SR/Kartu Halo Telkomsel/24 September 2011/202)

Pada data (81), sekarang mengacu pada rentetan kurang lebih

setahun, yaitu rentetan waktu yang digunakan komunikator untuk

menunggu tanggapan pemblokiran dari pihak Telkomsel.

c. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator mengirimkan surat pembaca tersebur agar ditanggapi

oleh pihak Telkomsel, karena komunikator merasa kecewa dengan

pelayanan Telkomsel.

2) Bagi pihak Telkomsel, hendaknya lebih meningkatkan pelayanan

bagi pelanggannya.

21. Judul : Tunjangan Fungsional Guru Kota Depok

a. Prinsip Penafsiran Personal

(82) Mohon penjelasan pihak terkait.(SR/Tunjangan Fungsional Guru Kota Depok/24 September 2011/210)

Berdasarkan prinsip penafsiran personal pada data (82), penanda

pihak terkait dapat ditafsirkan sebagai pegawai Dikpora, pemerintah

Page 123: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

daerah, ataupun pemerintah pusat yang mengurusi dana sertifikasi guru

di Kota Depok.

b. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator mengirimkan surat pembaca tersebut agar pemerintah

mengetahui permasalahan yang terjadi di Kota Depok mengenai

tunjangan fungsional dan sertifikasi guru swasta yang belum

menerima haknya.

22. Judul : Pelanggan Telkomsel

a. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman

mengenai waktu. Prinsip ini dapat menafsirkan kapan dan berapa lama

waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).

(83) Pada 16 September 2011 saya menggunakan provider ini di I-Phone saya. Saya menggunakan provider ini sudah cukup lama. Kemarin-kemarin saya tidak mempunyai trouble, tetapi akhir-akhir ini saya merasa bahwa pulsa saya terpotong Rp 70 ribu dari pulsa sebelumnya Rp 200 ribu.

(SR/Pelanggan Telkomsel/29 September 2011/222)

Pada data (83), penanda akhir-akhir ini mengacu pada rentetan

waktu kurang dari sebulan, yaitu rentetan waktu yang dialami oleh

komunikator saat mengalami masalah dengan provider Tekomsel. Hal

Page 124: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

tersebut ditunjukkan kata-kata 16 September 2011 sampai tanggal

pemuatan surat pembaca tersebut, yakni 29 September 2011.

b. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Komunikator mengirimkan surat pembaca tersebut agar ditanggapi

oleh pihak Telkomsel dan meminta pertanggung jawabnya.

2) Bagi pihak Telkomsel, hendaknya lebih meningkatkan pelayanan

kepada pelanggannya agar pelanggan tidak mengalami kerugian

dan kekecewaan.

23. Judul : Layanan E-KTP

a. Prinsip Penafsiran Personal

(84) Apakah terdapat oknum-oknum nakal yang bermain di balik pembuatan e-KTP ini.

(SR/Layanan E-KTP/29 September 2011/234)

Berdasarkan prinsip penafsiran personal pada data (84), penanda

oknum-oknum nakal dapat ditafsirkan ketua RT, ketua RW, pegawai

kelurahan, pegawai kecamatan, pemerintah daerah ataupun pemerintah

pusat yang mengurusi pembuatan e-KTP.

b. Inferensi

Inferensi merupakan proses yang dilakukan oleh komunikan

(pembaca) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

Page 125: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (penulis). Inferensi

yang dapat diambil seperti berikut :

1) Pemerintah hendaknya lebih matang dalam merencanakan program

yang akan dilakukan yakni pembuatan e-KTP.

2) Pemerintah hendaknya memberikan sarana yang lengkap dalam

proses pembuatan e-KTP.

3) Dalam pelaksanaan e-KTP, hendaknya pemerintah daerah dan

pusat melakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat, baik di

kota maupun di daerah terpencil.

4) Dalam pendataan penduduk, hendaknya dilakukan dengan teliti

dalam pembuatan e-KTP.

Page 126: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data yang sudah dijabarkan pada bab sebelumnya,

maka diperoleh simpulan yang akan memberikan jawaban dari masalah yang

diajukan dalam penelitian. Berikut ini simpulan yang dihasilkan pada penelitian

ini :

1. Dari analisis yang dilakukan pada rubrik “Suarapublika” dalam surat

kabar Republika, terdapat dua unsur kohesi tekstual yakni kohesi

gramatikal yang mencerminkan kepaduan bentuk bahasa dan kohesi

leksikal yang mencerminkan kepaduan makna. Terdapat empat unsur

kohesi gramatikal meliputi : (1) Pengacuan yang terdiri atas

pengacuan persona pertama tunggal, pengacuan persona pertama

jamak, pengacuan persona ketiga tunggal, pengacuan persona ketiga

jamak, pengacuan demonstratif waktu (temporal), demonstratif

tempat (lokasional), (2) Substitusi terdiri dari substitusi verbal,

substitusi nomina, substitusi frasal, dan substitusi klausal, (3)

Pelesapan, dan (4) Konjungsi. Terdapat enam unsur kohesi leksikal

yang meliputi : (1) Repetisi yang terdiri atas repetisi epizeuksis,

repetisi tautotes, repetisi anafora, dan repetisi epistrofa, (2) Sinonimi

meliputi sinonimi kata dengan kata dan sinonimi kata dengan frasa,

(3) Antonimi terdiri dari antonimi mutlak, antonimi kutub, antonimi

hubungan, antonimi hirarkial, dan antonimi majemuk, (4) Kolokasi

107

Page 127: digilib.uns.ac.id/Kohesi-Tekstual-dan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA” DI SURAT KABAR REPUBLIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

atau sanding kata, (5) Hiponimi atau hubungan atas bawah, (6)

Ekuivalensi atau kesepadanan bentuk.

2. Selain menganalisis kohesi tekstual yang terdiri dari aspek gramatikal

dan aspek leksikal, penelitian ini juga menganalisis mengenai

kontekstual wacana yang meliputi prinsip penafsiran personal, prinsip

penafsiran lokasional, prinsip temporal, prinsip analogi, dan inferensi.

Dari kedua langkah yang digunakan dalam menganalisis wacana

rubrik “Suarapublika” surat kabar Republika, maka terciptalah

pemahaman pembaca.

B. Saran

Penelitian ini berusaha menyajikan tentang kohesi tekstual dan kontekstual

wacana pada rubrik “Suarapublika” di surat kabar Republika dengan pendekatan

analisis wacana. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu

diperbaiki dalam melakukan penelitian ini karena keterbatasan waktu, ruang, dan

pengetahuan penulis. Maka dari itu, analisis wacana ini belum bisa penulis kaji

secara mendalam. Penulis berharap dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya

untuk menjawab permasalahan dengan lebih mendalam dan bervariasi lagi

mengenai analisis wacana baik unsur kohesi tekstual dan kontekstual wacana.