konsep dan manajemen nyeri dalam keperawatan

15
Konsep dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan Definisi Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini tidak berarti bahwa anak harus mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe, 1989 dikutip dari Betz & Sowden, 2002). Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita atau mencari upaya untuk menghilangkan rasa nyeri. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri merupakan sumber penyebab frustasi, baik bagi klien maupun tenaga kesehatan. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri dan mengembangkan kenyamanan.

Upload: intan-kencana

Post on 07-Aug-2015

551 views

Category:

Documents


62 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

Konsep dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

Definisi

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri

didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya

diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman

perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun

potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan

yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan

oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan

oleh orang yang mengalami nyeri dan bila yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu

ada. Definisi ini tidak berarti bahwa anak harus mengatakan bila sakit. Nyeri dapat

diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe,

1989 dikutip dari Betz & Sowden, 2002).

Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan

paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Individu yang merasakan nyeri merasa

tertekan atau menderita atau mencari upaya untuk menghilangkan rasa nyeri. Perawat tidak

dapat melihat dan merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri merupakan sumber penyebab

frustasi, baik bagi klien maupun tenaga kesehatan. Perawat menggunakan berbagai

intervensi untuk menghilangkan nyeri dan mengembangkan kenyamanan.

Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Berbagai teori keperawatan

menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian

asuhan keperawatan. Donahue (1989) meringkaskan “melalui rasa nyaman dan tindakan

memberikan kenyamanan, perawat memberikan kekuatan, hiburan, harapan, dukungan,

dorongan dan bantuan.” Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai

kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan.

Page 2: Konsep Dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman

seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut

dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam pengkajian

nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.

a. Usia

Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri

terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara

kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa

bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan

kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum

mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal

dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat.

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri

pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan

mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).

Seorang perawat harus menggunakan teknik komunikasi yang sederhana dan tepat untuk

membantu anak dalam membantu anak dalam memahami dan mendeskripsikan nyeri.

Sebagai contoh, pertanyaan kepada anak, “ Beritahu saya dimana sakitnya?” atau “apa

yang dapat saya lakukan untuk menghilangkan sakit kamu?”. Hal-hal diatas dapat

membantu mengkaji nyeri dengan tepat.

Perawat dapat menunjukkan serangkaian gambar yang melukiskan deskripsi wajah yang

berbeda, seperti tersenyum, mengerutkan dahi atau menangis. Anak-anak dapat

menunjukkan gambar yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan mereka.

b. Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara

signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin

merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus

berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang

sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993

mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan

dengan pria.

c. Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu

mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini

meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).

Page 3: Konsep Dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

Nyeri memiliki makna tersendiri pada individu dipengaruhi oleh latar belakang budayanya

(Davidhizar et all, 1997, Marrie, 2002) nyeri biasanya menghasilkan respon efektif yang

diekspresikan berdasarkan latar belakang budaya yang berbeda. Ekspresi nyeri dapat dibagi

kedalam dua kategori yaitu tenang dan emosi (Davidhizar et all, 1997, Marrie, 2002) pasien

tenang umumnya akan diam berkenaan dengan nyeri, mereka memiliki sikap dapat

menahan nyeri. Sedangkan pasien yang emosional akan berekspresi secara verbal dan

akan menunjukkan tingkah laku nyeri dengan merintih dan menangis (Marrie, 2002).

Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari budaya lain.

Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat mencakup menghindari ekspresi nyeri yang

berlebihan, seperti menangis atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar belakang

budaya yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu bahasa ketimbang

mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari satu

pasien ke pasien lain.

Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini

berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi

perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang

mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang

nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku

terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 2003).

d. Ansietas

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak

seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan

yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan

pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang

relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap

nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara

aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk

menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas

(Smeltzer & Bare, 2002).

e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri

Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin takut

individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini

mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda

sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu

tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak

adekuat. Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri

Page 4: Konsep Dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu saja menetap dan

tidak terselesaikan, seperti padda nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten.

Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman sebelumnya menunjukkan

pentingnya perawat untuk waspada terhadap pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri.

Jika nyerinya teratasi dengan tepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan

terhadap nyeri dimasa mendatang dan mampu mentoleransi nyeri dengan baik (Smeltzer &

Bare, 2002).

Klasifikasi Nyeri

Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya datang tiba-

tiba, umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak

ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri

akut didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga enam bulan

(Brunner & Suddarth, 1996).

Berger (1992) menyatakan bahwa nyeri akut merupakan mekanisme pertahanan yang

berlangsung kurang dari enam bulan. Secara fisiologis terjadi perubahan denyut jantung,

frekuensi nafas, tekanan darah, aliran darah perifer, tegangan otot, keringat pada telapak

tangan, dan perubahan ukuran pupil.

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang satu periode

waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan sering sulit untuk

diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang

diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang

berlangsung selama enam bulan atau lebih (Brunner & Suddarth, 1996 dikutip dari Smeltzer

2001).

Menurut Taylor (1993) nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti berbagai macam gangguan,

terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai setelah detik pertama dan

meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit. Nyeri ini berhubungan dengan

kerusakan jaringan, ini bersifat terus-menerus atau intermitten.

Page 5: Konsep Dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status eksistensi

SumberSebab eksternal atau penyakit dari dalam

Tidak diketahui dan pengobatan yang terlalu lama

Serangan mendadak Bisa mendadak, berkembang atau terselubung

Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai bertahun-tahun

Pernyataan nyeriDaerah nyeri tidak diketahui secara pasti

Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya, sehingga sulit dievaluasi(perubahan perasaan)

Gejala-gejala klinis

Pola respon yang khas dengan gejala yang lebih jelas

Pola respon yang bervariasi dengan sedikit gejala (adaptasi)

Fisiologi Nyeri

Menurut Torrance & Serginson (1997), ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran

nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron dan sel

saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya

yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak.

Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon perubahan fisik

dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang berespon terhadap stimulus nyeri disebut

nosiseptor.

Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri

dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat

kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke otak (Torrance &

Serginson, 1997).

Menurut Smeltzer & Bare (2002) kornu dorsalis dari medula spinalis dapat dianggap sebagai

tempat memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan serabut traktus sensori

asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem neural desenden dan

traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah dan bagian

tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks serebri.

Page 6: Konsep Dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus diaktifkan.

Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ

internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang ketika diaktifkan,

menghambat atau memutuskan taransmisi informasi yang menyakitkan atau yang

menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area ini disebut “gerbang”.

Kecendrungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua input yang menyakitkan dari

perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika

kecendrungan ini berlalu tanpa perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan menutup

gerbang. Stimulasi dari neuron inhibitor sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri

dan mencegah transmisi sensasi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).

Teori gerbang kendali nyeri merupakan proses dimana terjadi interaksi antara stimulus nyeri

dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim sensasi tidak nyeri memblok transmisi

impuls nyeri melalui sirkuit gerbang penghambat. Sel-sel inhibitor dalam kornu dorsalis

medula spinalis mengandung eukafalin yang menghambat transmisi nyeri (Wall, 1978

dikutip dari Smeltzer & Bare, 2002).

Pengkajian Nyeri

Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri

dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda

(Tamsuri, 2007).

1. Face Pain Rating Scale

Menurut Wong dan Baker (1998) pengukuran skala nyeri untuk anak usia pra sekolah dan

sekolah, pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6

wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang

menangis untuk “nyeri berat”.

Page 7: Konsep Dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

2. Word Grapic Rating Scale

Menggunakan deskripsi kata untuk menggambarkan intensitas nyeri, biasanya dipakai untuk

anak 4-17 tahun (Testler & Other, 1993; Van Cleve & Savendra, 1993 dikutip dari Wong &

Whaleys, 1996).

3. Skala intensitas nyeri numerik

Perawat dapat

menanyakan kepada klien tentang nilai nyerinya dengan menggunakan skala 0 sampai 10

atau skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas

nyerinya. Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi nyeri untuk mengevaluasi keefektifannya (Mc Kinney et al, 2000). Jika

klien mengerti dalam penggunaan skala dan dapat menjawabnya serta gambaran-gambaran

yang diungkapkan atau ditunjukkan tersebut diseleksi dengan hati-hati, setiap instrumen

tersebut dapat menjadi valid dan dapat dipercaya (Gracely & Wolskee,1983; Houdede,

1982; Sriwatanakul, Kelvie & Lasagna, 1982 dikutip oleh Jacox, et al, 1994).

Manajemen nyeri

Adapun macam penanganan nyeri :

Tindakan Farmakologis : Analgesik Narkotik, Analgesik Lokal, Analgesik yang dikontrol

klien, Obat – obat nonsteroid.

Tindakan non-farmakologi:

a. Distraksi adalah teknis memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri

(Brunner & Suddarth, 1996). Distraksi diduga dapat menurunkan nyeri, menurunkan

persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desendens, yang mengakibatkan

lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi

tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori

selain nyeri (Brunner & Suddarth, 1996).

Page 8: Konsep Dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

Distraksi dapat berkisar dari hanya pencegahan menoton sampai menggunakan

aktivitas fisik dan mental yang sangat kompleks. Kunjungan dari keluarga dan teman-

teman sangat efektif dalam meredakan nyeri. Orang lain mungkin akan mendapatkan

peredaan nyeri melalui permainan dan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi. Tidak

semua pasien mencapai peredaan nyeri melalui distraksi, terutama mereka yang

mengalami nyeri hebat. Dengan nyeri hebat klien mungkin tidak dapat berkonsentrasi

cukup baik untuk ikut serta dalam aktivitas mental atau fisik yang kompleks (Smeltzer &

Bare, 2002).

Menurut Taylor (1997), cara-cara yang dapat digunakan pada teknik distraksi antara

lain: (1) penglihatan: membaca, melihat pemendangan dan gambar, menonton TV, (2)

pendengaran: mendengarkan musik, suara burung, gemercik air, (3) taktil kinestik:

memegang orang tercinta, binatang peliharaan atau mainan, pernafasan yang berirama,

(4) projek: permainan yang menarik, puzzle, kartu, menulis cerita, mengisi teka-teki

silang.

b. Guided Imagery

Rank (2011) menyatakan guided imagery merupakan teknik perilaku kognitif dimana

seseorang dipandu untuk membayangkan kondisi yang santai atau tentang

pengalaman yang menyenangkan. Guided imagery dapat berfungsi sebagai pengalih

perhatian dari stimulus yang menyakitkan dengan demikian dapat mengurangi

respon nyeri (Jacobson, 2006). Mekanisme imajinasi positif dapat melemahkan

psikoneuroimmunologi yang mempengaruhi respon stres, selain itu dapat

melepaskan endorphin yang melemahkan respon rasa sakit dan dapat mengurangi

rasa sakit atau meningkatkan ambang nyeri (Hart, 2008).

c. Relaksasi

Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri

kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen,

frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan

siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1989). Ada tiga hal utama yang

diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang tepat, pikiran beristirahat, lingkungan

yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh

disokong. Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara. Perlahan-

lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan

dan merasakan betapa nyaman hal tersebut. Pasien bernapas beberapa kali dengan

irama normal. Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan

membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien untuk

Page 9: Konsep Dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat

Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan perut,

punggung dan kelompok otot-otot yang lain. Setelah pasien merasa rileks, pasien

dianjurkan bernapas secara pelan-pelan. Bila nyeri menjadi hebat, pasien dapat

bernapas dangkal dan cepat. Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan

memberikan beberapa keuntungan, antara lain :

1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress

2. Menurunkan nyeri otot

3. Menolong individu untuk melupakan nyeri

4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur

5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain

6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

d. Kompres Hangat

Kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan

melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi

ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi,

dan meredakan Vasokongesti pelvis ( Bobak, 2005). Menurut Perry & Potter (2005),

prinsip kerja kompres hangat dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus

kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari bulibuli ke dalam

tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi

penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau

hilang. Menurut Price & Wilson (2005), cara ini efektif untuk mengurangi nyeri atau

kejang otot. Prinsip kerja kompres hangat dengan menggunakan buli-buli panas yang di

bungkus kain dengan cara pemindahan secara konduksi dimana terjadi pemindahan

panas dari buli-buli kedalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh

dara yang akan menurunkan ketegangan

otot dan meningkatkan aliran darah.

Page 10: Konsep Dan Manajemen Nyeri Dalam Keperawatan

Daftar Pustaka

Academy For Guided Imagery. (2011). Diakses pada tanggal 23 November 2012 dari

http://www.academyforguidedimagery.com/whatisguidedimagery/index.html

Gottsegen D .(2011). Hypnosis for Fungtional Abdominal Pain. diakses pada tanggal 23

2012 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed

Helms, J.E., & Barone, C.P. (2008). Physiology and treatment of pain. Critical care nurse, 28

(6), 38-48.

Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta : Graha Ilmu

Suwardana, Swasri, Suryaning, 1998. Perbedaan Kompres dingin dengan kompres Hangat

dalam menurunkan suhu Tubuh klien Infeksi di Pusat Pelayanan Kesehatan Denpasar. Dep

Kes RI. Pusat Tenaga Kesehatan.

Wahyuni, N.S., & Nurhidayat, S. (2008). Efektifitas pemberian kompres terhadap penurunan

nyeri phlebitis akibat pemasangan intravena line. Fenomena, 5(2).