komplilasi fraktur

7
Komplilasi fraktur Ujung Akar dan Fragmen Ujung akar dan fragmen adalah sisa-sisa dari struktur yang normalnya berada di dalam processus alveolaris. Karena itu benda tersebut dapat ditolerir dan jarang mengakibatkan adanya reaksi benda asing atau infeksi. Keputusan untuk mengeluarkannya didasarkan pada perkiraan bahwa tidak akan terjadi cedera akibat hal tersebut dan karena merupakan keadaan dengan rasio risiko/manfaat yang menguntungkan. Merusak sebagian besar lingir alveolar dalam upaya untuk membebaskan ujung akar merupakan tindakan yang patut dipertanyakan. Apabila ada risiko terdorongnya gigi ke dalam sinus maxillaris, ke fossa infratemporalis, canalis mandibularis atau ke ruang submandibularis maka pengeluaran fragmen akar sering memberikan rasio risiko/manfaat yang merugikan. Apabila pengeluaran pada situasi ini memang diperlukan, maka sebaiknya merujuk ke spesialis bedah mulut. Apabila ujung atau fragmen dibiarkan tetap pada tempatnya, maka sebaiknya dilakukan foto rontgen untuk kontrol di masa mendatang dan pasien diberitahu mengenai pertimbangan risiko/manfaat yang mendasari keputusan tersebut. Pengeluaran dengan pembedahan. Pendekatan yang biasa dilakukan untuk mengeluarkan patahan ujung akar atau fragmen adalah dengan pembedahan. Pertama dapat dilakukan dahulu dengan pendekatan konservatif dari alveolus dengan menggunakan root picks, elevator cryer atau file saluran akar. Tetapi menghabiskan terlalu banyak waktu dan usaha untuk mengeluarkan

Upload: mutiahelda

Post on 19-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

komplikasi dari fraktur

TRANSCRIPT

Page 1: Komplilasi fraktur

Komplilasi fraktur

Ujung Akar dan Fragmen

Ujung akar dan fragmen adalah sisa-sisa dari struktur yang normalnya berada di dalam

processus alveolaris. Karena itu benda tersebut dapat ditolerir dan jarang mengakibatkan

adanya reaksi benda asing atau infeksi. Keputusan untuk mengeluarkannya didasarkan pada

perkiraan bahwa tidak akan terjadi cedera akibat hal tersebut dan karena merupakan keadaan

dengan rasio risiko/manfaat yang menguntungkan. Merusak sebagian besar lingir alveolar

dalam upaya untuk membebaskan ujung akar merupakan tindakan yang patut dipertanyakan.

Apabila ada risiko terdorongnya gigi ke dalam sinus maxillaris, ke fossa infratemporalis,

canalis mandibularis atau ke ruang submandibularis maka pengeluaran fragmen akar sering

memberikan rasio risiko/manfaat yang merugikan. Apabila pengeluaran pada situasi ini

memang diperlukan, maka sebaiknya merujuk ke spesialis bedah mulut. Apabila ujung atau

fragmen dibiarkan tetap pada tempatnya, maka sebaiknya dilakukan foto rontgen untuk

kontrol di masa mendatang dan pasien diberitahu mengenai pertimbangan risiko/manfaat

yang mendasari keputusan tersebut.

Pengeluaran dengan pembedahan. Pendekatan yang biasa dilakukan untuk mengeluarkan

patahan ujung akar atau fragmen adalah dengan pembedahan. Pertama dapat dilakukan

dahulu dengan pendekatan konservatif dari alveolus dengan menggunakan root picks,

elevator cryer atau file saluran akar. Tetapi menghabiskan terlalu banyak waktu dan usaha

untuk mengeluarkan patahan akar atau fragmen dengan cara konservatif, sering

meningkatkan morbiditas dibanding apabila dilakukan pembedahan dari awal. Sesudah

pembuatan flap, tulang diambil secara konservatif untuk mendapat jalan masuk ke akar.

Tulang dapat dipotong dengan elevator kecil, elevator periosteal atau instrumen plastis.

Elevator gigi yang lurus dan kecil atau kadang-kadang elevator periosteal yang kecil

digunakan untuk memisahkan akar dari alveolus. Jika hal tersebut tidak berhasil dan sulit

mengarahkan tekanan secara benar, maka dibuat suatu lubang kaitan pada akar untuk insersi

elevator. Seperti prosedur flap, operasi diikuti dengan irigasi saline steril dan pemeriksaan

bagian yang dioperasi sebelum melakukan penghalusan tulang dan penjahitan.

Gigi sebelahnya dan gigi antagonis

Penggunaan elevator dengan hati-hati. Fraktur pada gigi atau restorasi di dekatnya,

kebanyakan merupakan akibat terlalu kuatnya tekanan yang dikenakan melalui elevator.

Page 2: Komplilasi fraktur

Suatu elevator yang bertumpu pada gigi atau restorasi di dekatnya dapat menggoyahkan gigi

tersebut atau restorasi dapat lepas. Cedera pada gigi antagonis biasanya terjadi akibat

pencabutan eksplosif, yaitu gigi terungkit secara tidak diperkirakan dari alveolus akibat

tekanan berlebih ke arah oklusal atau sejajar. Perawatannya bersifat individual, mulai dari

replantasi gigi yang tercabut tidak sengaja, membuat restorasi sementara atau menyemenkan

kembali mahkota prostetik atau inlay. Pencegahan didasarkan pada penggunaan pinch grasp

atau sling grasp dan tekanan terkontrol.

Processus alveolaris

Fraktur minor. Fraktur processus alveolaris yang ringan adalah ikut terambilnya sebagian

tulang bukal atau facial maxilla bersama akar pada waktu dilakukan pencabutan dengan tang.

Hal tersebut disebabkan oleh tekanan yang besar pada processus alveolaris yang getas dan

tipis. Kejadiannya sulit diperkirakan, bahkan walaupun kadang-kadang dapat diraba bila

menggunakan pinch grasp. Capa penanganannya dengan menggunakan rongeur untuk

mengambil tulang-tulang tajam di dekatnya dan menggunakan kikir tulang untuk

menghaluskan tepi-tepi tulang. Mukoperiosteum di atasnya perlu dijahit bila sangat terpisah

dengan tulangnya.

Fraktur mayor. Radiograf dapat membantu memperkirakan fraktur mayor pada processus

alveolaris rahang atas. Apabila sinus hiperaerasi dan processus alveolaris ekstruksi, jembatan

tulang yang tertinggal antara lantai sinus dan puncak lingir kebanyakan setipis kertas.

Kondisi ini menunjukkan perlunya pembedahan tanpa lebih dahulu menoba mencabut

menggunakan tang. Pada kasus terburuk, alveolus molar atas mungkin fraktur total, kadang-

kadang melibatkan seluruh tuberositas dan dasar antral. Dasar pemikiran dari konsep

penanganan fraktur processus alveolaris yang luasa adalah pengertian bahwa tulang yang

terpisah dari periosteum atau suplai darahnya mudah mengalami nekrosis. Karena itu, suatu

pendekatan konservatif yang dapat melindungi periosteum kalau memungkinkan dipilih.

Umumnya gerakan tuberositas dapat dideteksi sebelum dikeluarkan dan pencabutan ditunda.

Prosedur ditunda dan gigi atau gigi yang terlibat displinting dan kalau bisa dibebaskan dari

oklusi. Karena sinus maxillaris cedera sampai batas tertentu, maka kasus ini memerlukan

pemberian antibiotika spektrum luas dan dekongestan sistemik. Pencabutan diselesaikan

setelah beberapa saat (biasanya 6 – 8 minggu) melalui pembedahan, jika processus alveolaris

atau tuberositas terangkat pada waktu pencabutan, maka gigi dikeluarkan dengan

pembedahan dan tulang dikembalikan pada daerah yang fraktur sebagai graft bebas. Jika ini

Page 3: Komplilasi fraktur

dilakukan, maka penjahitan mukoperiosteum harus dilakukan, karena sebagian besar dasar

sinus maxillaris harus diganti.

Mandibula

Perhatian pada penggunaan elevator. Fraktur mandibula paling sering terjadi pada pencabutan

molar ketiga. Mandibula cukup lemah di bagian ini, yang merupakan pertemuan corpus dan

processus alveolaris yang berat dengan ramus yang tipis. Kesalahan biasanya karena

menggunakan elevator dengan kekuatan yang berlebihan. Elevator yang diinsersikan pada

bagian mesial molar ketiga baik yang erupsi maupun yang impaksi, dan ditekan dengan

kekuatan yang besar ke atah distal atau disto-oklusal menjadikan mandibula terancam fraktur.

Jika pergeseran distal dari gigi terhalang oleh tulang, maka terbentuk baji antara mahkota dan

ramus yang kaku. Baji bisa dihindari dengan pemotongan terencana dari gigi tersebut yang

menciptakan celah di bagian distal untuk tempat pergeseran gigi.

Diagnosis. Fraktur mandibula karena pencabutan gigi dapat menimbulkan masalah

(merugikan diagnosis tetapi menguntungkan penanganan) yaitu karena pergeseran fragmen

biasanya minimal dan hanya sedikit gangguan oklusi. Untuk menentukan adanya fraktur

diperlukan gambar sinar-X ekstraoral (panoramik atau oblik lateral). Apabila terdiagnosis

adanya fraktur, pasien sebaiknya segera diberitahu dan dirujuk. Perawtan biasanya terdiri atas

imobilisasi mandibula dengan menggunakan fiksasi maksilomandibuler selama kurang lebih

5 – 6 minggu.

Apabila mandibula nyata-nyata lemah secara anatomis , maka pada pengambilan gigi impaksi

yang dalam, patologis yang besar atau resorbsi, fraktur hampir tidak bisa dihindarkan. Untuk

mengatasi masalah seperti ini, pasien diberi pengarahan/ penjelasan sebelum pembedahan

dilakukan bahwa rencana pembedahan diubah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

fraktur dan akan merawatnya dengan baik apabila fraktur benar-benar terjadi.

http://www.vikaasriningrum.com/2011/10/komplikasi-pencabutan-gigi_08.html

 Fraktur mahkota gigi

Selama pencabutan mungkin tidak dapat dihindari bila gigi sudah mengalami karies atau

restorasi besar. Namun hal ini sering juga disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi tang pada

Page 4: Komplilasi fraktur

gigi, bilah tang di aplikasikan pada mahkota gigi bukan pada akar atau massa akar gigi, atau

dengan sumbu panjang tang yang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Bila operator

memilih tang dengan ujung terlalu lebar dan hanya memberikan ‘kontak 1 titik’ gigi dapat

pecah bila tang ditekan. Bila tangkai tang tidak dipegang dengan kuat, ujung tas mungkin

terlepas dari akar dan mematahkan mahkota gigi. Terburu-buru biasanya merupakan

penyebab dari semua kesalahan, yang sebenarnya dapat dihindari bila operator bekerja sesuai

metode. Pemberia tekanan berlebihan dalam upaya mengatasi perlawanan dari gigi tidak

dianjurkan dan bisa menyebabkan fraktur mahkota gigi.

Bila fraktur mahkota gigi terjadi, metode yang digunakan untuk mengambil sisa dari gigi

bergantung pada banyaknya gigi yang tersisa serta penyebab kegagalannya. Terkadang

diperlukan aplikasi tang atau elevator tambahan untuk mengungkit gigi dan metode

pencabutan transalveolar.

b.      Fraktur tulang alveolar

Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi fraktur tulang

alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang patah, baru

dilanjutkan pencabutan.

c.       Fraktur tuberositas maxillaris

Terjadi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang atas. Perlu dihindari oleh karena

tuberositas diperlukan sebagai retensi pada pembuatan gIgi palsu.

d.      Fraktur yang bersebelahan atau gigi antagonis

Fraktur gigi yang bersebelahan atau gigi antagonis selama pencabutan dapat dihindari.

Pemeriksaan praoperasi secara cermat dapat menunjukkan apakah gigi yang berdekatan

dengan gigi yang akan dicabut telah mengalami karies, restorasi besar, atau terletak pada arah

pencabutan. Bila gigi yang akan dicabut adalah gigi penjangkaran, mahkota jembatan harus

dibelah dengan disk vulkarbo atau intan sebelum pencabutan. Bila gigi sebelahnya terkena

karies dan tambalannya goyang atau mengaung (overhanging) maka harus diambil atau

ditambal dengan tambalan sementara sebelum dilakukan pencabutan. Tidak boleh

diaplikasikan tekanan pada gigi yang berdekatan selama pencabutan, dan gigi lainnya tidak

Page 5: Komplilasi fraktur

boleh digunakan sebagai fulcrum untuk elevator kecuali bila gigi tersebut juga akan dicabut

pada kunjungan yang sama.

Gigi antagonis bisa pecah atau fraktur bila gigi yang akan dicabut tiba-tiba diberikan tekanan

yang tidak terkendali dan tang membentur gigi tersebut. Tekhnik pencabutan yang terkontrol

dapat mencegah kejadian ini.

e.       Fraktur mandibula atau maxilla

Kondisi ini terjadinya fraktur (patah tulang) yang tidak diharapkan dari bagian soket gigi,

atau bahkan tulang mandibula atau maksila tempat melekatnya tulang alveolar berada. Paling

umum terjadi dikarenakan kesalahan tehnik operator saat melakukan pencabutan gigi. Oleh

karena itu operator diharuskan memiliki tehnik yang benar dan bisa memperhitungkan

seberapa besar penggunaan tenaga saat mencabut gigi dan cara menggunakan alat dengan

tepat.