konsep medis gga dan ggk

21
KONSEP MEDIS ARF (ACUT RENAL FAILURE) DAN CRF (CRONIK RENAL FAILURE) A. PENGERTIAN ACUT RENAL FAILURE (ARF) Acute Renal Failure (ARF) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dancepat serta terjadinya azotemia. (Davidson 1984). CRONIC RENAL FAILURE (CRF) Cronic Renal Failure (CRF) adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan caian dan elektrolit, menyebabkan uremia. B. ETIOLOGI 1. Acut Renal Failure (ARF) Tiga kategori utama kondisi penyebab ARF adalah : b. Pra Renal

Upload: zulkifli-syam

Post on 18-Jan-2016

252 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Medis Gga Dan Ggk

KONSEP MEDIS

ARF (ACUT RENAL FAILURE) DAN

CRF (CRONIK RENAL FAILURE)

A. PENGERTIAN

ACUT RENAL FAILURE (ARF)

Acute Renal Failure (ARF) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai

dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan

kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk

keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau

patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dancepat serta

terjadinya azotemia. (Davidson 1984).

CRONIC RENAL FAILURE (CRF)

Cronic Renal Failure (CRF) adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat

progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan caian dan elektrolit, menyebabkan uremia.

B. ETIOLOGI

1. Acut Renal Failure (ARF)

Tiga kategori utama kondisi penyebab ARF adalah :

b. Pra Renal

Dimana aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus.

Kondisi klinis yang umum adalah :

Penurunan volume vaskuler

o Kehilangan darah/plasma : perdarahan luka bakar

o Kehilangan cairan ekstraselluer : muntah,diare

Kenaikan kapasitas kapiler : Sepsis, Blokade ganglion, Reaksi anafilaksis

Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung : Renjatan kardiogenik,

Payah jantung kongestif, Dysritmia, Emboli paru, Infark jantung.

Page 2: Konsep Medis Gga Dan Ggk

c. Intra Renal

Akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau tubulus distal. Kondisi seperti

terbakar,udema akibat benturan dan infeksi dan agen nefrotik dapat menyebabkan

nekrosi tubulus akut (ATN) dan berhentinya fungsi renal. Reaksi transfusi yang

parah juga gagal intra renal, hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis

melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi ditubulus distal menjadi faktor

terbentuknya hemoglobin.

Faktor penyebab adalah : pemakaian obat-obat anti inflamasi, non steroid terutama

pada pasien lansia.

d. Pasca Renal

Penyebab gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi dibagian distal ginjal,

tekanan ditubulus distal menurun akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat.

2. Cronic Renal Failure (CRF)

Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi

dalam dua kelompok :

Penyakit Sistemik, seperti DM, Glomerulonefritis, pielonefritis,

hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstruksi traktus urinalis, gangguan

vascular, infeksi, medikasi atau agen toksit, lessi herediteir seperti ginjal polikistik.

Lingkungan dan agen berbahaya (logam berat)

3. PATOFISIOLOGI

a. Acut Renal Failure (ARF)

Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan

gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan

gagal jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat

tumor, bekuan darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika

kondisi itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan

Page 3: Konsep Medis Gga Dan Ggk

BUM, oliguria dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat

ditangani.

Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal akut yaitu :

1. Stadium awal dengan awitan awal danm diakhiri dengan terjadinya oliguria.

2. Stadium Oliguria.

Volume urine <400 ml/24 jam disertai dengan peningkatan konsentrasi serum dari

subtansi yang biasanya dieksresikan oleh ginjal (urea,kreatinin,asam urat dan kation

intra seluler kalium dan magnesium). Jumlah urine minimal yang diperlukan untuk

membersihkan produk sampah normal tubuh adalah 400 ml. Pada tahap ini gejala

uremik untuk pertama kalinya dan kondisi yang mengancam jiwa seperti kalemia.

3. Stadium Diuresis.

Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap disertai tanda

perbaikan filtrasi glomerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya

menurun. Meskipun kadar haluaran untuk mencapai kadar normal atau meningkat,

fungsi renal masih dianggap normal. Tanda uremik mungkin masih ada sehingga

penatalaksanaan medis dan keparawatan masih diperlukan. Pasien harus dipantau

dengan ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini. Jika terjadi dehidrasi, tanda

uremik biasanya meningkat.

4. Stadium penyembuhan.

Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3 sampai 12

bulan. Nilai laboratorium akan kembali normal. Meskipun terdapat reduksi laju

filtrasi glomerulus permanen sekitar 1 % - 3 %, tertapi hal ini secara klinis tidak

signifikan.

Cronic Renal Failure (CRF).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium :

a. Stadium 1.

Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % - 75 %). Tahap inilah yang paling

ringan, dimana ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum merasakan gejalah-

gejalah dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama

tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal

Page 4: Konsep Medis Gga Dan Ggk

dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui

dengan memnerikan beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan urine yang lama

atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.

b. Stadium II.

Insufisiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % -50 %). Pada tahap ini penderita dapat

melakukan tugas sperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada

stadium ini pengobatan harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan cairan,

kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat-obatan yang

bersifat mengganggu faal ginjal. Bila langkah-langkah ini dilakukan secepatnya

dengan tepat dapat mencegah penderita masuk tahap yang lebih berat. Pada tahap ini

> 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas

batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar

dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar

normal.

Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi,

gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia

(diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai

respon terhadap stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba.

Penderita biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala ini.

Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml

atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari.

Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari

adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai

respon teehadap kege;isahan atau minum yang berlebihan.

Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam

menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3

liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara

5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan

farahm tekanan darah akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai

terganggu.

Page 5: Konsep Medis Gga Dan Ggk

c. Stadium III.

Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat

melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara

lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya

terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 %

dari masa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar

kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin

serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan.

Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah

karene ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit

dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari

500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula

menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan

biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setip

sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal

kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.

5. MANIFESTASI KLINIS

ACUT RENAL FAILURE (ARF).

Haluaran urine sedikit, Mengandung darah, Peningkatan BUN dan kreatinin,

Anemia, Hiperkalemia, Asidosis metabolic, Anemia, Udema,

Anoreksia,nause,vomitus, Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit.

CRONIC RENAL FAILURE (CRF).

Gangguan pernapasan, Udema, Hipertensi, Anoreksia,nausea, vomitus, Ulserasi

lambung, Stomatitis, Proteinuria, Hematuria, Letargi, apatis, Anemia, Perdarahan,

Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit, Distrofi renal, Hiperkalemia, Asidosis

metabolik

Page 6: Konsep Medis Gga Dan Ggk

6. TEST DIAGNOSTIK

a. Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.

b. Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium

serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.

c. KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya

obstruksi .

d. Pielografi retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.

e. Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi

ekstraskular, massa.

f. Sistouretrogram berkemih : Menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks

ureter,retensi

g. Ultrasono ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa,

kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.

h. Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menetukan sel

jaringan untuk diagnosis histologis

i. Endoskopi ginjal nefroskopi : Dilakukan untuk menemukan pelvis ginjal ;

keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif

j. EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan

asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.

7. PENATALAKSANAAN

1. ACUT RENAL FAILURE (ARF)

o Penanganan hiperkalemia.

Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal

akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada

gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui

serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI :

5.5 mmoL/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat

tinggi), dan perubahan status klinis. Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi

dengan pemberian ion pengganti resin (natrium pohstruren sulfonat

Page 7: Konsep Medis Gga Dan Ggk

/kayexalatel), secara oral atau melalui retensi enema. Sorbital sering diberikan

bersama dengan kayexalate untuk menginduksi tipe diare (menginduksi

kehilangan cairan di saluran gastrointestinal. Jika enema retensi diberikan (kolon

merupakan tempat utama untuk pertukaran kalium), Kateter rektal yang memiliki

balon dapat direspkan untuk memfasilitasi retensi jika diperlukan.

Pasien yang kadar kaliumnya tinggi dan meningkat memerlukan dialisis,

peritoneal dialisis,atau hemofiltrasi dengan segera.

Glukosa, insulin atau kalsium glukonat secara intravena dapat digunakan sebagai

tindakan darurat sementara untuk menangani hiperkalamia.

Natrium bicarbonat dapat diberikan untuk menaikkan ph plasma, menyebabkan

kalium bergerak kedalam sel sehingga kadar kalium pasien menurun. Semua

produk kalium ekstrenal dihilangkan atau dikurangi.

a. Memepertahankan keseimbangan cairan.

Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada berat badan harian,

pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang,

tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral

dari urine, drainase lambung, faeces, drainase luka dan perspirasi, dihitung dan

digunkan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan. Cairan yang hilang

melalui kulit dan paru dan hilang sebagai akibat dari proses metabolisme normal

juga dipertimbangkan dalam penatalaksanaan cairan. Pasien ditimbang berat

badan setiap hari dan dapat diperkirakan turun 0,2 sampai 0,5 kg setiap hari jika

keseimbangan nitrogen negatif ( masukan kolon yang diterima kurang dari

kebutuhan). Jika pasien kehilangan berat badan atau mengalami hipertensi,

diduga adanya retensi cairan. Kelebihan cairan dapat dideteksi melalui temuan

klinis seperti dyspnoe, takikardi,dan distensi vena lehar. Paru-paru auskultasi

akan adanya tanda-tanda krekels basah. Karena edema pulmuner dapat

diakibatkan karena pemebrian cairan parenteral yang berlebihan, maka

kewaspadaan penggunaannya harus ditingkatkan untuk mencegah kelebihan

cairan. Terjadinya edema diseluruh tubuh dikaji dengan pemeriksaan area

prasakaral dan pratibial beberapa kali dalam sehari.

Page 8: Konsep Medis Gga Dan Ggk

b. Pertimbangan nutrisional.

Diet protein dibatasi sampai 1 g/kg selama fase oliguri untuk menurunkan

pemecahan protein dan mencegah akumulasi produk akhir toksik. Kebutuhan

kalori dipenuhi dengan pemberian diet tinggi karbohidrat, karena karbohidrat

memiliki efek terhadap protein yang luas (pada diet tinggi karbohidrat, protein

tidak dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi dibagi untuk

pertumbuhan dan perbaikan jaringan). Makanan dan cairan yang mengandung

kalium dan fosfat (pisang,jeruk,kopi) dibatasi. Masukan kalium biasanya dibatasi

sampai 2 gr/hari.

c. Cairan IV dan diuretic.

Aliran darah ke ginjal yang adekuat pada banyak pasien dapat dipertahankan

melalui cairan intra vena dan medikasi. Manitol furosemid, atau asam ektrakrinik

dapat diresepkan untuk mengawali diuresis dan mencegah atau mengurangi

gagal ginjal berikutnya. Jika gagal ginjal akut disebabkan oleh hipovolemia

akibat hipoproteinemia, infus albumin dapat diresepkan. Syok dan infeksi dapat

ditangani, jika ada.

d. Koreksi asidosis dan peningkatan kadar fosfat.

Jika asidosis berat terjadi, gas darah arteri harus dipantau, tindakan ventilasi

yang tepat harus dilakukan jika terjadi masalah pernapasan. Pasien memerlukan

terapi natrium karbonat atau dialisis.Peningkatan serum fosfat pasien dapat

dikendalikan dengan agens pengikat fosfat (aluminium hidroksida); agens ini

membantu mencegah peningkatan serum fosfat dengan menurunkan absorbsi

fosfat disaluran intestinal.

e. Pemantauan lanjut sampai fase pemulihan

Fase oligurik gagal ginjal akut berlangsung dari 10 sampai 20 hari dan diikuti

fase diuretik, dimana haliaran urine mulai meningkat, menunjukkan fungsi ginjal

talah membaik. Evaluasi kimia darah dilakukan untuk menentukan jumlah

natrium. Kalium dan cairan yang diperlurlukan selama pengkajian tergadap

hidrasi lebih dan hidrasi kurang. Setelah fase diuretik, pasien diberikam diet

Page 9: Konsep Medis Gga Dan Ggk

tinggi protein, tinggi kalori dan dorong untuk melakukam aktifitas secara

bertahap.

f. Dialisis.

Dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius.

Seperti hiperkalimia, perikarditis dan kejang.

2. CRONIC RENAL FAILURE (CRF).

a. Tujuannya untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostatis selama

mungkin, serta mencegah komplikasi dengan pendekatan kolaboratif dalam

perawan mencakup :

o Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, asidosis

metabolic, katabolisme dan masukan diet yang berlebihan.

o Perikarditis, effusi pericardial, tamponade jantung akibat retensi produk

sampah urine dan dialysis yang tidak adekuat.

o Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system renin

angiotension aldesteron.

o Anemia akibat penurunan eritopoetin, penurunan usia sel darah merah,

perdarahan gastro intestinal akibat iritasi toksin dan kehilangan darah selama

hemodialisis.

o Penyakit tulang serta calfisikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar

kalsium serum yang rendah, metabolisme Vit- D abnormal.

Komplikasi dapat dicegah atau dihambat dengan pemberian anti hipertensi,

eritopoiten, suplemen zat besi, agen pengikat posfat dan suplemen kalsium yang

yang cukup. Dan perlu mendapat penanganan dialysis yang adekuat.

b. Intervensi diet.

Perlu pada gangguan fungsi renal mencakup pengaturan protein, masukan cairan

untuk mengganti cairan yang hilang, masukan natrium dan pembatasan kalium.

Page 10: Konsep Medis Gga Dan Ggk

Data Dasar pengkajian Pasien

a. Aktivitas /Istirahat

Apakah ada gejala keletihan,kelemahan

b. Sirkulasi

Apakah ada hipotensi edema jaringan umum, pucat

c. Eliminasi

Perubahan pola berkemih, disuria , retensi abdomen kembung

d. Makanan/cairan

Peningkatan berat badan (edem), penurunan bereat badan, mual ,muntah, anoreksia.

Nyeri ulu hati

e. Neurosensori

Sakit kepala, kram otot/kejang

f. Pernapasan

Dispnea, takipnea, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, bau ammonia,

batuk produktif.

g. Keamanan

demam, petekie,pruritus, kulit kering

Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan pasien dengan gagal ginjal akut (ARF)

l. Peningkatan volume cairan tubuh bd penurunan fungsi ginjal

Intervensi :

a. Kaji keadaan udema

Rasional : edema menunjukan perpindahan cairan krena peningkatan permebilitas

sehingga mudah ditensi oleh akumulasi cxairan walaupun minimal, sehingga berat

badan dapat meningkat 4,5 kg

b. Kontrol intake danout put per 24 jam.

Rasional : untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan

penurunan kelebihan resiko cairan.

Page 11: Konsep Medis Gga Dan Ggk

c. Timbang berat badan tiap hari

Rasional penimbangan berat badan setiap hari membantu menentukan

keseimbangan dan masukan cairan yang tepat. Apenimbangan BBlebih dari 0.5

kg/hari dapat menunjukan perpindahan kesimbangan cairan

d. Beritahu keluarga agar klien dapat membatasi minum

Rasional : manajemen cairan diukur untuk menggantikan pengeluaran dari semua

sember ditambah perkiraan yang tidak nampak. Pasien dengan kelebihan cairan

yang tidak responsif terhadap pembatasan caiaran dan diuretic membutuhkan

dialysis.

e. Penatalaksanaan pemberian obat anti diuretik.

Rasional : Obatanti diuretic dat melebarkan lumen tubular dari debris,

menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan volume urine adekuat. Misalnya :

Furosemide.

f. kolaborasi pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal.

Rasional : Hasil dari pemeriksaan fungsi ginjal dapat memberikan gambaran sejauh

mana terjadi kegagalan ginjal.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, vomitus, nausea.

a. Observasi status klien dan keefektifan diet.

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi dan kebutuhan diet, kondisi fisik

umum, gejala uremik dan pembatasan diet mempengaruhi asupan makanan.

b. Berikan dorongan hygiene oral yang baik sebelum dan setelah makan.

Rasional : Higiene oral yang tepat mencegah bau mulut dan rasa tidak enak

akibat mikroorganisme, membantu mencegah stomatitis.

c. Berikan makanan TKRGR

Rasional : Lemak dan protein tidak digunakan sebagai sumber protein utama,

sehingga tidak terjadi penumpukan yang bersifat asam, serta diet rendah garam

memungkinkan retensi air kedalam intra vaskuler.

d. Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.

Rasional : Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan dengan status uremik.

e. Kolaborasi pemberian obat anti emetic.

Page 12: Konsep Medis Gga Dan Ggk

Rasional : Antiemetik dapat menghilangkan mual dan muntah dan dapat

meningkatkan pemasukan oral.

3. Aktivity intolerans b/d kelemahan.

Intervensi:

a. Kaji kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan penuhi kebutuhan ADL

Rasional : Memberi panduan dalam penentuan pemberian bantuan dalam

pemenuhan ADL.

b. Kaji tingkat kelelahan.

Rasional : Menentukan derajat dan efek ketidakmampun.

c. Identifikasi factor stess/psikologis yang dapat memperberat.

Rasional : Mempunyai efek akumulasi (sepanjang factor psykologis) yang dapat

diturunkan bila ada masalah dan takut untuk diketahui.

d. Ciptakan lingkungan tengan dan periode istirahat tanpa gangguan.

Rasional : Menghemat energi untuk aktifitas perawatan diri yang diperlukan .

e. Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional : memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang dibutuhkan memberika rasa

aman bagi klien.

f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium darah.

Rasional : Ketidak seimbangan Ca, Mg, K, dan Na, dapat menggangu fungsi

neuromuscular yang memerlukan peningkatan penggunaan energi Ht dan Hb yang

menurun adalah menunjukan salah satu indikasi teerjadinya gangguan eritopoetin.

4. Kecemasan B/D ketidak tahuan proses penyakit.

Intervensi.

a. Kaji tingkat kecenmasan klien.

Rasional : Menentukan derajat efek dan kecemasan.

b. Berikan penjelasan yang akurat tentang penyakit.

Rasional : Klien dapat belajar tentang penyakitnya serta penanganannya, dalam

rangka memahami dan menerima diagnosis serta konsekuensi mediknya.

c. Bantu klien untuk mengidentifikasi cara memahami berbagai

perubahan akibat penyakitnya.

Page 13: Konsep Medis Gga Dan Ggk

Rasional : klien dapat memahami bahwa kehidupannya tidak harus mengalami

perubahan berarti akibat penyakit yang diderita.

d. Biarkan klien dan keluarga mengekspresikan perasaan mereka.

Rasional : Mengurangi beban pikiran sehingga dapat menurunkan rasa cemas

dan dapat membina kbersamaan sehingga perawat lebih mudah untuk

melaksanakan intervensi berikutnya.

e. Memanfaatkan waktu kunjangan yang fleksibel, yang memungkinkan

kehadiran kelurga.

Rasional : Mengurangi tingkat kecemasan dengan menghadirkan dukungan

keluarga.

Diagnosa Keperawatan pasien dengan gagal ginjal cronis (CRF)

1. Gangguan pola napas B/D adanya dyspnoe

Intervensi.

a. Observasi pola napas klien.

Rasional : Dyspnoe, Tachikardi, dan pernapasan irreguler dan bunyi ronchi adalah

indikasi adanya gangguna saluran napas.

b. Kaji warna kulit, kuku dan membrane mukosa.

Rasional : Kepucatan merupakan indikasi anemia dan sianosis terkait dengan

kongesti dan gagal jantung yang berakibat perfusi jaringan yang tidak adekuat.

c. Atur posisi semi fowler

Rasional : Posisi semi fowler memungkinkan organ abdomen menjauhi diafragma

sehingga ekspansi paru obtimal.

d. Observasi VS.

Rasional : Gangguan pertukaran O2 mengakibatkan perubahan pada VS, terutama

BP, HR, RR.

e. Kolaborasi untuk pemberian tambahan oksigen.

Rasional : Maksimumkan kebutuhan O2 untuk kebutuhan miokardium.

f. Kolaborasi pemeriksaan AGD.

Page 14: Konsep Medis Gga Dan Ggk

Rasional : AGD sangat penting untuk mengetahui adanya gangguan pertukaran gas

dalam paru.

2. Resti kerusakan integritas kulit B/D udema dan

penimbunan orokrom.

a. Observasi kulit terhadap perubahan warna, turgor dan vascular.

Rasional : Menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan

terjadinya dekubitus

b. Observasi area udema

Rasional : Jaringan udema lebih cenderung rusak/robek

c. Ubah posisi sesering mungkin

Rasional : Untuk menekan tekanan udem

d. Berikan perawatan kulit (kebersihan) dan pemberian lotion

Rasional : Menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit

e. Pertahankan linen kering bebas keriput

Rasional : menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit

f. Anjurkan pasien untuk menggunakan kompres lembab dan pertahankan kuku tetap

pendek.

Rasional : menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera (kulit).

g. Anjurkan untuk menggunakan pakaian katun longgar

Rasional : Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab

pada kulit.

..