asuhan keperawatan nyeri

49
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI ABDOMEN LBM 6 Ners A bekerja di UGD, melakukan pengkajian terhadap pasien yang datang dengan keluhan nyeri di daerah abdomen, nyeri hilang timbul, menurut klien neyri berada pada skala 6. Dan hasil pengkajian ners A mendapatkan eberapa masalah keperawatan dan merencanakan tindakan yang akan dilakukan. Saat nyeri timbul ners A menganjurkan pasien untuk melakukan tehnik napas dalam dan klien menyatakan nyeri sudah berkurang hingga skala 4. Key Word Nyeri abdomen, nyeri hilang timbul, skala nyeri 6, tehnik napas dalam, tehnik relaksasi, pengkajian perawatan, perencanaan dan evaluasi Pertanyaan 1. Apakah yang dimaksud dengan nyeri dan nyeri abdomen 2. Bagaimana tipe nyeri berdasarkan durasi dan lamanya. 3. Jelaskan tipe nyeri berdasarkan intensitas 4. Jelaskan tipe nyeri berdasarkan transmisi 5. Bagaimanakah tipe nyeri berdasarkan sumbernya. 6. Apakah penyebab nyeri. 7. Bagaimana proses nyeri abdomen 1

Upload: wahyu-mg

Post on 23-Jun-2015

10.571 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

ASUHAN KEPERAWATAN

NYERI ABDOMEN

LBM 6

Ners A bekerja di UGD, melakukan pengkajian terhadap pasien yang datang dengan

keluhan nyeri di daerah abdomen, nyeri hilang timbul, menurut klien neyri berada pada

skala 6. Dan hasil pengkajian ners A mendapatkan eberapa masalah keperawatan dan

merencanakan tindakan yang akan dilakukan. Saat nyeri timbul ners A menganjurkan

pasien untuk melakukan tehnik napas dalam dan klien menyatakan nyeri sudah

berkurang hingga skala 4.

Key Word

Nyeri abdomen, nyeri hilang timbul, skala nyeri 6, tehnik napas dalam, tehnik relaksasi,

pengkajian perawatan, perencanaan dan evaluasi

Pertanyaan

1. Apakah yang dimaksud dengan nyeri dan nyeri abdomen

2. Bagaimana tipe nyeri berdasarkan durasi dan lamanya.

3. Jelaskan tipe nyeri berdasarkan intensitas

4. Jelaskan tipe nyeri berdasarkan transmisi

5. Bagaimanakah tipe nyeri berdasarkan sumbernya.

6. Apakah penyebab nyeri.

7. Bagaimana proses nyeri abdomen

8. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi respon dan persepsi nyeri.

9. Sebut dan jelaskan teori-teori nyeri

10. Bagaimanakah mekanisme nyeri abdomen

11. Dasar-dasar penatalaksanaan nyeri

12. Uraikan tindakan untyuk mengatasi nyeri

13. Uraikan proses keperawatan

14. Bagaimanakah asuhan keperawatan nyeri abdomen yang benar

1

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

1. Konsep dasar nyeri

a. Definisi nyeri

Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak

menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial

atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. (Potter

& Perry, 2005).

Definisi lain nyeri adalah pengalaman subjektif, sangat pribadi dipengaruhi oleh

pendidikan, budaya, makna situasi dan kognitif ( menurut Bonica dan Melzack,

1987).

b. Tipe nyeri berdasarkan durasi dan lamanya

Nyeri biasanya dibedakan menjadi dua tipe besar yaitu nyeri akut dan nyeri

kronis. Keduanya bisa dibedakan dari onset, durasi dan penyebab nyeri.

1) Nyeri akut

Nyeri akut terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah dan

memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan

sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat (Meinhart dan Mc

Caffery, 1983, NIH 1986 dalam Potter and Perry, 1997).

Menurut Bonica tahun 1987, nyeri akut sebagai kumpulan pengalaman yang

tidak menyenangkan yang berkaitan dengan sensori, persepsi dan emosi

serta berkaitan dengan respon autonomi, emosional dan perilaku.

Nyeri akut biasanya peristiwa baru, tiba-tiba dan durasinya singkat. Hal ini

berkaitan dengan penyakit akut, operasi atau prosedur pengobatan atau

trauma dan rasa nyeri dapat membantu untuk menentukan lokasinya.

Karakteristik yang lain adalah rasa nyeri biasanya dapat diidentifikasi, rasa

nyerinya cepat berkurang / hilang, sifatnya jelas dan mungkin sekali untuk

berakhir / hilang.

2) Nyeri kronis

Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung lama, intensitasnya bervariasi

dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan (Mc Caffery, 1986 dalam

Potter and Perry, 1997). Pada klien dengan nyeri kronik sering mengalami

periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi

2

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

(keparahan meningkat). Sifat nyeri kronik ini tidak dapat diprediksi yang

membuat klien frustrasi dan sering mengarah pada depresi psikologis.

Nyeri kronis adalah suatu situasi atau keadaan pengalaman nyeri yang

menetap / kontinyu selama beberapa bulan / tahun setelah fase

penyembuhan dari suatu penyakit akut / injuri. Karakteristik nyeri kronis

adalah area nyeri tidak mudah diidentifikasi, intensitas nyeri sukar

diturunkan, rasa nyerinya biasanya meningkat, sifatnya kurang jelas dan

kemungkinan kecil untuk sembuh / hilang.

Nyeri kronis dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu nyeri kronis maligna

dan non maligna. Nyeri kronis maligna dapat digambarkan sebagai nyeri

yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif lainnya. Nyeri

kronis non maligna biasanya dikaitkan dengan nyeri akibat kerusakan

jaringan non progresif atau telah mengalami penyembuhan.

c. Tipe nyeri berdasarkan intensitas.

Intensitas nyeri seseorang dapat diketahui dari alat-alat pengkajian yang

digunakan. Pada deskripsi verbal tentang nyeri, individu merupakan penilai

terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk

menggambarkan dan membuat tingkatannya. Intensitas nyeri didapat diukur

dengan menggunakan skala diantaranya; skala intensitas nyeri deskriptif

sederhana, skala intensitas nyeri numerik 0-10 dan skala analog visual (VAS).

Skala dipergunakan untuk mendeskripsikan intensitas / beratnya rasa nyeri.

1) Skala intensitas nyeri deskriptif sederhana

Skala intensitas nyeri nyeri deskriptif sederhana ini menggunakan enam

gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah bahagia

hingga wajah sedih, yang dipergunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri.

Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

0Tidak ada nyeri

2Nyeri ringan

4Nyeri sedang

6Nyeri hebat

8Nyeri sangat

hebat

10Nyeri paling

hebat

2) Skala intensitas nyeri numerik 0-10

3

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan

mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, digunakan dari 0

hingga 10, nol ( 0 ) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan

sepuluh (10) , suatu nyeri yang sangat hebat.

Tidak ada nyeri Nyeri sedang Nyeri paling hebat

3) Skala analog visual (VAS)

Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebas

mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit

tidak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang. Klien diminta

menunjukkan posisi nyeri pada garis antara kedua nilai ekstrem. Bila

menunjuk tengah garis, menunjukkan nyeri sedang

I_________________________________________I

Tidak ada nyeri Nyeri sehebat yang dapat terjadi

d. Tipe nyeri berdasarkan transmisi.

1) Reseptor nyeri (nosiseptor)

Nosiseptor adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada

stimulus yang kuat, secara potensial merusak. Stimuli tersebut sifatnya

mekanik, termal, kimia. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang

kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada

kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, se-sel mast,

folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimulasi serabut ini menimbulkan

pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi.

Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh

dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebrata sistem saraf dan

dengan organ internal yang lebih besar. Sebagai akibat hubungan antara

serabut saraf ini, nyeri sering disertai dengan efek vasomotor, otonom dan

viseral. Meski aktivasi yang kuat dari serabut reseptor nyeri pada kulit yang

4

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

akan menyebabkan hubungan viseral dari serabut yang sama, hal sebaliknya

juga terjadi. Stimulasi kuat pada cabang viseral dapat menyebabkan

vasodilatasi dan nyeri pada area tubuh yang berkaitan denga serabut

tersebut. Hasiln ya disebut nyeri alih.

2) Mediator kimia dari nyeri.

Sejumlah substansi yang mempengaruhi sensitivitas ujungf-ujung saraf atau

reseptor nyeri dilepaskan kejaringan ekstraseluler sebagai akibat dari

kerusakan jaringan. Zat kimia yang meningkatkan transmisi atau persepsi

nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan prostaglandin.

Prostaglandin adalah zat kimia yang diduga dapat meningkatkan sensitivitas

reseptor nyeri dengan meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari

bradikinin. Endorfin dan enkefalin adalah substansi lain dalam tubuh yang

berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri. Endorfin dan enkefalin

adalah zat kimia endogen yang terstruktur serupa dengan opioid. Serabut

interneural inhibitori yang mengandung enkefalin terutama diaktifkan

melalui aktivitas dari serabut perifer nosiseptor, pada tempat yang sama

dengan reseptor nyeri atau nosiseptor dan serabut desenden, berkumpul

bersama dalam suatu sistem yang disebut descending control.

Keberadaan endorfin dan enkefalin membantu menjelaskan bagaimana

orang orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda dari

stimuli neyeri yang sama. Kadar endorfin beragam diantara individu seperti

tingkat ansietas seseorang yang mempengaruhi kadar endorfin. Individu

dengan endorfin yang banyak lebih sedikit merasakan nyeri dan mereka

dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.

Beberapa tehnik mungkin efektif dalam meredakan nyeri, paling tidak

sebagian karena tehnik tersebut menyebabkan pelepasan endorfin.

Transcutaneus electric nerve stimulation (TENS) dapat menstimulasi

pelepasan endorfin, seperti penggunaan plasebo, dimana pasien berfikir

pengobatannya bekerja meskipun hal tersebut tidak ada hasilnya. Metode

pereda nyeri lainnya seperti imaginasi terbimbing, dapat membantu pasien

melepaskan endorfin.

e. Tipe nyeri berdasarkan sumber.

5

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Rasa nyeri dapat timbul dalam berbagai modalitas bergantung pada letak

reseptor

1) Nyeri somatik superfisial (nyeri kulit)

Rangsang yang dapat menimbulkan rasa nyeri kulit adalah rangsang

nosiseptif yaitu rangsang yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.

Rangsang dapat berupa rangsang mekanis, listrik, termal atau kimia.

Nyeri kulit biasanya dirasakan sebagai sensasi yang datang berurutan.

Pertama terasa sebagai rasa yang tajam, lokasi rangsang dapat ditunjukkan

dengan tepat, sensasi yang terasa dapat dijelaskan sesuai dengan rangsang

yang diberikan dan segera hilang bila rangsang dihentikan. Rasa nyeri yang

segera terasa pada saat rangsang diberikan ini disebut fast pain / initial pain/

nyeri primer. Kemudian disusul dengan nyeri yang tumpul, lokasi rangsang

tidak dapat ditunjukkan dengan tepat, sensasi rasa kurang dapat diuraikan

dengan jelas. Biasanya terasa sebagai rasa panas, menusuk yang sifatnya

difus. Sensasi tetap terasa beberapa saat sesudah rangsang dihentikan. Nyeri

susulan ini disebut slow pain / delayed pain / nyeri sekunder.

Pada beberapa keadaan patologis tertentu kulit, kepekaan reseptor nyeri

dapat berubah yang menimbulkan hiperalgesia yaitu;

a) Hiperalgesia primer bersifat setempat, pada daerah luka atau radang,

ambang reseptor menurun. Disebabkan oleh lepasnya histamin, dapat

terasa sampai berhari-hari.

b) Hiperalgesia sekunder, disebabkan oleh rangsangan nosiseptif yang kuat

dan cukup lama yang menyebabkan impuls menyebar dari daerah

rangsang baik secara horizontal maupun vertikal. Reseptor nyeri sekitar

daerah luka akan terangsang.

2) Nyeri somatik dalam

Reseptor terdapat pada sendi, otot, tendon dan fascia. Agak sukar

melokalisasi tempat asal nyeri somatik dalam karena dermatom kulit yang

ada tepat diatas sklerotom tempat asal nyeri somatik dalam, tidak disarafi

saraf spinal yang sama dengan sklerotom tersebut. Sensasi nyeri yang terasa

umumnya adalah nyeri tumpul yang sering disertai rasa mual. Hal tersebut

menunjukkan adanya keterlibatan sistem saraf otonom. Rasa nyeri somatik

6

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

dalam cenderung menyebar, sehingga lebih sukar lagi untuk menentukan

tempat asal nyeri. Rangsangan adekuat untuk membangkitkan nyeri somatik

dalam adalah rangsangan mekanik tarikan atau kimia.

Iskemia otot yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah menyebabkan

tertumpuknya asam laktat yang merangsang reseptor rasa nyeri somatik

dalam. Spasme otot menyebabkan tarikan cukup kuat dan dalam pada

tendon.

3) Nyeri viseral

Lokasi tempat asal nyeri viseral sukar ditentukan karena jumlah reseptornya

hanya sedikit. Sering disertai keterlibatan sistem saraf otonomdengn adanya

rasa mual, berkeringat dan perubahan tekanan darah. Rangsang adekuatnya

adalah regangan, spasme atau kerutan yang berlebihan pada otot polos,

iskemia dan kimiawi. Biasanya nyeri viseral juga disertai kerutan otot

rangka yang ada didekat viseral yang terkena. Hal tersebut bertujuan untuk

melindungi viseral yang sedang menderita nyeri.

4) Nyeri alih

Sensasi nyeri atau rasa nyeri somatik dalam atau rasa nyeri viseral yang

terasa didaerah somatik superfisial. Nyeri viseral mempunyai letak nyeri

alih yang khas untuk tiap viseral yang terkena. Beberapa teori tentang

terjadinya nyeri alih adalah;

a) Teori dermatom

Nyeri alih terasa pada kulit yang berasal dari dermatom yang sama

dengan alat viseral yang terkena. Misalnya nyeri jantung dialihkan ke

lengan.

b) Teori konvergensi

Traktus spinotalamikus lateralis adalah tempat berkumpulnya serat-serat

sensori nyeri, baik dari somatik maupun dari viseral, yang akan berakhir

di thalamus dan kemudian di relay oleh thalamus ke kortek

somatosensorik. Karena impuls nyeri somatik lebih sering terjadi

daripada impuls nyeri viseral, maka korteks somatosensorik seolah lebih

mengenal nyeri somatik dari pada nyeri viseral. Karena itu nyeri viseral

sering diinterpretasikan sebagai nyeri oleh korteks.

7

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

c) Teori fasilitasi

Impuls nyeri viseral dikatakan merendahkan ambang rangsang neuro

traktus spinothalamikus, yang menerima sinaps dari serat aferen

somatik. Fasilitas tersebut dengan adanya cabang serat aferen visera

yang bersinap di neuron traktus spinothalamikus tersebut dan

menimbulkan excitatory post synaptic potential (EPSP). Dengan

demikian neuron-neuron traktus spinothalamikus lateralis yang

menerima sinaps ganda tersebut sangat mudah untuk terbangkit oleh

impuls lemah dari aferen nyeri somatik, pada keadaan biasa tidak

terbangkit oleh impuls lemah tersebut.

f. Tipe nyeri berdasarkan penyebab.

Berdasarkan penyebab, nyeri dapat disebabkan oleh rangsang mekanis (tusuk,

tembak, potong), listrik, termal (panas) atau kimia.

g. Proses terjadinya nyeri.

Nosiseptor yang diterima reseptor-reseptor di kulit, pembuluh darah, visera,

muskuloskletal dan lain-lain, dapat digambarkan sebagai berikut: adanya

stimulasi yang diterima reseptor kemudian diteruskan menuju korteks. Dari

korteks ini kemudian diteruskan menuju thalamus di otak dan diteruskan

menuju medulla spinalis, yang selanjutnya di teruskan ke saraf tepi sehingga

ada reaksi emosi, psikis dan motorik tanpa ada modulasi, sedangkan dalam

perjalanan hanya kesan sensorik yang dipersepsikan

h. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon dan persepsi nyeri.

Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami

intensitas nyeri yang sama. Suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada

suatu waktu, tetapi tidak pada waktu lain. Faktor-faktor tersebut dapat

meningkatkan atau menurunkan sensitifitas komponen yang berbeda dari sistem

nosiseptif. Adapun hal-hal yang dapat mempengruhi respon dan persepsi nyeri

adalah;

1) Usia

8

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Pada anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami prosedur

tindakan yang menyebabkan nyeri. Anak kecil yang belum dapat

mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan

secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas

kesehatan. Secara kognitif anak usia todler dan pra sekolah tidak mampu

mengingat penjelasan tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai

pengalaman yang dapat terjadi diberbagai situasi.

Pada lansia memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan nyeri dan

dapat mengalami komplikasi dengan keberadaan berbagai penyakitdisertai

gejala samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama. Tidak

semua lansia mengalami gangguan kognitif. Namun, ketika seorang lansia

mengalami bingung, maka ia akan mengalami kesulitan untuk mengingat

pengalaman nyeri dan memberi penjelasan yang rinci.

2) Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam respon

terhadap nyeri (Gil, 1990 dalam Potter and Perry, 1997).

3) Kebudayaan

Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu

yang alamiah. Kebudayaan yang lain cenderung untuk melatih perilaku

yang tertutup. Clancy dan Mc Vicar (1992), menyatakan bahwa sosialisasi

budaya menentukan perilaku psikologis seseorang.

4) Makna nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman

nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Indicidu akan

mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda, apabila nyeri

tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan

tantangan. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan

dengan makna nyeri.

5) Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan

9

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan

dengan respon nyeri yang menurun (Gil, 1990 dalam Potter and Perry,

1997).

6) Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali

meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu

perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan

ansietas (Gil, 1990 dalam Potter and Perry, 1997).

7) Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan

sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini

dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit

dalam waktu lama.

8) Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri

sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima

nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu

sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah

sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka ansietas atau rasa takut dapat

muncul. Apabila individu tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi

pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.

9) Gaya koping

Individu yang memiliki lokus kendali internal mempersepsikan diri mereka

sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka dan hasil

akhir dari suatu peristiwa, seperti nyeri (Gil, 1990 dalam Potter and Perry,

1997). Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal,

mempersepsikan faktor-faktor lain didalam lingkungan mereka.

10) Dukungan keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan

10

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

perlindungan. Walaupun nyeri tetap dirasakan, kehadiran orang yang

dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

2. Teori-teori tentang nyeri

a. Teori spesifikasi

Teori yang mengemukakan bahwa reseptor dikhususkan untuk menerima suatu

stimulus yang spesifik, yang selanjutnya dihantarkan melalui serabut A delta

dan serabut C di perifer dan traktus spinothalamikus anterolateralis di medulla

spinalis menuju ke pusat nyeri di thalamus. Teori ini tidak mengemukakan

komponen psikologis.

Serat nyeri memasuki medula spinalis melalui radiks dorsalis, naik turun satu

sampai dua segmen, lalu berakhir pada neuron didalam kornu dorsalis

substansia grisea medula spinalis, serat tipe Aᵟ didalam lamina I dan V serta

serat tipe C didalam lamina II-III, suatu area yang juga dinamai substansia

gelatinosa. Kemudian bagian terbesar dari isyarat ini melintasi satu atau lebih

neuron tambahan berserat pendek, akhirnya memasuki serat panjang yang

segera menyeberang ke sisi medula spinalis berlawanan dan naik ke otak melalu

traktus spinothalamikus anterolateralis. Ketika lintasan nyeri masuk kedalam

otak, mereka terpisah menjadi dua lintasan tersendiri; lintasan nyeri tusuk

hampir seluruhnya terdiri atas serabut kecil jenis A delta dan lintasan nyeri

terbakar hampir seluruhnya terdiri atas serabut C yang lambat.

b. Teori pola

Teori ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri adalah pola informasi

sensoris. Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu stimulus timbul

pada tingkat saraf perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola aksi potensial

tertentu. Pola aksi potensial untuk nyeri berbeda dengan pola untuk rasa

sentuhan.

Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat oleh dua sistem serat. Satu

sistem nosiseptor terbentuk oleh serat-serat Aᵟ kecil bermielin, yang satunya

terdiri atas serat C tak bermielin. Kedua kelompok serat ini berakhir ditanduk

dorsal; serat A berakhir di neuro-neuron lamina I dan V sementara serat C akar

dorsal berakhir di neuron di lamina I dan II. Sebagian akson neuron tanduk

11

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

dorsal berakhir di medula spinalis dan batang otak, yang lain masuk ke sistem

anterolateral, termasuk traktus spinothalamikus lateral. Rangsang nyeri

mengaktifkan 3 daerah korteks: SI, SII dan girus singuli di sisi korteks yang

berlawanan dengan rangsangan. Girus singuli berperan dalam emosi dan

girektomi singuli dilaporkan mengurangi stres yang timbul karena nyeri kronik.

Serat sensorik Aβ yang menyalurkan impuls dari reseptor sentuh ke susunan

saraf pusat, dan sebagian impuls sentuh juga dihantarkan melalui serat C.

Informasi rasa sentuh disalurkan baik melaui jalur lemniskus maupun jalur

anterolateral, sehingga hanya lesi yang sangat luas saja yang dapat

menghilangkan sama sekali sensasi sentuh. Namun terdapat perbedaan jenis

informasi sentuh yang disalurkan di kedua sistem tersebut. Apabila kolumna

dorsalis dirusak, sensasi getaran dan propriosepsi berkurang, ambang rasa

sentuh meningkat dan jumlah daerah peka sentuh dikulit berkurang, selain itu

lokalisasi sensasi sentuh terganggu.

c. Teori kontrol pintu gerbang (gate control)

Teori gate control menurut Melzack and Wall tahun 1965, mengusulkan bahwa

impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan

disepanjang sistem saraf pusat. Mekanisme pertahanan dapat ditemukan di sel-

sel gelatinosa substansia didalam kornu dorsalis pada medula spinalis thalamus

dan sistem limbik (Clancy dan Mc Vicar, 1992 dalam Potter and Perry 1997).

Konsep dasarnya menggabungkan teori spesifik dan teori pola ditambah dengan

interaksi antara aferen perifer dan sistem modulasi yang berbeda di medulla

spinalis (subtansia gelatinosa). Selain itu juga mengemukakan sistem modulasi

desenden (dari pusat ke perifer). Menurut teori ini, aferen terdiri dari dua

kelompok serabut, yaitu kelompok yang berdiameter besar (Aβ) dan serabut

berdiameter kecil (Aᵟ dan C). Kedua kelompok aferen ini berinteraksi dengan

substansia gelatinosa ini berfungsi sebagai modulator (gerbang kontrol)

terhadap Aβ, Aᵟ dan C. Apabila substansia gelatinosa (SG) aktif, gerbang akan

menutup. Sebaliknya apabila SG menurun aktivitasnya, gerbang membuka.

Aktif dan tidaknya SG tergantung pada kelompok aferen mana yang terangsang.

Apabila serabut berdiameter besar terangsang, SG menjadi aktif dan gerbang

12

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

menutup. Ini berarti bahwa rangsang yang menuju pusat melalui transitting cell

(T-cell) terhenti atau menurun. Serabut Aᵟ adalah penghantar rangsang non-

nosiseptif (bukan nyeri) misalnya sentuhan, proprioseptif. Apabila kelompok

berdiameter kecil (Aᵟ, C) terangsang, SG akan menurun aktivitasnya sehingga

gerbang membuka. Aᵟ dan C adalah serabut pembawa rangsang nosiseptif,

sehingga kalau serabut ini terangsang, gerbang akan membuka dan rangsang

nyeri akan diteruskan ke pusat.

3. Mekanisme nyeri sebagai gejala atau kelainan organ-organ di rongga perut

a. Macam-macam reseptor tertentu, stimulus yang adekuat untuk rasa nyeri dan

Proyeksi eksterna serta nyeri setempat di abdomen pada alat-alat detail rongga

perut.

1) Nyeri lambung, nyeri yang timbul di area lambung biasanya disebabkan oleh

gas yang dialihkan ke permukaan anterior dada atau area atas dari sedikit

dibawah jantung sampai dengan satu inci di bawah prosesus xifoideus. Nyeri

ini digolongkan sebagai nyeri terbakar dan merupakan nyeri dari esofagus

bawah, menyebabkan rasa terbakar yang dikenal sebagai hearthburn (rasa

terbakar uluhati.

Kebanyakan ulkus peptikum terjadi 1-2 inci pada salah satu sisi pilorus di

daerah lambung atau di dalam duodenum, dan nyeri diarea seperti itu

biasanya dialihkan kesuatu tempat di permukaan kira-kira dipertengahan

diantara umbilikus dan prosesus xifoideus. Asal nyeri ulkus hampiran pada

proses kimia, karena bila getah asam lambung tidak akan mencapai serabut

nyeri didalam lubang pilorus. Nyeri tersebut tidak timbul. Nyeri ini khas

seperti nyeri terbakar kuat.

2) Nyeri bilier dan kandung empedu, terjadi pada saluran empedu dan kandung

empedu di lokasi midepigastrium hampir tepat dengan tempat pilorus yang

disebabkan oleh ulkus peptikum. Juga area lien dan kandung empedu sering

bersifat tetap seperti nyeri ulkus, meskipun juga sering timbul nyeri.

Penyakit bilier, disamping menyebabkan nyeri pada permukaan abdomen,

sering mengalihkan ke suatu daerah kecil diujung skapula kanan. Nyeri ini

13

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

dihantarkan melalui serabut aferen simpatis memasuki segmen torakalis ke

sembilan neuron kanalis.

3) Nyeri uterus, nyeri aferen parietalis dapat dihantarkan dari uterus. Nyeri

kejang pada abdomen bawah pada sakit menstruasi dihantarkan ke neuron

aferen simpatis dan suatu operasi untuk memperbaiki nervus hipogastrika

diantara pleksus hipogastrika uterus akan mengurangi nyeri ini pada bagian

bawah atau sebaliknya.

4) Nyeri saluran kencing, serabut aferen dari ginjal memasuki medula spinalis

T10-T12. Nyeri dari ureter mencapai segmen L1. Sehingga pada penyakit

ginjal akan timbul nyeri di punggung, kurang lebih di daerah ginjal itu

sendiri. Kontraksi ureter yang hebat, seperti pada batu ureter nyeri dialihkan

kebawah sesuai dengan segmen L1, yaitu ke daerah fosa iliaka, daerah

inguinal dan testis sisi yang sama dengan letak batu ureter. Dari kandung

kencing diteruskan lewat serabut aferen para simpatis. Nyeri dari trigonum

vesikae dapat dialihkan ke ujung penis. Peritonium yang menutupi kandung

kencing disarafi oleh saraf-saraf interkostal yang bawah dan saraf L1.

5) Nyeri Usus Besar, kontaksi berlebihan dari usus besar, menimbulkan rasa

nyeri yang bersifat kolik. Rasa nyeri ini secara samar dapat dilokalisir di

daerah atas umbilikus, bawah umbilikus maupun di garis tengah. Bila

peritonium parietal terlibat dalam penyakit seperti misalnya radang usus

buntu, nyeri lokasi, hiperalgesia dan ketegangan otot dapat dijumpai di

daerah yang meradang.

b. Cara pemeriksaan fisik pada nyeri daerah perut.

Pemeriksaan fisik pada daerah perut dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi,

perkusi dan palpasi, dengan tujuan untuk mengetahui / mendapatkan kondisi

dan fungsi organ-organ pada rongga abdomen.

1) Inspeksi

Perhatikan bentuk dan keadaan secara umum meliputi distensi permukaan

abdomen, adanya retraksi atau tonjolan, kesimetrisan abdomen. Perhatikan

gerakan kulit sehubungan dengan pernapasan, perhatikan pula pigmentasi,

adanya bekas luka dan adanya bendungan vena. Perhatikan keadaan

14

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

umbilikus dan daerah inguinalis untuk mengetahui apakah ada benjolan,

inflamasi dan pulsasi.

2) Auskultasi

Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran peristaltik

dan kebisingan usus serta

3) Perkusi

Adakah cairan bebas (suara pekak) atau udara (suara timpani).

4) Palpasi

Ketegangan dinding perut pada daerah hipokondrium. Hati teraba atau tidak

bila teraba bagaimana tepi, permukaan dan derajat pembesarannya. Ada

tidaknya benjolan pada daerah abdomen. Adakah penonjolan dinding perut

c. Pemeriksaan tambahan untuk mencari sumber nyeri pada kelainan alat-alat

dalam rongga perut.

Pemeriksaan tambahan yang dilakukan seperti pemeriksaan ultrasonografi

(USG) abdomen, BOF serta pemeriksaan CT scan dan MRI abdomen untuk

mendapatkan hasil pemeriksaan untuk menunjang hasil dari pemeriksaan fisik.

4. Dasar-dasar penatalaksanaan nyeri

a. Prinsip dasar intervensi keperawatan pada nyeri.

Prinsip dasar intervensi keperawatan pada nyeri meliputi

1) Mengidentifikasi tujuan dan penatalaksanaan nyeri

2) Membina hubungan perawat klien

3) Memberikan perawatan fisik

4) Mengatasi kecemasan pasien yang berhubungan dengan nyeri.

5) Melakukan intervensi farmakologis

6) Melakukan intervensi non farmakologis

7) Melakukan penyuluhan

8) Melakukan evaluasi keefektifan strategi intervensi nyeri.

b. Tindakan noninvasif untuk mengurangi nyeri dan alasannya.

15

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologis dan noninvasif yang dapat

membantu menghilangkan nyeri. Metode pereda nyeri nonfarmakologis

biasanya mempunyai risiko yang sangat rendah. Tindakan nonfarmakologis

bukan merupakan pengganti obat-obatan, tindakan tersebut mungkin diperlukan,

atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya

beberapa detik atau menit.

1) Stimulasi dan masase kutaneus

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan

pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor

tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri, tetapi

dapat mempunyai dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat

membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.

Teori gate control telah menjelaskan, bertujuan untuk menstimulasi serabut-

serabut yang menstransmisikan sensasi tidak nyeri memblok atau

menurunkan transmisi impuls nyeri.

2) Terapi es (dingin) dan panas.

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas

reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat

proses inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera

setelah terjadi cedera, (Cohen, 1989 dalam Suddart dan Brunner, 1997).

Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke

suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan

mempercepat penyembuhan. Namun penggunaan panas kering dengan

lampu pemanas tidak seefektif penggunaan es.

Diduga es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non

nosiseptor) dalam bidang reseptor yang sama seperti pada cedera.

3) Stimulasi saraf elektris transkutan / Transcutan electric nerve stimulation

(TENS)

Tens menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektrode yang

dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau

mendengung pada area nyeri. Tens digunakan baik pada menghilangkan

nyeri akut dan kronik.

16

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Tens diduga dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak

nyeri (non nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang

mentransmisi nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori nyeri gate kontrol

4) Distraksi

Distraksi mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada

nyeri, misalnya dengan cara kunjungan dari keluarga dan teman-teman

pasien. Melihat film layar lebar dengan suara surround. Tidak semua pasien

mencapai peredaan nyeri melalui distraksi

Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi

sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri

yang ditransmisikan ke otak.

5) Tehnik relaksasi

Tehnik relaksasi terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat,

berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan

dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung

dalam hati dan lambat bersama setiap ekshalasi dan inhalasi.

Relaksasi otot skletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

ketegangan otot yang menunjang nyeri.

6) Imajinasi terbimbing

Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara

khusus untuk mencapai efek positif tertentu.

Imajinasi terbimbing menyebabkan relaksasi otot dan pikiran dimana

efeknya hampir sama dengan penggunaan tehnik relaksasi dengan metode

yang berbeda.

7) Hipnosis

Tehnik ini mungkin membantu dalam memberikan peredaan nyeri terutama

dalam situasi sulit.

Mekanisme bagaimana kerjanya hiposis tidak jelas tetapi tidak jelas tetapi

tidak tampak diperantaraioleh sistem endorfin (Moret et.all, 1991 dalam

Suddart and Brunner, 1997).

c. Macam-macam obat pengurang rasa nyeri, farmakodinamika, farmakokinetika

serta efek sampingnya.

17

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

1) Opioid (narkotika)

Opioid sangat efektif untuk menghilangkan nyeri pasca operatif dan nyeri

berat lainnya.

Farmakodinamika

Opioid menimbulkan efek primernya terhadap susunan saraf pusat dan organ

yang mengandung otot polos. Opioid menimbulkan analgesia, rasa

mengantuk eforia, depresi pernapasan terkait dosis, gangguan respons

adrenokorteks terhadap stres (pada dosis tinggi), dan penurunan tahana

perifer (dilatasi arteriol dan venosa) dengan sedikit atau tanpa efek terhadap

indeks jantung. Efek terapiutik opioid pada edema paru merupakan akibat

sekunder dari peningkatan pada dasar kapasitansi. Efek konstipasi opioid

timbul akibat induksi dari kontraksi non propulsif melalui traktus gastro

intestinal. Opioid dapat menyebabkan spasme traktus biliaris dan

peningkatan tekanan duktus biliaris komunis diatas kadar pra obat. Depresi

reflek batuk adalah melalui efek langsung terhadap pusat batuk dalam

medula. Opioid mengurangi aliran darah ke otak dan tekanan intra kranial.

Dapat menimbulkan mual dan muntah dengan mengaktifasi zona pemicu

kemoreseptor. Opioid melepaskan histamin dan dapat menyebabkan pruritus

setelah pemberian oral atau sistemik. Perubahan modulasi sensorik sebagai

akibat sekunder pengikatan langsung opioid pada reseptor opiatdalam

medula oblongata dapat merupakan mekanisme terjadinya pruritus setelah

pemberian epidural / intratekal. Analgesia intra artikuler terjasi sebagai

akibat sekunder pengikatan opioid dengan reseptor opiat dalam sinovium.

Farmakokinetika

Awitan aksi; IV < 1 menit, IM 1-5 menit, SK 15-30 menit, oral 15-60 menit

dan epidural spinal 15-60 menit.

Efek puncak; IV 5-20 menit, IM 30-60 menit, SK 50-90 menit, oral 30-60

menit dan epidural / spinal 90 menit.

Lama aksi; IV, IM, SK, 2-7 jam, oral 6-12 jam dan epidural / spinal 90

menit.

Interaksi / toksisitas; efek depresi SSP dan sirkulasi dipotensiasi oleh

alkohol, sedatif, antihistamin, fenotiazin, butirofenon, inhibitor MAO dan

18

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

antidepresan trisiklik. Dapat mengurangi efek diuretik pada pasien dengan

gagal jantung kongestif. Anelgesia dipertinggi dan diperpanjang oleh agonis

alfa-2. Penambahan epineprin dan morpin intratekal / epidural menimbulkan

peningkatan efek samping dan perpanjangan blok motorik.

Efek samping

Kardiovaskuler; Hipotensi, hipertensi, bradikardi, aritmia, kekakuan dinding

dada.

Pulmoner; Bronkospame dan laringospasme.

SSP; penglihatan kabur, sinkope, euforia dan disforia.

Urinaria; retensi urine, efek anti diuretik dan spasme ureter.

Gastrointestinal; spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia, mual, muntah

dan penundaan pengosongan lambung.

Mata; miosis

Muskuloskletal; kekakuan dinding dada.

Alergi; pruritus dan urtikaria.

2) Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID)

Sangat efektif untuk menghilangkan nyeri pasca operatif dan nyeri berat

lainnya. Sangat baik digunakan pada pasien yang rentan terhadap efek

pendepresi pernapasan dari opioid atau mengalami toleransi terhadap opioid

karena penggunaan jangka panjang.

Farmakodinamika

NSAID memperlihatkan aktivitas analgesik, anti inflamasi dan anti piretika.

NSAID diduga dapat menurunkan nyeri dengan menghambat produksi

prostaglandin dari jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi, yang

menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif terhadap stimulus

menyakitkan sebelumnya. NSAID juga mempunyai suatu aksi sentral.

Pada dosis klinis tidak terdapat perubahan yang abermakna pada jantung

atau parameter hemodinamik. NSAID menghambat agregasi trombosit dan

memperpanjang masa perdarahan. NSAID ditoleransi dengan baik oleh

banyak pasien. Namun, mereka yang mengalami kerusakan fungsi ginjal

19

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

dapat membutuhkan dosis yang lebih kecil dan harus dipantau ketat terhadap

efek sampingnya.

Farmakokinetika

Awitan aksi; IV < 1 menit, IM < 10 menit dan oral < 1 jam.

Efek puncak; IV / IM / oral 1-3 jam.

Lama aksi; IV / IM / oral 3-7 jam.

Interaksi dan toksisitas; efek dipotensiasi dengan pemberian bersama

salisilat, peningkatan toksisitas litium, metotreksat. Risiko perdarahan

ditingkatkan dengan pemberian bersama dengan antikoagulan atau terapi

heparin dosis rendah. Dapat mencetuskan gagal ginjal pada pasien dengan

gangguan fungsi ginjal, gagal jantung atau disfungsi hati, pasien dengan

terapi diuretik dan manula.

Efek samping

Kardiovaskuler; vasodilatasi, pucat, angina

Pulmoner; dispnoe, asma

SSP; rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, berkeringat, depresi dan euforia.

Gastrointestinal; ulserasi, perdarahan, dispepsia, mual, muntah, diare dan

nyeri gastrointestinalis.

Dermatologi; pruritus dan urtikaria.

d. Obat-obatan yang dipakai untuk melawan rasa nyeri selain analgetika

farmakodinamika, farmakokinetika serta efek samping.

1) Plasebo

Farmakodinamika

Efeknya terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau

tindakan lain karena suatu harapan bahwa pengobatan atau tindakan tersebut

akan memberikan hasil bukan karena tindakan atau pengobatan tersebut

benar-benar bekerja.

Farmakokinetika

Efek plasebo timbul dari produksi alamiah (endogen) endorfin dalam sistem

kontrol desenden. Efek ini merupakan respon fisiologis sejati yang dapat

diputar balik oleh nalokson.

Efek samping

20

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Efek plasebo bukan suatu indikasi bahwa seseorang tidak mengalami nyeri,

sebaliknya adalah suatu respon fisiologis yang nyata. Plasebo tidak boleh

digunakan untuk menguji kejujuran seseorang tentang nyeri atau sebagai

pengobatan garis depan. Respon positif terhadap plasebo, menurunkan nyeri

jangan pernah diinterpretasikan sebagai suatu indikasi bahwa nyeri yang

dialami pasien tidak nyata.

Pasien jangan pernah diberikan suatu plasebo sebagai suatu pengganti

analgetika. Meskipun plasebo dapat menghasilkan analgetik.

5. Proses Keperawatan.

Proses perawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat

bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan

melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan

dilakukan, serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus

kepada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap terjadi ketergantungan dan

saling berhubungan.

Berdasarkan pentingnya proses perawatan maka terdapat beberapa alasan yang

menjadikan proses perawatan bermanfaat bagi pasien maupun perawat karena

proses keperawatan memiliki karakterristik atau cirri khas dalam pemecahan

masalah, adapun karakteristik dari pemecahan masalah tersebut adalah :

a. Proses keperawatan merupakan metode pemecahan masalah yang

bersifat terbuka dan fleksibel dan berkembang sesuai dengan perkembangan

zaman.

b. Proses keperawatan dapat dilakukan melalui dengan pendekatan

secara individual dari pemenuhan kebutuhan pasien.

c. Melalui proses keperawatan melalui beberapa permasalahan yang

sangat perlu direncanakan.

d. Melalui proses perawatan akan diarahkan tujuan pelayanan

keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

e. Proses perawatan itu sendiri merupakan siklus yang saling

berhubungan antara satu dengan yang lain.

f. Adanya proses perawatan penentuan masalah akan lebih cepat diatasi.

21

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Berdasarkan pandangan beberapa para ahli tentang proses keperawatan, terdapat

beberapa komponen yang dapat di simpulkan deangn melalui tahapan proses

keperawatan di antaranya:

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan

pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui

permasalahan yang ada. Pengkajian terdiri dari :

1) Pengumpulan Data

Merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat digunakan sebagai

informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan tersebut merupakan data

biologis, psikologis sosial dan spiritual dari klien, data yang berhubungan

dengan masalah klien serta tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau

yang berhubungan dengan klien seperti data keluarga klien dan lingkungan.

Dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:

a) Wawancara : melalui komunikasi untuk mendapatkan respon

dari klien dengan tatap muka

b) Observasi: Dengan mengadakan pengamatan secara visual

dengan klien.

c) Konsultasi: Dengan melakukan konsultasi kepada ahli atau

spesialis bagian yang mengalami gangguan.

d) Pemeriksaan Fisik: dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi.

e) Pemeriksaan penunjang: laboratorium serta pemeriksaan

Rontgen.

2) Validasi Data

Validasi data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang

telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subyektif dan

obyektif yang didapat dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai

normal

3) Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan terakhir dari pengkajian setelah

dilakukan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau masalah yang

22

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

mengalami gangguan yang ada dimulai dari pengkajian pola fungsi

kesehatan.

b. Diagnosa keperawatan

Merupakan keputusan klinik mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat

sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual atau

potensial (nanda 1990 )

Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi

untuk menjadi tanggung gugat perawat. Formulasi diagnosa keperawatan

adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan

masalah karena melalui identifikasi masalah dapat di gambarkan berbagai

masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan.

Dalam penulisan pernyataan diagnosa keperawatan meliputi tiga komponen

yaitu, komponen P (problem), komponen E (etiologi) S (simptom) atau

dikenal dengan batasan karakteristik. Dengan demikian cara membuat

diagnosa keperawatan adalah dengan menentukan masalah keperawatan yang

terjadi, kemudian mencari penyebab dari masalah yang ada.

Katagori Diagnosa keperawatan

Ada beberapa tipe diagnosa keperawatan diantaranya, aktual resiko,

kemungkinan, sehat sejahtera (wellness) dan sindrom.

1) Diagnosa keperawatan aktual.

Diagnosa keperawatan aktual menurut NANDA adalah penyajian keadaan

secara klinis yang telah dipalidasikan melalui batasan karakteristik mayor

yang di identifikasikan. Diagnosis keperawatan aktual penulisanya adalah

P + E + S

2) Diagnosa keperawatan risiko.

Menurut NANDA adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau

komunitas sangat rentan untuk mengalami masalah di bandingkan yang

lain pada situasi yang sama penulisannya adalah P E (Problem + Etiologi)

3) Diagnosa keperawatan kemungkinan.

23

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Menurut NANDA adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang

diduga masih memerlukan data tambahan, dengan harapan masih

diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama faktor resiko

4) Diagnosa keperawatan sehat sejahtera (Wellness).

Menurut NANDA diagnosa keperawatan sehat adalah ketentuan klinis

mengenai individu kelompok atau masyarakat dalam transisi dari tingkat

kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik

5) Diagnosa keperawatan sindrom

Menurut NANDA diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa

keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual

atau resiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau

situasi tertentu.

c. Perencanaan

Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang

dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah

klien

Perencanaan ini merupakan langkah ke 3 dalam membuat suatu proses

keperawatan, pada tahap perencanaan dapat dilaksanakan dengan berbagai

kegiatan sebagai berikut

1) Menentukan prioritas diagnosa

Penentuan prioritas diagnosa ini dilakukan pada tahap perencanaan

setelah tahap diagnosa keperawatan, dengan menentukan diagnosa

keperawatan maka dapat diketahui diagnosa mana yang akan dilakukan

atau diatasi pertama kali.

a) Prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)

b) Prioritas berdasarkan kebutuhan menurut Maslow

2) Menentukan tujuan dan hasil yang diharapkan.

Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah

diagnosa keperawatan dengan kata lain tujuan merupakan sinonim dari

24

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

kriteria hasil yang mempunyai komponen sebagai berikut : S (Subyek) P

(Predikat) K (Kriteria) K (Kondisi) W (Waktu) dengan penjabaran sbb:

S : Perilaku pasien yang diamati.

P : Kondisi yang melengkapi pasien.

K : Kata kerja yang dapat diukur untuk menentukan pencapaian tujuan.

K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan yang diberikan.

W : Waktu yang ingin dicapai.

Kriteria hasil yang diharapkan merupakan standar evaluasi yang

memberikan gambaran tentang faktor-faktor dan dapat memberikan

petunjuk bahwa tujuan telah tercapai, setiap kriteria hasil berhubungan

dengan tujuan yang ditetapkan

d. Pelaksanaan

Merupakan langkah ke 4 dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang

telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini

perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya bahaya fisik dan

perlindungan klien, tehnik komunikasi dalam prosedur tindakan

e. Evaluasi

Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

mekakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai

atau tidak, dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki

pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi

keperawatan.

1) Jenis Evaluasi

Evaluasi formatif, menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat

memberikan intervensi dengan respon segera.

Evaluasi sumatif, merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisa

status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan

pada tahap perencanaan. Disamping itu evaluasi juga sebagai alat ukur

suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah

tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.

S (Subyek)

25

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

O (Obyek)

A (Asessment)

P ( Planning).

2) Tujuan tercapai, tujuan dikatakan tercapai apabila telah menunjukkan

perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

3) Tujuan tercapai sebagian, tujuan dikatakan tercapai sebagian apabila

tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari

berbagai masalah atau penyebabnya.

4) Tujuan tidak tercapai, tujuan dikatakan tidak tercapai apabila tidak

menunjukkan adanya perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria

yang diharapkan.

6. Asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri abdomen

a. Pengkajian pada klien dengan nyeri abdomen

Pada saat pengkajian yang perlu diketahui adalah tanyakan lokasi dimana nyeri

dirasakan. Kapan nyeri mulai dirasakan. Bagaimana nyeri yang dirasakan,

apakah terasa tajam, tumpul, seperti terbakar, seperti tertindih benda berat Apa

yang dapat membuat nyeri menjadi lebih ringan dan menjadi lebih berat

dirasakan.

b. Penetapan diagnosa keperawatan dengan nyeri

Menurut NANDA, 2005-2006 diagnosa keperawatan pada pasien nyeri

abdomen dapat ditegakkan dua jenis yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, dengan

karakteristik sebagai berikut

1) Nyeri akut, ditegakkan pada kasus serangan mendadak atau perlahan dari

intensitas ringan sampai berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi

nyeri kurang dari 6 bulan. Batasan karakteristik untuk nyeri abdomen yaitu;

a) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal.

b) Menunjukkan kerusakan.

c) Posisi untuk mengurangi nyeri.

d) Gerakan untuk melindungi.

e) Tingkah laku berhati-hati.

26

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

f) Muka topeng.

g) Gangguan tidur.

h) Fokus pada diri sendiri.

i) Fokus menyempit.

j) Tingkah laku distraksi

k) Respon otonom.

l) Perubahan otonom dalam tonus otot.

m) Tingkah laku ekspresif.

n) Perubahan dalam nafsu makan.

Faktor yang berhubungan adalah adanya agen cedera (biologi, psikologi,

kimia dan fisik).

2) Nyeri kronis, ditegakkan pada kasus serangan mendadak atau perlahan dari

intensitas ringan sampai berat, nyeri konstan atau berulang yang tidak dapat

diantisipasi atau diprediksi kesembuhannya dengan durasi nyeri lebih dari 6

bulan. Batasan karakteristik untuk nyeri abdomen kronis yaitu;

a) Perubahan berat badan.

b) Melaporkan secara verbal atau non verbal atau menunjukkan perilaku

melindungi, perilaku berhati-hati, muka topeng, iritabilitas, fokus pada

diri sendiri, gelisan dan depresi.

c) Perubahan pola tidur.

d) Kelelahan.

e) Takut cedera kembali.

f) Interaksi dengan orang lain menurun.

g) Perubahan kemampuan dalam melanjutkan aktifitas.

h) Respon mediatik simpatik.

i) Anoreksia.

Faktor yang berhubungan adalah adanya ketidakmampuan psikososial /

fisik secara kronis.

c. Rencana keperawatan pada klien dengan nyeri abdomen.

Rencana keperawatan yang umum dilakukan pada klien dengen nyeri abdomen

adalah

Mandiri.

27

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

1) Catat keluhan nyeri klien, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (0-10).

2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

3) Catat petunjuk nyeri non verbal dan selidiki ketidak sesuaian antara

petunjuk verbal dan non verbal.

4) Berikan makanan sedikit tetapi sering sesuai indikasi untuk klien.

5) Identifikasi dan batasi makan yang menimbulkan ketidak nyamanan.

6) Bantu latihan rentang gerak aktif / pasif.

7) Ijinkan klien untuk memulai posisi yang nyaman.

8) Dorong penggunaan tehnik relaksasi misalnya; bimbingan imajinasi,

visualisasi. Berikan aktivitas senggang.

9) Berikan perawatan oral sering dan tindakan kenyamanan.

Kolaboratif

1) Pertahankan puasa / penghisapan NGT

2) Berikan dan lakukan perubahan diet.

3) Berikan rendam duduk.

4) Gunakan susu biasa dari pada susu skim, bila susu dimungkinkan.

5) Berikan obat sesuai indikasi

Pembuatan rencana keperawatan dilakukan menyesuaikan dengan data pasien

dan klinis saat itu.

d. Implementasi pada klien dengan nyeri abdomen.

Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan atau

disepakati antara pasien dengan perawat.

e. Evaluasi pada klien dengan nyeri abdomen.

Dari asuhan keperawatan terhadap masalah nyeri yang dialami pasien maka

diharapkan hasil

1) Pencapaian peredaan nyeri

a) Nilai nyeri pada intensitas yang lebih rendah setelah intervensi.

b) Nilai nyeri pada intensitas yang lebih rendah untuk periode yang lebih

panjang.

2) Pasien atau keluarga memberikan medikais analgetika yang diresepkan

secara benar.

a) Menyebutkan dosis obat dengan benar.

28

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

b) Memberikan dosis obat yang benar dengan menggunakan prosedur yang

benar.

c) Mengidentifikasi efek samping obat.

d) Menjelaskan tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengoreksi

efek samping.

3) Perawat menggunakan strategi nyeri non farmakologi sesuai yang

direkomendasikan.

a) Melaporkan praktik dari segi non farmakologis.

b) Menggambarkan hasil yang diharapkan dari strategi non farmakologi.

4) Klien melaporkan efek minimal nyeri dan efek samping minimal dari

intervensi yang meliputi

a) Berpartisipasi dalam aktivitas yang penting untuk penyembuhan.

b) Berpartisipasi dalam aktivitas yang penting untuk diri sendiri dan

keluarga.

c) Melaporkan tidur yang adekuat dan tidak ada keletihan.

29

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Referensi

Brunner and Suddarth’s, 1996. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Edisi 8 Lippincott Raven Publisher. Philadelpia USA.

Doenges. Marilynn E, et all, 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih bahasa I Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ganong. William F, 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Alih bahasa Djauhari Widjajakusumah, et all. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Guyton. Arthur C, 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit edisi 3. Alih bahasa Petrus Adrianto. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Guyton. Arthur C, 1997. Fisiologi dan Mekanisme Penyakit. Alih bahasa Petrus Adrianto. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hadinoto. Soedono et all, 1991. Nyeri dan Penatalaksanaan. Edisi 1. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hidayat. A Aziz Alimul, 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta.

Nanda, 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan 2005-2006. Definisi dan Klasifikasi. Alih bahasa Budi Santosa. Prima Medika.

Omoigui. Sota, 1997. Buku Saku Obat-Obatan Anestesia. Edisi 2. Alih bahasa R.F Maulani. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Potter. Patricia A and Perry. Anne Griffin, 1997. Fundamentals of Nursing: Concept, Process and Practice 4 edition. Mosby Year Book Inc.

Priharjo. Robert, 1993. Perawatan Nyeri, Pemenuhan Aktifitas Istirahat Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Tambayong. Jan, 1997. Farmakologi Untuk Keperawatan. Widya Medika. Jakarta.

30

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI ABDOMEN

Sebagai Persyaratan Untuk Mengikuti Ujian PraktikumM.K Ilmu Keperawatan Dasar

KELOMPOK VI

DESAK MADE PUJA ASTUTI

DESAK KETUT SUMADI

I KETUT SUDIARTA

I NYM SUKANADA

LUH PUTU ARTINI

MADE SETIAWATI

NI NYM SURATMITI

31

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

DENPASAR2008

32