fraktur phalanx.doc

22
BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah dan pemakian jalan, jumlah kendraan serta kecepatan kenderaan, maka mayoritas fraktur adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Fraktur didefinisikan sebagai putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi. 1 Fraktur yang paling sering terjadi pada sistem skeletal dan dianggap remeh adalah fraktur phalanx. Fraktur phalanx memiliki frekuensi kejadian mencapai 10 % dari total fraktur dan mencapai 46% dari total fraktur yang terjadi pada tangan. Jika dirata-ratakan pertahun angka kejadian fraktur phalanx adalah 1,0 % pada populasi normal. Kejadian fraktur phalanx terbanyak pada usia 39-60 tahun. 2,3,4 Gejala klinik dari fraktur phalanx sendiri seperti gejala umum fraktur, dimana tampak pembekakkan, nyeri tekan, keterbatasan gerak karena nyeri. 3,4 Untuk diagnosis sendiri dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis. 3,4 Terapi pada fraktur phalanx tergantung dari garis patahannya apabila garis patahan tak stabil maka dilakukan open reduksi, apabila garis patahannya stabil biasanya cukup dengan reposisi tertutup. 3,4

Upload: insanaqid

Post on 30-Dec-2014

1.004 views

Category:

Documents


119 download

DESCRIPTION

laporan kasus tentang fraktur digiti/phalanx

TRANSCRIPT

Page 1: Fraktur Phalanx.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah dan

pemakian jalan, jumlah kendraan serta kecepatan kenderaan, maka mayoritas fraktur

adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Fraktur didefinisikan sebagai putusnya

kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi.1

Fraktur yang paling sering terjadi pada sistem skeletal dan dianggap remeh

adalah fraktur phalanx. Fraktur phalanx memiliki frekuensi kejadian mencapai 10 %

dari total fraktur dan mencapai 46% dari total fraktur yang terjadi pada tangan. Jika

dirata-ratakan pertahun angka kejadian fraktur phalanx adalah 1,0 % pada populasi

normal. Kejadian fraktur phalanx terbanyak pada usia 39-60 tahun.2,3,4

Gejala klinik dari fraktur phalanx sendiri seperti gejala umum fraktur,

dimana tampak pembekakkan, nyeri tekan, keterbatasan gerak karena nyeri.3,4

Untuk diagnosis sendiri dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan radiologis.3,4

Terapi pada fraktur phalanx tergantung dari garis patahannya apabila garis

patahan tak stabil maka dilakukan open reduksi, apabila garis patahannya stabil

biasanya cukup dengan reposisi tertutup.3,4

Fraktur metatarsal merupakan fraktur yang terjadi pada penghubung antara

pergelangan tangan dengan phalanx. Penyebab langsung dari fraktur ini karena

kejatuhan benda berat, sedangkan penyebab tidak langsung biasanya disebabkan oleh

posisi waktu menginjak tanah dengan kuat kemudian secara tiba-tiba badan

melakukan gerakan berputar.5

Pada anamnesis biasanya penderita mengeluh nyeri didaerah pedis.

Pada pemeriksaan fisik tampak pembengkakkan, ekimosis, krepitasi, nyeri tekan dan

nyeri sumbu.5

Penanggulangannya sendiri tergantung fraktur, apabila fragmen frakturnya

tidak mengalami dislokasi, dilakukan imobilisasi dengan pemasangan gips sirkuler,

apabila

Page 2: Fraktur Phalanx.doc

1

Page 3: Fraktur Phalanx.doc

fragmen mengalami dislokasi dapat dilakukan reposisi tertutup, kalau gagal

dengan reposisi tertutup dapat dengan pemasangan internal fiksasi dengan Kirschner

wire.5

Amputasi berasal dari kata latin amputare yang berarti ”pancung”. Dalam ilmu

kedokteran diartikan sebagai mebuang sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu

yang menonjol, atau tonjolan alat (organ) tubuh.5

Prevalensi amputasi sendiri sangat bervariasi data diAmerika Serikat

menunjukkan angka 350.000-1juta, dengan insiden 20.000 – 30000 pertahun,

sedangkan usia puncak insiden amputasi berkisar dari 50 – 75 tahun. Untuk

pebandingan gender pria mengambil angka 75 % , sedangkan 25% wanita. Lokasi

tersering dilakukan amputasi adalah ekstrimitas bawah 85%.6

Jenis – jenis amputasi menurut pelaksanaannya terbagi menjadi

amputasi selektif/terencana dimana amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang

terdiagnosis dan mendapat penanganan baik yang terpantau secara terus – menerus,

misalnya amputasi pada penderita diabetes mellitus. Amputasi akibat trauma yaitu

amputasi yang terjadi akibat trauma dan tidak direncanakan, misalnya akibat

kecelakaan lalu lintas. Amputasi darurat, misalnya amputasi pada fraktur multiple.6

Indikasi dilakukan amputasi adalah dead, dangerous, damn nulsance. Dead yang

dimaksudkan adalah kerusakan pembuluh darah yang biasanya disebabkan oleh

penyakit pembuluh darah perifer. Dangerous adalah hal – hal yang dianggap lebih

berbahaya jika mempertahankan dibandingkan dilakukan amputasi, semisal crush

injury yang apabila tidak dilakukan penanganan menyebabkan gagal ginjal. Damn

nulsance yaitu keadaan dimana memiliki anggota gerak lebih buruk daripada tidak

mempunyai anggota gerak.6

Mengingat banyaknya insidensi fraktur phalanx dan metarsal, dan

kurangnya pengetahuan tentang amputasi serta untuk memenuhi syarat KKM dibagian

bedah, berikut ini akan saya paparkan sebuah laporan kasus dengan judul : ”seorang

pasien dengan trauma amputasi phalanx IV-V pedis dekstra dengan fraktur phalanx

proksimal digiti IV + fraktur metatarsal II – III pedis dekstra”.

Page 4: Fraktur Phalanx.doc

2

Page 5: Fraktur Phalanx.doc

BAB II LAPORAN

KASUS

IDENTITAS

Nama : Tn. DT

Umur : 46 tahun

Kelamin : Laki-laki

Alamat : Talaud

Agama : Protestan

Suku : Sanger

Pekerjaan : Nelayan

Pendidikan : Tamat SLTA

Status Pernikahan : Sudah Menikah

Tanggal MRS : 23 April 2012

ANAMNESIS

Keluhan Utama: Luka dan nyeri pada kaki serta tangan kanan akibat kecelakaan lalu

lintas ( pasien dirujuk dari talaud dengan diagnosis Crush Injury R. Pedis Dekstra +

Vulnus Laceraturm R. Manus Dekstra )

Riwayat Penyakit Sekarang:

Luka dan nyeri pada kaki serta tangan kanan akibat kecelakaan lalu lintas

dialami penderita kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Kecelakaan bermula ketika penderita sedang membawa motor, tiba – tiba dari

arah depan datang sepeda motor dan menabrak penderita sehingga penderita terjatuh

dengan kaki dan tangan kanan terbentur aspal lebih dahulu. Mekanisme

selanjutnya dari kecelakaan tidak diketahui. Riwayat pemakaian helm ada

Riwayat pingsan kurang dari 5 menit. Mual,muntah tidak dialami, riwayat

alkohol tidak ada. Pasien sebelumnya dibawa ke rumah sakit ditalaud, sempat dilakukan

tindakan awal berupa pemasangan infus dan penjahitan, tapi karena permintaan

keluarga langsung dirujuk ke rumah sakit prof kandou.

PEMERIKSAAN FISIK

3

Page 6: Fraktur Phalanx.doc

Airway : Adekuat

Brething : 26 x/menit

Circulation : Tensi: 140/90 mmHg, Nadi :102 x/menit, kuat angkat, isi cukup

Disability : Alert

Exposure : Tangan, kaki

Tanda vital : Tensi: 140/90 mmHg, Nadi :102 x/menit, R: 26 x/m, Sb: 36,7

°C Kepala : Konjungtiva anemis -, Sklera ikterik -

Pupil bulat isokor kiri=kanan, RC +/+ normal.

Leher : Inspeksi : Trachea ditengah

Palpasi : Perbesaran kelenjar -/-

Thoraks :

Cor : Inspeksi : iktus kordis tampak

Auskultasi : SI-SII normal, biasing –

Palpasi : Iktus kordis tidak kuat

angkat

Perkusi : Batas kiri : linea midklavikularis sinistra ICS

IV

Batas kanan : linea parasternalis dekstra ICS III

Pulmo : Inspeksi : Gerakan pernapasan simetris kiri=kanan

Auskultasi : Ronki -/-, Wheezing -/-

Palpasi : Stem Fremitus

kiri=kanan Perkusi : Sonor kiri=kanan

Abdomen : Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Lemas, tidak teraba

massa Perkusi : Timpani, pekak

hepar (+)

Page 7: Fraktur Phalanx.doc

4

Page 8: Fraktur Phalanx.doc

Ekstremitas : Superior : R. Manus Dekstra: Luka terjahit ukuran 5 x

10 cm, oedem (+), Nyeri tekan (+)

Inferior : R. Pedis Dekstra : luka terbuka ukuran 10 x

10 cm, tepi tidak rata, dasar tulang, bone expose

(+), avulsi jaringan (+), perdarahan aktif (-)

Hasil Laboratorium

Hb : 10,7 gr/dl Ureum : 32 mg/dl

Leukosit : 10.700 /mm3 Kreatinin : 0,76 mg/dl

Trombosit : 259.000 /mm3 Natrium : 135 mEq/L

GDS : 172 mg/dL Kalium : 3,6 mEq/L

Klorida: 105 mEq/L

Pemeriksaan Penunjang

o Ekokardiography : kesan : dalam batas normal

o Foto X-ray R. Pedis Deksta AP/Lateral

o Foto X-ray R. Manus Dekstra AP/Lateral

DIAGNOSIS KERJA

Trauma amputasi Phalanx IV-V R.Pedis Dekstra + Susp. Fraktur terbuka Phalanx

Proximal Digiti IV Manus Dekstra

TINDAKAN/

PENGOBATAN Stabilisasi

pasien dengan :

IVFD : RL 20 gtt/menit

ATS Profilaksis

Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (sebelumnya di skin

test) Gentamisin 2 x 80 mg IV

Ranitidin 2 x 1 amp IV

Ketorolac 3 x amp 1 IV

Page 9: Fraktur Phalanx.doc

5

Page 10: Fraktur Phalanx.doc

Tindakan yang direncanakan : Debridement

dengan narkose Pemasangan wiring

jika pasien setuju

PROGNOSIS :

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

Quo ad fungsionam : bonam

Follow Up :

2 4 - 0 4 - 2 01 2 ( P k l 10 . 30 w i ta )

S : nyeri pada kaki dan tangan kanan

O : VS : dalam batas normal

st lokalis : R. Manus Dekstra: Luka terjahit ukuran 5 x 10 cm, oedem (+),

Nyeri tekan (+)

: R. Pedis Dekstra : luka terbuka ukuran 10 x 10 cm, tepi tidak rata,

dasar tulang, bone expose (+), avulsi jaringan

(+), perdarahan aktif (-)

A : Trauma amputasi Phalanx IV-V R.Pedis Dekstra + Susp. Fraktur terbuka

Phalanx Proximal Digiti IV Manus Dekstra

P : - IVFD : RL 20 gtt/menit

- Ceftriaxone 2 x 1 gr IV

- Gentamisin 2 x 80mg IV

- Ranitidin 2 x 1 amp IV

- Ketorolac 3 x 1 amp IV

Pro : - Debrideman dengan narkose

- Pemasangan ORIF jika keluarga bersedia

6

Page 11: Fraktur Phalanx.doc

L a p or a n o p e r a s i :

Tanggal operasi : 24-04-2012, jam : 23.05 – 01.15 wita, lama operasi 2 jam

Ahli bedah : dr. Djarot. N, Sp. OT

Asisten : dr. Davy L dan dr. Henry

G

Penderita tidur terlentang dengan narkose

Asepsik dengan antiseptik lapangan operasi

Dilakukan insisi verikal digiti IV manus dekstra sampai

periosteum Tampak fraktur phalanx proksimal digiti IV manus

dekstra Dilakukan pemasangan wiring di phalanx proksimal

Luka dicuci dengan Nacl 0,9 % dan Hemolog ditambah povidone iodine sampai

bersih

Luka operasi ditutup lapis demi lapis

Regio pedis dekstra tampak crush injury dengan avulsi jaringan

Luka dicuci dengan Nacl 0,9 % + povidone iodine + H2O2 sampai bersih

Dilakukan pemasangan wiring di phalanx proximal II sampai metatarsal II dan

phalanx proximal III sampai metatarsal III

Luka operasi dicuci dengan Nacl 0,9% + hemolog sampai

bersih Luka dijahit situasi dan aproksimasi seproksimal

mungkin Operasi selesai

In s t ruk s i p o s t o p e r a s i :

- IVFD : RL 20 gtt/menit

- Ceftriaxone 2 x 1 gr IV

- Gentamisin 2 x 80mg IV

- Ranitidin 2 x 1 amp IV

- Ketorolac 3 x 1 amp IV

- Cek Darah lengkap 2 jam post operasi

- Bila sadar pasien boleh minum sedikit - sedikit

25 / 2 6 - 0 4 -2 0 1 2 ( P k l 1 0.3 0 w i ta )

Page 12: Fraktur Phalanx.doc

7

Page 13: Fraktur Phalanx.doc

S : nyeri luka operasi

O : VS : dalam batas normal

st lokalis : R. Manus Dekstra: terpasang for slab, luka terawat

: R. Pedis Dekstra : terpasang back slap, luka terawat

A : Post Wiring ec Fr. Phalanx Proksimal Digiti IV Manus Dekstra et Fr.

Metatarsal II – III Pedis Dekstra + Trauma amputasi Phalanx IV-V

R.Pedis Dekstra

P : - IVFD : RL 20 gtt/menit

- Ceftriaxone 2 x 1 gr IV

- Gentamisin 2 x 80mg IV

- Ranitidin 2 x 1 amp IV

- Ketorolac 3 x 1 amp IV

- Rawat luka

2 7 - 0 4 - 2 01 2 ( P k l 10 . 30

w i ta ) S : nyeri luka operasi

O : VS : dalam batas normal

st lokalis : R. Manus Dekstra: terpasang for slab, luka terawat

: R. Pedis Dekstra : terpasang back slap, luka terawat

A : Post Wiring ec Fr. Phalanx Proksimal Digiti IV Manus Dekstra et Fr.

Metatarsal II – III Pedis Dekstra + Trauma amputasi Phalanx IV-V

R.Pedis Dekstra

P : - IVFD : RL 20 gtt/menit

- Ceftriaxone 2 x 1 gr IV

- Gentamisin 2 x 80mg IV

- Ranitidin 2 x 1 amp IV

- Ketorolac 3 x 1 amp IV

- Rawat luka

Page 14: Fraktur Phalanx.doc

8

Page 15: Fraktur Phalanx.doc

BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan penunjang.

Pada anamnesis didapatkan keluhan nyeri pada kaki dan tangan kanan penderita

karena trauma kecelakaan lalu lintas akibat bertabrakan antara motor dengan motor

dengan kaki dan tangan kanan kanan menyentuh aspal terlebih dahulu.

Dalam literatur anamnesis fraktur, biasanya berkaitan dengan adanya

riwayat trauma, dimana riwayat trauma harus diperinci, besar – ringannya truma, arah

trauma dan mekanisme trauma untuk mencari kemungkinan – kemungkinan lokasi

fraktur. Selain itu adanya nyeri dapat memperkuat dugaan adanya fraktur.1-2

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kualitas kesadaran kompos mentis, tanda

vital hanya tensi yang mengalami peningkatan 140/90 mmHg. Pada status lokalis

didapatkan Regio Manus Dekstra: Luka terjahit ukuran 5 x 10 cm, oedem (+), Nyeri

tekan (+) dan Regio Pedis Dekstra : luka terbuka ukuran 10 x 10 cm, tepi tidak rata,

dasar tulang, bone expose (+), avulsi jaringan (+), perdarahan aktif (-).

Menurut literartur tanda adanya fraktur yang diperoleh pada penderita fraktur

dapat dikenali melalui 3 metode, yakni Look : dilihat apakah ada deformitas

(misalnya penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, dan pemendekan), adanya

fungsio laesa atau hilangnya fungsi, kemudian Feel : adanya nyeri pada penekanan dan

nyeri sumbu yang menjalar, dan yang ketiga Move : didapatkan krepitasi, nyeri bila

digerakkan, berkurangnya atau terbatasnya ROM ( Range Of Motion ), dan gerakan –

gerakan abnormal ( gerakan bukan pada sendi, misalnya pertengahan femur dapat

digerakkan ).1,2,7

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ini adalah pemeriksaan

laboratorium hematologi rutin, kimia darah, dan faal ginjal. Kadar ureum darah pada

kasus ini mengalami peningkatan.

Menurut literatur pemeriksaan kimia darah dan fungsi ginjal pada crush injury

memegang peranan penting, hal ini karena efek sistemik yang dihasilkan oleh trauma

rhabdomyolisis ( pemecahan otot ) sehingga memicu pelepasan komponen sel otot

yang

Page 16: Fraktur Phalanx.doc

9

Page 17: Fraktur Phalanx.doc

berbahaya dan elektrolit kedalam sistem pembuluh darah yang dapat menyebabkan

crush syndrome termasuk kelainan metabolik, asidosis, hipekalemia, hipokalsemia,

dan gagal ginjal melalui mekanisme pelepasan mioglobin otot dimana

mioglobin ini akan menyebabkan nekrosis tubular ginjal.8

Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil normal. Menurut

literatur pemeriksaan EKG mutlak dilakukan pada crush injury hal ini karena mekanisme

pelepasan elektrolit akibat pemecahan otot dapat menimbulkan hiperkalemia yang

berdampak terjadinya aritmia.8

Pemeriksaan X-rays ( AP/Lateral ) pada kasus dilakukan ini sebagai diagnosis

pasti adanya fraktur pada phalanx proksimal digiti IV serta fraktur metatarsal II-III.

Dalam literatur diagnosis pada fraktur dapa dilakukan dengan tanda - tanda

klasik, sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi

fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Sedangkan untuk fraktur yang tidak

memberikan tanda klasik memang diagnosisnya harus dibantu dengan pemeriksaan

radiologi, baik rontgen biasa ataupun MRI. Foto rontgen minimal harus dua proyeksi

yaitu Antero-Posterior (AP) dan Lateral. 1,2,7,9,10

Penatalaksaan pada kasus sesuai dengan penatalaksaan fraktur terbuka

dimana diberikan ATS profilaktis, antibiotik ceftriaxone dan gentamisin, analgesik

ketorolak, sedangkan tindakan yang dilakukan yaitu debridemenr dan open reduksi

dengan fiksasi internal.1,2,9,10,11

Dalam literatur sendiri tatalaksana untuk fraktur terbuka diawali dengan

pemberian ATS, kemudian antibiotik spektrum luas untuk kuman gram postif dan

negatif, kemudian dilakukan narkose untuk tindakan debridement dimana sebelum luka

dibersihkan dengan Nacl , dilakukan kultur pada dasar luka fraktur terbuka. Untuk

fiksasi sendiri tergantung dari temuan klinis dimeja operasi, karena pada kasus ini

fraktur yang terjadi adalah fraktur yang tidak stabil maka dilakukan internal fiksasi

dengan pemasangan K. Wire. Pada kasus ini K wire masing – masing dipasanag pada

phalanx proksimal digiti IV, Metatarsal II dan III. 9,10,11

Prognosis pada kasus ini baik. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya

komplikasi pasca bedah, dan keadaan umum pasien, hanya saja dari segi fungsi

pasien dapat melakukan rehabilitasi dengan pemasangan protease. 9,10,11

Page 18: Fraktur Phalanx.doc

10

Page 19: Fraktur Phalanx.doc

BAB IV

KESIMPULAN

1. pasien didiagnosis Fr. Phalanx Proksimal Digiti IV Manus Dekstra et Fr.

Metatarsal II – III Pedis Dekstra + Trauma amputasi Phalanx IV-V

R.Pedis Dekstra dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang serta temuan saat dilakukan debridebement

2. pasien mendapat terapi bedasarkan terapi Fraktur terbuka.

3. Prognosis pada kasus ini baik , hanya saja dari segi fungsi pasien dapat

melakukan rehabilitasi dengan pemasangan protease.

11