konsep pengkaderan (just on my mind)

9

Click here to load reader

Upload: amalia-makmur

Post on 20-Jun-2015

350 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Pengkaderan (Just on My Mind)

Kaderisasi;Sebuah Proses Panjang Penentu Masa Depan IkatanMay 20, '08 1:40 AM

for everyone

Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai

tertentu kepada seorang kader. Siapakah kader? Kader adalah anggota, penerus

organisasi. Nilai-nilai apa? Nilai-nilai yang diyakini bersama sebagai pembentuk watak

dan karakter organisasi.Organisasi, apapun itu mutlak mensyaratkan kaderisasi. Kecuali

bila organisasi anda adalah organisasi diri sendiri, yang anggotanya anda sendiri.

Organisasi terpimpin sekalipun, dimana si Ketua menjadi Ketua sepanjang hidupnya

tetap saja membutuhkan regenerasi untuk rekan kerjanya. Sebuah organisasi dapat kita

analogikan sebagai sebuah bangunan. Sebuah bangunan tentunya harus memiliki pondasi

yang kuat agar bangunan tersebut dapat tetap kokoh. Dalam sebuah organisasi salah satu

pondasi yang diperlukan adalah kaderisasi. Kaderisasi dalam sebuah organisasi dapat kita

artikan sebagai proses penurunan nilai kepada individu dimana nilai atau nilai-nilai itu

adalah sesuatu yang memang dibutuhkan untuk menyiapkan individu tersebut

melaksanakan tujuan organisasi yang mengkadernya.Kaderisasi merupakan merupakan

inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit

dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas

keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan

mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan. Fungsi dari kaderisasi

adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet

perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan

dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki

kemampuan yang di atas rata-rata orang umum. Bung Hatta pernah menyatakan

kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan

menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada

masanya harus menanam.” Kaderisasi Organisasi : Sebuah Proses Jangka

PanjangPandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi

dua icon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran

kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi

adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi

Page 2: Konsep Pengkaderan (Just on My Mind)

dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan

tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan

pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan

visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini

sejatinya harus memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan

kader-kader organisasi yang handal, cerdas dan matang secara intelektual dan

psikologis.Sebagai subyek atau pelaku, dalam pengertian yang lebih jelas adalah seorang

pemimpin. Bagi Bung Hatta, kaderisasi sama artinya dengan edukasi, pendidikan!

Pendidikan tidak harus selalu diartikan pendidikan formal, atau dalam istilah Hatta

“sekolah-sekolahan”, melainkan dalam pengertian luas. Tugas pertama-tama seorang

pemimpin adalah mendidik. Jadi, seorang pemimpin hendaklah seorang yang memiliki

jiwa dan etos seorang pendidik. Memimpin berarti menyelami perasaan dan pikiran orang

yang dipimpinnya serta memberi inspirasi dan membangun keberanian hati orang yang

dipimpinnya agar mampu berkarya secara maksimal dalam lingkungan tugasnya.

Sedangkan sebagai obyek dari proses kaderisasi, sejatinya seorang kader memiliki

komitmen dan tanggung jawab untuk melanjutkan visi dan misi organisasi ke depan.

Karena jatuh-bangunnya organisasi terletak pada sejauh mana komitmen dan keterlibatan

mereka secara intens dalam dinamika organisasi, dan tanggung jawab mereka untuk

melanjutkan perjuangan organisasi yang telah dirintis dan dilakukan oleh para pendahulu-

pendahulunya. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam hal kaderisasi adalah

potensi dasar sang kader. Potensi dasar tersebut sesungguhnya telah dapat dibaca melalui

perjalanan hidupnya. Sejauh mana kecenderungannya terhadap problema-problema sosial

lingkungannya.Jadi, di sana ada semacam landasan berfikir atau filosofi kaderisasi yang

harus mendapatkan porsi perhatian oleh setiap organisasi/pergerakan. Yaitu: harus

ditemukan upaya mencari bibit-bibit unggul dalam kaderisasi. Subyek harus mampu

menawarkan visi dan misi ke depan yang jelas dan memikat, serta menawarkan

romantika dinamika organisasi yang menantang bagi para kader yang potensial, sehingga

mereka dengan senang hati akan terlibat mencurahkan segenap potensinya dalam kancah

organisasi. Untuk dapat menjalankan peran tersebut, maka organisasi atau sebuah

pergerakan harus terlebih dahulu mematangkan visi-misi mereka; dan termasuk sikap

mereka terhadap persoalan mendesak dan aktual kemasyarakatan; serta pada saat yang

Page 3: Konsep Pengkaderan (Just on My Mind)

sama tersedianya para pengkader yang handal, untuk menggarap bibit-bibit potensial tadi.

Kader-kader potensial, setelah mereka memahami dan meyakini pandangan dan sistem

yang telah diinternalisasikan, maka jiwanya akan terpacu untuk bekerja, berkarya dan

berkreasi seoptimal mungkin. Maka, di sini, organisasi/pergerakan dituntut untuk dapat

mengantisipasi dan menyalurkannya secara positif. Dan memang sepatutnya

organisasi/pergerakan mampu melakukannya, karena bukankah yang namanya

organsiasi/pergerakan berarti terobsesi progresif bergerak maju dengan satu organisasi

yang efisien dan efektif, bukan sebaliknya?Gagalnya Kaderisasi Apa yang terjadi bila

Kaderisasi gagal? Yang akan terjadi adalah, nilai-nilai organisasi tidak sampai kepada

generasi berikutnya. Generasi tua akan selalu memikul beban sejarah sendiri, selamanya.

Gejala yang tampak dari luar, antara lain: rangkap jabatan, sulit suksesi (pergantian)

pengurus karena tidak ada yang mau mengabdi bagi organisasi sosial, anggota yang

merasa tertipu karena kenyataan tidak semanis yang dijanjikan lalu meninggalkan

organisasi, kegiatan / proker tidak berjalan, eksistensi di masyarakat menurun, dan

akhirnya bila tidak ada perbaikan, organisasi tersebut akan dilupakan kemudian

mati.Mengapa kaderisasi gagal? Ini pertanyaan klasik, dan harganya sangat murah. Orang

sebelum anda, senior, alumni, biasanya akan selalu membandingkan bahwa dulu

kondisinya tidak seperti sekarang. Romantisme perjuangan mereka mengalir lengkap

dengan bumbu-bumbu. Jangan terlena dengan cerita! buatlah romantisme perjuangan

anda sendiri, dan berikan harga yang mahal bagi kaderisasi.Kaderisasi gagal biasanya

terjadi karena beberapa hal :1. Pelatih/Senior tidak memiliki kemampuan melatih2.

Pelatih/Senior tidak memiliki kemauan melatih3. Tidak ada anggota/kader untuk

dilatih.Sebab kesatu muncul karena senior hanya bersandar kepada pengalaman yang

dimiliki. Seorang pelatih yang baik mutlak perlu cukup bacaan. Inilah yang membedakan

seorang tukang dengan insinyur. Dalam kaderisasi, pelatih / senior harus mampu

mengkomunikasikan ilmu dan pengalaman.Sebab kedua yang paling memprihatinkan.

Kemauan adalah awal dari semuanya terjadi. Jika tidak ada kemauan melatih dari senior

anda, maka carilah orang lain. Jika tidak ada, jadilah pelatih bagi anda dan teman-teman.

Jangan biarkan orang yang sedang sekarat ini membuat mati organisasi anda.Sebab ketiga

adalah alasan mengapa organisasi harus melakukan penerimaan anggota. Janjikanlah

kepada calon anggota, hal-hal yang bisa organisasi berikan. Jangan belagak seperti

Page 4: Konsep Pengkaderan (Just on My Mind)

kebanyakan politikus : over promise under deliver . Ada yang mungkin mengatakan tidak

penting kuantitas anggota yang penting kualitas. Realitas menyatakan

sebaliknya.Kuantitas dulu baru kualitas. Dalam perjalanan organisasi kualitas seorang

kader akan diuji oleh komitmennya, dan yang pasti: waktu. Seberapa lama ia mampu

bertahan, dan memberikan yang terbaik.Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) sebagai

organisasi dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang bergerak dikalangan pelajar dan

remaja, sudah selayaknya memikirkan sebuah sistem pengkaderan yang sistematis dan

berkesinambungan. Sehingga mampu memproduksi kader-kader potensial dan handal

yang siap menjalankan fungsi dan idealisme organisasi secara terukur dan terarah. Sudah

untuk kesekian kalinya IRM menyelenggarakan PKD TM 1, TM 2, TM 3 yang digelar

secara berkala setiap tahunnya. Pengkaderan IRM ala Taruna Melati ini, perlu dilakukan

evaluasi tentang kelayakan dan efektifitasnya sebagai wadah pengkaderan organisasi

pelajar dan remaja yang berbasis pendidikan. Perlu dirumuskan kembali nukta-nukta

paradigma kaderisasi yang kondusif bagi IRM sebagai organisasi pelajar dan remaja.

Pertama, dari segi penamaan, PKD TM 1, 2, 3, yang berarti Pelatihan Kader mengandung

konotasi bahwa pengkaderan ini menjadi “ladang” bagi penemuan dan pembentukan

kader-kader organisasi yang siap mengisi posisi struktural pada hirarki kerja dalam tubuh

IRM, dan itu berarti penamaan Perkaderan ini lebih pada dimensi administratif-organisasi

daripada dimensi sosial-kemanusiaan. Sedangkan melihat kepada fungsi dan peran IRM

sebagai sebuah lembaga organisasi yang berasaskan kekeluargaan dan berbasis

pendidikan sejatinya menjadikan institusi kaderisasinya tidak hanya mengandalkan

keterampilan dan manajemen administrasi-organisasi, tetapi lebih jauh dari itu, harus

mampu membangun paradigma berpikir dan berkarya ke arah orientasi aksi sosial.

Membangun kesadaran tanggung jawab dan sensibilitas sosial. Mampu merespon setiap

perkembangan aktualita sosial-masyarakat dengan segala dimensinya.Maka untuk tujuan

itu, Kedua, perlu dipikirkan bersama format kurikulum pendidikan dan pelatihan yang

rekonstruktif dan progresif. Perlu dimulai upaya ke arah kaderisasi yang berorientasi pada

karya dan aksi sosial dalam level general, berupa penumbuhan dan stimulasi etos

intelektual dan sosial. Jadi, bagaimana menggabungkan atau menemukan konvergensi

yang ideal antara aktifitas berpikir (belajar) sebagai—entitas pelajar—dan aktifitas aksi

sosial sebagai pengejawantahan dari nilai-nilai tekstual-normatif. Dengan kata lain, harus

Page 5: Konsep Pengkaderan (Just on My Mind)

ditemukan titik keseimbangan antara nilai-nilai tekstual-normatif tadi dengan realitas-

kontekstualnya. Pada titik inilah, kaderisasi yang diharapkan dari ikatan ini dapat

menemukan relevansi sejarahnya.Meninjau Pembahasan di atas, maka penulis menarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :1. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak

membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan. 2. Fungsi dari kaderisasi

adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet

perjuangan sebuah organisasi3. Tampaknya perlu dicermati kembali urgensi dari

kaderisasi berkala yang dilakukan oleh IRM (Taruna Melati) [?], atau apapun namanya).

Kaderisasi merupakan kebutuhan internal organisasi yang tidak boleh tidak dilakukan.

Layaknya sebuah hukum alam, ada proses perputaran dan pergantian disana. Namun satu

yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan,

guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang

manajemen organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmen

sosial dengan segala dimensinya.4. Selain melalui hal-hal yang sifatnya formal,

kaderisasi informal dalam bentuk kegiatan juga tidak kurang pentingnya. Melalui

kegiatan bersama, junior / anggota baru bisa melihat, belajar bagaimana cara me-manage

tim, waktu, keuangan, rekan kerja dan sebagainya.5. Sukses atau tidaknya sebuah

institusi organisasi dapat diukur dari kesuksesannya dalam proses kaderisasi internal yang

di kembangkannya. Karena, wujud dari keberlanjutan organisasi adalah munculnya

kader-kader yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk

masa depan.