komplikasi katarak toni

12
Eugenia Cindy Juliany 07120090033 KOMPLIKASI OPERASI KATARAK Laporan operasi katarak (EKEK+IOL) 1. Pasien terlentang di meja operasi dengan anestesi blok retrobulber dengan spuit 5cc lidokain 2% 3 ampul 2. Dilakukan desinfektan dengan betadine, alcohol di daerah sekitar operasi kemudian ditutup dengan duk steril 3. Dipasang tegel pada m. rectus superior dengan benanag side 4. Dipasang speculum kemudian desinfektan daerah kornea dan konjunctiva dengan betadine, kemudian irigasi dengan RL 5. Dilakukan irisan konjunctiva kemudian dibebaskan 6. Dibuat flap konjunctiva dengan basis forniks, dibuat insisi kornea-sklera 7. Masukkan metilen blue untuk mempertegas bagian anterior lensa lalu dimasukkan cairan viscoelastis dan kemudian diaspirasi 8. Dilakukan kapsulotomi anterior dengan spuit 1 cc yang ujungnya dibengkokkan 9. Insisi kornea diperlebar dengan gunting kornea kemudian dipasang jahitan pengaman 10. Nucleus lensa dikeluarkan dan jahitan pengaman disimpul 11. Dilakukan irigasi aspirasi untuk membersihkan sisa

Upload: toniperiyanto

Post on 17-Sep-2015

36 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

komplikasi

TRANSCRIPT

Eugenia Cindy Juliany07120090033KOMPLIKASI OPERASI KATARAK

Laporan operasi katarak (EKEK+IOL)1. Pasien terlentang di meja operasi dengan anestesi blok retrobulber dengan spuit 5cc lidokain 2% 3 ampul2. Dilakukan desinfektan dengan betadine, alcohol di daerah sekitar operasi kemudian ditutup dengan duk steril3. Dipasang tegel pada m. rectus superior dengan benanag side4. Dipasang speculum kemudian desinfektan daerah kornea dan konjunctiva dengan betadine, kemudian irigasi dengan RL5. Dilakukan irisan konjunctiva kemudian dibebaskan6. Dibuat flap konjunctiva dengan basis forniks, dibuat insisi kornea-sklera7. Masukkan metilen blue untuk mempertegas bagian anterior lensa lalu dimasukkan cairan viscoelastis dan kemudian diaspirasi8. Dilakukan kapsulotomi anterior dengan spuit 1 cc yang ujungnya dibengkokkan9. Insisi kornea diperlebar dengan gunting kornea kemudian dipasang jahitan pengaman10. Nucleus lensa dikeluarkan dan jahitan pengaman disimpul11. Dilakukan irigasi aspirasi untuk membersihkan sisa korteks12. Masukkan cairan viscoelastis, lensa dimasukkan, kemudian dijahit kembali dan selanjutnya dimasukkan cairan miostat13. Simpul dimasukkan, speculum dan tegel dilepas14. Injeksi genta deksa 0,5cc di subkonjunctiva, setelah itu diberikan salep kloramfenikol15. Mata dibebat16. Operasi selesai

KOMPLIKASI KATARAKA. Komplikasi Pre Operasi KatarakKomplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma. Timbulnya glaukoma sekunder akibat katarak dapat melalui tiga cara, yaitu:1. Glaukoma fakomorfikLensa dapat membengkak (intumesen) dengan menyerap cukup banyak cairan dari kamera anterior yang menimbulkan sumbatan pupil dan pendesakan sudut sehingga jalan trabekular terblok serta menyebabkan glaukoma sudut tertutup.2. Glaukoma fakolitikPada katarak stadium hipermatur terjadi kebocoran protein lensa dan masuk ke dalam kamera anterior terutama pada bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya protein lensa maka pada kamera okuli anteriorakan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yangberfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga terjadi penyumbatan trabecular yang memicu terjadi peningkatan TIO. Glaukoma yang terjadi adalah glaukoma sudut terbuka.3. Glaukoma fakotopik Lensa hipermatur dapat mengalami dislokasi, iris terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humoraqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.

B. Komplikasi Intra Operasi Katarak1. HifemaPerdarahan dapat terjadi dari insisi korneo-skeral, korpus siliaris, atau vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari insisi, harus dilakukan kauterisasi. Irigasi dengan BSS dilakukan sebelum ekstraksi lensa. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat rubeosis iridis, uveitis heterokromik dan iridosiklitis.3,4,5

2. IridodialisisKomplikasi ini dapat disebabkan oleh instrumen. Biasanya pada bagian proksimal dari insisi. Clayman mengemukakan bahwa iridodialisis yang kecil tidak menimbulkan gangguan visus dan bisa berfungsi sebagai iridektomi perifer, tetapi iridodialisis yang parah dapat menimbulkan gangguan pada visus. Keadaan ini dapat terjadi pada waktu memperlebar luka operasi, iridektomi atau ekstraksi lensa. Perbaikan harus dilakukan segera dengan menjahit iris perifer pada luka. 3,4

3. Prolaps korpus vitreumProlaps korpus vitreus merupakan komplikasi yang serius pada operasi katarak, dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan stromal downgrowth, prolaps iris, uveitis, glaukoma, ablasi retina, edema macular kistoid, kekeruhan korpus vitreum, endoftalmitis dan neuritis optik. Untuk menghindari hal tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai segmen anterior bebas dan korpus vitreum. 4

4. Perdarahan ekspulsifKomplikasi ini jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius yang dapat menimbulkan ekspulsi dari lensa, vitreus, uvea. Keadaan ini biasanya ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler yang mendadak diikuti dengan refleks fundus merah tua, luka insisi terbuka, prolaps iris serta diikuti keluarnya lensa , vitreus dan darah.Penanganannya segera dilakukan temponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan rapat. Bila perdarahan sudah berhenti, luka dibuka kembali dan dilakukan vitrektomi. Beberapa penulis menganjurkan dilakukan sklerotomi posterior (4-6mm posterior dari limbus) untuk drainase.3,4

C. Komplikasi Post Operasi Katarak Awal1. HifemaBisa terjadi 1 3 hari setelah operasi, biasanya berasal dari luka insisi atau iris, pada umumnya hilang spontan dalam waktu 7- 10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada luka. Bila perdarahan cukup banyak dapat menyebabkan glaukoma sekunder dan corneal staining, dan TIO harus diturunkan dengan pemberian asetazolamid 250 mg 4 kali sehari, serta parasintesis hifema dengan aspirasi-irigasi. 3,4

2. Prolaps irisKomplikasi ini paling sering terjadi satu sampai lima hari setelah operasi dan penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena komplikasi prolapse vitreus selama operasi. Keadaan ini merupakan penanganan (jahitan ulang) untuk menghindari timbulnya komplikasi seperti penyembuhan luka yang lama, epithelial downgrowth, konjungtivitis kronis, endoftalmitis, edema macular kistoid dan kadang kadang ophtalmia simpatika. 3

3. Endoftalmitis AkutSecara umum endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri, penurunan visus, injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca operasi. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak adalah Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan Staphylococcus coagulase negatif yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis akut bila dibandingkan dengan gram negatif. Untuk gram negatif, kuman penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeroginosa. Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus..2,3,4

4. Descemet FoldKeadaan ini paling sering disebabkan oleh operasi pada endotel kornea. Pencegahannya adalah penggunaan cairan viskoelastik untuk melindungi kornea. Pada umumnya akan hilang spontan beberapa hari setelah operasi.

D. Komplikasi Post Operasi Katarak Lanjut

1. Edema korneaEdema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi pada epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekananik, inflamasi dan peningkatan TIO, insidennya meningkat pada disfungsi endotel. Biasanya akan teresobsi sempurna 4-6 minggu setelah operasi, tetapi edema menetap bila disebabkan perlekatan vitreus pada endotel kornea. 3,4

2. Kekeruhan kapsul posteriorKomplikasi ini merupakan penyebab tersering penurunan visus setelah EKEK, dimana kapsul posterior masih utuh, berasal dari sel-sel epitel lensa yang masih hidup yang tertinggal pada kapsul anterior dan posterior setelah pengeluaran nukleus dan korteks. Penyebabnya adalah plak subkapsular posterior residual dimana insidennya bisa diturunkan dengan polishing kapsul posterior, juga disebabkan fibrosis kapsular karena perlekatan sisa kortek pada kapusl posterior, atau dapat diakibatkan proliferasi epitel lensa pada kapsul posterior di tempat aposisi kapsul anterior dengan kapsul posterior. Faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi antara lain umur pasien, riwayat inflamasi intraokuler, model LIO, bahan optik LIO, capsular fixation dari implan 3,4Kekeruhan pada kapsul posterior setelah EKEK dapat diatasi dengan disisio atau kapsulotomi posterior. Kapsulotomi dapat menggunakan pisau Zingler, jarum kecil dan dapat menggunakan Nd: YAG laser3. Residual Lens MaterialPada umumnya disebabkan EKEK yang tidak adekuat, dimana terjadi kegagalan pengeluaran seluruh material lensa bagian perifer yang berada di bawah iris. Bila material yang tertinggal sedikit akan diresorbsi secara spontan, sedangkan bila jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bisa menimbulkan uveitis anterior kronik dan glaukoma sekunder. Apabila yang tertinggal potongan nuklear yang besar dan keras, dapat merusak endotel kornea, penanganannya dengan ekspresi atau irigasi nukleus. 3,44. Dekompensasi korneaEdema kornea yang disebabkan karena gangguan fungsi pompa endotel merupakan salah satu komplikasi katarak yang paling sering dijumpai. Penyebab terjadinya gangguan fungsi pompa endotel ini dapat disebabkan oleh trauma mekanis yang terjadi selama operasi, antara lain manipulasi berlebihan dalam bilik mata depan, instrument yang menyentuh endotel, penekanan pada kornea atau perlekatan implant pada endotel. Penyebab lain edema kornea menetap yang diakibatkan perlekatan vitreus atau hialoid yang intak pada endotel kornea. Pemberian agent hiperosmotik sistemik akan menimbulkan dehidrasi vitreus, sehingga dapat melepaskan perlekatan.

5. Glaukoma sekunderPeningkatan TIO yang ringan bisa timbul 24 48 jam setelah operasi, mungkin berkaitan dengan penggunaan zonulolyzis dan tidak memerlukan terapi spesifik. Peningkatan TIO yang berlangsung lama, dapat disebabkan oleh hifema, blok pupil, sinekia anterior perifer karena pendangkalan COA, epithelial ingrowth. Glaukoma maligna atau blok siliar adalah komplikasi pasca operasi yang jarang terjadi, disebabkan humor akuos mengalir ke posterior dan mendorong vitreus anterior ke depan. Penanganannya secara medikamentosa dengan pemberian agent hiperosmotik sistemik, dilatasi pupil maksimum dengan atropin 4% dan fenilefrin 10% atau dengan melakukan aspirasi akuos humor/vitreus posterior. 3,4,5

6. Endoftalmitis KronikEndoftalmitis kronis dapat timbul dalam beberapa bulan sampai 1 tahun atau lebih setelah operasi. Endoftalmitis kronis ditandai dengan reaksi inflamasi kronik atau uveitis (granulomatosus) dan penurunan visus. Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus. Organisme penyebab endoftalmitis kronik mempunyai virulensi yang rendah, penyebab tersering adalah Propionibacterium acnes organisme tersebut menstimulasi reaksi imunologik yang manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.2,3,4

7. Epithelial IngrowthKomplikasi ini jarang terjadi, disebabkan masuknya epitel konjungtiva melalui defek luka. Sel sel epitel masuk segmen anterior dan trabekular meshwork sehingga menimbulkan glaukoma. Faktor predisposisi adalah tiap konjungtiva fornix-base, penyembuhan luka yang tidak baik dan prolaps iris. Tanda tanda yang menyertai meliputi uveitis anterior pasca operasi menetap, fistula (50% dari kasus), membran transparan dengan tepi berlipat pada bagian superior endotel kornea, pupil distorsi dan membran pupilar. Penanganannya adalah cryodestruction sel epitel dan eksisi epitel yang terlihat pada iris dan vitreus anterior. 3,4

8. Ablasi retinaFaktor predisposisinya meliputi prolaps vitreus, myopia tinggi perlekatan vitreo-retinal dan degenarasi latis. Ablasi retina pada mata afakia khas ditandai adanya tear kecil berbentuk U yang pertama kali mengenai makula. 3,4

9. Edema makula kistoidSering menyebabkan penurunan visus. Patogenesisnya tidak diketahui, kemungkinan karena permeabilitas perifoveal yang meningkat, inflamasi, vitreomacular traction, dan hipotoni yang lama atau yang sementara waktu.Pada pemeriksaan fluorescein angiography, tampak gambaran flower petal. Mata bisa tetap tampak normal atau mudah iritasi dan fotofobia, tampak ciliary flush dengan iritis ringan, ruptur hyaloid anterior dengan adhesi vitreus pada bagian dalam luka. Penurunan visus biasanya terjadi 2-6 bulan setelah operasi dan bertahan beberapa minggu sampai beberapa bulan. Sebagian besar kasus pulih spontan dalam 6 bulan dan tidak memerlukan terapi spesifik. Pada kasus kasus yang kronis (berlangsung lebih dari 9 bulan), penurunan visus permanen karena pembentukan lamelar mucular hole. 3,4

BAB IIIDAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 20092. Ilyas DSM, Sidarta,.Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 20133. American Academy of Opthalmology, Basic and aclinical Science Course. Lens and Cataract. Section 11. San Fransisco : American Academy of Opthalmology : 17-22, 81-97, 103-104. kBoyd FB. Highlight of opthalmology. World atlas series of ophthalmic surgery. Vol 1. Eldorado : Highlight Opthalmology Intl : 123-4. 172-755. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-Hill; 20076. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment : 2010. BR J Ophthalmol. 2011.

7