koperasi & ukm no. 07 - september.2017 koperasi...

22
KOPERASI MENEMBUS GENERASI MILENIAL No. 07 - September.2017 KOPERASI & UKM @KemenkopUKM Koperasi Menembus Generasi Milenial Seluruh Koperasi Wajib RAT Mulai 2018 Cegah Koperasi Jadi Wadah Pencucian Uang H.14 H.7 H.03

Upload: tranquynh

Post on 13-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KOPERASI MENEMBUS GENERASI MILENIAL

No. 07 - September.2017KOPERASI & UKM

@KemenkopUKMKoperasi MenembusGenerasi Milenial

Seluruh Koperasi Wajib RAT Mulai 2018

Cegah Koperasi Jadi Wadah Pencucian Uang

H.14H.7H.03

20172

15 INSPIRASI UKM: Perjuangan Sukses Pembuat Roti Gaplek

17 TOKOH: Korporatisasi Petani Ala Luwarso

2 DAFTAR ISI 3 LIPUTAN KHUSUS

7 SELURUH KOPERASI WAJIB RAT MULAI 2018

8 BELUM OPTIMALNYA UMKM MANFAATKAN HAK CIPTA

9 PERLU PENDAMPING USAHA DI SETIAP KECAMATAN

10 APLIKASI LAMIKRO.COM SEGERA DILUNCURKAN

11 MEMBANGUN KOORDINASI STRATEGIS MEMBENTUK JAMKRIDA

Penanggung Jawab: Hardiyanto, Redaktur: Darmono, Redaktur Pelaksana: Bambang Sunaryo, Penyunting/Editor: M.Maulana, S.I.Kom, Edy Haryana, S.Sos, Desain: Muhammad Ali, Adhiguna Suryadi, Mulyadi, Fotografer: Timbul Priyono, Topik, Kurniawan, Sekretariat: Nurlailah, Fira Desiana Nasril, Suhandi, Imam Ahmad Al Hushori, Sutarsono. S.sos, Ali Imron Rasidi, Rr. Dwitya Suci, Pradityo Ariwibowo, Nur Sholeh, M. Kamal, Wira Suanda

Daftar isi

Generasi milenial menjadi

generasi yang saat ini

digadang-gadang menjadi

bagian penting dalam perkembangan

negara Indonesia. Apalagi jika

melihat pada prediksi periode bonus

demografi yang pada tahun 2020

s/d 2030, usia produktif lebih banyak

dibandingkan usia yang non-produktif.

Namun apakah koperasi sadar akan

hal ini?

Bisa dikatakan saat ini koperasi

merupakan barang antik yang perlu

dikenalkan ke generasi milenial.

Mengingat koperasi saat ini sudah

berusia 70 tahun, perlu adanya

pembaruan brand dari koperasi agar

kembali dikenal oleh generasi tersebut.

Dimulai dari adanya keinginan koperasi

untuk dapat menyesuaikan dengan

era saat ini. Era dimana teknologi

dan informasi menjadi komiditi utama

dalam pergerakan ekonomi global.

Sudah seharusnya koperasi

mengembalikan kejayaannya yang

pernah ada pada jaman orde baru,

dimana koperasi menjadi poros

dalam setiap kegiatan ekonomi di

perkantoran pemerintah, di setiap

desa, bahkan di setiap sekolah.

Generasi milenial yang kini terbiasa

dengan kecepatan arus informasi

menjadi alasan mengapa koperasi

perlu berbenah diri, terutama dalam

mengimplementasikan teknologi dalam

kegiatan koperasi.

Koperasi yang kini hanya dijadikan

pelengkap buku pelajaran perlu

diubah menjadi sebuah kebutuhan

di masyarakat. Terutama dimulai dari

sekolah dan perguruan tinggi dimana

koperasi perlu menyatukan dirinya

ke dalam budaya dan lingkungan

generasi milenial. Kebiasaan dari

generasi itu perlu dipelajari dan

disesuaikan sehingga koperasi bukan

lagi menjadi barang yang jadul.

Misalnya dengan membuat akun di

media sosial yang memperkenalkan

diri bahwa koperasi tidak diisi hanya

oleh orang tua saja. Koperasi juga

mampu bermain dalam gelombang

teknologi dan informasi. Oleh karena

itu koperasi perlu memberikan added

value yang dibutuhkan oleh anak-anak

muda saat ini.

Budaya generasi milenial yang sering

membentuk komunitas juga bisa

menjadi peluang untuk rebranding

koperasi. Acara yang sekedar ngumpul

bisa ditambahkan nilainya jika

membuat koperasi. Selain menambah

keeratan hubungan antar sesama

(anggota), kumpulan ini menjadi

legal dan bisa dikembangkan untuk

usaha yang produktif. Maka tepat jika

membuat koperasi bak menyelam

sambal minum air.

Untuk itu rebranding koperasi

menjadi bagian penting yang harus

dilakukan sehingga koperasi tetap

hidup dalam pusaran generasi milenial.

20 SUKABUMI, KETIKA KOPERASI DAN UKM TUMBUH SEIRING

32017

KOPERASI MENEMBUS GENERASI MILENIAL

Liputan Khusus

Harus diakui, suka atau tidak

suka, nama, makna, dan

peran koperasi dalam kancah

perekonomian nasional, belum terlalu

popular khususnya di kalangan kaum

milenial atau mereka yang lahir pada

kurun akhir 1990-2000an.

Sampai-sampai, ada sebuah survei

yang menyebutkan bahwa generasi

milenial usia 17-30 tahun yang jum-

lahnya bisa mencapai 60% dari total

penduduk Indonesia, tidak paham

dan tidak tertarik pada koperasi.

Tentu saja, fenomena dan fakta

itu menggelitik Menteri Koperasi

dan UKM AAGN Puspayoga. Untuk

itu, mantan Wakil Gubernur Bali dan

Walikota Denpasar itu pun mengge

lontorkan program strategis bertajuk

Re-Branding Koperasi.

“Saya berharap mahasiswa bisa

menjadi ikon dalam upaya Re-Brand-

ing koperasi di kalangan generasi

muda, khususnya mahasiswa. Tujuan

Re-Branding itu agar generasi muda

tahu, paham, dan tertarik berkop-

erasi,” tandas Menkop.

Menkop menyebutkan, mahasiswa

yang mampu bicara tentang koperasi

itu kini menjadi sesuatu yang langka.

“Saya berharap mahasiswa mampu

menjadi motor dalam Re-Branding

koperasi di kalangan generasi

muda,” imbuh Puspayoga.

Namun, Puspayoga mengakui,

tidak bisa begitu saja mengajak

mahasiswa dan generasi milenial

lainnya untuk mengenal koperasi

dengan cara ceramah, seminar, atau

pun workshop. “Kami di Kemenkop

UKM sedang merancang cara yang

jitu dan tepat, agar Re-Branding

koperasi bisa berhasil. Oleh karena

itu juga, saya berharap mahasiswa

yang sudah aktif berkoperasi bisa

mengajak yang lainnya untuk

mengenal dan memahami eksistensi

koperasi,” kata Puspayoga.

Hanya saja, lanjut Menkop, lang-

kah awal dari Re-Branding koperasi

sudah dimulai dengan menggulirkan

program Reformasi Total Koperasi.

Dimana nantinya dengan dimun-

culkannya koperasi-koperasi yang

berkualitas akan membukakan mata

kalangan generasi milenial tentang

peran koperasi sebagai tulang pung-

gung perekonomian nasional.

“Saat ini, tak usah heran bila

banyak koperasi sudah memiliki aset

ratusan miliar hingga triliunan rupiah.

Termasuk Kopma, bila dikelola

dengan baik dan benar, bukan tidak

mungkin bisa menjadi besar,” kata

Puspayoga.

Untuk itu, Puspayoga takkan

terlalu gundah karena sudah ada

dua Koperasi Mahasiswa (Kopma),

yaitu Kopma UGM Yogyakarta dan

UIN Walisongo Semarang, yang

bakal jadi motor penggerak program

re-Branding Koperasi di kalangan

generasi milenial. “Di satu sisi,

banyak generasi milenial tidak tahu

dan paham benar tentang koperasi,

namun di sisi lain saya menyaksikan

ada Kopma Walisongo menerima

3.700 mahasiswa sebagai anggota

baru koperasi,” kata Puspayoga.

Puspayoga pun akan menjadikan

Kopma Walisongo sebagai koperasi

percontohan dalam mengembang-

kan Kopma-Kopma di seluruh Indo-

nesia. “Untuk mengawal keberadaan

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan arahan saat membuka workshop Pendidikan 3700 Anggota

Koperasi Mahasiswa UIN Walisongo di Semarang, Senin 28 Agustus 2017.

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

20174

Kopma, khususnya Kopma Walison-

go, Kementerian Koperasi dan UKM

akan membantu dalam melakukan

pendampingan,” imbuh Menkop.

Bagi Menkop, Indonesia saat ini

tidak membutuhkan jumlah koperasi

besar dalam kuantitas secara badan

hukum. Melainkan terus mendorong

koperasi berkualitas meski jumlahnya

tidak banyak.

“Salah satu indikator koperasi

berkualitas itu apabila jumlah ang-

gotanya selalu meningkat setiap ta-

hun. Itu yang kita canangkan dalam

program Reformasi Total Koperasi

di seluruh Indonesia yang mencakup

rehabilitasi koperasi, reorientasi kop-

erasi, dan pengembangan koperasi,”

kata Puspayoga.

Selain pendampingan, lanjut

Puspayoga, Kemenkop dan UKM

juga akan memberikan pelatihan-

pelatihan bagi Kopma Walisongo di

antaranya, pelatihan kewirausahaan

dan manajemen perkoperasian.

Tujuannya, agar mahasiswa

mampu berkoperasi dengan baik

dan benar. “Sedangkan dengan

pelatihan kewirausahaan, saya ber-

harap agar para mahasiswa setelah

lulus nanti bisa mengubah pola piker

dari pencari kerja menjadi pencipta

lapangan kerja sebagai wirausaha,”

papar Puspayoga.

Kiprah kopma pun tak perlu

diragukan lagi, Ketua Kopma UGM

Akhmad Faqihuddin misalnya, men-

gungkapkan bahwa pihaknya pada

28 Oktober 2017 menyelenggarakan

Olimpiade Koperasi Siswa Nasional

2017 di Kampus UGM. Pesertanya

dating dari berbagai Koperasi Siswa

se-Indonesia. “Materi yang dilom-

bakan diantaranya semua tentang

perkoperasian, dari mulai aturan-

aturan hukum (UU, Peraturan Men-

teri), hingga pengenalan koperasi,”

katanya.

Dia menambahkan, saat ini Kop-

ma UGM memiliki anggota sebanyak

1.064 mahasiswa UGM dari berbagai

fakultas. Selain itu, Kopma UGM

juga memiliki beberapa unit usaha

yang dikelola. Diantaranya, swa-

layan (minimarket) di kampus UGM,

Warparpostel (logistik) kerja sama

dengan JNE dan PT Pos dalan jasa

pengiriman, konveksi untuk keper-

luan kampus dan sekolah-sekolah di

sekitar kampus UGM, serta kafetaria

atau semacam foodcourt di kampus

UGM.

“Kita juga baru mengembangkan

program yang dinamakan Wirausaha

Anggota. Dimana Kopma mendorong

para mahasiswa anggota Kopma

untuk menjadi wirausaha. Di samp-

ing itu, Kopma UGM di usianya yang

35 tahun aktif dan rutin mengadakan

RAT,” tukas Faqihuddin.

Sementara itu, Ketua Kopma Wal-

isongo UIN Semarang Edi Hermawan

menjelaskan, Kopma Walisongo

terus mengalami peningkatan kinerja

unit usahanya, seperti UKM Mart,

fotocopy, produksi aksesoris,

penjualan dan persewaan toga,

katering Kopma, kafe, konter pulsa

dan deposit. “Bahkan, saat ini, kami

memiliki unit usaha baru seperti jasa

service computer dan Galeri UIN. Ini

merupakan sebuah inovasi berbasis

keterampilan anggota. Jadi, usaha

service komputer dan Galeri UIN

merupakan buah dari keterampilan

anggota Kopma Walisongo,” jelas

Edi.

Dengan jumlah anggota Kopma

Walisongo lebih dari 14 ribu anggota,

Edi mengatakan bahwa Kopma

Walisongo memiliki rencana ke

depan, yaitu ingin mengembangkan

Kopma tidak hanya bergerak di

dalam kampus. “Tapi, kita berupaya

untuk mengembangkan Kopma

di luar kampus. Yang mana, ini

akan memberikan peluang buat

Kopma agar bisa mengembangkan

Kopma menjadi lebih maju dan dapat

mensejahterakan anggota,” kata Edi

Edi menjelaskan bahwa pihaknya

memiliki beberapa strategi khusus

dalam upaya menyosialisasikan

koperasi di kalangan mahasiswa.

Diantaranya, mengadakan kerja

sama dengan Unit Kegiatan Maha-

siswa (UKM) dan BEM tingkat uni-

versitas untuk melakukan sosialisasi

koperasi. “Ini sangat penting, karena

biasanya mahasiswa berkumpul

dalam organisasi-organisasi tingkat

kampus. Selanjutnya, kami juga

melakukan kegiatan Pendidikan

Anggota sesuai dengan standar

Lembaga Pendidikan Perkoperasian

(Lapenkop),” jelas Edi.

Sayangnya, Edi mengakui, du-

kungan pihak kampus masih sangat

minim. Mulai dari dukungan secara

material maupun secara moral, pihak

kampus masih belum memihak den-

gan koperasi secara nyata. Ditambah

lagi, adanya Pusat Pengembangan

Bisnis yang dibentuk pihak kampus,

membuat gerak koperasi semakin

sempit. “Selain itu, juga adanya

kebijakan-kebijakan baru, sehingga

koperasi mendapat perhatian yang

minim dari kampus,” tandas Edi.

Edi pun berharap Kementerian Ko-

perasi dan UKM dapat memberikan

perlindungan dan perhatian kepada

Kopma, ketika ada kebijakan yang

berpotensi kurang baik terhadap

perkembangan dari Kopma. “Karena,

masalah kebijakan dari instansi kam-

pus sebagian besar perguruan tinggi

cenderung memberikan dampak

yang kurang baik terhadap kemajuan

Koperasi Mahasiswa,” pungkas Edi.•

Foto bersama Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga dengan pengurus

Koperasi Mahasiswa UGM.

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

52017

SurotoKetua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis ( AKSES)

Re-branding Koperasi Butuh Pembaharuan Regulasi

K emenkop dan UKM telah

menggulirkan konsep

rebranding koperasi bagi

generasi milenial. Ini upaya bagus

untuk merehabilitasi kembali gerakan

koperasi agar tidak ditinggalkan

anak-anak muda. Untuk mengako-

modir hal ini maka perlu langkah

perbaikan regulasi. Undang-Undang

(UU) No. 25 Tahun 1992 sudah tidak

memadai untuk memberikan stimu-

lasi daya tarik bagi pengembangan

koperasi bagi generasi milenial di

Tanah Air.

Contoh paling kongkrit adalah

mengenai keanggotaan koperasi.

Menurut UU untuk mendirikan kop-

erasi itu diperlukan 20 orang sebagai

syarat awal. Akibatnya, anak-anak

muda yang mau memulai bisnis

menggunakan jalur koperasi tidak

muncul.

Mereka yang sudah aktif di Koper-

asi Mahasiswa (Kopma) waktu masih

kuliah juga pada akhirnya tidak mau

mengembangkan koperasi karena

hambatan ini. Mereka pada akhirnya

hanya jadi pekerja atau berbisnis

secara kapitalis.

Padahal, di luar negeri untuk

mendirikan bisnis koperasi itu hanya

perlu 2 orang saja. Ini juga diatur

dalam International Co-operative

Law Guidance. Maka idealnya dalam

RUU koperasi yang sedang dibahas

di parlemen harus mengakomodir ini.

Perbedaan paling mendasar

adalah kalau dalam perusahaan ko-

perasi itu setiap orang mempunyai

hak satu suara. Sedang di perse-

roan itu mereka yang mempunyai

saham mayoritas maka merekalah

yang tentukan keputusan perusa-

haan.

Koperasi kalau ingin jadi alternatif

bisnis secara natural dan ingin ber-

peran besar dalam perekonomian

maka harus mampu membongkar

masalah ini. Kalau tidak, nanti

ujungnya hanya akan terus terjebak

dalam model koperasi lama yang

orientasinya pada sekadar simpan

pinjam terus-menerus.

Paling tidak dalam UU perkop-

erasian yang baru nanti, untuk

pengembangan jalur koperasi pe-

kerja (worker co-op) dimana setiap

pekerja jadi pemilik perusahaan

yang cocok untuk anak muda itu

diberikan pasal eksepsi dengan bu-

nyi pasalnya yang dapat ditentukan

oleh Menteri Koperasi dan UKM.

Perubahan regulasi ini juga akan

merombak paradigma masyarakat

kalau akan mendirikan koperasi itu

semudah mendirikan perseroan,

namun tetap menjalankan prinsip

koperasi. Hingga akhirnya koperasi

dapat berkembang bukan sekadar

sebagai figuran seperti sekarang

ini namun pemeran utama dalam

pembangunan bangsa. •

20176

Sekretariat

Saat ini, telah terjadi perubahan

mindset, baik dalam pola pikir

maupun dalam pola tindak,

yang diakibatkan oleh kemajuan

teknologi digital di era digitalisasi.

Untuk itu, Sekretaris Kementerian

Koperasi dan UKM Agus Muharram

berharap, perencanaan wilayah

dan kota ke depan harus tetap pro

terhadap koperasi dan UKM. “Artinya,

simpul-simpul distribusi jasa dan

produk harus benar-benar berbasis

koperasi dan UKM. Jangan sampai

dengan adanya jasa berbasis digital,

kemudian produk-produk UKM men-

jadi tersingkirkan,” kata Agus.

Agus mengakui, bahwa pemerin-

tah belum maksimal mengontrol ak-

tivitas usaha di dunia maya, tentang

produk mana saja yang dijual. Maka

dari itu, menurut Agus, para UKM ha-

rus lebih kompetitif dan memiliki daya

saing yang lebih kuat di era digital

seperti saat ini.

“Misalnya dengan memberikan

sertifikasi dan standarisasi produk.

Sehingga di dalam perkembangan

wilayah dan kota ini, UKM bisa men-

gantisipasi dengan lebih adaptatif.

Karena jika di era digital seperti ini,

kemudian UKM masih menggunakan

pola konvensional, maka dia akan

tereliminir secara pelan-pelan,”

tandasnya.

Untuk itu, Agus mengharapkan,

agar UKM dapat berkembang ke

arah digital, khususnya UKM yang

berbisnis di wilayah perkotaan.

Karena menurut Agus, UKM saat

ini sudah tidak lagi ketergantungan

terhadap ruang, waktu dan jarak.

“Jadi, walaupun di dalam ruang yang

kecil, mereka bisa memiliki usaha

dengan adanya teknologi digital, dan

UKM juga harus mampu mengantisi-

UKM Harus Lebih Kompetitif dan Adaptif di Era Digital

pasi perkembangan wilayah dan kota

yang semakin cepat. Dengan adanya

Smart City itu, maka UKM juga harus

smart,” harap Agus.

Hingga saat ini, Kemenkop dan

UKM juga terus melakukan sosialisasi

guna menunjang percepatan UKM

menuju digital. Salah satunya yaitu

dengan menggelar pelatihan, seperti

pelatihan e-commerce dan penggu-

naan teknologi digital dalam usaha.

Upaya percepatan tersebut juga

dimaksudkan agar kedepan, UKM

sudah maksimal dalam berbisnis den-

gan memanfaatkan teknologi digital.

Namun, Agus mengeluhkan sikap

pengelola wilayah dan kota yang

sudah jarang berkomunikasi dengan

masyarakat dalam perencanaan

wilayah dan kota. “Karena planning

process itu butuh komunikasi lang-

sung. Artinya, dia terjun ke masyara-

kat. Tetapi karena ini eranya digital,

maka komunikasi langsung juga bisa

dilakukan tanpa face to face,” keluh-

nya.

Maka, menurut Agus, UKM harus

memikirkan masa depan usahanya

dengan perkembangan wilayah dan

kota. Bahwa kedepan, akses untuk

berbisnis akan jauh lebih mudah den-

gan adanya digital dan transportasi

baru yang akan mempercepat proses

distribusi produk. •

Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram memberikan sam-

butan sekaligus membuka Seminar Nasional “Perencanaan Wilayah dan Kota

di Era Digital” di Aula Timur ITB. 23/9/17

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

72017

Kelembagaan

Menuju koperasi sehat pada

2019 memerlukan tahapan-

tahapan untuk pencapaian-

nya. Salah satu tahapan krusial yang

juga menjadi target Deputi Kelem-

bagaan Kemenkop dan UKM, adalah

seluruh koperasi wajib melakukan

Rapat Anggota Tahunan (RAT) mulai

2018.

Saat ini, dari 152 ribu koperasi

yang terdata, setengahnya dalam

kondisi kurang sehat, setengahnya

lagi dalam kondisi sehat. Selain itu,

sebanyak 40 ribu lebih koperasi sudah

dibubarkan karena tidak aktif, hanya

papan nama, dan abal-abal.

“RAT sangat penting dan harus

dilakukan oleh koperasi sebagai

fungsi kontrol, misalnya ketika ada

tindak penyimpangan maka anggota

dapat mengetahui sehingga pengurus

koperasi bisa segera mempertang-

gungjawabkannya,” kata Meliadi.

Diakui Meliadi, meski sudah

melakukan RAT, bukan jaminan

bahwa koperasi tersebut sehat,

karena harus dilihat dulu partisipasi

anggota maupun aktivitas koperasi

yang bersangkutan. Partisipasi ang-

gota koperasi dalam RAT harus tinggi

karena anggota merupakan elemen

yang menentukan keberhasilan

koperasi.

“Anggota koperasi adalah pemilik

koperasi sekaligus sebagai pengguna

jasa koperasi,” ungkapnya.

Sebagai pemilik maka anggota

berkewajiban untuk berpartisipasi

dalam penyertaan modal koperasi

dengan membayar simpanan, men-

gawasi, dan memegang kekuasaan

tertinggi dalam rapat anggota.

Sedangkan sebagai pengguna jasa

atau pelanggan, anggota koperasi

wajib untuk memanfaatkan fasilitas,

layanan, dan jasa yang disediakan

Seluruh Koperasi Wajib RAT Mulai 2018

oleh koperasi.”Dalam RAT itulah

partisipasi anggota sebagai pemilik

dan pengguna jasa koperasi dapat

dimaksimalkan,” jelasnya.

Namun pada kenyataannya

partisipasi anggota koperasi dalam

RAT masih rendah, terindikasi dari

pelaksanaan RAT yang tampak masih

sebatas acara seremonial, anggota

cenderung tidak mencermati laporan

pertanggungjawaban pengurus dan

pengawas, termasuk rencana pro-

gram kerja koperasi, dan RAT sistem

perwakilan belum menggambarkan

demokrasi di koperasi.”Seharusnya

didahului dengan rapat anggota ke-

lompok dan pendapat dari kelompok

dibawa ke RAT pleno oleh wakil yang

ditunjuk kelompok bukan oleh pengu-

rus,” katanya.

Ada juga indikasi dalam pelak-

sanaan RAT masih banyak terjadi

pengurus menjadi pimpinan sidang

sekaligus menyampaikan laporan

pertanggungjawabannya, padahal se-

harusnya pimpinan sidang dipilih dari

anggota yang hadir sesuai Peraturan

Menteri Koperasi dan UKM Nomor

19/2015. Selain itu, kata dia, anggota

belum memahami pemanfaatan fungsi

kontrol yang melekat pada dirinya

sebagai pemilik koperasi.

Pembubaran Koperasi

Pemerintah masih memberi ru-

ang bagi koperasi bila keberatan

dibubarkan. Penyampaian keberatan-

nya dapat langsung ditujukan ke

Kementrian Koperasi dan UKM,

melalui Dinas Koperasi Wilayah/kab/

kota. Hanya saja peluang itu dibatasi

selama enam bulan. Bila tidak menga-

jukan keberatan berarti setuju dengan

keputusan pembubaran.

Deputi Meliadi Sembiring men-

gatakan koperasi dapat dibubarkan

jika tidak melaksanakan RAT selama

tiga tahun berturut. RAT disebutnya

merupakan kewajiban bagi koperasi

dengan diikuti seluruh anggota. Ke-

mudian kegiatan koperasi tidak boleh

vakum selama tiga tahun. Aktivitas

atau jenis usaha yang dijalankan harus

tetap berjalan berkesinambungan.

Pihaknya mencatat sampai saat ini

dari 62.000 koperasi yang tidak aktif,

koperasi yang sudah dibubarkan se-

banyak 40.013 koperasi, terdiri 7.237

dibubarkan di tingkat dinas koperasi,

dan 32.690 koperasi melalui pusat.

“Jadi masih ada 12.000 koperasi tak

aktif yang sedang kita teliti dan mem-

berikan kesempatan pada pengurus

untuk melakukan sanggahan,” kata

Meliadi. •

(istimewa)

20178

Produksi & Pemasaran

Sejatinya peluang bagi UMKM

untuk mengurus hak cipta dan

hak merek atas produknya

telah dibuka lebar-lebar. Pemerintah

melakui Kementerian Koperasi dan

UKM misalnya secara khusus mem-

berikan fasilitasi pemilikan hak atas

kekayaan intelektual (hak cipta dan

hak merek) atas produk dan desain

UMKM untuk kegiatan dalam negeri

dan luar negeri bagi UMKM.

Sayangnya, program itu belum di-

manfaatkan secara optimal oleh para

pelaku UMKM di Tanah Air. Deputi

Bidang Produksi dan Pemasaran

Kemenkop dan UKM I Wayan Dipta

mengatakan tercatat saat ini jumlah

UKM di Indonesia setidaknya telah

mencapai lebih dari 58 juta pelaku.

Namun dari angka tersebut, yang

mendaftarkan pembuatan hal cipta

dan merek secara nasional kurang

dari 3.000 setiap tahunnya.

"Padahal, kami mempunyai

fasilitas untuk membantu pelaku UKM

untuk memperoleh hak cipta dan

merek," katanya.

Meski biayanya sudah digratiskan

kata dia, namun kemauan pelaku

UKM untuk mematenkan merek dan

hak cipta masih belum optimal. Hal

itu disadari juga, UKM yang memerlu-

kan hak cipta dan merek di Indonesia

memang tidak begitu banyak. Menu-

rut dia, hal itu juga karena produk

Belum Optimalnya UMKM Manfaatkan Hak Cipta

UKM di Indonesia banyak yang

berada di sektor pertanian dan jasa.

"Umumnya yang memerlukan

hak cipta dan merek itu UKM yang

berada di sektor kerajinan. Termasuk

yang hasil produksinya dinilai masih

original,” kata I Wayan Dipta.

Produk-produk seperti ini yang

rawan untuk ditiru, karena itu dibu-

tuhkan perlindungan terhadap hak

cipta dan hak mereka produk yang

bersangkutan. Misalnya saat pameran

di luar negeri, produk UMKM yang

tak terlindungi hak mereka dan hak

cipta, akan susah melakukan protes

atau komplain atas produk mereka

yang ditiru. Sehingga bisa dituntut

di badan arbitrase misalnya dalam

perkara sengketa dagang yang kemu-

dian akan susah kalau tidak memiliki

bukti-bukti otentik.

Kemenkop UKM sendiri mem-

fasilitasi untuk proses hak merek dan

hak cipta para pelaku UKM. Tercatat

setiap tahunnya, ada sebanyak 3.000

UKM yang mengajukan hak merek.

Sementara untuk hak cipta, setiap

tahunnya difasilitasi untuk seban-

yak 600 UKM. Total yang difasilitasi

pemerintah sejak 2015 mencapai se-

banyak 1.500 hak cipta. UMKM yang

mengurus di antaranya yang bergerak

di bidang usaha pakaian dan batik,

perhiasan dan aksesoris, kerajinan

tangan, tas dan sepatu, serta songket

dan tenun untuk mendapatkan hak

cipta.

"Mereka yang mendapatkan

fasilitas hak cipta adalah UMKM yang

mampu memproduksi karya seni dan

hasil kreativitas yang mencakup seni

rupa, seni gambar, seni lukis, seni

patung, seni motif, karya rekaman

suara, dan komposisi musik," kata

Wayan.

Ia mengatakan, standarisasi dan

sertifikasi produk merupakan salah

satu upaya untuk meningkatkan

nilai tambah dan daya saing produk

KUMKM baik di pasar internasional

dan dalam negeri. Hak cipta dan hak

merek adalah salah satu bentuk serti-

fikasi produk yang merupakan bagian

dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Kekayaan intelektual inilah yang akan

menjadi aset yang sangat berharga

bagi UMKM dalam berinovasi dan

berkreasi.

Oleh karena itu, pemerintah mem-

beri perlindungan terhadap kekayaan

intelektual, khususnya terhadap

produk-produk yang diperdagangkan.

Waktu pendaftaran hak cipta yang

semula selambat-lambatnya tiga

bulan berubah menjadi selambat-

lambatnya 11 hari. Bahkan, secara

online apabila dokumen lengkap

dapat diselesaikan dalam waktu satu

hari.

Produk KUMKM yang strategis

memiliki daya saing yang diprioritas-

kan diberi HKI, antara lain, pakaian

dan batik, perhiasan dan aksesoris,

kerajinan tangan, furniture, tas dan

sepatu, serta songket dan tenun.

Sedangkan untuk hak merek produk

UMKM diprioritaskan pada produk

UMKM yang telah memiliki pasar

potensial. Sehingga, produk UMKM

memiliki perlindungan karena memiliki

merek dagang sendiri. •

(Dok.N.Agung Nugroho)

92017

Restrukturasi Usaha

K ementerian Koperasi dan

UKM mengoptimalisasikan

peran pendamping usaha mi-

kro, kecil dan menengah (UMKM) dan

memberdayakan koperasi di Tanah

Air. Hal ini sejalan dengan kebijakan

pemerintah dalam meningkatkan

daya saing KUMKM sehingga tumbuh

menjadi usaha yang berkelanjutan

dengan skala lebih besar atau ‘naik

kelas’ sekaligus dalam rangka men-

dukung kemandirian perekonomian

nasional.

Berdasarkan data Kemenkop dan

UKM, tercatat 59.267.759 unit usaha

mikro atau sekitar 99 persen, usaha

kecil sebanyak 681.522 unit atau 1,15

persen, usaha menengah sebanyak

59.263 unit atau 0,10 persen dan

4.987 unit usaha besar atau 0,1

persen.

Deputi Bidang Restrukturisasi

Usaha Kemenkop dan UKM Abdul

Kadir Damanik mengatakan dengan

jumlah pelaku usaha tersebut, terlihat

adanya struktur ketidakseimbangan

antara jumlah pelaku usaha mikro

dengan usaha kecil, usaha menengah

dan usaha besar.

"Untuk itu, perlu dibantu mewu-

judkan pola kemitraan antara UMKM

dan usaha berskala besar, sehingga

UMKM mampu memperbesar omset

dan meningkatkan pendapatan bagi

karyawannya. Setidaknya bisa men-

capai upah minimum di daerahnya,"

kata Abdul Kadir Damanik.

Dia juga mengatakan, dengan jum-

lah UMKM yang besar dan sebaran-

nya yang luas mencakup 34 provinsi

dan 514 kabupaten/kota dan sumber

daya pembina yang terbatas, tenaga

pendamping sangat strategis dan

dibutuhkan.

Saat ini, jumlah tenaga pendamp-

Perlu Pendamping Usaha di Setiap Kecamatan

ing yang mampu direkrut oleh

Kemenkop dan UKM sebanyak 4.242

orang terdiri dari PNS dan non PNS.

Melalui sinergi dengan BDS di seluruh

Indonesia terdapat tambahan tenaga

pendamping sebanyak 2.253 orang

sehingga jumlah keseluruhan seban-

yak 6.495 orang.

"Tapi ini masih di bawah jumlah

kecamatan yang ada sebanyak 7.000-

an. Baiknya 1 kecamatan 1 pendamp-

ing usaha," ujar Damanik.

Terkait program peningkatan kuali-

tas dan kapasitas tenaga pendamp-

ing di lingkungan UMKM, telah terbit

Peraturan Menteri Koperasi dan UKM

Nomor: 02/Per/M.KUKM/1/2016

Tentang Pendampingan KUMKM dan

Permenkop Nomor 24/Kep/M.KUKM/

VIII/2016 Tentang Komite Standar

Kompetensi Bidang Koperasi dan

UMKM. Kemudian, atas kerja sama

semua pihak juga terbit Kepmen

Ketenagakerjaan Nomor:181 tanggal

19 Juni 2017 Tentang Penetapan

Standar Kompetensi Kerja Nasional.

"Ke depan, tentunya kegiatan

masih harus terus dilanjutkan dengan

penyusunan Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia (KKNI) yang akan

ditetapkan dengan keputusan Menteri

Koperasi dan UKM," tukas dia.

Hingga saat ini Kemenkop dan

UKM telah memfasilitasi pembangu-

nan PLUT sebanyak 51 unit, terdiri

dari 24 unit PLUT tingkat provinsi dan

27 PLUT tingkat Kabupaten/Kota.

Sementara untuk tahun 2017, Kemen-

kop dan UKM bekerja sama dengan

Pemprov Kaltim mengembangkan

program PLUT Mandiri dan akan

direplikasi secara lebih luas pada

tahun-tahun berikutnya.

Lingkup pelayanan PLUT KUMKM

meliputi SDM melalui pelatihan.

Produksi sendiri dilakukan melalui

akses bahan baku, pengembangan

produk, diversifikasi produk, stan-

darisasi dan sertfikasi produk, serta

aplikasi teknologi.

Sementara pembiayaan meliputi-

penyusunan rencana bisnis, proposal

usaha, fasilitasi dan mediasi ke lem-

baga keuangan bank dan non bank,

pengelolaan keuangan, dan advokasi

permodalan. Pemasaran meliputi

informasi pasar, promosi, pening-

katan akses pasar, pengembangan

jaringan, pemasaran dan kemitraan,

pemanfaatan IT, serta pengembangan

database yang terkait pengembangan

KUMKM. •

Pelaku UKM di Sukabumi mendapat masukan dari pakar untuk mendorong

peningkatan bisnis melalui PLUT.

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

201710

Sumber Daya Manusia

Aplikasi Lamikro.com Segera Diluncurkan

K eresahan para pelaku

usaha mikro terkait

sulitnya mengakses dana

atau pembiayaan dari

perbankan atau lembaga keuan-

gan lainnya karena dinilai belum

bankable segera teratasi. Pasalnya,

dalam waktu dekat Kementerian Ko-

perasi dan UKM dalam hal ini Deputi

bidang Pengembangan umber Daya

Manusia akan meluncurkan sebuah

aplikasi keuangan sederhana

berbasis cyber yang diberi nama

Laporan Akuntansi Usaha Mikro

atau Lamikro.

Aplikasi online www.lamikro.

com ini dapat diakses melalui hand-

phone android, iphone, laptop.

Dengan mengklik www.lamikro.com,

pelaku usaha mikro dapat dengan

mudah belajar bahkan langsung

praktik membuat laporan keuangan

dengan baik dan benar.

Deputi bidang Pengembangan

Sumber Daya Manusia Kementerian

Koperasi dan UKM, Prakoso BS

menjelaskan, aplikasi ini dirancang

dengan sangat sederhana dan

ramah digunakan, sehingga pelaku

usaha mikro diharapkan dapat

dengan mudah belajar tentang

membuat laporan keuangan, dari

pembukuaan harian hingga mem-

buat neraca rugi/laba.

Prakoso menuturkan, latar be-

lakang dibuatnya aplikasi ini karena

selama ini dalam berbagai pelati-

han yang digelarnya, pelaku usaha

mikro banyak mengeluhkan tentang

susahnya membuat pembukuan

atau akuntasi keuangan dengan

benar yang disyaratkan lembaga

keuangan. Akibatnya, mereka selalu

ditolak saat mengajukan pinjaman

ke bank atau lembaga keuangan

lainnya.

“Atas dasar keluhan tersebut,

kami berinsiatif membuat aplikasi ini

(www.lamikro.com). Dengan aplikasi

yang dibuat sangat sederhana dan

mudah ini diharapkan mereka

(pelaku usaha mikro) dapat belajar

dan langsung praktik membuat

laporan keuangan,” kata Prakoso.

Dengan bisa membuat laporan

akuntasi keuangan yang baik dan

benar, kata Prakoso, pelaku usaha

mikro dapat memenuhi persyaratan

yang diwajibkan oleh perbankan

atau lembaga keuangan lainnya saat

mereka akan mengajukan pinjaman.

“Kami berharap dengan memdapat

pinjaman atau tambahan modal,

pelaku usaha mikro segera naik

kelas menjadi usaha kecil hingga

menengah,” harapnya.

Selain itu, lanjutnya, melalui

aplikasi berbasis internet tersebut,

Kementerian Koperasi dan UKM

dapat memperoleh data yang valid

tentang keberadaan usaha mikro di

Tanah Air. Bukan hanya itu, Kemen-

terian Koperasi dan UKM juga dapat

memantau perkembangan mereka.

Asisten Deputi bidang Kewirausa-

haan dan Pengembangan SDM

Kemenkop dan UKM, Budi Mustopo

menambahkan, aplikasi tersebut

sebenarnya sudah bisa diakses,

namun masih dalam tahap uji coba.

Sampai saat ini sudah ada sekitar

200-an pelaku usaha mikro yang

memanfaatkan fasilitas ini.

“Kami rencanakan aplikasi ini dapat

di luncurkan secara resmi paling

lambat akhir tahun ini,” katanya.

Budi menambahkan, dengan meng-

gunakan Aplikasi Laporan Keuan-

gan Akuntansi ini diharapkan para

pelaku usaha mikro seluruh Indo-

nesia dapat memonitoring aktivitas

keuangannya.

“Aplikasi pembukuan ini dapat diak-

ses kapan saja dan di mana saja.

Dan sengaja dirancang untuk men-

jadi fleksibel dengan banyak pilihan

berbasis pengguna,” pungkasnya. •

(Istimewa)

112017

Layanan Pembiayaan

Hingga kini porsi kredit UMKM

pada perbankan nasional

tercatat hanya sebesar 20,4%

atau sekitar Rp900,39 triliun, dari

total keseluruhan yang mencapai

Rp4.413,41 triliun. Artinya, UMKM

masih diidentifikasi sebagai unit bisnis

yang berisiko tinggi, tidak terkelola

dengan baik, lemah dalam admin-

istrasi, dan tidak memiliki agunan

yang disyaratkan perbankan. Dengan

kondisi seperti itu, maka kehadiran

perusahaan penjaminan kredit atau

Jamkrida di seluruh Indonesia, ibarat

sebuah jantung di tubuh manusia.

Sayangnya, masih ada 16 provinsi

yang hingga kini belum memiliki Jam-

krida. Ke-16 provinsi yang belum me-

miliki Jamkrida adalah Aceh, Sumatra

Utara (Sumut), Kepulauan Riau (Kepri),

Lampung, Bengkulu, Jambi, DI Yog-

yakarta, Kalimantan Utara (Kaltara),

Sulawesi Utara (Sulut), Sulawesi Barat

(Sulbar), Sulawesi Tenggara (Sultra),

Sulawesi Tengah (Sulteng), Gorontalo,

Maluku, dan Maluku Utara. “Pada-

hal, pembentukan Jamkrida meru-

pakan social engineering yang nyata

bagi UMKM agar memiliki akses ke

lembaga perbankan terkait perkuatan

permodalan,” papar Deputi Bidang

Pembiayaan Kementerian Koperasi

dan UKM Yuana Sutyowati.

Oleh karena itu, Kementerian

Koperasi dan UKM bersama Kement-

erian Dalam Negeri dan Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) melakukan koordi-

nasi strategis guna pembentukan Pe-

rusahaan Penjaminan Kredit Daerah

(PPKD) atau Jamkrida di 16 provinsi

yang belum memiliki perusahaan pen-

jamin tersebut. “Kami akan melakukan

penguatan akses kelembagaan secara

sistemik, termasuk membangkitkan

komitmen para kepala daerah khusus-

Membangun Koordinasi Strategis Membentuk Jamkrida

nya Gubernur, untuk segera mendiri-

kan Jamkrida,” kata Yuana.

Sampai saat ini, telah terbentuk

21 perusahaan Penjaminan Kredit,

dimana 18 diantaranya dimiliki Pemda

seperti Jawa Timur (Jatim), Bali,

Riau, Nusa Tenggara Barat (NTB),

Jawa Barat (Jabar), Sumatra Barat

(Sumbar), Kalimantan Selatan (Kalsel),

Sumatera Selatan (Sumsel), Kaliman-

tan Tengah (Kalteng), Bangka Belitung

(Babel), Banten, Nusa Tenggara Timur

(NTT), Kalimantan Timur (Kaltim),

Papua, Jawa Tengah (Jateng), DKI

Jakarta, Kalimantan Barat (Kalbar),

dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Secara

nasional, total aset seluruh Jamkrida

sebesar Rp16 triliun, dimana Rp14

triliun merupakan aset Perum Jam-

krindo. Selebihnya, sebesar Rp2 triliun

adalah aset 18 PT Jamkrida. Tercatat

Jamkrida dengan asset terbesar

adalah PT Jamkrida DKI Jakarta sebe-

sar Rp316 miliar.

Hanya saja, kata Yuana, dengan

jumlah aset itu, kinerja yang diu-

kur dari jumlah kredit yang dijamin

belumlah optimal. “Untuk itu, lembaga

keuangan khususnya perbankan

diharapkan memanfaatkan potensi

yang dimiliki PT Jamkrida untuk me-

ningkatkan akses pembiayaan UMKM.

Dengan demikian, target pemerintah

terkait kredit berjaminan pada 2019

sejumlah 25% dapat tercapai,” tukas

Yuana.

Menurut Yuana, penjaminan kredit

di daerah merupakan bagian tidak ter-

pisahkan dari proses kredit yang ber-

fungsi sebagai penambah keyakinan

kreditur terhadap potensi risiko kredit.

“Dampak yang ditimbulkan adanya

penjaminan kredit adalah peningkatan

jumlah kredit yang disalurkan kreditur

terhadap debitur khususnya KUMKM,

yang diukur dari besaran Gearing

Ratio,” kata Yuana.

Sementara itu, Kepala Biro Hukum

Kemendagri Widodo Sigit Pudjianto

menegaskan tahun ini ditargetkan

semua provinsi sudah memiliki

Jamkrida. “Karena ini merupakan

amanah Presiden RI yang tertuang

dalam Nawacita, dimana negara harus

hadir dalam pemberdayaan UMKM di

seluruh Indonesia,” tandas Widodo.

Dengan adanya Jamkrida, lanjut

Widodo, maka manfaat besar bisa di-

ambil oleh UMKM di antaranya, usaha

mikro dan kecil lebih berkesempatan

mendapatkan kredit tanpa harus

menyediakan jaminan atau agunan

yang kerap kali tidak dimiliki oleh

para pelaku UMKM. Dengan begitu,

mereka tidak akan lagi terjerat rentenir

yang mencekik. •

201712

LPDB KUKM

L embaga Pengelola Dana

Bergulir Koperasi Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah

(LPDB-KUMKM) di bawah kepe-

mimpinan Braman Setyo mengu-

sung paradigma baru yakni ingin

menjadikan LPDB-KUMKM sebagai

lembaga yang inklusif. Selanjutnya

diharapkan dengan paradigma baru

itu LPDB-KUMKM bisa menjalin

kemitraan strategis dengan berb-

agai stakeholders yang membidangi

koperasi dan UKM di daerah dalam

program penyaluran dana bergulir.

“Hal yang ingin saya sampaikan

bahwa selama ini timbul kesan

di tataran dinas bahwa LPDB itu

eksklusif. Oleh karena itu, saya ingin

lembaga ini inklusif, tidak eksklusif.

Kalau ekslusif, kita tidak akan punya

teman,” kata Braman.

Braman akan menjadikan dinas

koperasi dan UKM sebagai ujung

tombak untuk melakukan monitor-

ing dan evaluasi (monev), sekaligus

mengupayakan pengembalian dana

bergulir yang telah disalurkan ke-

pada mitra LPDB-KUMKM. Menurut

dia, selama ini LPDB terkesan san-

gat eksklusif. Dinas yang mempun-

yai kewenangan membina koperasi

LPDB-KUMKM Menuju Lembaga Inklusif

dan UKM di daerah serinngkali tidak

dilibatkan dalam program penyal-

uran dana bergulir. Sehingga praktis

nilai bantuan perkuatan modal yang

diberikan tidak diketahui jumlahnya.

“Ini nanti kita lakukan bersama.

Saya inginkan nanti ketika koperasi

yang ada di lingkup daerah masing-

masing setelah dapat persetujuan

dari LPDB, akan kami informasikan

berapa dana yang dikucurkan LPDB

kepada dinas setempat,” ungkap

Braman.

Ia ingin dana bergulir yang dis-

alurkan bisa tepat sasaran, yakni

kepada mitra yang benar-benar

memenuhi syarat kelayakan sebagai

penerima. Misalnya koperasi yang

berkualitas dan UKM yang kegiatan

usahanya produktif. Maka keterli-

batan dinas untuk menilai kelayakan

koperasi dan UKM sangat diperlu-

kan, kata Braman.

“Banyak kasus terjadi saat ini.

Jadi saya berharap dinas kiranya

bisa kita sinergikan tentunya agar

kita bisa bekerja sama dalam rangka

penyaluran dana bergulir sehingga

tidak terhambat,” tandasnya.

Mantan Kepala Dinas Koperasi

dan UKM Provinsi Jawa Timur itu

juga mengungkapkan bahwa LPDB

sedang fokus untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi berbasis

syariah yaitu dengan meluncurkan

direktorat khusus pembiayaan

syariah. Upaya ini diharapkan dapat

menjadi opsi bagi pelaku UKM

termasuk koperasi untuk mengem-

bangkan sayap bisnisnya.

Namun diakuinya penyerapan

dana bergulir dari LPDB yang

pada 2017 ini sebesar Rp1,5 triliun

faktanya memang masih kurang

merata. Mayoritas program pembi-

ayaan ini masih terfokus di Sumatra

dan Jawa. Sementara di wilayah

lain seperti Sulawesi, Kalimantan,

Papua, dan lainnya masih tergolong

rendah.

Sementara untuk mendukung

gerakan wirausaha pemula,

pihaknya juga memformulasikan

program bantuan pendanaan yang

spesifik. Dia juga mengharapkan

konsep pembiayaan bagi bisnis

start up itu dapat segera digulirkan.

Kepala Dinas koperasi dan UKM

Provinsi Jawa Timur Mas Purnomo

Hadi mengusulkan perlunya pen-

andatanganan nota kesepahaman

bersama (MoU), ataupun Perjanjian

Kerja Sama (PKS) dalam memben-

tuk mitra strategis yang dimaksud.

Dengan begitu jenjang pembinaan

mulai dari tingkat kabupaten-kota,

hingga provinsi dapat terarah.

“Saya pikir lebih baik dilakukan

(PKS) untuk meningkatkan kualitas

pelayanan di semua lini, sehingga

semua bisa berjalan lancar, se-

hingga tidak ada yang ditutup-tutupi

dalam rangka pelaksanaan kegiatan

penyaluran dana bergulir,” tukas

Mas Purnomo. •

Dirut LPDB KUMKM Braman Setyo memberikan sambutan dalam acara

sosialisasi Direktorat Pembiyaan Syariah LPDB KUMKM.

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

132017

LLP-KUKM

Melibatkan perguruan tinggi

untuk menumbuhkan lebih

banyak wirausaha baru

dianggap sebagai salah satu cara

yang sangat efektif, sebab perguru-

an tinggi selama ini terbukti menjadi

wadah bibit-bibit unggul generasi

muda yang akan memimpin masa

depan bangsa.

Oleh karena itulah Lembaga

Layanan Pemasaran Koperasi dan

UKM (LLP-KUKM) sebagai penge-

lola Smesco Indonesia menggan-

deng salah satu perguruan tinggi

ternama di ibukota yakni Universitas

Multimedia Nusantara (UMN) untuk

bersama-sama mengembangkan

dan mencetak wirausaha muda.

Terlebih sebagai perguruan tinggi

berplatform modern, UMN dinilai

sangat ideal untuk bisa menjadi

wadah bibit wirausaha muda yang

mumpuni di bidang teknologi dan

informasi. Direktur Utama LLP-

KUKM Emilia Suhaimi mengatakan

kerja sama dengan UMN salah satu-

nya akan mencakup soal pengem-

bangkan laboratorium kewirausa-

haan.

’’UMN kami gandeng sebagai mi-

tra kerja baru untuk mengembang-

kan kewirausahaan dan mendukung

Smesco sebagai tulang punggung

dan menjadikan laboratorium kewi-

rausahaan,” ujar Emilia.

Bahkan, kata Emilia, kerja sama

tersebut diperkuat dengan nota

kesepahaman yang bertujuan untuk

memperkuat sinergi dan meny-

elaraskan program serta kegiatan

kewirausahaan kemahasiswaan

khususnya untuk bidang KUMKM.

Selain itu, kata Emilia, UMN

yang berbasis IT sepakat bersama

Smesco mempersiapkan technopre-

SMESCO Gandeng UMN Kembangkan Kewirausahaan

neur yang potensial dan menjadikan

Smesco Gallery Indonesia WOW se-

bagai laboratorium kewirausahaan.

“Smesco bersama UMN juga

akan menjalin dan mengembang-

kan hubungan bisnis para start-up

entrepreneur,’’ kata Emilia.

Emilia juga berharap kerja sama

tersebut mendorong semakin

banyak mahasiswa di Indonesia

secara umum agar bisa mengubah

paradigm dari pencari kerja menjadi

pencipta lapangan pekerjaan.

Menurut Emilia, kini sudah banyak

kemudahan yang disediakan pemer-

intah untuk membantu wirausaha

pemula semakin berkembang.

“Untuk pemasaran misalnya,

mereka bisa menjadi mitra Smesco

yang akan terus dibimbing dan

dibina sampai bisa terjun ke pasar

ekspor. Untuk ekspor pun beber-

apa kami fasilitasi termasuk untuk

berpromosi dalam pameran baik

di dalam maupun di luar negeri,”

katanya.

Emilia sekaligus berharap ke

depan Smesco Indonesia bisa

menjadi salah satu instrumen yang

dapat dimanfaatkan generasi muda

yang ingin menjadi wirausaha untuk

mengembangkan usahanya.

Sebelumnya, Rektor Universitas

Multimedia Nusantara (UMN) Ninok

Laksono mengatakan salah satu

usaha yang dapat bisa diciptakan

lulusan sarjana adalah membuat

perusahaan rintisan atau startup.

Namun, kata dia, membuat start-

up perlu inovasi dan menggunakan

teknologi yang tinggi, sehingga

dapat bersaing dengan startup dari

negara lain.

“Jadi membuat startup itu jangan

hanya punya saja, tetapi harus

terus berinovasi dan menggunakan

teknologi. Ini adalah tahap yang

paling canggih. Dan kita harapkan

adanya terobosan dari startup yang

sudah ada,” tandasnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik

(BPS) jumlah wirausaha Indonesia

sebanyak 7,9 juta atau 3,1 persen

dari jumlah penduduk Indonesia

sebanyak 252 juta orang.

Jumlah wirausaha tersebut ter-

golong masih kecil dibandingkan

negara tetangga seperti Malaysia

yang sudah mencapai sebesar 5

persen dari penduduknya. •

Direktur Utama LLP-KUKM Emilia Suhaimi MoU dengan Universitas

Multimedia dalam hal mengembangkan dan mencetak usaha.

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

201714

Pengawasan

Modus kejahatan di indus-

tri jasa keuangan dan

koperasi semakin bera-

gam seiring dengan perkembangan

teknologi dan informasi. Maka untuk

meminimalisasi masalah tersebut

tidak berkembang, Pemerintah me-

lalui Kementerian Koperasi dan UKM

mengeluarkan kebijakan untuk pen-

angkal kejahatan di industri tersebut,

khususnya koperasi.

Kebijakan tersebut berupa Per-

aturan Menteri Koperasi dan UKM

Nomor 06/PER/M.KUKM/V/2017

tentang Penerapan Prinsip Mengena-

li Pengguna Jasa bagi Koperasi yang

Melakukan Kegiatan Simpan Pinjam.

Kepmen ini salah satunya bertujuan

untuk mencegah dan melindungi

koperasi dari tindak pidana pencu-

cian uang dan pendanaan terorisme.

Permenkop itu memiliki ruang

lingkup pengawasan aktif pengurus,

pengelola dan pengawas, kebijakan

dan prosedur, pengendalian internal

sistem informasi dan pelaporan, dan

SDM serta peningkatan kapasitas

bagi koperasi. “Dalam pelaksanaan-

nya, regulasi baru ini dilakukan se-

cara berjenjang sesuai dengan caku-

pan wilayah keanggotaan koperasi,”

kata Deputi Bidang Pengawasan

Kementerian Koperasi dan UKM,

Suparno pada acara sosialisasi ber-

tema pencegahan dan penindakan

Cegah Koperasi Jadi Wadah Pencucian Uang

investasi ilegal tindak pidana pencu-

cian uang dan pendanaan teroris

bagi koperasi, di Jakarta, beberapa

waktu lalu.

Pihaknya menyatakan akan

mengawasi koperasi dengan wilayah

keanggotaan lintas provinsi. Untuk

wilayah keanggotaan lintas kabu-

paten/kota dalam satu provinsi

pengawasan akan dilakukan oleh

Gubernur. Sedangkan koperasi yang

keanggotaannya hanya dalam satu

wilayah kabupaten/kota penga-

wasannya akan dilakukan oleh

Bupati/Walikota.

Sebagai anggota komite TPPU

(Tindak Pidana Pencucian Uang),

lanjut Suparno, Kemenkop dan UKM

bertanggung jawab untuk turut serta

menjaga nama Republik Indonesia

sehingga dapat memenuhi rekomen-

dasi yang disampaikan oleh Financial

Action Task Force (FATF). “Untuk

itu, kami sudah melakukan beberapa

upaya. Di antaranya, penandatan-

ganan MoU pencegahan pencucian

uang dengan PPATK pada 17 Okto-

ber 2016, kerja sama pelatihan den-

gan PPATK di beberapa daerah bagi

koperasi yang mempunyai kegiatan

usaha simpan pinjam,” paparnya.

Selain itu, juga telah disiapkan

beberapa koperasi yang telah dilatih

oleh Kemenkop dan UKM dan

PPATK dalam rangka persiapan

kunjungan dari Tim FATF. “Kita juga

telah melakukan kegiatan sosialisasi

Permenkop ini di tiga tempat, yaitu

Jambi, Tasikmalaya, dan Jember,”

imbuh Suparno.

Di samping itu, kata Suparno,

untuk melindungi KSP, Kemenkop

dan UKM sudah menjalin kerja sama

pemberantasan investasi bodong

dalam Satuan Tugas Waspada

Investasi. Satgas ini beranggotakan

OJK, Badan Pengawas Perdagan-

gan Berjangka Komoditi (Bappepti),

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri

Kemendag, Bareskrim Mabes Polri,

Kejaksaan Agung, Kemenkop dan

UKM, Kominfo, dan Badan Koordi-

nasi Penanaman Modal (BKPM).

“Satgas ini pula yang nantinya akan

dimaksimalkan memberantas koper-

asi yang jadi wadah pencucian uang.

Selain Satgas di pusat, pengawasan

pencegahan pencucian uang juga

akan dilakukan di daerah-daerah

dengan pembentukan Satgas Pen-

gawasan Koperasi di provinsi dan

kabupaten/kota,” tandas Suparno.

Untuk mencegah koperasi masuk

dalam kategori investasi bodong

dan pencucian uang, menurut dia,

ada tiga hal yang harus diperhatikan.

Pertama, legalitas koperasi dimana

koperasi harus memiliki izin usaha

sesuai dengan bidang usahanya.

Misalnya, KSP atau unit simpan

pinjam. Kedua, harus sesuai dengan

prinsip-prinsip koperasi berdasarkan

hasil keputusan RAT. Ketiga, kop-

erasi harus fokus untuk kesejahter-

aan anggotanya, bukan ke luar dari

fokus ke anggota. Dengan begitu

maka ke depan diharapkan koperasi

tidak menjadi wadah pencucian uang

bahkan pendanaan terorisme. •

152017

Perjuangan Sukses Pembuat Roti Gaplek

Suatu kesuksesan tidak akan

datang secara tiba- tiba. Kes-

uksesan bisa diraih dengan

ketekunan, keuletan, kerja keras,

penuh perjuangan, pengorbanan dan

pantang menyerah dalam menjalani

setiap proses. Maka sukses memer-

lukan perjalanan panjang.

Itulah prinsip hidup yang dipegang

teguh oleh Yadi Putra Prima yang

sering dipanggil dengan Mas Yadi,

warga Desa Tangulangin, Kecamatan

Jatisrono, Kabupaten Wonogiri,

Jawa Tengah. Yadi yang pernah

mendapatkan bantuan Wirausaha

Pemula (WP) dari Kementerian Kop-

erasi dan UKM ini, kini bisa dibilang

telah meraih sukses menjadi pen-

gusaha roti berbahan baku gaplek

bermerek “Mutiara Prima Bakerry”

yang sekarang beromset ratusan juta

perbulan.

Kesuksesan ini tidak diraih

dengan mudah, namun butuh

perjuangan dan perjalanan panjang.

Mas Yadi yang lahir di Wonogiri, 23

Oktober 1975 itu pernah bekerja

menjadi buruh bangunan di Jakarta.

Pada 1990 ia pulang lalu melanjutkan

sekolah di MTs di Madiun Jatim.

Yadi bisa melanjutkan sekolah,

berkat tak malu untuk ngenger (ikut

orang) pemilik Yayasan Nurul Iman di

Dusun Ngendut, Desa Pucanganom,

Kebonsari, Madiun.

Selama tiga tahun sekolah, Yadi

bekerja membantu pemilik yayasan

mengolah lahan pertanian. Setelah

lulus MTs Yadi pulang ke Jatisrono

dan melanjutkan sekolah di STM

Pancasila 2 Jatisrono jurusan mesin

industri hingga lulus pada 1998.

Setelah itu Yadi bekerja sebagai

kondektur Bus PO Sri Mulyo Agung

Plaosan Magetan selama setahun.

Pada 2001 ia banting setir bekerja

sebagai sales roti. Dagangan roti dari

Solo diloper ke wilayah Jatisrono

dan sekitarnya, dengan mobil Suzuki

Carry truntung (ST20).

Mulai saat itu perlahan tetapi

pasti Yadi belajar merintis jaringan.

Setiap hari pelanggannya bertambah

dan terus berkembang. Pada 2004

Yadi memberanikan diri untuk mulai

memproduksi sendiri di rumah orang

tuanya berupa roti semir seharga

Rp500 perbuah. Omset penjualan

1 bulan kala itu sekitar Rp8 juta-

an. Usaha itu dikerjakan oleh Yadi,

Inspirasi UKM

(Dok.Pribadi)

201716

istri, dan adiknya. Namun, proses

produksi hanya bertahan selama

setahun.

Pada 2005 ia berhenti berproduk-

si dan beralih ke usaha peternakan.

Ia beternak sapi dan kambing den-

gan modal Rp20 juta. Namun, usaha

ini tak memberikan hoki kepadanya,

ia bahkan bangkrut ketika itu.

Akhirnya Yadi kembali menekuni

usaha roti dengan mengunakan

merek “Mutiara Prima”. Kali ini Yadi

melakukan terobosan melayani

pesanan roti untuk pesta, hajatan,

acara pengajian, dan lainnya.

Produknya beragam mulai dari

roti bolu gulung, mandarin, hingga

krumpul sebagai bingkisan tamu un-

dangan. Omset pun perlahan mulai

naik. Yadi dan istri juga turut serta

untuk memasarkan. Karena kerepo-

tan menangani pesanan ia merekrut

3 karyawan bagian produksi. “Omset

perbulan perlahan-lahan mulai naik

mencapai Rp100 juta. Setiap tahun

berkembang terus,” katanya.

Kala itu untuk operasional pema-

saran ia mengunakan mobil Suzuki

Carry keluaran 1986. Sejak itu setiap

tahun omset naik dan karyawan

terus bertambah. “Saat ini sudah ada

27 karyawan,” kata Yadi.

Karyawan terdiri dari bagian

produksi 20 orang, 7 orang sales

dengan kendaraan operasional

sebanyak tiga unit mobil boks dan

1 unit mobil blind-fan (mini bus)

untuk distribusi wilayah Wonogiri,

Ponorogo, Madiun Magetan, Pacitan,

Wonosari, Boyolali, dan Soloraya.

“Omset perbulan mencapai Rp250-

300 juta. Merek dagang Mutiara

Prima kini memiliki 17 jenis produk

roti kering dan basah,” ujarnya.

Yadi pun terus berusaha

mengembangkan pemasaran

produknya yang terbuat dari tepung

mokaf atau gaplek. Pada Agustus

2017, ia mengikuti Festival Indonesia

Moscow, Rusia. Dalam festival yang

digelar di Kedutaan Besar Indonesia

di Moscow ini, Yadi berhasil mem-

buat warga Rusia terkesan.

Kala itu Yadi membawa produk ung-

gulannya, yakni roti kering kemasan

kaleng yang dia beri nama Inagiri,

akronim dari Indonesia Wonogiri.

Sebanyak 100 kaleng Inagiri yang

dibawanya langsung ludes pada hari

pertama kegiatan.

Hari berikutnya, Yadi hanya dapat

mempromosikan produk melalui

selebaran berisi profil tempat usaha

(company profile), katalog, kartu

nama, dan melakukan business

machting.

“Inagiri ini memang bukan sem-

barang roti. Inagiri produk gluten

free murni dari bahan tepung mokaf

yang dipadukan dengan rempah

asli, seperti cengkih, kayu manis,

jahe, pala, dan sebagainya. Sebelum

dipasarkan Inagiri sudah melalui tes

laboratorium Balai Industri Sema-

rang,” ungkapnya.

Karena itu, tak heran jika dalam

festival tersebut, Inagiri masuk 10

besar nominasi Food Start Up Indo-

nesia. “Saya mendapat sambutan

luar biasa dari Kedubes karena dinilai

bisa mandiri dan semangat untuk go

international. Selain itu warga Rusia

sangat antusias menikmati Inagiri,”

kata Yadi dengan bangga. •

(Dok.Pribadi)

172017

P ersoalan ketahanan pangan,

minimnya kesejahteraan

petani, produksi rendah, rantai

pasok yang sarat dengan pemburu

rente menjadi masalah pertanian yang

paling klassik. Bak benang kusut,

masalah itu menjadi beban tersendiri

bagi pemerintah.

Adalah BUMR Pangan Terhubung di

desa Sukaraja, Kabupetan Sukabumi,

Korporatisasi Petani Ala Luwarso

Jawa Barat yang berhasil mengurai

kerumitan persoalan pertanian dan

pangan itu. BUMR Pangan Ter-

hubung ini pemiliknya bukan pengusa-

ha kaya tapi para petani. Sahamnya

dimiliki lebih dari 1.200 petani melalui

Koperasi Ar-rohmah. BUMR Pangan

adalah usaha produksi beras dari

hulu hingga hilir, dari penanaman padi

hingga pemasaran dalam satu sistem

yang dikelola dalam skala industri.

Otak dibalik berdirinya BUMR Pangan

itu adalah Luwarso. Pria berkacamata

ini mengisahkan membangun BUMR

Pangan Terhubung melalui proses

yang sangat panjang dimulai sejak

1994. Dia bercerita, awalnya dirinya

hanya seorang penjual nasi goreng.

Sebagai penjual nasi goreng, Luwarso

wajib mendapatkan suplai beras yang

Tokoh

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

(Dok.Pribadi)

201718

stabil. Namun kenyataan, seringkali

kualitas beras yang didapat berbeda-

beda dan pasokannya kadang tidak

menentu.

Kondisi ini lantas mendorongnya

membeli beras langsung dari peng-

gilingan padi. Sejak itu, Luwarso

mendapatkan kualitas beras secara

konsisten. Bahkan dia memasarkan

100% produksi beras dari penggilin-

gan padi tersebut ke sesama penjual

nasi goreng, warung makan dan hotel.

Namun, sejalan waktu, bisnis menjual

beras diterpa badai. Penggilingan padi

tersebut hendak dijual pemiliknya.

Ini membuatnya harus memutar otak

kembali, apalagi dia sudah terikat

kontrak dengan perusahaan katering.

Mau tidak mau, agar bisnis menjual

berasnya berjalan terus, Luwarso

memberanikan diri membeli penggilin-

gan padi tersebut.

“Penggilingan padi itu akhirnya kami

miliki. Saya pikir masalah sudah

selesai. Tetapi kenyataannya, muncul

masalah lagi, gabah dari petani ajrut-

ajrutan. Suplai gabah dari petani

malah tidak menentu,” tutur Luwarso.

Agar menjamin pasokan gabah

lancar, dia langsung mencari petani

dan membuat kesepakatan akan

memasok ke penggilingan padinya.

Di sini, Luwarso menemukan fakta

berbagai masalah petani yang me-

nyebabkan ketidakstabilan panen.

Ternyata petani menghadapi berbagai

faktor kendala, antara lain kekurangan

modal untuk biaya produksi dan ke-

mampuan teknis bertani yang masih

rendah.

Dia mengatakan, harus ada

jalan keluar agar petani berproduksi

dengan baik. Luwarso lantas men-

gajak para petani mendirikan BMT

Rohmah. Lewat BMT Rohmah

ini, petani yang kekurangan modal

bisa mendapatkan pinjaman untuk

membeli benih, pupuk dan lainnya.

Dananya berasal dari hasil penggilin-

gan padi.

“Kami tidak mengenakan bunga atas

semua pinjaman itu, berapa yang

dipinjam petani sebesar itu juga yang

dikembalikan. Hanya administrasi

saja. Sumber dananya dari peng-

gilingan padi,” kata Luwarso seraya

mengatakan BMT Rohmah kemudian

berubah menjadi Koperasi Ar-rohmah.

Untuk memperkuat produksi, sebel-

umnya juga dibentuk Gapoktan SAPA

(Sentra Pelayanan Agribisnis) sebagai

wadah untuk mengembangkan

pertanian dengan sekala yang lebih

besar, sekaligus sebagai wadah dalam

pengembangan sumberdaya manusia

(petani anggota). Selain itu, badan

usaha “PB. Tunggal Jaya” sebagai

penyedia sarana produksi pertanian

untuk memenuhi kebutuhan saprotan.

Luwarso mengatakan banyak belajar

bagaimana mengembangkan bisnis

pertanian agar mampu menyejahter-

akan petani. Melalui SAPA, dikem-

bangkan sistem IT pertanian, lembaga

riset, badan usaha prosesing.

Line Bisnis

Setelah melalui proses yang cukup

lama dan melihat keberhasilan pen-

gelolaan SAPA, koperasi kemu-

dian mendirikan PT BUMR Pangan

Terhubung pada 2016 yang fokus

pada pengembangan bidang pangan.

Dalam wesbiste resminya, disebutkan

BUMR adalah solusi terhadap kelema-

han struktural koperasi, usaha kecil

dan mikro untuk menjadi lembaga

pelaku ekonomi yang memiliki posisi

yang sejajar dengan badan-badan

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

Luwarso berfoto bersama Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga sambil

memegang beras Caping Gunung produksi BUMR Pangan Terhubung.

192017

usaha lain sesuai dengan strategi

pemberdayaan ekonomi Pancasila.

BUMR Pangan Terhubung ini menjadi

line bisnis koperasi. BUMR Pangan

membeli seluruh panen petani, men-

golahnya hingga distribusi dan pema-

saran. Harga gabah dibeli diatas HPP,

yakni 4.000 per kg. Selain itu ada unit

riset pangan, unit pembiayaan, Saat

ini ada lebih 1.200 petani dengan luas

lahan 1.000 hektar yang tergabung

dalam koperasi Ar-rohmah.

Koperasi Ar-rohmah juga mengaplika-

sikan teknologi dalam proses produksi

berasnya.

Usaha tersebut memanfaatkan quad-

copter nirawak untuk memeriksa ke-

adaan tanaman padi dan juga aplikasi

digital dalam perawatan tanaman.

“BUMR Pangan menangani bisnis-

nya, sedangkan koperasi Ar-Rohmah

berperan mewadahi petani, melakukan

pendampingan kepada petani, mem-

berikan pembiayaan kepada petani,”

jelas Luwarso, yang merupakan ketua

Koperasi AR-rohmah.

Dia menyebut skala ekonomi dalam

satu klaster pangan seharusnya

dengan luasan lahan 5.000 hektar.

Dengan konsep klaster pangan yang

dibangun, Luwarso mengatakan

banyak petani yang ingin tergabung,

sehingga dia yakin target 5.000 hektar

lahan dapat tercapai.

BUMR Pangan Terhubung kini me-

miliki unit usaha penggilingan padi

modern, dengan produksi 1,5 ton

beras per jam, unit jaringan pema-

saran yang luas, dan unit sistem

pertanian terpadu. Jaringan pemasa-

ran dilakukan oleh BUMR langsung

ke konsumen yang disebut dengan

supply chain management end to end.

Pemasarannya dengan sistem online

langsung ke konsumen, rumah makan,

warteg, restoran, katering dan perho-

telan. Dengan sistem ini, Luwarso

mengatakan, pihaknya bisa mengelola

stok dengan tepat sesuai kebutuhan

konsumen. Beras dengan merek

Caping Gunung itu, memiliki lima var-

ian, yakni blue label, black label, gold

label, green label dan red label.

“Kami tidak pakai gudang. Panen

hari ini, digiling hari ini, distribusikan

hari ini. Jadi 23 jam harus sampai

konsumen, Kalau ada gudang berarti

saya harus ada ongkos logistik. Orang

makan tiap hari kenapa harus disim-

pan di gudang,” kata Luwarso yang

menjadi Founder di BUMR Pangan

Terhubung.

BUMR ini juga sudah memproduksi

sendiri benih, pupuk, pestisida. Selain

itu, melalui unit riset hendak dikem-

bangkan produk ready to eat. Target-

nya 30% dari total produksi menjadi

produk siap saji. Untuk itu, pihaknya

melakukan bekerjasama riset dengan

lebih dari 10 perguruan tinggi.

Dipuji Presiden

Sistem bisnis pangan yang dibangun

oleh Luwarso ini membuat banyak

pihak tertarik. PT Pertamina (Per-

sero) turun memberikan pembiayaan

kepada petani dengan nilai Rp 13,4

juta per petani. Bahkan membuat

Presiden Jokowi juga kepincut.

Saat berkunjung ke BUMR Pangan

Terhubung baru-baru ini, Presiden

memuji BUMR itu karena konsep

korporasi petani dilakukan secara me-

nyeluruh dari mulai pengolahan sam-

pai pemasarannya. Presiden bahkan

meminta konsep koperasi dan BUMR

Pangan direplikasi ke daerah lain.

“Ini adalah sebuah pengkorporasian

petani, ya ini. Contoh yang sudah

konkret dan sudah saya lihat sejak

awal sampai akhir, ini yang saya cari,”

kata Jokowi.

Menteri Koperasi dan UKM Puspayo-

ga mengatakan konsep BUMR Pan-

gan akan dibangun di 65 klaster pan-

gan di seluruh Indonesia. Puspayoga

mengatakan koperasi harus menjadi

basis ketahanan pangan nasional.

Untuk mewujudkannya pengelolaan

koperasi perlu direformasi dengan

pengembangan ke arah korporatisasi.

Sehingga pertanian tidak lagi hanya

bicara soal teknis tapi juga bisnis.

Dengan konsep ini, kluster pan-

gan yang didirikan adalah berbasis

koperasi yang beranggotakan petani.

Koperasi kemudian mendirikan

BUMR pangan berbentuk perseroan

terbatas (PT) untuk menampung dan

memasarkan produk petani. Den-

gan konsep kluster pangan, pertanian

dari hulu hingga hilir dikelola dalam

satu sistem sehingga tidak memberi

celah masuknya tengkulak pangan.

Luwarso yakin dalam satu tahun

65 klaster pangan yang ditargetkan

dapat tercapai, jika koperasi mau

serius dan pemerintah konsisten

memfasilitasi dan mencari sistem

pembiayaan. Investasi untuk mem-

bangun satu klaster diperkirakan

mencapai Rp 48 miliar. Dia sudah

menghitung, jika 65 klaster pangan,

dengan skala ekonomi 5.000 hektar

lahan terwujud akan memiliki nilai

buku mencapai Rp 900 triliun pada

tahun 2020. Cita-citanya, semua

BUMR Pangan itu membentuk hold-

ing yang selanjutnya akan melantai di

bursa saham. •

(Dok.Widiarso Arso)

201720

Kabar Daerah

Dalam sejarahnya, Kabu-

paten Sukabumi, Jawa

Barat, merupakan salah

satu wilayah penggerak koperasi

yang aktif. Bahkan ada saat ketika

koperasi di kabupaten tersebut

mencatatkan jumlah yang terban-

yak dibandingkan kabupaten lain di

Provinsi Jawa Barat.

Sayangnya seiring berjalan-

nya waktu, banyak koperasi yang

terhempas dan tak mampu bersaing,

tidak melaksanakan Rapat Anggota

Tahunan (RAT), dorman, hingga ter-

tinggal papan namanya saja. Meski

beberapa koperasi yang lain mampu

merespon perkembangan zaman

dengan lebih baik.

Kini, jumlah koperasi yang aktif

di Kabupaten Sukabumi tertinggal

sekitar 360 unit. Jumlahnya relatif

kecil mengingat secara keseluruhan

koperasi di Kabupaten Sukabumi

mencapai 1.800 unit. Di sisi lain,

jumlah UMKM (Usaha Mikro Kecil

Menengah) di Kabupaten Sukabumi

tumbuh terus dan kini mencapai

27.000 unit usaha.

Kepala Dinas Koperasi Perindus-

trian dan Perdagangan Kabupaten

Sukabumi, Ketika Koperasi dan UKM Tumbuh Seiring

Sukabumi Asep Jafar mengatakan

saat ini cukup banyak jumlah

koperasi di Kabupaten Sukabumi

yang tercatat, namun yang koperasi

aktif kurang tidak lebih dari 400 unit.

“Meskipun kondisinya seperti itu

dengan dukungan Bupati, kami akan

terus mendorong pelaku koperasi

agar bisa meningkatkan kualitas

koperasi yang ada di Kabupaten

Sukabumi,” katanya.

Untuk mendukung upaya perkua-

tan permodalan koperasi misalnya,

setiap koperasi biasanya mengaju-

kan bantuan ke pemerintah pusat

melalui Kementerian Koperasi dan

UKM. Dan agar dana bantuan tak

disalahgunakan, Asep menekankan,

instansi yang dipimpinnya selalu ikut

mengawasi. Namun bentuk penga-

wasannya pun kadang sulit dilaku-

kan. “Cukup sulit memang. Mereka

sudah pandai mencari bantuan dari

pusat,” tambah Asep.

Ke depan Asep mengaku akan

lebih memperketat proses seleksi

bagi koperasi yang akan mengaju-

kan bantuan ke pusat. Langkah itu

perlu dilakukan agar bantuan yang

diberikan bisa dipergunakan seb-

agaimana mestinya sesuai peruntuk-

kan. “Kalau untuk pembekuan bagi

koperasi yang tersandung hukum

belum bisa kita lakukan. Yang

diduga terlibat itu mungkin hanya

ketua dan beberapa pengurus lain-

nya,” ucapnya.

Asep mengatakan pihaknya akan

terus mendampingi setiap koperasi.

Utamanya membantu pengem-

bangan koperasi agar lebih maju.

“Jika dikelola dengan baik, tentunya

konsep pemberdayaan masyarakat

dengan koperasi bisa berdampak

baik, khususnya dari sisi kesejahter-

aannya,” katanya.

Berbanding terbalik dengan kop-

erasi, saat ini ribuan usaha rakyat di

Kabupaten Sukabumi bermunculan

seiring dengan berkembangan me-

dia digital, khususnya media sosial.

Kini tak kurang dari 27.000 UMKM

yang tercatat di Kab Sukabumi.

“Faktor utama keberlangsun-

gan UKM produksi adalah modal

dan pasar. Saat ini banyak yang

mencoba namun gagal karena

kedua faktor tersebut. Kita sedang

inventarisir agar Pemkab Sukabumi

bisa memberikan bantuan,” jelas

Asep Jafar

Dari 27.000 UKM di Kabupaten

Sukabumi, 30 persennya adalah

sektor produksi seperti perajin. Dari

jumlah ini hanya 60 persennya yang

baru bisa diakomodir promosinya

oleh pemerintah daerah melalui gerai

Dekranasda.

Perkembangan UMKM di Ka-

bupaten Sukabumi, juga didukung

oleh PLUT (Pusat Layanan Usaha

Terpadu) Kabupaten Sukabumi, yang

merupakan salah satu PLUT teraktif. •

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM meninjau stand UKM pada saat

pameran Forum Kewirausahaan Pemuda Kabupaten Sukabumi.

212017

Galeri Foto

MENTERI KOPERASI DAN UKM PUSPAYOGA MENYERAHKAN AKTA KOPERASI DAN BANTUAN PEMERINTAH

BAGI WIRAUSAHAWAN PEMULA DI PONDOK PESANTREN AL-MASTHURIYAH DIDAMPINGI PIMPINAN PONDOK

PESANTREN AL MASTHURIYAH K.H. ABDUL AZIZ DI SUKABUMI. 31 Agustus 2017

MENTERI KOPERASI DAN UKM PUSPAYOGA BERFOTO BERSAMA PADA ACARA GEBYAR PENDIDIKAN 3700

ANGGOTA (PAG) XIV KOPERASI MAHASISWA WALISONGO, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO

SEMARANG, JAWA TENGAH, SENIN (28/8).

201722

Galeri Foto

MENTERI KOPERASI DAN UKM, AAGN PUSPAYOGA BERDIALOG DENGAN PENGURUS KOPERASI SIMPAN

PINJAM PATUH ANGEN DI DESA LENDANG BATU, KAYANGAN, KABUPATEN LOMBOK UTARA, NUSA TENGGARA

BARAT, SABTU (16/9/217).

SEKRETARIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM AGUS MUHARRAM BERFOTO BERSAMA DENGAN KOPMA

PEMENANG LOMBA PADA PENUTUPAN JAMBORE KOPERASI MAHASISWA (KOPMA) NASIONAL 2017 DI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI), KAMIS (14/9/17).