cr forensik toni akip
DESCRIPTION
forensikTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
KEMATIAN AKIBAT KECELAKAAN
Oleh:
M. Akip Riyan, S.Ked
Toni Alie Ngena Pinem, S.Ked
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2015
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang tidak terduga
sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau kematian.
Kecelakaan lalu lintas dibagi atas “A motor-vehicle traffic accident” dan “Non motor-
vehicle traffic accident”, “A motor-vehicle traffic accident” adalah setiap kecelakaan
kendaraan bermotor di jalan raya. “Non motor-vehicle traffic accident”, adalah setiap
kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi
atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor.1
Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Tahun 1993 Bab XI :
- Pasal 93 Ayat (1), kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak di
sangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau pemakai jalan
lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
- Pasal 93 ayat (2), korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dapat berupa korban mati, koban luka berat dan korban luka ringan.1
2. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas,
antara lain1 :
1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.
Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran ramburambu
lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan
terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang
diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.
2. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi
sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan
patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya.
Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang digunakan,
perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor
kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, di samping itu adanya
kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara teratur.
3. Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan, pagarpengaman di
daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi
permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlubang sangat membahayakan pemakai
jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.
4. Faktor lingkungan
Hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman
menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh
karenapenghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan
mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek.Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Pada hari minggu, 3 Mei 2015, pukul 01.55 WIB telah diterima mayat seorang pria,
berusia 40 tahun di instalasi forensik RSUD Abdul Moeloek beserta surat kematian dari
RSU Imannuel Bandar Lampung. Korban ditemukan tergeletak di pinggir jalan Soekarno
Hatta (by pass), disekitar korban terdapat motor yang dicurigai motor korban dan korban
tidak memakai helm, kemudian korban dibawa ke RSU Imannuel Bandar Lampung.
Korban dinyatakan meninggal di RSU Imannuel dan dikirim ke RSUD Abdul Moeloek
untuk dilakukan pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan didapatkan:
Nama : Tn. Heri ---------------------------------------------------------
Tempat / Tgl Lahir : ----------------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Laki-laki-----------------------------------------------------------
Pekerjaan : -----------------------------------------------------------------------
Alamat : -----------------------------------------------------------------------
Agama : ----------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan Luar
Keadaan jenazah:
1. Tidak terdapat label mayat---------------------------------------------------------------
2. Tutup/ Bungkus Mayat:-------------------------------------------------------------------
Dibungkus dengan kain berwarna putih satu lembar dan kain berwarna hijau
dengan bercak darah satu lembar.-------------------------------------------------------
3. Perhiasaan Mayat :-----------------------------------------------------------------------
Tidak ada perhiasaan pada korban.------------------------------------------------------
4. Pakaian Mayat:-------------------------------------------------------------------------------
Korban dalam keadaan memakai popok dengan merek pampers confidence
ukural L berwarna putih motif biru.-------------------------------------------------------
5. Benda disamping Mayat:-----------------------------------------------------------------
Tidak ada benda disamping mayat------------------------------------------------------
6. Kaku mayat terdapat pada rahang, leher, dan langan kanan mudah dilawan.--------
Lebam mayat terdapat pada punggung berwarna keunguan, hilang dengan
penekanan.---------------------------------------------------------------------------------
7. Mayat adalah seorang laki-laki berumur 40 tahun, kulit : kuning langsat, gizi :
baik, panjang tubuh : 165 cm, zakar disunat.-------------------------------------------
8. Identitas khusus : -------------------------------------------------------------------------
Kaki kanan lebih pendek daripada kaki kiri.--------------------------------------------
9. Rambut berwarna hitam beruban tumbuhnya tipis panjang dua centimeter----------
Alis mata berwarna hitam tumbuhnya jarang panjang nol koma lima centimeter---
Bulu mata berwarna hitam tumbuh lurus dan tipis panjang satu centimeter---------
Kumis berwarna hitam tumbuhnya jarang panjang nol koma lima centimeter------
Jenggot berwarna hitam tumbuhnya jarang panjang nol koma tiga centimeter-----
10. Kelopak mata kanan tertutup kelopak mata kiri tertutup. Selaput bening mata
kanan jernih dan selaput bening mata kiri jernih. Warna tirai mata kanan dan kiri
coklat. Teleng mata kanan dan kiri berbentuk bulat, ukuran nol koma enam
centimeter. Selaput bola mata kanan dan kiri keruh. Selaput kelopak mata kanan
dan pucat dan kiri terdapat perdarahan.-------------------------------------------------
11. hidung biasa dan simetris.----------------------------------------------------------------
Telinga biasa dan simetris------------------------------------------------------------------
Mulut terbuka nol koma lima centimeter, lidah tidak terjulur-------------------------
12. Gigi geligi-------------------------------------------------------------------------------------
Rahang kanan gigi berjumlah tujuh dengan gigi ke empat tersisa akar. Rahang kiri
atas berjumlah lima dengan gigi ke enam, tujuh dan delapan kosong. Rahang
kanan bawah gigi berjumlah enam dengan gigi ke enam dan tujuh tersisa akar.
Rahang kanan bawah gigi berjumlah lima dengan gigi ke enam, tujuh dan delapan
tersisa akar.--------------------------------------------------------------------------------
13. Dari lubang mulut, hidung, telinga kanan dan kiri, dan lubang pelepasan tidak ada
keluar cairan. Dari lubang kemaluan keluar cairan keruh encer.--------------------------
14. Luka-luka--------------------------------------------------------------------------------------
a. pada kepala belakang sisi kanan tiga sentimeter dari garis pertengahan depan
enam sentimeter di atas batas tumbuh rambut bawah terdapat luka lecet jenis
geser dengan ukuran empat sentimeter kali dua sentimeter.---------------------------
b. pada pelipis kanan tinga sentimeter dari garis petengahan depan satu sentimeter
diatas sudut luar mata terdapat luka terbuka tepi tidak rata kedua sudut tumpul
dasar luka otot jika dirapatkan membentuk garis miring arah kanan bawah ke kiri
atas sepanjang empat sentimeter.--------------------------------------------------------
c. Pada dahi tepat garis pertengahan depan setinggi alis terdapat luka lecet dan
bengkak warna merah kehitaman ukuran enam sentimeterkali tujuh sentimeter.
d. Pada kelopak bawah kanan terdapat memar kebiruan ukuran empat kali dua
sentimeter.---------------------------------------------------------------------------------
e. Seluruh kelopak mata atas kiri memar dan bengkak berwarna biru kehitaman
ukuran empat setengah sentimeter kali enam sentimeter.------------------------------
f. Tepat pada pangkal hidung memar warna kehitaman ukuran satu setengah
sentimeter kali dua sentimeter.-----------------------------------------------------------
g. Pada bibir atas kanan satu sentimeter garis pertengahan depan memar keunguan
ukuran satu sentimeter kali satu sentimeter----------------------------------------------
h. pada lengan atas kanan sisi belakang terdapat beberapa memar warna merah
keunguan dengan ukuran terbesar satu setengah sentimeter kali dua sentimeter,
ukuran terkcil berbentuk titik.-----------------------------------------------------------
i. pada lengan bawah kanan sisi belakang terdapat luka lecet jenis geser dan tekan
warna merah dengan ukuran dua belas sentimeter kali empat sentimeter.------------
j. tepat pada siku kanan terdapat memar warna kebiruan--------------------------------
k. pada lengan bawah kiri sisi belakang terdapat beberapa luka lecet ukuran terbesar
satu sentimeter kali satu sentimeter, ukuran terkecil titik.------------------------------
l. Pada punggung kanan delapan sentimeter garis pertengahan belakang tiga puluh
satu sentimeter DPB terdapat beberapa luka lecet jenis geser warna merah dengan
ukuran terbesar Sembilan sentimeter kali satu sentimeter, terkecil beberntuk titik
dengan luas area dua belas sentimeter kali tiga belas sentimeter.---------------------
m. Pada bokong kanan sampai paha terdapat beberapa luka lecet jenis tekan dan
geser dengan ukuran terbesar enam belas sentimeter kali satu sentimeter dengan
ukuran terkecil berbentuk titik dengan luas area sepuluh sentimeter kali dua belas
sentimeter.---------------------------------------------------------------------------------
n. Tepat pada lutut kiri terdapat dua luka lecet warna merah dengan ukuran masing-
masing satu setengah sentimeter kali satu sentimeter dan satu sentimeter kali satu
setengah sentimeter.-----------------------------------------------------------------------
o. Pada tungkai bawah kiri sisi depan delapan sentimeter ndibawah lutut terdapat
luka lecet tekan dengan ukuran dua setengah sentimeter kali dua sentimeter.-------
p. Pada mata kaki kiri sisi dalam terdapat beberapa luka lecet jenis tekan berwarna
kemerahan dengan ukuran satu setengah sentimeter kali satu sentimeter, ukuran
terkecil berbentuk titik.--------------------------------------------------------------------
q. Pada punggung kaki kiri terdapat beberapa luka lecet dengan ukuran terbesar satu
sentimeter kali satu sentimeter dengan ukuran terkecil berbentuk titik.---------------
r. Pada mata kaki kanan sisi luar terdapat luka lecet jenis geser dan tekan warna
merah ukuran enam sentimeter kali tiga sentimeter.------------------------------------
s. Pada punggung kaki kanan terdapat luka lecet jenis geser berwarna merah ukuran
lima sentimeter kali dua sentimeter.--------------------------------------------------------
t. Pada ibu jari kaki kanan terdapat luka robek ukuran satu sentimeter kali satu
sentimeter.---------------------------------------------------------------------------------
u. Pada ujung kelingking kaki kanan terdapat luka robek ukuran setengah sentimeter
kali setengah sentimeter.------------------------------------------------------------------
v. Pada tungkai bawah kiri sisi belakang terdapat dua memar warna kebiruan dengan
ukuran masing masing tiga sentimeter kali dua sentimeter dan dua sentimeter kali
dua sentimeter.----------------------------------------------------------------------------
15. Patah tulang : Tidak ditemukan patah tulang pada korban.---------------------------------
16. Lain lain :--------------------------------------------------------------------------------------
a. Pada dahi kanan terdapat luka yang telah dijahit dengan benang berwarna hitam
sebanyak tujuh jahitan.-------------------------------------------------------------------
b. Tungkai kanan tampak lebih pendek dari tungkai kiri.-----------------------------------
Barang Pasien :------------------------------------------------------------------------------------
-Sebuah kantong plastic warna hitam berisi :---------------------------------------------------
a. Celana warna hitam merek boxis ukuran ting puluh satu, dengan jumlah
kantong,depan kanan atas satu, depan kiri atas satu, belakang kanan atas satu,
belakang kiri atas satu, tanpa isi, celana dalam keadaan robek.-------------------------
b. Baju kemeja lengan pendek berkerah merek Muzzio ukuran XL kotak kotak warna
merah, hitam putih dengan jumlah kantong depan kiri atas satu berisi tusuk gigi,
silet.---------------------------------------------------------------------------------------------
c. Botol Mizone dalam keadaan kosong.----------------------------------------------------
d. Roti crispy cracker dua pack.-----------------------------------------------------------------
e. benang, jarum, kaca.-------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN :------------------------------------------------------------------------------------
Pada pemeriksaan mayat seorang laki-laki dalam keadaan segar berumur empat puluh
tahun. Pada pemeriksaan luar ditemukaan luka memar, lecet, luka terbuka akibat
kekerasan benda tumpul hampir disekujur tubuh. Sebab kematian tidak dapat ditentukan
karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam ( outopsi)-----------------------------------------
Demikianlah Visum et Repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan
keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pindana.---------------------------------------------------------------------------
Dokter yang memeriksa
dr. Laisa Mulyati
BAB. III
TINJAUAN PUSTAKA
TANATOLOGI
Tanatologi berasal dari kata thanatos (berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari
kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang
mempengaruhi perubahan dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor
yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah
tentang mati, yaitu:1,2
Mati somatis (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem
penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan
sistem pernapasan, yang menetap ( irreversible). Secara klinis tidak ditemukan
refleks EKG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak
ada pernafasan, dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.
Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga
system kehidupan diatas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Mati
suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik, dan
tenggelam.
Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh
yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup
masing-masing organ atau berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler
pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.
Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali
batang otak dan serebelum, sedangkan keduan sistem lainnya yaitu pernafasan
dan kardiovaskuker masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati otak (mati batang otak) adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal
intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan
diketahuinya mati batang otak maka dapat dikatakan seseorang secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat
dihentikan.
Tanda Kematian Tidak Pasti
1. Pernapasan berhenti, dinilai setelah lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi,
auskultasi).
2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena
mungkin terjadi
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi otot-otot wajah menyebabkan
kulit menimbul sehingga membuat orang menjadi tampak lebih muda. Kelemasan
otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan
pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerah belikat dan bokong
mayat yang tertekan.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah
kematian. Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudan
menetap.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang
masih dapat dihilangkan dengan penetesan air.
Tanda Kematian Pasti
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Tanda-tanda
tersebut, yaitu1,2:
1. Lebam Mayat (Livor Mortis)
Setelah kematian klinis, eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat
gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah
ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang
tertekan alas keras.
Darah tetap cair karena adanya fibrinolisis yang berasal dari endotel pembuluh
darah. Lebam mayat mulai tampak 20-30 menit paska mati. Lebam mayat
yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukan saat
kematian kurang dari 8-12 jam sebelum pemeriksaan. Lebam mayat masih hilang
pada penekanan dan berpindah jika posisi mayat diubah. Lebam menjadi lengkap
dan menetap setelah 8-12 jam. Setelah 24 jam, darah masih dapat mengalir
dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang baru. Menetapnya lebam
mayat disebabkan oleh tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah banyak sehingga
sulit berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut
mempersulit perpindahan tersebut. Mengingat pada lebam mayat, darah terdapat
di dalam pembuluh darah, maka keadaan ini digunakan untuk membedakannya
dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi). Bila pada daerah tersebut
dilakukan irisan kemudian disiram air, warna merah darah akan hilang/pudar
pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.
2. Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme
seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang
menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP.
Selama masih terdapat ATP maka serabut dan miosin tetap lentur. Bila cadangan
glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin
menggumpal dan otot menjadi kaku. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa
persendian. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis,
dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).
Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah
mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan
kemudian menghilang dalam urutan yang sama.
3. Penurunan Suhu Tubuh (Algor Mortis)
Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda
ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan
konveksi. Suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat
kematian. Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang
rendah, lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh yang kurus,
posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan pada orang tua serta
anak kecil.
4. Pembusukan (decomposition, putrefaction)
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan
kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi
dalam keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang
dilepaskan sel paska mati.
Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera
masuk ke jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk
bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan yang terutama adalah
Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana, H2S
dan HCN, serta asam amino dan asam lemak. Pembusukan baru tampak kira-kira
24 jam paska mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu
daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak
dekat dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya
sulfmethemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar ke
seluruh perut dan dada, dan bau busuk mulai tercium. Pembuluh darah bawah
kulit akan tampak melebar dan berwarna hijau kehitaman. Selanjutnya kulit ari
akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau
busuk.
Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan usus, akan
mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan
hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan
mengakibatkan terabanya derik (krepitasi). Gas ini menyebabkan
pembengkakan tubuh yang menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di
daerah dengan jaringan longgar, seperti skrotum dan payudara. Tubuh berada
dalam sikap seperti petinju (pugilistic attittude), yaitu kedua lengan dan
tungkai dalam sikap setengah akibat terkumpulnya gas pembusukan di dalam
rongga sendi.
Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah
menggembung dan berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi
tembem, bibir tebal, lidah membengkak dan sering terjulur diantara gigi.
Keadaan seperti ini berbeda dengan wajah asli korban yang dikenali keluarga.
Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kira-
kira 36-48 jam paska mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan di alis
mata, sudut mata, lubang hidung, dan di antara bibir. Telur lalat tersebut
kemudian akan menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan identifikasi
lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva tersebut, yang
dapat diperkirakan saat mati.
5. Adiposera atau lilin mayat.
Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau
berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh paska mati.
Dulu disebut sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih disukai karena
menunjukkan sifat-sifat diantara lemak dan lilin.
Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk oleh
hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak
jenuh paska mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan
saraf yang termumifikasi (Mant dan Furbank, 1957) dan kristal-kristal sferis
dengan gambaran radial (Evans, 1962).
Adiposera terapung di air, bila dipanaskan mencair dan terbakar dengan nyala
kuning, larut di dalam alkohol panas dan eter. Adiposera dapat terbentuk di
sembarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi lemak superfisial yang
pertama kali terkena. Biasanya perubahan terbentuk bercak, dapat terlihat di pipi,
payudara atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Faktor-faktor yang
mempermudah terbentuknya adiposera adalah suhu hangat, kelembaban, lemak
tubuh yang cukup, dan invasi bakteri endogen ke dalam jaringan. Sedangkan yang
menghambat adalah air mengalir yang membuang elektrolit dan udara yang
dingin.
Pembusukan akan terhambat oleh adiposera. Dalam waktu 4 minggu paska mati
asam lemak naik menjadi 20% dan setelah 12 minggu menjadi 70%.
Adiposera menjadi jelas secara makroskopik sebagai bahan berwarna putih
kelabu yang menggantikan atau menginfiltrasi bagian-bagian lunak tubuh. Pada
stadium awal pembentukannya sebelum makroskopik jelas, adiposera paling baik
dideteksi dengan analisis asam palmitat.
6. Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering,
berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat
berkembang pada lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat,
kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi, dan waktu yang
lama (12-14 minggu). Mumifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal.
LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TUMPUL
Benda tumpul adalah benda yang tidak bermata tajam dengan konsistensi keras
maupun kenyal, permukaan halus maupun kasar. Ada 2 cara terjadinya kekerasan
benda tumpul (blunt force injury), yaitu: lokal (localized) dan umum (generalized).
Kekerasan benda tumpul yang bersifat lokal hanya mengenai sebagian kecil tubuh.
Misalnya akibat serangan hewan, serangan manusia, terantuk benda tumpul atau
terjatuh. Kekerasan benda tumpul yang bersifat umum mengenai sebagian besar atau
seluruh tubuh. Misalnya tertimbun tanah, tergilas mobil, atau jatuh dari ketinggian. Ada 3
jenis luka pada kulit akibat kekerasan benda tumpul, yaitu:2,3
1. Luka Memar (Contusion)
Luka memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler
dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Jika kekerasan tumpul terjadi
pada jaringan ikat longgar, seperti pada daerah leher, mata atau pada orang yang sudah
lanjut usia, maka luka memar yang terjadi kadang seringkali lebih luas karena
berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi. Umur luka
memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat
timbul, memar berwarna merah kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4-5
hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam waktu 7-10
hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan warna tersebut
berlangsung mulai dari tepi.
2. Luka Lecet (Abrasion)
Luka lecet merupakan cedera epidermis akibat bersentuhan dengan benda yang memiliki
permukaan kasar atau runcing; misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh
terbentur aspal jalan, atau sebaliknya, adanya benda yang bergerak dan bersentuhan
dengan kulit. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan
menjadi:
• Luka lecet gores (scratch)
Luka ini terjadi akibat benda runcing (misalnya kuku jari) yang menggeser lapisan
permukaan kulit. Dari gambaran kedalaman luka pada kedua ujungnya dapat
ditentukan arah kekerasan.
• Luka lecet serut (graze)
Luka lecet serut merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya
dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.
• Luka lecet geser (friction abrasion)
Luka lecet geser merupakan luka lecet yang disebabkan karena tekanan linear pada kulit
disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban
pecut.
• Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak lurus terhadap
permukaan kulit, misalnya jejas gigitan. Karena kulit adalah jaringan yang lentur,
maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda
tumpul tersebut, namun terkadang dapat sama dengan bentuk permukaan benda
tumpul tersebut. Kulit pada luka lecet tekan tampak berupa daerah kulit yang kaku
dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya.
3. Luka Robek (Laceration)
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan
kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui Ciri-ciri luka robek
akibat kekerasan tumpul adalah tepi tidak rata, bentuk luka tidak teratur, ada jembatan
jaringan, sekitar luka mungkin lecet atau memar, jaringan dalam rusak, perdarahan tidak
begitu banyak, dan benda asing mungkin ada.
Macam-Macam Trauma Trauma
Macam-Macam Trauma Trauma yang terjadi kecelakaan lalu-lintas, secara lazim, disebut
sebagai trauma benda tumpul. Ada 3 trauma yang paling sering terjadi, yaitu:
1. Trauma kepala
Trauma kepala jenis berat memiliki angka prognosis yang buruk. Di dalam kepala
terdapat otak yang mengatur seluruh aktivitas manusia, mulai dari kesadaran,
bernapas, bergerak, melihat, mendengar, mencium bau, dan banyak lagi fungsinya.
Gangguan utama yang paling sering adalah penurunan kesadaran. Itulah sebabnya,
trauma kepala sering diklasifikasikan berdasarkan derajat kesadaran, yaitu trauma kepala
ringan, sedang, dan berat. Gangguan otak bisa terjadi disertai dengan adanya
penurunan kesadaran, fraktur tengkorak, atau bengkak pada kulit kepala. Tidak jarang
kelainan pada otak tanpa kelainan fisik yang tampak dari luar.
2. Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh tekanan atau
rudapaksa. Fraktur dibagi atas:
• Fraktur terbuka, jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan
dengan udara luar. Fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang
yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan.
• Fraktur tertutup, jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.
Fraktur tertutup bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami
pembengkakan, terdapat kelainan bentuk.
Fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Dari semua
jenis fraktur, yang paling sering adalah fraktur femur 1/3 tengah. Adapun fraktur vertebra
cukup riskan karena di daerah tulang belakang terdapat kumpulan saraf medulla spinalis.
Gangguan pada medulla spinalis bisa menyebabkan kelumpuhan.
3. Trauma thorax
DEFINISI KECELAKAAN LALU LINTAS
Menurut UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, pasal 1 No.
24 menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang
tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna
jalan
yang lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan lalu lintas, antara lain:
1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan. Hampir semua kecelakaan
didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena
sengaja, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku, ataupun tidak melihat ketentuan
yang diberlakukan atau pura-pura tidak tahu.
2. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi,
kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah, dan peralatan yang sudah
aus. Faktor kendaraan terkait dengan teknologi dan perawatan kendaraan.
3. Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, pagar pengaman di
daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang, dan kondisi permukaan
jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai jalan.
4. Faktor lingkungan
Hari hujan juga mempengaruhi kerja kendaraan, seperti jarak pengereman menjadi lebih
jauh, jalan menjadi lebih licin, dan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut
juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
EPIDEMIOLOGI
Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah di
negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan
antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun) dengan pertambahan
prasarana jalan yang hanya sebesar 4% per tahun.
Menurut data kepolisian Republik Indonesia tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan
mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang
mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-rata setiap
hari, terjadi 40. 2
kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Distribusi
korban terutama kelompok usia produktif antara 15-44 tahun dan lebih didominasi kaum
laki-laki.
PENYEBAB KEMATIAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS
Kematian karena luka parah lebih mudah dijelaskan, misalnya luka parah pada bagian
kepala yang kemudian mengalami gegar otak dan pendarahan. Saat kematian terjadi
akibat kecelakaan di jalan, atau korban kemudian tewas setelah bertahan beberapa
saat setelah ditabrak, biasanya terdapat kerusakan mukuloskeletal atau organ,
hemorrhage parah, blokade aliran udara dari darah, atau asfiksia traumatis dari fiksasi
bagian dada yang disebabkan oleh benturan dengan bagian kendaraan. Korban yang
sempat bertahan hidup namun kemudian meninggal dapat disebabkan oleh terjadinya
perdarahan yang tanpa henti, hemorrhage sekunder, kegagalan renal akibat hipotensi
dan/atau kerusakan otot yang ekstensif, embolisme lemak, infeksi lokal, infeksi dada
atau sistemik lainnya, infarksi miokardial atau serebral dan sekuele lainnya.2,4
Adanya penyakit alami juga menjadi pertimbangan yang penting dalam kematian
akibat kecelakaan lalu-lintas, seperti kemungkinan adanya kematian yang disebabkan
oleh penyakit yang diderita korban. Sedangkan kerusakan pada indera penglihatan mata
pendengaran dapat pula Menyebabkan kecelakaan. Kemungkinan lain ialah pengaruh
konsumsi alkohol yang menyebabkan intoksisasi pada diri korban.4
AUTOPSI PADA KEMATIAN AKIBAT KECELAKAAN
Pada korban kecelakaan lalu lintas, biasanya dapat ditemukan luka/tanda kekerasan yang
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok:3
1. Luka akibat kekerasan pertama oleh kendaraan (first impact).
Luka ditimbulkan oleh persentuhan bagian kendaraan dengan tubuh. Bagian
kendaraanyang sering menyebabkan luka pertama ini, antara lain adalah bumper,
kaca spion, pegangan pintu, dan spakbor. Luka biasanya berupa luka lecet jenis tekan.
2. Luka akibat terjatuh.
Pada tubuh korban dapat ditemukan luka lain yang terjadi sebagai akibat
terjatuhnya korban setelah persentuhan pertama dengan kendaraan. Luka biasanya
merupakan luka lecet jenis geser dan atau luka robek.
3. Luka akibat terlindas (roll over).
Luka akibat lindasan ban kendaraan memberikan gambaran yang khas berupa jejas ban.
UNDANG-UNDANG BERKENDARAAN
Undang-Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur dalam UU no. 22
tahun 2009. Pasal 229 No. 1-4 membagi kecelakaan lalu lintas menjadi 3, yaitu:
(1) Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas:
a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan;
b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau
c. Kecelakaan Lalu Lintas berat.
(2) Kecelakaan Lalu Lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau barang.
(3) Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang.
(4) Kecelakaan Lalu Lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
Luka ringan adalah luka yang tidak menyebabkan penyakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaan (jabatan atau pencarian). Luka sedang merupakan luka yang
menyebabkan penyakit atau menghalangi pekerjaan untuk sementara waktu. Luka berat
dirinci dalam KUHP pasal 90, antara lain: jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak
memberi harapan akan sembuh sama sekali atau yang menimbulkan bahaya maut, tidak
mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan, kehilangan
salah satu panca indera, mendapat cacat berat, menderita sakit lumpuh, terganggunya
daya pikir selama 4 minggu lebih, gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Perkiraan saat kematian pada korban ini dapat dinilai dengan tanda-tanda kematian
sekunder (lebam, kaku mayat, dan pembusukan). Perkiraan saat kematian bedasarkan
tanda-tanda kematian sekunder:
1. Lebam mayat
Pada korban ditemukan lebam mayat yang terletak pada bagian punggung korban dimana
lebam mayat tersebut hilang saat penekanan yang menandakan korban meninggal dengan
perkiraan waktu kurang dari 6 jam dari waktu pemeriksaan. Jika ditemukan lebam mayat
tidak hilang saat penekanan maka kemungkinan waktu kematian lebih dari 6 jam dari
saat pemeriksaan.
2. Kaku mayat
Pada korban ditemukan adanya kaku mayat pada bagian rahang, leher, lengan kanan yang
mudah dilawan. Keadaan ini menandakan bahwa perkiraan waktu kematian korban
kurang dari 12 jam dari saat pemeriksaan.
3. Pembusukan
Pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda pembusukan. Hal ini menunjukan perkiraan
waktu kematian kurang dari 24 jam. Pembusukan mayat terjadi pada waktu lebih dari 24
jam dari waktu kematian.
Pada kasus ini, dari pemeriksaan luar dapat diperkirakan saat kematian 6 - 12 jam
sebelum dilakukan pemeriksaan.
1. Jenazah laki-laki dengan panjang badan 165 cm.
2. Terdapat luka lecet jenis geser pada kepala belakang sisi kanan yang mengeluarkan
darah terus menerus dan keluarnya darah pada hidung dan telinga.
3. Terdapat beberapa luka memar, lecet tekan, lecet geser, robek, derik tulang pada
beberapa bagian yang lain akibat kekerasan tumpul.
4. Poin dua (2) bisa menyebabkan kematian tanpa mengesampingkan sebab lain karena
tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
5. Saat kematian diperkirakan 6 - 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I.
Cetakan II. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran forensic FKUI. 1997.
2. Staf pengajar FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
FKUI. Cetakan IV, Jakarta 2000
3. Perundang-Undangan & Aturan Republik Indonesia Terkait Kegiatan Kedokteran
Forensik & Medikolegal. Cetakan I. Bagian Kedokteran Forensik Dan Medikolegal
Rumkit Puspol RS Sukanto Jakarta, 2010
4. Gonzales TA, Vance M, Helpern M, Umberger CJ. 1954. Legal Medicine. Pathology
and toxicology. 2nd edition. New York : Appleton century croft.
LAMPIRAN
Gambar 1. Jenazah bagian atas Gambar 2. Jenazah bagian bawah
Gambar 3. Luka di kepala Gambar 4. Luka-luka di wajah
Gambar 5. Luka di lengan atas Gambar 6. Luka di lengan Bawah
Gambar 7. Luka di tungkai