industry banking update february 2007_revisi

Upload: indratetsu

Post on 06-Mar-2016

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahan Tes ODP and SDP Bank

TRANSCRIPT

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    Industry & Banking Update

    13 February, 2007

    Daftar Isi Summary Penggunaan biodiesel baru mencapai 1% dari total penggunaan

    bahan bakar dunia. Uni Eropa merupakan konsumen sekaligus produsen biodiesel terbesar di dunia. Sampai saat ini Uni Eropa menguasai 85% kapasitas produksi biodiesel dunia. Karena peningkatan kebutuhan biodiesel yang pesat di Uni Eropa tidak diimbangi dengan pertumbuhan pasokan input domestik, maka kebutuhan impor biodiesel serta impor bahan baku juga akan meningkat.

    Minyak kelapa sawit menjadi sumber bahan baku utama biodiesel di seluruh dunia. Produktivitas kelapa sawit paling tinggi dibandingkan sumber lainnya dalam hal menghasilkan minyak per Ha lahan. Malaysia dan Indonesia sebagai produsen utama minyak kelapa sawit dunia sangat diuntungkan dalam hal ini.

    Malaysia memanfaatkan potensi pasar ekspor dan mengembangkan industri biodiesel domestiknya dengan mengenakan pajak ekspor untuk membatasi ekspor kelapa sawit dan justru mengimpor kelapa sawit sebanyak-banyaknya untuk diolah di dalam negeri.

    Indonesia juga sudah mulai mengembangkan industri biodiesel, terutama yang berbasis kelapa sawit namun terkendala supply bahan baku karena tingginya harga CPO di pasar internasional mendorong para produsen CPO memilih pasar ekspor. Selain itu semakin luasnya penggunaan CPO sebagai bahan baku di industri makanan dan oleokimia semakin memperketat supply CPO di pasar domestik.

    Masuknya investor asing ke sektor perbankan Indonesia didorong ruang regulasi yang sangat lebar bagi asing dan masih relatif lebih murahnya harga saham bank lokal dibandingkan besarnya Net Interest Margin (NIM). Prospek usaha perbankan khususnya di sektor konsumsi dengan jumlah penduduk yang besar, ikut menjadi daya tarik utama investor perbankan asing.

    Namun sayangnya peningkatan dominasi asing di peta perbankan Indonesia tidak didukung dengan peningkatan perannya sebagai lembaga intermediasi. Di samping itu terjadi perubahan orientasi penyaluran kredit bank asing sebelum krisis dan sesudah krisis.

    Tantangan persaingan dari bank-bank milik asing tersebut lambat laun akan menjadi faktor penting yang harus dicermati oleh bank-bank domestik, terutama bank-bank BUMN yang berada dalam peer group yang sama. Selain itu pemerintah juga perlu memberikan guidance sehingga bank asing dapat berkontribusi lebih optimal dalam proses pembangunan Indonesia.

    Daftar Isi

    Macroeconomic News 2 Industrial News 3 Banking News 5 Industrial Report 8 Banking Report 15

    Update Price

    Oil (USD/barrel) 09/02/2007 59.89

    Copper (USD/metric ton) 09/02/2007 5,580

    Gold (USD/ounce) 09/02/2007 671.7

    Nickel (USD/metric ton) 09/02/2007 36,050

    Steel (USD/metric ton) 09/02/2007 1,615

    Gas (USD/mbtu) 09/02/2007 7.827

    Palm Oil (USD/tonne) 09/02/2007 602.5

    Soybean (USD per bushel) 09/02/2007 7.75

    Cocoa (USD/metric ton) 09/02/2007 1,717

    Coffee (USD/metric ton) 09/02/2007 1,609

    Rubber (USD cents/pound) 09/02/2007 105.0

    Index :

    JSX 09/02/2007 1,740

    NIKKEI-225 09/02/2007 17,504

    DJIA 09/02/2007 12,581

    NASDAQ 09/02/2007 2,460

    Interest Rate (%) :

    BI Rate 09/02/2007 9.25

    1M SBI 09/02/2007 9.25

    3M SBI 09/02/2007 8.10

    Fed Rate 09/02/2007 5.25

    ECB Rate 09/02/2007 3.50

    Currency :

    IDR/USD 09/02/2007 9,053

    JPY/USD 09/02/2007 121.73

    USD/EURO 09/02/2007 1.3008

    Source : Bloomberg

    Market Indicator

    Agriculture Commodity

    Commodity

    Mining Commodity

    Last

    Published by PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, which regulated by Indonesian Banking Regulatory. This document is for information purposes only. The information and opinion in this document has been obtained from sources believed reliable, but no guarantee is given regarding its accuracy or completeness and it should not be relied upon as such. All opinion expressed here may not necessarily be shared by all employees within Bank Mandiri and its group and are subject to change without notice. No part of this document may be reproduced in any manner without written permission of Bank Mandiri. Additional information is available upon request. For further information please contact : 62-21-5291 3225 or fax : 62-21-5296 4059

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 2

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Macroeconomic News Inflasi Indonesia menurut kelompok pengeluaran (headline inflation) pada bulan Januari 2007 sebesar

    1.04% MoM atau 6.26% YoY. Kenaikan inflasi terutama didorong oleh peningkatan harga untuk kelompok pengeluaran bahan makanan yang mencapai 2.68% MoM dengan andil inflasi 0.69%. Inflasi komponen inti pada bulan Januari 2007 sebesar 0.74% MoM.

    Nilai ekspor Indonesia bulan Desember 2006 sebesar USD 9.5 bn atau naik 6.43% MoM dengan nilai ekspor non-migas USD 7.62 bn. Sementara nilai impor turun 15.73% MoM menjadi USD 4.94 bn dengan nilai impor non-migas USD 3.59 bn. Berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal masing-masing turun 17.9%, 13.2%, dan 25.3% MoM.

    Nilai realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) selama Januari-Desember 2006 masing-masing mengalami penurunan 32.21% dan 32.96% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Industri yang menonjol dalam PMDN adalah tanaman pangan dan perkebunan (IDR 3.44 tn), industri logam, mesin, dan elektronika (IDR 3.33 tn), dan industri makanan (IDR 3.31 tn). Sementara PMA didominasi oleh industri logam, mesin, dan elektronika (USD 955.2 mn) dan industri kertas dan percetakan (USD 747 mn).

    Posisi uang primer pada tanggal 31 Januari 2007 sebesar IDR 274.71 tn atau turun IDR 22.37 tn dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2006. Sementara itu posisi cadangan devisa Indonesia pada 31 Januari 2007 sebesar USD 43.27 bn, meningkat dari posisi 30 Juli 2006 USD 42.6 bn..

    Rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2006 sekitar 35%, turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 47% dan semakin mendekati target rasio utang sebesar 31% pada tahun 2009. Utang Indonesia terdiri dari 49% utang dalam negeri dan sisanya adalah utang luar negeri.

    Sumber : BKPM

    Tabel 1. Realisasi Investasi PMDN dan PMA Januari-Desember 2006

    Proyek Nilai Proyek Nilai Proyek NilaiPMDN 164 IDR 20.79 tn 214 IDR 30.67 tn -23.36% -32.21%PMA 867 USD 5.98 bn 909 USD 8.91 bn -4.62% -32.96%

    1 Jan-31 Des 2006 1 Jan-31 Des 2005 Growth (%)Jenis Investasi

    Sumber : BPS

    Grafik 1. Perbandingan Inflasi IHK dan Inflasi Inti (%, MoM)

    -2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    Jan-05

    Mar-05

    May-05

    Jul-05

    Sep-05

    Nov-05

    Jan-06

    Mar-06

    May-06

    Jul-06

    Sep-06

    Nov-06

    Jan-07

    Inf lasi IHK

    Inflasi Inti

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 3

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Bank Indonesia (BI) akan melihat perkembangan produksi dan investasi sektor riil sebelum lebih jauh menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate. Penurunan BI Rate tanpa diimbangi peningkatan produksi dan investasi hanya akan menambah tekanan baru bagi inflasi.

    Perekonomian China pada tahun 2006 tumbuh 10.7% atau lebih tinggi daripada estimasi sebesar 10.5%, didorong oleh peningkatan investasi dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi tersebut juga tercatat sebagai pertumbuhan tercepat dalam lebih dari 10 tahun terakhir. Nilai PDB China diperkirakan dapat melampaui Jerman dan diproyeksikan menempati urutan ketiga terbesar di dunia pada tahun 2008.

    Industrial News Harga minyak mentah di pasar Nymex mengalami kenaikan karena adanya concern terbatasnya supply

    minyak AS setelah meningkatnya permintaan minyak bakar di musim dingin dan ditutupnya salah satu ladang minyak Occidental Petroleum Corp., perusahaan minyak terbesar keempat di AS akibat kebocoran pipa gas yang menimbulkan kebakaran. OPEC memprediksi harga minyak mentah tahun 2007 rata-rata akan berada pada level USD 63 per barel dan bergerak fluktuatif pada kisaran USD 50-70 per barel. Harga minyak mentah hari Jumat (9/2), di pasar Nymex ditutup pada level USD 59.89 per barel.

    PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun 2007 akan mengimpor bahan bakar minyak (BBM) sebanyak satu juta kiloliter. Untuk itu PLN akan menggelar tender untuk menentukan pemasok solar (high speed diesel) dalam waktu dekat. Selama ini PLN mendapatkan pasokan BBM dari Pertamina. PLN memperkirakan dengan mengimpor BBM akan lebih menghemat biaya. Saat ini Pertamina menawarkan harga solar industri rata-rata IDR 5,202.27 per liter, sedangkan rata-rata harga internasional IDR 5,189.54. Dengan asumsi harga tersebut, PLN memperkirakan dapat menghemat sekitar IDR 117.16 bn.

    Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral akan terus mengupayakan produktivitas wilayah kerja minyak dan gas (migas) agar target peningkatan produksi migas sebesar 30% pada tahun 2009 dapat tercapai. Selain itu, ke depan diharapkan akan semakin tumbuh pelaku bisnis di sektor migas yang berasal dari dalam negeri. Pada 16 kontrak kerja migas yang telah ditandatangani sekitar 70% di antaranya adalah perusahaan dalam negeri. Saat ini produksi minyak nasional mencapai 1.007 juta barel per hari dan gas 7,500 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

    Sumber : Departemen ESDM

    Tabel 2. Perkembangan Investasi Hulu Migas (USD mn)

    Keterangan 2005 2006

    Produksi 8,166 8,625 Pengembangan 5,298 4,681 Eksplorasi 975 1,170

    Sumber : Bloomberg

    Grafik 2. Perkembangan Harga Minyak (USD per barel)

    45

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    80

    09/08/06 09/09/06 09/10/06 09/11/06 09/12/06 09/01/07 09/02/07

    Nymex

    Lipex

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 4

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Tingkat utilisasi industri hilir pengolahan CPO Indonesia masih rendah, yaitu sekitar 53% dari total kapasitas terpasang sebesar 10 juta ton per tahun. Rendahnya utilisasi tersebut antara lain terkendala oleh akses pasar, keterbatasan bahan baku yang dipicu kebijakan ekspor bahan mentah, infrastruktur yang kurang memadai, hingga kondisi permesinan yang sudah keropos. Untuk meningkatkan utilisasi industri tersebut diperkirakan dibutuhkan pasokan bahan baku sebanyak 5 juta ton. Beberapa waktu terakhir muncul usulan peningkatan pajak ekspor (PE) CPO hingga 7% (saat ini 1.5%) guna membatasi ekspor CPO dalam bentuk bahan mentah. Pembatasan ekspor melalui pengenaan PE yang lebih tinggi diharapkan dapat memacu kinerja industri hilir berbasis CPO. Namun demikian, hal tersebut masih menjadi pertimbangan pemerintah mengingat pembahasan PE harus melibatkan berbagai pihak terkait dalam industri CPO dari sektor hulu hingga hilir. Dalam hal ini pembangunan industri hilir CPO harus benar-benar disiapkan secara serius sehingga penyerapan CPO oleh industri hilir CPO dalam negeri dapat ditingkatkan dan kekhawatiran akan menumpuknya CPO serta turunnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tidak terjadi.

    Utilisasi pabrik rokok dalam negeri tahun 2007 diperkirakan stagnan pada level 50%. Hal tersebut disebabkan oleh turunnya pasokan cengkih ke pabrik rokok. Panen cengkih tahun 2006 untuk memenuhi kebutuhan industri rokok nasional tahun ini hanya 40% atau sekitar 100,000 ton. Pasokan cengkih diperkirakan baru pulih pada tahun 2009. Rencana pemerintah menaikkan harga jual eceran (HJE) rokok juga akan berpengaruh terhadap sektor industri ini.

    Volume penjualan sebagian besar produk elektronik nasional sepanjang tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005. Data Electronics Marketer Club (EMC) menunjukkan volume penjualan televisi tahun 2006 turun 3.8% YoY menjadi 3.27 juta unit. Penurunan volume penjualan juga terjadi pada produk kulkas dan AC yang masing-masing turun sebesar 7% YoY dan 13.5% YoY, sedangkan produk yang penjualannya mengalami peningkatan antara lain adalah mesin cuci. Sejumlah produsen produk elektronik memperkirakan volume penjualan tahun ini akan dapat tumbuh antara 7-20%, didukung oleh faktor-faktor ekonomi makro yang membaik, di antaranya penurunan suku bunga kredit.

    Penjualan monitor berteknologi liquid crystal display (LCD) pada tahun 2007 diperkirakan tumbuh sebesar 40% dibandingkan tahun 2006 menjadi 280,000 unit. Konsumen monitor LCD terutama berasal dari kategori first buyer , baik yang terdiri dari konsumen individu maupun perkantoran. Namun demikian, hingga tahun 2010 monitor konvensional jenis cathode ray tube (CRT) diperkirakan masih mendominasi pasar komputer di tanah air.

    Total konsumsi semen nasional tahun 2006 hanya meningkat 1.59% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 31.98 juta ton. Masih relatif tingginya tingkat suku bunga kredit dalam negeri dan keterlambatan realisasi sejumlah proyek infrastruktur pemerintah diperkirakan menjadi salah satu faktor utama rendahnya pertumbuhan konsumsi semen dalam negeri. Sepanjang tahun 2006, konsumsi semen nasional baru menunjukkan peningkatan berarti pada bulan November yang naik 42.2% MoM atau 55.1% YoY. Sementara itu, investasi di industri semen tahun ini diperkirakan mencapai USD 1.4 bn atau senilai IDR 12.8 tn. Dengan investasi tersebut, kapasitas terpasang industri semen nasional akan meningkat 6 juta ton dari 46 juta ton menjadi 52 juta ton.

    Pasokan ruang ritel di kawasan Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jadebotabek) dalam dua tahun ke depan diperkirakan meningkat sedikitnya 1.19 juta meter persegi. Sekitar 81.5% dari pasokan tersebut berlokasi di Jakarta dan sisanya berada di kawasan Debotabek. Menurut data Indonesia Property Watch (IPW), sejumlah wilayah yang dianggap sudah kelebihan pasokan pusat perbelanjaan antara lain adalah Kelapa Gading, Serpong, Depok, Tanah Abang, dan Mangga Dua. Sementara wilayah yang masih memungkinkan bagi pengembangan proyek property ritel adalah kawasan Kebun Jeruk, Permata Hijau, Ciledug, dan Ciputat.

    Sumber : EMC

    Tabel 3. Penjualan produk elektronik utama nasional (unit)

    Jenis produk 2005 2006 Growth (%)

    Televisi 3,396,183 3,268,034 -3.8%

    Kulkas dan freezer 1,854,733 1,724,870 -7.0%

    AC 799,544 691,791 -13.5%

    Mesin cuci 661,632 689,667 4.2%

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 5

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Produsen otomotif optimis penjualan mobil di pasar domestik tahun 2007 dapat tumbuh 15-20% seiring membaiknya daya beli masyarakat dan kondisi makro ekonomi. Perkiraan pertumbuhan tersebut mengacu pada peningkatan penjualan yang cukup signifikan sejak September 2006, yaitu meningkat hingga 32,000 unit per bulan. Dari penjualan tahun lalu, Toyota masih menguasai pangsa penjualan sebesar 38.8%.

    Banking News PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) berhasil mencapai target laba tahun 2006 sebesar IDR 4.4

    tn (unaudited). Kendati perolehan net interest margin (NIM) sedikit menurun akibat adanya penurunan bunga kredit, perseroan masih berhasil membukukan laba 2006 sesuai target.

    Hingga akhir Desember 2006 Bank Bukopin berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar IDR 460 bn atau meningkat 20% YoY. Peningkatan laba tersebut sebagian besar berasal dari pendapatan bunga kredit yang disalurkan ke sektor UMKM.

    Bank Niaga mencatat ekspansi saluran distribusi yang signifikan selama 2006, baik saluran elektronik maupun fisik. Menurut Rizki P Hasan, Sekretaris Perusahaan Bank Niaga, selama tahun 2006 Bank Niaga tercatat menambah 11 cabang yaitu menjadi 240 cabang, 62 unit ATM menjadi 397 unit, dan 91 Self service terminal (SST) menjadi 204 SST, yang merupakan fasilitas elektronik untuk transaksi perbankan nontunai.

    Bank Mega menjalin kerjasama pengiriman uang skala internasional dengan MoneyGram International, salah satu penyedia layanan transfer uang. Beny Witjaksono, Direktur Bank Mega bidang Treasury dan International Banking, mengatakan, melalui kerja sama ini bank Mega melayani pengiriman uang cash to cash untuk perorangan melalui cabang-cabangnya yang terpilih sebagai agen MoneyGram yang ada di seluruh Indonesia.

    Visa meluncurkan sebuah mobile system yang menjadi dasar tersedianya fasilitas komersial pembayaran mobile dan layanan bagi jutaan pengguna ponsel di dunia. Sistem baru ini akan mendorong kerjasama yang lebih besar antara sektor jasa keuangan dan telekomunikasi ponsel dalam menyediakan aplikasi pembayaran mobile dan layanan lain yang berkaitan dengan pembiayaan, demikian disampaikan Regional Head of Mobile Payment Visa, Gordon Cooper di Jakarta.

    HSBC Indonesia menargetkan pemegang kartu kredit 2007 meningkat 50% dibandingkan tahun lalu, yaitu sebanyak 400,000 pemilik kartu kredit baru tahun ini. Optimisme tersebut disebabkan perbaikan kondisi ekonomi makro dengan turunnya suku bunga di bawah level 10% dan dapat dikontrolnya inflasi oleh pemerintah, demikian diungkapkan Wawan Salum, Head of Cards and Personal Installment Loan HSBC.

    Sumber : Gaikindo

    Tabel 4. Penjualan Mobil di Indonesia (unit)

    Merek 2005 2006

    Daihatsu 48,762 33,021 Isuzu 25,010 16,605 Nissan Diesel 1,867 1,380 Toyota 182,767 123,703 Peugeot 486 118 Honda 53,750 30,000 Mitsubishi 89,158 47,023 Suzuki 87,274 44,760 Lainnya 44,836 22,273

    Total Domestik 533,910 318,883

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 6

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Perbankan nasional diimbau agar memperhatikan riset dalam rangka mengembangkan produk-produk layanan yang ditawarkan kepada nasabah. Hal ini penting karena kecepatan dan kecermatan mengembangkan produk menjadi salah satu kunci penting dalam persaingan. Demikian dikemukakan, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Muliaman Hadad dalam sambutannya pada seminar nasional yang memaparkan hasil penelitian lembaga riset perbankan daerah di Jakarta.

    Bank Indonesia (BI) meminta kalangan perbankan memberikan delegasi yang lebih besar kepada pimpinan kantor cabang bank dalam pemutusan nilai kredit untuk mendukung pergerakan ekonomi di daerah. Saat ini sejumlah bank masih menganut sentralisasi kebijakan persetujuan kredit dari kantor pusat, demikian dinyatakan Muliaman Hadad, Deputi Gubernur BI. Bank sentral sendiri akan meningkatkan peran Kantor Bank Indonesia (KBI) menjadi semacam pusat komunikasi dan lembaga riset agar kredit tidak hanya terkonsentrasi di pulau Jawa.

    Bank Indonesia (BI) mengungkapkan nasabah bank-bank pemerintah cenderung mengalihkan dananya ke bank-bank asing menjelang akhir tahun 2006 lalu. Peralihan dana tersebut diduga karena nasabah merasa efisiensi bank-bank asing lebih tinggi dibanding bank-bank Negara, demikian diungkapkan Burhanuddin Abdullah, Gubernur BI dalam dialog Prospek Bisnis Perbankan 2007 di Jakarta.

    Bank Indonesia menerbitkan Peraturan No 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan (TKS) Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007. Perkembangan perbankan syariah diperkirakan akan memiliki produk dan jasa perbankan yang semakin beragam dan kompleks sehingga eksposur risikonya pun meningkat. Peningkatan itu akan mengubah profil risiko bank syariah yang pada gilirannya memengaruhi tingkat kesehatan (TKS) bank tersebut. Sehingga BI akan menilai manajemen bank-bank syariah melalui analisis dengan mempertimbangkan kepatuhan terhadap prinsip syariah (sharia compliance) dan unsure judgement.

    Surat Utang Negara berbasis syariah atau sukuk, yang segera diterbitkan pemerintah, masih terkendala masalah pajak berganda karena pada saat transaksi dibebani Pajak Pertambahan Nilai atau PPN sebanyak dua kali. Akibatnya, penerbitan sukuk tersebut menjadi tidak kompetitif karena berbiaya tinggi. Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto di Jakarta, Jumat (26/1) mengatakan mereka sedang mengupayakan usulan berupa tambahan pada RUU Pajak (dalam hal ini RUU Pajak Pertambahan Nilai) dan RUU SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) kepada DPR, yakni menghapus kewajiban PPN untuk sukuk.

    PT Federal International Indonesia (FIF) mewajibkan seluruh kantor cabangnya untuk membuka unit layanan syariah dalam rangka pencapaian target penyaluran kredit kepemilikan sepeda motor senilai IDR 2.4 tn. Demikian pernyataan Suhartono, Wakil Presiden Direktur FIF di Jakarta pekan lalu. Sementara itu, Kepala Divisi Finance, Funding & Treasury Department FIF Efrinal Sinaga mengatakan untuk pendanaan, FIF akan menggunakan pinjaman lokal dari sekitar 14 bank yang telah menjadi mitra perseroan tersebut selama ini, antara lain Bank Mandiri dan Bank BNI.

    MasterCard Worldwide menilai tingkat kepercayaan konsumen di Indonesia pada semester pertama 2007 diprediksi lebih optimistis dibanding enam bulan lalu. Sejalan dengan hasil survey tersebut, berdasarkan survei Danareksa Research Institute, para pelaku bisnis juga optimistis perekonomian nasional semakin membaik. Survei MasterCard Worldwide menyebutkan tingkat kepercayaan konsumen di Indonesia pada periode itu telah meningkat menjadi 62.5 dari 42.4 pada periode enam bulan lalu, demikian diungkapkan oleh Khila Safira Rusdy, Associate MasterCard Worldwide.

    Fitch Ratings, lembaga pemeringkat yang berbasis di Hong Kong, merevisi outlook atas peringkat utang pemerintah dalam mata uang dolar dan rupiah dari stabil menjadi positif. Revisi outlook tersebut mencerminkan kondisi ekonomi yang semakin membaik. Biaya untuk menerbitkan obligasi juga semakin murah. Akibatnya, aliran investasi dari luar negeri akan semakin lancar.

    PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menaikkan peringkat Bank Rakyat Indonesia (BRI) dari AA- menjadi AA. Perbaikan peringkat tersebut mencerminkan keberhasilan perseroan dalam pembiayaan kepada sektor mikro dan ritel, serta profitabilitas yang baik sepanjang periode pemantauan. Meski demikian, peringkat diperlemah rasio kredit bermasalah yang meningkat selama tiga tahun terakhir walaupun kenaikannya masih dinilai moderat.

    Bank Mandiri, Bank NISP dan Bank Niaga bersama Astra International, Telkom dan Bakrie Brothers memperoleh penghargaan dari Asiamoney sebagai perusahaan yang paling baik dikelola di Indonesia. Majalah finansial itu memberikan penghargaan tersebut berdasarkan survey terhadap manajer investasi dan analis dari 76 institusi keuangan di Asia Pasifik, Inggris dan Amerika Serikat. Berdasar hasil survey tersebut Bank Mandiri memperoleh penghargaan The Best Corporate Governance Award & The Best Disclosure and Transparency bersama Bakrie & Brother serta Telkom. Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo dinobatkan oleh majalah yang sama sebagai The Best Executive 2006, karena dinilai telah menunjukkan kerja yang bagus di tengah situasi yang sulit.

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 7

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Penolakan pemberian insentif pajak kepada bank-bank yang melakukan merger akan mengurangi minat perbankan melakukan merger, demikian perkiraan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A. Sarwono di Jakarta, Sabtu (27/1). Sementara itu, anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR, Dradjad H Wibowo mengatakan bahwa tanpa adanya insentif pajak, merger bank akan menjadi mahal, terutama bagi bank-bank kecil sehingga pemilik bank lebih memilih untuk menjualnya kepada asing. Opsi ini dinilai jauh lebih menguntungkan dibandingkan merger atau menambah modal.

    PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berencana mengakuisisi empat hingga lima bank lokal dalam rangka menunjang perkembangan pertumbuhan anorganik unit usaha syariah yang hendak dipisah Juni 2007. Lembaga dengan kredit terbesar kedua di Indonesia tersebut mengincar bank-bank konvensional untuk selanjutnya dikonversi menjadi bank syariah. Menurut Sofyan Basir, Direktur Utama Bank BRI, bank yang akan dibeli belum tentu bank kecil dengan modal di bawah IDR 80 bn, tetap bisa juga bank yang lebih mahal, namun efektif dan lebih baik.

    Laporan dari PT Rabobank International Indonesia (RII) yang akan menggabungkan dua bank yang baru dikuasai, yaitu Hagabank dan Bank Hagakita ke dalam RII telah diterima Bank Indonesia (BI). Dalam laporannya, RII akan menuntaskan proses merger tersebut pada awal 2008, demikian disampaikan Siti Fadjrijah, Deputi Gubernur BI Bidang Pengawasan Perbankan di Jakarta Rabu (17/1).

    Ruas tol Surabaya-Mojokerto sepanjang 37 km siap dibangun melalui pembiayaan kredit sindikasi dari tiga bank yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Bukopin Tbk. PT Marga Nujyasumo Agung (MNA), selaku kontraktor jalan tol, menandatangani pinjaman sindikasi dari tiga bank tersebut senilai IDR 1.526 tn pada hari Rabu, 24/1/2007. Dalam sindikasi itu, BNI bertindak sebagai pemimpin dengan nilai pinjaman paling besar yakni IDR 764 bn. Sementara pinjaman dari BRI senilai IDR 612 bn dan Bank Bukopin senilai IDR 150 bn.

    Perbankan menyiapkan kredit hingga IDR 46 tn untuk revitalisasi perkebunan dua juta hektare dan pencanangan program biofuel (bahan bakar nabati). Outstanding kredit Bank Mandiri untuk sektor perkebunan mencapai IDR 23 tn, dimana IDR 12 tn disalurkan untuk perkebunan besar atau perusahaan inti, IDR 8 tn untuk industri hilir (downstream), dan IDR 3 tn untuk petani plasma,demikian dinyatakan Budi G Sadikin, Direktur Micro & Retail Banking Bank Mandiri. Sementara BNI menargetkan kredit untuk perkebunan sebesar IDR 5 tn untuk usaha replanting lahan kelapa sawit maupun pabrik yang memproduksi derivatifnya. Dirut PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) Sigit Pramono menyebutkan, pembiayaan untuk agribisnis mencapai 50% dari rencana kredit korporasi tahun ini sebesar IDR 10 tn.

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 8

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Industrial Report Perkembangan Pasar Biodiesel Global Pendahuluan Krisis minyak dunia yang ditandai dengan mahalnya harga minyak mentah dunia pada tahun-tahun terakhir mendorong penggunaan energi alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM). Saat ini penggunaan energi alternatif di dunia baru mencapai 4%. Energi alternatif pengganti BBM yang dimaksud adalah LNG, LPG, ethanol serta biodiesel. Dalam hal ini penggunaan biodiesel sendiri baru mencapai 1% dari total penggunaan bahan bakar dunia. Namun ke depan, penggunaan energi alternatif khususnya biodiesel akan semakin meluas di banyak negara. Sampai saat ini Uni Eropa menguasai 85% kapasitas produksi biodiesel dunia. Namun pada 2010 nanti diperkirakan penguasaan pangsa produksi biodiesel Uni Eropa akan menurun seiring dengan maraknya investasi biodiesel di Amerika Serikat, Asia Tenggara, Brazil, Canada dan Australia. Pada tahun tersebut produksi biodiesel dunia diperkirakan akan naik 3 kali lipat dibandingkan dengan level produksi saat ini. Meningkatnya produksi dan persaingan memungkinkan berkembangnya perdagangan internasional, terutama meningkatnya perdagangan dari Asia ke Uni Eropa.

    Grafik 3. Penggunaan Bahan Bakar Dunia Tahun 2005 (%)

    Sumber :Practical Biodiesel Blueprint Seminar

    4

    100

    57.8

    38.2

    Total Bensin Solar Alternatif

    27.5

    22.5

    0.0

    45.0

    100.0

    Alternatif LNG LPG Ethanol Biodiesel

    85100

    8.0

    7.0

    Total Rest of TheWorld

    USA Uni Eropa

    2

    16

    12

    34

    10

    53.0

    100

    UniEropa

    Jerman Perancis Italy Czech Polandia Slovakia UniEropa

    lainnya

    Grafik 4. Produksi Biodiesel Dunia Tahun 2005 (%)

    Sumber : :Practical Biodiesel Blueprint Seminar

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 9

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Produksi biodiesel dunia tahun 2005 baru mencapai 3.8 juta ton. Produksi biodiesel tersebut dikuasai oleh Uni Eropa 85%, Amerika Serikat 7% dan negara lainnya 8%. Saat ini pasar biodiesel Uni Eropa masih dikuasai oleh pemain lokal atau regional. Di antara negara Uni Eropa, Jerman sendiri berkontribusi sebesar 53%, Perancis 16%, Italy 12%, Polandia 3%, Czech Rep 4%, dan Uni Eropa lainnya 10%. Terdapat beberapa project yang berkapasitas 1000 ton per tahun s/d 250.000 ton per tahun. Perusahaan biodiesel di Uni Eropa kebanyakan terintegrasi secara vertical antara pabrik pengolahan dengan perkebunan. Impor Biodiesel Uni Eropa Kapasitas produksi biodiesel Uni Eropa yang mencapai 3.3 juta ton diperkirakan tidak akan mampu mencukupi kebutuhan biodisel Uni Eropa di tahun 2010 yang akan mencapai 10 juta ton meskipun produksi biodiesel di Uni Eropa seperti di Perancis, Jerman, Italy, Spanyol dan Inggris terus menunjukkan peningkatan. Selama ini sumber bahan baku utama yang digunakan industri biodiesel di Uni Eropa terbuat dari rapeseed oil. Karena kebutuhan biodiesel yang meningkat pesat tidak diimbangi dengan pertumbuhan pasokan input domestik, maka kebutuhan impor biodiesel juga akan meningkat. Impor biodiesel sudah dimulai sejak tahun 2006. Supply input dari domestik berkurang karena persaingan lahan dengan grains semakin intensif. Di wilayah utama penghasil rapeseed oil seperti Jerman, penggunaan lahan rapeseed oil telah mendekati rotational maximum area. Hanya 2 juta ton tambahan rapeseed oil yang bisa dihasilkan dari lahan yang yang tersedia di UE. Sementara rotasi rapeseed semakin pendek tapi tidak sustainable.

    Grafik 5. Penjualan Biodiesel di Jerman (000 ton)

    Sumber : Practical Biodiesel Blueprint Seminar

    45 100130

    340450

    550

    800

    1200

    1800

    2400

    1995 1997 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

    2228

    3040

    4308

    6287

    7723 7931

    '05 '06 '07 '08 '09 '2010

    Grafik 7. Kebutuhan Bahan Baku Biodiesel Uni Eropa (000 metric ton)

    Sumber : Practical Biodiesel Blueprint Seminar

    Grafik 6. Kapasitas Terpasang dan Target Produksi Biodiesel di Uni Eropa (000 ton)

    2200 25003200 3300

    5950

    7750

    9550

    11500

    13450

    2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

    TargetProduksi

    Kapasitas Terpasang

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 10

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Terbatasnya supply bahan baku mendorong penggunaan bahan baku alternatif selain rapeseed oil yang selama ini digunakan (biodiversity), yaitu antara lain dengan minyak kelapa sawit, bunga matahari, Linola, Acrocomia, minyak jarak, pongamia, dan penggunaan minyak bekas serta lemak hewani. Dalam hal ini minyak kelapa sawit menjadi sumber bahan baku utama di seluruh dunia. Produktivitas kelapa sawit paling tinggi dibandingkan sumber lainnya dalam hal menghasilkan minyak per Ha lahan. Sementara tanaman jarak belum banyak dikenal. Namun demikian penanaman jarak secara komersial juga sudah dimulai di India dan Mesir, khususnya pada tanah kering dan lahan kritis. Sumber bahan baku lain yang ditemukan di China yang tidak bersaing dengan penggunaaan bahan makanan adalah Cornus Wilsoniana dan Camellia.

    Impor bahan baku dan produk biodiesel yang telah dilakukan Uni Eropa antara lain impor soy biodiesel dari Argentina dan palm biodiesel dari Asia Tenggara, khususnya Malaysia dan Indonesia. Meskipun kebutuhan impor Uni Eropa cukup tinggi, namun isu hambatan tarif maupun non tarif juga mewarnai pola perdagangan biodiesel ke negara-negara Uni Eropa. Selain impor produk biodiesel, impor juga dilakukan untuk bahan baku biodiesel.

    1. Impor Soy Biodiesel dari Argentina

    - Pembebasan tariff impor (0%) minyak kedelai untuk kepentingan teknikal dan industri, pembebasan tariff ditujukan untuk memberi insentif yang lebih besar bagi ekspor minyak kedelai dari Argentina untuk kepentingan produksi biodiesel di Uni Eropa.

    - Sistem diferensiasi pajak ekspor justru memberikan insentif yang lebih besar pada ekspor biodiesel daripada ekspor minyak kedelai dari Argentina.

    - Dalam perkembangannya, impor biodiesel dari Argentina juga tidak dikenakan tariff.

    2. Impor Palm Biodiesel dari Asia Tenggara

    - CPO untuk kepentingan industri kemungkinan akan dilakukan pembebasan tariff impor. Namun ekspor CPO Malaysia dan Indonesia dikenakan pajak ekspor.

    - Impor Refined Bleach Deodorized (RBD) palm olein dari Malaysia dan Indonesia dikenakan tariff impor sebesar 9%, sementara impor dari negara-negara lain yang memperoleh fasilitas generalized system of preference (GSP) hanya dikenakan tariff impor sebesar 3.1%.

    - Namun demikian, impor biodiesel dari Malaysia & Indonesia tidak dikenakan tariff impor. - Di Asia Tenggara, pembebasan pajak ekspor pada produk olahan seperti biodiesel yang disertai dengan

    pembebasan tariff impor di negara tujuan akan mendorong produksi biodiesel untuk ekspor dan hal ini diperkirakan akan berkembang sangat pesat.

    Selain menerapkan hambatan tarif untuk produk biodiesel, dalam perkembangannya nanti diperkirakan negara-negara pengimpor juga akan mengenakan hambatan perdagangan non-tarif. Di Uni Eropa yang merupakan pasar biodiesel terbesar, ketentuan mengenai winter grade fuel diterapkan untuk membatasi penggunaaan biodiesel kedelai atau kelapa sawit di Jerman. Selain itu minyak yang digunakan dalam pengolahan biodiesel harus diproduksi dengan cara

    Grafik 9. Produktivitas Bahan Baku Biodiesel (Kg minyak/ha)

    Sumber : Practical Biodiesel Blueprint Seminar

    375 481 490

    15902010

    4000

    5000

    8000

    Soybean Mustard Camelina Jatropha Nuts ChineseTallow

    Oil Palm Algae

    Grafik 8. Supply Minyak Nabati (%)

    Palm31%

    Soybean29%

    Rapeseed14%

    Sun Flower9%

    Olive2%

    Coconut3%

    Palm Kernel4%

    Cottonseed4%

    Peanut4%

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 11

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    yang sustainable. Kebijakan pengembangan biodiesel di negara-negara tersebut pada awalnya didesain untuk membantu petani lokal. Dalam perkembangannya biofuel saat ini memerankan peranan yang semakin besar dalam supply bahan bakar dibandingkan untuk diolah di industri makanan. Hal ini akan berimplikasi pada keberlangsungan kebijakan yang selama ini diambil oleh uni Eropa untuk memilih ketahanan energi atau ketahanan pangan. Sebenarnya fenomena ini muncul di hampir setiap negara.

    Kesiapan Negara-Negara Pemasok Utama Bahan Baku Biodiesel Dunia Malaysia

    Malaysia sebagai salah satu produsen utama CPO dunia telah memiliki blueprint yang cukup jelas untuk mengembangkan industri biodiesel ini. Pelaksanaan blueprint tersebut dibagi dalam beberapa tahap yakni : Implementasi Kebijakan Jangka Pendek : - Penerapan standar B5 - Penggunaan B5 di beberapa departemen pemerintah - Penunjukan SPBU yang sukarela menjual B5, bekerja sama dengan Petronas - Uji coba secara sukarela B5 di sector industri - Program promosi kepada publik Implementasi Kebijakan Jangka Menengah : - Persiapan UU Industri Biofuel Malaysia tahun 2006 dan diperkirakan akan diundangkan pada tahun 2007 - Penerapan standar Methyl Ester Biofuel Malaysia - Perluasan testing B5, kerjasama antara Malaysian Palm Oil Board (MPOB) & Petronas Research and Scientific

    Services (PRSS) - Memperoleh engine warranties untuk B5 - Pendirian pabrik komersial untuk memproduksi biodiesel kelapa sawit untuk ekspor Implementasi Kebijakan Jangka Panjang - Penambahan campuran dari B5 menjadi B20 - Pembaharauan teknologi biofuel oleh perusahaan lokal maupun perusahaan asing - Stabilisasi harga minyak sawit pada level yang lebih tinggi Biodiesel for Export Action Plan - MPOB menyediakan dukungan keuangan untuk konstruksi 3 pabrik biodiesel kelapa sawit yang terintegrasi yang

    memproduksi summer grade (pour point :+15 c) and winter grade (pour point : -21-0 c) - Pabrik pertama telah sukes didirikan dan telah berproduksi di Johor pada 2006 - Dua pabrik lainnya akan berproduksi pertengahan 2007

    Untuk mendukung industri biodiesel domestiknya, Malaysia melakukan pembatasan ekspor CPO antara lain dengan menerapkan pajak ekspor CPO sebesar 19% dan mendukung impor dari semua produk palm oil untuk diolah di dalam negeri dan diekspor kembali.

    Grafik 10. Impor Palm Produk Malaysia (000 Ton)

    Sumber : GIMNI

    166

    371

    473

    713

    555606

    2001 2002 2003 2004 2005 2006

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 12

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Indonesia

    Selain Malaysia, Indonesia juga merupakan produsen utama CPO di dunia. Indonesia dan Malaysia telah menguasai sekitar 85% pangsa produksi CPO dunia. Indonesia memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan energi biodiesel terutama biodiesel yang berbasis minyak kelapa sawit. Sebenarnya Indonesia memiliki lahan kelapa sawit yang paling luas melebihi luas lahan kelapa sawit milik Malaysia. Namun sayangnya produktivitas lahan kelapa sawit Indonesia kalah dibanding Malaysia yang hampir dua kali lipat dibanding produktivitas lahan kelapa sawit Indonesia.

    Pengembangan biofuel di Indonesia didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, tanggal 25 Januari 2006 dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BIOFUEL) Sebagai Bahan Bakar Lain, tanggal 25 Januari 2006. Pemerintah memperkirakan kebutuhan biodiesel di tahun 2010 mencapai 25.68 juta KL yang diperkirakan masih terkonsentrasi di wilayah Jawa mengingat padatnya populasi kendaraan di wilayah tersebut. Untuk memproduksi biodiesel sebanyak 25.68 juta KL dibutuhkan Fatty Acid Methyl Ester (FAME), yaitu minyak nabati yang dicampur menjadi biodiesel sebanyak 1.28 juta KL.

    Sebagai langkah penggalakan pemakaian biodiesel di pasar domestik Pertamina memasarkan ke seluruh Jawa dan kota besar diluar Jawa serta berencana meningkatkan intensitas komposisi biodiesel dari B-5 menjadi B-10. Sampai saat ini Pertamina telah memasarkan biodiesel di 130 SPBU di Jakarta dengan volume 1200 1300 KL per hari dan 5 SPBU di Surabaya dengan dengan volume 80-100 KL per hari.

    Pemasaran bahan bakar nabiati di Indonesia masih menemui sejumlah hambatan, antara lain karena masih sedikit sekali produsen dari FAME yang memenuhi syarat (standar, kapasitas produksi, pengalaman, kontinuitas produk, kapasitas untuk BBN). Selain itu dari sisi struktur biaya juga menghadapi masalah karena naiknya harga. Harga FAME cenderung naik dan sudah melewati harga MOPS (posisi tanggal 10 Agustus 2006 harga FAME = 108% harga MOPS Gas Oil).

    5.204.002.301.150.00Sumatera

    15.6013.809.204.601.08Jawa

    1.601.000.000.000.00Sulawesi

    2.501.000.000.000.00Kalimantan

    0.780.200.000.000.00Papua / Maluku

    20102009200820072006WILAYAH

    5.204.002.301.150.00Sumatera

    15.6013.809.204.601.08Jawa

    1.601.000.000.000.00Sulawesi

    2.501.000.000.000.00Kalimantan

    0.780.200.000.000.00Papua / Maluku

    20102009200820072006WILAYAH

    Tabel 5. Rencana Pentrasi Biodiesel Oleh Pertamina (Juta KL)

    Sumber : Pertamina

    Grafik 12. Perbandingan Harga FAME & Gas Oil (Rp/Liter)

    4,400

    4,600

    4,800

    5,000

    5,200

    5,400

    5,600

    5,800

    7/17/06 7/24/06 7/31/06 8/7/06 8/14/06 8/21/06

    GAS OIL

    FAME

    4,400

    4,600

    4,800

    5,000

    5,200

    5,400

    5,600

    5,800

    7/17/06 7/24/06 7/31/06 8/7/06 8/14/06 8/21/06

    GAS OIL

    FAME

    Grafik 11. Target Kebutuhan Biodiesel dan FAME (Juta KL)

    1.08

    5.75

    11.5

    20

    25.68

    1.28

    1

    0.05

    0.29

    0.58

    2006 2007 2008 2009 2010

    FAME

    BIOSOLAR B-5

    Sumber : Pertamina

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 13

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Pada tahun 2006 dan 2007 terdapat beberapa perusahaan domestik yang mulai memproduksi FAME yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan industri biodiesel domestik yang berkapasitas antara 40.000 350.000 ton per tahun.

    Dinamika Persaingan, dan Struktur Industri Biodiesel Dunia Industri biodiesel bisa dikatakan sebagai industri yang sedang tumbuh dan cukup menjanjikan. Pasar cukup luas dan tumbuh cukup baik terutama di Uni Eropa dan Amerika Serikat. Di pasar dunia, industri ini cukup terfragmentasi dalam artian tidak ada satu pemain yang dominan dalam penguasaan pasar. Namun demikian perkembangan investasi di negara-negara Malaysia, Indonesia, Singapura, Uni Eropa dan Amerika Serikat akhir-akhir ini akan merubah struktur persaingan di industri ini. Relatif murahnya biaya investasi menjadikan industri ini sangat menarik bagi masuknya pemain-pemain baru. Untuk memproduksi 100 juta liter per tahun dibutuhkan investasi sebesar USD 25 juta. Selain itu, juga didukung dengan ketersediaan teknologi yang sudah cukup standar.

    Critical point yang harus diperhatikan adalah masalah ketersediaan bahan baku. Kebutuhan biodiesel di negara maju cukup besar dan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang pesat. Demikian juga di negara-negara berkembang. Kesadaran akan efek gas rumah kaca serta concern terhadap persediaan minyak dunia yang berbasis fosil telah menggeser trend pasar dunia. Peningkatan kapasitas produksi biodiesel yang terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas investasi di industri ini akan meningkatkan permintaan bahan baku. Sementara itu, ketersediaan lahan terbatas. Akibatnya, hambatan sisi supply akan mendorong kenaikan harga. Karena keamanan supply bahan baku sangat kritikal maka diperlukan bargaining position yang cukup kuat terhadap pemasok bahan baku, antara lain dengan perjanjian jangka panjang dengan partner yang dapat dipercaya, atau juga bisa dilakukan dengan pola integrasi vertical. Idealnya pabrik didesain untuk beberapa bahan baku (kelapa sawit, jarak, kedelai, rapeseed, kelapa, waste oil dan animal fats) agar lebih fleksibel menghadapi kelangkaan salah satu bahan baku. Harga bahan baku menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena berkontribusi paling besar pada struktur biaya bahkan mencapai 75%. Kontroversi atau dilema antara memilih ketahanan pangan atau ketahanan energi dan isu deforestasi mendorong adanya inovasi sumber bahan baku seperti minyak jarak dan biomass sebagai biodiesel generasi kedua.

    Tenaga Kerja3%

    Energi1%

    Campuran Kimia11%

    Depresiasi6%

    Overhead & Pemeliharaan

    4%

    Bahan Baku75%

    Grafik 13. Struktur Biaya Produksi Biodiesel Berbasis Minyak Kedelai (%)

    Sumber : Practical Biodiesel Blueprint Seminar

    Tabel 6. Target Kebutuhan Biodiesel dan FAME (Juta KL)

    120.000250.000100.00050.000 50.000

    PT. Eterindo (Jakarta + Surabaya)PT. Bio Nusantara (Medan)PT. Sumiasih (Jakarta)PT. Darmex (Jakarta)PT. Platinum

    2007

    120.000 40.000

    350.000 (akhir tahun)

    PT. Eterindo (Jakarta + Surabaya)PT. Platinum (Jakarta) PT. Walmart (Dumai)

    2006

    Total produksiProdusenTahun

    120.000250.000100.00050.000 50.000

    PT. Eterindo (Jakarta + Surabaya)PT. Bio Nusantara (Medan)PT. Sumiasih (Jakarta)PT. Darmex (Jakarta)PT. Platinum

    2007

    120.000 40.000

    350.000 (akhir tahun)

    PT. Eterindo (Jakarta + Surabaya)PT. Platinum (Jakarta) PT. Walmart (Dumai)

    2006

    Total produksiProdusenTahun

    Sumber : Pertamina

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 14

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Tantangan lain yang dihadapi industri ini adalah masalah kepastian siapa yang akan menjadi off-taker (pembeli) produk biodiesel yang telah diproduksi. Dengan struktur pasar pembeli yang relatif terkonsentrasi yang dikhawatirkan adalah bargaining position pihak produsen yang lemah dibandingkan off-taker-nya yang biasanya adalah perusahaan-perusahaan minyak berskala besar.

    Kesimpulan - Industri biodiesel masih cukup prospektif di pasar internasional paling tidak sampai dengan tahun 2010.

    Keterbatasan supply bahan baku di Uni Eropa yang merupakan konsumen serta produsen terbesar biodiesel dunia memaksa Uni Eropa untuk melakukan impor produk biodiesel maupun bahan baku biodiesel seperti minyak kelapa sawit serta minyak kedelai. Namun hambatan tarif maupun non-tarif tetap diberlakukan oleh Uni Eropa untuk melindungi pertanian dan industri domestiknya.

    - Peluang pasar yang cukup besar di pasar ekspor ditandai dengan semakin mahalnya harga CPO di pasar dunia. Selain di pasar dunia, penggunaan biodiesel di domestik juga sudah mulai digalakkan. Yang dikhawatirkan justru industri biodiesel domestik akan sulit mendapat pasokan terutama bahan baku berbasis kelapa sawit karena para produsen lebih memilih menjual CPO-nya di pasar ekspor. Selain itu industri hilir CPO juga memerlukan supply bahan baku CPO. Ketatnya supply CPO di pasar domestik harus menjadi bahan pemikiran untuk meninjau ulang mengenai pembukaan industri biodiesel berbasis CPO.

    - Biofuel generasi pertama yang terbuat dari palm oil menghadapi persaingan dengan kebutuhan industri hilir kelapa sawit terutama di industri makanan serta industri oleokimia. Oleh karena itu perlu dilakukan diversifikasi bahan baku biodiesel selain dari bahan kelapa sawit melalui serangkaian aktivitas research and development yang bisa menghasilkan biofuel generasi kedua. Untuk itu dibutuhkan dukungan pemerintah untuk memulai perkembangan industri tersebut.

    - Terjadi dilema dalam pengembangan industri biodiesel. Dalam jangka panjang kemungkinan naiknya harga minyak akibat turunnya cadangan minyak serta meningkatnya permintaan global menjadi alasan yang rasional untuk mengembangkan industri biodiesel. Di sisi lain meskipun target pasar konsumen bersifat jangka panjang, namun biaya produksi biodiesel tetap harus kompetitif dengan harga minyak yang saat ini cenderung mengalami penurunan di level USD 50 USD 60 per barel. Oleh karena itu hanya dengan meningkatnya harga minyak dan meningkatnya dukungan pemerintah, biodisel saat ini bisa bersaing dengan minyak solar.

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 15

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Banking Report Peran Bank Asing / Joint Venture Dalam Industri Perbankan Indonesia Pendahuluan Liberalisasi dalam 12 sektor secara formal terjadi setelah Indonesia meratifikasi World Trade Organization (WTO) dan perjanjian Putaran Uruguay melalui UU No. 7 Tahun 1994. Liberalisasi di sektor jasa khususnya di industri jasa keuangan, tertuang dalam PP No.29 Tahun 1999 tentang pembelian Bank Umum. Peraturan Bank Indonesia No. 2/27/PBI/2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang Pendirian Bank Umum juga memperkuat hal itu. Di dalamnya tertuang bahwa kepemilikan investor asing pada bank umum dapat mencapai 99%, naik dari ketentuan sebelumnya sebesar 85%.

    Sebetulnya latar belakang pemerintah membuka kesempatan bank asing dan bank campuran untuk beroperasi di Indonesia terkait dengan kebutuhan akan modal asing. Selain itu, masuknya bank-bank tersebut ke Indonesia diharapkan dapat mendorong perkembangan perbankan serta perekonomian nasional. Secara umum, keuntungan yang diperoleh dengan masuknya bank-bank asing, termasuk bank campuran, antara lain adalah sebagai saluran capital inflows untuk ekonomi domestik, meningkatkan kompetisi antar bank, dan memperkenalkan produk produk yang lebih bervariasi.

    Kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang terbit Oktober 2006 pun terlihat memberi field yang lebih luas kepada pihak asing dibandingkan perbankan domestik. Hal ini dikarenakan kebijakan SPP tidak berlaku bagi Pemegang Saham Pengendali yang berupa kantor cabang asing dan bank campuran sesuai dengan komitmen Indonesia dalam perjanjian putaran Uruguay di forum WTO.

    Banyaknya bank bank bermodal kecil yang menawarkan diri kepada investor perbankan asing seiring dengan deadline waktu yang sempit dalam pemenuhan modal minimum bank, memicu semakin meningkatnya peran asing dalam industri perbankan. Tahun 2007 adalah tahun penentuan implementasi konsolidasi perbankan karena merupakan tahap pertama dalam penentuan modal. Bagi bank-bank yang belum memenuhi ketentuan modal minimum IDR 80 bn dari IDR 100 bn, akan diberikan label Bank Kegiatan Terbatas. Berdasarkan data BI, masih ada 30 bank lagi yang modalnya belum mencapai IDR 80 bn. Merekamereka inilah yang nantinya berpotensi di merger / diakuisisi oleh investor dalam maupun luar negeri.

    Tantangan persaingan dari bank-bank milik asing tersebut lambat laun akan menjadi faktor penting yang harus dicermati oleh bank-bank domestik, terutama bank-bank BUMN yang berada dalam peer group yang sama. Dari data yang ada, terlihat bahwa jumlah kredit yang diberikan oleh bank-bank milik asing mulai menunjukkan peningkatan. Namun demikian, tetap terdapat sisi negatif yang perlu diantisipasi, terlihat terutama pada saat krisis, karena bank-bank asing berpotensi sebagai tempat untuk pelarian modal. Di samping itu dana asing yang masuk tersebut dapat lebih bersifat temporer dan hanya untuk mencari keuntungan sesaat.

    Dengan masih adanya permasalahan intermediasi perbankan khususnya dari pihak asing, maka menarik untuk mengkaji peranan bank asing terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Perlu dilihat peranan dan kinerja bank asing dibandingkan bank domestik. Menarik pula untuk dikaji perbandingan besarnya fasilitas yang diberikan negara lain kepada pihak asing dalam industri keuangan.

    Ketentuan dan Perkembangan Kinerja Bank Asing di Indonesia Kehadiran investor asing dalam peta perbankan sudah terjadi sebelumnya di bank-bank swasta kelas atas seperti BCA, Lippo, Niaga, Permata, Danamon, BII, Buana, NISP, Panin, Bumiputera, Haga, dan Hagakita. Bank swasta nasional yang sebelumnya dimiliki konglomerat lokal, kemudian berpindah kepemilikan ke pemerintah karena mereka memperoleh rekapitalisasi dan kemudian dijual ke asing. Awal tahun 2007 inipun ada 6 bank swasta nasional skala kecil yang akan diambil alih oleh asing. Bank tersebut adalah Bank Swadesi, Bank Halim, Bank Nusantara Parahyangan, Bank ANK, Bank Harfa, dan Bank Sri Partha. Pada pertengahan February 2007, 85.005% saham Bank ANK telah dialihkan kepada Bank Commonwealth. Sementara itu Bank Swadesi akan diambil alih State Bank of India sebesar 76% sahamnya, sementara itu Bank Halim milik kelompok Gudang Garam akan dipinang oleh ICBC Cina. Bank Indomonex yang kini sudah dimiliki investor Timur Tengah, dilansir akan menggeser kepemilikan saham ke investor India.

    Besarnya minat asing terhadap perbankan Indonesia selain karena regulasi, juga didorong masih relatif lebih murahnya harga saham bank lokal dibandingkan besarnya Net Interest Margin (NIM). Prospek usaha perbankan khususnya di sektor konsumsi dengan jumlah penduduk yang besar, ikut menjadi daya tarik utama investor perbankan asing. Selain itu bagi perbankan asing, akan lebih mudah meminang bank kecil dengan dana yang relatif lebih murah dibandingkan harus mendirikan bank baru dengan modal IDR 3 tn seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum pasal 2 ayat 1.

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 16

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Sampai dengan akhir 2006 terdapat 40 bank asing / JV yang beroperasi di Indonesia, itu belum termasuk pihak asing yang menguasai bank swasta nasional. Total aset bank yang dimiliki pihak asing (Bank Asing, JV, dan Pihak Asing) mengalami perkembangan yang cukup signifikan apabila dibandingkan sebelum krisis terjadi. Tahun 1999, asing menguasai 9% total asset perbankan, meningkat pesat menjadi 46% dari total asset pada 3Q06 (Grafik 14). Bukanlah sesuatu yang mustahil jika pada akhir 2007 pangsa asetnya dapat melebihi separuh dari asset perbankan.

    Namun sayangnya peningkatan dominasi asing di peta perbankan Indonesia tidak didukung dengan peningkatan perannya sebagai lembaga intermediasi. Pertumbuhan kredit bank asing posisi 3Q06 sebesar 8.3% YtD, jauh lebih kecil dibandingkan pertumbuhan kredit BPD yang mencapai 22.5% YtD (Grafik 15).

    Disamping itu terjadi perubahan orientasi penyaluran kredit sebelum krisis dan sesudah krisis. Sebelum krisis, bank asing cenderung menyalurkan kredit jangka panjang untuk kegiatan investasi. Namun paska krisis, bank-bank asing merubah perilaku penyaluran kreditnya pada penempatan dana jangka pendek dan yang memiliki risiko kecil yaitu pada jenis kredit konsumsi terutama terkait dengan kegiatan fee based income, khususnya pada kartu kredit. Tahun 1999 kredit konsumsi yang disalurkan pihak asing hanya 6% dari total kredit asing, meningkat pesat menjadi 18% dari total kredit asing pada 3Q06 (Grafik 16).

    Dana pihak ketiga (DPK) bank asing selama 3 tahun terakhir relatif tetap dengan porsi sebagian besar dalam bentuk valas terutama dalam bentuk deposito. Selain itu jika diperhatikan lebih lanjut, sumber utama pendapatan bank asing bukan berasal dari kredit, tetapi dari transaksi valas/derivatif. Berdasarkan data BI posisi November 2006, pendapatan bank asing yang berasal dari transaksi valas /derifatif mencapai IDR 10,073 bn, jauh lebih besar dibandingkan yang berasal penyaluran kredit hanya sebesar IDR 8,129 bn.

    Salah satu kekuatan utama dari bank-bank milik asing di dalam melakukan penetrasi pasar, ada pada tingkat efisiensinya yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank BUMN. Tingginya efisiensi pada bank milik asing ini tercermin jelas dari rendahnya rasio biaya overhead dibandingkan dengan biaya operasional, sehingga mampu menawarkan kredit dengan suku bunga yang lebih murah tanpa mengorbankan tingkat keuntungan. Berdasarkan data BI posisi November 2006, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank BUMN sebesar 96.44% sementara itu BOPO Bank Asing dan Bank Campuran hanyalah sebesar 78.59% - 82.82%.

    Efisiensi bank asing dan bank campuran ini didukung oleh kredibilitas dan citra yang sangat baik, sehingga bank-bank asing ini mampu menghimpun dana dengan cost of fund yang relatif lebih rendah. Di pihak lain, tingkat efisiensi bank-bank BUMN saat ini relatif lebih rendah, terkait dengan berbagai beban dan biaya operasional yang harus ditanggungnya. Akibatnya, tingkat suku bunga bank-bank BUMN relatif lebih tinggi dibandingkan bank-bank milik asing dan menjadi rigid untuk diturunkan, karena akan dapat menekan jumlah pendapatan mereka. Karenanya tidak heran bila rata-rata spread tingkat suku bunga rata-rata tertimbang Bank Asing yaitu 9.5%, jauh lebih besar dibandingkan Bank BUMN yang hanya sebesar 4% (Grafik 17).

    Sumber : BI, diolah

    Grafik 14. Pangsa Asset Menurut Kontrol (%)

    BankPersero

    BPD BankSwasta

    BankAsing Total

    8.3 7.5

    10.1

    7

    10.3

    23.6

    8.6

    6.3

    22.5

    5.8

    Growth YoY Growth YtdGrowth YoY Growth Ytd

    Kredit Investasi

    Kredit Modal Kerja

    Kredit Konsumsi

    82%

    6%18%

    12% 10%

    72%

    1999 3Q06

    52,695 107,692

    Kredit Investasi

    Kredit Modal Kerja

    Kredit Konsumsi

    82%

    6%18%

    12% 10%

    72%

    1999 3Q06

    52,695 107,692

    Grafik 15. Tingkat Pertumbuhan Kredit , 3Q06 (%)

    Grafik 16. Komposisi Kredit Bank Asing / JV (%)

    PerseroLain

    Mandiri

    SwastaNasional

    Asing/JV

    BPD

    28%

    2%

    9%

    38%

    8%

    22%23%

    15%

    9%

    46%

    1999 3Q06

    PerseroLain

    Mandiri

    SwastaNasional

    Asing/JV

    BPD

    28%

    2%

    9%

    38%

    8%

    22%23%

    15%

    9%

    46%

    1999 3Q06

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 17

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Tidak ada pilihan lain bagi bank-bank BUMN, kecuali berupaya mengejar level efisiensi bank-bank asing ini. Berbagai permasalahan yang selama ini telah menyebabkan tingginya biaya overhead di kelompok bank BUMN harus dapat segera diselesaikan. Permasalahan NPL yang tinggi harus segera diselesaikan karena telah menjadi penyebab dari menggelembungnya beban biaya untuk Penyisihan Penghapusan Aktiva. Peningkatan produktivitas SDM, efisiensi dalam pemanfaatan teknologi informasi dan sumber daya lainnya harus terus dilakukan agar tingkat efesiensi bank asing dapat juga dicapai oleh seluruh industri perbankan nasional. Disamping itu, tingkat ukuran sebuah bank (size of bank) tentunya turut menentukan tingkat efisiensi yang hendak dicapai. Pertama, karena secara umum, bank yang lebih besar dapat memperoleh dana dengan harga yang lebih murah dibanding bank kecil. Kedua, karena bank yang lebih besar juga dapat memiliki economies of scale yang memadai yang memungkinkan mereka untuk membagi biaya operasinya dengan unit yang lebih besar. Bank-bank asing yang kebanyakan merupakan bagian dari industri perbankan multinasional tentunya memiliki kelebihan ini.

    Kesepakatan Indonesia dalam perjanjian GATS mode 4 memunculkan liberalisasi perdagangan jasa keuangan di khususnya pemberdayaan tenaga kerja (man power). Jumlah professional asing yang menempati top management dalam industri perbankan menjadi semakin banyak bahkan juga menggeser level manager lokal. Hal ini disebabkan karena regulator tidak memberikan aturan dan batasan kewarganegaraan untuk menjadi pengelola bank, yang terpenting adalah calon tersebut lulus fit and proper test oleh BI. Padahal jika kita cermati secara lebih mendalam bankir-bankir lokal pun juga memiliki kemampuan yang bagus. Hal ini terlihat dari kemampuan beberapa bankir lokal yang menangani bank-bank rekap yang kini sudah dinyatakan sebagai bank sehat oleh BI.

    Menindaklanjuti perkembangan tersebut, Gubernur BI dalam Bankers Dinners di awal tahun 2007, menyatakan akan segera mengeluarkan kebijakan khusus mengenai pembatasan Tenaga Kerja Asing (TKA) pada manajemen tingkat menengah yaitu sampai dua tingkat dibawah Direksi kecuali untuk bidang-bidang yang belum mampu diisi oleh tenaga kerja domestik. Selain itu TKA juga wajib melaksanakan proses pengalihan pengetahuan maksimum 3 tahun kepada sekurang-kurangnya dua orang bankir lokal di bank tersebut (under study program). Diharapkan dengan kebijakan tersebut pelaksanaan fungsi intermediasi dan perluasan kesempatan kerja bisa berjalan bersama-sama dengan baik.

    Pengaturan dan Perkembangan Bank Asing di Negara Lain Dengan semakin pesatnya perkembangan pihak asing di perbankan Indonesia, hal yang menarik jika kita juga memperbandingkan besarnya pintu liberalisasi di negara berkembang lainnya seperti Malaysia, Thailand, China, dan Kanada. Jika dibandingkan liberalisasi jasa keuangan di beberapa Negara Asia, terlihat bahwa ruang yang cukup lebar bagi asing berasal dari pemerintah Indonesia (tabel 7). Pemerintah Thailand yang dulu mengalami krisis perbankan terbesar di kawasan Asia, ternyata membatasi kepemilikan asing hingga 49%.

    Sumber : BI, diolah Spread = Tingkat suku bunga kredit (KK, KMK, KI) Tingkat suku bunga dana

    Grafik 17. Spread* Beberapa Kelompok Bank, Posisi 3Q06 (%)

    6.8

    25.3

    8.1

    2.1 2.23.6

    5.6

    2.6

    4.0 4.65.7

    9.5

    BUMN BPD Asing BUSN

    6.8

    25.3

    8.1

    2.1 2.23.6

    5.6

    2.6

    4.0 4.65.7

    9.5

    BUMN BPD Asing BUSN

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 18

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    A. Malaysia

    Meskipun Malaysia membatasi kepemilikan asing di industri perbankan hingga 30%, namun regulator tetap memberikan dukungan bagi asing berperan cukup besar sebagai intermediasi. Bank asing diberi kemudahan untuk menyalurkan kredit bekerjasama dengan bank lokal dan bank campuran. Namun demikian seluruh bank asing yang akan beroperasi di Malaysia diwajibkan untuk melakukan konversi badan hukumnya menjadi subsidiary (locally incorporated bank) dan wajib meningkatkan jumlah modal minimum setelah memperhitungkan kerugian sebesar RM300 juta.

    Walaupun Malaysia menggunakan rejim kontrol devisa, namun prospek perekonomian yang cukup stabil mendorong peningkatan aktivitas bank asing di negara tersebut. Hingga November 2006 jumlah bank yang sahamnya didominasi asing sudah mencapai 19 bank dari 43 bank yang beroperasi di Malaysia. Dalam kurun waktu 1999-2003, DPK yang dimobilisasi bank asing meningkat 41,5% menjadi RM 103.396 juta sedangkan kredit meningkat 34% menjadi RM 92.693 juta.

    B. Thailand

    Besarnya kebutuhan pemerintah Thailand akan permodalan asing setelah kolapsnya industri perbankan di tahun 1997, menyebabkan pemerintah membuka pintu yang cukup lebar bagi pihak asing. Sesuai Commercial Banking Act, kepemilikan asing dalam bank dibatasi sebesar 49% dengan pengecualian atas persetujuan Menteri Keuangan Thailand pihak asing dapat memiliki bank sebesar 100% dalam waktu 10 tahun (hybrid bank). Rasio CAR terhadap kantor cabang bank asing ditetapkan sebesar 7.5% sementara bank umum dan hybrid bank wajib memelihara rasio CAR sebesar 8.5%.

    Saat ini Bank Sentral Thailand (Bank of Thailand /BOT) sedang mengkaji kembali akan peranan dan keberadaan bank asing yang ditenggarai penurunan kinerja bank asing sebagai lembaga intermediasi. Penyempurnaan Financial Master Plan oleh BOT dilakukan melalui One Presence Policy dengan mengkonversi kantor cabang bank asing menjadi bank campuran atau bank lokal dengan ketentuan yang berlaku (Commercial Banking Act).

    C. China

    Komitmen China untuk memenuhi kesepakatan WTO terlihat dari upayanya memperluas partisipasi asing dalam reformasi industri perbankan. China Banking Regulatory Commission (CBRC) mendorong peran asing dengan menaikkan equity share investor asing individual dari 15% menjadi 20%. CBRC juga mengamandemen persyaratan operating capital untuk institusi keuangan yang dibiayai asing, yaitu berupa penurunan persyaratan minimum dari US$72 juta (600 juta Yuan) menjadi US$60 juta (500 juta Yuan) untuk highest level, dan dari 500 juta Yuan menjadi 400 juta Yuan untuk second highest level.

    Negara Kebijakan

    Vietnam Kepemilikan oleh asing dibatasi hingga 30%, akan diperbaharui ditambah 10%

    Korea Selatan Sejak krisis 1998, berbagai pembatasan dihilangkan untuk meningkatkan kinerja bank - bank yang ada

    Malaysia Kepemilikan oleh asing di bank lokal dibatasi hingga 30%. Tidak ada izin baru

    Thailand Kepemilikan oleh asing dibatasi hingga 49%. Kepemilikan individu dibatasiFilipina Kepemilikan oleh asing boleh sampai 51%

    IndiaKepemilikan oleh asing dibatasi hingga 49%. Namun sejak Maret 2005 bisa sampai 74% untuk bank - bank tertentu atas persetujuan Bank Sentral India

    Indonesia Kepemilikan oleh asing hingga 99%. Tidak ada pembatasan tenaga kerja asing dalam mengelola (me-manage) bank.

    Sumber : Infobank, BI

    Tabel 7. Perbandingan Kebijakan Pembatasan Kepemilikan di Berbagai Negara Asia

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 19

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    D. Kanada

    Di Kanada, bank asing memainkan peran yang cukup signifikan. Saat ini hampir 42 subsidiary bank asing beroperasi dengan total aset mencapai 10% dari aset perbankan. Beberapa bank asing juga beroperasi melalui institusi keuangan nonbank seperti asuransi, sekuritas dan leasing companies.

    Untuk mengoptimalkan persaingan, bank asing diperbolehkan beroperasi sebagai cabang maupun subsidiaries. Namun demikian, regulator perbankan Kanada (OSFI) menerapkan beberapa pembatasan-pembatasan bagi bank asing yang beroperasi di Kanada antara lain:

    1. Kantor Cabang Bank Asing tidak diperkenankan menerima deposito ritel yaitu deposito yang nilainya kurang dari US$150,000.

    2. Dalam kondisi yang akan membahayakan sistem keuangan, OSFI berhak meminta cabang bank asing memelihara asetnya dalam mata uang domestik dalam jumlah tertentu.

    3. Bank asing yang berbentuk kantor cabang dapat memiliki akses tidak langsung melalui direct participant dalam Canadian Clearing and Settlement System (CCSS). Bila kantor cabang bank asing tersebut ingin memiliki akses langsung ke dalam CCSS, otoritas Kanada akan melakukan penilaian terhadap insolvency laws negara tersebut sehingga tidak terjadi benturan ketentuan yang membahayakan CCSS pada saat bank asing yang bersangkutan default.

    4. Pada saat bank asing mengalami kondisi insolven, cabang bank asing di Kanada akan dilikuidasi. Aset yang dimiliki oleh bank asing tersebut (kantor cabang maupun subsidiarie) akan digunakan untuk menyelesaikan tagihan bank asing yang default tersebut.

    Upaya Peningkatan Peran Intermediasi Bank Asing Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pihak asing dapat memberikan dampak positif bagi percepatan perekonomian suatu negara. Namun sayangnya bank asing yang beroperasi di Indonesia terlihat lebih fokus menjadi bank yang melakukan aktivitas yang menghasilkan fee (fee based income), sehingga kurang berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Disamping itu produk fee based income yang sama juga sudah banyak ditawarkan oleh bank domestik.

    Karenanya pemerintah harus memberikan guidance sehingga bank asing dapat berkontribusi lebih optimal dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia. Sudah saatnya kegiatan usaha bank asing di Indonesia dapat bergerak secara lebih terarah pada hal-hal yang produktif dan bermanfaat bagi negara tempat ia melebarkan kegiatan usahanya. Terlebih lagi saat ini dengan posisinya yang memang hampir mendominasi kepemilikan bank di Indonesia.

    Dalam rangka memperkuat komitmen bank asing terhadap perkembangan perekonomian Indonesia, kiranya dapat menjadi pertimbangan peninjauan kedududukan hukum lembaga bank asing tersebut di Indonesia. Salah satu alternatif adalah dengan mendorong bank asing untuk melakukan konversi menjadi bank domestik seperti yang dilakukan di Thailand. Apabila alternatif ini sulit dilakukan maka dapat diterapkan constraint bagi bank asing seperti pengaturan tentang pertumbuhan kredit atau menggunakan cara seperti yang dilakukan pemerintah Kanada. Pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi bank asing diatur secara bertahap minimal sama dengan pertumbuhan kredit keseluruhan. Penerapan ketentuan ini diperkirakan tidak akan bertentangan dengan komitmen di WTO karena ditujukan untuk pelaksanaan pengawasan bank dan efektivitas kebijakan moneter. Namun demikian implikasi ketentuan ini akan membuat bank asing merasa dipaksa dalam penyaluran kredit. Karenanya BI perlu mewaspadai bila bank berkilah dan meminta pertanggungjawaban BI jika kemudian terjadi penurunan kualitas kredit.

    Keluarnya regulasi yang membatasi peran TKA di level middle management perbankan, bahkan kewajiban untuk transfer knowledge ke bankir domestik, akan sangat ditunggu tunggu. Hal ini semata-mata untuk melindungi kepentingan tenaga kerja Indonesia.

    Aturan SPP yang dikeluarkan regulator terlihat akan merugikan bank swasta dan bank BUMN. Sebab di satu sisi bank swasta dan bank BUMN didorong untuk melakukan konsolidasi. Sementara itu di sisi lain bank asing dan bank campuran diberi keleluasaan untuk membeli bank lokal tanpa harus pusing melakukan konsolidasi. Kondisi ini akan membuat bisnis bank asing berkembang semakin cepat. Sementara itu bank swasta dan BUMN tenaganya akan habis terforsir untuk konsolidasi. Fungsi intermediasi diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik mengingat pangsa asset bank BUMN dan swasta hampir 80 dari total asset perbankan. Regulator perlu memperhatikan agar konsolidasi perbankan yang diharap dapat mengurangi jumlah bank tidak menimbulkan aspek asingisasi di perbankan dan menimbulkan ketidakpastian di masa mendatang.

  • CHANGE MANAGEMENT OFFICE

    hal 20

    Industry & Banking Update13 February, 2007

    Contact PublicationChange Management Office Group

    Group Head

    Pahala N. Mansury

    Analysts

    YudihartoTaufiq HidayatHasta P. MarlinaRanty RestisariRini SetyowatiNadia Kusuma DewiRenatha GunstinaNetty Herlina

    Database & ProductionIbnu PramonoBudi SulistyoArita Adiputri Oktavianti

    EVP Coordinator

    Haryanto Budiman