latar belakang esensi magna charta

49
KETENTUAN INTERNASIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 2 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia 1

Upload: vinvidvic

Post on 27-Jun-2015

429 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Latar Belakang Esensi Magna Charta

KETENTUAN INTERNASIONAL TENTANG

HAK ASASI MANUSIA

Lembar Fakta No. 2

Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

1

Page 2: Latar Belakang Esensi Magna Charta

LATAR BELAKANG

Ketentuan Internasional tentang Hak Asasi Manusia terdiri dari DUHAM, Kovenan Internasional tentang Hak

Ekonomi, Sosial dan Budaya, dan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dan dua Protokol Opsional-nya.

Hak asasi manusia telah disebut-sebut dalam Kovenan Liga Bangsa-Bangsa, yang diantaranya, menuju pada

pembentukan Organisasi Buruh Internasional (ILO). Pada Konperensi San Francisco 1945, yang diselenggarakan untuk

merancang Piagam PBB, sebuah usulan tentang "Deklarasi tentang Hak Esensial Manusia" telah diajukan, namun tidak dibahas

karena memerlukan pertimbangan yang lebih matang dari yang mungkin dilakukan pada saat itu. Piagam tersebut secara jelas

menyebutkan "memajukan dan mendorong penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua orang

tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama" (Pasal 1 ayat 3). Ide untuk membuat "Ketentuan Internasional

tentang Hak Asasi Manusia" juga dianggap oleh banyak pihak telah tersirat dalam Piagam tersebut.

Komisi Persiapan PBB, yang segera mengadakan pertemuan setelah penutupan sidang Konperensi San Francisco,

merekomendasikan agar Dewan Ekonomi dan Sosial dalam sidang pertamanya membentuk sebuah komisi untuk memajukan

hak-hak asasi manusia, sebagaimana telah digambarkan dalam Pasal 68 Piagam PBB. Berdasarkan hal ini Dewan membentuk

Komisi Hak Asasi Manusia di awal 1946.

Pada sidang pertama di 1946, Majelis Umum membahas sebuah rancangan Deklarasi Hak Asasi Manusia dan

Kebebasan dasar dan menyampaikannya ke Dewan Ekonomi dan Sosial "sebagai rujukan Komisi Hak Asasi Manusia agar

dipertimbangkan … dalam persiapannya membuat Ketentuan Internasional tentang hak asasi manusia" (resolusi 43 (I)). Pada

sidang pertamanya di awal 1947, Komisi meminta pejabat-pejabatnya untuk merumuskan apa yang dinamakannya sebagai

"rancangan awal Ketentuan Internasional tentang Hak Asasi Manusia." Kemudian, buruhan tersebut diambil alih oleh suatu

komite perancang formal yang terdiri dari anggota Komisi dari delapan Negara yang dipilih dengan memperhatikan letak

geografis.

Menuju Deklarasi Universal

Pada mulanya, muncul perbedaan pendapat tentang bentuk ketentuan tentang hak asasi manusia. Komite Perancang

memutuskan untuk menyiapkan dua dokumen: yang pertama dibuat dalam bentuk deklarasi yang akan memuat prinsip-

prinsip atau standar-standar umum hak-hak asasi manusia; yang lainnya dalam bentuk konvensi yang akan merumuskan secara

khusus hak-hak dan batasan-batasannya. Sehubungan dengan itu, Komisi menyampaikan rancangan pasal-pasal deklarasi

internasional dan konvensi internasional tentang hak asasi manusia kepada Komisi Hak Asasi Manusia. Pada sidangnya yang

kedua pada Desember 1947, Komisi memutuskan untuk menggunakan istilah "Ketentuan Internasional tentang Hak Asasi

Manusia" untuk rangkaian dokumen yang sedang dipersiapkan, dan membentuk tiga kelompok kerja: satu untuk deklarasi,

satu untuk konvensi (yang kemudian diganti menjadi "kovenan") dan satu lagi untuk penerapan. Komisi merevisi rancangan

deklarasi pada sidangnya yang ketiga pada Mei/Juni 1948, dengan memperhatikan komentar-komentar yang diterima dari

berbagai Pemerintah. Akan tetapi Komisi tidak memiliki waktu untuk membahas kovenan atau masalah penerapannya. Oleh

karenanya Deklarasi disampaikan melalui Dewan Ekonomi dan Sosial kepada Majelis Umum dalam pertemuannya di Paris.

Dengan resolusi 217 A (III) tertanggal 10 Desember 1948, Majelis Umum menetapkan Deklarasi Universal Hak

Asasi Manusia (DUHAM) sebagai instrumen pertama dari sekian yang telah direncanakan.

Menuju Kovenan Internasional

Pada hari yang sama dengan ditetapkannya DUHAM, Majelis Umum meminta kepada Komisi Hak Asasi Manusia

untuk menyiapkan sebagai prioritas, sebuah rancangan kovenan hak asasi manusia dan rancangan upaya-upaya penerapan.

2

Page 3: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Komisi memeriksa teks rancangan kovenan pada 1949, dan pada tahun berikutnya Komisi merevisi 18 pasal pertama,

berdasarkan komentar-komentar yang diterima dari berbagai Pemerintah. Pada tahun 1950, Majelis Umum menyatakan

bahwa "penikmatan kebebasan sipil dan politik, serta hak ekonomi, sosial dan budaya adalah saling berhubungan dan saling

tergantung" (resolusi 421 (V), ayat E). Oleh karenanya Majelis memutuskan untuk memasukkan: hak ekonomi, sosial dan

budaya dan pengakuan yang tegas atas persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam hak-hak yang berkaitan, sebagaimana

tercantum dalam Piagam, kedalam kovenan hak asasi manusia. Pada 1951, Komisi merancang 14 pasal tentang hak ekonomi,

sosial dan budaya, berdasarkan usulan yang dibuat oleh berbagai Pemerintah dan saran yang diberikan oleh badan khusus.

Komisi juga merumuskan 10 pasal tentang langkah-langkah penerapan hak-hak tersebut, yang menjadi dasar Negara Pihak

untuk menyampaikan laporan berkalanya. Setelah debat yang panjang dalam sidangnya yang keenam, pada 1951/1952,

Majelis Umum meminta pada Komisi "untuk merancang dua Kovenan tentang Hak Asasi Manusia, … satu yang memuat hak

sipil dan politik dan yang lain memuat hak ekonomi, sosial dan budaya" (resolusi 543 (VI), paragraf 1). Majelis menghendaki

agar kedua kovenan tersebut sebanyak mungkin memuat ketentuan yang serupa. Majelis juga memutuskan untuk memasukan

sebuah pasal yang menyatakan bahwa "semua bangsa harus memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri" (resolusi 545

(VI)).

Komisi menyelesaikan persiapan kedua rancangan pada sidangnya yang kesembilan dan kesepuluh pada 1953 dan

1954. Majelis Umum menelaah kedua teks tersebut pada sidangnya yang kesembilan pada 1954, dan memutuskan agar

rancangan tersebut disebarluaskan, sehingga Pemerintah-pemerintah dapat mempelajarinya secara seksama, dan masyarakat

umum dapat menyatakan pendapatnya dengan bebas. Majelis merekomendasikan agar Komite Ketiga mulai mendiskusikan

teks tersebut pasal per-pasal dalam sidangnya yang kesepuluh pada 1955. Walaupun diskusi setiap pasal dimulai sesuai jadwal,

baru pada 1966 persiapan kedua kovenan itu dapat diselesaikan.

Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan

Politik ditetapkan oleh Majelis Umum melalui resolusi 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966. Protokol Opsional yang

pertama dari Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang ditetapkan berdasarkan resolusi yang sama, memuat

tentang perangkat internasional untuk menangani komunikasi dari individu yang menyatakan dirinya sebagai korban

pelanggaran hak-hak yang diatur dalam Kovenan.

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA

DUHAM ditetapkan dan dicanangkan oleh Majelis Umum

sebagai standar umum keberhasilan untuk semua bangsa dan semua negara, dengan tujuan agar setiap individu dan organ masyarakat,

dengan selalu mengingat Deklarasi ini, harus mengupayakan melalui pengajaran dan pendidikan untuk memajukan penghormatan

terhadap hak dan kebebasan ini; dan melalui upaya-upaya yang progresif, baik di lingkup nasional maupun internasional, untuk

menjamin pengakuan dan pematuhannya secara universal dan efektif, baik di antara rakyat Negara Anggota sendiri, maupun diantara

rakyat yang berada di wilayah yang berada dalam wilayah hukumnya.

Empat puluh delapan Negara mendukung Deklarasi, tidak ada yang menentang dan delapan Negara tidak

memberikan suara. Dalam pernyataan setelah pemungutan suara, Presiden Majelis Umum mengemukakan bahwa penetapan

Deklarasi ini merupakan "suatu pencapaian yang luar biasa, sebuah langkah maju dalam proses evolusi yang besar”. Peristiwa

ini merupakan kesempatan pertama di mana komunitas bangsa-bangsa yang terorganisir telah membuat Deklarasi hak asasi

manusia dan kebebasan dasar. Instrumen tersebut didukung oleh otoritas pendapat PBB secara menyeluruh, dan jutaan

manusia – laki-laki, perempuan dan anak-anak di seluruh dunia – akan merujuk padanya untuk bantuan, pedoman dan

inspirasi.

3

Page 4: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Deklarasi ini terdiri dari Mukadimah dan 30 pasal yang mengatur hak asasi manusia dan kebebasan dasar, di mana

semua laki-laki dan perempuan di mana saja di dunia mempunyai hak-hak atasnya tanpa diskriminasi.

Pasal 1 yang meletakkan dasar filosofisDeklarasi ini menyebutkan:

Semua umat manusia dilahirkan bebas dan sama dalam hak dan martabat. Mereka dikaruniai akal budi dan hati nurani, dan harus

bersikap terhadap satu sama lain dalam semangat persaudaraan.

Dengan demikian Pasal tersebut telah mendefinisikan asumsi dasar Deklarasi: bahwa hak untuk kebebasan dan

persamaan merupakan hak yang diperoleh manusia sejak lahir dan tidak dapat dicabut darinya; dan karena manusia

merupakan makhluk rasional dan bermoral, ia berbeda dengan makhluk lainnya di bumi, dan karenanya berhak untuk

mendapatkan hak dan kebebasan tertentu yang tidak dinikmati makhluk lain.

Pasal 2 yang mengatur prinsip dasar dari persamaan dan non-diskriminasi sehubungan dengan pemenuhan hak asasi

manusia dan kebebasan dasar, melarang adanya "pembedaan dalam bentuk apapun, seperti ras, warna, jenis kelamin, bahasa,

agama, politik atau pendapat yang berbeda, asal-usul bangsa atau sosial, harta, kelahiran atau status lainnya".

Pasal 3 yang merupakan tonggak pertama Deklarasi ini, menyatakan hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan

seseorang – suatu hak yang esensial untuk pemenuhan hak-hak lainnya. Pasal ini memperkenalkan pasal 4 sampai 21, di mana

hak sipil dan politik lainnya diatur, termasuk: kebebasan dari perbudakan dan perhambaan; kebebasan dari penyiksaan dan

perlakuan atau hukuman yang keji, tidak manusiawi atau merendahkan martabat; hak untuk diakui sebagai pribadi di depan

hukum di manapun; hak untuk mendapatkan upaya pemulihan yang efektif melalui peradilan; kebebasan dari penangkapan,

penahanan atau pengasingan sewenang-wenang; hak untuk mendapatkan pemeriksaan yang adil dan peradilan yang terbuka

oleh pengadilan yang independen dan tidak berpihak; hak untuk dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan kesalahannya;

kebebasan dari intervensi yang sewenang-wenang atas kebebasan pribadi, keluarga, rumah atau surat menyurat; kebebasan

untuk bergerak dan bertempat tinggal; hak atas suaka; hak atas kewarganegaraan; hak untuk menikah dan mendirikan

keluarga; hak untuk memiliki harta benda; kebebasan untuk berpikir, berkeyakinan dan beragama; kebebasan berpendapat

dan menyatakan pendapat; hak untuk berkumpul dan berserikat secara damai; dan hak untuk ikut serta dalam pemerintahan

negaranya dan mendapatkan akses yang sama ke pelayanan publik di negaranya.

Pasal 22 sebagai tonggak kedua Deklarasi ini memperkenalkan Pasal 23 hingga 27. Dalam pasal-pasal ini

dikemukakan hak ekonomi, sosial dan budaya, yakni hak yang harus diperoleh setiap orang "sebagai anggota masyarakat".

Pasal ini menandai hak-hak tersebut sebagai hak-hak yang tidak dapat dikesampingkan bagi martabat manusia dan kebebasan

untuk mengembangkan kepribadian, dan menunjukkan bahwa hak-hak tersebut harus diwujudkan "melalui upaya-upaya

nasional dan kerja sama internasional". Pada saat yang sama pasal ini juga mengungkapkan keterbatasan dalam perwujudannya

yang tergantung pada sumber-sumber yang dimiliki oleh masing-masing Negara.

Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang diakui dalam Pasal 22 hingga 27, mencakup hak atas jaminan sosial; hak

untuk bekerja; hak untuk mendapatkan pendapatan yang sama untuk buruhan yang sama; hak untuk beristirahat dan

bertamasya; hak atas standar kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan kehidupan; hak atas pendidikan; hak untuk

berpartisipasi dalam kehidupan budaya suatu masyarakat.

Pasal-pasal penutup yaitu Pasal 28 hingga 30, mengakui bahwa setiap orang berhak atas ketertiban sosial dan

internasional dimana hak asasi manusia dan kebebasan dasar yang dinyatakan dalam Deklarasi dapat diwujudkan sepenuhnya,

dan menekankan kewajiban dan tanggung jawab setiap individu terhadap masyarakatnya. Pasal 29 menyatakan bahwa "dalam

melaksanakan hak dan kebebasannya, setiap manusia hanya tunduk pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh hukum

yang semata-mata bertujuan menjamin pengakuan serta penghormatan yang layak bagi hak dan kebebasan orang lain, dan

untuk memenuhi persyaratan moralitas, ketertiban umum dan kesejahteraan umum yang adil dalam masyarakat yang

4

Page 5: Latar Belakang Esensi Magna Charta

demokratis. Pasal tersebut menambahkan bahwa hak asasi manusia dan kebebasan dasar tidak dapat dilaksanakan apabila

bertentangan dengan tujuan dan prinsip dari PBB. Pasal 30 menekankan bahwa tidak ada satu Negara, kelompok atau orang

mana pun yang dapat menggunakan hak apapun dalam Deklarasi, "untuk melakukan kegiatan atau melaksanakan tindakan

yang bertujuan untuk menghancurkan hak dan kebebasan” yang dikemukakan dalam Deklarasi.

Arti Penting dan Pengaruh Deklarasi

Dilahirkan sebagai "standar umum keberhasilan semua orang dan semua bangsa," DUHAM memang telah menjadi

demikian: suatu tongkat pengukur derajat penghormatan dan ketaatan terhadap standar hak asasi manusia internasional.

Sejak 1948 Deklarasi ini telah dan terus menjadi deklarasi yang paling penting dan paling jauh jangkauannya dari

semua deklarasi yang pernah dikeluarkan oleh PBB, dan merupakan sumber inspirasi mendasar bagi upaya-upaya nasional dan

internasional untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan dasar. Deklarasi ini telah menentukan arah

seluruh pekerjaan selanjutnya dalam bidang hak asasi manusia, dan meletakkan dasar filosofis bagi banyak instrumen

internasional yang mengikat secara hukum, yang dibuat untuk melindungi hak dan kebebasan yang diproklamirkan.

Dalam Proklamasi Teheran yang ditetapkan Konperensi Internasional Hak Asasi Manusia yang diadakan di Iran pada

1968, Konperensi menyetujui bahwa "DUHAM menyatakan pemahaman yang sama umat manusia di seluruh dunia,

mengenai hak semua manusia yang tidak dapat dicabut dan dilanggar, dan merupakan kewajiban anggota masyarakat

internasional". Konperensi tersebut menegaskan keyakinannya terhadap prinsip-prinsip yang termuat dalam Deklarasi ini,

dan mendorong seluruh bangsa dan Pemerintah "untuk mengabdikan diri mereka pada prinsip-prinsip tersebut … dan untuk

melipatgandakan usaha mereka memberikan pada seluruh umat manusia suatu kehidupan yang sejalan dengan kebebasan dan

martabat, dan keadaan yang kondusif bagi kesejahteraan fisik, mental, sosial dan spiritual".

Beberapa tahun terakhir ini, ketika menyiapkan instrumen internasional di bidang hak asasi manusia, dalam badan-

badan PBB telah tumbuh kecenderungan untuk merujuk tidak saja kepada DUHAM, tetapi juga kepada bagian lain Ketentuan

Internasional tentang Hak Asasi Manusia.

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA

Mukadimah dan Pasal 1, 3 dan 5 dari kedua Kovenan Internasional hampir sama isinya. Mukadimah mengingatkan

akan kewajiban Negara berdasarkan Piagam PBB untuk memajukan hak asasi manusia; mengingatkan individu akan tanggung

jawabnya untuk berjuang bagi kemajuan dan ketaatan terhadap hak tersebut; dan mengakui cita-cita setiap manusia yang

bebas sesuai dengan DUHAM, untuk menikmati kebebasan sipil dan politik, dan kebebasan dari rasa takut dan kekurangan,

yang hanya dapat dicapai apabila diciptakan kondisi dimana setiap orang dapat menikmati hak sipil dan politiknya, termasuk

hak ekonomi, sosial dan budayanya.

Pasal 1 tiap-tiap Kovenan menyatakan bahwa hak untuk menentukan nasib sendiri merupakan hal yang universal

dan meminta Negara-negara untuk mengupayakan perwujudan hak tersebut dan menghormatinya.

Pasal tersebut menyebutkan bahwa "semua bangsa mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri" dan

menambahkan bahwa " Berdasarkan hak tersebut, mereka dengan bebas menentukan status politiknya dan mengejar

perkembangan ekonomi, sosial dan budaya". Berkenaan dengan kedua hal di atas, Pasal 3 menegaskan kembali hak yang sama

antara laki-laki dan perempuan untuk menikmati hak asasi manusia, dan mengajak Negara-negara di dunia mewujudkan

prinsip tersebut. Demikian pula Pasal 5 yang memberikan perlindungan dari penghancuran atau pembatasan yang tak

semestinya terhadap hak asasi manusia atau kebebasan dasar, dan terhadap misinterpretasi terhadap ketentuan apapun dalam

Kovenan yang digunakan sebagai alat melegitimasi pelanggaran hak atau kebebasan atau pembatasan terhadap kedua hal ini

5

Page 6: Latar Belakang Esensi Magna Charta

yang lebih besar daripada yang diperkenankan Kovenan. Pasal tersebut juga mencegah Negara membatasi hak-hak yang telah

dinikmati di wilayahnya atas dasar hak-hak tersebut tidak diakui dalam Kovenan, atau diakui dalam arti yang lebih sempit.

Pasal 6 sampai dengan 15 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak untuk

bekerja (Pasal 6); hak untuk menikmati kondisi kerja yang adil dan baik (Pasal 7); hak untuk membentuk dan ikut dalam

organisasi perburuhan (Pasal 8); hak atas jaminan sosial, termasuk asuransi sosial khususnya para ibu, anak dan orang muda

(Pasal 10); hak untuk mendapat kehidupan yang layak (Pasal 11); hak untuk menikmati standar kesehatan fisik dan mental

yang tinggi (Pasal 12); hak atas pendidikan (Pasal 13 dan 14); dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya (Pasal

15).

Dalam Pasal 6 hingga 27, Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik melindungi hak untuk hidup (Pasal 6)

dan mengatur bahwa tidak seorang pun dapat dijadikan obyek penyiksaan dan perlakuan atau hukuman yang keji, tidak

manusiawi atau yang merendahkan martabat (Pasal 7); bahwa tidak seorangpun dapat diperlakukan sebagai budak; bahwa

perbudakan dan perdagangan budak dilarang; dan tidak seorangpun dapat diperhambakan atau diminta untuk melakukan kerja

paksa (Pasal 8); bahwa tidak seorangpun dapat ditangkap atau ditahan sewenang-wenang (Pasal 9); bahwa semua orang yang

dirampas kebebasannya harus diperlakukan secara manusiawi (Pasal 10); dan bahwa tidak seorangpun dapat dipenjarakan

semata-mata atas dasar ketidakmampuan memenuhi kewajiban suatu kontrak (Pasal 11).

Kovenan ini mengatur tentang kebebasan bergerak dan memilih tempat tinggal (Pasal 12) dan batasan-batasan yang

diperbolehkan ketika mendeportasi warga negara asing yang secara sah berada dalam wilayah Negara Pihak (Pasal 13).

Kovenan mengatur tentang kesetaraan setiap orang di depan pengadilan dan lembaga peradilan dan jaminan dalam proses

pengaduan pidana dan perdata (Pasal 14). Kovenan melarang pemberlakuan hukum pidana yang berlaku surut (Pasal 15);

menegaskan hak setiap orang untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum (Pasal 16); dan menghimbau larangan terhadap

pelanggaran tidak sah dan sewenang-wenang atas kehidupan pribadi, keluarga, rumah atau korespondensi, dan serangan tidak

sah atas kehormatan dan reputasinya (Pasal 17).

Kovenan ini memberikan perlindungan terhadap hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama (Pasal

18), dan kebebasan berpendapat dan mengeluarkan pikiran (Pasal 19). Kovenan juga menyerukan perlunya hukum yang

melarang propaganda perang dan upaya-upaya menimbulkan kebencian berdasarkan kebangsaan, ras atau agama, yang

merupakan hasutan untuk melakukan diskriminasi, permusuhan atau kekerasan (Pasal 20). Kovenan ini mengakui hak

berkumpul secara damai (Pasal 22). Kovenan juga mengakui hak bagi laki-laki dan perempuan pada usia kawin untuk menikah

dan membentuk keluarga, dan prinsip persamaan hak dan kewajiban pasangan yang terikat dalam perkawinan, selama

perkawinan maupun setelah pembubaran perkawinan (Pasal 23). Kovenan mengatur upaya-upaya melindungi hak anak (Pasal

24), dan mengakui hak setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam melakukan kegiatan publik, untuk memilih dan dipilih,

dan untuk memiliki akses yang sama ke pelayanan publik di negaranya (Pasal 25). Kovenan menentukan bahwa setiap orang

adalah sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan yang sama di depan hukum (Pasal 26). Kovenan juga mengatur

perlindungan terhadap hak suku bangsa, etnis, agama dan bahasa minoritas yang berdiam di wilayah Negara Pihak (Pasal 27).

Akhirnya, Pasal 28 mengatur tentang pembentukan Komite Hak Asasi Manusia yang bertanggung jawab untuk

mengawasi penerapan hak-hak yang diatur dalam Kovenan.

PERSYARATAN

DUHAM menegaskan bahwa pelaksanaan hak dan kebebasan seseorang dapat tunduk pada pembatasan-pembatasan

tertentu yang harus ditentukan berdasarkan hukum, semata-mata untuk menjamin pengakuan yang layak atas hak dan

kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi persyaratan moralitas, ketertiban umum dan kesejahteraan umum yang adil

6

Page 7: Latar Belakang Esensi Magna Charta

dalam masyarakat yang demokratis. Hak-hak tersebut tidak dapat dilaksanakan bertentangan dengan tujuan dan prinsip-

prinsip PBB, atau juga jika ditujukan untuk menghancurkan hak-hak apapun yang diatur dalam Deklarasi (Pasal 29 dan 30).

Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya menyatakan bahwa hak-hak yang diatur di

dalamnya dapat dibatasi oleh hukum, sepanjang batasan itu sesuai dengan sifat hak tersebut, dan semata-mata untuk

memajukan kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis (Pasal 4).

Berbeda dengan DUHAM dan Kovenan tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Kovenan Internasional tentang

Hak Sipil dan Politik tidak memuat ketentuan umum yang berlaku untuk semua hak yang diatur dalam Kovenan, yang

mensahkan pembatasan terhadap pelaksanaannya. Namun demikian, beberapa pasal Kovenan menyebutkan bahwa hak-hak

yang dinyatakan tidak boleh dibatasi, kecuali apabila diatur oleh hukum dan dibutuhkan untuk melindungi keamanan nasional,

ketertiban umum, atau hak dan kebebasan orang lain.

Oleh karenanya, hak-hak tertentu tidak dapat ditangguhkan atau dibatasi, sekalipun dalam situasi darurat. Hak-hak

tersebut adalah hak untuk hidup, hak untuk bebas dari penyiksaan, hak untuk bebas dari perbudakan dan perhambaan, hak

untuk dilindungi dari pemenjaraan karena hutang, hak untuk bebas dari penerapan hukum pidana yang berlaku surut, diakui

sebagai pribadi di depan hukum, dan kebebasan untuk bepikir, berkeyakinan dan beragama.

Kovenan tentang Hak Sipil dan Politik memperkenankan Negara untuk membatasi atau menangguhkan pemenuhan

hak-hak tertentu, dalam keadaan yang secara resmi dinyatakan sebagai situasi darurat umum yang mengancam kehidupan

negara. Batasan-batasan terhadap atau penangguhan hak-hak tersebut hanya diperbolehkan "sepanjang ada situasi mendesak

yang tegas-tegas menunjukkan kebutuhan ini," dan tidak boleh didasarkan pada diskriminasi terhadap ras, warna kulit, jenis

kelamin, bahasa, agama atau asal-usul sosial (Pasal 4). Pembatasan atau penangguhan tersebut wajib dilaporkan kepada PBB.

PROTOKOL OPSIONAL PERTAMA

Protokol Opsional Pertama Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, memungkinkan Komite Hak Asasi

Manusia, yang didirikan berdasarkan Kovenan tersebut, menerima dan membahas komunikasi dari para individu yang

menyatakan dirinya korban pelanggaran hak apapun yang ada dalam Kovenan.

Berdasarkan Pasal 1 Protokol Opsional, Negara Pihak Kovenan yang juga menjadi Negara Pihak Protokol,

mengakui kompetensi Komite Hak Asasi Manusia untuk menerima dan membahas komunikasi dari individu yang berada di

bawah wilayah hukumnya, yang menyatakan dirinya korban pelanggaran hak oleh Negara yang diatur dalam Kovenan. Para

individu yang membuat pernyataan tersebut, dan telah mengupayakan segala bentuk penyelesaian secara domestik, berhak

menyampaikan komunikasi tertulis kepada Komite (Pasal 2).

Komunikasi yang telah diputuskan dapat diterima Komite (di samping Pasal 2, Pasal 3 and 5 (2) mengatur syarat-

syarat penerimaan komunikasi) untuk diperhatikan oleh Negara Pihak yang diduga telah melanggar ketentuan dalam

Kovenan. Dalam jangka waktu enam bulan, Negara tersebut harus memberikan penjelasan atau pernyataan tertulis kepada

Komite yang menjelaskan tentang masalah tersebut dan menunjukkan upaya penyelesain apapun yang telah dilakukannya,

apabila ada.

Komite Hak Asasi Manusia akan membahas komunikasi yang diterima dalam sebuah rapat tertutup, dengan

memperhatikan informasi tertulis yang diberikan padanya oleh individu dan Negara Pihak yang bersangkutan. Komite

kemudian menyampaikan pandangannya kepada Negara Pihak dan individu (Pasal 5). Ringkasan kegiatan Komite berdasarkan

Protokol Opsional akan dimasukan dalam laporan yang diserahkan oleh Komite setiap tahunnya kepada Majelis Umum

melalui Dewan Ekonomi dan Sosial (Pasal 6).

7

Page 8: Latar Belakang Esensi Magna Charta

PROTOKOL OPSIONAL KEDUA

Protokol Opsional Kedua Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik yang bertujuan menghapuskan hukuman

mati, ditetapkan oleh Majelis Umum dalam resolusi 44/128 tertanggal 15 Desember 1989. Berdasarkan Pasal 1, tidak

seorangpun dalam wilayah hukum suatu Negara Pihak Protokol ini dapat dihukum mati.

Berdasarkan Pasal 3 Protokol, Negara-negara Pihak harus mencantumkan informasi tentang upaya-upaya yang

diambil untuk mewujudkan Protokol, dalam laporan yang diserahkan kepada Komite Hak Asasi Manusia.

Pasal 5 Protokol Opsional Kedua menyebutkan bahwa sehubungan dengan suatu Negara yang menjadi Pihak

Protokol Opsional pertama, kompetensi Komite Hak Asasi Manusia untuk menerima dan membahas komunikasi dari

individu yang berada di bawah wilayah hukum Negara tersebut mencakup pula ketentuan yang ada dalam Protokol Opsional

Kedua, kecuali jika Negara Pihak yang bersangkutan telah membuat pernyataan yang sebaliknya pada saat ratifikasi atau

aksesi.

Berdasarkan Pasal 6, ketentuan dalam Protokol Opsional Kedua berlaku sebagai ketentuan tambahan bagi Kovenan.

PEMBERLAKUAN KOVENAN DAN PROTOKOL-PROTOKOL OPSIONAL

Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mulai berlaku pada 3 Januari 1976, tiga bulan

setelah tanggal diserahkannya instrumen ratifikasi atau aksesi yang ketiga puluh lima sebagaimana diatur dalam Pasal 27,

untuk disimpan Sekretaris Jenderal. Hingga 30 September 1995, Kovenan telah diratifikasi atau diaksesi oleh 132 Negara,

yakni:

Afghanistan, Albania, Aljazair, Angola, Argentina, Armenia, Australia, Austria, Azerbaijan, Barbados, Belarus,

Belgia, Benin, Bolivia, Bosnia dan Herzegovina, Brasil, Bulgaria, Burundi, Kamboja, Kamerun, Kanada, Cape

Verde, Republik Afrika Tengah, Chad, Cili, Kolombia, Kongo, Kosta Rika, Pantai Gading, Kroasia, Siprus,

Republik Czech, Republik Rakyat Demokratik Korea, Denmark, Dominika, Republik Dominika, Ekuador, Mesir,

El Salvador, Guinea Ekuatorial, Estonia, Etiopia, Finlandia, Perancis, Gabon, Gambia, Georgia, Jerman, Yunani,

Grenada, Guatemala, Guinea, Guinea Bissau, Guyana, Haiti, Hungaria, Islandia, India, Iran, Irak, Irlandia, Israel,

Italia, Jamaika, Jepang, Jordania, Kenya, Kyrgyztan, Latvia, Lebanon, Lesotho, Libya Arab Jamahiriya, Lituania,

Luxemburg, Madagaskar, Malawi, Mali, Malta, Mauritius, Meksiko, Mongolia, Maroko, Mozambik, Namibia,

Nepal, Belanda, Selandia Baru, Nikaragua, Niger, Nigeria, Norwegia, Panama, Paraguai, Peru, Filipina, Polandia,

Portugal, Republik Korea, Republik Moldova, Romania, Federasi Rusia, Rwanda, Saint Vincent dan Grenadines,

San Marino, Senegal, Seychelles, Slovakia, Slovenia, Somalia, Spanyol, Sri Lanka, Sudan, Suriah, Suriname,

Swedia, Swiss, Mantan Republik Yugoslavia Masedonia, Togo, Trinidad dan Tobago, Tunisia, Ukrania, Inggirs

Raya, Tanzania, Amerika Serikat, Uruguai, Venezuela, Vietnam, Yemen, Yugoslavia, Zaire, Zambia dan

Zimbabwe.

Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik mulai berlaku pada 23 Maret 1976, tiga bulan setelah tanggal

diserahkannya instrumen ratifikasi atau turut serta yang ketiga puluh lima sebagaimana diatur dalam pasal 49, untuk disimpan

Sekretaris Jenderal. Hingga 30 September 1995, Kovenan telah diratifikasi atau diikuti oleh 132 Negara, yakni:

Afghanistan, Albania, Aljazair, Angola, Argentina, Armenia, Australia, Austria, Azerbaijan, Barbados, Belarus,

Belgia, Benin, Bolivia, Bosnia dan Herzegovina, Brasil, Bulgaria, Burundi, Kamboja, Kamerun, Kanada, Cape

Verde, Republik Afrika Tengah, Chad, Cili, Kolombia, Kongo, Kosta Rika, Pantai Gading, Kroasia, Siprus,

Republik Czech, Republik Rakyat Demokratik Korea, Denmark, Dominika, Republik Dominika, Ekuador, Mesir,

8

Page 9: Latar Belakang Esensi Magna Charta

El Salvador, Guinea Ekuatorial, Estonia, Etiopia, Finlandia, Perancis, Gabon, Gambia, Georgia, Jerman, Yunani,

Grenada, Guatemala, Guinea, Guinea Bissau, Guyana, Haiti, Hungaria, Islandia, India, Iran, Irak, Irlandia, Israel,

Italia, Jamaika, Jepang, Jordania, Kenya, Kyrgyztan, Latvia, Lebanon, Lesotho, Libya Arab Jamahiriya, Lituania,

Luxemburg, Madagaskar, Malawi, Mali, Malta, Mauritius, Meksiko, Mongolia, Maroko, Mozambik, Namibia,

Nepal, Belanda, Selandia Baru, Nikaragua, Niger, Nigeria, Norwegia, Panama, Paraguai, Peru, Filipina, Polandia,

Portugal, Republik Korea, Republik Moldova, Romania, Federasi Rusia, Rwanda, Saint Vincent dan Grenadines,

San Marino, Senegal, Seychelles, Slovakia, Slovenia, Somalia, Spanyol, Sri Lanka, Sudan, Suriah, Suriname,

Swedia, Swiss, Mantan Republik Yugoslavia Masedonia, Togo, Trinidad dan Tobago, Tunisia, Ukrania, Inggirs

Raya, Republik Persatuan Tanzania, Amerika Serikat, Uruguai, Venezuela, Vietnam, Yemen, Yugoslavia, Zaire,

Zambia dan Zimbabwe.

Pada tanggal yang sama, 44 Negara Pihak Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik telah membuat

pernyataan (berdasarkan Pasal 41) yang mengakui kompetensi Komite Hak Asasi Manusia "untuk menerima dan membahas

komunikasi sehubungan dengan pernyataan suatu Negara Pihak bahwa Negara Pihak lainnya tidak memenuhi kewajibannya"

berdasarkan Kovenan. Ketentuan Pasal 41 mulai berlaku pada 28 Maret 1979 sesuai dengan ayat 2 pasal tersebut.

Protokol Opsional Pertama Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik mulai berlaku secara bersamaan

dengan Kovenan, setelah menerima sedikitnya 10 dokumen ratifikasi atau aksesi sebagaimana dipersyaratkan. Hingga 30

September 1995, 85 Negara Pihak Kovenan juga telah menjadi Pihak Protokol Opsional pertama, yakni:

Aljazair, Angola, Argentina, Armenia, Australia, Austria, Barbados, Belarus, Belgia, Benin, Bolivia, Bosnia dan

Herzegovina, Bulgaria, Kamerun, Kanada, Republik Afrika Tengah, Chad, Cili, Kolombia, Kongo, Kosta Rika,

Siprus, Republik Czech, Denmark, Republik Dominika, Ekuador, Mesir, El Salvador, Guinea Ekuatorial, Estonia,

Finlandia, Perancis, Gambia, Georgia, Jerman, Guinea, Guyana, Haiti, Hungaria, Islandia, Irlandia, Italia, Jamaika,

Kyrgyztan, Latvia, Libya Arab Jamahiriya, Lituania, Luxemburg, Madagaskar, Malta, Mauritius, Mongolia,

Namibia, Nepal, Belanda, Selandia Baru, Nikaragua, Niger, Norwegia, Panama, Paraguai, Peru, Filipina, Polandia,

Portugal, Republik Korea, Romania, Federasi Rusia, Rwanda, Saint Vincent dan Grenadines, San Marino, Senegal,

Seychelles, Slovakia, Slovenia, Somalia, Spanyol, Suriname, Swedia, Mantan Republik Yugoslavia Masedonia,

Togo, Trinidad dan Tobago, Ukrania, Uruguai, Uzbekistan, Venezuela, Zaire, dan Zambia.

Protokol Opsional Kedua Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang bertujuan untuk menghapuskan

hukuman mati mulai berlaku pada 11 Juli 1991, setelah menerima sedikitnya 10 dokumen ratifikasi atau aksesi sebagaimana

dipersyaratkan. Hingga 30 September Protokol telah diratifikasi atau diikuti oleh 28 Negara, yakni:

Australia, Austria, Denmark, Ekuador, Finlandia, Jerman, Hungaria, Islandia, Irlandia, Italia, Luxemburg, Malta,

Mozambik, Namibia, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Panama, Portugal, Rumania, Seychelles, Slovenia,

Spanyol, Swedia, Swiss, Mantan Republik Yugoslavia Macedonia, Uruguai dan Venezuela.

PENGARUH MENDUNIA KETENTUAN DASAR INTERNASIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA

Sejak 1948, saat DUHAM ditetapkan dan diproklamasikan, sampai 1976, ketika Kovenan-Kovenan Internasional

tentang Hak-Hak Asasi Manusia mulai berlaku, DUHAM merupakan satu-satunya bagian terlengkap dari Ketentuan Dasar

Internasional tentang Hak Asasi Manusia. DUHAM, dan kemudian Kovenan-Kovenan tersebut, memberi pengaruh yang

mendalam pada pemikiran dan tindakan setiap individu dan Pemerintahan mereka di segala penjuru dunia.

9

Page 10: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Konperensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia yang diadakan di Teheran dari 22 April hingga 13 Mei 1968

untuk menelaah kemajuan yang dibuat selama 20 tahun sejak ditetapkannya DUHAM, dan untuk merumuskan program-

program di masa depan, dalam Proklamasi Teheran menyatakan sebagai berikut:

1. Adalah suatu keharusan bagi anggota masyarakat internasional untuk memenuhi kewajiban mereka dalam

memajukan dan mendorong penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar untuk semua orang

tanpa pembedaan dalam bentuk apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau

pendapat lainnya;

2. DUHAM menyatakan pemahaman bersama bangsa-bangsa di dunia sehubungan dengan hak-hak yang tidak dapat

dicabut dari dan dilanggar bagi semua anggota masyarakat internasional, dan merupakan kewajiban bagi anggota

masyarakat internasional;

3. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya, Deklarasi Pemberian Kemerdekaan bagi Negara dan Rakyat Jajahan, Konvensi Internasional tentang

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial dan juga konvensi-konvensi lainnya dan deklarasi di bidang hak asasi

manusia yang ditetapkan dibawah naungan PBB, badan khusus dan organisasi antar-pemerintah, telah menciptakan

suatu standar dan kewajiban baru yang harus disesuaikan oleh Negara-Negara;

Dengan demikian, selama lebih dari 25 tahun DUHAM berdiri sendiri sebagai sebuah "standar keberhasilan

internasional bagi semua manusia dan semua bangsa". Deklarasi dikenal dan diterima keabsahannya, baik di Negara Pihak

salah satu atau kedua Kovenan, dan di Negara yang tidak meratifikasi atau melakukan aksesi atas kedua Kovenan tersebut.

Ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Deklarasi ini banyak dijadikan dasar dan pembenaran sejumlah besar keputusan

yang diambil oleh badan-badan PBB; Deklarasi ini menjadi inspirasi untuk mempersiapkan sejumlah instrumen internasional

tentang hak asasi manusia, baik di dalam maupun di luar sistem PBB; dokumen ini berpengaruh terhadap sejumlah perjanjian

multilateral dan bilateral; dan juga mempunyai pengaruh yang kuat sebagai dasar untuk mempersiapkan konstitusi dan

undang-undang nasional yang baru.

DUHAM diakui sebagai dokumen bersejarah yang mengartikulasikan definisi umum mengenai martabat dan nilai-

nilai manusia. Deklarasi ini merupakan tonggak yang menjadi ukuran tingkat penghormatan dan ketaatan terhadap standar

hak asasi manusia internasional di mana saja di muka bumi ini.

Mulai berlakunya Kovenan-Kovenan, yang diterima oleh Negara-negara Pihak baik sebagai kewajiban hukum

maupun moral untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan dasar, sama sekali tidak mengurangi

luasnya pengaruh DUHAM. Sebaliknya, keberadaan Kovenan-Kovenan ini sendiri dan kenyataan bahwa Kovenan-Kovenan

ini berisi upaya-upaya penerapan yang disyaratkan untuk memastikan perwujudan hak-hak dan kebebasan yang diatur dalam

DUHAM, telah memberi kekuatan yang lebih besar bagi DUHAM.

Lebih jauh lagi, DUHAM sungguh-sungguh berlingkup universal, karena ia menjaga kesahihannya bagi setiap

anggota keluarga manusia di mana saja, tanpa memandang apakah Pemerintah telah secara resmi menerima prinsip-prinsip

yang ada dalam DUHAM atau meratifikasi Kovenan-Kovenan. Di lain pihak, Kovenan-Kovenan sebagai konvensi

internasional, bersifat mengikat secara hukum Negara-negara yang telah menerimanya dengan cara meratifikasi atau

melakukan aksesi.

Dalam berbagai resolusi dan keputusan penting yang ditetapkan oleh badan-badan PBB, termasuk Majelis Umum

dan Dewan Keamanan, DUHAM dan salah satu atau kedua Kovenan tersebut telah dijadikan rujukan sebagai dasar suatu

tindakan.

10

Page 11: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Hampir semua instrumen internasional hak-hak asasi manusia yang ditetapkan oleh badan-badan PBB sejak 1948

telah menguraikan prinsip-prinsip yang diatur dalam DUHAM. Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya menyatakan dalam mukadimahnya bahwa Kovenan itu berkembang dari pengakuan bahwa:

Sesuai dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, kebebasan manusia yang ideal dalam menikmati kebebasan dari rasa takut dan

kebebasan dari kekurangan hanya dapat dicapai apabila diciptakan kondisi di mana setiap orang dapat menikmati hak ekonomi, sosial dan

budaya-nya, dan juga hak sipil dan politiknya.

Pernyataan yang sama juga dimuat dalam mukadimah Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik.

Deklarasi tentang Perlindungan Bagi Semua Orang dari Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Keji,

Tidak Manusiawi atau Menurunkan martabat yang ditetapkan oleh Majelis umum pada 1975 (resolusi 3452 (XXX)),

menguraikan pengertian Pasal 5 DUHAM dan Pasal 7 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, di mana keduanya

mengatur bahwa tidak seorang pun boleh disiksa dan diperlakukan atau dihukum secara keji, tidak manusiawi atau

merendahkan martabat. Larangan ini ditegaskan lebih lanjut dengan ditetapkannya Kovensi Menentang Penyiksaan dan

Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Keji, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat (resolusi Majelis Umum 39/46)

pada 1984. Serupa dengan itu, Deklarasi tentang Penghapusan Segala Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi Berdasarkan

Agama atau Kepercayaan, yang diproklamasikan Majelis Umum pada 1981 (resolusi 36/55), secara tegas merumuskan sifat

dan ruang lingkup prinsip non-diskriminasi dan perlakuan yang sama di depan hukum, dan hak atas kebebasan berpikir,

berkeyakinan, beragama dan berkepercayaan, yang terdapat dalam DUHAM dan Kovenan-Kovenan Internasional.

Situasi yang serupa muncul dalam instrumen internasional hak asasi manusia yang ditetapkan di luar sistem PBB.

Sebagai contoh, mukadimah dari Konvensi Bagi Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang ditetapkan oleh

Dewan Eropa di Roma pada 1950, ditutup dengan kata-kata sebagai berikut:

Memutuskan bahwa Pemerintah-Pemerintah Negara-Negara Eropa yang mempunyai pemikiran yang sama dan warisan tradisi politik, ide,

kebebasan dan negara hukum yang sama, untuk mengambil langkah-langkah pertama secara kolektif menegakkan hak-hak tertentu yang

dinyatakan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

Pasal II Piagam Organisasi Persatuan Afrika yang ditetapkan di Addis Ababa pada 1963, menyatakan bahwa salah

satu tujuan Organisasi ini adalah "memajukan kerjasama internasional dengan memperhatikan Piagam PBB dan DUHAM".

Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia yang ditandatangani di San Jose, Kosta Rika pada 1969, menyatakan dalam

mukadimahnya bahwa prinsip-prinsip yang hendak dijalankan adalah prinsip-prinsip yang terdapat dalam Piagam Organisasi

Negara-Negara Amerika, Deklarasi Amerika tentang Hak dan Kewajiban dari Manusia dan DUHAM.

Para hakim Mahkamah internasional sering menggunakan prinsip-prinsip yang termuat dalam Ketentuan

Internasional Hak Asasi Manusia sebagai dasar untuk keputusan mereka.

Pengadilan Nasional dan lokal sering merujuk pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam Ketentuan Internasional

Hak Asasi Manusia dalam keputusan mereka. Lebih jauh lagi dalam tahun-tahun terakhir ini teks konstitusi dan undang-

undang nasional telah lebih banyak memuat upaya-upaya perlindungan hukum bagi prinsip-prinsip tersebut; bahkan banyak

hukum nasional dan lokal yang mutakhir dengan jelas mengambil contoh ketentuan-ketentuan yang diatur dalam DUHAM

dan Kovenan-Kovenan Internasional, yang tetap menjadi pedoman utama bagi upaya-upaya masa kini maupun masa

mendatang di bidang hak asasi manusia, baik dalam lingkup nasional maupun internasional.

Terakhir, Konperensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia yang diadakan di Wina pada Juni 1993 menetapkan secara

bulat Deklarasi Wina dan Program Aksi, di mana Konperensi menyambut baik kemajuan dalam mengkodifikasi instrumen

hak asasi manusia, dan mendorong ratifikasi secara universal perjanjian hak asasi manusia. Di samping itu semua Negara

11

Page 12: Latar Belakang Esensi Magna Charta

didorong untuk sedapat mungkin menghindari pengajuan keberatan (bagian I paragraf 26).

Dengan demikian, Ketentuan Internasional Hak Asasi Manusia mewakili sebuah tonggak penting dalam sejarah hak

asasi manusia, sebuah Magna Charta yang menandai pencapaian umat manusia pada tahap yang sangat penting: perolehan

kesadaran akan penghormatan terhadap martabat dan harga diri manusia.

12

Page 13: Latar Belakang Esensi Magna Charta

LAMPIRAN

KETENTUAN INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA1

MUKADIMAH

Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua

anggota keluarga manusia adalah landasan bagi kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia,

Bahwa pengabaian dan penghinaan terhadap hak asasi manusia telah mengakibatkan tindakan-tindakan keji yang

membuat berang nurani manusia, dan terbentuknya suatu dunia dimana manusia akan menikmati kebebasan berbicara dan

berkeyakinan, serta kebebasan dari ketakutan dan kekurangan telah dinyatakan sebagai aspirasi tertinggi manusia pada

umumnya,

Bahwa sangat penting untuk melindungi hak-hak asasi manusia dengan peraturan hukum supaya orang tidak akan

terpaksa memilih jalan pemberontakan sebagai usaha terakhir menentang tirani dan penindasan,

Bahwa sangat penting untuk memajukan hubungan persahabatan antar bangsa-bangsa,

Bahwa bangsa-bangsa dari Perserikatan Bangsa-Bangsa di dalam Piagam PBB telah menegaskan kembali kepercayaan

mereka terhadap hak asasi manusia yang mendasar, terhadap martabat dan nilai setiap manusia, dan terhadap persamaan hak

laki-laki dan perempuan, dan telah mendorong kemajuan sosial dan standar kehidupan yang lebih baik dalam kebebasan yang

lebih luas,

Bahwa bekerjasama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Negara Pihak telah berjanji mencapai kemajuan universal

dalam penghormatan dan ketaatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar,

Bahwa pemahaman yang sama tentang hak-hak dan kebebasan ini sangat penting dalam untuk mewujudkan janji

tersebut sepenuhnya,

Oleh karena itu, dengan ini

Majelis Umum,

Memproklamirkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai standar umum keberhasilan semua manusia dan

semua bangsa dengan tujuan bahwa setiap individu dan setiap organ masyarakat, dengan senantiasa mengingat Deklarasi ini,

akan berusaha melalui cara pengajaran dan pendidikan untuk memajukan penghormatan terhadap hak dan kebebasan ini, dan

melalui upaya-upaya yang progresif baik secara nasional dan internasional, menjamin pengakuan dan ketaatan yang universal

dan efektif, baik oleh rakyat Negara Pihak maupun rakyat yang berada di dalam wilayah yang masuk dalam wilayah

hukumnya.

Pasal 1

Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal budi dan

hati nurani dan hendaknya bergaul satu dengan yang lain dalam semangat persaudaraan.

1 Ditetapkan oleh Majelis Umum dalam resolusi 217 A (III) tertanggal 10 Desember 1948.

13

Page 14: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Pasal 2

Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi ini tanpa pembedaan dalam

bentuk apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, keyakinan politik atau keyakinan lainnya, asal usul

kebangsaan dan sosial, hak milik, kelahiran atau status lainnya.

Selanjutnya, pembedaan tidak dapat dilakukan atas dasar status politik, hukum atau status internasional negara atau

wilayah dari mana seseorang berasal, baik dari negara merdeka, wilayah perwalian, wilayah tanpa pemerintahan sendiri, atau

wilayah yang berada di bawah batas kedaulatan lainnya.

Pasal 3

Setiap orang berhak atas kehidupan, kemerdekaan dan keamanan pribadi.

Pasal 4

Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhambakan; perbudakan dan perdagangan budak dalam bentuk

apapun wajib dilarang.

Pasal 5

Tidak seorangpun boleh disiksa atau diperlakukan atau dihukum secara keji, tidak manusiawi atau merendahkan

martabat.

Pasal 6

Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai pribadi di depan hukum di mana saja ia berada.

Pasal 7

Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi apapun.

Semua orang berhak untuk mendapatkan perlindungan yang sama terhadap diskriminasi apapun yang melanggar Deklarasi ini

dan terhadap segala hasutan untuk melakukan diskriminasi tersebut.

Pasal 8

Setiap orang berhak atas penyelesaian yang efektif oleh peradilan nasional yang kompeten, terhadap tindakan-

tindakan yang melanggar hak-hak mendasar yang diberikan padanya oleh konstitusi atau oleh hukum.

Pasal 9

Tidak seorangpun yang dapat ditangkap, ditahan atau diasingkan secara sewenang-wenang.

Pasal 10

Setiap orang berhak, dalam persamaan yang penuh, atas pemeriksaan yang adil dan terbuka oleh peradilan yang

bebas dan tidak memihak, dalam penentuan atas hak dan kewajibannya serta dalam setiap tuduhan pidana terhadapnya.

Pasal 11

1. Setiap orang yang dituduh melakukan tindak pidana berhak untuk dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan

14

Page 15: Latar Belakang Esensi Magna Charta

kesalahannya sesuai dengan hukum, dalam pengadilan yang terbuka, di mana ia memperoleh semua jaminan yang

dibutuhkan untuk pembelaannya.

2. Tidak seorangpun dapat dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana karena perbuatan atau kelalaian, yang bukan

merupakan pelanggaran pidana berdasarkan hukum nasional atau internasional ketika perbuatan tersebut dilakukan.

Juga tidak boleh dijatuhkan hukuman yang lebih berat daripada hukuman yang berlaku pada saat pelanggaran

dilakukan.

Pasal 12

Tidak seorangpun boleh diganggu secara sewenang-wenang dalam urusan pribadi, keluarga, rumah tangga atau

hubungan surat-menyuratnya, juga tidak boleh dilakukan serangan terhadap kehormatan dan reputasinya. Setiap orang

berhak mendapat perlindungan hukum terhadap gangguan atau penyerangan seperti itu.

1. Setiap orang berhak untuk bebas bergerak dan bertempat tinggal dalam batas-batas setiap Negara.

2. Setiap orang berhak untuk meninggalkan negaranya termasuk negaranya sendiri, dan kembali ke negaranya.

Pasal 14

1. Setiap orang berhak untuk mencari dan menikmati suaka di negara lain untuk menghindari penuntutan atau

tindakan pengejaran sewenang-wenang (persecution).

2. Hak ini tidak berlaku dalam kasus-kasus penuntutan yang benar-benar timbul karena kejahatan non-politik atau

tindakan-tindakan yang bertentangan dengan tujuan dan prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 15

1. Setiap orang berhak atas kewarganegaraan.

2. Tidak seorang pun dapat dicabut kewarganegaraannya secara sewenang-wenang atau ditolak haknya untuk

mengubah kewarganegaraannya.

Pasal 16

1. Laki-laki dan perempuan dewasa, tanpa ada pembatasan apapun berdasarkan ras, kewarganegaraan atau agama,

berhak untuk menikah dan membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang sama dalam hal perkawinan, dalam

masa perkawinan dan pada saat berakhirnya perkawinan.

2. Perkawinan hanya dapat dilakukan atas dasar kebebasan dan persetujuan penuh dari pihak yang hendak

melangsungkan perkawinan.

3. Keluarga merupakan satuan kelompok masyarakat yang alamiah dan mendasar dan berhak atas perlindungan dari

masyarakat dan Negara.

Pasal 17

1. Setiap orang berhak untuk memiliki harta benda baik secara pribadi maupun bersama-sama dengan orang lain.

2. Tidak seorangpun dapat dirampas harta bendanya secara sewenang-wenang.

Pasal 18

15

Page 16: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Setiap orang berhak atas kemerdekaan berpikir, berkeyakinan dan beragama; hak ini mencakup kebebasan untuk

berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan untuk menjalankan agama atau kepercayaannya dalam kegiatan pengajaran,

peribadatan, pemujaan dan ketaatan, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun secara

pribadi.

Pasal 19

Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat; hak ini mencakup kebebasan untuk berpegang

teguh pada suatu pendapat tanpa ada intervensi, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah

pikiran melalui media apa saja dan tanpa memandang batas-batas wilayah.

Pasal 20

1. Setiap orang berhak atas kebebasan berkumpul secara damai dan berserikat.

2. Tidak seorangpun dapat dipaksa untuk menjadi anggota suatu perkumpulan.

Pasal 21

1. Setiap orang berhak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan negaranya, baik secara langsung atau melalui wakil-

wakil yang dipilihnya secara bebas.

2. Setiap orang berhak atas akses yang sama untuk memperoleh pelayanan umum di negaranya.

3. Keinginan rakyat harus dijadikan dasar kewenangan pemerintah; keinginan tersebut harus dinyatakan dalam

pemilihan umum yang dilakukan secara berkala dan sungguh-sungguh, dengan hak pilih yang bersifat universal dan

sederajat, serta dilakukan melalui pemungutan suara yang rahasia ataupun melalui prosedur pemungutan suara

secara bebas yang setara.

Pasal 22

Setiap orang sebagai anggota masyarakat berhak atas jaminan sosial dan terwujudnya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang

sangat diperlukan untuk martabat dan perkembangan kepribadiannya dengan bebas, melalui usaha-usaha nasional maupun

kerjasama internasional, dan sesuai dengan pengaturan dan sumber daya yang ada pada setiap negara .

Pasal 23

1. Setiap orang berhak atas buruhan, untuk memilih buruhan dengan bebas, atas kondisi buruhan yang adil dan

menyenangkan, dan atas perlindungan terhadap pengangguran.

2. Setiap orang berhak atas upah yang sama untuk buruhan yang sama, tanpa diskriminasi.

3. Setiap orang yang bekerja berhak atas pengupahan yang adil dan memadai, yang bisa menjamin penghidupan yang

layak bagi dirinya maupun keluarganya sesuai dengan martabat manusia, dan apabila perlu ditambah dengan

perlindungan sosial lainnya.

4. Setiap orang berhak mendirikan dan bergabung dengan serikat buruh untuk melindungi kepentingannya.

Pasal 24

Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk pembatasan jam kerja yang layak dan liburan berkala dengan

menerima upah.

16

Page 17: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Pasal 25

1. Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan

keluarganya, termasuk hak atas pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang

diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, ditinggalkan oleh pasangannya, usia lanjut,

atau keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar kekuasaannya.

2. Ibu dan anak-anak berhak mendapatkan perhatian dan bantuan khusus. Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam

maupun di luar perkawinan, harus menikmati perlindungan sosial yang sama.

Pasal 26

1. Setiap orang berhak atas pendidikan. Pendidikan harus cuma-cuma, paling tidak pada tahap-tahap awal dan dasar.

Pendidikan dasar harus diwajibkan. Pendidikan teknis dan profesional harus terbuka bagi semua orang, dan begitu

juga pendidikan tinggi harus terbuka untuk semua orang berdasarkan kemampuan.

2. Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan sepenuhnya kepribadian manusia, dan untuk memperkuat

penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar. Pendidikan harus meningkatkan pengertian,

toleransi dan persaudaraan di antara semua bangsa, kelompok rasial dan agama, dan wajib untuk mengembangkan

kegiatan-kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memelihara perdamaian.

3. Orang tua mempunyai hak pertama untuk memilih jenis pendidikan yang akan diberikan pada anaknya.

Pasal 27

1. Setiap orang berhak untuk secara bebas berpartisipasi dalam kehidupan budaya masyarakat, menikmati seni, dan

turut mengecap kemajuan ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya.

2. Setiap orang berhak atas perlindungan terhadap keuntungan moral dan materil yang diperoleh dari karya ilimiah,

sastra atau seni apapun yang diciptakannya.

Pasal 28

Setiap orang berhak atas ketertiban sosial dan internasional, di mana hak dan kebebasan yang diatur dalam Deklarasi ini dapat

diwujudkan sepenuhnya.

Pasal 29

1. Setiap orang mempunyai kewajiban kepada masyarakat tempat satu-satunya di mana ia dimungkinkan untuk

mengembangkan pribadinya secara bebas dan penuh.

2. Dalam pelaksanaan hak dan kebebasannya, setiap orang hanya tunduk pada batasan-batasan yang ditentukan oleh

hukum, semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak dan kebebasan orang lain, dan

memenuhi persyaratan-persyaratan moral, ketertiban umum dan kesejahteraan umum yang adil dalam masyarakat

yang demokratis.

3. Hak dan kebebasan ini dengan jalan apapun tidak dapat dilaksanakan apabila bertentangan dengan tujuan dan prinsip

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 30

17

Page 18: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Tidak ada satu ketentuan pun dalam Deklarasi ini yang dapat ditafsirkan sebagai memberikan hak pada suatu Negara,

kelompok atau orang, untuk terlibat dalam aktivitas atau melakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk menghancurkan hak

dan kebebasan apapun yang diatur di dalam Deklarasi ini.

18

Page 19: Latar Belakang Esensi Magna Charta

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG

HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA2

MUKADIMAH

Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini,

Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

pengakuan terhadap martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama bagi dan tidak dapat dipisahkan dari semua umat

manusia merupakan landasan dari kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia,

Mengakui bahwa hak-hak ini berasal dari martabat yang melekat pada manusia,

Mengakui bahwa, sesuai dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, cita-cita umat manusia yang bebas untuk

menikmati kebebasan dari rasa takut dan kekurangan hanya dapat dicapai apabila diciptakan kondisi dimana setiap orang dapat

menikmati baik hak hak ekonomi, sosial dan budayanya, maupun hak sipil dan politiknya.

Menimbang kewajiban Negara-negara sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memajukan

penghormatan dan pentaatan hak asasi dan kebebasan manusia secara universal,

Menyadari bahwa individu, yang mempunyai kewajiban terhadap individu lainnya dan terhadap komunitas yang di

dalamnya ia termasuk, bertanggung jawab untuk berusaha keras bagi pemajuan dan pentaatan hak yang diakui dalam Kovenan

ini,

Menyetujui pasal-pasal berikut:

BAGIAN I

Pasal 1

1. Semua bangsa mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Berdasarkan hak tersebut mereka bebas menentukan

status politik mereka dan bebas berupaya mencapai pembangunan ekonomi, sosial dan budayanya.

2. Semua bangsa, demi tujuan mereka sendiri, dapat secara bebas mengelola kekayaan dan sumber daya alam mereka

tanpa mengurangi kewajiban apapun yang muncul dari kerjasama ekonomi internasional berdasarkan prinsip saling

menguntungkan dan hukum internasional. Dalam hal apapun tidak dibenarkan untuk merampas hak-hak suatu

bangsa atas sumber-sumber penghidupannya sendiri.

3. Negara-negara Pihak Kovenan ini, termasuk mereka yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Wilayah yang

Tidak Berpemerintahan Sendiri atau Wilayah Perwalian, wajib memajukan perwujudan hak atas penentuan nasib

sendiri, dan wajib menghormati hak tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Piagam Perserikatan

Bangsa-Bangsa.

BAGIAN II

Pasal 2

1. Setiap Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk mengambil langkah-langkah, baik secara individual maupun

melalui bantuan dan kerjasama internasional, khususnya di bidang ekonomi dan teknis sepanjang tersedia sumber

dayanya, dengan maksud untuk mencapai secara bertahap perwujudan penuh dari hak-hak yang diakui oleh

Kovenan ini dengan cara-cara yang sesuai, termasuk dengan pengambilan langkah-langkah legislatif.

2. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menjamin bahwa hak yang diatur dalam Kovenan ini akan

2Ditetapkan oleh resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966.

19

Page 20: Latar Belakang Esensi Magna Charta

dilaksanakan tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun seperti terhadap ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,

agama, pandangan politik atau pandangan lainnya, asal-usul kebangsaan atau sosial, hak milik, status kelahiran atau

status lainnya.

3. Negara-negara yang sedang berkembang, dengan memperhatikan hak-hak asasi manusia dan perekonomian

nasionalnya dapat menentukan sampai seberapa jauh negara-negara berkembang tersebut akan menjamin hak

ekonomi yang diakui dalam Kovenan ini bagi orang-orang yang bukan warga negara.

Pasal 3

Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji menjamin hak-hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam

penikmatan semua hak ekonomi, sosial dan budaya yang ditentukan dalam Kovenan ini.

Pasal 4

Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui bahwa dalam pemenuhan hak-hak yang dijamin oleh Negara sesuai

dengan Kovenan ini, Negara tersebut hanya boleh mengenakan pembatasan hak tersebut sedemikian rupa hanya sebagaimana

ditentukan oleh hukum, sejauh hal ini sesuai dengan sifat hak yang bersangkutan, dan semata-mata dengan maksud untuk

memajukan kesejahteraan dalam suatu masyarakat yang demokratis.

Pasal 5

1. Tidak ada satu ketentuan pun dalam Kovenan ini yang dapat ditafsirkan sebagai memberikan secara langsung kepada

suatu Negara, kelompok atau perseorangan hak untuk melakukan kegiatan atau tindak apa pun yang bertujuan

untuk menghancurkan hak atau kebebasan yang diakui dalam Kovenan ini, atau untuk membatasi hak dan kebebasan

itu lebih besar daripada yang ditentukan dalam Kovenan ini.

2. Tidak satupun pembatasan atau pengurangan atas hak-hak asasi manusia yang mendasar yang diakui atau berada di

negara manapun berdasarkan kekuatan hukum, konvensi, peraturan atau kebiasaan, akan dapat diterima, dengan

alasan bahwa Kovenan ini tidak mengakui hak-hak tersebut, atau mengakuinya namun tidak sepenuhnya.

BAGIAN III

Pasal 6

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak atas pekerjaan, yang mencakup hak setiap orang atas

kesempatan untuk mencari nafkah melalui mekerjaan yang dipilih atau diterimanya secara bebas, dan akan

mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak tersebut.

2. Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara Pihak pada Kovenan ini untuk mencapai perwujudan sepenuhnya

hak ini akan mencakup program bimbingan dan pelatihan teknis dan kejuruan, kebijakan dan teknik untuk mencapai

perkembangan ekonomi, sosial dan budaya yang mantap, serta lapangan kerja yang penuh dan produktif,

berdasarkan kondisi yang menjamin kebebasan politik dan ekonomi yang mendasar bagi individu.

Pasal 7

Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk menikmati kondisi kerja yang adil dan

baik, yang terutama menjamin:

(a) Imbalan yang memberikan semua pekerja, sekurang-kurangnya:

20

Page 21: Latar Belakang Esensi Magna Charta

(i) Upah yang adil dan imbalan yang sama untuk pekerjaan yang senilai tanpa

pembedaan dalam bentuk apapun, khususnya perempuan yang harus dijamin kondisi kerjanya

yang tidak lebih rendah daripada yang dinikmati laki-laki, dengan upah yang sama untuk

pekerjaan yang sama;

(ii) Kehidupan yang layak bagi mereka dan keluarga mereka, sesuai dengan

ketentuan-ketentuan Kovenan ini;

(b) Kondisi kerja yang menjamin keselamatan dan yang sehat;

(c) Kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa

pertimbangan apapun selain senioritas dan kemampuannya;

(d) Istirahat, waktu senggang, dan pembatasan jam kerja yang wajar, dan liburan berkala dengan

upah, dan imbalan-imbalan lain pada hari libur umum.

Pasal 8

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menjamin:

(a) Hak setiap orang untuk membentuk serikat buruh dan bergabung dalam serikat buruh

pilihannya, tunduk pada aturan-aturan organisasi yang bersangkutan, demi memajukan dan melindungi

kepentingan ekonomi dan sosialnya. Tidak ada pembatasan yang boleh dikenakan pada pelaksanaan

pelaksanaan hak ini selain pembatasan yang ditetapkan oleh hukum dan yang diperlukan dalam suatu

masyarakat demokratis demi kepentingan keamanan nasional atau ketertiban umum, atau bagi

perlindungan hak dan kebebasan orang lain;

(b) Hak serikat buruh untuk membentuk federasi atau konfederasi nasional, dan hak federasi atau

konfederasi tersebut untuk membentuk atau bergabung dengan organisasi serikat buruh internasional;

(c) Hak serikat buruh untuk berfungsi secara bebas tanpa dikenai pembatasan selain pembatasan

yang ditetapkan oleh hukum dan yang perlu dalam suatu masyarakat demokratis demi kepentingan

keamanan nasional atau ketertiban umum, atau bagi perlindungan hak dan kebebasan orang lain;

(d) Hak untuk melakukan pemogokan, dengan ketentuan bahwa hak tersebut dilaksanakan sesuai

dengan hukum negara tertentu;

2. Pasal ini tidak akan menghalangi dibuatnya pembatasan-pembatasan yang sah dalam pelaksanaan hak tersebut diatas

oleh anggota angkatan bersenjata, atau kepolisian, atau pemerintah Negara.

3. Tidak ada satu pun ketentuan dalam Pasal ini yang memberi kewenangan pada Negara Pihak "Konvensi

Internasional Organisasi Perburuhan Internasional 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Kebebasan

Berorganisasi" untuk mengambil tindakan legislatif atau menerapkan undang-undang sedemikian rupa sehingga

mengurangi jaminan yang telah ditetapkan dalam Kovenan tersebut.

Pasal 9

Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas jaminan sosial, termasuk asuransi sosial.

Pasal 10

Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui bahwa:

1. Perlindungan dan bantuan seluas mungkin harus diberikan kepada keluarga yang merupakan kelompok alamiah dan

21

Page 22: Latar Belakang Esensi Magna Charta

mendasar dari masyarakat, terutama bagi pembentukannya dan selama keluarga ini bertanggung jawab atas

pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang menjadi tanggungan. Pernikahan harus dilangsungkan dengan

persetujuan sukarela dari calon suami dan calon istri.

2. Perlindungan khusus wajib diberikan kepada para ibu selama masa yang wajar sebelum dan sesudah melahirkan.

Pada masa tersebut para ibu yang bekerja wajib diberikan cuti dalam tanggungan atau cuti dengan memperoleh

jaminan sosial yang layak.

3. Tindakan perlindungan dan bantuan khusus harus diambil untuk kepentingan semua anak dan orang muda tanpa

diskriminasi apapun karena alasan keturunan atau kondisi lainnya. Anak-anak dan orang muda harus dilindungi dari

eksploitasi ekonomi dan sosial. Pemanfaatan mereka dalam pekerjaan yang merusak moral atau kesehatan, atau

yang membahayakan kehidupan mereka atau yang sangat mungkin menghambat perkembangan mereka secara

normal harus dikenai sanksi hukum. Negara-negara juga harus menetapkan batas umur minimal bagi anak-anak

yang memasuki pasaran kerja, sehingga mempekerjakan anak di bawah batas tersebut dengan imbalan harus dilarang

dan dikenai sanksi hukum.

Pasal 11

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas kehidupan yang layak untuk dirinya sendiri

dan keluarganya, termasuk kelayakan pangan, sandang dan papan, dan perbaikan kondisi hidup yang terus menerus.

Negara-negara Pihak akan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjamin perwujudan hak tersebut,

dengan mengakui arti penting yang esensial dari kerja sama internasional yang didasarkan pada kesepakatan

sukarela.

2. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, dengan mengakui hak dasar setiap orang untuk bebas dari kelaparan, harus

mengambil langkah-langkah yang diperlukan, termasuk menyelenggarakan program khusus, baik secara individual

maupun melalui kerjasama internasional, untuk:

(a) memperbaiki metode produksi konservasi dan distribusi pangan dengan memanfaatkan sepenuhnya

pengetahuan teknis dan ilmiah, dengan penyebarluasan pengetahuan prinsip-prinsip ilmu gizi, dan dengan

pengembangan atau reformasi sistem agraria sedemikian rupa sehingga tercapailah pengembangan dan

pemanfaatan sumber daya alam yang paling efisien;

(b) dengan memperhatikan baik masalah negara pengimpor dan pengekspor pangan, menjamin distribusi

yang merata pasokan pangan dunia sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 12

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat

dicapai dalam hal kesehatan fisik dan mental.

2. Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara-ngera Pihak pada Kovenan ini untuk mencapai perwujudan

sepenuhnya hak ini harus mencakup tindakan yang diperlukan untuk:

(a) ketentuan untuk mengurangi angka kematian bagyi pada waktu kelahiran dan kematian bayi, serta

perkembangan anak yang sehat;

(b) perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri;

(c) pencegahan, pengobatan, dan pengendalian segala penyakit menular, endemik, penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan, dan penyakit lainnya;

22

Page 23: Latar Belakang Esensi Magna Charta

(d) penciptaan kondisi yang menjamin adanya semua pelayanan dan perhatian medis ketika penyakit timbul.

Pasal 13

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Negara-negara tersebut sepakat

bahwa pendidikan harus diarahkan pada pengembangan sepenuhnya kepribadian manusia dan kesadaran akan harga

dirinya, dan memperkuat penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar. Mereka selanjutnya

sepakat bahwa pendidikan harus memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi secara efektif dalam suatu

masyarakat yang bebas, memajukan pengertian, toleransi serta persahabatan antar semua bangsa dan semua

kelompok, ras, etnis atau agama, dan meningkatkan kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memelihara

perdamaian.

2. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui, bahwa dengan tujuan untuk mencapai perwujudan sepenuhnya

hak ini:

(a) pendidikan dasar harus bersifat wajib dan tersedia secara cuma-cuma bagi semua orang;

(b) pendidikan lanjutan dalam berbagai bentuknya, termasuk pendidikan teknik dan kejuruan, harus secara

umum tersedia dan terbuka bagi semua orang dengan segala cara yang layak, dan khususnya melalui

pengadaan pendidikan cuma-cuma secara bertahap;

(c) pendidikan tinggi juga harus dilaksanakan dengan prinsip terbuka bagi semua orang atas dasar

kemampuan, dengan segala upaya yang tepat, khususnya melalui pengadaan pendidikan cuma-cuma

secara bertahap;

(d) pendidikan fundamental harus didorong atau diintensifkan sejauh mungkin bagi orang-orang yang belum

pernah mendapatkan atau belum menyelesaikan seluruh pendidikan dasar mereka;

(e) pengembangan suatu sistem sekolah pada semua tingkatan harus secara aktif diupayakan, suatu sistem

beasiswa yang memadai harus dibentuk, dan kondisi materiil staf pengajar harus terus-menerus

diperbaiki.

3. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menghormati kebebasan orang tua dan, jika ada, wali murid

yang sah untuk memilih sekolah bagi anak-anak mereka, selain sekolah yang didirikan oleh lembaga pemerintah,

sepanjang sekolah tersebut memenuhi standar pendidikan minimum sebagaimana ditetapkan atau disetujui oleh

pemerintah negara yang bersangkutan, dan untuk melindungi pendidikan agama dan moral anak-anak mereka sesuai

dengan keyakinan mereka.

4. Tidak satu pun ketentuan dalam pasal ini yang dapat ditafsirkan sebagai pembenaran untuk mencampuri kebebasan

individu dan badan untuk mendirikan dan mengurus lembaga pendidikan, sepanjang prinsip-prinsip yang

dikemukakan dalam ayat 1 Pasal ini selalu diindahkan, dan dengan syarat bahwa pendidikan yang diberikan dalam

lembaga tersebut memenuhi standar minimum yang telah ditetapkan oleh Negara yang bersangkutan.

Pasal 14

Setiap Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, yang pada saat menjadi Pihak belum mampu menyelenggarakan

wajib belajar tingkat dasar secara cuma-cuma di wilayah perkotaan atau wilayah lainnya, berjanji, dalam jangka waktu dua

tahun, untuk menyusun dan menetapkan rencana kegiatan rinci untuk pelaksanaan bertahap prinsip wajib belajar secara

cuma-cuma bagi semua orang, dalam jumlah tahun yang harus ditetapkan dalam rencana tersebut.

23

Page 24: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Pasal 15

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk:

(a) berpartisipasi dalam kehidupan budaya;

(b) menikmati manfaat kemajuan ilmu pengetahun dan penerapannya;

(c) memperoleh keuntungan dari perlindungan atas kepentingan moral dan material yang didapat dari karya

ilmiah, sastra atau seni apa pun yang telah diciptakannya.

2. Langkah-langkah yang harus diambil oleh Negara-negara Pihak pada Kovenan ini untuk mencapai perwujudan

sepenuhnya hak ini akan mencakup langkah yang diperlukan bagi konservasi, pengembangan dan penyebaran ilmu

pengetahuan dan kebudayaan.

3. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menghormati kebebasan yang mutlak diperlukan untuk

penelitian ilmiah dan kegiatan yang kreatif.

4. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui keuntungan yang akan diperoleh dari upaya mendorong dan

mengembangkan hubungan dan kerja sama internasional di bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

BAGIAN IV

Pasal 16

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menyampaikan, sesuai dengan bagian Kovenan ini, laporan

tentang tindakan yang telah diambil dan kemajuan yang telah diperoleh dalam mencapai ketaatan pada hak yang

diakui dalam Kovenan ini.

2. (a) Semua laporan wajib disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang akan

mengirimkan salinannya kepada Dewan Ekonomi dan Sosial untuk dibahas sesuai dengan ketentuan Kovenan ini;

(b) Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa juga akan mengirimkan kepada badan khusus, salinan laporan,

atau suatu bagian dari laporan itu, dari Negara-negara Pihak pada Kovenan yang juga anggota badan khusus

tersebut, sepanjang laporan tersebut, atau bagian darinya, berkaitan dengan masalah yang menjadi kewenangan

badan khusus tersebut sesuai dengan instrumen konstitusionalnya.

Pasal 17

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini harus memberikan laporan mereka secara bertahap, sesuai dengan program

yang ditetapkan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial dalam waktu satu tahun terhitung mulai berlakunya Kovenan ini,

setelah berkonsultasi dengan Negara-negara Pihak dan badan khusus yang bersangkutan.

2. Laporan dapat mengindikasikan faktor dan kesulitan yang mempengaruhi tingkat pemenuhan kewajiban menurut

Kovenan ini.

3. Dalam hal informasi yang relevan telah diberikan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa atau pada suatu badan khusus

oleh suatu Negara Pihak pada Kovenan ini, tidaklah perlu untuk membuat lagi informasi tersebut, tetapi cukup

dengan perujukan yang tepat pada infomrasi yang telah diberikan itu.

Pasal 18

Sesuai dengan tanggung jawabnya berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa di bidang hak asasi dan

kebebasan dasar manusia, Dewan Ekonomi dan Sosial dapat melakukan pengaturan dengan badan-badan khusus, sehubungan

dengan laporan yang disampaikan badan-badan khusus tersebut kepada Dewan, tentang kemajuan yang dicapai dalam

24

Page 25: Latar Belakang Esensi Magna Charta

penerapan ketentuan dalam Kovenan ini yang tercakup dalam ruang lingkup kegiatan mereka. Laporan tersebut dapat

mencakup butir-butir spesifik keputusan dan rekomendasi tentang pelaksanaan upaya pencapaian ketaatan tersebut yang

ditetapkan oleh organ-organ yang berwenang dari badan-badan khusus itu.

Pasal 19

Dewan Ekonomi dan Sosial dapat mengirimkan laporan mengenai hak asas manusia yang disampaikan oleh Negara-

negara sesuai dengan Pasal 16 dan Pasal 17, dan laporan mengenai hak asasi manusia yang disampaikan oleh badan-badan

khusus sesuai dengan Pasal 18, kepada Komisi Hak Asasi Manusia untuk dipelajari dan diberi rekomendasi umum, atau,

bilamana perlu, untuk informasi.

Pasal 20

Negara-negara Pihak pada Kovenan ini dan badan-badan khusus yang bersangkutan dapat menyampaikan tanggapan

kepada Dewan Ekonomi dan Sosial tentang suatu rekomendasi umum menurut Pasal 19 atau rujukan pada rekomendasi

umum tersebut dalam laporan Komisi Hak Asasi Manusia atau dokumen yang dirujuk di dalamnya.

Pasal 21

Dewan Ekonomi dan Sosial dapat menyampaikan, dari waktu ke waktu, laporan beserta rekomendasi yang bersifat

umum dan ringkasan informasi yang diterima dari Negara-negara Pihak pada Kovenan ini dan badan-badan khusus tentang

tindakan yang telah diambil serta kemajuan yang telah dicapai dalam pencapaian ketaatan umum hak-hak yang diakui dalam

Kovenan ini, kepada Majelis Umum.

Pasal 22

Dewan Ekonomi dan Sosial dapat meminta perhatian badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya, badan-

badan pelengkapnya, dan badan-badan khusus yang bersangkutan yang memberikan bantuan teknis, untuk memperhatikan

persoalan dalam laporan-laporan yang disebutkan Kovenan ini, yang dapat membantu badan-badan tersebut dalam

memutuskan, sesuai dengan kompetensi masing-masing, kelayakan upaya-upaya internasional untuk membantu penerapan

yang efektif dari Kovenan ini secara bertahap.

Pasal 23

Negara-negara Pihak pada Kovenan ini sepakat bahwa tindakan internasional bagi pencapaian hak-hak yang diakui

dalam Kovenan ini mencakup metode, seperti pembuatan konvensi, penerimaan rekomendasi, pemberian bantuan teknis,

dan penyelenggaraan pertemuan-pertemuan regional dan pertemuan teknis untuk tujuan konsultasi dan pengkajian, yang

dilaksanakan bersama dengan Pemerintah yang bersangkutan.

Pasal 24

Tidak ada satu pun ketentuan dalam Kovenan ini yang boleh ditafsirkan sebagai mengurangi ketentuan Piagam

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan konstitusi badan-badan khusus, yang menetapkan tanggung jawab berbagai badan

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan khususnya sehubungan dengan hal-hal yang diatur dalam Kovenan ini.

Pasal 25

25

Page 26: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Tidak ada satu pun ketentuan dalam Kovenan ini yang boleh ditafsirkan sebagai mengurangi hak inheren semua

rakyat untuk menikmati dan memanfaatkan sepenuhnya dan secara bebas kekayaan dan sumber daya alam mereka.

BAGIAN V

Pasal 26

1. Kovenan ini terbuka untuk ditandatangani oleh setiap Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa atau anggota

badan khususnya, oleh setiap Negara Pihak pada Statuta Mahkamah Internasional, dan oleh setiap Negara yang telah

diundang oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menjadi Pihak pada Kovenan ini.

2. Kovenan ini harus diratifikasi. Piagam ratifikasi akan disimpan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

3. Kovenan ini akan terbuka bagi aksesi oleh setiap Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini.

4. Aksesi dilakukan dengan penyimpanan piagam aksesi pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

5. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menginformasikan pada semua Negara yang telah

menandatangani Kovenan ini atau yang telah mengaksesi padanya tentang penyimpanan tiap-tiap piagam ratifikasi

atau aksesi.

Pasal 27

1. Kovenan ini akan mulai berlaku tiga bulan setelah tanggal penyimpanan piagam ratifikasi atau piagam aksesi yang

ketiga puluh lima pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa

2. Bagi setiap Negara yang meratifikasi Kovenan ini atau yang mengaksesi padanya setelah penyimpanan piagam

ratifikasi atau piagam aksesi yang ketiga puluh lima, Kovenan ini akan mulai berlaku tiga bulan setelah tanggal

penyimpanan ratifikasi atau piagam aksesinya sendiri.

Pasal 28

Ketentuan Kovenan ini akan berlaku untuk semua bagian Negara federal tanpa pembatasan atau pengecualian apa

pun.

Pasal 29

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini dapat mengusulkan perubahan dan mengajukannya pada Sekretaris Jenderal

Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sekretaris Jenderal setelah itu mengkomunikasikan usul perubahan apapun kepada

Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, dengan permintaan agar Negara-negara tersebut memberitahukan

kepadanya apakah mereka setuju diadakan Konperensi Negara Pihak guna membahas dan memungutsuarakan

usulan tersebut. Apabila terdapat sekurang-kurangnya sepertiga dari Negara Pihak setuju diadakannya konperensi

tersebut, Sekretaris Jenderal akan menyelenggarakan konperensi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Perubahan yang ditetapkan oleh mayoritas Negara-negara Pihak yang hadir dan memberikan suara dalam

Konperensi tersebut akan disampaikan pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendapatkan

persetujuan.

2. Perubahan akan berlaku apabila telah disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dan diterima oleh

dua pertiga mayoritas Negara-negara Pihak pada Kovenan ini sesuai dengan prosedur konstitusional mereka masing-

masing.

3. Apabila perubahan telah berlaku, perubahan tersebut akan mengikat Negara-negara Pihak yang telah menerimanya,

26

Page 27: Latar Belakang Esensi Magna Charta

sedangkan Negara-negara Pihak lainnya masih tetap terikat pada ketentuan Kovenan ini dan perubahan terdahulu

yang telah mereka terima.

Pasal 30

Terlepas dari pemberitahuan menurut Pasal 26 ayat 5, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan

memberitahu semua Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal yang sama, butir-butir spesifik sebagai berikut:

(a) Penandatanganan, ratifikasi dan akses berdasarkan Pasal 26;

(b) Tanggal berlakunya Kovenan ini berdasarkan Pasal 27 dan tanggal berlakunya setiap perubahan

berdasarkan Pasal 29.

Pasal 31

1. Kovenan ini, yang naskahnya dalam bahasa Cina, Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol sama autentiknya, akan

disimpan pada arsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menyampaikan salinan resmi Kovenan ini kepada semua

Negara sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 26.

27

Page 28: Latar Belakang Esensi Magna Charta

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG

HAK SIPIL DAN POLITIK3

MUKADIMAH

Negara-negara Pihak pada Kovenan ini,

Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama bagi dan tidak bisa dipisahkan dari semua umat manusia

merupakan landasan kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia,

Menimbang bahwa hak ini bersumber dari martabat yang melekat pada manusia,

Menimbang bahwa sesuai dengan Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia, cita-cita umat manusia yang bebas

untuk menikmati kebebasan sipil dan politik, dan kebebasan dari rasa takut dan kekurangan hanya dapat dicapai apabila

diciptakan kondisi dimana setiap orang dapat menikmati baik hak sipil dan politiknya, maupun hak ekonomi, sosial dan

budayanya,

Menimbang kewajiban Negara berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memajukan penghormatan

secara universal dan pentaatan terhadap hak asasi dan kebebasan manusia,

Menyadari bahwa individu, yang mempunyai kewajiban terhadap individu lainnya dan terhadap komunitas yang di

dalamnya ia termasuk, bertanggung jawab untuk berusaha keras bagi pemajuan dan pentaatan hak yang diakui dalam Kovenan

ini,

Menyetujui pasal-pasal berikut ini:

BAGIAN I

Pasal 1

1. Semua bangsa mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Berdasarkan hak tersebut mereka bebas menentukan

status politik mereka dan bebas berupaya mencapai pembangunan ekonomi, sosial dan budayanya.

2. Semua bangsa, demi tujuan mereka sendiri, dapat secara bebas mengelola kekayaan dan sumber daya alam mereka

tanpa mengurangi kewajiban apapun yang muncul dari kerjasama ekonomi internasional berdasarkan prinsip saling

menguntungkan dan hukum internasional. Dalam hal apapun tidak dibenarkan untuk merampas hak-hak suatu

bangsa atas sumber-sumber penghidupannya sendiri.

3. Negara-negara Pihak Kovenan ini, termasuk mereka yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Wilayah yang

Tidak Berpemerintahan Sendiri atau Wilayah Perwalian, wajib memajukan perwujudan hak atas penentuan nasib

sendiri, dan wajib menghormati hak tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Piagam Perserikatan

Bangsa-Bangsa.

BAGIAN II

Pasal 2

1. Setiap Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menghormati dan menjamin hak yang diakui dalam Kovenan

ini bagi semua individu yang berada di dalam wilayahnya dan berada di bawah yurisdikasinya, tanpa pembedaan

jenis apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan lainnya, asal-

3 Ditetapkan oleh resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966.

28

Page 29: Latar Belakang Esensi Magna Charta

usul kebangsaan atau sosial, hak milik, status kelahiran atau status lainnya.

2. Apabila belum diatur oleh ketentuan perundang-undangan atau kebijakan lainnya, setiap Negara Pihak pada

Kovenan ini berjanji untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, sesuai dengan proses konstitusionalnya

dan sesuai dengan ketentuan Kovenan ini, untuk mengambil tindakan legislatif atau tindakan lainnya yang mungkin

perlu bagi pelaksanaan hak yang diakui dalam Kovenan ini.

3. Setiap Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji:

(a) menjamin bahwa setiap orang yang hak atau kebebasannya sebagaimana diakui dalam Kovenan ini

dilanggar, akan memperoleh upaya pemulihan yang efektif, walaupun pelanggaran tersebut dilakukan

oleh seseorang yang bertindak dalam kapasitas sebagai pejabat negara;

(b) menjamin agar setiap orang yang menuntut upaya pemulihan tersebut harus ditentukan haknya oleh

lembaga peradilan, administratif atau legislatif yang berwenang, atau oleh lembaga yang berwenang

lainnya, yang diatur oleh sistem hukum Negara tersebut, dan untuk mengembangkan kemungkinan

pemulihan yang bersifat hukum;

(c) menjamin bahwa lembaga yang berwenang akan melaksanakan upaya pemulihan tersebut apabila

dikabulkan.

Pasal 3

Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menjamin persamaan hak antara laki-laki dan perempuan

dalam penikmatan hak sipil dan politik yang tercantum dalam Kovenan ini.

Pasal 4

1. Dalam keadaan darurat umum yang mengancam kehidupan bangsa dan terdapatnya keadaan darurat tersebut telah

diumumkan secara resmi, Negara-negara Pihak pada Kovenan ini dapat mengambil upaya-upaya yang menyimpang

(derogate) dari kewajiban mereka berdasarkan Kovenan ini, sejauh hal itu dituntut oleh situasi darurat tersebut,

dengan ketentuan bahwa upaya-upaya tersebut tidak bertentangan dengan kewajiban Negara-negara Pihak itu

menurut hukum internasional, dan tidak menyangkut diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin,

bahasa, agama, dan asal-usul sosial.

2. Penyimpangan terhadap Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 (ayat 1 dan 2), Pasal 11, Pasal 15, Pasal 16 dan Pasal 18 tidak

boleh dilakukan oleh ketentuan ini.

3. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini yang menggunakan hak untuk penyimpangan harus segera memberitahu

Negara-negara Pihak lainnya dengan perantaraan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, tentang ketentuan

yang terhadapnya dilakukan penyimpangan dan alasan yang mendorong dilakukannya penyimpangan tersebut.

Pemberitahuan lebih lanjut harus dilakukan melalui perantara yang sama, tentang tanggal diakhirinya penyimpangan

tersebut.

Pasal 5

1. Tidak ada satu ketentuan pun dalam Kovenan ini yang dapat ditafsirkan sebagai memberikan secara langsung kepada

suatu Negara, kelompok atau perseorangan hak untuk melakukan kegiatan atau tindak apa pun yang bertujuan

untuk menghancurkan hak atau kebebasan yang diakui dalam Kovenan ini, atau untuk membatasi hak dan kebebasan

itu lebih besar daripada yang ditentukan dalam Kovenan ini.

29

Page 30: Latar Belakang Esensi Magna Charta

2. Tidak boleh ada pembatasan atau pengurangan terhadap hak asasi manusia yang mendasar yang diakui atau yang

berlaku di Negara-negara Pihak pada Kovenan ini menurut hukum, konvensi, peraturan atau kebiasaan, dengan

alasan bahwa Kovenan ini tidak mengakui hak-hak tersebut atau mengakuinya tetapi dalam tingkatan yang lebih

rendah.

BAGIAN III

Pasal 6

1. Setiap manusia mempunyai hak untuk hidup yang melekat pada dirinya. Hak ini harus dilindungi oleh hukum.

Tidak seorang pun dapat dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang.

2. Di negara-negara yang belum menghapuskan hukuman mati, putusan hukuman mati hanya dapat dijatuhkan

terhadap kejahatan yang paling berat sesuai dengan hukum yang berlaku pada saat dilakukannya kejahatan tersebut,

dan tidak bertentangan dengan ketentuan Kovenan ini dan Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman

Kejahatan Genosida. Hukuman ini hanya dapat dilaksanakan atas dasar putusan akhir yang dijatuhkan oleh

pengadilan yang berwenang.

3. Apabila perampasan kehidupan merupakan kejahatan Genosida, disepakati bahwa tidak ada hal-hal dalam Pasal ini

yang membenarkan Negara Peserta Kovenan ini, untuk mengurangi dengan cara apapun kewajiban yang

dibebankan berdasarkan ketentuan dalam Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida.

4. Siapapun yang dijatuhi hukum mati mempunyai hak untuk mendapatkan pengampunan atau keringanan hukuman.

Amnesti, pengampunan atau pengurangan hukuman mati dapat diberikan dalam semua kasus.

5. Hukuman mati tidak dapat dijatuhkan atas kejahatan yang dilakukan oleh seseorang dibawah usia delapan belas

tahun, dan tidak dapat dilaksanakan pada perempuan yang tengah mengandung.

6. Tidak ada satupun dalam Pasal ini yang dapat digunakan untuk menunda atau mencegah penghapusan hukuman mati

oleh Negara-negara Pihak pada Kovenan ini.

Pasal 7

Tidak seorangpun dapat dikenai penyiksaan, atau perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau

merendahkan martabat. Khususnya, tidak seorangpun dapat dijadikan obyek eksperimen medis atau ilmiah tanpa

persetujuannya.

Pasal 8

1. Tidak seorang pun boleh diperbudak; perbudakan dan perdagangan budak dalam segala bentuknya dilarang;

2. Tidak seorang pun boleh diperhambakan.

3. (a) Tidak seorang pun boleh diwajibkan untuk melakukan kerja paksa atau kerja wajib;

(b) Ayat 3 (a) tidak boleh dianggap sebagai menghalangi, di negara yang dapat mengenakan pemenjaraan dengan

kerja berat sebagai hukuman atas suatu kejahatan, pelaksanaan kerja berat tersebut sesuai dengan dijatuhkannya

hukuman demikian oleh pengadilan yang berwenang;

(c) Untuk maksud ayat ini, istilah "kerja paksa" atau “kerja wajib” mencakup:

(i) setiap tugas yang bersifat militer dan, di negara-negara yang mengakui adanya keberatan berdasarkan

keyakinan, setiap kewajiban nasional yang diharuskan oleh hukum bagi orang yang menyatakan

keberatan atas dasar keyakinan;

30

Page 31: Latar Belakang Esensi Magna Charta

(ii) Setiap tugas yang dituntut dalam keadaan darurat atau bencana yang mengancam kehidupan atau

kesejahteraan komunitas;

(iii) Setiap pekerjaan atau tugas yang merupakan bagian dari kewajiban umum warga negara.

Pasal 9

1. Setiap orang berhak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi. Tidak seorang pun dapat ditangkap atau ditahan

secara sewenang-wenang. Tidak seorang pun dapat dirampas kebebasannya kecuali berdasarkan alasan-alasan yang

sah, dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh hukum.

2. Siapa pun yang ditangkap harus diberitahu, pada saat penangkapan, alasan-alasan penangkapannya, dan harus segera

diberitahu mengenai tuduhan yang dikenakan padanya.

3. Siapa pun yang ditangkap atau ditahan berdasarkan tuduhan pidana harus segera dibawa ke hadapan hakim atau

pejabat lain yang diberi kewenangan oleh hukum untuk melaksanakan kekuasaan peradilan, dan berhak untuk

diadili dalam jangka waktu yang wajar, atau dibebaskan. Seharusnya bukan merupakan ketentuan umum bahwa

orang yang menunggu pemeriksaan pengadilan harus ditahan, tetapi pembebasan dapat dilakukan dengan syarat

jaminan untuk hadir pada waktu pemeriksaan pengadilan, pada tahap lain dari proses peradilan, dan, apabila

dibutuhkan, pada pelaksanaan putusan pengadilan.

4. Siapa pun yang dirampas kemerdekaannya dengan cara penangkapan atau penahanan, mempunyai hak untuk

disidangkan di depan pengadilan, agar pengadilan tanpa menunda-nunda dapat menentukan keabsahan

penangkapannya, dan memerintahkan pembebasannya apabila penahanan tersebut tidak sah menurut hukum.

5. Setiap orang yang telah menjadi korban penangkapan atau penahanan yang tidak sah berhak mendapat ganti rugi

yang harus dilaksanakan.

Pasal 10

1. Setiap orang yang dirampas kemerdekaannya wajib diperlakukan secara manusiawi dan dengan menghormati

martabat yang melekat pada diri manusia tersebut.

2. (a) Terdakwa, kecuali dalam keadaan khusus, harus dipisahkan dari orang yang telah dinyatakan bersalah dan harus

diperlakukan secara berbeda, sesuai dengan statusnya sebagai orang yang masih harus ditentukan bersalah atau

tidaknya;

(b) Terdakwa yang belum dewasa harus dipisahkan dari orang dewasa dan harus secepat mungkin diajukan ke

pengadilan.

3. Sistem penjara harus mencakup pembinaan terhadap narapidana, yang tujuan utamanya adalah perbaikan dan

rehabilitasi sosial narapidana. Pelanggar hukum yang belum dewasa harus dipisahkan dari orang dewasa dan

diberikan perlakuan sesuai dengan usia dan status hukumnya.

Pasal 11

Tidak seorang pun dapat dipenjarakan semata-mata atas dasar ketidak-mampuannya memenuhi kewajiban

kontraktualnya.

Pasal 12

1. Setiap orang yang secara sah berada di dalam wilayah suatu Negara, berhak atas kebebasan untuk bergerak dan

31

Page 32: Latar Belakang Esensi Magna Charta

kebebasan untuk memilih tempat tinggalnya di wilayah tersebut.

2. Setiap orang bebas untuk meninggalkan negara mana pun, termasuk negaranya sendiri.

3. Hak tersebut di atas tidak boleh dikenai pembatasan apapun, kecuali jika ditentukan oleh hukum, yang perlu untuk

melindungi keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan umum, atau moral, atau hak dan kebebasan orang

lain, dan konsisten dengan hak lainnya yang diakui dalam Kovenan ini.

4. Tidak seorang pun boleh secara sewenang-wenang dicabut haknya untuk masuk ke negaranya sendiri.

Pasal 13

Orang asing yang berada secara sah di wilayah Negara Pihak pada Kovenan ini dapat diusir dari Negara tersebut

hanya menurut keputusan yang dikeluarkan berdasarkan hukum dan, kecuali ada alasan-alasan kuat sehubungan dengan

keamanan nasional, ia harus diberi kesempatan mengajukan keberatan terhadap pengusiran dirinya, dan meminta agar

kasusnya ditinjau kembali dan diwakili untuk keperluan ini, oleh pihak yang berwenang atau orang-orang yang secara khusus

ditunjuk oleh pihak yang berwenang.

Pasal 14

1. Semua orang mempunyai kedudukan yang setara di depan pengadilan dan badan peradilan. Dalam menentukan

tuduhan pidana terhadap dirinya, atau dalam menentukan segala hak dan kewajibannya dalam suatu gugatan, setiap

orang berhak atas pemeriksaan yang adil dan terbuka oleh pengadilan yang berwenang, mandiri dan tidak berpihak

dan dibentuk menurut hukum. Pers dan masyarakat dapat dilarang mengikuti seluruh atau sebagian sidang dengan

alasan moral, ketertiban umum atau keamanan nasional dalam suatu masyarakat yang demokratis, atau bilamana

perlu, demi kepentingan kehidupan pribadi pihak yang bersangkutan, atau sejauh diperlukan menurut pengadilan

dalam keadaan khusus, di mana publikasi justru dianggap akan merugikan kepentingan keadilan itu sendiri; akan

tetapi apa pun yang diputuskan dalam suatu perkara pidana atau perdata harus diumumkan, kecuali bilamana

kepentingan anak-anak di bawah umur menentukan sebaliknya, atau bilamana persidangan tersebut mengenai

perselisihan perkawinan atau perwalian anak-anak.

2. Setiap orang yang dituduh melakukan tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah sampai kesalahannya dibuktikan

menurut hukum.

3. Dalam menentukan tindak pidana yang dituduhkan, setiap orang berhak atas jaminan minimum berikut, dalam

persamaan yang penuh:

(a) untuk segera diberitahu secara terperinci dalam bahasa yang ia mengerti, tentang sifat dan alasan tuduhan

yang dikenakan terhadapnya;

(b) untuk mendapat waktu dan fasilitas yang memadai untuk mempersiapkan pembelaan dan berkomunikasi

dengan pengacara yang dipilihnya sendiri;

(c) untuk diadili tanpa penundaan yang tidak semestinya;

(d) untuk diadili dengan kehadirannya, dan untuk membela dirinya secara sendiri atau melalui pembela yang

dipilihnya sendiri; untuk diberitahu tentang haknya atas bantuan hukum apabila ia tidak mempunyai

pembela, dan untuk mendapatkan bantuan hukum jika kepentingan keadilan menghendaki demikian, dan

tanpa pembayaran darinya apabila ia tidak memiliki cukup sarana untuk membayarnya;

(e) untuk memeriksa, atau meminta diperiksanya, saksi-saksi yang memberatkannya, dan meminta

dihadirkannya dan diperiksanya saksi-saksi yang meringankannya, dengan syarat-syarat yang sama seperti

32

Page 33: Latar Belakang Esensi Magna Charta

saksi-saksi yang memberatkannya;

(f) untuk mendapatkan bantuan penerjemah secara cuma-cuma apabila ia tidak mengerti atau tidak bisa

berbicara dalam bahasa yang digunakan di pengadilan;

(g) untuk tidak dipaksa agar memberikan kesaksian yang memberatkan dirinya, atau dipaksa mengakui

kesalahannya.

4. Dalam hal anak yang belum dewasa, prosedur yang dipakai harus mempertimbangkan usia dan kelayakan bagi

pemajuan rehabilitasinya.

5. Setiap orang yang dijatuhi hukuman pidana berhak atas peninjauan kembali terhadap keputusan atau hukumannya

oleh pengadilan yang lebih tinggi, sesuai dengan hukum.

6. Apabila seseorang telah dijatuhi hukuman atas tindak pidana dengan keputusan yang bersifat final dan, apabila dalam

proses selanjutnya ternyata diputuskan sebaliknya atau diampuni berdasarkan bukti-bukti baru yang secara

meyakinkan telah memperlihatkan adanya kesalahan dalam penegakan keadilan, orang yang telah menderita

hukuman sebagai akibat putusan tersebut akan diberi kompensasi sesuai dengan hukum, kecuali jika dibuktikan

bahwa tidak terungkapnya fakta yang tidak diketahui sebelumnya, baik seluruhnya maupun sebagian, adalah

kesalahannya sendiri.

7. Tidak seorangpun dapat diadili atau dihukum kembali untuk tindak pidana di mana ia telah dihukum atau

dibebaskan, sesuai dengan hukum dan hukum acara pidana di masing-masing negara.

Pasal 15

1. Tidak seorangpun dapat dinyatakan bersalah atas suatu tindak pidana karena melakukan atau tidak melakukan

sesuatu yang bukan merupakan tindak pidana berdasarkan hukum nasional maupun internasional pada saat tindakan

tersebut dilakukan. Demikian pula tidak dapat dijatuhkan hukuman yang lebih berat daripada hukuman yang

berlaku pada saat tindak pidana dilakukan. Apabila setelah dilakukannya tindak pidana ketentuan hukum

menentukan hukuman yang lebih ringan maka pelaku harus memperoleh keringanan tersebut.

2. Tidak ada sesuatu pun dalam Pasal ini yang dapat merugikan persidangan dan penghukuman terhadap setiap orang

atas tindakan yang dilakukan atau yang tidak dilakukan, yang pada saat dilakukannya, adalah suatu tindak pidana

sesuai dengan prinsip hukum yang diakui oleh masyarakat internasional.

Pasal 16

Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum di mana pun ia berada.

Pasal 17

1. Tidak seorang pun yang dapat secara sewenang-wenang atau secara tidak sah dicampuri masalah pribadi, keluarga,

rumah atau korespondensinya, atau secara tidak sah diserang kehormatan dan nama baiknya.

2. Setiap orang berhak atas perlindungan hukum terhadap campur tangan atau serangan tersebut.

Pasal 18

1. Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk

menganut atau menerima suatu agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri, dan kebebasan, baik secara individu

maupun bersama-sama dengan orang lain, dan baik di tempat umum atau tertutup, untuk menjalankan agama atau

33

Page 34: Latar Belakang Esensi Magna Charta

kepercayaannya dalam kegiatan ibadah, ketaatan, pengamalan dan pengajaran.

2. Tidak seorang pun boleh dipaksa sehingga mengganggu kebebasannya untuk menganut atau menerima suatu agama

atau kepercayaannya sesuai dengan pilihannya.

3. Kebebasan untuk menjalankan agama atau kepercayaan seseorang hanya dapat dibatasi oleh ketentuan hukum, yang

diperlukan untuk melindungi keamanan, ketertiban, kesehatan atau moral masyarakat atau hak dan kebebasan

mendasar orang lain.

4. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menghormati kebebasan orang tua dan, jika ada, wali yang

sah, untuk memastikan bahwa pendidikan agama dan moral bagi anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka

sendiri.

Pasal 19

1. Setiap orang berhak untuk mempunyai pendapat tanpa diganggu.

2. Setiap orang berhak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat; hak ini termasuk kebebasan untuk mencari,

menerima dan memberikan informasi dan ide apapun, tanpa memperhatikan medianya, baik secara lisan, tertulis

atau dalam bentuk cetakan, dalam bentuk seni, atau melalui media lainnya, sesuai dengan pilihannya.

3. Pelaksanaan hak yang diatur dalam ayat 2 Pasal ini menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab khusus. Oleh

karena itu hak tersebut dapat dikenai pembatasan tertentu, namun pembatasan tersebut hanya diperbolehkan

apabila diatur menurut hukum dan dibutuhkan untuk:

(a) menghormati hak atau nama baik orang lain;

(b) melindungi keamanan nasional atau ketertiban umum atau kesehatan atau moral masyarakat.

Pasal 20

1. Propaganda apapun untuk berperang harus dilarang oleh hukum.

2. Segala tindakan yang menganjurkan kebencian atas dasar kebangsaan, ras atau agama yang merupakan hasutan untuk

melakukan diskriminasi, permusuhan atau kekerasan harus dilarang oleh hukum.

Pasal 21

Hak untuk berkumpul secara damai harus diakui. Tidak ada suatu pembatasan dapat dikenakan pada pelaksanaan

hak tersebut kecuali jika hal tersebut dilakukan berdasarkan hukum, dan diperlukan dalam masyarakat yang demokratis untuk

kepentingan keamanan nasional dan keselamatan publik, ketertiban umum, perlindungan terhadap kesehatan atau moral

masyarakat, atau perlindungan terhadap hak dan kebebasan orang lain.

Pasal 22

1. Setiap orang berhak atas kebebasan untuk berserikat dengan orang lain, termasuk hak untuk membentuk dan

bergabung dengan serikat buruh untuk melindungi kepentingannya.

2. Tidak satu pun pembatasan dapat dikenakan pada pelaksanaan hak ini, kecuali jika hal tersebut dilakukan

berdasarkan hukum, dan diperlukan dalam masyarakat yang demokratis untuk kepentingan keamanan nasional dan

keselamatan publik, ketertiban umum, perlindungan terhadap kesehatan atau moral masyarakat, atau perlindungan

terhadap hak dan kebebasan orang lain. Pasal ini tidak boleh mencegah pelaksanaan pembatasan yang sah bagi

anggota angkatan bersenjata dan polisi dalam melaksanakan hak ini.

34

Page 35: Latar Belakang Esensi Magna Charta

3. Tidak ada satu hal pun dalam pasal ini yang memberi wewenang pada Negara-negara Pihak pada Konvensi

Organisasi Buruh Internasional 1948 mengenai Kebebasan Berserikat dan Perlindungan atas Hak Berserikat untuk

mengambil tindakan legislatif yang dapat mengurangi, atau memberlakukan hukum sedemikian rupa sehingga

mengurangi, jaminan yang diberikan dalam Kovensi tersebut.

Pasal 23

1. Keluarga adalah unit kelompok sosial yang alamiah dan dasar dan berhak atas perlindungan oleh masyarakat dan

Negara.

2. Hak laki-laki dan perempuan pada usia perkawinan untuk menikah dan membentuk keluarga harus diakui.

3. Tidak ada sebuah perkawinan pun dapat dilakukan tanpa persetujuan yang bebas dan penuh dari para pihak yang

hendak menikah.

4. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin

kesetaraan hak dan tanggung jawab suami dan istri mengenai perkawinan, selama masa perkawinan dan pada saat

perkawinan berakhir. Ketika perkawinan berakhir, harus dibuat ketentuan yang diperlukan untuk melindungi

anak-anak.

Pasal 24

1. Setiap anak, tanpa diskriminasi yang berkenaan dengan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, asal-usul

kebangsaan atau sosial, harta benda atau kelahiran, berhak atas upaya-upaya perlindungan sebagaimana yang

dibutuhkan oleh statusnya sebagai anak di bawah umur, oleh keluarga, masyarakat dan Negara.

2. Setiap anak harus didaftarkan segera setelah lahir dan harus mempunyai nama.

3. Setiap anak berhak memperoleh kewarganegaraan.

Pasal 25

Setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan, tanpa pembedaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan

tanpa pembatasan yang tidak wajar, untuk:

(a) ikut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik secara langsung ataupun melalui perwakilan yang dipilih

secara bebas;

(b) memilih dan dipilih pada pemilihan umum berkala yang jujur, dengan hak pilih yang universal dan sederajat, dan

dilakukan dengan pemungutan suara yang rahasia yang menjamin kebebasan para pemilih menyatakan keinginannya;

(c) mendapatkan akses, berdasarkan persyaratan yang sama secara umum, pada dinas pemerintahan di negaranya.

Pasal 26

Semua orang berkedudukan sama di depan hukum dan berhak, tanpa diskriminasi apapun, atas perlindungan hukum

yang sama. Dalam hal ini hukum harus melarang diskriminasi apapun, dan menjamin perlindungan yang sama dan efektif bagi

semua orang terhadap diskriminasi atas dasar apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau

pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, harta benda, status kelahiran atau status lainnya.

Pasal 27

Di Negara-negara di mana terdapat golongan minoritas berdasarkan etnis, agama atau bahasa, orang-orang yang

tergabung dalam kelompok-kelompok minoritas tersebut tidak dapat diingkari haknya, dalam komunitas bersama anggota

35

Page 36: Latar Belakang Esensi Magna Charta

lain dari kelompok mereka, untuk menikmati budaya mereka sendiri, untuk menjalankan dan mengamalkan agama mereka

sendiri, atau untuk menggunakan bahasa mereka sendiri.

BAGIAN IV

Pasal 28

1. Harus dibentuk Komite Hak Asasi Manusia (dalam Kovenan ini selanjutnya akan disebut sebagai Komite). Komite

akan terdiri dari delapan belas anggota dan akan melaksanakan fungsi-fungsi yang diatur di bawah ini.

2. Komite terdiri dari warga negara dari Negara-negara Pihak pada Kovenan ini yang merupakan orang-orang yang

bermoral tinggi dan diakui kompetensinya di bidang hak asasi manusia, dan pertimbangan akan diberikan bagi

manfaat partisipasi sejumlah orang yang memiliki pengalaman di bidang hukum.

3. Anggota-anggota Komite akan dipilih dan menjalankan tugas dalam kapasitas pribadi mereka.

Pasal 29

1. Anggota-anggota Komite dipilih melalui pemungutan suara yang rahasia dari daftar orang-orang yang mempunyai

kualifikasi yang ditentukan dalam Pasal 28, dan dicalonkan untuk tujuan itu oleh Negara-negara Pihak pada

Kovenan ini.

2. Setiap Negara Pihak pada Kovenan ini dapat mencalonkan tidak lebih dari dua orang. Orang-orang tersebut harus

merupakan warga negara dari Negara yang mencalonkan.

3. Seseorang dapat dicalonkan kembali.

Pasal 30

1. Pemilihan awal diselenggarakan tidak lebih lambat dari enam bulan setelah tanggal berlakunya Kovenan ini.

2. Paling tidak empat bulan sebelum tanggal setiap pemilihan Komite, selain dari pemilihan untuk mengisi

kekosongan yang diatur dalam Pasal 34, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan membuat undangan

tertulis bagi Negara-negara Pihak pada Kovenan ini untuk menyampaikan calon mereka sebagai anggota Komite,

dalam jangka waktu tiga bulan.

3. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menyiapkan daftar nama semua orang yang dicalonkan

berdasarkan abjad, dengan menyebutkan Negara Pihak yang mencalonkan mereka, dan menyampaikan daftar

tersebut pada Negara-negara Pihak pada Kovenan ini tidak kurang dari satu bulan sebelum tanggal pemilihan.

4. Pemilihan anggota Komite akan diselenggarakan pada sidang Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, yang diadakan

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada persidangan

tersebut, di mana paling tidak dua pertiga dari Negara-Negara yang menjadi Pihak pada Kovenan ini harus hadir

untuk mencapai kuorum, orang yang dipilih untuk menjadi anggota Komite haruslah calon yang mendapatkan

jumlah suara terbanyak dan mayoritas mutlak dari suara dari perwakilan Negara-negara Pihak yang hadir dan

melakukan pemungutan suara.

Pasal 31

1. Komite tidak boleh beranggotakan lebih dari satu warga negara dari Negara yang sama.

2. Pada pemilihan Komite, harus dipertimbangkan pembagian geografis yang merata dalam keanggotaannya dan

perwakilan dari berbagai bentuk peradaban dan sistem hukum yang utama.

36

Page 37: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Pasal 32

1. Anggota Komite akan dipilih untuk jangka waktu empat tahun. Mereka dapat dipilih kembali apabila dicalonkan

kembali. Namun masa jabatan untuk sembilan anggota pada pemilihan pertama akan berakhir setelah dua tahun;

segera setelah pemilihan pertama, nama kesembilan anggota akan dipilih melalui undian oleh Ketua Persidangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 4.

2. Pemilihan setelah berakhirnya masa jabatan akan diselenggarakan sesuai dengan Pasal-pasal sebelumnya pada bagian

Kovenan ini

Pasal 33

1. Apabila berdasarkan pendapat bulat dari para anggota seorang anggota Komite telah berhenti melaksanakan

fungsinya berdasarkan suatu sebab yang lain dari ketidakhadiran yang bersifat sementara, Ketua Komite akan

memberitahukannya pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang kemudian akan menyatakan bahwa

jabatan anggota tersebut kosong.

2. Apabila anggota Komite meninggal atau mengundurkan diri, Ketua Komite harus segera memberitahu Sekretaris

Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang kemudian harus menyatakan bahwa jabatan tersebut kosong pada tanggal

meninggalnya atau pada tanggal pengunduran diri berlaku efektif.

Pasal 34

1. Apabila kekosongan jabatan telah dinyatakan sesuai dengan Pasal 33, dan apabila masa jabatan anggota yang

digantikan belum berakhir dalam jangka waktu enam bulan sejak dinyatakan adanya kekosongan tersebut, Sekretaris

Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memberitahu setiap Negara Pihak pada Kovenan ini, yang dalam jangka

waktu dua bulan dapat menyampaikan calon sesuai dengan Pasal 29 untuk mengisi kekosongan tersebut.

2. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menyiapkan daftar menurut abjad yang memuat nama orang-

orang yang dicalonkan, dan akan menyampaikannya kepada Negara-negara Pihak pada Kovenan ini. Pemilihan

untuk mengisi kekosongan akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang relevan dalam bagian

Kovenan ini.

3. Anggota Komite yang dipilih untuk mengisi kekosongan yang telah dinyatakan sesuai dengan Pasal 33, akan

menjabat selama sisa waktu jabatan anggota yang telah mengosongkan kursi pada Komite berdasarkan ketentuan

dalam Pasal tersebut.

Pasal 35

Para anggota Komite, dengan persetujuan dari Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, akan menerima

honorarium dari sumber-sumber Perserikatan Bangsa-Bangsa berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang

diputuskan oleh Majelis Umum dengan memperhatikan tanggung jawab yang penting dari Komite.

Pasal 36

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menyediakan staf dan fasilitas yang dibutuhkan agar Komite

dapat melaksanakan fungsinya secara efektif berdasarkan Kovenan ini.

37

Page 38: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Pasal 37

1. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menyelenggarakan persidangan awal Komite di Markas Besar

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Setelah persidangan awalnya, Komite akan mengadakan pertemuan pada waktu-waktu yang ditentukan dalam

peraturan tata kerjanya.

3. Komite biasanya akan mengadakan pertemuan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa atau di Kantor

Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa.

Pasal 38

Setiap anggota Komite, sebelum memulai tugasnya, wajib berjanji dengan sungguh-sungguh dalam komite terbuka

bahwa ia akan melaksanakan tugasnya tanpa berpihak dan secara seksama.

Pasal 39

1. Komite akan memilih pejabat-pejabatnya untuk jangka waktu dua tahun. Mereka dapat dipilih kembali.

2. Komite akan membuat aturan tata kerjanya sendiri, akan tetapi aturan ini harus menentukan bahwa, antara lain:

(a) Dua belas anggotanya merupakan kuorum;

(b) Keputusan-keputusan Komite akan diambil berdasarkan suara mayoritas anggota yang hadir.

Pasal 40

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menyampaikan laporan tentang langkah-langkah yang telah

diambil untuk mewujudkan hak-hak yang diakui disini, beserta kemajuan yang telah dicapai dalam penikmatan hak-

hak tersebut:

(a) Dalam jangka waktu satu tahun sejak berlakunya Kovenan ini untuk Negara Pihak yang bersangkutan;

(b) Setelah itu, kapan saja Komite memintanya.

2. Semua laporan harus disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa yang akan meneruskannya

kepada Komite untuk dibahas. Laporan harus menunjukkan faktor-faktor dan kesulitan-kesulitan, apabila ada, yang

mempengaruhi penerapan Kovenan ini.

3. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, setelah berkonsultasi dengan Komite, dapat meneruskan ke badan-

badan khusus bagian tertentu dari salinan laporan yang dianggap masuk dalam kewenangan badan khusus tersebut.

4. Komite akan mempelajari laporan-laporan yang disampaikan oleh Negara-negara Pihak pada Kovenan ini. Komite

akan meneruskan laporan-laporannya, beserta komentar umum apabila dipandang perlu, kepada Negara Pihak.

Komite dapat juga menyampaikan komentar-komentar tersebut bersama dengan salinan laporan-laporan yang

diterima Komite dari Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, kepada Dewan Ekonomi dan Sosial.

5. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini dapat menyampaikan pada Komite pengamatan terhadap komentar apapun

yang dibuat sesuai dengan ayat 4 dari Pasal ini.

Pasal 41

1. Suatu Negara Pihak pada Kovenan ini sewaktu-waktu dapat menyatakan, berdasarkan Pasal ini, bahwa ia mengakui

kompetensi Komite untuk menerima dan membahas komunikasi yang berhubungan dengan Negara Pihak yang

menyatakan bahwa Negara Pihak lainnya tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan Kovenan ini. Komunikasi

38

Page 39: Latar Belakang Esensi Magna Charta

berdasarkan Pasal ini hanya dapat diterima dan dibahas apabila disampaikan oleh Negara Pihak yang telah

menyatakan bahwa dirinya tunduk pada kompetensi Komite. Tidak satupun komunikasi akan diterima oleh

Komite, apabila hal tersebut berhubungan dengan Negara Pihak yang belum membuat pernyataan tersebut.

Komunikasi yang diterima berdasarkan Pasal ini akan ditangani sesuai dengan prosedur sebagai berikut:

(a) Apabila Negara Pihak Kovenan ini menganggap bahwa Negara Pihak lain tidak memberlakukan ketentuan-

ketentuan Kovenan ini, secara tertulis ia dapat mengajukan masalah tersebut untuk diperhatikan Negara Pihak

yang bersangkutan. Dalam jangka waktu tiga bulan setelah diterimanya komunikasi, Negara yang menerima

harus menyampaikan penjelasan atau pernyataan tertulis lainnya kepada Negara pengirim tentang

permasalahan yang harus mencakup, sepanjang dimungkinkan dan sesuai, rujukan prosedur domestik dan

langkah penyelesaian yang telah diambil, yang sedang berjalan atau yang telah tersedia sehubungan dengan

masalah tersebut.

(b) Apabila masalah tersebut tidak dapat diselesaikan secara memuaskan oleh kedua Negara Pihak yang

berkepentingan, dalam jangka waktu enam bulan setelah Negara penerima menerima komunikasi awal,

masing-masing Negara mempunyai hak untuk mengajukan masalah tersebut kepada Komite, melalui

pemberitahuan kepada Komite dan Negara Pihak lainnya.

(c) Komite hanya akan menangani masalah yang diajukan kepadanya setelah ia memastikan bahwa semua

penyelesaian domestik yang ada telah ditempuh, dan digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang diakui oleh

hukum internasional. Ketentuan ini tidak berlaku apabila pelaksanaan upaya penyelesaian telah diperpanjang

secara tidak wajar.

(d) Komite akan menyelenggarakan sidang tertutup ketika memeriksa komunikasi-komunikasi berdasarkan Pasal

ini.

(e) Dengan mengingat ketentuan pada sub ayat (c), Komite akan menyediakan jasa-jasa baiknya pada Negara Pihak

yang bersangkutan, dengan maksud agar ada penyelesaian yang baik tentang masalah tersebut, berdasarkan

penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar sebagaimana diakui pada Kovenan ini.

(f) Dalam masalah-masalah yang diajukan padanya, Komite dapat memanggil Negara Pihak yang bersangkutan,

sebagaimana dimaksud dalam sub ayat (b), untuk memberikan informasi yang relevan.

(g) Negara Pihak yang bersangkutan, sebagaimana dimaksud dalam sub ayat (b), berhak untuk diwakili apabila

masalahnya dibahas di Komite dan membuat pembelaan secara lisan dan/atau tertulis.

(h) Komite dalam jangka waktu dua belas bulan setelah tanggal diterimanya pemberitahuan berdasarkan sub ayat

(b) akan menyampaikan laporan:

(i) Apabila penyelesaian dalam jangka waktu yang ditentukan dalam sub ayat (e) tercapai, Komite akan membatasi

laporan pada pernyataan singkat tentang fakta dan penyelesaian yang telah dicapai.

(j) Apabila penyelesaian dalam jangka waktu yang ditentukan oleh sub ayat (e) tidak tercapai, Komite akan

membatasi laporannya pada pernyataan singkat tentang fakta; pembelaan secara tertulis dan transkrip dari

pembelaan lisan yang dibuat oleh Negara Pihak yang bersangkutan akan dilampirkan pada laporan tersebut.

Dalam segala masalah, laporan harus dikomunikasikan kepada Negara-negara Pihak yang berkepentingan.

2. Ketentuan pada pasal ini akan berlaku pada saat sepuluh Negara Pihak pada Kovenan ini telah membuat deklarasi

berdasarkan ayat 1 dari Pasal ini. Pernyataan tersebut akan diserahkan oleh Negara Pihak untuk disimpan Sekretaris

Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang akan meneruskan salinannya kepada Negara-negara Pihak lainnya.

Pernyataan dapat ditarik setiap waktu dengan memberitahukan Sekretaris Jenderal. Penarikan tersebut tidak akan

39

Page 40: Latar Belakang Esensi Magna Charta

mempengaruhi pembahasan terhadap masalah yang menjadi isu komunikasi yang telah disampaikan berdasarkan

Pasal ini; tidak ada komunikasi lanjutan dari Negara Pihak yang dapat diterima setelah pemberitahuan penarikan

pernyataan diterima oleh Sekretaris Jenderal, kecuali jika Negara Pihak yang bersangkutan telah membuat

pernyataan baru.

Pasal 42

1. (a) Apabila sebuah masalah yang diajukan kepada Komite sesuai dengan Pasal 41 tidak mendapat penyelesaian yang

dirasa memuaskan oleh Negara-negara Pihak yang berkepentingan, Komite dengan persetujuan terlebih dahulu dari

Negara-negara Pihak yang berkepentingan dapat menunjuk Komisi Pendamai ad hoc (selanjutnya disebut sebagai

Komisi). Jasa-jasa baik Komisi akan disediakan bagi Negara-negara Pihak yang berkepentingan dengan maksud

mencapai penyelesaian yang bersabahat dalam masalah tersebut berdasarkan penghormatan terhadap Kovenan ini.

(b) Komisi terdiri dari lima orang yang dapat diterima oleh Negara-negara Pihak yang berkepentingan. Apabila

negara-negara Pihak gagal untuk mencapai persetujuan dalam jangka waktu tiga bulan untuk seleuurh atau sebagian

komposisi Komisi, para anggota Komisi yang gagal dipilih melalui kesepakatan, akan dipilih dengan menggunakan

pemungutan suara yang rahasia oleh dua pertiga mayoritas suara dari anggota Komite.

2. Para anggota Komisi akan bekerja berdasarkan kapasitas pribadinya. Mereka tidak boleh merupakan warga negara

dari Negara-negara Pihak yang berkepentingan atau dari Negara yang bukan Pihak pada Kovenan ini, atau Negara

Pihak yang belum membuat pernyataan berdasarkan Pasal 41.

3. Komisi akan memilih Ketuanya sendiri dan menetapkan aturan prosedurnya sendiri.

4. Persidangan Komisi biasanya akan diselenggarakan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Kantor

Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa. Namun, persidangan dapat diselenggarakan di tempat-tempat lain yang

dianggap baik/mudah sebagaimana ditentukan oleh Komisi dengan berkonsultasi dengan Sekretaris Jenderal

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Negara-negara Pihak yang berkepentingan.

5. Sekretariat yang disediakan berdasarkan Pasal 36 akan juga melayani para anggota komisi yang ditunjuk berdasarkan

Pasal ini.

6. Informasi yang diterima dan dikumpulkan oleh Komite, akan diberikan kepada Komisi, dan Komisi dapat

memanggil Negara-negara Pihak yang berkepentingan untuk memberikan informasi relevan lainnya.

7. Apabila Komisi telah lengkap membahas masalah secara keseluruhan, namun dalam hal apapun, tidak lebih dari dua

belas bulan setelah menangani masalah, Komisi akan menyampaikan laporan kepada Ketua Komite untuk

dikomunikasikan kepada Negara-negara Pihak yang berkepentingan.

(a) Apabila Komisi tidak dapat menyelesaikan pembahasan masalah dalam jangka waktu dua belas bulan, Komisi

akan membatasi laporannya pada pernyataan singkat tentang status pembahasan masalah;

(b) Apabila dicapai penyelesaian yang baik terhadap masalah berdasarkan penghormatan atas hak asasi manusia

sebagaimana diakui dalam Kovenan ini, Komisi akan membatasi laporannya pada pernyataan singkat mengenai

fakta-fakta dan penyelesaian yang dicapai;

(c) Apabila tidak tercapai suatu penyelesaian sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam sub ayat (b), laporan

Komisi harus memuat temuan-temuannya mengenai semua permasalahan fakta yang relevan dengan persoalan

antara Negara-negara Pihak yang berkepentingan, dan pandangannya terhadap kemungkinan penyelesaian yang

baik atas masalah tersebut. Laporan ini akan berisi pembelaan tertulis dan transkrip pembelaan lisan yang

dibuat oleh Negara-negara Pihak yang berkepentingan.

40

Page 41: Latar Belakang Esensi Magna Charta

(d) Apabila laporan Komisi disampaikan berdasarkan sub ayat (c), Negara-negara Pihak yang berkepentingan

dalam jangka waktu tiga bulan setelah diterimanya laporan akan memberitahukan kepada Ketua Komite

apakah mereka akan menerima atau tidak isi laporan Komisi.

8. Ketentuan Pasal ini tidak mengurangi tanggung jawab Komite berdasarkan Pasal 41.

9. Negara-negara Pihak yang berkepentingan harus memikul bersama dengan rata seluruh biaya anggota Komisi sesuai

dengan perkiraan yang diberikan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

10. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa diberi wewenang untuk membayar pengeluaran anggota Komisi,

apabila perlu, sebelum dilakukan pembayaran kembali oleh Negara-negara Pihak yang berkepentingan sesuai

dengan ayat 9 dari Pasal ini.

Pasal 43

Para anggota Komite dan Komisi Pendamai ad hoc yang dapat ditunjuk berdasarkan Pasal 42, berhak atas fasilitas,

keistimewaan dan kekebalan yang diberikan pada para ahli yang melakukan misi bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa,

sebagaimana diatur dalam bagian-bagian yang relevan dari Konvensi tentang Keistimewaan dan Kekebalan dari Perserikatan

Bangsa-Bangsa.

Pasal 44

Ketentuan untuk menerapkan Kovenan ini berlaku tanpa mengganggu prosedur yang ditentukan di bidang hak-hak

asasi manusia oleh atau berdasarkan instrumen-instrumen pendirian dan konvensi-konvensi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa

dan badan-badan khusus, dan tidak boleh mencegah Negara-negara Pihak pada Kovenan ini untuk menggunakan prosedur lain

untuk penyelesaian sengketa, sesuai dengan perjanjian internasional yang umum atau khusus yang berlaku di antara mereka.

Pasal 45

Komite akan menyampaikan laporan tahunan tentang kegiatan-kegiatannya pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-

Bangsa melalui Dewan Ekonomi dan Sosial.

BAGIAN V

Pasal 46

Tidak ada satupun dalam Kovenan ini yang dapat ditafsirkan sebagai mengurangi ketentuan-ketentuan yang ada dalam

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan konstitusi badan-badan khusus, yang merumuskan tanggung jawab masing-masing

organ Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan khusus, sehubungan dengan masalah-masalah yang ditangani dalam

Kovenan ini.

Pasal 47

Tidak ada satupun dalam Kovenan ini yang dapat ditafsirkan sebagai mengurangi hak yang melekat pada semua bangsa

untuk menikmati dan memanfaatkan secara penuh dan bebas kekayaan dan sumber daya alamnya.

BAGIAN VI

Pasal 48

1. Kovenan ini terbuka untuk ditandatangani oleh Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa atau anggota dari badan

41

Page 42: Latar Belakang Esensi Magna Charta

khusus, oleh Negara Pihak pada Statuta Mahkamah Internasional, dan oleh Negara lainnya yang telah diundang oleh

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menjadi Pihak pada Kovenan ini.

2. Kovenan ini harus diratifikasi. Instrumen ratifikasi akan diserahkan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa untuk disimpan.

3. Kovenan ini terbuka untuk diaksesi oleh Negara manapun sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini.

4. Aksesi akan berlaku efektif dengan disimpannya instrumen aksesi pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa.

5. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memberitahukan kepada semua Negara yang telah

menandatangani atau melakukan aksesi pada Kovenan ini tentang penyimpanan instrumen ratifikasi dan aksesi.

Pasal 49

1. Kovenan ini mulai berlaku tiga bulan setelah tanggal disimpannya instrumen ratifikasi atau aksesi yang ketiga puluh

lima pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Untuk setiap Negara yang meratifikasi atau melakukan aksesi pada Kovenan ini setelah disimpannya instrumen

ratifikasi atau aksesi yang ketiga puluh lima, Kovenan ini berlaku tiga bulan sejak tanggal disimpannya instrumen

ratifikasi atau aksesinya sendiri.

Pasal 50

Ketentuan-ketentuan dalam Kovenan ini berlaku bagi semua bagian dari Negara federal tanpa ada pembatasan atau

pengecualian apapun.

Pasal 51

1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini dapat mengusulkan perubahan dan menyampaikannya pada Sekretaris

Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sekretaris Jenderal setelah itu mengkomunikasikan usul perubahan apapun

dari Negara Pihak pada Kovenan ini, dengan permintaan untuk memberitahukan padanya apakah mereka setuju

diadakan konperensi Negara-negara Pihak untuk pembahasan dan pemungutan suara atas usulan tersebut. Apabila

paling tidak sepertiga dari Negara Pihak setuju diadakannya konperensi, Sekretaris Jenderal akan menyelenggarakan

konperensi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perubahan yang ditetapkan oleh mayoritas Negara Pihak

yang hadir dan pemungutan suara pada Konperensi akan disampaikan pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-

Bangsa untuk mendapatkan persetujuan.

2. Perubahan-perubahan akan berlaku apabila telah disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dan

diterima oleh dua pertiga mayoritas dari Negara-negara Pihak pada Kovenan ini sesuai dengan prosedur konstitusi

masing-masing.

3. Apabila perubahan-perubahan telah berlaku, maka perubahan tersebut akan mengikat Negara-negara Pihak yang

telah menerimanya, sedang Negara-negara Pihak lainnya masih tetap terikat pada ketentuan Kovenan ini dan

perubahan sebelumnya yang telah mereka terima.

Pasal 52

Terlepas dari pemberitahuan yang dibuat berdasarkan Pasal 48 ayat 5, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa wajib memberitahu semua Negara yang dimaksud dalam ayat 1 dari Pasal yang sama, hal-hal sebagai berikut:

42

Page 43: Latar Belakang Esensi Magna Charta

(a) penandatangan, ratifikasi dan aksesi berdasarkan Pasal 48;

(b) tanggal berlakunya Kovenan ini berdasarkan Pasal 49 dan tanggal berlakunya perubahan-perubahan berdasarkan

Pasal 51

Pasal 53

1. Teks Kovenan ini dalam bahasa Cina, Inggris, Prancis, Rusia dan Spanyol mempunyai kekuatan yang sama, akan

disimpan pada arsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa wajib meneruskan salinan resmi Kovenan ini kepada semua Negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48.

43

Page 44: Latar Belakang Esensi Magna Charta

PROTOKOL OPSIONAL PADA KOVENAN INTERNASIONAL

TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK4

Negara-Negara Pihak pada Protokol ini,

Menimbang bahwa untuk lebih jauh mencapai tujuan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

(selanjutnya disebut sebagai Kovenan) dan menerapkan ketentuan-ketentuannya, adalah layak untuk memungkinkan Komite

Hak Asasi Manusia yang dibentuk pada bagian IV Kovenan (selanjutnya disebut Komite) untuk menerima dan membahas

komunikasi dari individu yang menyatakan dirinya korban pelanggaran hak-hak yang diatur dalam Kovenan, sebagaimana

diatur dalam Protokol ini.

Telah menyetujui sebagai berikut:

Pasal 1

Suatu Negara Pihak pada Kovenan yang menjadi Pihak pada Protokol ini mengakui kewenangan Komite untuk

menerima dan membahas komunikasi dari individu yang tunduk pada wilayah hukumnya, yang menyatakan dirinya sebagai

korban pelanggaran hak yang diatur dalam Kovenan, oleh Negara Pihak tersebut. Suatu komunikasi tidak akan diterima

Komite apabila hal tersebut menyangkut Negara Pihak pada Kovenan yang bukan Pihak pada Protokol ini.

Pasal 2

Dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 1, individu yang menyatakan bahwa hak yang diatur dalam Kovenan telah

dilanggar, dan telah menggunakan semua upaya penyelesaian di dalam negeri, dapat menyampaikan komunikasi tertulis

kepada Komite untuk dibahas.

Pasal 3

Komite akan menganggap suatu komunikasi tidak dapat diterima berdasarkan Protokol ini, jika komunikasi tersebut

tidak bernama, atau dianggapnya sebagai penyalahgunaan hak penyampaian komunikasi tersebut, atau tidak sesuai dengan

ketentuan dalam Kovenan.

Pasal 4

1. Dengan mengingat ketentuan Pasal 3, Komite akan menyampaikan setiap komunikasi yang disampaikan kepadanya

berdasarkan Protokol ini, kepada Negara Pihak pada Protokol ini yang dituduh melakukan pelanggaran ketentuan

dalam Kovenan, untuk diperhatikan.

2. Dalam jangka waktu enam bulan, Negara penerima akan menyampaikan pada Komite penjelasan tertulis atau

pernyataan yang menjelaskan masalah dan upaya penyelesaiannya, apabila ada, yang mungkin telah diambil oleh

Negara tersebut.

Pasal 5

1. Komite akan membahas komunikasi yang diterima berdasarkan Protokol ini, dengan memperhatikan informasi-

informasi tertulis yang disediakan untuknya oleh individu dan Negara Pihak yang berkepentingan.

2. Komite tidak akan membahas komunikasi dari individu kecuali Komite telah berkeyakinan bahwa:

4 Ditetapkan oleh resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966.

44

Page 45: Latar Belakang Esensi Magna Charta

(a) Masalah yang sama tidak sedang diperiksa berdasarkan prosedur penyelidikan atau penyelesaian

internasional lainnya;

(b) Individu tersebut telah menggunakan seluruh upaya penyelesaian dalam negeri yang ada.

Hal ini tidak berlaku manakala penerapan upaya penyelesaian tersebut telah diperpanjang secara tidak wajar.

3. Komite akan menyelenggarakan sidang tertutup pada waktu memeriksa komunikasi berdasarkan Protokol ini.

4. Komite akan menyampaikan pandangannya kepada Negara Pihak yang berkepentingan dan pada individu.

Pasal 6

Komite akan memasukkan ringkasan kegiatan-kegiatannya berdasarkan Protokol ini dalam laporan tahunannya

sesuai dengan Pasal 45 Kovenan.

Pasal 7

Seraya menunggu pencapaian tujuan-tujuan resolusi 1514 (XV) yang ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan

Bangsa-Bangsa pada 14 Desember 1960 tentang Deklarasi Pemberian Kemerdekaan kepada Negara-negara dan Rakyat

Jajahan, ketentuan Protokol ini dalam hal apapun tidak dapat membatasi hak atas petisi yang diberikan kepada bangsa ini oleh

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan konvensi dan instrumen internasional lainnya dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa

dan badan- badan khususnya.

Pasal 8

1. Protokol ini terbuka untuk ditandatangani oleh setiap Negara yang telah menandatangani Kovenan.

2. Protokol ini harus diratifikasi oleh Negara yang telah meratifikasi atau melakukan aksesi atas Kovenan. Instrumen

ratifikasi akan diserahkan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk disimpan.

3. Protokol ini akan terbuka untuk diaksesi oleh Negara yang telah meratifikasi atau melakukan aksesi pada Kovenan.

4. Aksesi akan berlaku efektif dengan diserahkannya instrumen aksesi pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa untuk disimpan.

5. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memberitahu seluruh Negara yang telah menandatangani atau

melakukan aksesi pada Protokol ini tentang penyimpanan instrumen ratifikasi atau aksesi.

Pasal 9

1. Dengan mengingat mulai berlakunya Kovenan, Protokol ini mulai berlaku tiga bulan setelah tanggal penyimpanan

instrumen ratifikasi atau aksesi yang kesepuluh pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Untuk setiap Negara yang meratifikasi atau melakukan aksesi pada Protokol ini setelah disimpannya instrumen

ratifikasi atau aksesi yang kesepuluh, Protokol ini mulai berlaku tiga bulan sejak tanggal disimpannya instrumen

ratifikasi atau ikut sertanya sendiri.

Pasal 10

Ketentuan-ketentuan dalam Protokol ini berlaku juga bagi semua bagian dari Negara Federal tanpa ada pembatasan

atau pengecualian.

Pasal 11

45

Page 46: Latar Belakang Esensi Magna Charta

1. Negara-negara Pihak pada Protokol ini dapat mengusulkan perubahan, dan menyampaikannya pada Sekretaris

Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sekretaris Jenderal setelah itu mengkomunikasikan usul perubahan apapun

kepada Negara-negara Pihak pada Protokol ini dengan permintaan untuk memberitahukan padanya apakah mereka

setuju diadakan Konperensi Negara-negara Pihak untuk pembahasan dan pemungutan suara atas usulan tersebut.

Apabila paling tidak terdapat sepertiga dari Negara Pihak setuju diadakannya Konperensi, Sekretaris Jenderal akan

menyelenggarakan Konperensi dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perubahan yang ditetapkan oleh

mayoritas Negara Pihak yang hadir, dan pemungutan suara pada Konperensi, akan disampaikan pada Majelis Umum

Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendapatkan persetujuan.

2. Perubahan-perubahan akan berlaku apabila telah disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan

diterima oleh dua pertiga mayoritas Negara Pihak pada Protokol ini, sesuai dengan prosedur konstitusi masing-

masing.

3. Apabila perubahan-perubahan telah berlaku, maka perubahan-perubahan tersebut akan mengikat Negara-negara Pihak

yang telah menerimanya, sedangkan Negara Pihak lainnya masih tetap terikat pada ketentuan-ketentuan Protokol ini

dan perubahan-perubahan terdahulu yang telah mereka terima.

Pasal 12

1. Setiap Negara Pihak dapat sewaktu-waktu menarik diri dari Protokol ini dengan membuat pemberitahuan tertulis

yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Penarikan diri akan berlaku efektif tiga

bulan setelah tanggal diterimanya pemberitahuan oleh Sekretaris Jenderal.

2. Penarikan diri dilakukan tanpa mengurangi kesinambungan penerapan ketentuan Protokol ini pada komunikasi yang

telah disampaikan berdasarkan Pasal 2, sebelum tanggal efektif penarikan diri.

Pasal 13

Terlepas dari pemberitahuan yang dibuat berdasarkan Pasal 8 ayat 5 Protokol ini, Sekretaris Jenderal Perserikatan

Bangsa-Bangsa wajib memberitahu semua Negara yang dimaksud dalam Pasal 48 ayat 1 Kovenan mengenai hal-hal berikut:

(a) penandatanganan, ratifikasi dan aksesi berdasarkan Pasal 8;

(b) tanggal berlakunya Protokol ini berdasarkan Pasal 9 dan tanggal berlakunya perubahan-perubahan berdasarkan Pasal

11;

(c) Penarikan diri berdasarkan Pasal 12.

Pasal 14

1. Teks Kovenan ini dalam bahasa Cina, Inggris, Prancis, Rusia dan Spanyol mempunyai kekuatan yang sama, akan

disimpan pada arsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa wajib meneruskan salinan resmi Protokol ini kepada semua Negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 Kovenan.

46

Page 47: Latar Belakang Esensi Magna Charta

PROTOKOL OPSIONAL KEDUA PADA KOVENAN INTERNASIONAL

TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK YANG DITUJUKAN

UNTUK PENGHAPUSAN HUKUMAN MATI5

Negara-negara Pihak pada Protokol ini,

Mempercayai bahwa penghapusan hukuman mati memberikan sumbangan pada perbaikan martabat manusia dan

perkembangan progresif hak asasi manusia,

Mengingat Pasal 3 Deklarasi Univesal Hak-hak Asasi Manusia yang ditetapkan pada 10 Desember 1948, dan Pasal 6

Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang ditetapkan pada 16 Desember 1966,

Memperhatikan bahwa Pasal 6 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik menyebutkan penghapusan

hukuman mati dalam bahasa yang dengan sangat keras menunjukkan bahwa penghapusan adalah hal yang diinginkan;

Meyakini bahwa semua langkah untuk menghapuskan hukuman mati harus dianggap sebagai kemajuan dalam

menikmati hak untuk hidup,

Berkeinginan untuk mengupayakan komitmen internasional untuk menghapuskan hukuman mati,

Telah menyetujui sebagai berikut:

Pasal 1

1. Tidak seorangpun dalam wilayah hukum Negara-negara Pihak pada Protokol ini dapat dihukum mati.

2. Setiap Negara Pihak wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghapuskan hukuman mati di

dalam wilayah hukumnya.

Pasal 2

1. Pembatasan tidak diperkenankan pada Protokol ini, kecuali pembatasan yang dilakukan pada saat ratifikasi atau

aksesi yang mengatur tentang pemberlakuan hukuman mati pada saat perang, berdasarkan keyakinan bahwa suatu

kejahatan militer telah dilakukan pada masa peperangan.

2. Negara Pihak yang membuat pembatasan demikian pada saat ratifikasi atau aksesi, harus mengkomunikasikan

ketentuan yang relevan dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya yang berlaku pada masa peperangan

kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Negara Pihak yang membuat pembatasan demikian wajib

memberitahu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang dimulai atau selesainya keadaan perang yang

berlaku di wilayahnya.

Pasal 3

Negara-negara Pihak pada Protokol ini akan mencantumkan informasi tentang langkah-langkah yang telah diambil

untuk menerapkan Protokol ini, dalam laporan yang disampaikannya pada Komite Hak Asasi Manusia, sesuai dengan Pasal 40

Kovenan.

Pasal 4

Bagi Negara-negara Pihak pada Kovenan ini yang telah membuat deklarasi berdasarkan Pasal 41, maka kewenangan

Komite Hak Asasi Manusia untuk menerima dan membahas komunikasi pada saat Negara Pihak menuduh bahwa Negara

5 Ditetapkan oleh resolusi Majelis Umum 44/128 tertanggal 15 Desember 1989.

47

Page 48: Latar Belakang Esensi Magna Charta

Pihak lain tidak memenuhi kewajibannya, akan diperluas hingga mencakup ketentuan Protokol ini, kecuali apabila Negara

Pihak yang bersangkutan telah membuat pernyataan sebaliknya pada saat ratifikasi atau aksesi.

Pasal 5

Bagi Negara-negara Pihak pada Protokol Opsional pertama pada Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan

Politik yang ditetapkan pada 16 Desember 1966, kompetensi Komite Hak Asasi Manusia untuk menerima dan membahas

komunikasi dari individu yang berada di dalam wilayah hukumnya akan diperluas hingga mencakup ketentuan-ketentuan

dalam Protokol ini, kecuali jika Negara Pihak ersangkutan telah membuat pernyataan sebaliknya pada saat ratifikasi atau

aksesi.

Pasal 6

1. Ketentuan-ketentuan dalam Protokol ini akan berlaku sebagai ketentuan tambahan dari Kovenan.

2. Tanpa mengurangi kemungkinan untuk melakukan reservasi menurut Pasal 2 Protokol ini, hak-hak yang dijamin

dalam Pasal 1 ayat 1 Protokol ini tidak dapat dikurangi berdasarkan Pasal 4 Kovenan.

Pasal 7

1. Protokol ini terbuka untuk ditandatangani oleh setiap Negara yang telah menandatangani Kovenan.

2. Protokol ini harus diratifikasi oleh Negara yang telah meratifikasi atau melakukan aksesi pada Kovenan. Instrumen

ratifikasi akan disimpan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

3. Protokol ini terbuka untuk diikuti oleh Negara yang telah meratifikasi atau melakukan aksesi pada Kovenan.

4. Aksesi akan berlaku efektif dengan penyimpanan instrumen turut serta pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa.

5. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memberitahu seluruh Negara yang telah menandatangani atau

melakukan aksesi pada Protokol ini tentang penyimpanan instrumen ratifikasi atau aksesi.

Pasal 8

1. Protokol ini akan mulai berlaku tiga bulan setelah tanggal penyerahan instrumen ratifikasi atau aksesi yang kesepuluh

pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk disimpan.

2. Untuk setiap Negara yang meratifikasi atau melakukan aksesi pada Protokol ini setelah disimpannya instrumen

ratifikasi atau ikut serta yang kesepuluh, Protokol ini akan berlaku tiga bulan sejak tanggal disimpannya instrumen

ratifikasi atau aksesi sendiri.

Pasal 9

Ketentuan-ketentuan dalam Protokol ini akan berlaku bagi semua bagian Negara Fderal tanpa ada pembatasan atau

pengecualian.

Pasal 10

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa wajib memberitahu semua Negara yang dimaksud dalam Pasal 48

ayat 1 Kovenan hal-hal sebagai berikut:

(a) Pembatasan, komunikasi dan pemberitahuan berdasarkan Pasal 2 Protokol ini;

48

Page 49: Latar Belakang Esensi Magna Charta

(b) Pernyataan yang dibuat berdasarkan Pasal 4 atau 5 Protokol ini;

(c) Penandatanganan, ratifikasi dan ikut serta berdasarkan Pasal 7 Protokol ini;

(d) Tanggal berlakunya Protokol ini berdasarkan Pasal 8.

Pasal 11

1. Teks Protokol ini dalam bahasa Cina, Inggris, Prancis, Rusia dan Spanyol mempunyai kekuatan yang sama, akan

disimpan pada arsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa wajib meneruskan salinan resmi Protokol ini pada semua Negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 Kovenan.

49