kinerja adalah prestasi kerja yang merupakan hasil dari...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Kinerja
2.1.1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah prestasi kerja yang merupakan hasil dari
implementasi rencana kerja yang dibuat oleh suatu institusi yang
dilaksanakan oleh pimpinan dan karyawan (SDM) yang bekerja di
instasi baik pemerintah maupun perusahaan (bisnis) untuk mencapai
tujuan organisasi (M. Abdullah, 2014: 4)
Mangkunegara (2005:74) , mengemukakan pengertian kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Moeheriono dalam bukunya M. Abdullah, (2014:3)
menyatakan bahwa kinerja atau performance merupakan gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran , tujuan, visi dan misi suatu
organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu
organisasi.
Abdullah, (2013:331), berpendapat bahwa Kinerja adalah hasil
dari pekerjaan organisasi, yang dikerjakan oleh karyawan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk (manual), arahan yang diberikan
8
oleh pimpinan (manajer), kompetensi dan kemampuan karyawan dalam
mengembangkan nalar dalam bekerja
Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kinerja karyawan pada dasarnya merupakan hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di
dalam melaksanakan tugas, Kinerja bergantung pada kombinasi antara
kemampuan, usaha dan kesempatan yang diperoleh oleh karyawan.
2.1.2. Penilaian Kinerja
Yuli (2005:86) menyatakan bahwa Penilaian Kinerja atau dapat
disebut juga dengan istilah appraisal performance adalah proses
penilaian prestasi kerja karyawan yang dilakukan oleh organisasi
terhadap karyawannya secara sistimatik dan formal berdasarkan
pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Dalam hal ini seorang pimpinan
harus melakukan pertimbangan mengenai hasil prestasi kerja para
bawahannya. Pertimbangan tersebut nantinya dipergunakan sebagai
bahan untuk menetapkan gaji, promosi, pensiun dan perencanaan
pengembangan karir.Dampak utama dari program penilaian tersebut
adalah untuk memberikan pengaruh motivasional terhadap pegawai
yang dinilai.
Sedangkan menurut Surya Dharma (2010:14) Evaluasi atau
penilaian kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk
mengevaluasi atau menilai kinerja karyawan secara periodik yang
ditentukan oleh organisasi.
9
Pendapat Wirawan, dalam buku M. Abdulloh (2014:5)
menyatakan bahwa evaluasi atau penilaian kinerja adalah sebuah proses
penilaian oleh penilai (pejabat) yang melakukan penilaian (appraisal)
mengumpulkan informasi mengenai kinerja ternilai (pegawai) yang
dinilai (appraise) yang didokumentasikan secara formal untuk menilai
kinerja ternilai dengan membandingkan dengan standar kinerjanya
secara periodik untuk membantu pengambilan keputusan manajemen
sumber daya manusia.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
evaluasi atau penilaian kinerja (performance appraisal) adalah suatu
sistem evaluasi formal dari suatu organisasi yang digunakan untuk
menilai kinerja individu (karyawan) dalam suatu periode tertentu yang
sudah ditetapkan, (umumnya setahun sekali) dengan cara
membandingkan dengan standar kinerja yang sudah disepakati dan
ditentukan lebih dahulu. Hasil dari evaluasi kinerja digunakan untuk
menentukan dan mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu
dalam pembinaan karier pegawai yang bersangkutan.
2.1.3. Kriteria Penilaian Kinerja
Terdapat berbagai teori mengenai indikator kinerja pegawai. Salah
satunya indikator kinerja pegawai Fadel (2009:195) mengemukakan
beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja pegawai
yaitu :
10
a). Pemahaman terhadap topoksi
Dalam menjalankan tupoksi, bawahan harus terlebih dahulu
paham tentang tugas pokok dan fungsi masing-masing serta
mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang menjadi tanggung
jawabnya.
b). Inovasi
Memiliki inovasi yang positif dan menyampaikan pada atasan
serta mendiskusikannya pada rekan kerja tentang pekerjaan.
c). Kecepatan kerja
Dalam menjalankan tugas kecepatan kerja harus diperhatikan
dengan menggunakan atau mengikuti metode kerja yang ada
d). Keakuratan kerja
Dalam mengerjakann tugas tidak hanya cepat, namun dalam
menyelesaikan tugas tersebut karyawan juga harus teliti dan
melakukan pengecekan ulang dalam setiap pengerjaan tugasnya.
e). Kerjasama
Kemampuan dalam bekerjasama dengan rekan kerja dan
pimpinan seperti bisa menerima dan menghargai pendapat orang
lain.
Selain pendapat para ahli, pemerintah memiliki indikator kinerja
pegawai yaitu yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 46 Tahun 2011, bahwa penilaian prestasi kerja
Pegawai Negeri terdiri atas unsur :
11
1). Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
SKP berdasarkan rencana kerja tahunan instansi, yang memuat
kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun
waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur dan
disetujui dan ditetapkan oleh pejabat penilai (pimpinan). SKP
dibuat atau ditetapkan setiap tahun pada bulan Januari.
2). Perilaku Kerja
Penilaian perilaku kerja meliputi aspek yang dinilai adalah:
2.1. Orientasi.
a. Selalu dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan
memuaskan
b. Pada umumnya dapat menyelesaikan tugasnya dengan
baik
c. Ada kalanya dapat ,menyelesaikan tugas dengan baik
d. Tidak pernah menyelesaiakan tugas dengan baik
2.2. Integritas
a. Selalu dalam melaksanakan tugas, jujur, iklas, tidak
meyalahgunakan wewenang dan tanggungjawab
b. Pada umumnya dalam melaksanakan tugas,jujur, iklas,
tidak menyalahgunakan wewenang dan tanggungjawab
c. Adakalanya dalam melaksanakan tugas, cukup jujur,
cukup iklas, kadang menyalahgunakan wewenang serta
bertanggungjawab
12
d. Kurang jujur, kurang ikhlas, sering menyalahgunakan
wewenang serta kurang bertanggungjawab
e. Tidak jujur, kurang ikhlas sering menyalahgunakan
wewenang serta kurang bertanggungjawab
2.3. Komitmen
a. Selalu berusaha dan bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugas dan mengutamakan kepentingan dinas
daripada kepentingan pribadi
b. Pada umumnya berusahan bersungguh-sunggunh dalam
melaksanakan tugas dan mengutamakan kepentingan dinas
daripada kepentingan pribadi
c. Adakalanya berusahan dan kurang bersungguh-sungguh
dalam malaksanakan tugas dan mengutamakan
kepentingan dinas daripada kepentingan pribadi
d. Kurang berusaha dan bersungguh-sungunh dalam
melaksanakan tugas dan selalu mengutamakan
kepentingan pribadi daripada kepetingan dinas
2.4. Disiplin
a. Selalu menaati peraturan perundang-undangan dan
kedinasan, menaati jam kerja serta mampu menjaga
barang-barang milik negara
13
b. Pada umumnya manaati peraturan perundang-undangan
dan kedinasan, menaati jam kerja serta mampu menjaga
barang-barang milik negara
c. Adakalanya menaati peraturan perundang-undangan dan
kedinasan, menaati jam kerja serta mampu menjaga
barang-barang milik negara
d. Kurang menaati peraturan perundang-undangan dan
kedinasan, kurang menaati jam kerja serta kurang mampu
menjaga barang-barang milik negara
e. Tidak pernah menaati peraturan perundang-undangan dan
kedinasan, tidak menaati jam kerja serta tidak mampu
menjaga barang-barang milik negara.
2.5. Kerjasama
a. Selalu mampu bekerjasama dengan rekan kerja atasan dan
bawahan serta menghargai dan menerima pendapat orang
lain yang menjadi keputusan bersama
b. Pada umumnya bekerjasama dengan rekan kerja atasan
dan bawahan serta menghargai dan menerima pendapat
orang lain yang menjadi keputusan bersama
c. Adakalanya bekerjasama dengan rekan kerja atasan dan
bawahan serta menghargai dan menerima pendapat orang
lain yang menjadi keputusan bersama
14
d. Kurang bekerjasama dengan rekan kerja atasan dan
bawahan serta menghargai dan menerima pendapat orang
lain yang menjadi keputusan bersama
2.5. Kepemimpinan (khusus pegawai yang menduduki jabatan)
a. Selalu bertindak tegas & tidak memihak, mampu
memberikan teladan yang baik, mampu menggerakkan
bawahan dan mengambil keputusan dengan cepat dan
tepat.
b. Pada umumnya bertindak tegas & tidak memihak, mampu
memberikan teladan yang baik, mampu menggerakkan
bawahan dan mengambil keputusan dengan cepat dan
tepat.
c. Adakalanya bertindak tegas & tidak memihak, mampu
memberikan teladan yang baik, mampu menggerakkan
bawahan dan mengambil keputusan dengan cepat dan
tepat.
d. Kurang bertindak tegas & tidak memihak, kurang mampu
memberikan teladan yang baik, kurang mampu
menggerakkan bawahan dan mengambil keputusan dengan
cepat dan tepat.
e. Tidak bertindak tegas & tidak memihak, tidak mampu
memberikan teladan yang baik, tidak mampu
15
menggerakkan bawahan dan mengambil keputusan dengan
cepat dan tepat.
2.1.4. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Yuli (2005: 90) dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia menyatakan bahwa pada setiap individu yang ada dalam
organisasi menginginkan perkembangan dan kemajuan dalam setiap
kariernya, sebuah prestasi tidak mudah diungkapkan dengan kata-kata
melainkan harus didasarkan pada penilaian yang objektif dan sistimatik
sehingga dapat dijadikan sebagai tolok ukur tingkat keberhasilan
kinerja. Berdasarkan pada tingkat kepentingan karyawan, maka
penilaian prestasi kerja bertujuan :
1. Untuk Meningkatkan kemampuan karyawan
Dengan diketahuinya peringkat keberhasilan setiap karyawan,
maka akan terdorong untuk selalu meningkatkan prestasi, karyawan
yang merasa memiliki kemampuan kurang dibanding rekan kerja
yang lain tentu akan berupaya keras mencapai prestasi yang terbaik
sebagai alat untuk mencapai tujuan , pimpinan atau manajer dengan
cara memotivasi karyawan seperti pemberian punishment dan
reward bagi setiap karyawan.
2. Identifikasi faktor penghambat kinerja
Penilaian prestasi kerja diharapkan akan dapat diperoleh informasi
mengenai mengapa seorang karyawan memiliki perbedaan dalam
hal kemampuan walaupun memiliki fasilitas kerja dan gaji yang
16
sama. Dan juga menemukan kendala terberat yang menghambat
pencapaian prestasi yang diharapkan.
3. Menetapkan kebijakan strategis
Dengan penetapan kebijakan yang bernilai strategis maka
kebijakan tersebut bisa membawa kepada perubahan-perubahan
seperti peningkatan produktivitas karyawan dan meminimalisir
faktor penghambat dalam mencapai prestasi kerja.
Adapun manfaatnya dalam penilaian prestasi kerja adalah sebagai
bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan serta
membantu para pengambil keputusan untuk menentukan besarnya upah
atau gaji yang pantas diterima oleh karyawan atau pegawainya, untuk
mengambil keputusan promosi, transfer dan demosi atau penurunan
pangkat, serta untuk pengambilan keputusan dalam hal pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia
2.2. Stres
2.2.1.Pengertian stres
Dalam manajemen sumber daya manusia (Sunyoto,2012:23) stres
adalah konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang
menimbulkan tuntutan psikologi dan fisik yang berlebihan pada
seseorang. Wahjono (2010:107) menyatakan Stres adalah kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi
seseorang.
17
Menurut Robbins (2006:793) mengemukakan stres merupakan
kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang,
kendala, atau tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat
diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi
penting.
2.2.2. Pengertian Stres Kerja
Menurut Prabu (1993: 93) dalam Septianto (2010: 7) menyatakan
bahwa Stres Kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi
pekerjaannya.Menurut Philip dikutip Jacinta L(2002) dalam Septianto
(2010:7) bahwa seseorang dapat dikatagorikan mengalami stres kerja
jika :
1) Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi
atau perusahaan tempat individu bekerja, namun penyebabnya
tidak hanya di dalam perusahaan karena masalah rumah tangga
yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa
ke rumah.
2) Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga
individu
3) Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak
untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut.
18
2.2.3. Indikator yang dapat mengukur tingkat Stres Kerja
Menurut Wahjono ,(2010:112-113). Ada tiga katagori umum
sebagai gejala dari stres kerja yaitu
1) Gejala Fisiologi
Gejala ini terkait dengan aspek kesehatan dan medis yang
menunjukkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan ,
metabolismen, meningkatkan laju detak jantung dan pernafasan,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan
menyebabkan serangan jantung.
2) Gejala Psikologi
Stres dapat menyebabkan ketidakpuasan terutama yang berkaitan
dengan ketidakpuasan dalam pekerjaan, disamping muncul
dalam bentuk keadaaan psikologi lain seperti ketegangan,
kecemasan, mudah marah, kebosanan dan suka menunda-nunda
pekerjaan.
3) Gejala Perilaku
Gejala stres ini berkaitan dengan perilaku seseorang karyawan
yang mencakup dengan perubahan produktivitas, absensi, tingkat
keluar masuknya karyawan, perubahan kebiasaan makan,
meningkatkan konsumsi rokok dan alkohol, bicara cepat, gelisah
dan adanya gangguan tidur.
19
2.3. Masa Kerja
Menurut Undang Undang Ketenagakerjaan Pasal 50 No. 13 tahun 2003
masa kerja adalah perhitungan masa kerja yang dihitung sejak terjadinya
hubungan karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja ,
atau sejak pekerja pertama kali mulai bekerja di perusahaan tertentu
dengan berdasarkan pada perjanjian kerja.
Menurut Saniati 2006 dalam Septiana, (2014:6) masa kerja merupakan
komponen yang terdiri dari usia, lama kerja dan golongan kepangkatan.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa masa kerja merupakan
tenggang waktu yang digunakan seorang karyawan untuk
menyumbangkan tenaganya pada perusahaan sehingga akan menghasilkan
sikap kerja dan ketrampilan kerja yang berkualitas.
Rentang waktu masa kerja yang cukup, sama dengan orang yang
memiliki pengalaman yang luas baik hambatan dan keberhasilan. Waktu
yang membentuk pengalaman seseorang , atau bisa diartikan waktu yang
telah dijalani seseorang pegawai atau karyawan selama menjadi pegawai
atau karyawan, masa kerja memberikan pengalaman kerja, pengetahuan
dan ketrampilan kerja bagi seorang pegawai atau kayawan.
Dengan pengalaman kerja dapat juga menjadikan seorang pegawai atau
karyawan memiliki sikap kerja yang terampil, cepat, mantap, tenang dalam
menganalisa dan mengatasi segala kesulitan yang dialaminya.
20
2.4. Profesional Skill
Profesional Skill diartikan sebagai mutu, kualitas dan perilaku yang
merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional (KBBI,
1999:789) . Menurut Meliala,(2005:124) pengertian profesional yaitu
sebagai tindakan mandiri atau otonomi dalam rangka profesinya yang
didasari pengetahuan dan sikap konsisten.
Profesional itu berlaku untuk semua pegawai atau karyawan mulai
dari tingkat atas sampai tingkat bawah, profesional skill dapat juga
diartikan sebagai suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing.
Profesional skill menyangkut kecocokan (fitness) antara kemampuan yang
dimiliki oleh pegawai atau karyawan dengan kebutuhan tugas (task-
reguerement), terpenuhi kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan
tugas merupakan syarat terbentuknya pegawai yang profesional, artinya
keahlian dan kemampuan pegawai merefleksikan arah dan tujuan yang
ingin dicapai oleh sebuah organisasi, menurut Kurniawan, (2005:74)
dalam Pakpahan (2009:16).
2.4.1. Indikator Profesional Skill Pegawai adalah
1. Kemampuan pegawai
Kemampuan merupakan salah satu unsur kematangan yang
berhubungan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dapat
diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja. Dalam
indikator tersebut seorang pegawai dikatakan profesional skill bila
21
seorang pegawai tersebut dapat membawa peningkatan kompetensi
atau kemampuannya dalam suatu pekerjaan.
2. Etika profesi pegawai
Norma-norma atau kaidah yang ditetapkan oleh disiplin ilmu
pengetahuan dalam suatu organisasi yang harus dipatuhi oleh pegawai
dalam melaksanakan tugas .
2.4.2 Hubungan Antar Variabel
2.4.2.1. Hubungan antara stres kerja dengan kinerja
Wahjono (2010:113) menjelaskan bahwa hasil beberapa riset yang
meneliti hubungan antara stres kerja dengan kinerja menentukan
adanya hubungan dalam bentuk kurva U terbalik antara stres dan
kinerja, Logika yang mendasari U terbalik adalah bahwa stres pada
tingkat yang lebih rendah sampai sedang dapat merangsang tubuh dan
meningkatkan kamampuan untuk bereaksi sehingga individu tersebut
mampu melakukan tugasnya dengan lebih baik, lebih intensif atau lebih
cepat. Namun terlalu banyak stres yang menempatkan tuntutan yang
tidak dapat dicapai atau kendala ke seseorang, mengakibatkan kinerja
menjadi menurun.
2.4.2.2. Hubungan antara masa kerja dengan kinerja
Menurut Ranupendoyo dan Saud,(2005: 45) semakin lama
seseorang bekerja pada suatu organisasi maka akan semakin
berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapan kinerja semakin
baik.
22
2.4.2.3. Hubungan antara profesional skill dengan kinerja
Profesional skill menuntut sesuatu yang lebih dari sekedar
“bekerja”, ia menuntut pemenuhan standar tertentu selain kompetensi,
mempunyai intelektual yang tinggi dan ketrampilan yang terasah, serta
keahlian dalam mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu,
sumber daya serta sebuah strategi pencapaian yang bisa memuaskan
semua elemen, juga kompetensi emosional yang tinggi pula. Bila dalam
diri karyawan yang bekerja di institusi baik pemerintah maupun
perusahaan sudah punya sikap profesional skill, maka kinerja dalam
organisasi tersebut dapat berjalan lebih baik.
Wirawan,(2009:5) dalam Abdullah,(2014:3) Kinerja adalah suatu
keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator
suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.
2.5. PENELITIAN TERDAHULU
NO JUDUL
PENELITIAN
PENELITI TAHUN
PENELITIAN
HASIL PENELITIAN PERSAMAAN
PENELITIAN
PERBEDAAN
PENELITIAN
1. Pengaruh
Sumber Stres
terhadap
Kinerja
Karyawan PT.
Solobhakti
Trading &
Contractor di
Surabaya
Nugroho
Jati
Kusuma
2010 Secara bersama-
sama variabel
lingkungan,faktor
individu memiliki
pengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Hal ini ditunjukan
oleh probalitas
sebesar
0,000<0,05,dengan
demikian hipotesa
yang menyatakan
bahwa secara
bersama-sama
variabel faktor
lingkungan,faktor
organisasi dan
faktor individu
berpengaruh
Sama-sama
meneliti
tentang
pengaruh
stres kerja
terhadap
kinerja
pegawai
1.Variabel
yang diteliti
lebih banyak
yaitu variabel
bebas (X)
adalah Stres
Kerja,Masa
Kerja dan
Profesionalis
Skill dan
2.Responden
yang diteliti
padapegawai
swasta
23
terhadap kinerja
karyawan, teruji
kebenarannya. Nilai
dari koefisien
determinasi dari
hasil perhitingan
sebesar 0,608. Hal
ini berarti 60,08%
perubahan variabel
terikat kinerja
karyawan mampu
dijelaskan oleh
variabel faktor
lingkungan,faktor
organisasi dan
faktor individu
secara bersama-
sama, sedangkan
sisanya 39,2%
dijelaskan oleh
variabel lain yang
tidak dimasukkan
dalam model
2.Secara parsial
variabel
lingkungan,faktor
organisasi dan
faktor individu
memiliki pengaruh
terhadap kinerja
karyawan. Hal ini
ditinjukkan oleh
probalitas yang
kurang dari 0,05,
dengan demikian
hipotesa yang
menyatakan bahwa
secara parsial ketiga
variabel
berpengaruh
terhadap kinerja
telah teruji
kebenarannya
2. Pengaruh
Latar
Belakang
Pendidikan,
Masa Kerja
dan Motivasi
Kerja terhadap
Kinerja
Karyawan
pada PT.
Indocitra Jaya
Samudra
A.Muttaqin,
dkk
2013 1.Latar belakang
pendidikan
karyawan secara
parsial tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
karyawan
2.Masa kerja secara
parsial berpengaruh
terhadap kinerja
karyawan
3.Motivasi kerja
Salah satu
variabel
bebas yang
yaitu masa
kerja sama
dengan
penelitian
yang akan
diteliti
Jenis
penelitian dan
populasi yang
diteliti
24
Negara-Bali tidak berpengaruh
secara parsial
terhadap kinerja
karyawan
3. Pengaruh
Profesionalism
e Kerja dan
Iklim
Komunikasi
Organisasi
terhadap
Kinerja
Pegawai pada
LPP TVRI
Pusat Jakarta
Ramadana 2014 1.Profesionalisme
kerja berpengaruh
secara signifikan
terhadap kinerja
pegawai
2.Iklim
Komuhnikasi
Organisasai
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kinerja pegawai
3.Profesionalisme
kerja dan iklim
komunikasi
organisasi secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja pegawai
1.Salah satu
variabel
bebas yaitu
profesionalis
me kerja
variabel
terikat
samadengan
penelitian
yang akan
diteliti
2.Populasi
yang diteliti
2.
Ada Variabel
yang berbeda
dengan
penlitian yang
akan diteliti
2.6. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual merupakan gambaran atau model konseptual
tentang bagaimana teori-teori tersebut berhubungan dengan variabel-
variabel yang akan diteliti dalam variabel kinerja pegawai dapat
dipengaruhi oleh stres kerja, masa kerja dan profesional skill. Keempat
variabel tersebut akan diteliti atau diuji secara bersama-sama apakah dapat
mempengaruhi kinerja pegawai, dan apakah juga memiliki pengaruh
dominan terhadap kinerja pegawai. (Sugiono,2014:105)
25
Gambar. 2.1
Kerangka konseptual
2.7. HIPOTESA PENELITIAN
Berdasarkan landasan teori yang ada serta hasil dari penelitian
terdahulu, maka dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut.
1. Variabel stres kerja, masa kerja dan profesional skill secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai
kependidikan berstatus pegawai negeri Sipil di Fakultas Kesehatan
Masyarakan Unair
2. Variabel Stres kerja, masa kerja dan profesional skill secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai
kependidikan berstatus pegawai negeri sipil di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Unair
Stres Kerja
(X1)
Masa Kerja
(X2)
Kinerja
(Y)
Profesional Skill
(X3)