konsep medis addison
TRANSCRIPT
-
8/11/2019 Konsep Medis Addison
1/9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sindrom insufisiensi korteks adrenal terjadi akibat defisiensi sekresi kortisol dan aldosterone.
Apabila tidak diobati, maka penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Penyebaba utama
insufisiensi korteks adrenal adalah (1) penyakit primer korteks adrenal atau (2) defisiensi sekresi
hormone adrenokortikotropik (ACTH).defisisensi corticotropin-realising-hormone (CRH) saja
dapat meyebabkan defisiensi ACTH dan kortisol. Tetapi penyakit ini hanya dijumpai pada pajajn
kronik glukookortikoid dosis farmakologik atau setelah pengangkatan adenoma adrenokorteks
penghasil kortisol.
Apabila penyebab insufisiensi korteks adrenal adalah suatu proses patologik dikorteks
adrenal, maka penyakit ini disebut penyakit Addison. Pasien dengan penyakit Addison
memperlihatkan ketiga zona korteks sehingga terjadi difisiensi semua sekresi korteks adrenal:
kortisol, aldosterone, dan androgen. Kadang-kadang pasien datang dengan defisiensi parsial
sekresi hormone korteks adrenal. Defisiensi ini dijumpai pada kasus-kasus hipoaldesteronisme-
hiporeninemik, yang hanya mengenai sekresi aldesteron, atau hiperplasi adrenal konginetal,
dengan suatu defek enzim persial yang hanya menghambat sekresi kortisol.
Penyakit Addison jarang dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari 100.000 orang; dua pertiga
pasien adalah perempuan. Diagnose ditegakkan antara usia 20 dan 50 tahun. Dahulu,
tuberkolosis adalah penyabab utama penyaki Addison. Saat ini, dengan kemoterapi yang lebih
baik, hanya sedikit pasien tuberkolosis yang mempunyai insufisiensi adrenal. Kerusakan korteks
adrenal merupakan akibat dari proses autoimun pada lebih dari 50% pasien penyakit Addison.
Autoantibodi adrenal ditemukan dalam titer tinggi pada sebagian pasien dengann penyakit
Addison. Antibody ini bereaksi dengan antigen dikorteks adrenal, termasuk enzim 21
hidroksilase dan menyebabkan reaksi peradangan yang akhirnya menghancurkan kelenjar
adrenal. Biassanya lebih dari 80% dari kedua kelenjar harus rusak sebelum timbul gejala dan
tanda insufisiensi. Penyakit Addison dapat timbul bersaam dengan penyakit endokrin lain yang
memiliki dasar autoimuitas. Diantaranya adalah tiroiditis hashimoto, beberapa kasus diabetes
mellitus type 1, dan hipoparatiroidisme. Juga tampaknya terdapat predisposisi familial untuk
penyakit endrokin autoimun, yang mungkin berkaitan dengan kelainan reaktifitas system imun
pasien. Penyebab penyakit Addison yang lebih jarang adalah pendarahan yang disebabkan oleh
-
8/11/2019 Konsep Medis Addison
2/9
pemakaina antikoogulan jangka panjang terutama heparin, penyakit granulomatosa non
perkijuan, infeksi sitomegalovirus (CMV) pada pasien dengan sindrom imonodefisiensi didapat
(AIDS), dan neuplasma metastatic yang mengenai kedua kelenjar adrenal. Pernah dilaporkan
kasus-kasus jarang yaitu, insufisiensi korteks adrenal primer terjadi akibat mutasi di gen-gen
yang mengode protein yang mengendalikan perkembangan adrenal atau steroidogenesis.( Price,
Sylvia. 2006)
1.2.Rumusanmasalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini kami dapat
memperoleh hasil yang di inginkan,maka kami mengemukakan beberapa rumusan masalah.
Rumusan masalah tersebut yakni :
1. Definisi addison tersebut ?
2. Etiologi dari addison tersebut ?
3. apa saja jenis-jenis dari addison tersebut ?
4. Bagaimana manifestasi serta penatalaksanaan addison tersebut ?
5. Bagaimana PNP/ Nursing pathway penyakit addison tersebut ?
6. Bagaimana cara menganalis kasus pada penderita glaukoma ?
1.3.Tujuan
1. Tujuan umum
Supaya mahasiswa atau para pembaca mampu mengerti dan memahami tentang addison serta
menerapkan dari penatalaksanaan pada saat di Rumah Sakit.
2. Tujuan khusus
Mahasisa mampu menjelaskan etiologi.
Mahasiswa mampu membuat PNP (Pathway Nursing) serta menjelaskannya.
Mahasiswa mampu menguasai asuhan keperawatan pada penderita yg terkena addison.
-
8/11/2019 Konsep Medis Addison
3/9
BAB II
PEMBAHASAN
4.1. Definisi Addison
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormone yang terjadi pada semua
kelompok umur yang menimpa pria dan wanita sama rata. Penyakit ini dikarakteristikan oleh
kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah rendah, dan adakalanya
penggelapan kulit pada kedua bagia tubuh yang terbuka dan tidak terbuka.
Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan kebutuhan hormone-hormon korteks adrenal. (Brunner dan Suddart edisi
8)
Bentuk primer dari penyakit ini disebabkan oleh atrofi/ destruksi (kerusakan) jaringan
adrenal (misalnya respon autoimun, TB, infark hemoragik, tumor ganas) atau tindakan
pembedahan. (Doenges, 1993)
Bentuk sekunder adalah gangguan pada kelenjar hipofisis yang menyebabkan penurunan
sekresi/ kadar ACTH, tetapi biasanya sekresi aldosteron normal. (Doenges, 1993)
4.2. Klasifikasi
Berdasarkan tingkat keparahan , penyakit addison di bagi menjadi dua, yaitu:
1. Akut
Krisis adrenal. Terjadi apati, koma, dan nyeri epigastrik. Kadar gula darah rendah. Keadaan
ini timbul setelah terjadi trauma, hipotensi berat dan sepsis.
Yang lebih jarang, keadaan ini bisa timbul pada pasien yang sebelumnya (dalam waktu 1-1,5
tahun) atau baru-baru saja mendapat pengobatan kortikosteroid dimana terdapat trauma,
pembedahan atau infeksi akut, atau saat penghentian gangguan steroid. Bisa timbul setelah
pembedahan untuk mengangkat adrenal pada sindrom cussing, atau pada pengobatan kanker
payudara kecuali jika dilakukan terapi penggantian yang adekuat.
2. Kronis
Terdapat kelemahan dan kelelahan yang onsetnya perlahan-lahan disertai gejala
gastrointestinal berupa anoreksia, penurunan berat badan dan diare. Hipotensi sering kali
postural, dan takikardia timbul pada tahap lanjut dari penyakit. Hiperpigmentasi terjadi pada
-
8/11/2019 Konsep Medis Addison
4/9
tempat yang terpapar matahari, daerah yang mengalami gesekan, lipatan tangan dan mukosa
bukal.
Insufisiensi adrenal kronis (penyakit addison) jarang terjadi (prevelansinya di Inggris
4/100.000) dan yang termasuk penyebabnya adalah : distruksi adrenal autoimun; infiltrasi
adrenal dengan kanker sekunder, hodgkin, atau jaringan leukimik; destruksi TB,
hemokromatosis, amiloidosis, histoplasmosis yang sering dijumpai. Bisa berhubungan dengan
penyakit auto imun lain yang spesifik-organ, khususnya tiroiditis hasimoto (sindrom schmidt).
Keadaan ini bisa timbul sekunder akibat hipopituitarisme selama pengobatan TB adrenal
(atau renal) dan pada sindrom adreno genital. (David rubenstein. 2007)
4.3. Etiologi
Etiologi dari penyakit Addison bentuk primer :
a) Infeksi kronis, terutama infeksi-infeksi jamur
b) Sel-se kanker yang menyebar dari bagian-bagian lain tubuh ke kelenjar-kelenjar adrenal
c) Amyloidosis (sekelompok keadaan yang di cirikan oleh penimbunan protein fiblirer yang tidak
larut dalam berbagai organ)
d)pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi
Etiologi dari penyakit Addison bentuk sekunder :
a) Tumor-tumor atau infeksi-infeksi dari area
b) Kehilangan aliran darah ke pituitary
c) Radiasi untuk perawatan tumor-tumor pituitary
d) operasi pengangkatan bagian-bagian dari hypothalamus
e) operasi pengangkatan kelenjar pituitary
Penyebab lain dari ketidakcukupan adrenal sekunder adalah operasi pengangkatan dari
tumor-tumor yang jinak atau yang tidak bersifat kanker dari kelenjar pituitary yang memproduksi
ACTH (Penyakit Cushing). Pada kasus ini, sumber dari ACTH secara tiba-tiba diangkat, dan
hormon pengganti harus dikonsumsi hingga produksi ACTH dan cortisol yang normal pulih
kembali.
-
8/11/2019 Konsep Medis Addison
5/9
Pada satu waktu, kebanyakan kasus penyakit addison adalah merupakan komplikasi dari
TBC. Saat ini, 70% dianggap idiopatik. Sejak satu setengah hingga dua per tiga klien dengan
Addison idiopatik memiliki sirkulasi antibody yang bereaksi secara spesifik menyerang jaringan
adrenal, kondisi ini mungkin merupakan suatu dasar autoimun. Sebagai tambahannya, beberapa
kasus penyakit Addison disebabkan oleh neoplasma, amyloidosis, atau infeksi jamur sistemik.
Insufisiensi adrenal primer itu jarang. Insiden dan prevalen di USA tidak diketahui. Penyakit
ini mengenai orang dengan segala macam tingkat usia dan menyerang baik laki-laki maupun
perempuan.
Insufisiensi adrenal primer disebabkan oleh hipofungsi kelenjar adrenal. 75% penyakit
Addison primer terjadi sebagai proses autoimun. Insufisiensi adrenal umumnya terlihat pada
orang dengan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). 20% penyakit Addison
dikarenakan oleh TBC. Metastasisnya dari paru, payudara, saluran GI, melanoma, atau
lymphoma (kelainan neuplastik jaringan limfoid).
Insufisiensi adrenal sekunder adalah hipofungsi dari unit pituitary-hipotalamus. Umumnya
kebanyakan menyebabkan perawatan kronik dengan menggunakan glukokortikoid untuk yang
kasus nonendokrin. Penyebab lain termasuk adrenalectomy bilateral, hipopituitari menghasilakan
penurunan sekresi ACTH oleh kelenjar pituitary, tumor pituitary atau infark, dan radiasi.
4.4. Patofisiologi
Penyakit Addison, atau insufisiensi adrenokortikol, terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal. Atrofi
autoimun atau idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit
Addison (Stren & Tuck, 1994). Penyebab lainnya mencakup operasi pengangkatan kedua
kelenjar tersebut. Tuberkolosis (TB) dan hitoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering
ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan
kelenjar adrenal akibat proses autoimun telah menggantikan tuberkolosis yang terjadi akhir-akhir
ini harus mempertimbangkan pencantuman penyakit infeksi ini ke dalam daftar diagnosis.
Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi
adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak terapi
hormon adrenokortikol yang akan menekan respond normal tubuh terhadap keadaan stress dan
-
8/11/2019 Konsep Medis Addison
6/9
mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap
hari selama 2 hingga 4 hingga dapat menekan fungsi korteks adrenal; oleh sebab itu,
kemungkinan penyakit Addison harus diantisipsi pada pasien yang mendapat pengobatan
kortikosteroid. (Brunner & Suddart, 2002)
4.5. Tandadan gejala
a. Gejala awal : kelemahan, fatique, anoreksia, hausea, muntah, BB menurun, hipotensi, dan
hipoglikemi.
b. Astenia (gejala cardinal) : kelemahan yang berlebih
c. Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar matahari, biasanya
pada kulit buku jari, lutut, siku
d. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan
e. Hipotensi arterial (td : 80/50 mmHg/kurang)
f. Abnormalitas fungsi gastrointestinal
Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai hipotensi akut sebagai akibat dari
hipokortikoisme, pasien akan mengalami krisis addisonian yang ditandai oleh sianosis, panas
dan tanda-tanda klasik syok: pucat, perasaan cemas, denyut nadi cepat dan lemah, pernapasan
cepat serta tekanan darah rendah. Disamping itu, pasien dapat mengeluh sakit kepala, mual, nyeri
abdomen serta diare, dan memperlihatkan tanda-tanda kebingungan serta kegelisahan. Bahkan
aktivitas jasmani yang sedikit berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi yang akut atau
penurunan asupan garam dapat menimbulkan kolaps sirkulasi, syok dan kematian jika tidak
segera diatasi. Stres pembedahan atau dehidrasi yang terjadi akibat persiapan untuk berbagai
pemeriksaan diagnostik atau pembedahan dapat memicu krisis addisonian atau krisis hipertensif.
(Brunner & Suddart, 2002)
4.6. Komplikasi
a. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
b. Kolaps sirkulasi
c. Dehidrasi
d. Hiperkalemiae
e. Sepsis
f. Ca. Paru
g. Diabetes mellitus
-
8/11/2019 Konsep Medis Addison
7/9
4.7. Penatalaksanan
1. Penatalaksanaan ditinjau dari tingkat keparahan:
a. Kegagalan adrenal kronis: penggantian glukokortikoid dengan hidrokortison 20 mg/hari dalam
dosis terbagi, ditambah dengan terapi terhadap infeksi atau penyakit penyrta, atau pembedahan.
Pengganti mineralokortikoid (fludrokortison) hanya dilakukan pada kegagalan adrenal primer.
b. Kegagalan adrenal akut: merupakan sebuah kegawat daruratan medis. Cairan intravena (NaCL
fisiologis) dalam jumlah besar dan hidrokortison diberikan dengan dosis yang tinggi. Faktor
pemicu (infeksi dan lain-lain) ditangani. Pantau kadar elektrolit dan glukosa. (Patrick davey,
2005)
2. Penatalaksanaan secara medic
a. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 50
mg/hr
b. Hidrokortison (solucortef) disuntikan secara IV
c. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
d. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
e. Fludrukortison : 0,050,1 mg/hr diberikan per oral
3. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Monitoring ketat TTV klien ketika penyakitnya telah terdiagnosa. Check nadi, paling tidak
setiap 4 jam. Laporkan penurunan tekanan darah dan perubahan ortostatik.
b. Ketika terjadi rehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit terdeteksi, kaji manifestasi dari
meningkatnya vitalitas fisik dan emosionalnya. Kaji pada lokasi di mana terdapat penekanan
pada tulang, pada klien yang imobilisasi, untuk mencegah dekubitus. Dengan berbagai macam
terapi, maka kelesuan dan kelemahan seharusnya berangsur-angsur berkurang dan akhirnya
menghilang.
c. Monitoring untuk pajanan suhu dingin dan infeksi. Segera laporkan pada dokter jika manifestasi
dari infeksi berkembang, misalnya sakit tenggorokan atau rasa terbakar saat berkemih. Ingat,
klien dengan penyakit Addison tidak dapat mentolerir stress. Infeksi akan menambahi beban
stress pada tubuh, butuh lebih tinggi pada level kortisol selama infeksi terjadi.
-
8/11/2019 Konsep Medis Addison
8/9
d. Kaji manifestasi dari ketidakseimbangan sodium dan potassium. Berat badan harian
mengindikasikan pengukuran obyektif dari bertambahnya BB, atau bahkan menurunnya BB. Jika
terapi penggantian steroid tidak adekuat, kehilangan sodium dan retensi potassium dikoreksi
terus. Jika dosis steroid terlalu tinggi, kelebihan jumlah sodium dan air dipertahankan, dan
ekskresi potassium yang tinggi.
4.8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)
b. Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)
c. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
d. Penurunan kadar kortisol serum
e. Kadar kortisol plasma rendah
2. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di adrenal
a. CT Scan
Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan insufisiensi
pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan hemoragik
adrenal
b. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder
akibat adanya abnormalitas elektrolik
c. Tes stimulating ACTH
Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH
diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek cepat. Penyukuran cortisol
dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan
tingkatantingkatan cortisol dalam darah dan urin.
d. Tes Stimulating CRH
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH Panjang
diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH sintetik
di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit
setelah suntikan. Pasien pasien dengan ketidak cukupan adrenal seunder memp. Respon
kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon respon ACTH. Ketidakhadiran
-
8/11/2019 Konsep Medis Addison
9/9
respon respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu penundaan respon
ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.
DAFTAR PUSAKA
Brunner and Suddart. 2002.Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC
Guyton. 2012.Fisiologi Manusia & Mekanisme Penyakit.Jakarta: EGC
Price, Sylvia. 2006.Patofisiologi. Jakarta: EGC
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga
Doenges, Marilynn. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Rubeinstein, David, dkk. 2007.Kedokteran klinis. Jakarta: EGC