konsep dan teori belajar

29
KONSEP DAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN KOGNITIF Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Disusun oleh: Agnia Lastika Fauziyah (1505306) Fika Netania (1504658) Syifa Luthfianingsih (1503839) PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Upload: syifa-luthfianingsih

Post on 02-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dan Teori Belajar

KONSEP DAN TEORI BELAJAR

BEHAVIORISTIK DAN KOGNITIF

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Disusun oleh:

Agnia Lastika Fauziyah (1505306)

Fika Netania (1504658)

Syifa Luthfianingsih (1503839)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

Page 2: Konsep Dan Teori Belajar

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., berkat rahmat

dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep

dan Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif”. Makalah ini dususun untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik

berupa bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis merasa bangga

untuk mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan ketidaksempurnaan dalam

makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Oktober 2015

Penulis

Page 3: Konsep Dan Teori Belajar

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

LANDASAN TEORETIS........................................................................................3

A. Teori Belajar Behavioristik.......................................................................3

1. Pengertian Belajar berdasarkan Teori Behavioristik.............................3

2. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik......................................................3

3. Tokoh-Tokoh dalam Teori Belajar Behavioristik..................................4

B. Teori Belajar Kognitif...............................................................................6

1. Pengertian Teori Belajar Kognitif.........................................................6

2. Tokoh-tokoh dalam Perkembangan Kognitif........................................6

BAB III..................................................................................................................10

PEMBAHASAN DAN HASIL DISKUSI.............................................................10

A. Analisis Mengenai Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif.................10

1. Analisis tentang Teori Belajar Behavioristik.......................................10

2. Pandangan Dewasa Ini terhadap Teori Belajar Kognitif Piaget..........12

B. Diskusi.....................................................................................................13

PENUTUP..............................................................................................................15

Page 4: Konsep Dan Teori Belajar

iii

A. Simpulan..................................................................................................15

B. Implikasi..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

Page 5: Konsep Dan Teori Belajar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dua masalah utama yang sering diperdebatkan mengenai psikologi

perkembangan. Yang pertama berhubungan dengan sejauh mana

perkembangan dapat dipengaruhi oleh pengalaman, dan yang kedua

berhubungan dengan pertanyaan apakah perkembangan berlangsung secara

bertahap.

Setiap pakar psikologi memiliki teori masing-masing. Mereka sepakat

bahwa setiap tahap perkembangan dapat diidentifikasi dan dijelaskan. Namun,

kesepakatan tersebut tidak berlanjut hingga ke detail nya. Masing-masing

berpusat pada satu aspek perkembangan yang berbeda (misalnya kognitif,

behavioral, sosioemosi, atau moral).

Hal ini menunjukkan keseragaman berfikir dan perkembangan ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu, akan lebih baik jika kita bisa mengetahui lebih

banyak tentang teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli psikologi tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan permasalahan yang

akan dibahas sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik dan teori belajar

kognitif?

2. Bagaimana implikasi teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif

terhadap pendidikan?

Page 6: Konsep Dan Teori Belajar

2

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:

1. Pengertian teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif.

2. Implikasi teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif terhadap

pendidikan.

Page 7: Konsep Dan Teori Belajar

3

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Teori Belajar Behavioristik

1. Pengertian Belajar berdasarkan Teori Behavioristik

Menurut teori belajar behavioristik, belajar adalah perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Teori

ini merupakan teori perkembangan perilaku yang dapat diukur dan diamati

yang dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Segala

rangsangan timbul dari apa yang dijelaskan oleh guru dan segala respons

adalah sesuatu yang timbul dari siswa setelah mendapat rangsangan, tetapi

behavioristik lebih menekankan bahwa suatu respons dari pelajar harus

dapat diukur dan diamati. Respon adalah reaksi yang muncul dari peserta

didik yang dapat berupa pikiran, perasaan, atau tindakan. Tetapi, hal utama

dari teori belajar behavioristik adalah rangsangan maupun respons benar-

benar harus dapat diamati dan diukur. Sedangkan perasaan dan pikiran,

sifatnya abstrak dan tidak dapat diukur. Meskipun diakui adanya

perubahan mental dalam seseorang selama proses belajar, tetapi tetap saja

faktor tersebut tidak sesuai karena tidak dapat diukur dan diamati.

2. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik

Ada beberapa ciri dari teori belajar ini, yaitu:

a. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil.

b. Bersifat mekanistis

c. Menekankan peran lingkungan

d. Mementingkan pembentukan respon

e. Menekankan pentingnya latihan, hasilnya merupakan tingkah laku

yang dapat diukur.

Behavioristik merupakan aliran psikologi yang lebih

mementingkan hal yang bersifat materialistik dan cenderung mengabaikan

Page 8: Konsep Dan Teori Belajar

4

aspek-aspek mental layaknya kecerdasan, minat, bakat, dan perasaan

individu terhadap kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dimaklumi karena

penelitian dari teori behavioristik umumnya menggunakan binatang seperti

kucing, burung merpati, tikus, dan anjing sebagai objek penelitiannya.

Selanjutnya respon oleh binatang ini diasumsikan juga akan terjadi pada

manusia dalam kondisi pembelajaran yang analog.

Para ahli behavioristik berpendapat bahwa belajar merupakan

akibat adanya interaksi stimulus dengan respon. Yang terpenting dari teori

ini adalah adanya input yang berupa stimulus dari pengajar, dan adanya

output yang berupa respon dari peserta didik.

3. Tokoh-Tokoh dalam Teori Belajar Behavioristik

3.1. Edward Lee Thorndike (Connectionism S-R Bond)

Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan proses interaksi

antara stimulus dan respon. Thorndike melakukan percobaan dengan

mempelajari kucing dalam kotak. Kucing tersebut kelaparan dan

membaui ikan yang ada di luar kotak. Lalu dia berusaha mencari cara

untuk keluar mendapatkan ikan dan dia tidak sengaja membuka palang

pintu lalu mendapatkan ikan tersebut. Percobaan yang seterusnya,

kucing itu mencakar-cakar dan menggigit palang sampai akhirnya ia

berhasil membuka pintu.

Hukum Efek Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang diikuti

dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti

hasil negatif akan diperlemah. Artinya belajar akan lebih bersemangat

apabila mengetahui akan mendapat hasil yang lebih baik.

Hukum Kesiapan (Law of Readiness) maknanya berimplementasi

bahwa belajar akan lebih berhasil apabila individu memiliki kesiapan

untuk melakukannya.

Hukum Latihan (Law of Exercise) menyatakan bahwa hubungan

stimulus dan respon akan semakin bertambah erat jika sering dilatih

Page 9: Konsep Dan Teori Belajar

5

dan akan semakin berkurang bila jarang dilatih. Dengan demikian,

belajar akan berhasil apabila dilakukan berulang ulang.

3.2. Ivan Petrovic Pavlop (Classical Conditioning)

Teori ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori

koneksionisme. Teori ini dilakukan dengan objek eksperimen seekor

anjing. Sebelum pengkondisian, ketika anjing melihat atau mencium

bau makanan, anjing akan mengeluarkan air liur. Apabila hanya

dibunyikan bel saja, anjing tidak akan berliur. Tetapi setelah

pengkondisian, begitu mendengar bel dan mencium bau makanan,

otomatis air liur anjing akan keluar. Lalu ketika dibunyikan bel saja

tanpa mencium bau makanan, anjing akan mengeluarkan air liur.

Kesimpulan pada percobaan ini menghasilkan teori bahwa belajar

adalah suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku

atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan mandi atau makan pada jam

tertentu, kebiasaan belajar, dan lain lain dapat terbentuk karena

pengkondisian.

3.3. B. F. Skinner (Operant Conditioning)

Teori ini berlandaskan penguatan (reinforcement) sama seperti

teori pengondisian klasik dari Pavlov. Bedanya, pada teori Pavlov

yang diberi kondisi adalah stimulusnya (S), maka pada teori ini yang

diberi kondisi ialah responnya (R).

Misalnya ketika seorang anak telah belajar dengan giat lalu dia

mendapat hasil yang memuaskan dalam ulangannya. Lalu gurunya

memberikannya penghargaan (sebagai penguatan terhadap respon)

kepada anak tesebut dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah

dengan harapan anak itu akan belajar lebih giat lagi.

Skinner dianggap sebagai pengembang teori behavioristik karena

ia mampu menjelaskan teori secara sederhana dan lebih komprehensif.

Objek penelitiannya berupa seekor tikus dan burung merpati.

Page 10: Konsep Dan Teori Belajar

6

3.4. Clark Hull

Menurut Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama

untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu,

kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis penting dan

berada di posisi utama dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga

rangsangan (stimulus) dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan

dengan kebutuhan biologis.

B. Teori Belajar Kognitif

1. Pengertian Teori Belajar Kognitif

Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih

mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini

mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara

stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh

persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan

tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian

dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi

tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses

internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-

aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan

proses berpikir yang sangat kompleks.

2. Tokoh-tokoh dalam Perkembangan Kognitif

2.1. Jean Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses

genetika, yang didasarkan atas mekanisme biologis, yaitu

perkembangan sistem saraf. Dengan bertambahnya umur, maka

susunan saraf seseorang akan semakin kompleks dan memungkinkan

kemampuannya akan semakin meningkat.

Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini

dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi

Page 11: Konsep Dan Teori Belajar

7

sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya

kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah

pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut

penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu /pribadi

serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar

individu.

Piaget menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah aktivitas anak

bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.

Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak

berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat,

tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan

sosialnya berada di antara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi

anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam

mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran

ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki

pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah

pandangannya menjadi objektif.

Proses belajar menurut Piaget sebenarnya terdiri dari tiga tahapan,

yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses

memahami pengalaman baru berdasar skema yang telah ada.

Akomodasi adalah proses mengubah skema yang ada berdasarkan

informasi baru atau pengalaman baru. Ekulibrasi, adalah proses

memulihkan keseimbangan antara pemahaman sekarang dan

pemahaman baru. (Slavin, 2011)

Teori kognitif Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau

kemampuan kognitif anak mengalami kemajuan melalui empat tahap

yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan

kemampuan dan cara mengolah informasi yang baru. (Slavin, 2011)

Tahap Perkiraan Usia Pencapaian Utama

Sensorimotor Saat lahir hingga 2 tahun Pembentukan konsep “keajekan

Page 12: Konsep Dan Teori Belajar

8

objek” dan kemajuan bertahap dari

perilaku refleks ke perilaku yang

diarahkan oleh tujuan

Praoperasi 2 hingga 7 tahun Perkembangan kemampuan

menggunakan simbol untuk

melambangkan objek di dunia ini.

Pemikiran masih terus bersifat

egosentris dan terpusat.

Operasi

konkret

7 hingga 11 tahun Perbaikan kemampuan berpikir logis.

Kemampuan baru meliputi

penggunaan perngoperasian yang

dapat dibalik. Pemikiran tidak

terpusat, dan pemecahan masalah

kurang dibatasi oleh egosentrisme.

Pemikiran abstrak tidak mungkin.

Operasi

formal

11 tahun hingga dewasa Pemikiran abstrak dan semata-mata

simbolik dimungkinkan. Masalah

dapat dipecahkan melalui penggunaan

eksperimentasi sistematik.

2.2. Vygotsky

Lev Semionovich Vygotsky adalah psikologi Rusia dan hidup

sezaman dengan Piaget. Teori Vygotsky didasarkan pada dua gagasan

utama. Pertama, dia berpendapat bahwa perkembangan intelektual

dapat dipahami dengan dasar konteks historis dan budaya yang dialami

anak-anak. Kedua, dia meyakini bahwa perkembangan bergantung

pada sistem tanda yang ada pada diri masing-masing saat mereka

tumbuh; simbol-simbol yang diciptakan budaya untuk membantu

orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah. Sama

seperti pendapat Piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perolehan

sistem tanda ini terjadi berdasarkan tahapan-tahapan yang sama untuk

semua anak. (Slavin, 2011)

Page 13: Konsep Dan Teori Belajar

9

Dalam padangan Vygotsky, pembelajaran mendahului

perkembangan. Perkembangan melibatkan pengaturan diri (self-

regulation) yang merupakan suatu proses menghayati tanda-tanda

sehingga mampu berpikir dan memcahkan masalah tanpa bantuan

orang lain.

Tahapan pertama adalah mempelajari bahwa tindakan dan suara

mempunyai makna. Tahap kedua melibatkan praktik. Tahap terakhir

adalah melibatkan penggunaan tanda untuk berpikir dan memecahkan

masalah.

Teori-teori Vygotsky mendukung penggunaan strategi

pembelajaran kooperatif yang memungkinkan anak-anak untuk bekerja

sama satu sama lain (Slavin, Hurley & Chamberlain, 2003). Selain itu,

pembelajaran kooperatif memungkinkan mereka untuk saling

memahami tentang proses penalaran satu sama lain.

Teori ini mempunyai dua implikasi utama. Pertama, menyusun

rencana pembelajaran kooperatif di antara kelompok-kelompok siswa

yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda. Kedua, pendekatan

dengan cara menekankan pentangggaan. Artinya, siswa dibantu untuk

menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari sesuai dengan batas

kemampuannya.

Page 14: Konsep Dan Teori Belajar

10

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Mengenai Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif

1. Analisis tentang Teori Belajar Behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses

perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi

stimulus untuk merangsang belajar dalam berperilaku. Pendidik yang

masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan

kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil

yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-

bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang

komplek. (Paul, 1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para

pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinner lah yang paling

besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.

Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran

berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak

pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor

penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang

menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik

memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan

pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif

(negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir

dan berimajinasi.

Page 15: Konsep Dan Teori Belajar

11

Menurut Guthrie, hukuman memegang peranan penting dalam

proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak

sependapat dengan Guthrie, yaitu:

a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat

sementara;

b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi

bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;

c. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain

(meskipun salah) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain,

hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang

kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat

negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya

terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon

yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat

negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi

semakin kuat.

Misalnya, seorang pembelajar perlu dihukum karena melakukan

kesalahan. Jika ia masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus

ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan dikurangi (bukan

malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk

memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif.

Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive

reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun

bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif

adalah mengurangi agar memperkuat respons.

Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu

menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau

hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat

diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak

Page 16: Konsep Dan Teori Belajar

12

mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam

hubungan stimulus dan respon.

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya

variasi tingkat emosi pembelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman

penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa

dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang

relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga

dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan

behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat

diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau

perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk

berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan

teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu

membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga

menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

2. Pandangan Dewasa Ini terhadap Teori Belajar Kognitif Piaget

Salah satu prinsip penting Piaget adalah bahwa perkembangan

mendahului pembelajaran (Slavin, 2011). Tetapi beberap riset yang telah

dilakukan oleh para ilmuan modern justru menunjukkan bahwa anak-anak

ternyata lebih kompeten dibandingkan dengan apa yang dipikirkan oleh

Piaget, terlebih saat pengetahuan praktis mereka ikut dinilai.

Karya Piaget yang juga dikritik adalah ini teorinya tentang “tahap”.

Peneliti sekarang banyak meragukan bahwa ada tahap-tahap

perkembangan yang memengaruhi jenis tugas kognisi. Mereka justru

berpendapat bahwa kemampuan anak-anak berkembang dengan cara yang

berbeda pada tugas yang berbeda dan pengalaman mereka juga dapat

memengaruhi kecepatan perkembangan. Sebagai contoh, mahasiswa

kemungkinan besar akan memperlihatkan kemampuannya secara

Page 17: Konsep Dan Teori Belajar

13

maksimal pada tugas yang berkaitan dengan jurusan mereka tetapi tidak

demikian dengan tugas yang lain.

B. Hasil Diskusi

Pertanyaan 1 (Syifa Putri Yudiana – kelompok 3)

Q: Pada saat pembelajaran Psikologi Pendidikan, mana yang disebut stimulus dan

mana yang disebut respon?

A: Stimulus merupakan segala hal yang diberikan oleh pendidik, sementara

respon adalah umpan balik atau reaksi yang muncul dari peserta didik. Pada mata

kuliah Psikologi Pendidikan, salah satu stimulusnya adalah pemberian tugas

membuat resume untuk setiap pertemuan. Responnya merupakan kesediaan

mahasiswa untuk mengerjakan resume dan mengumpulkannya sebagai salah satu

persiapan belajar sebelum masuk kelas.

Pertanyaan 2 (Indri Fitriani – kelompok 5)

Q: Teori belajar apakah yang berlaku di Indonesia?

A: Secara umum, teori belajar yang diterapkan dalam sistem pendidikan di

Indonesia adalah teori belajar behavioristik. Ini dikarenakan sistem pendidikan

Indonesia lebih mengutamakan perubahan perilaku siswa setelah mereka

mendapatkan pendidikan, baik itu melalui lembaga pendidikan formal, informal,

atau pun nonformal. Hal ini juga didukung dengan munculnya istilah

“pengembangan karaktek”.

Pertanyaan 3 (Azhrian Abdurrahman – kelompok 7)

Q: Bagaimana cara menyeimbangkan teori behavioristik dan kognitif?

A: teori behavioristik merupakan teori yang fokus terhadap hasil belajar (yang

berupa perubahan perilaku) dan tidak terlalu memperhatikan proses belajarnya.

Sementara itu, teori kognitif lebih berfokus pada proses belajar, bukan hasilnya.

Page 18: Konsep Dan Teori Belajar

14

Dengan demikian, sebagai seorang pendidik, kita diharuskan untuk

memperhatikan kedua hal tersebut: antara proses belajar juga hasil belajarnya.

Page 19: Konsep Dan Teori Belajar

15

PENUTUP

A. Simpulan

1. Teori belajar behavioristik merupakan teori perkembangan perilaku yang

dapat diukur dan diamati yang dihasilkan oleh respons pelajar terhadap

rangsangan.

2. Tokoh-tokoh teori belajar behavioristik di antaranya yaitu Edward Lee

Thorndike, Ivan Petrovic Pavlop, B. F. Skinner, dan Clark Hull.

3. Teori belajar kognitif menyatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan

hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang

ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang

berhubungan dengan tujuan belajarnya.

4. Tokoh-tokoh teori belajar kognitif di antaranya yaitu Jean Piaget dan

Vygotsky.

5. Setiap teori belajar memiliki implikasi masing-masing terhadap

pendidikan.

B. Implikasi

Implikasi teori behavioristik terhadap pendidikan:

1. Fokus pada hasil belajar.

2. Tidak menerapkan hukuman, tetapi menerapkan penguatan positif dan

penguatan negatif sebagai stimulus untuk merangsang belajar dalam

berperilaku.

Implikasi teori kognitif terhadap pendidikan:

1. Fokus pada pemikiran siswa, bukan hasilnya.

2. Pengakuan atas peran penting kegiatan pembelajaran melalui interaksi

langsung dengan lingkungan

3. Tidak menekankan praktik yang ditujukan untuk menjadikan siswa

berpikir seperti orang dewasa.

4. Pemahaman atas perbedaan kemajuan perkembangan masing-masing

individu.

Page 20: Konsep Dan Teori Belajar

DAFTAR PUSTAKA

Hariyanti & Suyono. (2014). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Remaja

Rosda Karya.

Mulyana. (2015). Teori belajar kognitif. [Online]. Diakses dari

https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar

behavioristik/teori-belajar-kognitif

Slavin, R.E. (2011). Psikologi pendidikan: teori dan praktik.. Jakarta: PT Indeks.

Wikipedia. (2015). Teori belajar behavioristik. [Online]. Diakses dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik

16