kondisi dan permasalahan sumberdaya air dan lahan...

28
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 1 Kondisi dan Permasalahan Sumberdaya Air dan Lahan Pertanian Di Bali Oleh R. Suyarto Tatiek Kusmawati Laboratorium Evaluasi Sumberdaya Lahan Konsentrasi Ilmu Tanah dan Lingkungan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar - Bali 2016

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 1

    Kondisi dan Permasalahan Sumberdaya Air dan Lahan Pertanian

    Di Bali

    Oleh

    R. Suyarto Tatiek Kusmawati

    Laboratorium Evaluasi Sumberdaya Lahan Konsentrasi Ilmu Tanah dan Lingkungan

    Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana

    Denpasar - Bali 2016

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 2

    Kondisi dan Permasalahan Sumberdaya Air dan Lahan Pertanian

    Di Bali

    1. Pendahuluan

    Dewasa ini sumberdaya air masih belum mendapatkan proteksi yang cukup

    untuk menghindari semakin langkanya air bersih, tanpa disadari pada saat ini kita

    telah membayar biaya yang tinggi untuk mendapatkan segelas air yang layak bagi

    kesehatan. Bagi Bali yang merupakan daerah dengan penggunaan lahan yang sudah

    optimum, sejalan dengan perkembangan dunia pariwisata dan sektor lainnya, maka

    peranan sumberdaya air dan lahan pertanian semakin penting dan menentukan.

    Disamping itu, sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus

    berlangsung, maka sumberdaya air dan lahan pertanian akan semakin menjadi

    penentu dalam kehidupan sehari – hari. Dilain pihak sumberdaya air dan lahan

    semakin mengkhawatirkan, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti

    pencemaran, penggundulan hutan, alih fungsi lahan pertanian, kegiatan berbagai

    sektor yang mengabaikan kelestarian lingkungan, dan rusaknya daerah tangkapan air

    yang pada akhirnya potensi berbagai sumberdaya air dan lahan menurun .

    Sumberdaya air dan lahan mempunyai manfaat yang tidak terhingga dalam

    pembangunan berbagai sektor. Adapun manfaatnya dapat dirasakan secara langsung

    adalah untuk keperluan rumah tangga, industri dan perdagangan, pertanian,

    perikanan, dan pariwisata. Oleh karena itu untuk kelangsungan kehidupan tersebut

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 3

    perlu disadari bahwa sumberdaya air baik air permukaan maupun air tanah harus

    mendapatkan proteksi sebaik – baiknya agar kita mendapat manfaat yang optimum

    dan berkelanjutan. Sumberdaya air yang berlimpah telah banyak digunakan secara

    tidak efisien, sehingga dibeberapa daerah telah terjadi kecenderungan degradasi

    kuantitas dan kualitas air, bahkan sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.

    Ketersediaan sumberdaya air dari waktu ke waktu relatif tetap sesuai dengan daur

    hidrologi, namun keberadaan dan sifat kualitasnya dapat membatasi pemakaian dan

    pemanfaatannya. Dalam rangka kegiatan pembangunan yang berkelanjutan maka

    konsep dasar mengenai sumberdaya air perlu dipahami. Bagaimana kebutuhan air

    dapat terpenuhi untuk seluruh sektor pembangunan termasuk keperluan pokok untuk

    kehidupan manusia dengan mempertimbangkan aspek daya dukung dan konservasi

    sumberdaya air sehingga dapat menunjang pembangunan.

    Pada saat ini sumberdaya air di Bali telah mengalami defisit air ( Agenda 21

    Indonesia, 1998 ) oleh karena itu, distribusi keberadaan sumber daya air di berbagai

    daerah Bali harus dijadikan petunjuk untuk penyebaran jenis kegiatan yang

    memerlukan air. Sehingga daya dukung sumberdaya air tidak terlampaui karena

    padatnya kegiatan pembangunan. Memelihara ketersediaan sumberdaya air untuk

    memenuhi kebutuhan berbagai sektor pembangunan memegang peranan yang penting

    untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Di Bali

    sektor pertanian paling banyak dalam penggunaan air (lebih 60 % dari seluruh

    kebutuhan air), sejalan dengan pesatnya sektor yang lain maka perlu diperhatikan

    meningkatnya kebutuhan akan sumberdaya air.

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 4

    Pemenuhan kebutuhan air untuk rumah tangga mempunyai peranan penting dalam

    menjaga produktivitas maupun kestabilan kondisi sosial dan politik, walaupun

    sebagian masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di perkotaan belum dapat

    menikmati jaringan air bersih. Akses terhadap air bersih yang dikonsumsi menjadi

    beban hidup sehari – hari, disamping itu situasi ini ditambah dengan semakin

    berkurangnya air bersih yang tersedia. Upaya memperoleh air bersih dengan biaya

    yang tinggi ini, untuk masyarakat ekonomi lemah tidak mungkin ditanggung sendiri

    tanpa campr tangan dari pemerintah.

    Strategi pengelolaan sumberdaya air dan lahan harus dilaksanakan secara lintas

    sektoral dan terpadu dengan tetap memperhatikan fungsi ganda air sebagai fungsi

    ekonomi, sosial dan ekologi. Pengelolaan sumberdaya air tidak hanya terbatas pada

    kualitas saja. Pengelolaan terpadu dengan menggunakan konsep Daerah Aliran

    Sungai ( DAS )dan hulu sampai hilir, sehingga pendekatan “ One management for

    one management “ dapat diterapkan untuk menumbuhkan kompetisi dengan inovasi

    baru yang dapat memberikan keunggulan komparatif secara ekonomi dan ekologi.

    Pengelolaan air tidak terbatas pada investasi material dan sumberdaya manusia, akan

    tetapi menyangkut pula kemauan politik untuk membuat kebijakan yang berkenaan

    dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air.

    Berdasarkan pertimbangan diatas, masalah sumberdaya air di Bali adalah sangat

    spesifik sesuai dengan kondisi geografi, sosial, ekonomi, budaya dan sektor

    pembangunan pariwisata.

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 5

    2. Kondisi Sumberdaya Air

    Karakteristik hidrologi secara umum tergantung dari tidak bisa dipisahkan dengan

    kondisi bentang alam dan kondisi geologinya. Pulau Jawa dan Pulau Bali merupakan

    satu kesatuan pulau yang terpotong dan dipisahkan oleh Selat Bali, bentuk pulau

    yang relatif memanjang, dari arah barat ke timur. Pulau Jawa dan Pulau Bali kondisi

    geologi hampir sama sebagian besar terbentuk dan tersusun oleh batuan vulkanik

    yang terbentuk dari kegiatan gunung api kuarter pada bagian tengah, batuan dari

    pelipatan batuan sedimen dan campuran sedimen vulkanik terdapat di bagian utara.

    Sedangkan bagian selatan berupa batuan sedimen miosen berupa batu kapur.

    a). Geologi Regional

    Pannnekoek (1991) menjelaskan secara regional bahwa Jawa dan Bali merupakan

    satu kesatuan geologi yang dibagi :

    Zone Plato Selatan

    Permukaan plato ini merupakan sebagian dari peneplain yang terangkat (uplifted),

    meliputi batuan miosen tua dan batuan kapur miosen muda. Peneplain ini tidak hanya

    terangkat tetapi juga mengalami gerak pembengkokan (warped) kedalam depresi dan

    kulminasi yang luas. Plato di Bali plato terdapat di Bukit Jimbaran dan Nusa Penida

    dengan batuan kapur, sebagian besar plato ini dibatasi oleh adanya sisi patahan atau

    flexure.

    Zone Tengah Vulkanik

    Zone tengah vulkanik sebetulnya merupakan dataran rendah dari lipatan tersier yang

    telah turun dengan material fluvio vulkanik. Pada dataran ini muncul kelompok-

    lelompok gunungapi. mulai dari kelompok gunungapi Merbuk, Klatak, Patas dan

    Pulaki. Bagian tengah adalah gunungapi Buyan Bratan Batur Purba dan bagian timur

    adalah gunung api resen Gunung Batur dan Gunung Agung dan Gunung Seraya.

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 6

    Zone Utara Lipatan

    Di Bali bagian zone utara lipatan hampir tidak ada dan hanya sedikit yang tersingkap

    yaitu adalah adanya perbukitan Pulau Menjangan dan sedikit di Taman Nasional Bali

    Barat.

    b). Geologi

    Berdasarkan Peta Geologi Lembar Jawa Timur (Purbo Hadiwidjojo, 1998)

    terdapat struktur sesar dan lipatan yang kompleks. Struktur kelurusan dan sesar

    diuraikan secara regional. Sesar dan kelurusan umumnya ke arah barat laut – timur

    tenggara dan beberapa timur laut dan barat daya. Berdasarkan Peta Geologi Lembar

    Bali (Gambar 1) (Purbo Hadiwidjojo, 1998) kondisi geologi yang luas penyebarannya

    adalah :

    • Bali bagian barat didominasi oleh Batuan Gunungapi Jembrana (Qpvj) dan

    Formasi Palasari (QTsp). Sebagian kecil tersebar Formasi Prapat Agung

    (Qhva), Formasi Sorga (Tms), Batuan Gunungapi Pulaki (Tpvp) dan Formasi

    Asah (Tpva). Secara umum hanya Formasi Palasari yang merupakan akifer

    yang baik, sehingga banyak wilayah menjadi kering saat musim kemarau.

    Beberapa sungai yang berhulu pada geologi ini merupakan sungai

    intermienten, terutama yamg kearah utara. .

    • Bali bagian tengah didominasi oleh Batuan Gunungapi kelompok Buyan,

    Bratan dan Batur (Qpbb). Sebagian lagi adalah Batuan Gunungapi Batukau

    (Qvb), Batuan Gunungapi kelompok Lesong, Pohen, Sengayang (Qvlps),

    Batuan Gunungapi kelompok Buyan, Bratan Purba (Qvbb), Formasi Asah

    (Tpva) dan Batuan Gunungapi Batur (Qhvb). Sebagian besar merupakan

    akifer yang baik sehingga ketersediaan air tinggi, seluruh sungai yang berhulu

    pada geologi ini merupakan sungai permanen. Kondisi hidrologi mengikuti

    siklus hidrologi gunungapi ditandai dengan adanya “spring belt”.

    • Bali bagian timur didominasi oleh Batuan Gunungapi Agung (Qhva), Batuan

    Gunungapi Seraya (Qpvs) dan Formasi Ulakan (Tomu). Sebagian besar

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 7

    merupakan akifer yang baik sehingga ketersediaan air tinggi, seluruh sungai

    yang berhulu pada geologi ini merupakan sungai permanen. Kondisi hidrologi

    mengikuti siklus hidrologi gunungapi ditandai dengan adanya “spring belt”.

    Khusus Batuan Gunungapi Seraya merupakan akifer yang tidak baik sehingga

    tidak dapat menyimpan air, sehingga menjadi daerah kering.

    • Bagian selatan (Bukit Jimbaran dan Nusa Penida) terdiri dari Formasi Selatan

    (Tmps), merupakan akifer yang tidak baik sehingga tidak dapat menyimpan

    air, air masuk kedalam melalui retakan/joint membentuk sungai bawah tanah.

    Buyan-Bratan-BaturFormasi

    Jembrana

    FormasiPalasari

    FormasiSelatan

    FormasiSelatan

    Batuan G.Agung

    FormasiPrapatagung

    F. Ulakan

    Gambar 1. Peta Geologi Bali (Purbo Hadiwodjoyo, 1998)

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 8

    Gambar 2 Peta geologi dan struktur Bali.

    Tabel 1. Umur Struktur Geologi Bali

    Jaman/Umur Formasi/Litologi Kuarter (1 Jt tahun yang lalu) Pleistosen (10 Jt tahun yang lalu)

    - Aluvium (Qal) - Batuan Gunungapi Kelompok Lesong, Pohen dan

    Sengayang (Qv) - Batuan Gunungapi Batukahu (Qv) - Batuan Gunungapi Kelompok Buyan; Bratan dan

    Batur (Qpbb) - Formasi Palasari : konglomerat, batu pasir dan batu

    gamping terumbu - Batuan Gunungapi Kelompok Buyan Bratan dan Batur

    Purba(Qvbb) - Batuan Gunungapi Jembrana : lava, brekasi, tuf

    G. Klatak, Merbuk dan G. Patas Pliosen (12 Jt tahun yang lalu)

    - Formasi Asah : lava, breksi, tufa batu apung - Formasi Prapat Agung : batu gamping, batu pasir

    gampingan dan napal - Batuan Gunungapi Pulaki : lava dan breksi

    Miosen (26Jt tahun yang lalu) Oligosen (38 Jt tahun yang lalu)

    - Formasi Selatan (Ms) - Formasi Sorga - Formasi Ulakan (Mu)

    Sumber : Peta Geologi Bali, 1998

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 9

    1). Potensi Air Hujan

    Secara klimatologis pola hujan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga yaitu pola

    monson, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola Monson dicirikan oleh bentuk pola

    hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar bulan

    Desember). Secara umum musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai

    Bulan September dan musim hujan dari Bulan Oktober sampai bulan Maret (Boer,

    2003).

    Pola hujan di Provinsi Bali adalah berpola hujan monsoon (Gambar 3) yang

    ditandai oleh terjadinya satu puncak curah hujan maksimum yang terjadi pada saat

    monsoon barat (Januari) dan satu puncak curah minimum yang terjadi pada saat

    monsoon tenggara (Agustus).

    2.

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

    Bulan

    Cura

    h Hu

    jan

    (mm

    /bln

    )

    Gambar 3. Pola hujan bulanan Provinsi Bali

    Dalam menentukan potensi air hujan sangat tergantung dari data curah hujan

    yang ada. Data curah diperoleh dari stasiun curah hujan yang ada di Bali. Terdapat 64

    stasiun curah hujan dikelola BMG dan mampu menghasilkan data curah hujan yang

    dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

    Sistem Informasi Geografi, rata-rata curah hujan tahunan untuk provinsi bali adalah

    1987.33 mm/tahun dengan rata tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 352.99

    mm/bulan dan terendah pada bulan Agustus sebesar 41.27 mm/bulan. Rata-rata

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 10

    bulanan dan total rata-rata curah hujan tahunan untuk Provinsi Bali dapat dilihat pada

    Table 2 dan Gambar 4. Tabel 2. Rata-rata curah hujan bulanan Provinsi Bali

    Bulan Curah Hujan (mm) Januari 352.99 Februari 314.22 Maret 241.42 April 160.12 Mei 85.44 Juni 67.56 Juli 55.84 Agustus 41.27 September 53.30 Oktober 131.09 November 211.58 Desember 272.50 Total 1987.33

    Sumber: Hasil Analisis (2009)

    Gambar 4. Peta rata-rata curah hujan tahunan Provinsi Bali

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 11

    2). Potensi Air Permukaan

    a. Potensi Air Sungai

    Potensi air permukaan di Bali adalah sebesar 4965,2 juta m3/tahun. Potensi

    terbesar di Kabupaten Tabanan, yaitu sebesar 1125,7 juta m3/tahun, dan terkecil di

    Kota Denpasar sebesar 126,8 juta m3/tahun. Dilihat dari karakteristik sungai di Bali

    (Gambar 5), Kota Denpasar paling sedikit memiliki sungai terutama untuk sungai

    yang aliran sungainya selalu mengalir sepanjang tahun. Sungai –sungai di Bali telah

    dikelompokan ke dalam 20 satuan wilayah sungai (sub basin) dengan total daerah

    aliran sungainya sebesar 5.612,77 km2, Dengan rata-rata curah hujan yang jatuh

    sebesar 2003 mm/tahun, diperkirakan total aliran tahunan sebesar 196,4 m3/dt, yang

    juga merupakan potensi air permukaan Pulau Bali.

    Secara umum dapat dibagi menjadi kelompok sungai yang mengalir kearah

    utara dan kelompok sungai yang mengalir keselatan, sungai yang mengalir ke utara

    umumnya berupa sungai intermieten dan pendek dibanding yang mengalir ke selatan

    berupa sungai permanen dan lebih panjang. Sungai yang mengalir ke utara sering

    terjadi banjir saat musim hujan dan kering saat kemarau.

    %U

    #S

    #S

    #S

    #S#S

    #S

    #S

    SUB SWS 03.01.10SUB SWS

    03.01.09

    SUB SWS 03.01.02

    SUB SWS 03.01.03

    SUB SWS 03.01.04

    SUB SWS 03.01.12

    SUB SWS 03.01.11

    SUB SWS 03.01.05SUB SWS

    03.01.06

    SUB SWS 03.01.07

    SUB SWS 03.01.08

    109

    1112

    1314

    1516

    1718

    19 2021

    2223

    2425

    26

    27

    12

    3

    6 7

    8

    6667

    6869707172

    7374

    75767778

    798081

    82

    838485868788

    89

    9091

    D. BaturD. Beratan

    D. Buyan

    D. Tamblingan

    5

    4

    282930

    31 3233

    3435

    3637

    383940

    4142 43 44

    4546

    47 48

    495051

    5253

    54

    55

    56

    5758

    5960

    6162

    6364

    65

    SUB SWS 03.01.13

    SUB SWS 03.01.14

    SUB SWS 03.01.15

    SUB SWS 03.01.16

    SUB SWS 03.01.17

    SUB SWS 03.01.18

    SUB SWS 03.01.19

    SUB SWS 03.01.01

    BULELENG

    TABANAN

    BANGLIJEMBRANA

    KARANGASEM

    BADUNG

    GIANYAR

    KLUNGKUNG

    DENPASAR

    Bangli

    Negara

    GianyarTabanan

    Amlapura

    Denpasar

    Singaraja

    Semarapura

    P. Serangan

    P. Lembongan

    P. Ceningan

    P. Nusa Penida

    P. Menjangan

    SUB SWS 03.01.20

    10 0 10 Kilometers

    N

    8°40'

    8°00'

    114°40' 115°20'

    PETA BEBERAPA SUNGAI DI BALI

    45. Tk. Bugbugan46. Tk. Betel47. Tk. Tanahampo48. Tk. Buhu49. Tk. Pedih50. Tk. Bangka51. Tk. Mantri52. Tk. Seraya53. Tk. Tibudalem54. Tk. Buah55. Tk. Kutumanak56. Tk. Dasa57. Tk. Aya58. Tk. Batang59. Tk. Batuniti60. Tk. Abu61. Tk. Sapta62. Tk. Sayung63. Tk. Pale64. Tk. Mlaka65. Tk. Daya

    KAB. KARANGASEMKAB. BADUNG28. Tk. Pangi29. Tk. Canggu30. Tk. Umalas31. Tk. Mati32. Tk. Badung

    KOTA DENPASAR33. Tk. Rangda34. Tk. AyungKAB. GIANYAR35. Tk. Singapadu36. Tk. Oos37. Tk. Petanu38. Tk. Kutul39. Tk. Pekerisan40. Tk. Sangsang41. Tk. Melangit

    42. Tk. Bubuh43. Tk. Jinah44. Tk. Unda

    KAB. KLUNGKUNG

    1. Tk. Melaya 2. Tk. Sangyang Gede 3. Tk. Aya Barat 4. Tk. Sowan 5. Tk. Ijogading 6. Tk. Aya Timur 7. Tk. Pergung 8. Tk. Bilukpoh 9. Tk. Yeh Embang10. Tk. Yeh Sumbul11. Tk. Yeh Salang12. Tk. Medewi13. Tk. Pulukan14. Tk. Yeh Lebah15. Tk. Pengyangan16. Tk. Yeh Leh

    KAB. JEMBRANA

    17. Tk. Silah18. Tk. Balian19. Tk. Puleh20. Tk. Payan21. Tk. Yeh Otan22. Tk. Yeh Matan23. Tk. Yeh Ho24. Tk. Yeh Abe25. Tk. Yeh Empas26. Tk. Ketikan27. Tk. Yeh Penet

    KAB. TABANAN

    66. Tk. Luwah67. Tk. Puseh68. Tk. Batas69. Tk. Anyar70. Tk. Yeh Lalang71. Tk. Desa72. Tk. Puana73. Tk. Bayad74. Tk. Pacung75. Tk. Dalem76. Tk. Daya77. Tk. Sangsit78. Tk. Penarukan79. Tk. Buwus80. Tk. Buleleng81. Tk. Banyumala82. Tk. Bangka83. Tk. Kasuari84. Tk. Bengkala85. Tk. Saba86. Tk. Banyuraras87. Tk. Sumaga88. Tk. Tingatinga89. Pangkung Legod90. Tk. Banyupoh91. Tk. Kampyak

    KAB. BULELENG

    Gambar 5. Karakteristik Sungai di Bali

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 12

    Tabel 3. Potensi Air Sungai yang Dapat Dimanfaatkan di Propinsi Bali

    No Kabupaten/Kota Jumlah Sungai Volume (Juta m3/tahun)

    1 Jembrana 10 412,08

    2 Tabanan 4 369,00

    3 Badung 1 52,3

    4 Denpasar 1 -

    5 Gianyar 4 122,90

    6 Klungkung 1 1654

    7 Karangasem 2 54,2

    8 Buleleng 5 184,2

    Total 2.848,68

    Sumber : Publikasi Data Hidrologi Propinsi Bali 1998 (DPU).

    Tabel 4. Sadapan Air di Muara Sungai

    Nomor Tukad / Sungai Kabupaten Aliran Minimum ( m3 / dt )

    Estimasi Aliran ( l / dt )

    1 Balian Tabanan 544 380

    2 Yeh Empas Tabanan 289 200

    3 Sungi Tabanan 610 430

    4 Ayung Denpasar - 150

    5 Oos Gianyar 175 140

    6 Petanu Gianyar 1761 1400

    7 Bubuh Klungkung 612 310

    8 Jinah Klungkung 271 140

    9 Unda Klungkung 444 220

    10 Pati Karangasem 82 60

    11 Janga Karangasem 530 370

    12 Banyumala Buleleng 90 50

    13 Mendaum Buleleng 154 80

    14 Saba Buleleng 227 110

    15 Jogading Jembrana 83 60

    16 Bilukpoh Jembrana 88 60

    17 Yeh Embang Jembrana 210 150

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 13

    18 Yeh Sumbul Jembrana 143 100

    19 Medewi Jembrana 141 100

    20 Pulukan Jembrana 188 130

    Jumlah 6.650

    186,732 juta m3

    Sumber : Rencana Induk Penyediaan Air Bersih Bali, 2000.

    b. Potensi Air Danau dan Embung

    Potensi air danau yang terdiri dari danau dan embung, untuk danau adalah

    danau Buyan, Tamblingan, Beratan, dan Batur merupakan cadangan potensi air

    permukaan Provinsi Bali dengan total volume sebesar 1007,90 juta m3 . Danau Batur

    sebesar 815,38 juta m3, Danau Buyan (116,26 juta m3), Danau Beratan (49,22 juta

    m3) dan Danau Tamblingan (27,05 juta m3). Disamping itu terdapat danau buatan,

    seperti; Embung Seraya, Embung Gerokgak, Waduk Palasari, dan Waduk Muara

    Nusa Dua, maka total volume menjadi 1018,81 Juta m3 (Tabel 5).

    Akhir-akhir ini fluktuasi muka air danau di Bedugul semakin tinggi, penelitian

    yang ada menunjukkan :

    Pengaruh curah hujan terhadap penurunan muka air Danau Buyan 2 %,

    sedangkan terhadap tinggi muka air Danau Tamblingan 10 %.

    Perubahan penggunaan lahan kurun waktu 1981 sampai 2003 dapat

    menyebabkan terjadinya penurunan fungsi hidrologis Danau Buyan dan Tamblingan,

    memberikan kontribusi terhadap penurunan permukaan air ke dua danau.

    Berdasarkan hasil evaluasi imbangan air Danau Buyan dan Tamblingan periode

    10 tahun (1996-2005) menunjukan bahwa bulan-bulan defisit lebih banyak dari pada

    bulan-bulan surplus. Sesuai dengan perhitungan perubahan timbunan air rata-rata

    tahunan Danau Buyan mengalami defisit sebesar – 1,87338m3/dt dan Danau

    Tamblingan mengalami defisit sebesar – 0,02325 m3/dt.

    Fluktuasi rata-rata dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei terjadi

    peningkatan, mulai bulan Juni sampai bulan Nopember terjadi penurunan air danau.

    Besarnya rata-rata bulanan tertinggi sebesar 8,89 meter dan terendah 0,13 meter,

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 14

    untuk Danau Buyan. Sedangkan untuk Danau Tamblingan rata-rata bulan tertinggi

    sebasar 6,57 meter dan terendah 2,44 meter.

    Tabel 5. Vulume air waduk/situ Provinsi Bali

    No. Kabupaten /Kota

    Waduk/Danau Luas Tadah (Km2)

    Luas Permukaan (Km2)

    Kedalaman (m)

    Volume (Juta m3)

    1. Buleleng Buyan 24,01 3,67 69,00 116,25 Tamblingan 9,20 1,15 40,50 27,05 Embung Grogak 28,57 3,5 42,00 27,05 2. Jembrana Waduk Palasari 42,30 0,87 80,83 6,50 3. Tabanan Beratan 13,40 3,85 20,00 49,22 4. Denpasar Waduk Muara

    Nusa Dua 22,55 0,35 2,70 0,42

    5. Bangli Batur 105,35 16,05 70,00 815,38 6. Karangasem Embung Seraya 4,75 0,024 15,50 0,10

    Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2005

    c. Potensi Airtanah dan Mata Air Cekungan Airtanah

    Pengelolaan di Provinsi Bali didasarkan pada Cekungan Air Tanah, Cekungan

    air tanah dibatasi oleh batasan hidrogeologi yang dikontrol oleh kondisi geologi

    dan bukan oleh batas administrasi. Cekungan Air Tanah di Provinsi Bali

    terdapat 8 (delapan) cekungan (Gambar 5. Peta CAT Bali), yaitu :

    1. CAT Denpasar – Tabanan (lintas kabupaten), potensi airtanah bebas 894

    juta m3/tahun dan airtanah tertekan 8 juta m3/tahun

    2. CAT Negara (lintas kabupaten), potensi airtanah bebas 73 juta m3/tahun

    dan airtanah tertekan 4 juta m3/tahun

    3. CAT Gilimanuk (bukan lintas kabupaten), potensi airtanah bebas 30 juta

    m3/tahun dan airtanah tertekan 1 juta m3/tahun

    4. CAT Singaraja (lintas kabupaten), potensi airtanah bebas 215 juta

    m3/tahun dan airtanah tertekan 3 juta m3/tahun

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 15

    5. CAT Danau Batur (lintas kabupaten), potensi airtanah bebas 188 juta

    m3/tahun dan airtanah tertekan 3 juta m3/tahun

    6. CAT Amlapura (bukan lintas), potensi airtanah bebas 60 juta m3/tahun

    dan airtanah tertekan 2 juta m3/tahun

    7. CAT Nusadua (bukan lintas) potensi airtanah bebas 38 juta m3/tahun dan

    airtanah tertekan - juta m3/tahun

    8. CAT Nusa Penida (bukan lintas) potensi airtanah bebas 79 juta m3/tahun

    dan airtanah tertekan - juta m3/tahun

    Kedelapan cekungan tersebut mempunyai potensi air tanah-dangkal (tak-tertekan) ±

    1.577 x 106 m3/tahun dan air tanah-dalam (tertekan) ± 21 x 106 m3/tahun, serta

    menempati wilayah ± 4.382,31 km2 atau 77,8 % dari seluruh wilayah Bali.

    Gambar 6. Peta CAT Bali

    Berdasarkan hasil studi air tanah di Bali diperkirakan potensi air tanah sekitar 391,8

    uta m3/tahun (Tabel 6) (Dinas PU dan JICA, 2005). Potensi terbesar di Kabupaten

    Tabanan sebesar 78,5 juta m3/tahun, kemudian Buleleng 66,0 juta m3/tahun dan

    Karangasem 65,9 juta m3/tahun; sedangkan terkecil di Kota Denpasar sebesar 9,2 juta

    m3/tahun. Kalau dibandingkan dengan prediksi kebutuhan air bersih pada tahun

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 16

    2010 yang besarnya 279,2 juta m3/tahun, maka ketersediaan air bersih masih berada

    di atas kebutuhan. Berdasarkan atas masukan dari curah hujan rata-rata 2003 mm

    diperoleh imbuhan air tanah sebesar 3.919,6 mm dengan batas eksploitasi sebesar

    12.429 lt/dt. Walaupun batas eksploitasi masih cukup besar, akan tetapi sebaran air

    tanah tidak merata di seluruh Bali. Peta sebaran air tanah ditunjukkan pada Gambar 6.

    Mata Air (Spring)

    Jumlah mata air dengan debit lebih besar 10 lt/dtk terdapat 359 buah dengan

    total debit rata-rata 75,4 lt/detik. Peta sebaran air tanah dan mata air di Bali disajikan

    pada Gambar 4. Jumlah mata air 1273 buah tersebar di seluruh kabupaten. Kabupaten

    Bangli memiliki jumlah mata air yang terbesar (423), menyusul kemudian Buleleng

    (327), Tabanan (177) dan Karangasem (138) (Tabel 5). Dari sekian banyak mata air

    yang ada, tidak semuanya memiliki debit yang potensial untuk dimanfaatkan. Debit

    total sebesar 27.036 lt/dt.

    Sebaran mata air yang paling banyak merupakan kelompok sistem volkan yaitu

    berupa “Spring Belt” , mata air yang keluar di tebing sungai (Bangli, Gianyar), mata

    air di kaki pegunungan (Bali bagian barat).

    Tabel 6. Potensi mata air Propinsi Bali No. Kabupaten

    /Kota Jumlah

    Mata air Jumlah MA

    Q>10lt/dt Debit (Q) total

    lt/dt Debit (Q) rata-rata

    lt/dt 1. Buleleng 327 79 5.630 71,3 2. Karangasem 138 96 9.808 102,2 3. Klungkung 38 10 724 144,8 4. Gianyar 79 53 2.981 56,2 5. Bangli 423 57 2.736 48,0 6. Badung 30 7 1.291 184,4 7. Tabanan 177 52 3.808 73,2 8. Jembrana 61 5 85.1 17,0 Total 1273 359 27.063 75,4

    Sumber : Diolah dari Dinas PU Provinsi Bali, 2006

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 17

    Gambar 7. Potensi Sebaran Air Tanah dan Mata Air di Provinsi Bali

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 18

    3. Pemanfaatam Air

    Air merupakan salah satu sumber daya alam utama yang sangat diperlukan bagi

    kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Walaupun air dapat tersedia di mana-

    mana, tetapi jumlahnya tidak sama, tersedianya menurut waktu dan letak di

    permukaan bumi. Kebutuhan air selalu mengalami peningkatan, hal ini bukan hanya

    diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk, melainkan juga diakibatkan oleh

    meningkatnya intensitas dan ragam kebutuhan air (Sosrodarsono, 1976).

    Kebutuhan air di Provinsi Bali dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan untuk

    pertanian, hutan, domestik, industri, pemerintahan, dan fasilitas umum. Kebutuhan air

    untuk pertanian terutama untuk irigasi diperkirakan mencapai 1.592,24 juta m3,

    sawah sekitar 2.080,60 juta m3/tahun, kehutanan sebesar 1.031,20 juta m3/tahun,

    kebutuhan air domestik 107,65 juta m3/tahun, kegiatan industri sekitar 22,08 juta

    m3/tahun, hotel dan restoran sekitar 16,58 juta m3/tahun, fasilitas pemerintahan dan

    umum sekitar 25,12 juta m3/tahun. Kebutuhan air di Provinsi Bali berdasarkan

    kebutuhan berbagai sektor adalah sekitar 4.239,71 juta m3/tahun. Walaupun

    kebutuhan air domestik jumlahnya relatif kecil (107,65 juta m3/tahun), tetapi sangat

    vital karena berhubungan dengan kehidupan manusia, dan akan terus meningkat

    sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk.

    1). Pemanfaatan Air Tanah

    Pemanfaatan air tanah untuk air bersih secara besar-besaran di Provinsi Bali

    dimulai sejak tahun 1973 yang dilakukan oleh PDAM Denpasar dengan 14 sumur

    bor, sedangkan pemanfaatan air tanah untuk irigasi tercatat mulai dilakukan pada

    tahun 1976 dengan 9 sumur bor. Tahun 1976 pemanfaatan air tanah oleh PDAM

    Denpasar telah mencapai ± 2,0 x 106 m3. Selanjutnya satu dasawarsa kemudian

    (1987) pemanfaatan air tanah oleh PDAM Denpasar mencapai ± 13.818.882 m3 dan

    oleh industri/hotel mencapai ± 19.842.122 m3. Sepuluh tahun kemudian (1988)

    pengambilan air tanah mencapai ± 15.425.436 m3, terakhir pada tahun 2007

    pemanfaatan air tanah/air permukaan mencapai ± 102.552.012 m3. Hampir lima

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 19

    puluh kali lipat selama 30 tahun terakhir (dibandingkan dengan tahun 1976). Dilihat

    dari klasifikasi pengguna maka pengguna air terbesar adalah PDAM, sebagai

    perbandingan selama tahun 2007 pemanfaatan air tanah dan air permukaan sebesar

    102.552.012 m3/tahun, yang dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 52.717.212 m3/tahun

    (51,40 %) dari jumlah pemanfaatan air tanah/air permukaan, dan sisanya sebesar

    48,59 % oleh industri/hotel

    2). Daerah Pengambilan Intensif

    Terpusat di kawasan industri/perhotelan, pemukiman dan perkantoran, seperti di

    Kota Denpasar, kawasan Sanur, Kuta dan Jimbaran-Nusa Dua, serta untuk sumber air

    baku yang diambil oleh PDAM di daerah Darmasaba-Kapal (Kab. Badung dan Kota

    Denpasar) dan daerah Batubulan-Sukawati-Blahbatuh (Kab. Gianyar) yang termasuk

    kedalam CAT Denpasar-Tabanan. Dampak negatif akan mengakibatkan laju

    penurunan muka air tanah dengan cepat, karena tidak seimbangnya antara laju

    imbuhan dan pengambilan air tanah pada akuifer tersebut tidak seimbang. Menurut

    penelitian Direktorat Tata Lingkungan dan Kawasan Tertambangan, Departemen

    ESDM tahun 2004, kedudukan MAT pada sumur-sumur bor PDAM di daerah

    Darmasaba dan sekitarnya telah mencapai lebih dari 30 m bmt, dengan titik

    penurunan MAT terdalam 42 m bmt. Kedudukan MAT pada sumur-sumur tersebut

    telah terjadi peningkatan penurunan antara 0,7 m s/d 17,5 m.

    3). Pemanafaatan Air Permukaan

    Pemanfaatkan air permukaan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan air bersih

    terutama pada daerah dataran tinggi atau bergunung, salah satunya adalah air

    pemukaan sungai atau danau. Bali memiliki empat buah danau alam yang terletak di

    tiga kabupaten yaitu, Danau Beratan, di Kabupaten Tabanan, Danau Buyan dan

    Tamblingan di Kabupaten Buleleng dan Danau Batur di Kabupaten Bangli. Keempat

    danau tersebut memiliki fungsi yang sangat vital sebagai sumber daya alam

    khususnya bagi masyarakat Bali dan memiliki fungsi yang strategis untuk menunjang

    pembangunan di Propinsi Bali.

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 20

    Keberadaan danau tersebut diyakini sebagai penyangga tata air di bagian hulu

    sungai di Kabupaten Tabanan, Badung, Buleleng, Gianyar dan Bangli, selain ratusan

    mata air yang mencul di permukaan, kemungkinan berasal dari danau tersebut. Untuk

    itu usaha pelestarian lingkungan danau dan sekitarnya setiap saat sangat diperlukan

    dan perlu diantisipasi pemanfaatan air danau secara ekstensif, karena danau

    merupakan equilibrium natural ecosystem, yang sejak ribuan tahun telah mapan

    keseimbangan ekosistem.

    Dari ke tiga danau pada Kawasan Bedugul, Danau Buyan memiliki volume yang

    paling besar (116,25 X 106 m3) dan mengalami pendangkalan yang paling menjolok

    dibandingkan Danau Beratan dan Tamblingan. Dibandingkan karakteristik fisik, di

    antara ketiga danau tersebut, Danau Buyan didukung oleh kondisi daerah tangkapan

    yang paling luas sebesar 24,10 km2, dengan luas genangan seluas 3,67 km2, dan

    kedalaman rata-rata yang tinggi sebesar 31,7 m (Bapedalda Propinsi Bali, 2001).

    Dari segi kuantitas dapatlah dikatakan bahwa Danau Buyan memiliki potensi

    yang besar sebagai sumber air, akan tetapi dari segi fluktuasi terjadi hal yang menarik

    di mana terjadi fluktuasi yang sangat tinggi antara musim kemarau dan musim

    penghujan, demikian juga halnya dengan Danau Tamblingan yang diperkirakan

    memiliki muka air danau yang sama.

    Pemanfaatan air sungai untuk bidang pertanian dengan pembuatan bendung dan

    saluran air irigasi/subak, untuk pemenuhan air baku PDAM dan penggunaan yang

    lain. Pemanfaatan air pada muara sungai perlu mendapat perhatian.

    4). Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air.

    a. Ketersediaan (Supply) Air Ketersediaan (supply) air dalam hubungannya dengan daya dukung air

    merupakan besaran cadangan air yang tersedia untuk keperluan hidup manusia sehari-

    harinya (domestik) dan keperluan manusia akan air untuk menghasilkan satu satuan

    produk untuk masa waktu satu tahun. Hasil perhitungan ketersediaan yang

    berdasarkan persamaan yang terdapat pada Permen LH No. 17 Tahun 2009

    memperlihatkan bahwa kertersediaan air untuk wilayah Provinsi Bali adalah sebesar

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 21

    4.710.888.187 m3/thn. Tingkat ketersediaan air tersebut dipengaruhi oleh 3 (tiga)

    faktor yaitu curah hujan, nilai koefisien limpasan tertimbang, dan luas wilayah.

    Secara spesifik, bila dilihat dari ketersediaan air pada tiap-tiap kabupaten

    maka ketersediaan air untuk Kabupaten Tabanan merupakan yang paling besar

    yaitu sebesar 1.074.297.028 m3/tahun sedangkan Kota Denpasar merupakan

    daerah yang memiliki ketersediaan air paling kecil yaitu sebesar 125.780.596

    m3/tahun (Tabel.7).

    Tabel 7 Luas wilayah, rata-rata curah hujan, rata-rata koefisien limpasan tertimbang, dan tingkat ketersediaan air di Provinsi Bali.

    No Kabupaten/Kota Luas

    Wilayah (ha)

    Rata-rata CH

    (mm/thn)

    Rata-rata Koefisien Limpasan

    Tertimbang

    Ketersediaan Air (m3/thn)

    1 2 3 4 5 6=(3×4×5) 1 Kab. Jembrana 84.180 1.726,00 0,34 494.448.492,06

    2 Kab. Tabanan 83.930 2.428,00 0,53 1.074.297.028,48

    3 Kab. Badung 42.009 2.032,85 0,48 410.540.200,58

    4 Kab. Gianyar 36.800 2.198,91 0,55 444.322.259,01

    5 Kab. Klungkung 31.500 1.425,62 0,43 192.007.832,32

    6 Kab. Bangli 52.081 2.219,46 0,44 506.196.749,85

    7 Kab. Karangasem 83.954 1.989,38 0,42 700.777.901,76

    8 Kab. Buleleng 136.588 1.726,84 0,36 845.738.552,11

    9 Kota Denpasar 12.398 1.720,00 0,59 125.780.596,02

    10 Prov. Bali 563.666 1.954,64 0,43 4.710.888.187,13

    Sumber : Hasil Analisis (2009)

    b. Kebutuhan (Demand) Air Kebutuhan (demand) air dalam hubungannya dengan daya dukung air adalah

    suatu gambaran besarnya kebutuhan air untuk keperluan hidup manusia sehari-

    harinya (domestik) dan keperluan manusia akan air untuk menghasilkan satu satuan

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 22

    produk untuk masa waktu satu tahun. Tingkat kebutuhan air ditentukan oleh

    banyaknya populasi manusia didaerah tersebut dalam mengkonsumsi air untuk

    keperluan hidup layak untuk masa waktu satu tahun. Hasil perhitungan menunjukkan

    bahwa total kebutuhan air untuk penduduk Provinsi Bali mencapai 5.396.608.000

    m3/tahun. Bila jumlah wisatawan ikut dijumlahkan dalam perhitungan jumlah

    penduduk, maka kebutuhan air Provinsi Bali meningkat menjadi 5.454.769.600

    m3/tahun. Dengan cara perhitungan yang sama, tingkat kebutuhan air per kabupaten

    di Provinsi Bali juga dapat dihitung. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

    Kabupaten Buleleng merupakan daerah dengan tingkat kebutuhan air paling besar

    yaitu mencapai 1.029.238.400 m3/tahun dan Kabupaten Klungkung merupakan

    daerah dengan tingkat konsumsi air paling sedikit yaitu sebesar 280.688.000

    m3/tahun. Berturut-turut daerah yang memiliki tingkat kebutuhan air dari terbesar ke

    terkecil adalah Kabupaten Buleleng, Kota Denpasar, Kabupaten Karangasam,

    Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, Kabupaten Jembrana,

    Kabupaten Bangli, dan Kabupaten Klungkung. Tingginya kebutuhan air di

    Kabupaten Buleleng disebabkan oleh jumlah penduduk Kabupaten Buleleng

    merupakan yang tertinggi diantara sembilan kabupaten/kota yang lain, sedangkan

    Kabupaten Klungkung terendah juga disebabkan oleh jumlah penduduk yang kecil.

    Tingkat kebutuhan air untuk tiap-tiap kabupaten dapat dilihat pada Tabel 8.

    c. Status Daya Dukung Air Status daya dukung Air berasal dari perbandingan antara besarnya

    ketersediaan air dan tingkat kebutuhan air dimana dari status daya dukung air

    diperoleh informasi tentang kemampuan lingkungan, khususnya lingkungan hidrosfer

    dalam mempertahankan keadaannya akibat keberadaan dan aktifitas manusia yang

    digambarkan dengan status daya dukung air yang surplus dan status daya dukung air

    yang defisit.

    Secara umum status daya dukung air Provinsi Bali adalah Defisit dengan nilai

    status daya dukung air di bawah 1 (satu) atau 0.87.

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 23

    Tabel 8 Jumlah penduduk dan total kebutuhan air di Provinsi Bali

    No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Kebutuhan Air Hidup Layak

    Total Kebutuhan Air (m3/thn)

    1 2 3 4 5 (3×4) 1 Kab. Jembrana 264.865 1.600 423.784.000

    2 Kab. Tabanan 414.220 1.600 662.752.000

    3 Kab. Badung 377.480 1.600 603.968.000

    4 Kab. Gianyar 390.698 1.600 625.116.800

    5 Kab. Klungkung 175.430 1.600 280.688.000

    6 Kab. Bangli 212.496 1.600 339.993.600

    7 Kab. Karangasam 427.747 1.600 684.395.200

    8 Kab. Buleleng 643.274 1.600 1.029.238.400

    9 Kota Denpasar 466.670 1.600 746.672.000

    10 Prov. Bali 3.372.880 1.600 5.396.608.000

    11 Prov. Bali Wisatawan 3.409.231 1.600 5.454.769.600

    Sumber : Hasil Analisis (2009)

    Status daya dukung air untuk tiap-tiap kabupaten di Provinsi Bali tersebar cukup

    merata antara kabupaten-kabupaten yang memiliki status daya dukung air Surplus

    dengan kabupaten-kabupaten yang memiliki status daya dukung air Defisit. Terdapat 4

    kabupaten yang memiliki status daya dukung air Surplus dengan nilai daya dukung air

    berkisar antara 1.62 sampai 1.02 sedangkan kabupaten-kabupaten yang memiliki daya

    dukung air Defisit terdapat 5 kabupaten/kota dengan kisaran nilai daya dukung air antara

    0.82 sampai 0.17 (Tabel 9).

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 24

    Tabel 9. Nilai dan status daya dukung air Provinsi Bali

    No Kabupaten/Kota Total

    Kebutuhan Air (m3/thn)

    Ketersediaan Air (m3/thn)

    Nilai daya

    Dukung Air

    Status Daya Dukung Air

    1 2 3 4 5 (4/3) 6 1 Kab. Jembrana 423.784.000 494.448.492,06 1,17 Surplus

    2 Kab. Tabanan 662.752.000 1074.297.028,48 1,62 Surplus

    3 Kab. Badung 603.968.000 410.540.200,58 0,68 Defisit

    4 Kab. Gianyar 625.116.800 444.322.259,01 0,71 Defisit

    5 Kab. Klungkung 28.068.800 192.007.832,32 0,68 Defisit

    6 Kab. Bangli 339.993.600 506.196.749,85 1,49 Surplus

    7 Kab. Karangasam 684.395.200 700.777.901,76 1,02 Surplus

    8 Kab. Buleleng 1.029.238.400 845.738.552,11 0,82 Defisit

    9 Kota Denpasar 746.672.000 125.780.596,02 0,17 Defisit

    10 Prov. Bali 5.396.608.000 4710.888.187,13 0,87 Defisit

    11 Prov. Bali + Wisatawan

    5.454.769.600 4710.888.187,13 0,86 Defisit

    4. Kondisi Sumberdaya Lahan Pertanian

    Penggunaan lahan Provinsi Bali didominasi oleh lahan pertanian, yaitu

    368.259,37 ha (65,35%) dari 563.666 ha luas Provinsi Bali. Hutan merupakan

    penggunaan lahan terluas kedua dengan luas area 121.066,54 ha atau 21,48%.

    Kemudian disusul oleh penggunaan lahan pemukiman seluas 39.282,95 ha (6,97%),

    tanah terbuka dengan luas 18.467,66 ha (3,28%), padang 9.890,60 ha (1,75%),

    perairan darat 6.138,66 ha (1,09%), tambang 283,58 ha (0,05%), dan industri

    merupakan penggunaan lahan yang menempati proporsi terkecil, yaitu 277,20 ha atau

    0,05% (Gambar 8)

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 25

    Gambar 8. Peta Penggunaan Lahan Provinsi Bali

    Hutan

    Provinsi Bali mempunyai wilayah daratan 563.286 ha dan wilayah perairan laut

    mencapai luas 950.000 ha, sedangkan kawasan hutan seluas 130.686,01 ha (23,20 % dari luas

    wilayah daratan). Luas kawasan hutan di Provinsi Bali terdiri atas hutan daratan 127.271,01

    dan taman laut/perairan seluas 3.415 ha.

    Menurut fungsinya hutan di Provinsi Bali dibedakan menjadi hutan lindung, hutan

    produksi, cagar alam, dan hutan taman wisata. Rasio luasannya hutan sesuai kategori

    disajikan pada Gambar 9.

    Gambar 9 Persentase luasan hutan berdasarkan fungsinya di Bali (2006)

    73%

    3%7%

    1%15%

    1%0%

    0%0%

    Cagar Alam Suaka Margasatw a Taman Wisata AlamTaman Buru Taman Nasional Taman Hutan RayaHutan Lindung Hutan Produksi Hutan Kota

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 26

    Dalam kawasan hutan negara terdapat habitat hutan mangrove murni seluas 2.759 ha

    yang tersebar di Kabupaten/Kota kecuali Kabupaten Bangli (tanpa ada kawasan pantai).

    Sedangkan di Kabupaten Buleleng luas hutan mangrove mencapai 602 ha (dalam satu

    kesatuan manajemen dengan pengelolaan Taman Nasional Bali Barat seluas 1.184,11 ha).

    Namun hutan mangrove di luar kawasan hutan diperkirakan mencapai luas 1.459 ha yang

    tersebar di seluruh kabupaten/kota. Sebaran kawasan hutan mangrove di Provinsi Bali

    disajikan pada Gambar 10.

    Gambar 10. Persentase luasan hutan mangrove

    Masalah-masalah lingkungan yang terkait dengan pembangunan kehutanan di Bali

    meliputi gangguan keamanan hutan seperti : penebangan liar atau pencurian hasil kayu hutan,

    dan perambahan hutan oleh penduduk di sekitar kawasan hutan. Musim kemarau yang cukup

    panjang mengakibatkan kawasan hutan di daerah Jembrana, Buleleng, dan Karangasem

    menjadi kering; Keadaan seperti ini menjadikan rawan kebakaran hutan. Hingga Oktober

    2007, kerusakan hutan akibat dari kebakaran mencapai luasan 264,3 ha; karena ilegal loging

    mencapai 10 kasus, dan perambahan hutan mencapai luasan 12.720,856 ha.

    Berbagai isu dan permasalahan hutan di Bali muncul akibat lemahnya kesadaran

    masyarakat terhadap fungsi hutan, masih adanya lahan di sekitar kawasan konservasi yang

    belum dimanfaatkan sehingga tekanan terhadap kawasan hutan terus meningkat. Belum

    optimalnya pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan juga menjadi faktor pendorong

    terjadinya gangguan hutan. Disamping faktor alam (kebakaran), adanya praktek-praktek

    penebangan liar, pembirikan dan perambahan hutan untuk budidaya tanaman pangan dan atau

    Badung 12%

    Denpasar 14%

    TNBB 22%

    Luar kawasan 26%

    Jembrana 11%Buleleng

    11%

    Klungkung 4%

    Badung Denpasar Klungkung Jembrana Buleleng TNBB Luar kaw asan

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 27

    pakan ternak secara berlanjut, akan mendukung tingkat kekritisan lahan kawasan hutan.

    Tingkat kekritisan lahan hutan yang dicirikan oleh gundulnya lahan akan mengakibatkan

    semakin besarnya aliran permukaan pada saat musim hujan yang berakhir pada erosi. Berkat

    pengalaman dan penyadaran dari berbagai pihak, nampaknya dampak yang terjadi mulai

    disadari oleh masyarakat.

    Adanya penyerobotan lahan kehutanan yang disertifikatkan oleh masyarakat

    merupakan permasalahan yang perlu mendapat penanganan secara serius. Masalah

    pensertifikatan kawasa hutan yang mencapai luasan 53,989 ha (45 buah sertifikat) yang

    terjadi saat reformasi dan tersebar di Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Jembrana, dan

    Karangasem, belum tuntas dapat ditangani. Demikian pula halnya luas kawasan hutan yang

    statusnya pinjam pakai kepada 39 pemohon mencapai luasan 274,486 ha, belum ditindak

    lanjuti megenai legal formal penpanjangan perjanjian pinjam pakainya.

    Untuk memulihkan kondisi hutan, Dinas Kehutanan Provinsi Bali dalam kurun waktu

    tiga tahun terakhir telah mengadakan reboisasi/rehabilitasi hutan semakin meningkat dari

    tahun ke tahun, dan sesuai rencana untuk tahun 2007 direncanakan reboisasi/rehabilitasi

    mencapai 245 ha. Data perkembangan kegiatan reboisasi/rehabilitasi di provinsi Bali seperti (

    Tabel 3.8 Kumpulan Data Lingkungan).

    5. Permasalahan Sumberdaya Air dan Lahan Pertanian

    1). Permasalahan sumberdaya Air me;iputi : penurunan kualitas dan kuantitas air,

    distribusi, ketersediaan air bersih dll.

    2). Masalah-masalah lingkungan yang terkait dengan pembangunan kehutanan di Bali

    meliputi gangguan keamanan hutan seperti : penebangan liar atau pencurian hasil kayu

    hutan, dan perambahan hutan oleh penduduk di sekitar kawasan hutan. Musim kemarau

    yang cukup panjang tahun ini mengakibatkan kawasan hutan di daerah Jembrana,

    Buleleng, dan Karangasem menjadi kering; Keadaan seperti ini menjadikan rawan

    kebakaran hutan. Hingga Oktober 2007, kerusakan hutan akibat dari kebakaran

    mencapai luasan 264,3 ha; karena ilegal loging mencapai 10 kasus, dan perambahan

    hutan mencapai luasan 12.720,856 ha.

  • Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 28

    Tingkat kekritisan lahan hutan yang dicirikan oleh gundulnya lahan akan

    mengakibatkan semakin besarnya aliran permukaan pada saat musim hujan yang

    berakhir pada erosi.

    Adanya penyerobotan lahan kehutanan yang disertifikatkan oleh masyarakat merupakan

    permasalahan yang perlu mendapat penanganan secara serius. Masalah pensertifikatan

    kawasa hutan yang mencapai luasan 53,989 ha (45 buah sertifikat) yang terjadi saat

    reformasi dan tersebar di Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Jembrana, dan

    Karangasem, belum tuntas dapat ditangani. Demikian pula halnya luas kawasan hutan

    yang statusnya pinjam pakai kepada 39 pemohon mencapai luasan 274,486 ha, belum

    ditindak lanjuti megenai legal formal penpanjangan perjanjian pinjam pakainya (SLHD

    Bali, 2007).

    Tabel 4. Sadapan Air di Muara Sungai