askep klien dengan addison akper subang

22

Upload: khaka-rangga

Post on 21-Jul-2015

997 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Penyakit Addison ialah kondisi yang

terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada

kelenjar adrenal (Black,1997) Penyakit

Addison (juga dikenal sebagai kekurangan

adrenalin kronik, hipokortisolisme atau

hipokortisisme) adalah penyakit endokrin

langka dimana kelenjar adrenalin

memproduksi hormon steroid yang tidak

cukup.

Bentuk primer dari penyakit ini

disebabkan oleh atrofi/ destruksi (kerusakan)

jaringan adrenal (misalnya respon autoimun,

TB, infark hemoragik, tumor ganas) atau

tindakan pembedahan. (Doenges, 1993)

Bentuk sekunder adalah gangguan

pada kelenjar hipofisis yang menyebabkan

penurunan sekresi/ kadar ACTH, tetapi

biasanya sekresi aldosteron normal. (Doenges,

1993)

Autoimmune (idiopatik)

Pengangkatan kelenjar adrenal

Infeksi pada kelenjar adrenal

Tuberkulosis

Insufisiensi ACTH Hipofise

Perdarahan

Trombosis

Trauma dibagian pinggang

Komplikasi venografi adrenal

Etiologi dari penyakit Addison bentuk primer :

infeksi kronis, terutama infeksi-infeksi jamur

sel-se kanker yang menyebar dari bagian-bagian lain tubuh ke kelenjar-kelenjar adrenal

amyloidosis

pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi

Etiologi dari penyakit Addison bentuk sekunder :

tumor-tumor atau infeksi-infeksi dari area

kehilangan aliran darah ke pituitary

radiasi untuk perawatan tumor-tumor pituitary

operasi pengangkatan bagian-bagian dari hypothalamus

operasi pengangkatan kelenjar pituitary

Hipofungsi adrenokortikal menghasilkan penurunan level mineralokortikoid (aldosteron), glukokortikoid (cortisol), dan androgen.

Penurunan aldosteron menyebabkan kebanyakan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit. Secara normal, aldosteron mendorong penyerapan Sodium (Na+) dan mengeluarkan potassium (K+). Penurunan aldosteron menyebabkan peningkatan ekskresi sodium, sehingga hasil dari rantai dari peristiwa tersebut antara lain: ekskresi air meningkat, volume ekstraseluler menjadi habis (dehidrasi), hipotensi, penurunan kardiak output, dan jantung menjadi mengecil sebagai hasil berkurangnya beban kerja. Akhirnya, hipotensi menjadi memberat dan aktivitas kardiovaskular melemah, mengawali kolaps sirkulasi, shock, dan kematian. Meskipun tubuh mengeluarkan sodium berlebih, ini mempertahankan kelebihan potassium. Level potassium lebih dari 7 mEq/L hasil pada aritmia, memungkinkan terjadinya kardiak arrest.

Lanjutan…!!!

Penurunan glukokortikoid menyebabkan meluasnya gangguan metabolic. Ingat bahwa glukokortikoid memicu glukoneogenesis dan memiliki efek anti-insulin. Sehingga, ketika glukokortikoid menurun, glukoneogenesis menurun, sehingga hasilnya hipoglikemia dan penurunan glikogen hati. Klien menjadi lemah, lelah, anorexia, penurunan BB, mual, dan muntah. Gangguan emosional dapat terjadi, mulai dari gejala neurosis ringan hingga depresi berat. Di samping itu, penurunan glukokortikoid mengurangi resistensi terhadap stress. Pembedahan, kehamilan, luka, infeksi, atau kehilangan garam karena diaphoresis berlebih dapat menyebabkan krisi Addison (insufisiensi adrenal akut). Akhirnya, penurunan kortisol menghasilkan kegagalan unruk menghambat sekresi ACTH dari pituitary anterior.

Lanjutan…!!!

Defisiensi androgen gagal untuk menghasilkan beberapa macam gejala pada laki-laki karena testes menyuplai adekuat jumlah hormone seksual. Namun, pada perempuan tergantung pada korteks adrenal untuk mensekresi androgen secara adekuat.

Hormon-hormon tersebut disekresi oleh korteks adrenal yang penting bagi kehidupan. Orang dengan penyakit Addison yang tidak diobati akan berakhir fatal.

Penyakit Addison ditandai oleh kelemahan otot, anoreksia, gejala gastrointestinal, keluhan mudah lelah, emasiasi ( tubuh kurus kering ); Pigmentasi pada kulit, bulu-bulu jari, lutut, siku serta membran mukosa, hipotensi, kadar glukosa darah dan natrium serum rendah, dan kadar kalium serum yang tinggi.

Di samping itu, pasien dapat mengeluh sakit kepala, mual, nyeri abdomen serta diare, dan memperlihatkan tanda-tanda kebingungan serta kegelisahan. Bahkan aktivitas jasmani yang sedikit berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi yang akut atau penurunan asupan garam.

( Keperawatan Medikal Bedah II, edisi 8, 2001 )

Pemeriksaan Laboratorium

CT Scan

Gambaran EKG

Tes stimulating ACTH

Tes Stimulating CRH

- Identitas

Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang mengalami krisis adrenal

- Keluhan Utama

Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatigue, nausea dan muntah

- Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu dikaji riwayat tuberkulosis, hipoglikemia maupun ca paru, payudara dan limpoma.

Lanjutan…!!!

- Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal : kelemahan, fatigue, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensidan hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axilaberkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50 mm)

- Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit autoimunyang lain.

- Riwayat Psikososial

Riwayat faktor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil

Lanjutan…!!!

- Pemeriksaan Fisik ( Review Of System)

Dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung, Resonan,terdapat suara ronkhi, krekelspada keadaan infeksi

Ictus Cordis tidak tampak, ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra, redup, suara jantung melemah, Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada aktivitas yang minimal.

Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan, kesemutan terjadi disorientasi waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan krisis)

Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin

Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir kering, bisung usus ↑, Nyeri tekan karena ada kramabdomen,

Penurunan tonus otot, Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari), tidak mampu beraktivitas / bekerja. penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.

Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d hipoglikemia.

Intoleransi aktivitas b/d malaise, keletihan Gangguan harga diri b/d hiperpigmentasi

pada kulit dan membrane mukosa

Nyeri akut b/d spasme otot abdomen

Perubahan proses pikir b/d glukosa otak menurun.

Kurangnya pengetahuan b/d cara pengobatan dengan steroid

1. Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output.

Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setelah dilakukan perawatan 1X24 jam.KH : pengeluaran urin normal 1cc/kgBB/jam TTV normal (N: 80-100x/menit, S: 36,5-370C, TD:110-120/70-80 mmHg) Turgor kulit elastic

Rasa haus hilang CRT <2” Membran mukosa lembab Warna kulit tidak pucat BB ideal (TB 100) – 10% (TB – 100) – H Hasil lab:

- Ht : W = 37 – 47 %- L = 42 – 52 %- Ureum = 15 – 40 mg/dl- Natrium = 135 – 145 mEq/L- Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L- Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl

Intervensi Rasional

1. Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah

pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi

perifer.

2. Ukur dan timbang BB klien

3. Berikan perawatan mulut secara teratur.

4. Kolaborasi: Cairan NaCl 0,9 %

5. Kolaborasi: Berikan obat sesuai dosis.

a. Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg

intravena setiap 6 jam untuk 24 jam, Mineral

kartikoid, flu dokortisan, deoksikortis 25 – 30

mg/hr peroral.

6. Kolaborasi: beri dextros.

1. Hipotensi postural merupakan bagian dari

hipovolemia akibat kekurangan hormone

aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai

akibat dari penurunan kolesterol.

2. Memberikan pengganti volume cairan dan

keefektifan pengobatan, peningkatan BB yang

cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan

natrium yang berhubungan dengan pengobatan

steroid.

3. Membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat

dari dehidrasi dan mempertahankan kerusakan

membrane mukosa

4. mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 – 6 liter,

dengan pemberian cairan NaCl 0,9 % melalui IV

500 – 1000 ml/jam, dapat mengatasi kekurangan

natrium yang sudah terjadi.

5. Dosis hidrokortisol yang tinggi mengakibatkan

retensi garam berlebihan yang mengakibatkan

gangguan tekanan darah dan gangguan

elektrolit.

6. Dapat menghilangkan hipovolemia

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

b/d hipoglikemia..

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien kembali

adekuat setelah dilakukan intervensi

selama 1X24 jam

KH : – Mempertahankan berat badan

stabil, bebas dari tanda malnutrisi.

Intervensi Rasional

1. Kaji riwayat nutrisi

2. Timbang BB setiap hari

3. Diskusikan makanan yang disukai oleh pasien

dan masukan dalam diet murni.

4. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

5. Berikan lingkungan yang nyaman untuk

makan, misalnya bebas dari bau tidak sedap,

6. Kolaborasi: Rujuk ke ahli gizi.

1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga

kemungkinan intervensi.

2. Anorexia, mual, muntah, kehilangan

pengaturan metabolisme oleh kortisol

terhadap makanan dapat mengakibatkan

penurunan berat badan dan terjadinya

malnutrisi.

3. Dapat maningkatkan masukan, meningkatkan

rasa partisipasi.

4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan

dan meningkatkan pemasukan juga

mencegah distensi gaster.

5. Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang

memenuhi kebutuhan nutrisi.

6. Dapat maningkatkan masukan, meningkatkan

rasa partisipasi.

3. Intoleransi aktivitas b/d malaise

dan keletihan

Tujuan : Klien kembali dapat melakukan

aktivitas dengan baik.

KH : Klien dapat melakukan aktivitas

secara mandiri

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kelemahan klien dan

identifikasi aktifitas yang dapat

dilakukan oleh klien.

2. Atur interval waktu antar aktivitas untuk

meningkatkan istirahat dan latihan yang

dapat ditolerir.

3. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika

pasien berada dalam keadaan lelah.

4. Berikan stimulasi melalui percakapan

dan aktifitas yang tidak menimbulkan

stress.

5. Pantau respons pasien terhadap

peningkatan aktifitas

6. Diskusikan dengan klien cara

penghematan tenaga, misalnya duduk

lebih baik dari pada berdiri.

1. Pasien biasanya telah mengalami penurunan

tenaga kelemahan otot, terus memburuk

setiap hari karena proses penyakit dan

munculnya ketidakseimbangan natrium kalium.

2. Mendorong aktivitas sambil memberikan

kesempatan untuk mendapatkan istirahat

yang adekuat.

3. Memberi kesempatan pada pasien untuk

berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri.

4. Meningkatkan perhatian tanpa terlalu

menimbulkan stress pada pasien.

5. Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas

yang berlebihan atau kurang.

6. Klien akan dapat melakukan aktivitas lebih

banyak dengan mengurangi pengeluaran

tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan.

Menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan

Tidak ada mual dan muntah, menunjukkan BB stabil atau meningkat sesuai yang diharapkan, nilai lab. Normal

Menyatakan mampu untuk beristirahat, peningkatan tenaga dan penurunan rasa

Menunjukkan curah jantung yang adekuat

Mempertahankan tingkat kesadaran mental

Mengungkapkan penerimaan terhadap dirinya sendiri yang diungkapkan secara verbal

Dapat mengungkapkan pemahamannya tentang penyakit, prognosis, dan pengobatan.