kompas inside_ february 2007

33
Anggota Koalisi Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Aliansi Buruh Menggugat/ABM (KASBI, SBSI 1992, SPOI, SBTPI, FNPBI, PPMI, PPMI 98, SBMSK, FSBMI, FSBI, SBMI, SPMI, FSPEK, SP PAR REF, FKBL Lampung, SSPA NTB, KB FAN Solo, AJI Jakarta, SBJ, FKSBT, FPBC, FBS Surabaya, PC KEP SPSI Karawang, GASPERMINDO, ALBUM Magelang, FKB Andalas), YLBHI, LBH Pers, LBH Jakarta, Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), PBHI, TURC, LBH Pendidikan, Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM), Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Serikat Guru Tangerang, Serikat Guru Garut, Federasi Guru Independen Indonesia, ICW, LBH APIK, IKOHI, KONTRAS, PPR, Somasi-Unas, SPR, Arus Pelangi, GMS, LPM Kabar, Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN), Praksis, Forum Pers Mahasiswa Jabodetabek (FPMJ), FMKJ, Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP), FSPI, Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), Repdem Jakarta, SPN, OPSI, SP LIATA, SPTN Blue Bird Grup Links IFJ CPJ SEAPA Media Detik.com Voice of Human Rights Tempo Interaktif Sinar Harapan Suara Pembaruan Hukum Online Tuesday, February 27, 2007 FNPBI Kecam 'Seruan Sebagian Wartawan Kompas' FRONT NASIONAL PERJUANGAN BURUH INDONESIA (FNPBI) Jl. Tebet Barat Raya IV No. 05 RT. 015 RW. 01, Kel. Tebet Barat, Jakarta Selatan. Telp./Fax. (021)-8305819. Email: [email protected] --------------------------------------------------- No : 002/Sta/03/07 Hal: Respon terhadap seruan sebagian wartawan kompas Lam: - Salam perlawanan !! Berkaitan dengan seruan sebagian wartawan kompas yang secara tegas mendiskriditkan gerakan demokratik dalam upayanya melawan tindakan anti serikat buruh yang di lakukan oleh pihak management kompas, maka kami perlu menyampaikan sikap sebagai berikut : 1.Bahwa tindakan management kompas yang mendemosi kawan Bambang Wisudo sebagai sekretaris serikat pekerja perkumpulan karyawan kompas adalah tindakan anti union yang sudah sepatutnya di berikan ganjaran pidana sesuai dengan UU 13/2003. 2.Bahwa dalam upaya untuk menekan pihak management kompas dan juga pemerintah, kawan-kawan kemudian membangun komite anti pemberangusan serikat dan melakukan serangkaian acara seperti aksi massa, aksi pemasangan spanduk, aksi delegasi, pengiriman statement dan lain sebagainya adalah hal yang wajar dan memang sudah seharusnya di lakukan dan bahkan harus di tingkatkan disaat pemerintah dengan mudah menjadi alat bagi para pengusaha. 3.Bahwa munculnya seruan wartawan kompas yang justru membela posisi management haruslah dicurigai sebagai bagian dari upaya-upaya management untuk memecah-belah kekuatan para pekerja kompas dan juga kekuatan gerakan demokratik secara keseluruhan. 4.Oleh karena itu, PP FNPBI dengan tegas menyatakan mengecam tindakan sebagian wartawan kompas yang dengan mudah mau dimanfaatkan oleh pihak management untuk menyerang perjuangan kawwan-kawan komite anti pemberangusan serikat. Sudah saatnya kaum buruh bersatu dengan kaum buruh, bersatu dengan kaum tertindas lainnya, bukan bersatu dengan kaum yang menjadi penindasnya. 5.PP FNPBI juga menyerukan kepada seluruh gerakan demokratik agar semakin menyolidkan diri dalam perjuangan menegakkan kebebasan berserikat sebagai salah satu syarat bagi penguatan perjuangan rakyat ke depan, dan juga menyolidkan diri dalam perjuangan melawan neoliberalisme dan boneka-bonekanya. Jakarta, 25 Februari 2007 Previous Post SuratPencabutanPHK Bambang Wisudo JO Cabut Surat Pemecatan Wisudo Surat Protes Buat KPK KOMPAS (sebar) BOHONG! Stop Press Situs Kompas Kena Hack MA Mulai Proses Kasasi Wisudo Diakui, Tim Legal Kompas Minta Bantuan Hakim PHI Pemred Kompas Suryopratomo Mendadak Dicopot Film Perjuangan Wisudo Diluncurkan di Youtube Surga Bernama Kompas Archives December 2006 January 2007 February 2007 March 2007 April 2007 May 2007 June 2007 July 2007 September 2007 October 2007 November 2007 December 2007 January 2008 February 2008 June 2008 July 2008 December 2008 Powered by Hit Counter KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html 1 of 33 4/2/2015 7:13 PM

Upload: zulkarnaen-alx

Post on 02-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Mari berusaha memperjuangkan nasib bersama-sama menghadapi penipuan dan pemeresan kaum pemilik modal

TRANSCRIPT

  • Anggota Koalisi

    Aliansi Jurnalis Independen(AJI), Aliansi BuruhMenggugat/ABM (KASBI, SBSI1992, SPOI, SBTPI, FNPBI,PPMI, PPMI 98, SBMSK,FSBMI, FSBI, SBMI, SPMI,FSPEK, SP PAR REF, FKBLLampung, SSPA NTB, KB FANSolo, AJI Jakarta, SBJ, FKSBT,FPBC, FBS Surabaya, PC KEPSPSI Karawang,GASPERMINDO, ALBUMMagelang, FKB Andalas),YLBHI, LBH Pers, LBH Jakarta,Aliansi Nasional BhinekaTunggal Ika (ANBTI), PBHI,TURC, LBH Pendidikan,Federasi Serikat PekerjaMandiri (FSPM), FrontPerjuangan Pemuda Indonesia(FPPI), Serikat GuruTangerang, Serikat GuruGarut, Federasi GuruIndependen Indonesia, ICW,LBH APIK, IKOHI, KONTRAS,PPR, Somasi-Unas, SPR, ArusPelangi, GMS, LPM Kabar,Lembaga KebudayaanNasional (LKN), Praksis,Forum Pers MahasiswaJabodetabek (FPMJ), FMKJ,Perhimpunan Rakyat Pekerja(PRP), FSPI, SerikatMahasiswa Indonesia (SMI),Repdem Jakarta, SPN, OPSI,SP LIATA, SPTN Blue BirdGrup

    Links

    IFJCPJSEAPA

    Media

    Detik.comVoice of Human RightsTempo InteraktifSinar HarapanSuara PembaruanHukum Online

    Tuesday, February 27, 2007

    FNPBI Kecam 'Seruan Sebagian WartawanKompas'FRONT NASIONAL PERJUANGAN BURUH INDONESIA(FNPBI)Jl. Tebet Barat Raya IV No. 05 RT. 015 RW. 01,Kel. Tebet Barat, Jakarta Selatan.Telp./Fax. (021)-8305819. Email: ppfnpbi@gmail.com---------------------------------------------------

    No : 002/Sta/03/07Hal: Respon terhadap seruan sebagian wartawankompasLam: -

    Salam perlawanan !!

    Berkaitan dengan seruan sebagian wartawan kompas yangsecara tegas mendiskriditkan gerakan demokratik dalamupayanya melawan tindakan anti serikat buruh yang di lakukanoleh pihak management kompas, maka kami perlumenyampaikan sikap sebagai berikut :

    1.Bahwa tindakan management kompas yang mendemosikawan Bambang Wisudo sebagai sekretaris serikatpekerja perkumpulan karyawan kompas adalah tindakananti union yang sudah sepatutnya di berikan ganjaranpidana sesuai dengan UU 13/2003.

    2.Bahwa dalam upaya untuk menekan pihak managementkompas dan juga pemerintah, kawan-kawan kemudianmembangun komite anti pemberangusan serikat dan melakukanserangkaian acara seperti aksi massa, aksi pemasanganspanduk, aksi delegasi, pengiriman statement dan lainsebagainya adalah hal yang wajar dan memang sudahseharusnya di lakukan dan bahkan harus di tingkatkan disaatpemerintah dengan mudah menjadi alat bagi para pengusaha.

    3.Bahwa munculnya seruan wartawan kompas yang justrumembela posisi management haruslah dicurigai sebagaibagian dari upaya-upaya management untukmemecah-belah kekuatan para pekerja kompas dan jugakekuatan gerakan demokratik secara keseluruhan.

    4.Oleh karena itu, PP FNPBI dengan tegas menyatakanmengecam tindakan sebagian wartawan kompas yangdengan mudah mau dimanfaatkan oleh pihakmanagement untuk menyerang perjuangankawwan-kawan komite anti pemberangusan serikat.Sudah saatnya kaum buruh bersatu dengan kaum buruh,bersatu dengan kaum tertindas lainnya, bukan bersatudengan kaum yang menjadi penindasnya.

    5.PP FNPBI juga menyerukan kepada seluruh gerakandemokratik agar semakin menyolidkan diri dalam perjuanganmenegakkan kebebasan berserikat sebagai salah satu syaratbagi penguatan perjuangan rakyat ke depan, dan jugamenyolidkan diri dalam perjuangan melawan neoliberalisme danboneka-bonekanya.

    Jakarta, 25 Februari 2007

    Previous Post

    SuratPencabutanPHKBambang WisudoJO Cabut SuratPemecatan WisudoSurat Protes Buat KPKKOMPAS (sebar)BOHONG!Stop Press SitusKompas Kena HackMA Mulai Proses KasasiWisudoDiakui, Tim LegalKompas Minta BantuanHakim PHIPemred KompasSuryopratomoMendadak DicopotFilm PerjuanganWisudo Diluncurkan diYoutubeSurga BernamaKompas

    Archives

    December 2006January 2007February 2007March 2007April 2007May 2007June 2007July 2007September 2007October 2007November 2007December 2007January 2008February 2008June 2008July 2008December 2008

    Powered by

    Hit Counter

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    1 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • Pengurus Pusat Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia(PP-FNPBI)

    KetuaDominggus Octavianus

    Pjs SekjendBudi Wardoyo

    -------------------------------------------------------------Badan Hukum berdasarkan SK Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasiNo. Kep. 631/M/BW/2000Nomor Pendaftaran 190/FSP-FNPBI/DFT/BW/IX/2000

    posted by KOMPAS @ 8:57 PM 0 comments

    Ditolak Kompas, Massa Demo TB GramediaYogyaYogyakarta, Kompas Inside. Aksi protes pemberangusanaktivis serikat pekerja Kompas, Selasa (27/2/2007), berbuntutpanjang. Karena tak diterima baik-baik di Kantor Kompas BiroYogyakarta, massa memutuskan mendemo Toko BukuGramedia.

    Penolakan Kompas Biro Yogyakarta menerima perwakilandemonstran tidaklah mengherankan. Kabarnya, setiap kantorbiro Kompas daerah telah diperintahkan untuk menolakmenerima atau berdialog dengan perwakilan demonstran.Instruksi ini diberikan pimpinan Kompas ke semua kepala birodaerah pada saat mereka dikumpulkan di Jakarta belum lamaini.

    Sebelum bergerak ke Toko Buku (TB) Gramedia, massa jugasempat menutup jalan di depan Kantor Kompas Biro Yogyakarta.Akibatnya, sempat terjadi kemacetan sepanjang satu kilometer.

    Setelah melakukan orasi dan mengecam manajemen Kompasyang secara sistematis memberangus serikat pekerja, massalalu melakukan long march ke Toko Buku Gramedia yangjaraknya tak sampai 300 meter dari Kantor Kompas BiroYogyakarta.

    Dalam aksi itu, peserta aksi juga mengecam aksi kekerasan danpemecatan tanpa prosedur terhadap Sekretaris PerkumpulanKaryawan Kompas Bambang Wisudo. Massa juga mengecam'Seruan Wartawan Kompas' karena hal itu merupakan upayamempermulus pemberangusan serikat pekerja di harian terbesaritu.

    TerbesarTB Gramedia terletak di Jalan Sudirman. TB Gramediamerupakan toko buku terbesar di kota itu. Tak pelak aksi massatersebut segera mengundang perhatian karyawan toko danpembeli buku.

    Aksi tersebut akhirnya berhasil mendesak pimpinan TBGramedia Yogyakarta, Cornelius Gunarto turun menemuipengunjuk rasa.

    Beberapa anggota delegasi, seperti Ketua AJI YogyakartaBambang Mbk, Sekretaris Federasi Serikat Pekerja Mandiri(FSPM) Odie Hudiyanto, akhirnya berdialog dengan pimpinan TBGramedia tersebut.

    Dalam dialog itu, Gunarto mengaku secara jujur ke para

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    2 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • demonstran bahwa dia merasa terganggu dengan aksi tersebut.Sebab, bukan TB Gramedia yang bermasalah. Ia pun berharapagar pimpinan Kompas dapat menyelesaikan kasus BambangWisudo secepatnya.

    Seorang anggota delegasi juga menegaskan, persoalan ini akanselesai bila surat pemecatan yang tidak sah itu dibatalkan danBambang Wisudo dipekerjakan kembali. Bila tidak, maka aksimassa akan terus mengguncang grup bisnis di bawah KelompokKompas Gramedia. Termasuk juga TB Gramedia.

    Akhirnya sekitar pukul 15.10 WIB, aksi solidaritas ataspemberangusan serikat pekerja Kompas ini berakhir. Namunmassa berjanji, mereka akan terus menggelar demo bilamanajemen tetap berkeras melanjutkan aksi pemberangusandan meneruskan kebijakan pemecatan terhadap BambangWisudo. (din/E2)

    posted by KOMPAS @ 4:05 AM 0 comments

    Monday, February 26, 2007

    Kantor Kompas Biro Yogya Didemo LagiYogyakarta, Kompas Inside. Untuk keempat kalinya sejaktiga bulan terakhir, Kantor Kompas Biro Yogyakarta, Selasa(27/2/207) siang ini, kembali didemo.

    Massa yang menggelar demo di kantor Kompas Biro Yogya siangini terdiri dari beberapa elemen. Antara lain, Federasi SerikatPekerja Mandiri (FSPM), Aliansi Buruh Yogyakarta, AJIYogyakarta, dan Forum Pers Mahasiswa Yogyakarta.

    Menurut laporan Sekretaris FSPM Odie Hudiyanto yang hadirdalam aksi tersebut, sekitar 100 orang massa mulai bergerakmenuju kantor Kompas pada pukul 13.10 WIB.

    Di antara massa yang bergerak, turut terlihat Bambang Mbk,Ketua AJI Yogyakarta.

    "Pada saat ini sebagian massa sudah masuk ke pagar harianKompas. Tapi sebagian lainnya masih tertahan," ujar Odiemelalui saluran telepon pukul 14.00 WIB.

    Namun, tak seorang pun wartawan yang bersedia menemui.Massa pun memutuskan untuk terus bertahan dan menggelaraksi.

    Peserta aksi membawa berbagai poster berisi kecaman ataspemberangusan serikat pekerja di harian Kompas. Khususnyaperistiwa kekerasan dan pemecatan tanpa prosedur yangmenimpa Bambang Wisudo, Sekretaris Perkumpulan KaryawanKompas.

    Hingga berita ini diturunkan, aksi masih terus berlangsung dihalaman kantor Kompas Biro Yogyakarta. (din/E1)

    posted by KOMPAS @ 11:13 PM 0 comments

    Imbuan ke JO Tentang Nilai-Nilai Kompassumber: http://satrioarismunandar6.blogspot.com

    Saya mendapat e-mail dari Sri Yanuarti (Yanu), peneliti LIPI,pengurus pusat AIPI (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia), dan istridari wartawan Kompas Bambang Wisodo, via milis AIPI. Isinyaberkenaan dengan kasus pemecatan Bambang Wisudo olehmanajemen Kompas, Desember 2006, terkait soal serikatpekerja di Kompas.

    Yanu adalah rekan saya di AIPI, sedangkan Wisudo adalah jugarekan sesama pendiri AJI (Aliansi Jurnalis Independen), dan dulujuga saya pernah sama-sama kerja di Kompas. Saya sangatterkesan, bahwa menghadapi saat-saat sulit dan penuh tekanan,Yanu, Wisudo dan keluarga tetap tenang dan tabah. Artinya,

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    3 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • perjuangan serikat pekerja ini bukan semata-mata urusanWisudo, tetapi sejak awal sudah disadari dan didukung penuholeh istri/keluarga. Tentu dengan berbagai risikonya.

    Dalam kondisi ekonomi dan politik sekarang, di mana nuansapragmatisme dan oportunisme, kepentingan mau enak sendiri,masih sangat kuat, saya merasa salut bahwa masih adaorang-orang yang berjuang untuk idealismenya. Kalau Wisudomau hidup enak dan nyaman di Kompas, perusahaan mediayang sudah sangat mapan di Indonesia (koran terbesar danpaling berpengaruh), sebetulnya bisa saja. Kompas adalah salahsatu dari sedikit media yang menyediakan pensiun buatkaryawannya.

    Namun, Wisudo memilih jalan lain, dan kini dia menanggungrisiko perjuangannya. Yakni, dipecat oleh manajemen Kompas.Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian, dan tidak inginmenduga-duga. Yang jelas, Wisudo dkk akan terus berjuang, didalam Kompas maupun di luar Kompas. Salah satu alternatifnyatentu lewat jalur hukum (LBH).

    Di sini saya menilai, tindakan represif terhadap aspirasikaryawan yang sah, seperti dialami Wisudo, tidak akanmenghasilkan dampak yang baik bagi perusahaan.Namun, yang jauh lebih merugikan Kompas sebetulnyaadalah masalah reputasi dan image, yang terkait denganvisi dan misi Kompas, yang merupakan akar keberadaanperusahaan yang didirikan PK Oyong (alm) dan JakobOetama ini.

    Bukankah Kompas adalah perusahaan media yang selamaini (lihat tajuk rencana/editorialnya) sering mengangkatisu-isu demokratisasi, keterbukaan, hak-hak asasi, dansebagainya? Bukankah Kompas menganut dan meyakininilai-nilai "humanisme transendental"? Apakah itusekadar gincu, dan bukan genuine values yang dianutKompas, mengingat secara internal ternyata nilai-nilai itumasih dipertanyakan, karena tidak terimplementasi?

    Jika demikian halnya, bagaimana Kompas sebagai institusi danbagian utama/tulang punggung KKG (Kelompok KompasGramedia) akan melangkah memasuki abad baru duniainformasi dan globalisasi, dengan segala dinamika perubahan,tantangan, ancaman, jika tanpa dukungan akar nilai-nilaimendasar, yang memberi makna pada keberadaannya?

    Selama ini, perekat yang mempertahankan keutuhan KKGadalah figur Pak Jakob Oetama (JO), sebagai generasi pendiriyang memiliki wawasan kuat ke depan, nasionalisme, kharisma,wibawa dan intelektualitas. Namun, dengan segala hormat ataskekuatan manajerialnya, JO tidak akan memimpin KKG selama-lamanya.

    Lalu bagaimana KKG dan Kompas akan melangkah jika nantiditinggalkan JO, sementara core values yang menjadi landasanberdirinya dan suksesnya lembaga Kompas, justru mengalamierosi karena langkah-langkah "pragmatis-oportinistis" jangkapendek? Bukan tidak mungkin, langkah-langkah semacam iniakan diteruskan oleh para pimpinan Kompas/KKG pasca JOnanti. Mereka adalah generasi baru, yang mungkin kurangmenghayati nilai-nilai awal yang ditanamkan generasi pendiri.

    Mempertimbangkan hal itu, saya berharap, Pak Jakob dengansegala kearifannya, sebagai figur yang menjadi panutan dandihormati di KKG dan Kompas, dapat ikut campur tanganmelakukan intervensi. Karena yang dipertaruhkan di sini BUKANcuma nasib Wisudo, Yanu dan keluarga, tetapi nasib dansurvivabilitas dari KKG, Kompas, dan nilai-nilai luhur (corevalues) yang selama ini dianut, diyakini, dihayati, dan terbuktitelah membesarkan Kompas.

    Selain itu, yang dipertaruhkan bahkan juga bukan nasib sekianribu karyawan Kompas dan KKG, tetapi jutaan stakeholders

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    4 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • yang berkaitan dengan keberadaan institusi media besar ini,termasuk para pembaca Kompas di seluruh pelosok Indonesia.Peran media sangat penting untuk kemajuan negeri ini. Peranvital media seperti Kompas masih amat dibutuhkan, untuk ikutmenggalang dukungan dari jutaan rakyat Indonesia -- yakni,mereka yang masih punya idealisme dan niat baik-- untukbersama-sama menyelamatkan Indonesia.

    Sekali lagi, saya berharap, agar Pak Jakob, yang saya anggapsebagai salah satu guru saya dalam ilmu jurnalistik danwawasan kewartawanan, bersedia untuk turun tangan langsung,demi kebaikan dan kelangsungan institusi KKG dan Kompas,beserta nilai-nilai luhur yang selama ini memberi makna padakeberadannya.

    Wasalam,

    Satrio Arismunandar(mantan jurnalis Kompas, yang dibesarkan di Kompas pada1988-1995, dan selama itu banyak belajar tentang ilmujurnalistik dan kearifan dari guru-guru saya di Kompas)

    _____oO0_____

    (Dari milis AIPI, ditulis oleh Sri Yanuarti, istri Bambang Wisudo:)

    Saya ucapkan terimakasih atas dukungan yang diberikan MasRio terhadap saya dan keluarga. Perlakuan yang diberikanjajaran manajemen Kompas terhadap suami saya, adalah saturesiko yang sudah kami hitung sejak lama.

    Perjuangan suami saya Wis (Bambang Wisudo) tentangpemilikan saham karyawan bukanlah perjuangan yangdilakukan dalam hitungan hari. Delapan tahun sudah, iadan teman-temannya di Perkumpulan karyawan Kompasmelakukan perjuangan untuk menuntut pengembaliansaham 20% yang diambil oleh perusahaan tanpasepengetahuan karyawan.

    Selama itu pula, kami sudah terbiasa dengan berbagai kebijakandari management Kompas untuk melakukan berbagaipenjegalan atas apa yang diperjuangkan suami saya dan kawan-kawan. Berkaca dari kasus Albert Kuhon, Mas Rio dan MasYudha, saya sadar betul bahwa pemecatan terhadap suami sayabukan tidak mungkin akan terjadi.

    Namun perlakuan dan tindakan para jajaran pimpinan kompasyang menggunakan cara-cara kekerasan yang brutal dan primitifadalah jauh dari bayangan kami. Sebagai salah satu pilardemokrasi sekaligus institusi yang menyuarakan sertamenggembar-gemborkan persoalan HAM dan Demokrasi,maka tidak sepantasnya Kompas melakukan tindakanbrutal dan primitif (dengan melakukan penyeretan danpenyekapan) dalam proses pemutusan hubungan kerja.

    Bahkan sejauh yang saya tahu, pemecatan terhadapburuh linting di pabrik rokok pun masih dilakukan dengancara-cara yang sangat sopan. Sungguh suatu hal yangsangat ironis bagi Kompas yang bangga dengan logonya"Menyuarakan Amanat Hati Nurani Rakyat", perlakuan dantindakan terhadap karyawannya justru jauh dari apa yangselama ini ditulis besar-besar di bawah kata KOMPAS.

    Jika saya sedih terhadap kasus suami saya, itu bukanlah karenasuami saya dipecat dari Kompas tapi justru karena gambaranKompas sebagai media tempat suami saya berkarya selama iniadalah Kompas telah mengkhianati nilai-nilainya sendiri.Kompas yang diimpikan oleh suami saya, yang pernah menjadicita-cita suami saya, ternyata tidak lebih dan tidak kurangdibandingkan pabrik sandal jepit.

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    5 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • Saya justru bangga bahwa karena ditengah gemerlapnyafasilitas materi yang bisa dinikmati wartawan Kompas, suamisaya masih kukuh untuk menyatakan kebenaran, untukmenggugat hak-hak karyawan yang telah dirampas olehperusahaan. Dengan itu pula kami dapat tetap melangkahdengan kepala tegak dan hati ringan, saat kami meninggalkankantor Kompas malam itu, karena Kompas tidak lebih dan tidakkurang dibandingkan pabrik sandal jepit.

    SalamYanu (Istri Bambang Wisudo)

    posted by KOMPAS @ 12:16 AM 0 comments

    Sunday, February 25, 2007

    Tanggapan FPPI atas 'Seruan WartawanKompas'NO : 07/DJ-Pimnas-FPPI/07Hal : Pernyataan Sikap

    Kepada Yang MuliaWartawan-wartawan Harian Umum KOMPASyang Menandatangani "Seruan Wartawan Kompas"di Palmerah Jakarta

    Salam Demokrasi Kerakyatan,

    Kami, Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) adalahOrganisasi Pergerakan Pemuda yang berdiri sejak 1999. FPPImempunyai komitmen tinggi terhadap perjuangan demitegaknya nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan keadilansosial dalam semua sendi kehidupan di Indonesia. Demiterwujudnya cita-cita perjuangan tersebut, FPPI menempatkandiri pada posisi independen (non-partisan) dan tidak terkaitsecara struktural serta tergantung secara finansial denganorganisasi donor/perusahaan/partai politik apapun.

    Pernyataan ratusan wartawan Harian Umum Kompas, tertanggal27 Januari 2006, dengan judul "Seruan Wartawan Kompas"tentang kasus pemecatan sepihak Bambang Wisudo dari HarianUmum Kompas dan aktifitas perjuangan/advokasi oleh KomiteAnti Pemberangusan Serikat Pekerja (KOMPAS). Dalam "SeruanWartawan Kompas" itu berisi TUDUHAN terhadap organisasi-organisasi yang tergabung di Komite Anti PemberangusanSerikat Pekerja (KOMPAS) sebagai organisasi-organisasiPETUALANG. "Seruan Wartawan Kompas" juga MENUDUH bahwaaksi-aksi demonstrasi yang dilakukan oleh organisasi-organisasidalam komite sebagai kegiatan yang bertujuan untukMENDESKRIDITKAN, MERONGRONG, MEMUTAR-BALIKKANNILAI-NILAI KOMPAS. Terkait erat dengan "Seruan WartawanKompas" tersebut, Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI),sebagai salah satu organisasi yang aktif dan tergabung dalamkomite, berpendapat:

    1. Aksi demonstrasi adalah kegiatan yang legal, diatur dandilindungi oleh Undang-undang. Untuk itulah, TUDUHAN ratusanwartawan Harian Umum Kompas bahwa aksi demonstrasi yangdilakukan komite sebagai kegiatan yang anti-demokrasiyang bertujuan untuk mendeskriditkan pihak HarianUmum Kompas dalah TIDAK BERDASAR.

    2. Tuduhan PETUALANGAN yang dialamatkan kepada organisasi-organisasi yang tergabung dalam Komite Anti PemberangusanSerikat Pekerja (KOMPAS) adalah cerminan dari sikapkekanak-kanakan dan anti-kebebasanberpendapat/berserikat. Tuduhan PETUALANGAN jugamenunjukkan bahwa wartawan Kompas lebih memihakkepentingan perusahaan (bertindak laiknya corporate warriors).Sangat disayangkan bahwa wartawan Kompas menanggalkannilai-nilai keadilan dan kemanusiaan serta lebih mementingkan

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    6 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • kepentingan individu/kelompok di atas segala-galanya.

    Atas dasar hal tersebut di atas, Front Perjuangan PemudaIndonesia (FPPI) menyatakan sikap:

    1.MEMINTA KLARIFIKASI ATAS MAKSUD DAN TUJUANDARI "SERUAN WARTAWAN KOMPAS", TERUTAMATERKAIT DENGAN TUDUHAN "PETUALANGAN".KLARIFIKASI KAMI TUJUKAN KEPADA SEMUAWARTAWAN HARIAN UMUM KOMPAS YANGMENANDATANGANI "SERUAN WARTAWAN KOMPAS"TERTANGGAL 27 JANUARI 2007.

    2.MENGUTUK DAN MENYESALKAN TERBITNYA "SERUANWARTAWAN KOMPAS" TERTANGGAL 27 JANUARITERSEBUT.

    3.MEMINTA UNTUK DITARIKNYA SERUAN WARTAWANKOMPAS TERTANGGAL 27 JANUARI TERSEBUT.

    4.KAMI MEMINTA KEPADA SELURUH WARTAWAN HARIANUMUM KOMPAS YANG MENANDATANGANI "SERUANWARTAWAN KOMPAS" UNTUK MENGAJUKANPERMOHONAN MAAF KEPADA SELURUH ORGANISASIYANG TERGABUNG DALAM KOMITEANTI-PEMBERANGUSAN SERIKAT PEKERJA (KOMPAS).

    Demikian surat pernyataan kami, mohon diperhatikansebagaimana mustinya.

    "Mendidik Rakyat Dengan Pergerakan,Mendidik Penguasa Dengan Perlawanan"

    Jakarta, 22 Februari 2007Atas Nama Pemuda Indonesia,

    Aha MaftuchanDepartemen Jaringan Pimnas FPPI

    posted by KOMPAS @ 11:13 PM 0 comments

    Surat Kedua FSPM untuk Penggagas 'Seruan'Jakarta, 24 Februari 2007

    Kepada Yth,Brother Bre Redana atau Don SabdonoWartawan KompasDi tempat

    Perihal : Penegasan Protes dan Mohon Klarifikasi

    Tembusan :-Kapolda Metro Jaya, Bapak Irjen Pol Adang Firman-Bapak Jacob Utama-Bapak Asmara Nababan, Pimpinan Demos-Bro Efix Mulyadi-Sis Maria Hartiningsih-Kawan Kawan AJI-Seluruh Anggota FSPM-Arsip

    Dengan hormat,

    Surat ini adalah penegasan atas permintaan klarifikasi dariBrother Bre Redana yang bernama asli Don Sabdono dan SisterMaria Hartiningsih atas surat dari kami tertanggal 12 Februari2007.

    Sangat disayangkan bahwa Brother Don Sabdono yangsebelumnya kami anggap sosok pria jantan ternyata tidak bisa

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    7 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • memberikan klarifikasi.

    Dengan tidak dijawabnya surat kami tersebut, dengan sangatterpaksa kami akan "memeriahkan" Kantor Kompas dan semuaunit usaha yang masih dalam Group Kompas.

    Dengan demikian, mulai Senin, 26 Februari 2007, kami akan"Manggung" dihadapan Kompas.

    Terima kasih Brother Don Sabdono, semoga keyakinan andabahwa 'Seruan Wartawan Kompas' yang anda gagas itu mampuuntuk membungkam nilainilai hakiki kebenaran dan kejujuranyang masih dimiliki oleh sedikit manusia yang berhati bersih.

    In Solidarity

    Odie HudiyantoSekretaris Umum Federasi Serikat Pekerja Mandiri

    NB : Untuk mengingatkan, kami lampirkan surat kami yangpertama

    Jakarta, 12 Februari 2007

    Kepada Yth,Brother Bre Redana atau Don SabdonoWartawan KompasDi tempat

    Perihal : Protes dan Mohon Klarifikasi

    Tembusan :-Kapolda Metro Jaya, Bapak Irjen Pol Adang Firman- Bapak Jacob Utama- Bapak Asmara Nababan, Pimpinan Demos- Bro Efix Mulyadi- Sis Maria Hartiningsih- Kawan-kawan AJI- Seluruh Anggota FSPM- Arsip

    Dengan hormat,

    Inilah kali pertama dalam sejarah Federasi Serikat PekerjaMandiri (FSPM) sejak berdiri pada tahun 2000 menerima julukanPETUALANG ketika memberikan dukungan solidaritas kepadasesama buruh.

    FSPM kami rintis dengan keringat dan darah!!!.

    Diantara Serikat buruh tingkat nasional mungkin kami adalahsatu-satunya Serikat buruh yang tidak seperakpun menerimakucuran dana dari lembaga-lembaga funding di tingkat nasionalatau international. Tidak dari pemerintah, Jamsostek, partaipolitik apalagi dari pengusaha. TERMASUK DARI MASBAMBANG WISUDO!

    Kami tetap dapat hidup, berkembang dan melayani anggota-anggota kami secara baik hanya melalui uang iuran anggota.

    16.753 anggota kami yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara,Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur danBali sangat marah dan kecewa atas tindakan anda melakukansebuah gerakan yang berjudul Seruan Wartawan Kompasdengan menyebut FSPM adalah petualang yangmendiskreditkan, merongrong dan memutar-balikan nilai-nilaiyang diemban kompas.

    Ini adalah sebuah hinaan terhadap FSPM.

    Anggota-anggota FSPM yang merupakan Pekerja sektor Hotel,Restaurant, Catering, Plaza, Retail dan Pariwisata telahmenyatakan sikapnya untuk melakukan tindakan balasan atas

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    8 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • seruan yang anda gagas itu.

    Wartawan tidak beda dengan Pekerja pariwisata. Tidak lebih dantidak kurang!

    Kalau anda mengaku Pekerja kerah putih, kamipun demikian.Namun kami tidak pernah menjilat dan menjual harga diri kamisebagai manusia.

    Wartawan dan Pekerja pariwisata adalah sama-sama buruh yangmengharapkan upah bulanan dan perbaikan kesejahteraan.

    Ketika ada Pekerja pariwisata ditindas semena-mena, kamibergerak membelanya.

    Ketika Pekerja Hotel Nikko yang dahulu bernama Hotel Presidendi PHK sepihak, kami melakukan aksi unjuk rasa menentangpemecatan tersebut.

    Lalu ketika Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta hancur akibatgempa, dan buruhnya mau dirumahkan tanpa upah, kamipunmembelanya dan sampai hari ini para Pekerja tetapmendapatkan upah.

    Atau ketika tahun 2001 Hotel Regent Jakarta (sekarangbernama Four Seasons) tutup 18 bulan akibat banjir, kami jugadapat memastikan tidak ada yang di PHK dan tetap menerimaupah dan uang jasa layanan.

    Terlalu banyak jika mau disebutkan, aksi solidaritas yang kamilakukan. Apakah aksi tersebut membuat Pekerja yang tidakterkena masalah melakukan aksi protes bahkan melakukankebulatan tekad dengan membuat seruan? Jawabannya tidaksama sekali!!!

    Brother Bre, kami meminta klarifikasi dan penjelasan dari andamaksud PETUALANG!

    Sound system murahan yang "bernyanyi" di Gedung Kompas ituadalah hibah dari kawan-kawan buruh Hotel Shangri-La yangpernah berjuang 2,5 tahun di trotoar depan Hotel Shangri-Lamenuntut keadilan dan kebenaran. Demikian juga spanduk yangterbentang itu adalah hasil 'urunan' kawankawan Pekerjapariwisata.

    Sejak berdiri tahun 2000, tidak ada seorangpun dari 16.753anggota FSPM yang berani melacurkan idealismenya hanyauntuk kepentingan pribadi semata.

    Oleh karenanya, kami menunggu jawaban anda secara resmipaling lambat 3 hari sejak surat ini kami kirimkan.

    Surat ini juga kami persembahkan untuk Sister Maria Hartingsih,peraih Yap Thian Hin Award 2006 (tahun 2003, red). kami jugamenunggu jawaban anda. Alangkah Naifnya jika tokohperubahan yang mengaku pejuang kesetaraan perempuan jugatidak bisa memberikan opininya secara Jernih ataspermasalahan Mas Bambang Wisudo.

    Demikianlah surat dari kami, terima kasih kami haturkan

    Odie HudiyantoSekretaris Umum

    posted by KOMPAS @ 10:47 PM 0 comments

    Friday, February 23, 2007

    Kompas Tak Hadiri Bipartit MutasiJakarta, Kompas Inside. Manajemen Kompas beserta kuasahukumnya, hari ini tidak hadir dalam undangan bipartitklarifikasi mengenai surat mutasi Bambang Wisudo. Padahal,

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    9 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • sudah dua kali kuasa hukum Kompas diundang untuk dimintaiklarifikasi.

    Ketidakhadiran itu disampaikan oleh Sholeh Ali, Kordinator TimLitigasi Komite Anti Pemberangusan Serikat Pekerja (KOMPAS),Jumat (23/2/2007).

    "Sebagai itikad baik, kami sudah dua kali mengundangmanajemen Kompas untuk meminta klarifikasi atas surat mutasiyang diterima Bambang Wisudo. Sebab, persoalan pokok klienkami bukan PHK, tetapi berawal dari surat mutasi," ujar Ali.

    Menurut Ali, undangan pertama sudah dilayangkan tanggal 4Februari lalu untuk bertemu tanggal 16 Februari 2006. Tapi saatitu kuasa hukum Kompas menjawab tidak perlu lagi adapertemuan bipartit mengenai mutasi. Alasannya, mutasimerupakan persoalan biasa.

    Lalu dilayangkan surat undangan kedua untuk bertemu di kantorLBH Pers, hari ini pukul 14.00 WIB. Namun setelah ditunggusatu jam lebih, tidak ada seorang kuasa hukum yang datang.

    Ketidakhadiran ini menunjukkan, tidak ada itikad baik darimanajemen Kompas untuk menjelaskan maksud mutasi yangkami tanyakan. Dan tidak menjelaskan, apakah mutasi ini adakaitannya dengan kegiatan Bambang Wisudo sebagai SekretarisPerkumpulan Karyawan Kompas, lanjut Ali.

    Menurut Ali, tim litigasi Komite berpendapat bahwa persoalanpokok pemberangusan serikat pekerja di harian Kompas berawaldari mutasi. Sebab, Surat Keputusan (SK) No 269/Penpen/SK/XI/2006 ini mengandung beberapa kejanggalan.

    Kejanggalan pertama, mutasi keluar tak sampai dua bulansetelah perundingan tentang saham antara pengurus serikatpekerja dan manajemen Kompas yang penuh intrik danintimidasi, berakhir.

    Dalam SK mutasi itu dua pengurus inti Perkumpulan KaryawanKompas, Syahnan Rangkuti sebagai Ketua dan Bambang Wisudosebagai Sekretaris dibuang ke daerah. Satu ke Padang dan satulagi ke Ambon.

    Kejanggalan kedua, surat mutasi itu menegaskan mutasiberlaku sejak 1 Desember 2006. Padahal masa kepengurusanserikat pekerja Perkumpulan Karyawan Kompas berakhir bulanFebruari 2007, sebelum belakangan diperpanjang hingga bulanAgustus 2007.

    Ketika Bambang Wisudo menyatakan menolak mutasi danmewartakan sikapnya dengan cara membagikan suratpribadinya ke Jakob Oetama pada karyawan Kompas, dia pundibekuk, diseret paksa, dan disandera selama dua jam olehsatuan pengaman yang mengaku mendapat perintah pimpinanKompas. Setelah disandera, ia menerima surat pemecatan dariPemimpin Redaksi Suryopratomo.

    Maka, jelas persoalan Bambang Wisudo berawal dari mutasi.Inilah yang kami ingin klarifikasi, ujarnya.

    Ketidakhadiran manajemen Kompas hari ini, ujar Ali,menunjukkan bahwa indikasi pemberangusan serikat pekerjaKompas memang semakin kuat.

    Pasalnya, dalam UU No 21/2000 sudah ditegaskan, seorangpengurus serikat pekerja dilarang untuk dihalang-halangiaktivitasnya. Apalagi sampai dibekuk, diseret paksa sebelumdisandera oleh satpam karena melakukan aktivitasnya sebagaipengurus serikat pekerja.

    UU No 21/2000 juga menyatakan, aktivis pekerja juga tidakboleh dimutasi. Apalagi bila mutasi itu dilakukan saat masakepengurusannya belum selesai.

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    10 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • UU 21/2000 juga melarang seorang aktivis pekerja dipecat.Sedangkan sejak tangga 8 Desember 2006, praktis BambangWisudo dipecat. Namanya dihapus dari boks redaksi, aksesnyake milis karyawan juga dicabut.

    "Dengan ketiga indikasi ini, maka kami yakin telah terjadipemberangusan serikat pekerja di harian Kompas," tegas Ali.(umr/E5)

    posted by KOMPAS @ 12:33 AM 0 comments

    Thursday, February 22, 2007

    Sikap AJI atas Kasus Bambang WisudoAliansi Jurnalis IndependenThe Alliance of Independent Journalists

    No : 036/AJI-SEK/Sikap/II/2007

    Sikap AJI atas Kasus Bambang Wisudo

    Perkembangan kasus pemutusan hubungan kerja terhadapwartawan Harian Kompas, Bambang Wisudo, saat ini dalamproses perundingan untuk mencapai win win solution. Kasus inisempat masuk ke Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta, namunprosesnya dikembalikan kepada penyelesaian bipartit. Saat ini,perundingan-perundingan masih dilakukan untuk mencapai titiktemu atas kasus tersebut.

    Pada saat proses perundingan berjalan, terjadi sejumlah aksiprotes yang mendorong penyelesaian kasus secara bijaksana. Didalam Harian Kompas juga terjadi dinamika serupa. Ada yangmendukung perjuangan Wisudo meski dengan diam, tapi adajuga yang terang-terangan menentangnya. Lalu, lahirlah"Seruan Wartawan Kompas" , yang salah satu isinyamenyebut ada pihak yang menjadi petualang dalam kasus ini.

    Adanya pernyataan sikap seperti tertuang dalam seruan itumerupakan reaksi biasa dalam suasana sengketa. AJImenilainya sebagai ekspresi dari sikap seseorang atausekelompok orang atas kasus ini. Sebagai organisasi profesiyang punya kepedulian pada masalah kesejahteraan pekerjapers, AJI memiliki pandangan yang berpijak pada sejarah dansemangat Deklarasi Sirnagalih, 7 Agustus 1994. AJI mempunyaisejarah perlawanan panjang terhadap berbagai bentukkesewenang-wenangan terhadap pers.

    Dalam kasus Bambang Wisudo, AJI menilai ini tidaksemata soal PHK. Ada sikap anti serikat pekerja dalamkasus tersebut. Jika kita runut kasusnya, maka kita bisamelihat bahwa awal dari kasus ini adalah perjuanganPerkumpulan Karyawan Kompas (PKK) untukmemperjuangkan kepemilikan saham 20 persen.

    Perjuangan panjang itu akhirnya memang selesai setelahmelalui perdebatan dan ketegangan cukup lama.Kesepakatannya, akan ada profit sharing. Mengingat keteganganyang terjadi selama proses negosiasi, dalam kesepakatan yangditandatangani PKK dan manajemen Kompas itu juga adaklausul untuk sama-sama menciptakan iklim yang kondusif.

    Tapi yang terjadi kemudian adalah mutasi terhadap sejumlahkaryawan, termasuk dua pengurus Serikat Pekerja, yaitu KetuaPKK Sahnan Rangkuti ke Padang, Sumatera Barat. SedangkanSekretaris PKK Bambang Wisudo ke Ambon, Maluku. Wisudomenyampaikan keberatannya atas kasus tersebut denganmenempelkan poster di kantor. Inilah yang berujung padapenyekapan dan PHK terhadap Wisudo, 8 Desember 2006.

    Undang Undang Nomor 21 tahun 2000 tentang SerikatPekerja jelas memberikan perlindungan terhadappengurusnya dalam menjalankan aktifitas di tempatnya

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    11 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • bekerja. Termasuk dari kemungkinan mutasi. Seorangpengurus serikat pekerja tidak bisa dimutasi apalagi diPHK dengan alasan kedudukannya di Serikat Pekerja,kecuali yang bersangkutan melakukan tindak pidana.Dalam kasus ini, AJI tidak melihat Bambang Wisudomelakukan tindakan pidana apapun.

    Selain itu, proses PHK terhadap Bambang Wisudo juga tidaklazim. Penandatangan PHK adalah Pemimpin Redaksi Kompas.Proses PHK-nya juga tidak melalui prosedur seperti diaturUndang Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,yaitu tanpa adanya surat peringatan pertama hingga ketiga.

    Atas dasar uraian di atas, AJI berpendirian, kasuspemutusan hubungan kerja sepihak oleh PemimpinRedaksi Harian Kompas Suryopratomo terhadap BambangWisudo bukan semata masalah PHK. Melainkan juga soalsikap anti serikat pekerja. Oleh karena itu, AJIberkewajiban memberikan pembelaan terhadap BambangWisudo sebagaimana AJI mendukung berdirinya SerikatPekerja yang sehat dan bermartabat di tiap kantor media.

    Jakarta, 21 Februari 2007

    Hormat kami,

    Abdul MananSekretaris Jenderal AJI

    posted by KOMPAS @ 4:01 AM 0 comments

    Disnaker Mulai Usut 'Union Busting' diKompasJakarta, Kompas Inside. Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) DKImenyatakan sudah mulai menyelidiki pemberangusan serikatpekerja di harian Kompas. Malah pagi tadi, manajemen Kompassudah dipanggil ke Disnaker untuk dimintai keterangan.

    Demikian keterangan Wakil Kepala Disnaker DKI Soemanto saatmenerima puluhan anggota Komite Anti Pemberangusan SerikatPekerja (KOMPAS), Kamis (22/2/2007) siang ini.

    Dalam pertemuan itu, Kepala Disnaker DKI Rusdi Muhtar jugahadir. Begitu juga beberapa petinggi Disnaker DKI yangmembawahi masalah pengawasan dan perselisihanketenagakerjaan.

    "Kami sudah dua kali bertemu manajemen Kompas. Pertama,kami datang ke Kompas tanggal 20 Februari. Sedangkan yangkedua, pimpinan Kompas pagi ini kami panggil ke sini," laporSoemanto ke Rusdi.

    Karena itu, Rusdi Mukhtar meminta Komite bersabar, karenaDisnaker DKI tidak akan membekukan pengaduan tersebut.

    Sebelumnya, sekitar pukul 13.30 WIB, puluhan anggota Komitemenggelar aksi di halaman Disnaker DKI ini. Nampak hadirdelegasi dari Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia(FNPBI) Aliansi Buruh Menggugat (ABM), Kongres Aliasi BuruhSeluruh Indonesia (KASBI), Federasi Serikat Pekerja Mandiri(FSPM), Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), LBH Pers,ANBTI, Forum Pers Mahasiswa Jabodetabek (FPMJ), dan AJIJakarta.

    Karena terjebak hujan, beberapa anggota Komite ada yangdatang terlambat.

    Dalam orasinya, Yoyok dari FNPBI mengingatkan, masalahpemberangusan serikat pekerja adalah sebuah skandal yang

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    12 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • terus terjadi. Meski Undang-Undang No 21/2000 sudahmenegaskan aktivis serikat pekerja dilindungi, tapi satu-persatuaktivis serikat pekerja diberangus.

    Tapi tak sampai sejam menggelar aksi, rombongan Komitemalah diterima oleh jajaran pejabat Disnaker DKI. Maka, sambilmembawa poster dan spanduk, anggota Komite langsungmemenuhi ruang rapat pimpinan di lantai II Gedung DisnakerDKI.

    Seorang satuan pengaman Kompas yang menyamar sebagaiwartawan dan mencoba memata-matai pertemuan itu denganhandy cam, diminta dengan hormat untuk keluar oleh anggotaKomite.

    Dalam pertemuan itu, Kordinator Non Litigasi KomiteWirunantho Adhi menegaskan, kedatangan Komite punya duamaksud.

    Pertama, mempertanyakan sejauh mana tindak lanjutpengaduan anti union yang sudah dilaporkan. Kedua, memberidukungan moral ke Disnaker DKI agar tidak ragu menegakkanhukum.

    Terlebih, sebelumnya sudah ada contoh. Di Jawa Barat adaseorang manajemen sebuah pabrik berhasil dipenjara karenaterbukti memberangus serikat pekerja. (udn/E4)

    posted by KOMPAS @ 2:43 AM 1 comments

    Tuesday, February 20, 2007

    Teror Warnai Perpanjangan Serikat PekerjaKompasJakarta, Kompas Inside. Perpanjangan kepengurusan serikatpekerja Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK) rupanyamendapat tentangan keras dari manajemen harian Kompas.

    Lewat para scab (buruh penghianat), manajemen melakukanaksi teror ke para pengurus PKK guna memuluskanpemberangusan serikat pekerja di harian terbesar Indonesiatersebut.

    Menurut sumber Kompas Inside, Rabu (20/2/2007), kertaspengumuman perpanjangan kepengurusan serikat pekerjaKompas yang ditempel di papan pengumuman di dekat mejaabsen karyawan, segera saja menjadi ajang caci-maki. Aksicorat-coret tersebut berisi kalimat-kalimat kasar dan bernadaintimidatif.

    Bahkan, beberapa pengurus PKK juga menerima SMS-SMS kotorbernada teror dari beberapa orang 'misterius.'

    Aksi DisnakerSementara, Komite Anti Pemberangusan Serikat Pekerja(KOMPAS), besok siang akan menggelar aksi di Kantor DisnakerDKI, Tugu Tani, Jakarta Pusat. Tujuannya untukmempertanyakan tindak lanjut pengaduan Komite soal antiunion manajemen harian Kompas ke Kantor Disnaker DKIbeberapa waktu sebelumnya.

    "Aksi akan digelar pada pukul 13.00 WIB. Kami akan memintapertanggungan jawab negara atas pemberangusan serikatpekerja di harian Kompas," kata Wirunantho Adhi, KordinatorNon Litigasi Komite.

    Kali ini, kata Wirunantho, aksi yang digelar belum berskalamassif. Aksi ini baru diikuti beberapa orang perwakilan dari 38organisasi yang tergabung dalam Komite.

    Seperti pernah diberitakan, serikat pekerja PerkumpulanKaryawan Kompas (PKK) akhirnya memutuskan memperpanjangmasa kepengurusan. Keputusan itu diambil secara aklamasi

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    13 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • dalam rapat pengurus PKK hari Selasa (6/2/2007) di Gedungharian Kompas. Perpanjangan itu berlaku enam bulan sejakkepengurusan PKK berakhir tanggal 28 Februari 2007. Dengandemikian, kepengurusan PKK masih memakai formatur penguruslama sampai akhir Agustus 2007.

    Sementara, Kepala Dinas Tenagakerja DKI Rusdi Mukhtar,Kamis (1/2/2007) awal bulan ini, menyatakan akan membentuktim khusus untuk mengusut tindak anti-serikat pekerja (antiunion) yang dilakukan manajemen harian Kompas.

    Menurut Rusdi, dalam pasal 4 ayat 2 (f), sudah jelas ditegaskan,bahwa salah satu tugas pengurus serikat pekerja adalah:memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan. Maka,pengurus serikat pekerja tidak boleh dijatuhi sanksi. Sepertidimutasi, apalagi dipecat. (umr/E4)

    posted by KOMPAS @ 9:40 PM 0 comments

    Monday, February 19, 2007

    Seruan AJI Jakarta Soal 'Union Busting' diKompasSeruan untuk semua anggota AJI JakartaSoal Pemberangusan Serikat Pekerja di Harian Kompas

    Teman-teman,

    Kasus yang dialami Bambang Wisudo bukanlah kasuspribadi. Bukan kasus antara Bambang Wisudo melawanSuryopratomo, ataupun melawan sekelompok jajaran elit (atauyang mengelitkan diri) di Kompas. Betapapun banyaknyaalibi yang mengatakan ini bukanlah pemberangusanserikat pekerja, jelas di depan mata kita, tindakan-tindakan yang dilakukan sangat bernuansa anti-serikatpekerja. Ini adalah tindakan union busting. Tindakankriminal yang (umumnya) dilakukan manajemen untukmenekan kekuatan pekerja.

    Teman-teman,

    Aktor union busting bukanlah manajemen sendiri. Elemen-elemen serikat pekerja dan individu pekerja sering menjadiaktor yang lebih efektif, menjadi rekan kolaborasi manajemendalam menekan pekerja. Tak jarang, manajemen sengajamembangun pertentangan horisontal antara pekerja. Merekamemanfaatkan persaingan karir, menjanjikan kesempatan danfasilitas bagi yang mau berkolaborasi, seraya menekan yangkritis untuk menimbulkan efek trauma bagi mayoritas karyawan.

    "Politik belah bambu" -- yang satu diinjak, satunya diangkat--selalu diterapkan. Elemen-elemen pekerja yang kritis diinjak,elemen-elemen kolaborator diangkat. Maka, terjadilah konflikhorisontal sesama pekerja.

    Jika ini terjadi, maka manajemen akan tepuk tangan. Karena,kekuatan pekerja sudah tidak solid, sudah bisa dilemahkan.Solidaritas diganti dengan rivalitas. Maka, manajemen tak perlumengotori tangannya untuk melemahkan serikat pekerja, tapipara pekerja sudah berkelahi sendiri.

    Teman-teman,

    AJI adalah organisasi profesi yang berwatak serikatpekerja. Visi ini sudah kita sepakati. Visi ini tertulis dalamAnggaran Dasar kita.

    Sebagai organisasi yang berkarakter serikat pekerja, maka kitaharus membela anggota kita, jika sedang mengalami persoalanketenagakerjaan. Siapapun itu. Apakah itu seorang individuyang nyeleneh, atau bahkan seorang individu yang bejatsekalipun. Selama ia adalah seorang pekerja, dan hak-hak

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    14 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • normatifnya dilanggar, kita harus membelanya.

    Pembelaan AJI terhadap Bambang Wisudo adalahkonsekuensi dari visi ini. Bambang Wisudo bukan sajaanggota AJI, tapi pendiri AJI. Jika orang sekaliber BambangWisudo saja dapat dirampas hak-haknya dengan begitu saja,apalagi wartawan lainnya.

    Selama ini, pengurus AJI Jakarta memiliki sikap tegas: harusmembela Bambang Wisudo. kalau jurnalis yang bukan anggotaAJI kita bela, apalagi Bambang Wisudo.

    Teman-teman,

    Kita tahu bahwa sebagai jurnalis beban kerja kita luar biasa.Sangatlah sulit untuk meluangkan waktu hadir dalam aksi-aksipembelaan Bambang Wisudo. Tapi saya percaya, teman-temansemua berada di belakang barisan pembelaan Bambang Wisudo.

    Tapi sungguh amat disayangkan, ada satu atau duaanggota AJI Jakarta yang tega menyerang dari belakangbarisan. Teman tersebut begitu gencarnya mengalihkanisu serikat pekerja dengan intrik-intrik personal terhadapBambang Wisudo. Sungguh, sikap seperti ini sangatbertentangan dengan moral solidaritas. Bahkan sikapseperti ini sudah bertentangan dengan visi AJI sebagaiorganisasi profesi yang berkarakter serikat pekerja.

    Untung, sampai detik ini barisan AJI Jakarta tetap solid.Memang, tidak banyak anggota yang punya waktu untukmenyempatkan diri menghadiri aksi-aksi solidaritas. Tapi, sayayakin, jika ada waktu luang, teman-teman tersebut akanmenghadiri. Setidak-tidaknya, saya tetap berharap agarteman-teman meluangkan waktu di lain hari.

    Teman-teman,

    Saya ingatkan, sebagai anggota organisasi yang berkarakterserikat pekerja, kita harus terus menguatkan solidaritas. Sayatahu, teman-teman bukan orang bodoh yang bisa dipengaruhisiapapun. Teman-teman bisa menimbang sendiri mana yangbenar dan mana yang salah. Namun satu hal yang perlu sayasampaikan: sangatlah tidak bermoral, jika ada anggotaorganisasi yang berkarakter serikat pekerja mengaminiperampasan hak-hak sesama pekerja. Lebih-lebih, iamengamini dengan mengatasnamakan karyawan yanglain, padahal isinya selalu bernuansa intrik personal.

    Salam solidaritas,

    Margiyono,Sekretaris AJI Jakarta

    posted by KOMPAS @ 9:42 PM 0 comments

    Sunday, February 18, 2007

    Surat Terbuka Bambang Wisudo KepadaKawan (II)Kawan-kawan AJI dan Komite,

    Jumat 16 Februari 2007, jam 17.30 saya bertemu denganPak Amidhan, subkomisioner bidang mediasi KomnasHAM. Ia memanggil saya untuk mendengar hasilpertemuannya dengan Pemimpin Umum Kompas Bp.Jakob Oetma di Palmerah Selatan, Kamis 15 Februari2007. Menurut Pak Amidhan, Pak Jakob didampingi olehSuryopratomo (Pemred), Agung Adiprasetyo (Wakil PemimpinUmum), dan Bambang Sukartiono (GM Sumber Daya Manusia).Pertemuan itu berlangsung dua jam, antara jam 09.45 sampai11.45. Pak Amidhan tidak didampingi oleh staf Komnas karenapertemuan tersebut merupakan pertemuan informal.

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    15 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • Dari cerita yang saya tangkap dari Pak Amidhan, sayaberkesimpulan bahwa Pak Jakob masih berpihak danmembela sepenuhnya pada tindakan-tindakan yangdilakukan manajemen Kompas, termasuk kekerasan danpenyanderaan yang saya alami.

    Menurut pengakuan Pak Jakob, tindakan satpam menggotong-gotong saya merupakan "happening art" dan tidak adapenyanderaan. Mutasi terhadap diri saya tidak terkait denganbalas dendam dalam proses negosiasi penyelesaian sahamkolektif karyawan tetapi merupakan mutasi biasa yang dilakukanterhadap 44 karyawan redaksi lainnya. Bahwa saya pernahmenolak mutasi/promosi sebagai kepala biro Medan. Bahwasebenarnya usulan saya untuk ke Garut, Jawa Barat,sebenarnya telah diterima, tetapi saya tiba-tiba mengatakanbahwa setelah disetujui saya minta penugasan itu hanya dalamwaktu tiga bulan. Pak Jakob juga mengatakan bahwa union diKompas berbeda dengan union-union lainnya. Union di Kompasmerupakan wadah komunikasi.

    Pak Amidhan juga menceritakan pada saya, ia mengajukanempat opsi. Opsi pertama adalah saya dipekerjakan kembalidalam posisi semula sebagai wartawan Kompas. Opsi kedua,saya dipekerjakan kembali dalam posisi semula tetapi adaproses cooling down antara 1 bulan sampai 2 tahun.

    Opsi pertama dan kedua ditolak. Kata Pak Jakob, saya sudahmembakar rumah, sudah memasang spanduk yang menjelek-jelekkan Suryopratomo. Opsi ketiga, Pak Amidhan mengusulkanagar saya dipindah tetapi jangan jauh-jauh. Opsi itu jugaditolak.

    Karena tiga opsi itu ditolak maka muncullah opsi keempat.Saya diberhentikan secara terhormat, diberi pesangon,dan dibantu biaya untuk sekolah S2. Pak Amidhankemudian mencoba meyakinkan saya untuk menerimaopsi keempat.

    Kepada Pak Amidhan, saya mengatakan bahwa tidak mungkinsaya menerima opsi keempat. Jelas tidak mungkinKompas memberhentikan saya secara terhormat.Jelas-jelas saya telah diberhentikan secara sepihak dansecara tidak hormat. Bahkan saya telah diperlakukansecara biadab.

    Sebelum saya menerima surat pemberhentian yangditandantangani oleh Suryopratomo sebagai pemimpin redaksi,ketika pemberhentian saya masih desas-desus, 8Desember 2006 pagi saya sudah tidak bisa membukaakses e-mail saya [email protected], tidak bisa membuka miliskaryawan [email protected], bahkan tidak bisamembuka akses komputer saya. Semua telah diputus pagi itujuga. Sore hari saya diperlakukan seperti binatang,sebelum menerima surat pemberhentian sepihak. Besokpaginya, nama saya sudah dicopot dari boks redaksi. Sayatidak diperbolehkan masuk ke halaman parkir sekalipun,padahal masyarakat umum bisa mengakses sampai ruang tamudi lobi, bahkan di lantai tiga dan empat sekalipun.

    Sejak hari itu juga sampai hari ini saya tidak bisa melihat lagitulisan-tulisan yang pernah saya tulis sendiri. Tindakan-tindakanbiadab ini, kata saya pada Pak Amidhan, jelas tidak bisa sayaterima. Orang lain yang diperlakukan dengan cara-cara biadabpun, saya berteriak-teriak. Apalagi ini menyangkut diri sayasendiri. Saya mengatakan, ini persoalan prinsipil sehinggasaya tidak pernah akan menerima cara penyelesaiandengan uang. Bila saya mengajukan tawaran cooling downdengan bersekolah selama satu bulan sampai dua bulan, sayabukannya tergila-gila untuk bersekolah. Saya tidak perlubantuan finansial untuk sekolah karena banyak yang akanmembantu saya atau saya mampu mengusahakannya sendiri.

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    16 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • Saya mengatakan, pemahaman Pak Jakob atau menajemenKompas tentang union tidak bisa mengalahkan Undang-Undang.Kompas, kata saya pada Pak Amidhan, bukan sebuah lembagasuci yang bebas mengklaim nilai-nilainya lebih tinggi darinilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Kompas tidak hidupdalam ruang kosong tetapi dalam frame politik dan hukumIndonesia. Hak union, serikat pekerja sebagaimana diatur UUtahun 2001 sangat jelas. Ia tidak hanya jembatan komunikasitetapi juga punya hak untuk collective bargaining, punya hakuntuk mogok, punya hak untuk memperjuangkan sahamkaryawan. Membagikan selebaran, merupakan sebuah cara yangdilakukan oleh union di mana-mana.

    Bukankah Kompas tiap hari juga membagikan 500.000selebaran setiap hari? Kalau kita marah dengan isi selebaran,apakah kita lantas harus mempermalukan penulis berita denganmelakukan kekerasan dan merampas kemerdekaan mereka?Saya mengatakan bahwa pemimpin Kompas harus menyadariperubahan-perubahan ini dan harus belajar dari kasus ini.

    Kepada Pak Amidhan, saya mengatakan bahwa saya lebihcenderung agar Komnas HAM memfokuskan pada fakta yangmengarah pada pelanggaran HAM, termasuk menyelidiki kasuskekerasan dan penyanderaan yang saya alami.

    Saya mengatakan, bantahan yang dilakukan para pemimpinKompas, termasuk Pak Jakob sangat tidak beralasan. Setelahkekerasan itu terjadi, Suryopratomo memanggil semuakaryawan. Komandan dan Wakil Komandan satpam dimintamenceritakan bantahan telah terjadi kekerasan. Tanpa ada chekand recheck, yang standar dilakukan oleh seorang wartawan,pengakuan versi satpam itu diterima seratus persen dandisebarluaskan sebagai kebenaran. Sekarang sebagian besarwartawan Kompas menceritakan versi sepihak itu.

    Karena posisi saya telah jelas, Pak Amidhan menjanjikan akanmenindaklanjuti dengan prosedur formal Komnas HAM. Mingguini Komnas akan menyurati manajemen Kompas, menunggubalasannya, dan kemudian menganalisa atau melakukanpenyelidikan. Saya berharap Komnas HAM serius menanganikasus ini supaya kasus ini tidak menjadi preseden buruk bagiaktivis serikat pekerja di Indonesia.

    Dari pertemuan saya dengan Pak Amidhan, sudah lebih jelasbagaimana posisi manajemen Kompas sampai saat ini. Setelahlebih dua bulan kasus saya, manajemen Kompas masih belummau mengakui kekeliruan-kekeliruan yang telah dilakukan.

    Manajemen Kompas justru mau menutup-nutupi perbuatanbiadab dan tindakan kriminal yang terjadi. Akan tetapi sayayakin, sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai, baunyaakan menyebar juga. Ada aib-aib yang selama ini ditutup-tutupi,pada gilirannya nanti akan terbongkar satu persatu. Kalau bukansaya yang membongkar, pasti ada yang akan membongkar.

    Sejak saya pulang dari Hongkong Selasa (13/2), sayamenerima sms-sms bernada terror dari seorang karyawanKompas yang mengaku sebagai aktivis dari Malangdengan nomor 08136726700.

    Beberapa sms, yang biasanya datang pada malam hari, belumsaya baca karena langsung dihapus isteri saya. Saya tidak tahuia suruhan siapa. Tetapi apakah ini yang disebut cara-carahumanisme Kompas?

    Andaikata aksi-aksi dukungan terhadap saya, spanduk yangdibuat FSPM disebut kampungan, itu masih dilakukan dalamkerangka legal dan bisa dipertanggungjawabkan. Dulu ketikasaya mau dijatuhi sanksi merenung setahun, tanpa bolehmenulis berita, karena mendiskusikan kemungkinan mogok, PakJakob pernah bercerita bahwa ia didatangi seorang karyawanyang bersedia mati untuk membela Pak Jakob.

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    17 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • Saya perlu pembelaan dan dukungan dari kawan-kawan tanpaada yang perlu mati untuk saya. Saya perlu dukungan agar sayasetia pada prinsip, tidak tergiur dengan iming-iming uang dankemudahan dalam penyelesaian kasus saya. Ini penting agarKompas dan kawan-kawan yang ada di Kompas mau belajar dantidak terjerumus menjadi pembela buta terhadap imajinasiinstitusinya.

    Kita perlu membantu agar pemimpin dan kawan-kawan saya diKompas benar-benar menjadi humanis, menjadi pembelakemanusiaan, menghayati pekerjaannya sebagai panggilanbukan demi piring, dan tidak terjerumus menjadi kaumfundamentalis humanisme-hipokrit.

    Pamulang, 19 Februari 2007

    P. Bambang Wisudo

    posted by KOMPAS @ 10:35 PM 1 comments

    Friday, February 16, 2007

    Lagi, LBH Jakarta Protes 'Seruan'No. : /SK/LBH/II/2007

    Hal : Klarifikasi atas seruan wartawan Kompas

    Kepada Yth.

    Seluruh Penandatangan "Seruan Wartawan Kompas"tertanggal 27 Januari 2007Di Tempat

    Dengan Hormat,

    Dilahirkan tahun 1970 dan aktif beroperasi pada tanggal 1 April1971, LBH Jakarta-organisasi ini merupakan cikal bakal YLBHI-sampai saat ini tetap menempatkan mottonya "Bantuan HukumStruktural" sebagai dasar pijak gerakan. LBH Jakarta terusmemegang teguh maksud dan tujuan pendiriannya memajukannilai-nilai Negara hukum serta hak asasi manusia. Sebagailembaga yang terbuka, egaliter, LBH Jakarta menempatkankemanusiaan sebagai nilai tertinggi melintasi perbedaan agama,keturunan, suku, keyakinan, aliran politik maupun latarbelakang sosial dan budaya. Dengan dasar pijak itulah, LBHJakarta memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepadamasyarakat tertindas baik secara ekonomi maupun yangterenggut hak asasinya.

    Sebagai institusi dengan alasan penjadian seperti di atas, makasegenap pekerja bantuan hukum Jakarta merasa perlu harusberusaha demokratis, konsisten, bertanggung jawab,menjunjung tinggi pemuliaan manusia melalui penghormatanterhadap hak asasi manusia. Tidak pernah berhenti mawas diribaik dalam bergerak maupun berhening sejenak untuk berusahakonsisten dengan nilai-nilai perjuangan LBH Jakarta. Demikesesuaian antara nilai-motto-cakrawala-tindakan perjuangankeluar dengan iklim-budaya-sikap-tindakan di dalam.

    Usaha untuk memiliki wajah serupa dalam perjuangan keluardan dinamika di dalam sangat penting bagi LBH Jakarta karenadari sanalah integritas dan kepercayaan publik didapatkan.Tarik-menarik, tawar-menawar, negosiasi antar nilai-nilai, dalamsejarah LBH Jakarta yang panjang, adalah hal wajar dalamsetiap institusi. Ketegangan itu sesungguhnya muncul karenadinamika relasi antar individu didalamnya. Tetapi sebagai

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    18 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • sebuah institusi, tidak ada ketegangan dengan dilatari asumsiadanya dua entitas yang berbeda. Perusahaan/organisasidengan produk perusahaan/organisasi adalah selayaknya penadengan jenis tinta tulisan yang dihasilkan, yang satumembentuk yang lain. Selama ini ketegangan seperti itudiselesaikan dengan semangat kebersamaan, dengan asumsiadanya pengutamaan niat baik untuk menghormati hak asasimanusia dan hukum itu sendiri. Rahmat Tuhan kami maknaisebagai adanya kesempatan menjalankan peran dalammemuliakan kemanusiaan. Walau demikian tentu kami tidakberani menjadikan-Nya tameng serta justifikasi atas suatutindakan individu-individu LBH Jakarta yang sepenuhnyadidasari kesadaran serta pilihan-pilihan keberpihakan.Penggunaan Tuhan secara vulgar sebagai motivasi suatu sikapdan tindakan, dalam pengalaman advokasi LBH Jakarta ternyatasering kali berujung pada otoritarian dan kekerasan. Sebutanofficium nobile kepada advokat pun kerap menjadi ironi ditengahkomersialisasi berbagai profesi.

    Latar belakang di atas perlu kami paparkan, karena kamimelihat pada waktu-waktu belakangan ini, di luarPerkumpulan Karyawan Kompas (PKK)-organisasi pekerjayang karenanya dilindungi UU 21/2000, telah munculsuatu upaya untuk melemahkan perjuangan penegakanhak-hak asasi manusia khususnya berkumpul, berserikat,berpendapat melalui pemutarbalikkan fakta- intimidasipsikologis yaitu 'Seruan Wartawan Kompas' tertanggal 27Januari 2007. Dalam upaya tersebut, dibangun pulastigma "petualangan" kepada pihak-pihak yang terlibatdalam advokasi tindakan anti-union manajemen terhadapaktivis-pengurus PKK. Petualangan juga dialamatkanterhadap bentuk-bentuk advokasi itu sendiri. Sungguhsuatu tuduhan serius. Tuduhan tersebut jugadisebarluaskan dan karenanya mempunyai konsekuensihukum yang lain disamping tuduhan itu sendiri.

    Untuk mencegah tuduhan dan penyebarluasan tuduhan ituberkembang lebih jauh sehingga merugikan berbagai pihak,mencederai kebebasan berorganisasi dan berpendapat yangsedang dibangun, melanggengkan kuasa modal di ataspenegakan hukum, maka dengan ini kami, LBH Jakarta, sebagaisalah satu kuasa dari Bambang Wisudo dan karenanya bagiandari Koalisi Anti Pemberangusan Serikat Pekerja Kompas,mengeluarkan pernyataan :

    1. Dalam sejarah gerakan serikat buruh/pekerja, persatuan totalsering menemui batu sandungan. Gerakan mogok buruhpelabuhan tahun 1921 untuk menuntut kenaikan upah berujungpada perpecahan. SOBSI dilawan dengan SOKSI. Sejarah jugamengajarkan pengkhianatan sering kali terjadi, entah disadariatau tidak oleh yang bersangkutan. Tensi tinggi konflikkepentingan antara serikat buruh/pekerja dengan manajementak terelakkan untuk diikuti tuntutan atas posisi yang jelas daripihak-pihak. Baik dari pihak manajemen maupun serikatburuh/pekerja. Pada titik ini pola penolakan serta pemisahan diridari yang dianggap sumber masalah lazim terjadi. Tentu tidaksemua sejarah gerakan serikat buruh berwajah retak. Akhirnyasemua adalah pilihan sadar, menjadi Karna kah atau Yudhistira.

    2. Serikat Pekerja adalah perwujudan dari kebebasanberorganisasi dan hak fundamental buruh/pekerja seperti yangantara lain tertuang dalam Deklarasi Universal Hak AsasiManusia, Kovenan Hak Sipil Politik, Kovenan Hak Ekonomi SosialBudaya dan Konvensi-konvensi ILO. Dalam sejarahnya, gerakanserikat buruh/pekerja telah menyumbang amat banyak bagipemuliaan kemanusiaan. Mulai dari perjuangan 8 jam kerja(sebelumnya manusia harus bekerja 12 bahkan 15 jam kerjasetiap harinya) hingga sumbangan terhadap perjuanganmerebut kemerdekaan RI dari tangan penjajah. Karenanya,serikat pekerja sejatinya bukanlah organisasi yang sifatnya lebih

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    19 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • untuk kepentingan di dalam (perusahaan) semata. Bila serikatpekerja/buruh dimaknai seperti ini, organisasi ini berarti telahdibajak oleh segelintir orang berpandangan sempit.

    3. Kami meminta klarifikasi atas maksud yang terkandungdalam "seruan wartawan Kompas" tersebut terutamastigma dan tuduhan "petualangan". Klarifikasi kamitujukan kepada seluruh penandatangan "seruanwartawan Kompas" tertanggal 27 Januari 2007.Klarifikasi ini juga termasuk kesadaran penuh akanimplikasi hukum yang menyertainya. Hal ini kamiperlukan mengingat pengalaman advokasi LBH Jakartamenunjukkan sering kali kesadaran serta kehendak bebassubyek hukum terkurangi oleh tekanan psikologis daripihak-pihak tertentu dengan memanfaatkan posisistruktural demi terjadinya simponi pemecah ketimbangpermainan solo dari pihak tertentu.

    Terakhir, kami mengimbau semua pihak berhati-hati, karenadalam era globalisasi terjadi ekonomisasi di segala hal bahkannilai-nilai. Arus tak terbendung menyeret kita dalam tindakantidak otentik. Membuat suara hati semakin senyap bahkanhilang.

    Salam hormat dan solidaritas bagi seluruh perjuanganpemuliaan kemanusiaan.

    Jakarta, 15 Februari 2007

    LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA

    AsfinawatiDirektur

    Tembusan:1. Komite Anti Pemberangusan Serikat Pekerja Kompas2. Arsip

    posted by KOMPAS @ 8:33 PM 0 comments

    Wednesday, February 14, 2007

    Presiden IFJ Segera Lobi ILOHong Kong, Kompas Inside. Presiden International Federationof Journalist (IFJ) Christopher Warren mengaku ikut prihatinmelihat perkembangan kasus pemberangusan serikat pekerja diHarian Kompas.

    Untuk itu, Presiden IFJ berjanji akan melobi Organisasi BuruhSedunia (ILO) untuk menggelar kasus ini.

    Demikian keterangan Sekretaris Perkumpulan KaryawanKompas, Bambang Wisudo, setelah tiba di tanah air, Rabu(14/2/2007) siang ini.

    Selama sepekan terakhir, Bambang Wisudo memang menghadiripertemuan serikat pekerja pers tingkat regional di Hong Kong.

    "Ini merupakan contoh terburuk bagi serikat pekerja pers diIndonesia dan serikat pekerja pada umumnya," kata PresidenIFJ ini ke Bambang Wisudo.

    "Sebab, Kompas sebagai harian yang liberal saja melakukan

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    20 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • tindak anti-union," ujar Christopher Warren yang pernahmenghadiri pelantikan kepengurusan baru serikat pekerjaPerkumpulan Karyawan Kompas beberapa tahun lalu.

    "Maka, tindakan ini tidak bisa kita terima," tegas Christ.

    Kalau dibiarkan, kata Christ, pemberangusan model ini akanmerembet pada serikat pekerja pers lainnya di Indonesia.

    Selain itu, menurut Christopher, IFJ yang beranggota 500.000jurnalis di seluruh dunia, juga akan membantu perjuanganBambang Wisudo dengan menghadirkan saksi-saksi ahliperburuhan internasional dalam proses persidangan nanti diIndonesia.

    Solidaritas dan keprihatinan serupa juga ditunjukkan olehpengurus National Union of Journalist (NUJ) Korea Selatan, NUJFilipina, NUJ Malaysia dan NUJ Taiwan yang hadir dalam forumpertemuan itu.

    Bahkan, Hong Kong Journalists Association (HKJA) yang menjadituan rumah dalam pertemuan ini berjanji akan memberibantuan kongkrit. Salah satu caranya, adalah mendemoKedutaan Besar Indonesia di Hong Kong.

    Dalam sejarah perburuhan di Indonesia, baru dua kali ILOmenyidangkan dan memutus kemenangan pada buruhIndonesia.

    Kasus pertama terjadi pada buruh Hotel Shangri-La tahun 2001.Sedang kasus kedua adalah pemberangusan serikat pekerjayang menimpa Ketua dan Sekretaris Federasi Serikat PekerjaMandiri Tebu dan Gula di PT. Gunung Madu Plantation (PT GMP),Lampung, bulan Juli 2006.

    Sebelumnya, Christopher Warren sendiri telah berkirim surat kePemimpin Redaksi Kompas, Suryopratomo. Namun himbauan initak diindahkan. Berikut kutipan surat Christopher Warren duabulan lalu:

    December 12, 2006

    SuryopratomoEditor in chief KOMPASJl Gajah Mada 109-110-AJAKARTA 11140Phone : 021-6329919Fax : 021-2601611

    Dear Mr Suryopratomo,

    I am writing on behalf of the IFJ, the global organisationrepresenting over 500,000 journalists, to protest against yourcompanys treatment and sacking of long-term and loyalemployee, Bambang Wisudo.

    Wisudo was reportedly fired on December 8 after refusing to bereassigned to Ambon, Maluku Province. From informationavailable to the IFJ, it seems that your company was seeking torelocate Wasudo to a distant location in order to prevent hisactivism as secretary of the KOMPAS Trade Union (PKK).

    This is a disgraceful situation, and the IFJ gives its full supportto our affiliate, the Aliansi Jurnalis Independen (AJI), in itscampaign to see Wisudo immediately reinstated and his rightsreturned.

    The IFJ understands that Wisudo was also forcibly removed fromKOMPAS offices by security personnel and detained in a holdingcell for several hours until the delivery of a dismissal lettersigned by you, as editor-in-chief.

    It is a terrible situation when a journalist can give 15 years ofloyal service to a newspaper then be dismissed, unlawfullytreated, and despised for his efforts to improve important media

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    21 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • standards.

    The humiliating and improper handling of Wisudo's case severelyjeopardises KOMPAS' reputation as a quality media employer,and organisation.

    The blatant intimidation tactics used by KOMPAS management totry and force Wisudo to relocate, and your companys attemptsto phase out his influence and union representation, is not onlyshocking and morally reprehensible, but also is contrary to theInternational Labour Organisation's (ILO) Right to Organise andCollective Bargaining Convention.

    We must emphasise the crucial need for all media employers,including KOMPAS Daily, to allow union members to assemble,communicate and represent the interests of media employees.

    In line with Indonesian Labour Law, we support AJI's demandsthat KOMPAS:- Reinstate Wisudo to his former position at PT KOMPAS MediaNusantara.-Recognise Wisudo's role as secretary of the PKK.-Rescind the decision to send Wisudo to Ambon, MalukuProvince and abandon its continued policy of union memberrelocation.-Respect the right of employees to form and electrepresentatives to trade unions without intimidation.

    Conduct a thorough, transparent investigation of the eventslisted herein and take decisive corrective action against itsinternal security personnel, to ensure that this reprehensibleaction is not repeated.

    Yours sincerelyChristopher WarrenPresidentInternational Federation of Journalists (rie/E1)

    posted by KOMPAS @ 2:18 AM 0 comments

    Tuesday, February 13, 2007

    Giliran LBH Pers Protes 'Seruan'Nomor : 006/SK-Litigasi/LBH Pers/02/2007Hal : Klarifikasi

    Kepada Yth.1.Sdr. Bre Redana2.Sdr. Efix Mulyadi3.Maria HartiningsihDi tempat

    Dengan Hormat,Perkenankan kami dari Lembaga bantuan Hukum Pers (LBHPers) secara kelembagaan ingin menyampaikan sesuatu kepadateman-teman wartawan senior dan tokoh yang sudah diakuikhalayak. Sekali lagi hal ini kami sampaikan bukan sesuatu yanggegabah, namun setelah membaca dan mencermati seruanSeruan Wartawan Kompas, terlintas pertanyaan apa maksuddan tujuan seruan tersebut. Selain itu juga terdapat beberapakata di antaranya adalah kata "Petualangan" yang terusterang telah mengganggu kredibilitas kami sebagai lembagayang juga turut tergabung dalam Komite yang selama inimengadvokasi kasus Bambang Wisudo sebagai karyawanKompas.

    Berdasarkan surat Seruan Wartawan Kompas tertanggal 27Januari 2007 yang dikirim ke redaksi Situs Berita RakyatMerdeka Online oleh Sdr. Bre Redana edisi 31 Januari 2007disebutkan bahwa seruan tersebut untuk "mencegah"Petualangan" yang lebih jauh sehingga merugikan berbagaipihak termasuk masyarakat luas yang ikut memiliki harian

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    22 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • Kompas."

    Kata "Petualangan" tersebut sangat mendiskreditkan &melecehkan kami selaku Anggota Komite Anti PemberangusanSerikat Pekerja (KOMPAS), Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBHPers). Karena pengertian "Petualangan" menurut KamusUmum Bahasa Indonesia Edisi III Cetakan pertama tahun 2003Susunan W.J.S. Poerwadarminta mempunyai arti atau konotasibermacam-macam diantaranya yaitu "orang yang inginmemperoleh sesuatu dengan cara menekat (tak jujurdsb) atau arti lain tak tentu tempat tinggalnya". Namunkami belum jelas dalam arti yang mana yang disebut olehkawan-kawan penggagas dan penandatangan seruan tersebut.Sebagai wartawan senior tolong berikan petunjuk kami arti yangdimaksud, maklum kami bukan ahli bahasa dan bukan seorangwartawan yang bisa menulis seindah bahasa dengan pendekatanbahasa budaya yang sangat lembut. Namun bagi kami dibalikkelembutan itu kata "petualangan" telah meluluh lantakkankalimat indah yang telah tersusun. Kami yakin bukan sekedarwartawan yang bisa memformulasi kalimat sebagus itu, tapi jikabenar adalah mereka wartawan seniorlah yang telahmenorehkan buah pikirannya.

    Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBH Pers) mempunyai kantoratau tempat tinggal yang jelas yaitu di Jln Prof. Dr. Soepomo,S.H., Komp. BIER, No. IA Menteng Dalam Jakarta Selatan 12870Telp: (021) 8295372 Fax: (021) 8295701 Website:www.lbhpers.org dan berbadan hukum yang diakui sebagaisubjek hukum yang jelas di Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Kemudian atas dasar apa Saudara mengatakanbahwa kami melakukan "Petualangan?".

    LBH Pers juga telah menggariskan dan mengharamkan bagilembaga maupun orang-orang yang bekerja dalam lembaga inimeraih keuntungan dengan cara menghalalkan segala cara,apalagi dengan melakukan segala sesuatu dengan nekat ataukonyol tanpa tujuan yang jelas apalagi tidak bisadipertanggungjawabkan. Jika siapapun termasuk saudarapenandatangan melihat LBH Pers sebagai Lembaga atau sebagaipribadi melakukan sesuatu yang terkategori "petualangan" demikeuntungan, mohon saudara laporkan kepada kami, kamimempunyai alamat yang jelas.

    Untuk itu kami dari Lembaga Bantuan Hukum Pers memintaklarifikasi yang dimaksud dengan kata-kata "Petualangan"terhadap1. Sdr. Bre Redana2. Sdr. Efix Mulyadi3. Sdr. Maria HartiningsihKami memberikan batas waktu 7 hari sejak tanggal surat inidikirimkan hingga tanggal 19 Februari 2007 untuk mendapatkanklarifikasi dari Saudara.

    Demikian surat klarifikasi ini kami sampaikan, atas perhatiannyakami ucapkan terima kasih.

    Jakarta, 12 Februari 2007Hormat kami

    Hendrayana, SHDirektur Eksekutif

    Sholeh Ali, SHKadiv. Litigasi

    Horas Siringo-ringo, SHKadiv. Non Litigasi

    posted by KOMPAS @ 8:06 PM 0 comments

    Dicap "Petualang", FSPM Marah Pada Kompas

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    23 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • Selasa, 13 Februari 2007, 12:04:54 WIBLaporan: Sholahudin Achmad

    Jakarta, Rakyat Merdeka. Solidaritas terhadap BambangWisudo, wartawan yang dipecat secara sepihak oleh PimredKompas, berbuah cap jelek bagi Federasi Serikat Pekerja Mandiri(FSPM). Cap "petualang" ditempelkan oleh para wartawanKompas kepada FSPM.

    Menanggapi stigmatisasi tersebut, Odie Hudiyanto, SekretarisUmum Federasi Serikat Pekerja Mandiri melayangkan suratprotes. "Inilah kali pertama dalam sejarah Federasi SerikatPekerja Mandiri (FSPM) sejak berdiri pada tahun 2000 menerimajulukan "Petualang" ketika memberikan dukungan solidaritaskepada sesamaburuh. FSPM kami rintis dengan keringat dan darah!!!" tukasOdie.

    Menurutnya, diantara serikat buruh tingkat nasional, FSPMmerupakan satu-satunya serikat buruh yang tidak seperakpunmenerima kucuran dana dari lembaga-lembaga funding ditingkat nasional atau international. "Tidak dari pemerintah,Jamsostek,partai politik apalagi dari pengusaha. Termasuk dari MasBambang Wisudo!" katanya.

    Saat ini, FSPM beranggotakan 16.753 pekerja yang tersebar diAceh, Sumatera Utara, Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, JawaTengah, Jawa Timur dan Bali. Odie mengatakan, organisasinyatetap dapat hidup, berkembang dan melayani anggota secarabaik hanya melalui uang iuran anggota.

    Namun, dengan munculnya gerakan dari para wartawan Kompasyang berjudul Seruan Wartawan Kompas dengan menyebutFSPM adalah petualang yang mendiskreditkan,merongrong dan memutar-balikan nilai-nilai yang diembanKompas, maka pihaknya merasa keberatan. "Ini adalah sebuahhinaan terhadap FSPM," ujarnya.

    Persoalan ini bermula dari dukungan FSPM terhadap BambangWisudo. Para anggota FSPM ikut menggelar demo di kantorKompas untuk menolak keputusan PHK terhadap Wisudo. Selainitu, FSPM juga menggelar aksi pemasangan spanduk raksasa diBundaran Hotel Indonesia Jakarta, yang berisi kecaman atasPHK tersebut.

    Serangkaian aksi solidaritas FSPM itu lalu dibalas dengan sebuahgerakan oleh puluhan wartawan Kompas.

    Gerakan ini dipelopori oleh sejumlah wartawan senior Kompas,antara lain, Bre Redana dan Maria Hartiningsih.

    Menurut Odie, dukungan FSPM kepada Wisudo tak ubahnyadengan dukungan FSPM kepada pekerja dari sektor industrilainnya yang terkena penindasan oleh manajemen. Sehinggabukan dimaksudkan untuk menjadi petualang.

    "Brother Bre, kami meminta klarifikasi dan penjelasan dari andamaksud Petualang! Sound system murahan yang "bernyanyi" diGedung Kompas itu adalah hibah darikawan-kawan buruh Hotel Shangri-La yang pernah berjuang 2,5tahun di trotoar depan Hotel Shangri-La menuntut keadilan dankebenaran. Demikian juga spanduk yang terbentang itu adalahhasil 'urunan' kawan-kawan Pekerja pariwisata," ujar Odie.

    "Sejak berdiri tahun 2000, tidak ada seorangpun dari 16.753anggota FSPM yang berani melacurkan idealismenya hanyauntuk kepentingan pribadi semata. Oleh karenanya, kamimenunggu jawaban anda secara resmi paling lambat 3 harisejak surat ini kami kirimkan," tambahnya. adi

    posted by KOMPAS @ 7:59 PM 0 comments

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    24 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • Monday, February 12, 2007

    FSPM Protes 'Seruan Wartawan Kompas'Jakarta, 12 Februari 2007

    Kepada Yth,Brother Bre Redana atau Don SabdonoWartawan KompasDi tempat

    Perihal : Protes dan Mohon Klarifikasi

    Tembusan :-Kapolda Metro Jaya, Bapak Irjen Pol Adang Firman- Bapak Jacob Utama- Bapak Asmara Nababan, Pimpinan Demos- Bro Efix Mulyadi- Sis Maria Hartiningsih- Kawan-kawan AJI- Seluruh Anggota FSPM- Arsip

    Dengan hormat,

    Inilah kali pertama dalam sejarah Federasi Serikat PekerjaMandiri (FSPM) sejak berdiri pada tahun 2000 menerima julukanPETUALANG ketika memberikan dukungan solidaritas kepadasesama buruh.

    FSPM kami rintis dengan keringat dan darah!!!.

    Diantara Serikat buruh tingkat nasional mungkin kami adalahsatu-satunya Serikat buruh yang tidak seperakpun menerimakucuran dana dari lembaga-lembaga funding di tingkat nasionalatau international. Tidak dari pemerintah, Jamsostek, partaipolitik apalagi dari pengusaha. TERMASUK DARI MASBAMBANG WISUDO!

    Kami tetap dapat hidup, berkembang dan melayani anggota-anggota kami secara baik hanya melalui uang iuran anggota.

    16.753 anggota kami yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara,Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur danBali sangat marah dan kecewa atas tindakan anda melakukansebuah gerakan yang berjudul Seruan Wartawan Kompasdengan menyebut FSPM adalah petualang yangmendiskreditkan, merongrong dan memutar-balikan nilai-nilaiyang diemban kompas.

    Ini adalah sebuah hinaan terhadap FSPM.

    Anggota-anggota FSPM yang merupakan Pekerja sektor Hotel,Restaurant, Catering, Plaza, Retail dan Pariwisata telahmenyatakan sikapnya untuk melakukan tindakan balasan atasseruan yang anda gagas itu.

    Wartawan tidak beda dengan Pekerja pariwisata. Tidak lebih dantidak kurang!

    Kalau anda mengaku Pekerja kerah putih, kamipun demikian.Namun kami tidak pernah menjilat dan menjual harga diri kamisebagai manusia.

    Wartawan dan Pekerja pariwisata adalah sama-sama buruh yangmengharapkan upah bulanan dan perbaikan kesejahteraan.

    Ketika ada Pekerja pariwisata ditindas semena-mena, kamibergerak membelanya.

    Ketika Pekerja Hotel Nikko yang dahulu bernama Hotel Presidendi PHK sepihak, kami melakukan aksi unjuk rasa menentangpemecatan tersebut.

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    25 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • Lalu ketika Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta hancur akibatgempa, dan buruhnya mau dirumahkan tanpa upah, kamipunmembelanya dan sampai hari ini para Pekerja tetapmendapatkan upah.

    Atau ketika tahun 2001 Hotel Regent Jakarta (sekarangbernama Four Seasons) tutup 18 bulan akibat banjir, kami jugadapat memastikan tidak ada yang di PHK dan tetap menerimaupah dan uang jasa layanan.

    Terlalu banyak jika mau disebutkan, aksi solidaritas yang kamilakukan. Apakah aksi tersebut membuat Pekerja yang tidakterkena masalah melakukan aksi protes bahkan melakukankebulatan tekad dengan membuat seruan? Jawabannya tidaksama sekali!!!

    Brother Bre, kami meminta klarifikasi dan penjelasan dari andamaksud PETUALANG!

    Sound system murahan yang "bernyanyi" di Gedung Kompas ituadalah hibah dari kawan-kawan buruh Hotel Shangri-La yangpernah berjuang 2,5 tahun di trotoar depan Hotel Shangri-Lamenuntut keadilan dan kebenaran. Demikian juga spanduk yangterbentang itu adalah hasil 'urunan' kawankawan Pekerjapariwisata.

    Sejak berdiri tahun 2000, tidak ada seorangpun dari 16.753anggota FSPM yang berani melacurkan idealismenya hanyauntuk kepentingan pribadi semata.

    Oleh karenanya, kami menunggu jawaban anda secara resmipaling lambat 3 hari sejak surat ini kami kirimkan.

    Surat ini juga kami persembahkan untuk Sister Maria Hartingsih,peraih Yap Thian Hin Award 2006. kami juga menunggu jawabananda. Alangkah Naifnya jika tokoh perubahan yang mengakupejuang kesetaraan perempuan juga tidak bisa memberikanopininya secara Jernih atas permasalahan Mas BambangWisudo.

    Demikianlah surat dari kami, terima kasih kami haturkan

    Odie HudiyantoSekretaris Umum

    posted by KOMPAS @ 7:19 PM 0 comments

    Sunday, February 11, 2007

    Building union culture in Indonesian press(Wartawan Kompas P. Bambang Wisudo ditunjuk mewakili Aliansi JurnalisIndependen (AJI) untuk mengikuti workshop dan training serikat pekerjapers yang diselenggarakan Hongkong Journalists Association danInternational Federation Journalists (IFJ) di Hongkong, 8 12 Februari 2006.Kasus pemecatan Bambang Wisudo secara tidak absah yang dilakukan olehpemimpin redaksi Kompas Suryopratomo mendapat perhatian khususkhusus dari peserta pertemuan itu. Jurnalis dan aktivis serikat pekerja persdari negara-negara Asia itu sepakat untuk mendukung perjuangan BambangWisudo untuk dipekerjakan dan memperoleh hak-haknya kembali. Berikutmakalah Wisudo yang disampaikan dalam pertemuan tersebut).

    Building union culture in Indonesian press

    Bambang Wisudo )*

    "Media company is not the same with transportation or shoecompany that can be just bought and sold. Media company isnot merely a commercial institution. It is mainly an idealisminstitution," PK Ojong (1974), co-founder Kompas-GramediaGroup, Indonesian media conglomerate that published KompasDaily.

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    26 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • FOR quite a long time, Indonesian journalists did not identifythemselves as workers. During Soeharto regime Indonesianjournalists were lull to sleep by identifying themselves asprofessionals that differed from other workers. To legitimize this,in 1984, the government ruled the media companies to giveminimum 20 percent of its shares to their employees that weremanaged collectively. The Department of Information whichcontrolled the press also claimed that journalists were notordinary workers. Journalists served themselves as professionalsand they had to become members of Indonesian PressAssociation, the sole journalists association that was recognizedby the government. This situation created barriers for journalistsand media workers to established trade unions.

    In 1988, some journalists of Kompas Daily such as AlbertKuhon, Rikard Bangun, Irwan Julianto, and Maruli Tobing tried toestablish a union and the faced repressive respond by thecompany. Kuhon was isolated and prevented to do his jobs asjournalists, and the other three were given sanctions. Later,Kuhon retreated because of the isolation. In 1994, two KompasJournalists Satrio Arismunandar and Dhea Perkasa Yudha wereforced to retreat because of their involvement as members ofboard executives of Serikat Buruh Seluruh Indonesia, aprogressive union that oppose to Soeharto.

    Despite of the resistance among the workers and managementto the idea of establishing union, two month after Soeharto felldown with few of my colleagues I try to establish a union. Thechanges of political environment and the enthusiasm ofIndonesian people to establish unions and political partieshelped me to asked my fellow workers to support the idea toestablish union. Anyhow we had to accommodate themanagement consideration that the union is just an internalorganization that its main function is to bridge thecommunication between workers and management. We even didnot used the word of "union" but we used the term of"association of employee", Perkumpulan Karyawan Kompas(PKK).

    One of the aims of PKK is to clarify and negotiate the realizationof 20 percent shares owned by the workers. By the time being,we continually tried to build PKK as a true union. We registeredPKK to Department of Labor to meet legal requirement as anunion. However the management resistance grew as PKK wasbuilt as union. In the year of 2001, I was prevented to do myjobs as journalists for a year liked it was happed to Kuhon.However the sanction was canceled after I protested bitterlywith the support of Alliance of Independent Journalists. I thenretreated as chairman PKK and the organization continued tonegotiate with the management to realize the shares owned bythe employee. Unfortunately after almost six year of negotiationit give no result. Therefore in 2005 I joined again as a memberof broad executives of PKK. In the mid 2005, without anyagreement of its workers, the shares of Kompas Employee weregiven back to the company and unilaterally conversed to profitsharing.

    After some protests of unilateral decision to abolish the sharesowned by the employees were ignored, PKK asked legal aid tosome public lawyers. They then give legal warning to themanagement. This move make the company open thenegotiation again. Because of the un-conducive situation sincethe workers were mobilized to stand against the organization,we accepted the idea to conversed the collective shares ownedby the employee to profit sharing. However we succeeded thatthe company will give 20 percent of its dividend to its employeeevery year as long as the company exist and the changes of thecommitment have to be asked to the workers for agreement.

    Two month after the agreement, as the secretary of PKK, I wasreassigned unfairly to Ambon, to Maluku. The chairman of PKKwas also reassigned to Padang, West of Sumatera. Thereassignment was directly connected with our role as union

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    27 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • activists and it was against the labor law. Once again I protestedbitterly to the decision and when I distributed leaflets to protestthe decision, I was sacked violently and was under detention ofthe internal security for two hours and then I received illegaldismissal letter signed by Kompas editor in chief, Suryopratomo.

    Two months after the incident, neither Jakob Oetama aspresident of the company or Suryopratomo ask forgiveness forthe violence and the illegal dismissal despite the pressure fromnational or international communities.

    ***

    PRESS worker union is quite a new phenomenon in Indonesiaalthough embryos of press trade union have been establishedfor quite a long time in some media companies. Despite thereare approximately 1.500 media companies in Indonesia, thenumber of press worker unions in Indonesia are not more than40. Most of them are not well organized, they do not collectmembership fee, and can not legally represent the workersbecause the haven't registered to the Labour Force Department.Just few of them have collective work agreement.

    During New Order regime, there are some embryo of presworker unions known as Board of Employees, Dewan Karyawan.It is pioneered by Tempo Magazine with the name of TempoBoard of Employees. It was founded in 1978 with the mainobjective was to create good working atmosphere in thecompany. The organization was not concerned on welfare issuesbut more focused on solving disputes between employees andmanagement. Board of Employees was copied by some mediacompanies, such as Jakarta Post, Gamma, and Gatra. TempoBoard of Employees has just recently registered to theDepartment of Labour Force.

    Once Republika succeed in building its trade unions. The unionwas founded in 2000 under the name of PT Abdi Bangsa Boardof Employees. They even succeed in negotiation collective workagreement with the management. However not long after itssuccess the union leaders were forced to retreat, the union wasco-opted, and now it dont have strong bargain with themanagement. Radio 68 H can be mentioned as one of the mediacompany that can live together its union.

    Since its formation on 7 August 1994, Alliance of IndependentJournalists (AJI) have concerned in improving professionalismand welfare of press workers as well as struggling for pressfreedom. Welfare of press workers can be achieved gradually oncondition that there is solidarity among the workers as well as awill to build a strong organization to represent the workers. Toeducate and promote union culture among press worker, AJIestablished Trade Union Division. Continually AJI campaign tojournalists and press workers to form worker unions in theirworkplaces and train its member to become union activists. InJakarta, AJI encourage the unions to establish a city-levelnetworking.

    The slow progress in developing press worker union inIndonesia, as I mentioned before, partly because of journalistsin Indonesia tends to identify themselves mainly asprofessionals, not as workers, even the majority of journalists inIndonesia are low-paid. A recent study conducted by AJI Jakartashows that there are still some journalists in Jakarta only paidRp 250.000 (30 US Dollars) a month. That is far below thestandard of salary for journalists in Jakarta Rp 3.200.000 (355US Dollars). Only few of media companies that provide minimumsalary Rp 3.200.000 for its journalists. Tempo Group can notmeet the standard. However Radio 68 H can meet the standardbecause of its non profit orientation.

    Why this such condition do not encourage Indonesian journaliststo establish press workers union in their company? Despitedemanding for better work condition to their management, most

    KOMPAS INSIDE: February 2007 http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html

    28 of 33 4/2/2015 7:13 PM

  • of them prefer to get extra-payment from their news resources.For many years, most journalists in Indonesia get money fromtheir news resources known as "envelopes." T