format makalah pdkmf esensi pengkaderan

22
MAKALAH PELATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN MAHASISWA FARMASI Tema: Militansi Kader Lembaga yang Kritis dan Inovatif, Demi Terwujudnya Mahasiswa yang Ideal. ESENSI PENGKADERAN MILITAN BAGI MAHASISWA BARU Disusun oleh : NIDAUL HUSNA N111 13 322 BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

Upload: mualliful-umma

Post on 26-Nov-2015

385 views

Category:

Documents


67 download

DESCRIPTION

PENGKADERAN ITU INDAH

TRANSCRIPT

MAKALAHPELATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN MAHASISWA FARMASITema: Militansi Kader Lembaga yang Kritis dan Inovatif, Demi Terwujudnya Mahasiswa yang Ideal.ESENSI PENGKADERAN MILITAN BAGI MAHASISWA BARU

Disusun oleh :

NIDAUL HUSNAN111 13 322BADAN EKSEKUTIF MAHASISWAKELUARGA MAHASISWA FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2014KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan Militansi Kader Lembaga yang Kritis dan Inovatif, Demi Terwujudnya Mahasiswa yang Ideal .Saya berharap makalah ini dapat menjadi salah satu wadah agar kita bisa mulai berpikir kritis menghadapi perkembangan dunia yang pesat. Dalam dunia kampus kita sering menjumpai sistem pengkaderan yang kadang berada diluar batas area yang telah ditentukan.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh warga kemafar terkhusus kepada kanda SC dan OC serta kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.Saya menyadari ada banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang berguna untuk perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan mengenai banyaknya pro dan kontra sistem pengkaderan dalam dunia kampus.Makassar, 4 Maret 2014PenulisDAFTAR ISI

Kata Pengantar iDaftar Isi iiRingkasan 1BAB I. Pendahuluan 2

I.1 Latar Belakang

I.2 Tujuan

I.3 Manfaat

BAB II. Pembahasan

II. 1 (Ditambahkan sesuai kebutuhan judul yang Saudara angkat)

BAB III.Penutup

III. 1 Kesimpulan

III. 2 Saran

Daftar Pustaka

RINGKASANBAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar BelakangPengkaderanbukanlahOSPEK,pengkaderan juga bukan latihan ala militer yang penuh bentakan dan hukuman. Pengkaderan seutuhnya berbicara tentang bagaimana membentuk dan mendidik seseorang dalam menghadirkan keutuhan nilai-nilai manusiawi di dalam sisi pikiran dan perbuatan. Agar si kader mampu bersikap dengan segala landasan dan prinsip-prinsip kebenaran. Tentunya pengkaderan takkan bisa dibatasi oleh waktu.

Pengkaderan dikalangan mahasiswa sendiri bukan merupakan hal yang baru, bahkan mungkin setiap tahun selalu saja terdengar kabar miring tentang proses pengkaderan Mahasiswa baru, tentang perploncoan yang dilakukan oleh para senior kampus, baik yang tercium oleh media maupun yang cuma sebatas kabar burung.Bagi mahasiswa baru itu sendiri pengkaderan seharusnya bisa di katakan sangat penting karena dalam pengkaderan itu sendiri tujuan luas yang sebenarnya adalah membantu para mahasiswa baru untuk mengenali profesi barunya sebagai seorang mahasiswa. Dalam pengkaderan itu sendiri seharusnya di tanamkan nilai-nilai karakter bagai mana menjadi seorang mahasiswa, tentu saja nilai-nilai karakter ini merupakan nilai-nilai karakter mahasiswa yang sudah di akui secara Nasional bukan nilai-nilai karakter mahasiswa yang merupakan persepsi suatu kampus saja.

Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum terkontaminasi oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.

1.2 Tujuan1.3 ManfaatBAB II

PEMBAHASAN

II.1 Esensi PengkaderanPengkaderan berasal dari kata kader yang memiliki arti bimbingan-bimbingan yang diberikan kepada penerus atau pelanjut atau generasi baru untuk membentuknya menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas sesuai dengan tujuan pengkadernya. Pengkaderan dapat juga disebut re-generasi. Pengkaderan dianggap penting dalam suatu organisasi karena disinilah proses perekrutan anggota baru yang kelak akan meneruskan atau mengurus organisasi tersebut dengan segala aturan yang ada. Pengkaderan merupakan satu hal yang penting untuk dilaksanakan. Tentu dalam pengkaderan itu banyak hal yang akan ditanamkan, dalam jangka waktu tertentu. Melalui pengkaderan pula pemahaman-pemahaman yang berbeda disatukan. Sehingga calon kader-kader akan menjalankan organisasi nantinya sesuai dengan nilai-nilai yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut.

Ada hal-hal tertentu yang ingin dicapai dalam setiap pengkaderan yakni agar makna-makna pengkaderan tersebut dapat sampai ke para mahasiswa baru, tentu dengan pendekatan yang dianggap akan efektif yaitu, represif. Selain itu bimbingan juga dilakukan untuk mengubah pola pikir bahwa kekerasan itu jangan sampai dilakukan kepada mahasiswa baru selanjutnya dengan niat yang salah tapi senantiasa dilakukan untuk membuat calon kader patuh dan tunduk, sehingga lebih memudahkan untuk membentuk pribadi yang bermental baja, dan berkualitas.

Dalam organisasi juga terjadi seleksi alam. Orang yang paling unggullah yang mampu bertahan. Orang yang bisa bertahanlah yang akan tetap tinggal. Begitu pun dalam suatu organisasi, tidak sembarang atau tidak semua orang dapat menjadi anggota ataupun pengurus. Seleksi alam tersebut dapat kita lihat dalam setiap tahap pengkaderan yang dilakukan, ada-ada saja mahasiswa baru yang tidak dapat bertahan, hingga akhirnya tersisih.

Seleksi alam, hal tersebut tidak hanya berlaku pada setiap tahap pengkaderan, tetapi ada juga seleksi yang dilakukan untuk mencari mahasiswa baru untuk menjalankan suatu amanah tertentu. Contoh kecilnya adalah dalam memilih ketua Bina Akrab. Ketua yang terpilih pastilah orang yang berkualitas, mampu menjalankan amanah, dan dianggap baik oleh teman-temannya. Semuanya memiliki proses.

Jika suatu proses pengkaderan memiliki hasil tidak sesuai yang diharapkan misalnya, apa yang diharapkan para pengkader bagi calon kader ternyata tidak sampai atau belum dipahami oleh calon kader baru, maka yang patut mengevaluasi diri dalam hal ini adalah pengkadernya. Pada evaluasi tersebut adalah menganalisis apa penyebab nilai-nilai yang diharap tersampaikan bagi para calon kader baru belum dicapai. Sehingga hal ini menjadi pembelajaran bagi para pengkader untuk lebih memperbaiki aspek-aspek yang harus diperbaiki agar pentransferan ilmu ataupun nilai-nilai kepada calon kader selanjutnya dapat tersampaikan, dan dipahami.II.2 . Aspek PengkaderanPada diri mahasiswa harus ada lima nilai yang melekat dan harus dituangkan untuk mengubah atau mengembangkan tiga dasar filosofi manusia atau dimensi ke arah yang lebih baik. Lima nilai tersebut adalah kemanusiaan, keilmuan, kemahasiswaan, keorganisasian, dan keprofesian. Hal tersebut diupayakan dimiliki oleh pribadi setiap kader, agar menjadi kader yang berkualitas.

Misalnya pada aspek kemanusiaan, setiap orang adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain dalam setiap aktifitasnya, sehingga untuk itulah perlunya menjaga sikap, perlakuan dalam pergaulan. Setiap orang juga selalu berproses, dan mengarahkan dirinya ke arah yang dia anggap positif. Pada aspek keilmuan, dari segi afektif kita diharapkan untuk tidak pelit ilmu kepada orang orang lain, senantiasa membagi ilmu dengan senang hati kepada orang lain, dan memiliki sifat anti kemapanan dalam menuntut ilmu. Sifat anti kemapaman mengajarkan kita untuk tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang dimiliki namun, senantiasa merasa perlu untuk terus menerus belajar agar wawasan bertambah. Sehingga dengan sendirinya kita akan memiliki karakter sebagai manusia yang rendah hati.Namun, jika aspek keilmuan dikaitkan dengan sistem pendidikan di Indonesia maka ada hal yang patut diperhatikan. Sistem pendidikan Indonesia mengajarkan pelajar-pelajarnya menjadi pelajar yang memiliki sifat individualistik. Pada pola pikir individualistik yakni membuat mahasiswa untuk menjadikan kuliahnya hanyalah semata-mata untuk mendapatkan IPK tinggi dengan indeks prestasi yakni A, lalu sarjana. Padahal yang diharapkan ada pada mahasiswa ialah sifat tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang dimiliki. Sikap individualistik ini pun dapat menyebabkan mahasiswa tidak peduli atau bersikap apatis mengenai fungsinya sebagai masyarakat. Pola pikir inilah yang semestinya diubah.

Pada aspek keorganisasian, mahasiswa diharapkan mampu untuk mengorganisir, memanage, atau mengatur aktifitasnya, agar tidak terbengkalai. Bukan hanya mengatur waktu dengan baik, dan bijak, namun bagaimana ia mampu mengembangkan diri dan potensinya melalui organisasi. Sehingga dari situlah ia belajar banyak hal termasuk cara mengatur waktu, bergaul dengan banyak orang, dan tidak kaku dalam pergaulan. Organisasi pun sebagai pendamping aktivitas mahasiswa dalam mengembangkan aspek akademiknya, karena meraih akademik tanpa mengembangkan potensi itu tidak cukup. Yang terbaik adalah jika keduanya berjalan dengan seimbang.

Pada aspek kemahasiswaan, berkaitan dengan pergerakan mahasiswa dan fungsi-fungsi mahasiswa, yang dimana mahasiswa merupakan pemuda yang diharapkan mampu mengadakan perbaikan ataupun perubahan ke arah lebih baik bagi negeri ini. Beberapa pergerakan mahasiswa yang tidak asing seperti lahirnya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang merupakan awal lahirnya pergerakan mahasiswa, yang juga dianggap sebagai hari kebangkitan nasional. Kelahiran budi utomo menumbuhkan kesadaran rakyat Indonesia untuk bangkit dari penindasan dan meraih kemerdekaan, dan berjuang untuk belajar dan meningkatkan kualitas diri melalui pendidikan.

Pada aksi mahasiswa tahun 1998 terjadi penuntutan terhadap Soeharto untuk turun jabatan sebagai presiden Indonesia, dan pada akhirnya presiden Soeharto pun bersedia turun dari jabatannya. Inilah masa dimana kekuasaan orde baru runtuh. Semangat juang mereka senantiasa diharapkan dapat tertular kepada mahasiswa atau generasi muda saat ini. Karena mahasiswalah kelak yang menjadi pengganti para negarawan saat ini, yang kelak diharapkan mampu melakukan perbaikan dalam hal pendidikan, hukum, dan banyak hal lainnya. Tentu dengan karakter-karakter yang baik. Terkadang niat baik mahasiswa justru dipandang lain oleh masyarakat dan media yang terkadang terlalu melebihkan, yang diharapkan hal tersebut tidak menciutkan semangat mahasiswa Indonesia.

Nilai berikutnya adalah dari aspek keprofesian. Pada aspek ini terkait dengan bentuk tanggung jawab kita terhadap ilmu yang kita miliki, yakni bagaimana kita sebagai mahasiswa atau kaum terpelajar mampu mengaplikasikan apa yang telah dipelajari di bangku kuliah serta pengalaman yang telah dilalui, dapat diaplikasikan atau dimanfaatkan dalam pengabdian pada masyarakat kelak. Khususnya bagi masyarakat yang notabenenya berprofesi dalam lingkup pertanian. Pada akhirnya diharapkan kelima nilai tadi berjalan dengan sinkron sehingga tercipta karakter mahasiswa yang baik.

Selain itu ada tiga pendekatan yang dilakukan kepada calon kader. Tiga pendekatan itu terdiri atas pendekatan represif, partisipatif, dan persuasif. Pendekatan partisipatif adalah pendekatan yang jarang digunakan. Sementara pendekatan persuasif adalah pendekatan yang bersifat kekeluargaan. Pendekatan Represif adalah pendekatan yang menggunakan kekerasan untuk membentuk mental kader-kader baru. Dari ketiga pendekatan, metode represif adalah metode yang paling sering digunakan. Sifat keras yang diterapkan kepada calon kader seperti dibahas sebelumnya, hanyalah masalah teknis semata.

Beberapa contoh aplikasinya adalah dengan gertakan, menyuruh mahasiswa baru menundukkan kepala saat berjalan, tidak senyum, dan menjaga omongan saat berhadapan dengan senior. Bukan hanya itu, menyuruh mahasiswa baru untuk push up jika melakukan suatu pelanggaran, juga merupakan salah satu metode represif yang telah diterapkan pada mahasiswa baru. Hal ini tentunya dilakukan untuk membuat calon kader tunduk dan patuh dengan perintah kakak senior. Sehingga hal itu akan memudahkan senior untuk mengkader mahasiswa baru sesuai dengan tujuan organisasi.II.3 .Efek PengkaderanPengkaderan yang dilakukan tentunya memiliki efek jangka panjang. Kelak mungkin manfaatnya akan lebih terasa. Kita akan mampu menjalin persahabatan dengan lebih baik, berbicara dengan baik, mampu mengorganisir banyak hal, disiplin, bertanggung jawab, dan banyak lain. Tentu saja itu bukan hasil bimbingan singkat. Hal tersebut tentu diperoleh setelah menjalani proses dalam waktu yang tidak pendek dalam organisasi nantinya.

Efek lain dari pengkaderan adalah akan menciptakan kader yang tidak apatis terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Hal ini akan sangat bermanfaat di dunia kerja kelak. Selain itu, ia akan menjadi pribadi yang tidak apatis terhadap negaranya. Pengkaderan juga akan mengubah watak mahasiswa baru yang tadinya mungkin suka hura-hura, dan menyibukkan diri untuk kepentingan sendiri saat SMA, sekarang justru dibuka wawasannya untuk lebih peka terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Pengkaderan pun akan membimbing mahasiswa baru menjadi mahasiswa yang ammapu menyeimbangkan antara organisasi dan akademis.

Sebenarnya kekerasan yang ingin ditekankan adalah bukan dalam bentuk fisik tapi lebih untuk membentuk mental dan nyali. Untuk membentuk mental kader-kader baru, harus dalam kondisi ekstrim. Dengan begitu ia akan merasa tertekan, sehingga menyebabkan ia cenderung tunduk dan patuh akan perintah senior, dan hal tersebut bisa saja membuatnya memberontak jika batas penekanan mentalnya terlalu keras. Sehingga, kondisi ekstrim dapat membentuk kepribadian dan membuat mahasiswa baru menjadi segan. Aplikasi atau contoh kecilnya saat seorang murid disuruh untuk mengerjakan soal dipapan tulis.

Tujuan yang ingin dicapai adalah mengubah atau membentuk sifat kader yang pada awalnya membawa arogansi dari daerah masing-masing lalu hal tersebut ingin diubah menjadi pribadi yang menjunjung tinggi persamaan, sehingga terciptalah pribadi yang berkualitas, tidak arogan.Harus selalu ada evaluasi jika setiap proses pengkaderan telah berakhir. Hal itu dilakukan untuk mengetahui apakah calon kader kita memiliki perubahan ke arah positif, menjadi berkualitas, atau tidak mengalami perubahan sama sekali. Evaluasi juga bertujuan untuk meluruskan pola pikir mahasiswa yang mungkin sempat salah tanggap ataupun keliru mengenai kegiatan pengkaderan yang telah dilakukan. Selain itu, sisi positif evaluasi juga akan mendekatkan hubungan antara mahasiswa baru dan motivatornya. Sehingga akan mengurangi kecanggungan junior terhadap senior.

Melalui evaluasi juga akan diluruskan hubungan antara 5K dengan pengkaderan, sehingga dari situlah digambarkan kepada mahasiswa baru bahwa pengkaderan tidaklah seburuk yang mereka pikirkan, namun memiliki nilai-nilai yang ingin ditumbuhkan di dalam diri kader-kader barunya. Dan nilai-nilai tersebut nantinya akan banyak memberi efek positif bagi para mahasiswa baru.

Dalam pengkaderan juga dilakukan semacam kontrak dengan calon kader atau mahasiswa baru. Hal tersebut menyangkut beberapa hal yang harus dipatuhi mahasiswa baru, dalam jangka waktu tertentu, dan akan mendapatkan sanksi tertentu jika kontrak tersbeut dilanggar. Kontrak dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepedulian mahasiswa baru terhadap pengkaderan. Selain itu sebagai salah satu proses pembelajaran yang diterapkan kepada mahasiswa baru. Lebih tepatnya mahasiswa baru dididik menjadi pribadi yang komitmen, bertanggung jawab, dan berani bicara, protes, jika kontrak tersebut dianggap tidak sesuai atau tidak mampu dilakukan oleh mahasiswa baru.

Membahas mengenai pengkaderan lanjutan, salah satu contohnya adalah menjadikan mahasiswa baru sebagai pelaksana kegiatan atau turun langsung dalam suatu kegiatan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kemampuannya dalam me-manage suatu organisasi dalam bentuk kecil, seberapa besar ia komitmen dengan tanggung jawab yang diberikan, dan seberapa mampu menjadi orang yang dipimpin atau memimpin. Pengkaderan lanjutan juga dilakukan untuk mengetahui siapa saja mahasiswa baru yang sungguh-sungguh ataupun setengah-setengah dalam mengikuti atau melaksanakan proses pengkaderan.

II.2 . Pengkaderan Identik Dengan KekerasanPada prosesi pengkaderan, dari nama saja banyak orang yang merasa risih dengan nama ini. Ada yang bilang kata pengkaderan terlalu terkesan militer. Bahkan pihak birokrasi meminta untuk mengganti kata pengkaderan dengan pembinaan. Hal ini disebabkan karena pengkaderan dianggap terkait dengan kekerasan. Belum lagi ditambah dengan banyaknya berita-berita yang ditayangkan oleh media, bahwa kekerasanlah yang menyebabkan mahasiswa meninggal dunia. Sehingga pengkaderan seringkali diidentikkan dengan kekerasan. Akibatnya banyak calon kader yang terus saja merasa takut.

Kekerasan yang dilakukan oleh pengkader terhadap adik-adik yang dikadernya terkadang di salah artikan. Kekerasan yang ditangkap oleh calon kader-kader baru terkadang mengambil kesimpulan bahwa pengkaderan itu keras sebab mereka dikerasi. Entah itu push up, dan sebagainya. Namun tidak mencoba melihat aspek lainnya, dan mencoba memikirkan kenapa mereka dikerasi. Kekerasan itu adalah teknis pengkaderan.

Kekerasan bisa saja terjadi akibat kesalahan yang dilakukan oleh kader-kader baru yang tidak sesuai dengan aturan organisasi, yang menyebabkan ia menerima perlakuan yang dianggap keras itu, misalnya tidak tepat waktu dalam pertemuan anggota, tidak hadir tanpa alasan yang jelas, dan kesalahan-kesalahan lainnya yang mungkin dianggap sepele. Namun, hal ini semata-mata sebagai balasan bagi yang melakukan kesalahan agar menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.

Selain itu, bentuk perlakuan tadi juga menjadi pengujian seberapa baik dan kuat mental dan nyali kita. Mental yang kuat tidak akan mundur jika telah dikerasi satu kali tanpa menimbang penyebab mengapa ia dikerasi. Hal ini sebagai wujud kepedulian dan wujud kasih sayang para pengkader dalam proses pembentukan karakter bagi calon-calon kader baru atau mahasiswa baru. Salah satu tujuannya agar para kader-kader baru menjadi pribadi yang tangguh, tidak cengeng, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

BAB III

PENUTUP

III.1 KesimpulanKonsep pengkaderan yang baik adalah mencoba dengan kekeluargaan lebih dahulu, bersifat welcome kepada mahasiswa baru sehingga ia menganggap organisasi BEM ataupun organisasi lain adalah keluarganya sendiri, tapi dari awal memang sudah diterapkan ketegasan terhadap mereka, dan berlakunya sanksi jika ada pelanggaran. Istilahnya penggabungan keduanya. Dari awal rasa persaudaraan harus sudah dipupuk. Proses tahapan pengkaderan pun agar maksimal diharapkan semua panitia menjalankannya dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas kader, bukan karena tujuan lain seperti ploncoh, ataupun keinginan membalas perlakuan seniornya dahulu kepada mahasiswa baru.III.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Dari buku:

Nama pengarang. Judul buku/jurnal. Penerbit. Tempat terbit. Tahunterbit.

Dari internet:

Nama pengarang. Tahun. Judul tulisan. (Available from), (Alamat web), diakses tanggal 26 feb 2014. Catatan: pustaka bisa dari internet (artikel/ jurnal terpercaya) dan dari buku (minimal 3 buku).