konsep asuhan keperawatan jadi (pak hadi)

21
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Tumor intracranial diantaranya lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua factor, yaitu gangguan fokal karena tumor da kenaikan tekanan intracranial. 1. PENGKAJIAN Anamnesis pada tumor intracranial meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riawayat penyakit keluarga, dan pengkajian psiko-sosio- spiritual. a. Keluhan utama Hal yang sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial dan adanya gangguan fokal , seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. b. Riwayat penyakit sekarang Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang dan penurunan tingkat kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran

Upload: imamezy

Post on 19-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

konsep asuhan keperawatan syaraf

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Tumor intracranial diantaranya lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang

tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak menyebabkan gangguan

neurologis progresif. Gangguan neurologis pada tumor otak biasanya dianggap

disebabkan oleh dua factor, yaitu gangguan fokal karena tumor da kenaikan tekanan

intracranial.

1. PENGKAJIAN

Anamnesis pada tumor intracranial meliputi keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu, riawayat penyakit keluarga, dan pengkajian psiko-

sosio-spiritual.

a. Keluhan utama

Hal yang sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya

berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial dan adanya gangguan fokal ,

seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.

b. Riwayat penyakit sekarang

Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang dan penurunan tingkat

kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan pada

tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan didalam intracranial. Keluhan

perubahan prilaku juga umum terjadi. Seseuai dengan perkembangan, dapat terjadi

latergis, tidak responsive, dan koma.

c. Riwayat penyakit dahulu

Kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat ini

dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data

dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.

Page 2: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

d. Riwayat penyakat keluarga

Kaji adanya hubungan keluhan tumor intrakranial pada generasi terdahulu

e. Pengkajian psikososiospiritual

Pengkajian psikologis klien tumor intrakranial meliputi beberapa deminsi yang

memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status

emosi, kognitif, dan prilaku klien. Pengkajian mekanis koping yang digunakan klien

juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,

perubahan peran klien, serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari,

baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada

klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optomal, dan pandangan terhadap

dirinya yang salah (ganguan citra tubuh).

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan

untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri

didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak

keoperatif. Pola penangan stres, klien biasa mengalami kesulitan untuk memecahkan

masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Pola tata nilai

dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibdah spiritual karena tingkah laku

yang tidak stabil, dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

Pemeriksaan Fisik.

B1 (Breathing)

Inspeksi: Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula

oblongata didapatkan adanya kegagalan pernafasan.

Pada klien tanpa konpresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi

pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan rektil premitus seimbang

kanan dan kiri. Auskultsi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.

Page 3: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

B2 (Blood)

Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata

didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata

pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak

adanya peningkatan heart rate.

B3 (Brain)

Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisis neurologis, bergantung pada

gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial. Pengkajian B3 (Brain)

merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada

sistim lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan

pappiledema.

Pengkajian tingkat kesadaran. Kualiatas kesedaran klien merupakan parameter

yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan

pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah

indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem

digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intrakranial biasanya

berkisar pada tingkat latergi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami

koma, penilain GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan

avaluasi untuk pemantaun pemberian asuhan.

Pengkajian Fungsi Serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi

intelektual, dan lubos frontal.

Page 4: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

Status Mental. Observasi penaampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,

ekspirasi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intrakranial

tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.

Fungsi Intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik

jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung

dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu

kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.

Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan mental,

hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.

Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan dalam

keperbadian. Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau priode

ketika tingkah laku klien menjadi aneh.

Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi

argumentasi yang sulit dari perubahan dalam memberi penilaian tentang

benar dan salah. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan

motorik di dekat tumor. Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi

Jackson dan kelemhan motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung

bahwa korteks prasentralis menyebabkan kelemahan pada wajah, lidah, dan

ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan

pada kaki dan ekstrimitas bawah.

Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang

tidak mantap, sering menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri

atau yang dominan terkena,akan terlihat adanya afasia dan apraksia .

Kerusakan fungsi kognitif dan afek psikologis didapatkan jika

kerusakan telah terjadi pada lobus dan afek psikologis didapatkan jika

kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi

intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat

ditunjukkan dala lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,

Page 5: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan klien ini menghadapi masalah

frustasi dalam program rehabilitas mereka.

Psikologi lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosi yang lebih,

bermusuhan, frustrasi, dendam, dan kurang kerjasama.

Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial 1-

XII.

Saraf I. Pada klien tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi saraf

ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.

Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari

lintasan visual.

Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan

pada saraf optikus. Jika terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini

mengisyaratkan peningkatan intrakranial. Sering kali sulit untuk

menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak karena pada beberapa

individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun tekanan intrakranial

amat tinggi. Menyertai papiledema dapat terjadi gangguan penglihatan,

termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat ketika

penglihatan berkurang).

Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf

VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma.

Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf

trigeminus, tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang

menekan saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral.

Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot

wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.

Saraf VIII. Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus

temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin

Page 6: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang

berbatasan.

Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan

membuka mulut.

Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidonastoideus dan trapezius.

Saraf XII. Lidah simestris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra

pengecapan normal.

Pengkajian Sistem Motorik. Keseimbangan dan koordinasi, lesi serebelum

mengakibatkan gangguan pergerakan. Gangguan ini bervariasi, bergantung pada

ukuran dan lokasi spesifik tumor dalam serebelum. Gangguan yang paling sering

dijumpai yang kurang mencolok tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan

tumor serebelum adalah hipotonia (tidak adanya resistensi normal terhadap

regangan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya) dan

hiperekstensibilitas sendi. Gangguan dalam koordinasi berpakaian merupakan ciri

khas pada klien dengan tumor pada lobus temporalis.

Pengkajian Refleks. Gerakan involunter: pada lesi tertentu yang

memberikan tekanan pada area fokal kortikal tertentu, biasanya menyebabkan

kejang umum, terutama pada tumor lobus oksipital.

Pengkajian Sistem Sensorik. Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum

yang paling sering dijumpai pada klien tumor otak. Nyeri dapat digambarkan

bersifat dalam, terus-menerus, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling

hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya

meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau mengejan

pada waktu buang air besar. Nyeri kepala sedikit berkurang jika diberi aspirin dan

kompres dingin pada tempat yang sakit. Nyeri kepala yang dihubungkan dengan

tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka-nyeri dalam

rongga intrakranial.

Page 7: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

Lokasi nyeri kepala cukup bernilai oleh karena sepertiga dari nyeri kepala ini

terjadi pada tempat tumor sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat atau di

atas motor.

Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada tumor fosa posterior.

Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan nyeri kepala frontal. Jika

keluhan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh maka nilai lokasinya kecil dan pada

umumnya menunjukkan pergeseran ekstensif kandungan intrakranial yang

meningkatkan tekanan intrakranial.

Tumor pada lobus parietalis korteks sensorik parietalis mengakibatkan hilangnya

fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, diskriminasi dua-titik,

grafestesia, kesan posisi, dan stereognosis.

B4 (Bladder)

Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

B5 (Bowel)

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah

pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah

pada medula oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan

berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial disertai pergeseran batang

otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat berupa muntah proyektil.

B6 (Bone)

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori, dan

mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktifitas dan istirahat.

Pemeriksaan Diagnostik

Setiap kasus yang dicurigai menderita lesi intrakranial harus menjalani evaluasi

medis lengkap dengan perhatian khusus pada pemeriksaan neurologis.

Page 8: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

Penyelidikan diagnostik spesifik dilakukan setelah pemeriksaan neurologis dan

dimulai dari tindakan non-invasif yang menimbulkan risiko paling kecil sampai

tindakan yang mempergunakan teknik invasif dan yang lebih berbahaya.

Radiogram Tengkorak

Memberikan iinformasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan, dan

klasifikasi; posisi kelenjar pineal yang mengapur; dan posisi seta tursika.

Elektroensefalogram

Memberikan informasi mengenai perubahan kepekaan neuron. Pergeseran kandungan

intraserebral dapat dilihat pada ekoensefalogram. Pencitraan radioaktif

memperlihatkan area akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak maupun

oklusio vaskular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan barier darah otak

yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan rambut, dan

perubahan struktur dan fungsi tubuh.

2. Antisipasi berkabung berhubungan dengan penerimaan kemungkinan

kematian pasien.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi dan terapi

radiasi.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan sakit kepala yang hebat dan efek

samping pengobatan.

5. Resiko tinggi volume cairan menurun berhubungan dengan efek samping

kemoterapi dan terapi radiasi

Page 9: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

3. PERENCANAAN

Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional

Gangguan

body image

berhubungan

dengan

kehilangan

rambut, dan

perubahan

struktur dan

fungsi tubuh.

Pasien mengekspresikan

gambaran diri yang positif

dengan Kriteria:

1. pasien menerima

perubahan pada body

imagenya.

2. Kaji reaksi pasien

terhadap perubahan

tubuhnya.

3. Observasi interaksi

social pasien.

4. Pertahankan

hubungan terapeutik

dengan pasien.

5. Anjurkan pasien

untuk

berkomunikasi

terbuka dengan

petugas kesehatan

atau orang penting

lainnya.

6. Bantu pasien

menemukan koping

yang efektif tentang

body image.

1. Menentukan reaksi

pasien terhadap

perubahan body

imagenya

2. Withdrawl social

bisaa terjadi

karena penolakan.

3. Memfasilitasi

suatu hubungan

terapeutik yang

terbuka

4. Ekspresi ketakutan

secara terbuka

dapat mengurangi

kecemasan

5. Membantu pasien

menemukan

strategi koping

yang dapat

mengurangi

kecemasan dan

ketakutan

Antisipasi

berkabung

Pasien dan keluarga

mampu ekspresikan rasa

1. Kaji reaksi pasien

dan keluarga

1. Menentukan

proses berkabung

Page 10: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

berhubungan

dengan

penerimaan

kemungkinan

kematian

pasien.

berkabungnya dengan

Kriteria :

1. Perasaan pasien dan

keluarga tentang rasa

berkabungnya

diekspresikan dengan

tepat.

terhadap diagnosis.

2. Anjurkan pasien

untuk ekspresi

perasaan secara

terbuka.

3. Antisipasi perasaan

pasien akan

kemarahan dan

ketakutannya.

4. Bantu pasien

mereview

pengalaman masa

lalu

5. Anjurkan pasien

untuk berpartisipasi

dalam ADL

6. Rujuk pasien dan

keluarga kepada

kelompok

pendukung.

dan strategi

koping yang

digunakan.

2. Mengurangi

kecemasan dan

ketakutan.

3. Perasaan bimbang

(tak menentu) bisa

muncul setelah

shock akan

diagnosis

4. Membantu pasien

menemukan

koping mekanisem

5. Mengurangi

perasaan

ketidakberdayaan.

6. Kelompok

penduduk dapat

membantu dalam

hal support

emosional

Kerusakan

integritas

kulit

berhubungan

dengan efek

kemoterapi

Integritas kulit pasien

dipertahankan dengan

Kriteria :

1. kulit tetap intak, tidak

ada kemerahan atau

1. Kaji integritas

kulit tiap 4 jam

2. Pertahankan

kulit bersih dan

kering, gunakan

sabun dan air

1. Merah, kering,

dan luka dapat

terjadi pada

daerah radiasi,

kemoterapi bias

menyebabkan

Page 11: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

dan terapi

radiasi.

kerusakan. untuk

memandikan

pasien

3. pasien setiap 2

jam

4. Anjurkan untuk

mempertahankan

intake cairan dan

nutrisi yang

adekuat.

rash,

hiperpigmentasi

dan kehilangan

rambut.

2. Mencegah

kerusakan kulit

3. Meningkatkan

sirkulasi dan

mencegah luka

tekan.

4. Dehidrasi dan

malnutrisi dapat

meningkatkan

resiko

berkembangnya

luka tekan.

Gangguan

rasa nyaman

nyeri

berhubungan

sakit kepala

yang hebat

dan efek

samping

pengobatan.

Pasien bebas nyeri dengan

Kriteria :

1. Melaporkan tidak

ada

ketidaknyamanan,

tidak meringis,

menangis,

2. tanda vital dalam

batas normal,

berpartisipasi

dalam aktivitas

dengan tepat.

1. Kaji lokasi, dan

lamanya nyeri kepala

dan nyeri insisi tiap 2

jam.

2. Atur pmberian

analgesic/narkotik

3. Berikan kenyamanan

pada pasien

1. Perubahan yang

mendadak atau

nyeri hebat dapat

menunjukkan TIK

meningkat dan

harus dilaporkan

ke dokter.

2. Narkotik

memberikan efek

sedative.

3. Menghilangkan

ketidaknyamanan

dan kecemasan.

Resiko tinggi Keseimbangan cairan 1. Kaji turgor kulit, 1. Menentukan status

Page 12: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

volume

cairan

menurun

berhubungan

dengan efek

samping

kemoterapi

dan terapi

radiasi.

yang adekuat

dipertahankan dengan

Kriteria :

1. Intake dan output

seimbang,

2. turgor kulit dan

membrane mukosa

lembab,

3. serum elektrolit, Hb,

Hct, dan tanda vital

dalam batas normal

membrane

mukosa, haus,

tekanan darah,

HR, monitor

serum elektrolit,

albumin dan

CBC.

2. Monitor intake

dan output

3. Anjurkan intake

yang adekuat.

Atur pemberian

cairan per IV

sesuai order

4. Atur pemberian

antiemtek sesuai

order.

dehidrasi.

2. Muntah dapat

terjaid pasien

dengan kemoterap

i dan teraradiasi

3. Membantu

mempertahankan

hidrasi yang

adekuat.

4. Mengurangi mual

dan muntah

Page 13: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

BAB IV

PENUTUP

 

A. KESIMPULAN

Otak manusia  adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar

1.350cc atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf

atau neuron. Metabolisme otak digunakan kira – kira 18% dari total konsumsi

oksigen oleh tubuh. Berat otak hanya 2,5 % dari berat badan seluruhnya tapi otak

merupakan organ yang paling banyak menerima darah dari jantung yaitu   20% dari

seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh (Lumantobing, 2001). 

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik

jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A.

Sylvia, 1995: 1030). Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi

sekarang telah diadakan penelitian mengenai herediter, sisa-sisa embrional, radiasi,

virus, substansi-substansi zat karsinogenik, trauma kepala. Penatalaksaan pasien

dengan tumor otak dapat dilakukan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.

B. SARAN

1. Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang

mendalam mengenai penyakit tersebut.

2. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan

serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.

 

Page 14: Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)

DAFTAR PUSTAKA

 

Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal

Bedah. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC

Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah

Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto