komplikasi kehamilan

5
A.KOMPLIKASI PADA KEHAMILAN 1. Pada kehamilan muda rahim yang bertambah besar dapat tertahan/terhalang keluar dari true pelvic, jarang dijumpai kecuali pada panggul sempit absolute 2. Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh bagian terbawah janin, menyebabkan fundus uteri tetap tinggi dengan keluhan sesak, sulit bernafas, terasa penuh diulu hati dan perut besar 3. Bagian terbawah anak goyang dan tes Osborn (+) 4. Perut seperti abdomen pendulus (perut gantung) 5. Dijumapa kesalahan-kesalahan letak, presentasi dan posisi 6. Lightning tidak terjadi, fiksasi kepala tidak ada, bahkan setelah persalinan dimulai 7. Sering dijumpai tali pusat terkemuka dan menumbung B. KOMPLIKASI PADA SAAT PERSALINAN Komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada derajat kesempitan panggul. 1. Persalinan akan berlangsung lama 2. Sering dijumpai ketuban pecah dini 3. Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering terjadi tali pusat menumbung 4. Moulage kepala berlangsung lama 5. Sering terjadi inertia uteri sekunder 6. Pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inertia uteri primer 7. Partus yang lama akan menyebabkan pereganga SBR dan bila berlarut-larut dapat menyebabkan ruptur uteri 8. Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intrapartal 9. Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi nekrotik dan terjadilah fistula. C. KOMPLIKASI PADA ANAK 1. Infeksi intrapartal 2. Kematian janin intrapartal (KJIP) 3. Prolaps funikuli 4. Perdarahan intracranial 5. Kaput suksedaneum sefalo-hematoma yang besar

Upload: pinutttttt

Post on 03-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

maternitas

TRANSCRIPT

A.KOMPLIKASI PADA KEHAMILAN 1. Pada kehamilan muda rahim yang bertambah besar dapat tertahan/terhalang keluar dari true pelvic, jarang dijumpai kecuali pada panggul sempit absolute 2. Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh bagian terbawah janin, menyebabkan fundus uteri tetap tinggi dengan keluhan sesak, sulit bernafas, terasa penuh diulu hati dan perut besar 3. Bagian terbawah anak goyang dan tes Osborn (+) 4. Perut seperti abdomen pendulus (perut gantung) 5. Dijumapa kesalahan-kesalahan letak, presentasi dan posisi 6. Lightning tidak terjadi, fiksasi kepala tidak ada, bahkan setelah persalinan dimulai 7. Sering dijumpai tali pusat terkemuka dan menumbung

B. KOMPLIKASI PADA SAAT PERSALINAN Komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada derajat kesempitan panggul. 1. Persalinan akan berlangsung lama 2. Sering dijumpai ketuban pecah dini 3. Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering terjadi tali pusat menumbung 4. Moulage kepala berlangsung lama 5. Sering terjadi inertia uteri sekunder 6. Pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inertia uteri primer 7. Partus yang lama akan menyebabkan pereganga SBR dan bila berlarut-larut dapat menyebabkan ruptur uteri 8. Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intrapartal 9. Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi nekrotik dan terjadilah fistula.

C. KOMPLIKASI PADA ANAK 1. Infeksi intrapartal 2. Kematian janin intrapartal (KJIP) 3. Prolaps funikuli 4. Perdarahan intracranial 5. Kaput suksedaneum sefalo-hematoma yang besar 6. Robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat dan lama

VIII. PROGNOSIS (2,3)

Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung sendiri tanpa bilamana perlu pengambilan tindakan yang tepat,timbul bahaya bagi ibu dan janin. Bahaya pada ibu : a. Partus lama yang seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum. b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul peregangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologik (Bundl). Keadaan ini terkenal dengan ruptur uteri mengancam, apalagi bila tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi reganggan akan timbul ruptur uteri . c. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut.

Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis , atau fistula vesicovaginalis, atau fistula rectovaginalis. Bahaya pada janin : a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apalagi jika ditambah dengan infeksi intrapartum. b. Prolapsus funikuli apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan memerlukan kelahiran segera, apabila ia masih hidup. c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik, kepal janin dapat melewati rintangan pada panggu dengan mengadakan moulage. Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas-batas tertentu, akan tetapi apabila batas batas tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebeli dan perdarah intrakranial. d. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh simpisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis.

IX. PENANGANAN (2,3)

Dewasa ini 2 tindakan dalam penanganan disproporsi sefalopelvik yang dahulu banyak diselenggarakan lagi. Cunam tinggi dengan mengguanakan axis- traction forceps dahulu dilakukan untuk membawa kepala janin yang dengan ukuran besarnya belum melewati atas panggul kedalam rongga panggul dan terus keluar. Tindakan ini sangat berbahaya bagi janin dan ibu, kini diganti oleh section sesaria yang jauh lebih aman. Saat ini ada 2 cara yang merupakan tindakan utama untuk menangani persalinan pada disproporsi sefalopelvik, yakni sectio sesaria dan partus percobaan. a. Sectio Sesaria

Sectio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder yakni setelah persalinan berlangsung selama beberapa waktu.. section sesaria elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdapat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu sectio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada factor- factor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami infertilitas yang lama, penyakit jantung, dan lain-lain. Sectio sesaria sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau karena timbul komplikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum dipenuhi. (2,3) b. Persalinan Percobaan

Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran- ukuran panggul dalam semua bidang dan hubunga antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan. dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin, kedua factor ini tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung beberapa waktu. Pemelihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Diatas sudah dibahas indikasi- indikasi untuk section sesaria elektif, keadaan- keadaan ini dengan sendirinya menjadi kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu beberapa hal perlu pula mendapat perhatian. Janin harus berada dalam presentasi kepala dan lamanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. alasanbagi ketentuan yang terakhir ini ialah kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan moulage, dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang dapat tibul pada persalinan percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang. (2,3) Mengenai penanganan khusus pada persalinan percobaan perlu diperhatikan hal- hal berikut: 1. Perlu diadakan pengawasan yang seksama terhadap keadaan ibu dan janin.

Pada persalinan yang agak lama perlu dijaga adanya bahaya dehidrasi dan asidosis pada ibu, dan perlu diusahakan supaya ia dapat beristirahat cukup, serta tidak banyak menderita. Jangan diberikan makanan biasa melainkan secara infus intra vena karena ada kemungkinan persalinan harus diakhiri dengan sectio sesaria. Keadaan denyut jantung janin harus pula diawasi terus-menerus. 2. Kualitas dan turunnya kepala janin dalam rongga panggul harus tetap diawasi

Perlu disadari bahwa kesempitan panggul tidak jarang mengakibatkan kelainan his dan gangguan pembukaan servik. Dalam hubungan ini his yang kuat, kemajuan dalam turunnya kepala dalam rongga panggul, dan kemajuan dalam mendatar serta membukanya servik merupakan hal-hal yang menguntungkan. 3. Sebelum ketuban pecah, kepala janin pada umumnya tidak dapat masuk kedalam rongga panggul dengan sempurna

Pada disproporsi sefalopelvik ketuban tidak jarang pecah pada permulaan persalinan. Pemecahan ketuban secara aktif hanya dapat dilakukan bila his berjalan teratur dan sudah ada pembukaan servik untuk separuhnnya atau lebih. Tujuan tindakan ini ialah untuk mendapatkan kepastian apakah dengan his yang teratur dan mungkin bertambah kuat, terjadi penurunan kepala yang berarti atau tidak. Selanjutnya setelah ketuban pecah, baik spontan atau dengan buatan perlu ditentukan ada tidaknya prolapsus funikuli4. Masalah yang penting ialah menentukan berapa lama partus percobaan boleh berlangsung.

Berhubung banyaknya factor yang harus ikut diperhitungkan dalam mengambil keputusan tersebut, tiap kasus harus dinilai sendri-sendiri. Apabila his cukup sempurna maka sebagai indikator berhasil atau tidaknya partus percobaan tersebut adalah hal-hal yang mencakup keadaan-keadaan sebagai berikut: a. Bagaimana kemajuan pembukaan servik? Adakah gangguan pembukaan seperti pemanjangan fase laten, pemanjangan fase aktif, sekunder arrest b. Bagaimanakah kemajuan penurunan bagian terendah janin (belakang kepala)? c. Adakah tanda-tanda klinis dari pihak anak maupun ibu yang menunjukkan adanya bahaya bagi anak maupun ibu (gawat janin, rutura uteri imminens, dll)

Apabila salah satu gangguan diatas ada, maka menandakan bahwa persalian pervaginam tidak mungkin dan harus diselesaikan dengan section sesaria. Sebaliknya bila kemajuan pembukaan serta penurunan kepala berjalan lancar, maka persalinan pervaginam bisa dilaksanakan sesuai persyaratan yang ada. (2,3)