hak tanggungan dan eksekusi hak...

60
HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR SKRIPSI OLEH : HUSNI NPM : 28120002 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2012

Upload: hakhue

Post on 06-Feb-2018

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR

SKRIPSI

OLEH :

HUSNI

NPM : 28120002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SURABAYA

2012

Page 2: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Hukum

Universitas Wijaya Putra Surabaya

OLEH :

HUSNI

NPM : 28120002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SURABAYA

2012

Page 3: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR

NAMA : HUSNI

FAKULTAS : HUKUM

JURUSAN : ILMU HUKUM

NPM : 28120002

DISETUJUI dan DITERIMA OLEH :

Pembimbing

TRI WAHYU ANDAYANI,.SH,.CN,.MH.

Page 4: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

i

Telah diterima dan disetujui oleh tim penguji skripsi serta di nyatakan

LULUS. Dengan demikian skripsi ini dinyatakan syah untuk melengkapi

syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya.

Surabaya………Agustus 2012

Tim Penguji Skripsi :

1. Ketua : Tri Wahyu Andayani,.SH,.CN,.MH ( )

Dekan

2. Sekretaris : Tri Wahyu Andayani, SH,.CN,.MH ( )

Pembimbing

3. Anggota : 1. Dr. H. Sugeng Repowijoyo, SH,.M,Hum ( )

Penguji I

2. Djasim Siswojo, SH,.MH ( )

Penguji II

Page 5: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

ii

Motto

Di saat kita mengambil sebuah keputusan atau tindakan hati dan pikiran akan

selalu bertentangan, namun hati kita tidak bisa di bohongin dan tidak akan

bisa di pengaruhi oleh apapun, tetapi pikiran yang paling cepat dan paling

gampang untuk di pengaruhi, maka dari itu setiap kita ingin mengambil

keputusan atau tindakan ikutilah kata hati kita.

Page 6: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dengan judul Hak Tanggungan Dan Eksekusi Hak

Tanggungan Sebagai Perlindungan Hukum Bagi Kreditur. Di susun oleh

penulis sebagai salah satu syarat agar dapat memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Universitas Wijaya Putra Surabaya. Penulis juga menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran dari

pembaca sangat di harapkan.

Skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang

ikut membantu serta memberikan bimbingan dan informasi tentang data-data

yang diperlukan oleh penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak H. Budi Endarto. SH,.M.Hum. Selaku Rektor Universitas Wijaya

Putra Surabaya.

2. Bapak Dr. H. Taufiqurrahman, SH.,M,.Hum. Selaku Wakil Rektor

Universitas Wijaya Putra Surabaya.

3. Ibu Tri Wahyu Andayani. SH,.CN,.M.H. Selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Wijaya Putra Surabaya. Sekaligus dosen pembimbing yang

telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan

dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Page 7: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

4. Seluruh dosen Universitas Wijaya Putra Surabaya, yang telah memberikan

ilmu selama penulis menjadi Mahasiswa Fakultas Hukum/Jurusan Ilmu

Hukum di Universitas Wijaya Putra Surabaya.

5. Ibu penulis FATIMAH dan Ayah penulis M. ALI kakak-kakak penulis

MAHANI, ASMAH,SUMARNI maupun adik-adik penulis

SYAFRUDIN,HAJRAH serta semua keluarga penulis yang selalu

memberikan semangat, Do,a serta bantuan baik moril maupun materiil

selama penulis menuntut ilmu di Universitas Wijaya Putra Surabaya.

6. Teman-Teman penulis RIDWAN OBET PANDJAITAN, SAHRIN, RANGGA

SETIO BUDI, SULTON SULAEMAN, PURWONO, SIMON HENDRO

TAROB, serta teman-teman penulis yang lainnya, yang telah ikut serta

membantu penulis memberikan masukan dan saran kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang di

harapkan.

Page 8: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah………………………………................ 1

2. Rumusan Masalah…………………………………………………. 8

3. Penjelasan Judul…………………………………………………… 8

4. Alasan Pemilihan Judul…………………………………………… 10

5. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 10

6. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 11

7. Metode Penelitian………………………………………………….. 11

8. Sistematika Pertanggung Jawaban……………………………… 13

BAB II : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR

1. Pengertian Hak Tanggungan…………………………………… 15

2. Obyek dan Subyek Hukum Dalam Hak Tanggungan………. 18

3. Tujuan Hak Tanggungan……………………………………….. 20

4. Eksekusi Hak Tanggungan………………………………. …… 24

Page 9: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

5. Eksekusi Hak Tanggungan Yang Dilakukan Kreditur Tanpa

Persetujuan dari Pihak Debitur Maupun Atas Persetujuan

Dari Pihak Debitur……………………………………………… 25

a. Eksekusi Hak Tanggungan Melalui Pelelangan Umum….. 25

b. Eksekusi Hak Tanggungan Melalui Penjualan Di Bawah

Tangan…………………………………………………………. 27

BAB III : PROSES EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR

1. Pengertian Eksekusi……………………………………… …….. 29

2. Macam-Macam Eksekusi Hak Tanggungan…………… …….. 31

1. Berdasarkan Titel Eksekutorial………………………. ……. 31

2. Pelelangan Umum……………………………………………. 32

3. Penjulan Di Bawah Tangan………………………………….. 33

3. Proses Eksekusi Hak Tanggungan Yang Di Lakukan Oleh

Bank-Bank Swasta Maupun Bank-Bank Pemerintah……….. 35

4. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Eksekusi Hak

Tanggungan Dan Upaya Pemecahannya……………………. 37

a. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Eksekusi

Page 10: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

Hak Tanggungan…………………………………………….. 37

b. Upaya Pemecahan Terhadap Hambatan-Hambatan

Dalam Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan………… 39

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………… 46

B. Saran………………………………………………………………… 48

DAFTAR BACAAN………………………………………………………………49

Page 11: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Peningkatan laju perekonomian akan menimbulkan tumbuh dan

berkembangnya usaha yang di lakukan oleh masyarakat, biasanya pelaku usaha

dalam mengembangkan usahanya selalu berupaya menambah modal usahanya

dengan cara melakukan pinjaman atau kredit langsung dengan perbankan.

Dimana kredit yang banyak berkembang dalam masyarakat adalah kredit dengan

hak tanggungan, meskipun di dalam hukum jaminan dikenal juga beberapa

lembaga jaminan seperti fidusia, gadai.1

Lembaga perbankan mempunyai peranan strategis untuk mendorong

perputaran roda perekonomian melalui kegiatan utamanya, yaitu menghimpun

dana masyarakat dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk pemberian

kredit untuk mendukung pembangunan.

Dalam praktek saat ini, bank menyalurkan berbagai macam kredit sesuai

kebutuhan dan kegiatan masyarakat. Adanya hak milik perorangan tanah

menjadi lebih bermakna pada nilai Kapital Aset, salah satunya bisa di jadikan

jaminan suatu Kredit. Akan tetapi, tanah hak milik yang merupakan salah satu

bentuk hak tanggungan yang di jadikan jaminan kredit itu mengekor pada

kreditnya bila kreditnya macet, maka konsekuensinya menjadi pelunasan kredit

tersebut, yaitu dengan cara menguangkan apa yang menjadi jaminan kredit itu

1 Bachtiar jajuli,Eksekusi perkara perdata segi hukum dan penegakan hukum, Akademikapressindo, Jakarta, 1987, hal 43.

Page 12: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

2

sendiri dalam hal ini adalah tanah yang di jadikan sebagai jaminan atas kredit

yang diajukan oleh Debitur kepada Kreditur.

Secara umum, Undang-undang yang ada saat ini berlaku di Indonesia telah

memberikan jaminan atau perlindungan hukum kepada kreditur sebagai penyalur

dana dan penghimpun dana dalam berbagai bentuk transaksi-transaksi

keuangan di masyarakat. Hal ini dirumuskan sebagaimana yang telah diatur

dalam pasal 1131 KUH Perdata, yaitu :

“Segala harta kekayaan Debitur, baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak, baik yang yang sekarang maupun yang akan ada di kemudian

hari menjadi tanggungan/jaminan atas hutang-hutangnya”.

Dalam aturan ini bahwa jaminan yang di atur dalam Pasal 1131 KUH

Perdata tersebut masih bersifat umum atau dengan kata lain benda jaminan itu

tidak di tunjuk secara khusus dan tidak di peruntukkan bagi seorang kreditur

tertentu, sehingga apabila jaminan tersebut dijual maka hasilnya dibagi secara

seimbang sesuai besarnya piutang masing-masing kreditur (konkurent).

Dalam praktek perbankan dewasa ini, jaminan yang bersifat umum tersebut

belum memberikan perlindungan hukum (kurang menimbulkan rasa aman)

secara maksimal dalam memberikan perlindungan bagi Kreditur selaku pemberi

pinjaman kepada Debitur untuk menjamin kredit yang telah di berikan selama ini.

Pihak Lembaga Perbankan (Bank) memerlukan jaminan yang di tunjuk dan

diikat secara khusus untuk menjamin hutang-hutang yang harus dibayarkan

oleh Debitur kepada Kreditur. Jaminan ini di kenal dengan jaminan khusus yang

timbul karena adanya perjanjian khusus antara pihak Kreditur/Bank dengan

Debitur/Nasabahnya. Dalam hal ini, kerap yang terjadi adalah Debitur dengan

jaminan berupa tanahnya yang kemudian dibebani dengan konsekuensi bahwa

Page 13: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

3

Hak Tanggungan adalah sebagai jaminan atas pinjaman kreditnya kepada

Kreditur/Bank.

Biasanya jaminan yang diberikan oleh Debitur kepada Kreditur adalah

sebagai salah satu syarat baku untuk memberikan suatu perlindungan bagi

Kreditur apabila dikemudian hari dan atau sewaktu-waktu terjadi pengingkaran

atas pembayaran yang wajib dibayarkan oleh Debitur kepada Kreditur sesuai

dengan klausula-klausula perjanjian kredit yang disepakati bersama sebelumnya.

Berbagai bentuk-bentuk pengingkaran akan kewajiban Debitur dalam

melaksanakan pembayaran kepada Kreditur yaitu biasanya disebut sebagai

perbuatan Wanprestasi atau Cidera Janji, misalnya adalah disebabkan karena

Kredit Macet. Adapun pengertian dari Wanprestasi/Cidera Janji adalah dimana

suatu keadaan seseorang tidak memenuhi apa yang menjadi kewajibannya yang

di dasarkan pada suatu perjanjian/kontrak sebelumnya dalam bentuk

kesepakatan. Wanprestasi juga dapat berarti tidak memenuhi prestasi sama

sekali, atau terlambat memenuhi prestasi, atau memenuhi prestasi secara tidak

baik.

Dalam hal ini, berkaitan dengan adanya kesepakatan Kreditur dan Debitur

akan muncul suatu bentuk perjanjian utang piutang. Biasanya menggunakan

suatu badan lembaga Hak Tanggungan sebagai bentuk atas jaminan kredit dari

pihak Debitur. Hal ini dimaksudkan yakni bahwa Hak Tanggungan itu sendiri bisa

menjadi suatu bentuk jaminan dalam hal alternatif penyelesaian/pelunasan

hutang-hutang yang dimiliki oleh Debitur.

Menurut ketentuan pasal 1 ayat (1) UU NO. 4 Tahun 1996 tentang hak

tanggungan yang di maksud dengan hak tanggungan adalah :

“Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengantanah, yang selanjutnya di sebut hak tanggungan adalah hak jaminan yang

Page 14: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

4

di bebankan kepada hak atas tanah sebagai mana dimaksud denganUndang-undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-PokokAgraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satukesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yangmemberikan kedudukan yang di utamakan kepada kreditur terhadapkreditur-kreditur lainnya”.2

Dari ketentuan di atas, maka Hak Tanggungan pada dasarnya hanya di

bebankan kepada hak atas tanah dan juga seringkali terdapat benda-benda

diatasnya bisa berupa bangunan, tanaman dan hasil-hasil lainnya yang secara

tetap merupakan satu kesatuan dengan tanah yang dijadikan jaminan

sebagaimana yang dimaksud dalam perjanjian yang dibuat bersama

sebelumnya. Menurut pasal 4 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan, obyek hak tanggungan harus berupa hak atas tanah yang dapat di

alihkan oleh pemegang haknya yang berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, dan

Hak Guna Bangunan, serta Hak Pakai Atas Tanah Negara yang menurut

ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindah

tangankan dapat juga di bebani Hak Tanggungan.

Hak Tanggungan sebagai salah satu lembaga hak jaminan atas tanah untuk

pelunasan utang tertentu sebagaimana diuraikan dalam penjelasan Undang-

Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, Pasal 3 disebutkan bahwa

Hak Tanggungan mempunyai ciri-ciri yaitu sebagai berikut :

a) Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada

pemegangnya.

b) Selalu mengikuti obyek yang di jaminkan dalam tangan siapapun

obyek itu berada.

2 Undang-undang no. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

Page 15: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

5

c) Memenuhi asas spesialis dan pubisitas sehingga dapat mengikat

pihak ke tiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak

yang berkepentingan.

d) Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusi

Dengan adanya ciri-ciri tersebut di atas di harapkan hak tanggungan atas

tanah yang diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan menjadi kuat kedudukannya dalam hukum jaminan mengenai

tanah. Kredit yang di jamin dengan hak atas tanah tersebut, apabila debitur tidak

lagi mampu membayarnya dan terjadi adanya wanprestasi dan kredit menjadi

macet, maka pihak kreditur tentunya tidak mau dirugikan dan akan mengambil

pelunasan utang debitur tersebut dengan cara mengeksekusi jaminan kredit

tersebut dengan cara menjualnya melalui sistem pelelangan umum agar debitur

juga tidak terlalu di rugikan karena kemungkinan masih ada sisa atas penjualan

dan atau hasil pelelangan jaminan yang diberikannya kepada Kreditur.3

Eksekusi merupakan upaya pemenuhan prestasi oleh pihak yang kalah

kepada pihak yag menang dalam berperkara di pengadilan. Sedangkan Hukum

Eksekusi merupakan hukum yang mengatur hal ihwal pelaksanaan putusan

Hakim. Dalam hal ini, sebagaimana biasanya Eksekusi Hak Tanggungan

bukanlah merupakan eksekusi riil, akan tetapi yang berhubungan dengan

penjualan cara lelang obyek Hak Tanggungan, dan apabila ada sisanya

dikembalikan kepada debitur.

Eksekusi Hak Tanggungan melalui pelelangan umum sebagaimana yang

telah di atur dalam Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang

Hak Tanggungan ditentukan bahwa :

3 Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika,2008,hal, 186

Page 16: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

6

“Obyek hak tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara

yang di butuhkan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan

piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahului dari pada

kreditur –kreditur lainnya”.

Dari ketentuan ini terlihat bahwa, Eksekusi atas Hak Tanggungan (jaminan),

tidaklah termasuk eksekusi riil, tetapi eksekusi yang mendasarkan pada alas hak

eksekusi yang bertitel atau irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa”. Dengan demikian, maka Sertifikat Hak Tanggungan

mempunyai titel Eksekutorial, yang berlaku adalah Peraturan mengenai Eksekusi

yang di kenal dengan Parate Eksekusi yang di atur dalam pasal 224 HIR/pasal

258 Rbg.

Akhir-akhir ini, berbagai proses pelaksanaan-pelaksanaan Eksekusi atas

Hak Tanggungan sebagaI jaminan kredit masih banyak memiliki berbagai

kendala-kendala dalam praktek yang justru menjadi pemicu terkendalanya

perlindungan akan kepentingan pihak Kreditur atas Hak Tanggungan tersebut.

Misalnya, Seseorang Debitur sebagai pihak yang memberikan Hak Tanggungan

mempermasalahkan jumlah besarnya hutang yang di jaminkan dengan Hak

Tanggungan, dan alasan-alasan seperti ini sudah menjadi suatu hal yang tidak

asing lagi dilakukan oleh Debitur sebagai alasan dan upaya-upaya untuk

menghambat pelaksanaan Eksekusi atas Hak Tanggungan tersebut.

Selain itu juga, dalam praktek kerap sering di jumpai adanya Debitur yang

keberatan dan tidak bersedia secara sukarela mengosongkan obyek Hak

Tanggungan sebagaimana yang ada dalam perjanjian yang dibuat sebelumnya

bahkan banyak sekali Debitur berusaha untuk mempertahankan dengan mencari

perpanjangan kredit atau melalui gugatan perlawanan Eksekusi Hak Tanggungan

Page 17: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

7

kepada Pengadilan Negeri yang tujuannya untuk menunda-nunda bahkan

membatalkan proses Ekeskusi Hak Tanggungan tersebut.

Sikap seperti ini jelas mengganggu tatanan kepastian dalam upaya

penegakan hukum di Indonesia yang mengakibatkan runtuhnya keaktifan dan

fungsi, maksud dan tujuan adanya jaminan Hak Tanggungan. Dalam proses

pemberian kredit, sering terjadi bahwa pihak Kreditur di rugikan ketika pihak

Debitur melakukan suatu wanprestasi sehingga di perlukan suatu aturan hukum

dalam pelaksanaan pembebanan Hak Tanggungan yang tertuang dalam suatu

perjanjian kredit, yang bertujuan untuk memberikan kepastian dan perlindungan

hukum bagi pihak-pihak terkait, khususnya dari pihak Kreditur yang memberikan

pinjaman kredit kepada Debitur dengan kata lain yaitu apabila Debitur melakukan

suatu bentuk perbuatan Wanprestasi atau tidak memenuhi kewajibannya apa

yang harus dilakukan oleh Pemerintah yang jelas-jelas adalah sebagai

Pelaksana dan Pembuat Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan.

Dari ulasan diatas, maka hal-hal sebagaimana yang dijabarkan diatas yang

mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana ketentuan

dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan sebagai

wujud untuk memberikan perlindungan hukum kepada kreditur, khususnya

apabila Debitur melakukan perbuatan Wanprestasi/Cidera Janji/Kredit Macet dan

sebagainya yang merugikan kepentingan-kepentingan hukum pihak Kreditur

sebagaimana kesepakatan perjanjian kredit yang sebelumnya telah dibuat

secara bersama-sama oleh para pihak yaitu Pihak Kreditur dan Pihak Debitur

dengan menggunakan Hak Tanggungan. Berdasarkan uraian latar belakang

yang telah di jelaskan tersebut, maka penulis menggambil, memilih dan

Page 18: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

8

menyusun skripsi ini dengan judul : “HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK

TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR“.

2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis

akan membahas permasalahan sebagai berikut :

a) Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur?

b) Bagaimana proses Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Perlindungan

Hukum Terhadap Kreditur?

3. Penjelasan judul

Penulis sangat tertarik sekali terhadap judul skripsi yaitu : “ Hak

Tanggungan dan Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Perlindungan Hukum

Bagi Kreditur”. Oleh sebab itu penulis angkat dalam penulisan skripsi ini.

Seperti kita ketahui bersama bahwa di berbagai daerah di indonesia, kerap

terjadi berbagai penjaminan hak tanggungan yang dilakukan oleh debitur kepada

lembaga keuangan/perbankan/kreditur. Atas hal tersebut, disamping memberikan

keuntungan dalam peningkatan perekonomian masyarakat dalam mendapatkan

modal, lembaga keuangan/kreditur berhasil menjalankan usahanya dalam

penyaluran dana yang dimilikinya kepada masyarakat luas yang membutuhkan

pinjaman. Hal ini tentu saja memberikan suatu keuntungan yang sangat prosfek

dalam meningkatkan taraf hidup seluruh bangsa indonesia secara umum.

Akan tetapi dalam hal ini, ada juga kerugian dan kerancuan yang menjadi

kendala tersendiri bagi lembaga keuangan/perbankan/kreditur dalam

mendapatkan kepastian hukum atas hak-hak yang akan didapatkan dalam suatu

Page 19: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

9

pinjaman yang diberikan kepada debitur. Misalnya saja, saat ini bukan menjadi

rahasia lagi bahwa masih banyak debitur yang melakukan wanprestasi/cidera

janji yang telah di buatnya bersama kreditur dalam akta perjanjian yang dibuat

selama ini, akibat hal ini tentunya mengakibatkan berbagai kerugian yang besar

bagi kepentingan kreditur sebagai peminjam dana kepada debitur misalnya bila

seorang debitur yang melakukan wanprestasi/ingkar janji ( tidak mampu

membayar hutang-hutangnya) kepada kreditur yang akhirnya membuat kreditur

merasa di rugikan dengan perbuatan debitur tersebut.

Oleh sebab itu pelaksanaan proses eksekusi hak tanggungan merupakan

jalan satu-satunya atau pilihan terakhir yang di pilih oleh kreditur untuk melunasi

utang-utang debitur sesuai jaminan yang diberikan/diagunkan/dijaminkan kepada

kreditur guna untuk mencapai, memenuhi dan atau mendapatkan hak-hak

kreditur seperti yang telah di perjanjikan sebelumnya dalam perjanjian kredit

antara kreditur dan debitur tersebut.

Hal-hal seperti inilah yang harus menjadi perhatian pemerintah dalam

memberikan kepastian hukum, keadilan hukum dan kemamfaatan hukum yang

dicita-citakan dan di impikan selama ini dalam mewujudkan peningkatan

perekonomian bangsa dan negara indonesia dan khususnya bagi pihak-pihak

yang melakukan suatu bentuk perjanjian kredit antara individu dengan individu,

individu dengan lembaga keuangan dan antara individu dengan lembaga negara

yang melakukan penegakan akan kepastian hukum dalam perjanjian yang

dibuat. Dalam hal ini bertujuan disamping memberikan suatu pengembangan

perekonomian masyarakat/debitur dalam mendapatkan modal guna

dipergunakan dalam kebutuhannya ( modal usaha/modal kerja ) tetapi disisi lain

juga sangat diperlukan suatu kebijakan hukum yang bisa melindungi

Page 20: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

10

kepentingan-kepentingan kreditur selaku badan usaha/pelaku usaha yang

bergerak dibidang keuangan yang memberikan pinjaman berupa uang kepada

debitur sesuai apa yang diperjanjikan sebelumnya.

Hal-hal seperti inilah yang harus segera dilakukan suatu kebijakan hukum

untuk menegakkan keadilan hukum dan kepastian hukum antara pihak-pihak

yang dimaksud dalam hal pinjaman kredit sebagaima yang disepakati bersama

sebelumnya. Agar tidak menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak diinginkan

oleh semua pihak khususnya kreditur selaku pemberi pinjaman.

4. Alasan pemilihan judul

Dalam praktek sering di jumpai debitur keberatan dan tidak bersedia secara

sukarela mengosongkan obyek hak tanggungan itu bahkan berusaha

mempertahankan dengan mencari perpanjangan kredit atau melalui gugatan

perlawanan eksekusi hak tanggungan kepada pengadilan negeri yang tujuannya

untuk menunda eksekusi hak tanggungan tersebut, sikap seperti ini

menggangggu tatanan kepastian penegakkan hukum. Atas sikap debitur yang

seperti inilah, sehingga membuat penulis termotivasi untuk mengangkat dalam

skripsi ini guna memberikan gambaran dan solusi untuk memecahkan masalah-

masalah yang berkaitan dengan eksekusi hak tanggungan sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan dan

Undang-Undang yang terkait lainnya.

5. Tujuan penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai

berikut:

Page 21: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

11

a) Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi kreditur ketika debitur

melakukan suatu wanprestasi dalam suatu perjanjian kredit dengan

jaminan hak tanggungan menurut kententuan Undang-Undang nomor 4

Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.

b) Untuk mengetahui proses eksekusi hak tanggungan sebagai

perlindungan hukum terhadap kreditur.

6. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk penulis akan menerapkan ilmu-ilmu yang di peroleh dari teori

kemudian diterapkan di lapangan atau praktek.

b) Untuk Universitas Wijaya putra Khususnya Fakultas Hukum untuk di

jadikan perbendaharaan di perpustakaan yang di mungkinkan dapat di

pakai sebagai referensi atau Mahasiswa yang tertarik dan untuk

pemecahan masalah yang terkait dengan proses Eksekusi Hak

Tanggungan Sebagai Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur.

c) Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi penegak hukum dalam

mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul pada pelaksanaan

eksekusi hak tanggugan sebagai perlindungan hukum terhadap kreditur.

7. Metode penelitian

a. Tipe Penelitian

Penelitian mengenai hak tanggungan dan eksekusi hak tanggungan

sebagai perlindungan hukum bagi kreditur merupakan penelitian hukum

Page 22: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

12

normatif dengan menggunakan berbagai peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan permasalahan hak tanggungan.

b. Pendekatan Masalah

Untuk menyusun skripsi ini penulis menggunakan penellitian hukum

normatif, dengan melakukan pendekatan peraturan perundang-undangan

(state approach) dan pendekatan kasus (cases approach).Gabungan

pendekatan ini di harapkan dapat memberikan gambaran dan

pembahasan yang komprehensif terhadap permasalahan eksekusi hak

tanggungan sebagai perlindungan hukum terhadap kreditur.

c. Bahan Hukum

Penelitian ini di titikberatkan pada studi kepustakaan sehingga data

sekunder atau bahan pustaka lebih di utamakan dari pada data primer.

Bahan Hukum primer bersumber dari berbagai peraturan perundang-

undangan yang berlaku terutama yang berkaitan dengan penelitian ini

yang meliputi antara lain: Undang-Undang Dasar tahun 1945,Hukum

Acara Perdata/HIR, Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang peraturan

dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), Undang-Undang No. 4 Tahun 1996

Tentang Hak Tanggungan, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan,

Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan

Kehakiman, serta peraturan perundang-undangan yang terkait lainnya.

Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan

tentang bahan hukum primer antara lain berupa tulisan para pakar ahli

hukum mengenai hak tanggungan, serta pelaksanaan eksekusi hak

tanggungan.

Page 23: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

13

Bahan hukum tertier adalah yang memberikan informasi lebih lanjut

mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder antara lain

meliputi kamus hukum, kamus bahasa indonesia, jurnal hukum yang

berkaitan dengan permasalahan ini.

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum primer dan bahan sekunder serta bahan hukum tertier,

ketiganya dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan tahapan-

tahapan berfikir secara sistematis dari aturan-aturan yang lebih tinggi

menuruni semua aturan yang lebih rendah. Guna memberikan jawaban

dan solusi pada pokok permasalahan penelitian ini. Adapun pengolahan

bahan hukum tersebut menggunakan penalaran deduksi yaitu

memaparkan keadaan yang terjadi dan disesuaikan dengan kajian dari

peraturan perundang-undangan serta materi-materi yang berkaitan

dengan permasalahan dan pada akhirnya pembahasan skripsi ini di tarik

kesimpulan dari uraian di atas.

8. Sistematika Pertanggung Jawaban

Dalam sistematika skripsi ini penulis sengaja disusun secara runtut agar lebih

mudah diketahui dan dipahami isi materinya skripsi ini dengan jelas.

BAB I Pendahuluan

Bagian ini merupakan pendahuluan dari konsep materi yang akan dibahas.

Bagian pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

penjelasan judul, alasan pemilihan judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika pertanggung jawaban.

Page 24: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

14

BAB II Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur

Dalam Bab ini penulis akan membahas tentang pengertian Hak

Tanggungan, Objek dan Subjek hukum dalam hak tanggungan Tujuan Hak

Tanggungan, Eksekusi Hak tanggungan dan Hak-hak kreditur yang di lindungi

oleh undang-undang atas hak tangungan terhadap wanprestasi yang di lakukan

oleh debitur, meliputi hak untuk melakukan eksekusi hak tanggungan, baik

eksekusi yang di lakukan dengan persetujuan dari pihak debitur maupun

eksekusi yang di lakukan tanpa persetujuan dari pihak debitur sebagai bentuk

perlindungan hukum terhadap kreditur.

BAB III Proses Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Perlindungan Hukum

Terhadap Kreditur

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai pengertian eksekusi hak

tanggungan, macam-macam eksekusi hak tanggungan, dan tata cara

pelaksanaan proses eksekusi hak tanggungan baik yang di lakukan oleh

lembaga perbankan yang di kelolah oleh pemerintah maupun lembaga

perbankan swasta di indonesia, serta mengkaji berbagai hambatan-hambatan

yang di alami oleh kreditur untuk kepentingan secara hukum atas hak

tanggungan yang telah di jaminkan oleh debitur dalam perjanjian kredit.

BAB IV penutup

merupakan akhir dari penulisan skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan

dan tidak lupa memberikan saran sebagai masukan terhadap lembaga-lembaga

perbankan dan instansi-instansi terkait lainnya.

Page 25: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

15

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR

1. Pengertian Hak Tanggungan

Yang dimaksud dengan Hak Tanggungan adalah salah satu jenis dari hak

jaminan di samping hipotik, Gadai dan Fidusia. Hak jaminan tersebut

dimaksudkan untuk menjamin utang seorang debitur yang memberikan hak

utama kepada seorang kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur yang lain,

maksud dari kreditur tertentu disini yaitu kreditur yang memegang hak jaminan

itu, untuk di dahulukan terhadap kreditur-kreditur lain apabila debitur cidera

janji.

Pengertian hak tanggungan yang di kemukakan oleh St. Remy

Shahdeini, bahwa Hak Tanggungan memberikan definisi Hak Tanggungan

atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang

selanjutnya di sebut Hak Tanggungan. Ini mengartikan hak tanggungan adalah

Penguasaan atas Hak Tanggungan yang merupakan kewenangan bagi kreditur

tertentu untuk berbuat sesuatu mengenai Hak Tanggungan yang dijadikan

agunan.Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan,melainkan

untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari hasilnya

seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur

kepadanya.4

4 Sutan Remy sjahdeini, Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah-Masalah yang di Hadapi Oleh Perbankan, Air Langga University Press, hal 3

Page 26: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

16

Sedangkan menurut pendapat ahli hukum lainnya, yang dimaksud

dengan Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang diberikan pada hak atas

tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Pokok Agraria

berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan

dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan

kedudukan yang di utamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-

kreditur yang lain.

Dari definisi tentang Hak Tanggungan di atas dapat di simpulkan bahwa

Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan hutang

tertentu, yang memberikan kedudukan yang didahulukan/diutamakan kepada

kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur yang lain.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

memberikan Definisi tentang Hak Tanggungan yaitu Hak Tanggungan atas

tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang selanjutnya di

sebut dengan Hak Tanggungan. Sesuai dengan penjelasan dalam (pasal 1

ayat (1) undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan)

“Hak tanggungan adalah Hak jaminan yang di bebankan pada hak atas tanah

sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang nomor 5 Tahun1960

tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-

benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan

utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang di utamakan kepada

kreditur-kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya”. Bahwa maksud

dari pasal 1 ayat (1) tersebut adalah Hak milik, hak guna usaha dan hak guna

bangunan yang dapat di bebani dengan hak tanggungan untuk mendapatkan

pinjaman kredit pada bank.

Page 27: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

17

Sedangkan yang di maksud dengan pelunasan diutamakan kepada

kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain adalah kreditur tersebut

mempunyai hak istimewa yang diberikan oleh Undang-Undang terhadap

jaminan yang di pegang kreditur tersebut adalah bilamana hasil penjualan

jaminan tersebut diutamakan untuk pelunasan kreditur yang mempunyai hak

istimewa, kemudian bila masih ada sisanya dibayarkan pada kreditur-kreditur

yang lain atau berdasarkan presentasi hutangnya.5

Beranjak dari definisi di atas, dapat di tarik unsur-unsur pokok dari hak

tanggungan, sebagai berikut :

a) Hak Tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan utang.

b) Obyek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai undang-undang

pokok-pokok agraria. Yang dimaksud dengan hak jaminan atas tanah

adalah hak penguasaan yang secara khusus dapat diberikan kepada

kreditur,yang memberi wewenang kepadanya untuk, jika debitur cedera

janji, menjual lelang tanah yang secara khusus pula ditunjuk sebagai

agunan piutangnya dan mengambil seluruh atau sebagian hasilnya untuk

pelunasan hutangnya tersebut, dengan hak mendahului dari pada

kreditur-kreditur lain.

c) Hak Tangungan dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas tanah) saja,

tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan

satu kesatuan dengan tanah itu.Pada dasarnya, hak tanggungan dapat

dibebankan pada hak atas tanah semata-mata, tetapi dapat juga hak atas

tanah tersebut berikut dengan benda-benda yang ada di atasnya.

5Supriadi,ibid, hal. 119

Page 28: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

18

d) Utang yang di jamin adalah suatu utang tertentu.Maksud untuk pelunasan

hutang tertentu adalah hak tanggungan itu dapat membereskan dan

selesai dibayar hutang-hutang debitur yang ada pada kreditur.

e) Memberikan kedudukan yang di utamakan kepada kreditur tertentu

terhadap krediutr-kreditur lain. Memberikan kedudukan yang diutamakan

kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya, atau yang

lazim disebut droit de preference . Keistimewaan ini ditegaskan dalam

Pasal 1 angka (1) danPasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996, yang berbunyi :

“apabila debitur wanprestasi/cidera janji, maka kreditur pemegangHak Tanggungan berhak untuk menjual objek yang dijadikanjaminanmelalui pelelangan umum menurut peraturan yang berlakudanmengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualantersebut,dengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur yang lainyang bukanpemegang Hak Tanggungan atau kreditur pemegang HakTanggungandengan peringkat yang lebih rendah.Karenahak yangistimewa yang di berikan Undang-Undang ini tidakdipunyai olehkreditur bukan pemegang Hak Tanggungan”.

2. Obyek Dan Subyek Hukum Dalam Hak Tanggungan

Undang-Undang Pokok Agraria mengenai hak jaminan atas tanah, yang

dinamakan Hak Tanggungan. Menurut UUPA. Hak tanggungan itu dapat di

bebankan di atas tanah hak milik (pasal 25) Hak Guna Usaha (pasal 33) dan

Hak Guna Bangunan (pasal 39). Menurut pasal 51 UUPA. Hak Tamggungan

akan diatur dengan Undang-Undang, yakni Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang

berkaitan dengan Tanah, hal tersebut terwujudlah suatu hukum jaminan

nasional, seperti yang diamanatkan di dalam pasal 51 UUPA tersebur.

Berdasarkan Undang-Undang Hak Tanggungan, obyek yang dapat

dibebani dengan Hak Tanggungan adalah hak-hak atas tanah beserta benda-

Page 29: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

19

benda yang berkaitan dengan tanah. Dalam pasal 4 Undang-Undang Hak

Tanggungan tersebut di jelaskan bahwa hak atas tanah yang dapat dibebani

Hak Tanggungan adalah sebagi berikut:

a) Hak milik

b) Hak GunaUsaha

c) Hak Guna Bangunan

d) Hak Pakai Atas Tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib

di daftarkan dan menurut sifatnya dapat di pindah tangankan

e) Hak-Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah

ada atau akanada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut,

dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah. Dalam hal ini

pembebanan harus dengan tegas dinyatakan di dalam Akta Pemberian Hak

Tanggungan yang bersangkutan.

Sementara itu, dalam Hak Tanggungan juga terdapat subyek hukum yang

menjadi Hak Tanggungan yang terkait dengan perjanjian Pemberi Hak

Tanggungan. Di dalam suatu perjanjian Hak Tanggungan ada dua pihak yang

mengikatkan diri yaitu sebagai berikut:

a) Pemberi Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menjaminkan

obyek Hak Tanggungan.

b) Pemegang Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima Hak

Tanggungan Hak Tanggunag sebagai jaminan dari piutang yang

diberikannya.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan memuat

ketentuan mengenai subyek hukum Hak Tanggungan dalam pasal 8 dan pasal

9, yaitu sebagi berikut:

Page 30: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

20

1. Pemberi Hak Tanggungan adalah orang perorangan atau badan hokum

yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hokum

terhadap obyek hak tanggungan yang bersangkutan, Kewenangan untuk

melakukan perbuatan hokum terhadap obyek hak tanggungan pada saat

pendaftaran Hak Tanggungan itu di lakukan

2. Pemegang Hak Tanggungan adalah orang perorangana atau badan hukum

yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.6

3. Tujuan Hak Tanggungan

a. Tujuan Hak Tanggungan Menurut undang-undang nomor 4 tahun 1996

tentang hak tanggungan

Hak tanggungan adalah bertujuan untuk menjamin utang yang diberikan

pemegang hak tanggungan kepada debitur. Apabila debitur cidera janji, tanah

(hak atas tanah) yang di bebani dengan hak tanggungan itu berhak dijual oleh

pemegang hak tanggungan tanpa persetujuan dari pemberi hak tanggungan dan

pemberi hak tanggungan tidak dapat menyatakan keberatan atas penjualan

obyek Hak Tanggungan tersebut.Terhadap jaminan berupa hak atas tanah dapat

memberikan perlindunngan dan kepastian hukum bagi penerima hak

tanggungan/kreditur, karena dapat memberikan keamanan bagi penerima

jaminan/bank baik dari segi hukum maupun dari nilai ekonomisnya yang pada

umumnya mengikat terus. Penerimaan Hak Tanggungan sebagai agunan yang

diterima/dipegang oleh kreditor/bank tentunya mempunyai tujuan untuk

menjamin pelunasan kredit melalui penjualan agunan baik secara

lelang maupun di bawah tangan dalam hal debitor cidera janji.

6Sutan Remy Sjahdeini, ibid, hal. 41

Page 31: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

21

Tujuan hak tanggungan adalah untuk memberikan jaminan yang kuat bagi

kreditur yang menjadi pemegang Hak Tanggungan untuk di dahulukan dari

kreditur-kreditur lain. Apabila terhadap hak tanggungan itu di mungkinkan di sita

oleh pengadilan, maka berarti pengadilan mengabaikan bahkan meniadakan

kedudukan yang di utamakan dari kreditur pemegang hak tanggungan.

Penegasan dalam UUHT bahwa terhadap hak tanggungan tidak dapat di

letakkan sita, dapat memberikan kepastian hukum bagi semua pihak.

b. Tujuan Hak tanggungan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(Burgerlijk Weetboek)

Menurut pasal 1131 KUH Perdata, segala harta kekayaan seorang debitur,

baik yang berupa benda-benda bergerak maupun benda-benda tetap, baik yang

sudah ada maupun yang baru akan ada akan di kemudian hari, menjadi jaminan

bagi semua perikatan utangnya. Dengan berlakunya ketentuan pasal 1131 KUH

Perdata tersebut, maka dengan sendirinya atau demi hukum terjadilah

pemberian jaminan oleh seorang debitur kepada setiap krediturnya atas segala

kekayaan debitur itu.Permasalahan yang timbul apabila terdapat beberapa

kreditur dan ternyata debitur cidera janji terhadap salah satu kreditur atau

beberapa kreditur itu. Atau debitur jatuh pailit dan harta kekayaanya harus

dilikuidasi. Sudah barang tertentu masing-masing kreditur merasa mempunyai

hak terhadap harta kekayaan debitur itu sebagai jaminan piutangnya masing-

masing. Menurut ketentuan pasal 1132 KUH Perdata, harta kekayaan debitur itu

menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua kreditur yang memberi utang

kepada debitur yang bersangkutan.

Menurut pasal 1132 KUH Perdata tersebut, hasil dari penjualan benda-

benda yang menjadi kekayaan debitur itu dibagi kepada semua krediturnya

Page 32: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

22

secara seimbang atau proporsional menurut perbandingan besarnya piutang

masing-masing. Namun pasal 1132 KUH Perdata tersebut adalah alasan-alasan

yang di tentukan oleh undang-undang.

Di antara alasan-alasan yang dimaksudkan oleh pasal 1132 KUH Perdata

tersebut, di berikan oleh pasal 1133 KUH Perdata tersebut, hak untuk di

dahulukan bagi seorang kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain timbul

dari hak istimewa, Gadai dan Hipotik. Urutan dari hak yang di dahulukan yang

timbul dari ke tiga hak yang di sebut dalam pasal 1133 KUH Perdata tersebut,

menurut dalam pasal 1134 KUH Perdata, Gadai dan hipotik lebih tinggi dari pada

hak istimewa, kecuali dalam hal-hal yang oleh undang-undang ditentukan

sebaliknya.

Dari ketentuan pasal 1132 KUH Perdata tersebut jika di hubungkan dengan

ketentuan pasal 1133 KUH Perdata dan pasal 1134 KUH Perdata, maka para

kreditur yang tidak mempunyai kedudukan yang sama sebagaimana telah di

tentukan dalam pasal 1132 KUH Perdata, hak mereka untuk memperoleh dari

hasil penjualan harta kekayaan debitur, dalam hal debitur cidera janji, adalah

berimbang secara proporsional menurut besarnya masing-masing piutang

mereka. Pembagian menurut keseimbangan itu mendapat penegasan kembali

dalam pasal 1136 KUH Perdata.

Dalam hal-hal tertentu, adakalanya seorang kreditur menginginkan untuk

tidak berkedudukan yang sama dengan kreditur-kredditur lain dari hasil penjualan

harta kekayaan debitur, apabila debitur cidera janji, sebagai mana menurut

ketentuan pasal 1132 dan pasal 1136 KUH Perdata. Kedudukan yang berimbang

itu tidak memberikan kepastian akan terjaminnya pengembalian piutangnya.

Kreditur yang bersangkutan tidak akan pernah tau akan adanya kreditur-kreditur

Page 33: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

23

lain yang mungkin muncul kemudian hari. Makin banyak kreditur dari debitur

yang bersangkutan, maka makin kecil pula kemungkinan terjaminnya

pengembalian piutang yang bersangkutan apabila karena sesuatu hal debitur

menjadi dalam keadaan insolven (tidak mampu membayar utang-utangnya).

Pengadaan hak-hak jaminan oleh undang-undang, seperti Hipotik dan Gadai,

adalah untuk memberikan kedudukan bagi seorang kreditur tertentu untuk di

dahulukan terhadap kreditur-kreditur lain. Itulah pula tujuan dari eksistensi Hak

Tanggungan yang di atur oleh Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 Tentang

Hak Tanggungan. Kreditur-Kreditur yang tidak mempunyai hak untuk di

dahulukan terhadap kreditur-kreditur lain, disebut kreditur konkurent, sedangkan

kreditur yang mempunyai hak untuk di dahulukan terhadap kreditur-kreditur lain,

disebut kreditur preferen.

Tujuan dari Hak Tanggungan yang bersifat kebendaan adalah bermaksud

memberikan hak verhal (hak untuk meminta pemenuhan piutangnya) kepada si

kreditur, terhadap hasil penjualan benda-benda tertentu dari debitur untuk

pemenuhan piutangnya. Jaminan yang bersifat perorangan adalah memberikan

hak verhaal kepada kreditur, terhadap benda keseluruhan, terhadap benda

keseluruhan dari debitur untuk memperoleh pemenuhan dari piutangnya.Dari

jaminan Hak tanggungan yang bersifat kebendaan adalah dapat di pertahankan

(dimintakan pemenuhan) terhadap siapapun juga, yaitu terhadap mereka yang

memperoleh hak baik berdasarkan atas hak yang umum maupun pada hak yang

khusus, juga terhadap para kreditur dan pihak lawannya. Hak tersebut selalu

mengikuti bendanya dalam arti bahwa yang mengikuti bendanya itu tidak hanya

Page 34: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

24

haknya tetapi juga kewenangan untuk menjual bendanya dan hak melakukan

eksekusi.7

4. Eksekusi Hak Tanggungan

Sertifikat Hak Tanggungan sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan

memuat irah-irah dengan kata-kata ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa” maka Sertifikat Hak Tanggungan mempunyai kekuatan

eksekutorial yang sama dengan putusan yang telah memperoleh kekuatan

hukum yang tetap dan berlaku sebagai pengganti Grosse Acte Hypotheek

sepanjang mengenai hak atas tanah. Irah-Irah yang di cantumkan pada sertifikat

Hak Tanggungan dimaksudkan untuk menegaskan adanya kekuatan eksekutorial

pada sertifikat Hak Tanggungan, sehingga apabila debitur cidera janji,

berdasarkan sertifikat Hak Tanggungan tersebut maka obyek Hak tanggungan

siap untuk di lakukan eksekusi seperti halnya suatu putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap melalui tata cara yang telah di

tentukan oleh Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.

Karena salah ciri Hak Tanggungan adalah mudah dan pasti dalam

pelaksanaan eksekusinya, jika suatu saat debitur cidera janji. Dalam ketentuan

pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan ditetapkan bahwa apabila debitur

cidera janji, maka berdasarkan Hak Tanggungan yang ada pada pemegang Hak

Tanggungan yaitu janji untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan

sendiri melalui pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi dari

pemberi Hak Tanggungan/debitur (Penjelasan pasal 6 Undang-Undang Hak

7Sutan Remy Sjahdeini, op,cit….hal 5-7

Page 35: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

25

Tanggungan) dan irah-irah yang tercancum tercantum dalam Hak Tanggungan

yang merupakan title eksekutorial yang sama kekuatannya dengan putusan

pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hokum yang tetap, kreditur dapat

melaksanakan eksekusi Hak Tanggungan tersebut.8

5. Eksekusi Hak Tanggungan Yang di lakukan Kreditur Tanpa persetujuan

dari pihak Debitur Maupun atas persetujuaan Dari pihak Debitur.

Eksekusi Hak Tanggungan merupakan suatu upaya bagi Pemegang Hak

Tanggungan untuk memperoleh kembali piutangnya, manakala debitor

melakukan wanprestasi. Untuk itu Undang-Undang nomor 4 Tahun 1996 Tentang

Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan

tanah memberikan kemudahan dan kepastian dalam pelaksanaan eksekusi Hak

Tanggungan.

Sebagaimana di ketahui Hak tanggungan bertujuan untuk menjamin utang

yang di berikan oleh pemegang hak tanggungan kepada debitur. Apabila debitur

wanprestasi/cidera janji kreditur pemegang Hak Tanggungan dapat menjual

obyek Hak Tanggungan tersebut melalui pelelangan umum menurut tata cara

yang di tentukan menurut peraturan perundang-undangan dan berhak untuk

mengambil pelunasan piutangnya yang di jaminkan dengan hak tanggungan

tersebut, dengan hak mendahului dari pada kreditor-kreditor yang lain.

a. Eksekusi Hak Tanggungan Melalui Pelelangan Umum

Hak pemegang hak tanggungan untuk menjual obyek Hak Tanggungan tidak

perlu meminta persetujuan dari pemberi Hak Tanggungan.

8 Adrian Sutedi. Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika,Cetakan Pertama,….hal. 118

Page 36: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

26

Hak Tanggungan bertujuan untuk menjamin utang yang diberikan Pemegang

Hak Tanggungan Kepada Debitur. Apabila debitur cidera janji, maka tanah (hak

atas tanah) yang di bebani dengan hak tanggungan itu berhak untuk di jual oleh

pemegang hak tanggungan tanpa persetujuan dari pemberi hak tanggungan dan

pemberi hak tanggungan tidak dapat menyatakan keberatan atas penjualan

tersebut.

Eksekusi Hak Tanggungan harus melalui pelelangan umum. Agar

pelaksanaan penjualan itu dapat dilakukan secara jujur (fair), maka Undang-

Undang Hak Tanggungan mengharuskan agar penjualan itu dilakukan melalui

pelelangan umum menurut tata cara yang di tentukan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Sesuai yang di tentukan oleh pasal 20 ayat

(1) UUHT.

Dalam pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan memberikan kewenangan

kepada pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual obyek hak

tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut, apabila debitur cidera janji.

Pemegang Hak Tanggungan pertama tidak perlu meminta persetujuan terlebih

dahulu dari pemberi hak tanggungan dan tidak perlu pula meminta penetapan

Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk melakukan eksekusi Hak Tanggungan

yang di jadikan jaminan tersebut.

Pemegang Hak Tanggungan Pertama tersebut cukup mengajukan

permohonan kepada Kepala Kantor Pelelangan Umum (KKPU) dalam rangka

eksekusi obyek Hak Tanggungan yang telah di jadikan jaminan oleh debitur.

Oleh karena kewenangan pemegang Hak Tanggungan pertama tersebut

Page 37: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

27

merupakan kewenangan yang di berikan oleh undang-undang (kewenangan

tersebut dipunyai demi hukum), maka Kepala Kantor Lelang Negara harus

menghormati dan mematuhi kewenangan tersebut.

b. Eksekusi Hak Tanggungan Melalui Penjualan Di Bawah Tangan

Di mungkinkan penjualan di bawah tangan terhadap obyek Hak Tanggungan

atas dasar kesepakatan antara pemegang Hak Tanggungan dan pemberi Hak

Tanggungan.

Apabila ada kesepakatan antara pemberi dan pemegang Hak

Tanggungan, penjualan obyek Hak Tanggungan dapat di laksanakan di bawah

tangan jika demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang

menguntungkan semua pihak. Sesuai yang di tentukan dalam pasal 20 ayat (2)

UUHT. Oleh karena penjualan di bawah tangan dari obyek hak tanggungan

hanya dapat di laksanakan bila ada kesepakatan antara pemberi dan

pemegang hak tanggungan, maka Bank tidak mungkin melakukan penjualan di

bawah tangan terhadap obyek Hak Tanggungan atau agunan kredit itu apabila

debitur tidak menyetujuinya. Apabila kredit sudah menjadi macet, sering terjadi

karena sulit bagi Bank untuk dapat memperoleh persetujuan dari

nasabah/debitur untuk menjual obyek Hak Tanggungan tersebut melelui

penjualan di bawah tangan.

Dalam keadaan-keadaan tertentu justru menurut pertimbangan Bank lebih

baik agunan itu di jual di bawah tangan dari pada di jual di pelelangan umum.

Bank sendiri berkepentingan agar hasil penjualan agunan tersebut cukup

jumlahnya untuk membayar seluruh jumlah kredit yang terutang. Kesulitan

untuk memperoleh persetujuan dari nasabah/kreditur tersebut dapat terjadi

Page 38: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

28

misalnya karena nasaba/debitur yang tidak lagi beritikad baik tidak bersedia

ditemui oleh Bank, atau telah tidak di ketahui lagi dimana keberadaannya.

Agar Bank kelak setelah kredit yang di berikan tidak mengalami kesulitan

yang demikian itu, bank pada waktu kredit diberikan, mensyaratkan agar di

dalam perjanjian kredit diperjanjikan bahwa bank diberi kewenangan untuk

dapat menjual sendiri agunan tersebut secara di bawah tangan atau meminta

kepada debitur untuk memberikan surat kuasa khusus yang memberikan

kekuasaan kepada bank untuk dapat menjual sendiri agunan tersebut secara di

bawah tangan.

Dengan di cantumkannya secara tegas dalam pasal 20 ayat (2) Undang-

Undang Hak Tanggungan bahwa penjualan obyek Hak Tanggungan dapat di

laksanakan di bawah tangan bila ada kesepakatan antara pemberi dan

pemegang Hak Tanggungan.

Dalam hal penjualan di lakukan di bawah tangan, harga seyogyanya tidak

di tetapkan sendiri oleh bank, tetapi berdasarkan kesepakatan antara

pemegang dan pemberi hak tanggungan atau berdasarkan penilaian harga

oleh suatu perusahaan penilai yang independen, atau seyogyanya, sesuai

dengan asas kepatutan dan itikad baik, bank tidak menentukan sendiri harga

jual atas barang-barang agunan dalam rangka penyelesaian kredit macet

nasabah/debitor. .9

9Sutan Remy Sjahdeini, loc, cit, hal.119

Page 39: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

29

. BAB III

PROSES EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN

HUKUM TERHADAP KREDITUR

1. Pengertian Eksekusi

Yang dimaksud dengan eksekusi adalah merupakan suatu upaya

pemenuhan prestasi oleh pihak yang kalah kepada pihak yag menang dalam

berperkara di pengadilan. Sedangkan Hukum Eksekusi merupakan hukum yang

mengatur hal ihwal pelaksanaan putusan Hakim. Dalam hal ini, sebagaimana

biasanya Eksekusi Hak Tanggungan bukanlah merupakan eksekusi riil, akan

tetapi yang berhubungan dengan penjualan cara lelang obyek Hak Tanggungan,

dan apabila ada sisanya dikembalikan kepada debitur.

Dalam membicarakan masalah eksekusi tentunya tidak terlepas dari

pengertian eksekusi itu sendiri, oleh karena itu ada beberapa pendapat ahli

hukum dari beberapa literature seperti terurai di bawah ini :

a) sesuai pendapat dari Ridwan Sahrani, bahwa eksekusi/pelaksanaan

putusan pengadilan tidak lain adalah realisasi dari pada apa yang

merupakan kewajiban dari pihak yang di kalahkan untuk memenuhi suatu

prestasi yang merupakan hak dari pihak yang di menangkan, sebagai mana

tercantum dalam putusan pengadilan.

b) Pendapat Sudikno Mertokusumo, bahwa pelaksanaan putusan hakim

atau eksekkusi pada hakikatnya adalah realisasi dari pada kewajiban dari

pihak yang bersangkutan untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam

putusan tersebut.

Page 40: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

30

c) Pendapat M. Yahya Harahap, bahwa eksekusi sebagai tindakan hukum

yang di lakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu

perkara oleh karena itu eksekusi tidak lain dari pada tindakan yang

berkesinambungan dan keseluruhan proses hukum perdata. Jadi eksekusi

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan tata

tertib berita acara yang terkandung dalam HIR atau RBG.

d) Pendapat Soepomo, bahwa hukum eksekusi mengatur cara dan syarat-

syarat yang di pakai oleh alat-alat Negara guna membantu pihak yang

berkepentingan untuk menjalankan putusan hakim, apabila yang kalah

tidak bersedia dengan suka rela memenuhi putusan yang telah di tentukan

oleh Undang-Undang.

Dari beberapa definisi di atas jelaslah bahwa eksekusi merupakan upaya

pemenuhan prestasi oleh pihak yang kalah kepada pihak yang menang dalam

perkara di pengadilan dengan melalui kekuasaan pengadilan sedangkan hukum

eksekusi merupakan hukum yang mengatur hal ihwal pelaksanaan putusan

hakim.

Namun yang dimaksud dengan eksekusi dalam hubungannya dengan Hak

Tanggungan tidaklah termasuk dalam pengertian apa yang dinamakan eksekusi

riil, karena eksekusi riil hanya di lakukan setelah adanya pelelangan. Eksekusi

dalam hubungannya dengan Hak Tanggungan bukanlah merupakan eksekusi riil

akan tetapi yang berhubungan dengan penjualan dengan cara lelang obyek Hak

Tanggungan yang kemudian hasil perolehannya dari penjualan obyek Hak

Page 41: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

31

Tanggungan tersebut dibayarkan kepada kreditur pemegang Hak Tanggungan,

apabila ada sisanya di kembalikan kepada debitur.10

2. Macam-Macam Eksekusi Hak Tanggungan

Menurut pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan ada tiga cara eksekusi

yang dapat di lakukan terhadap obyek Hak Tanggungan apabila debitur cidera

janji, yaitu :

a) Menjual obyek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum

berdasarkan Titel eksekutorial.

b) Menjual obyek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum atas

kekuasaan sendiri dari pemegang Hak Tanggungan pertama.

c) Menjual obyek Hak Tanggungan secara di bawah tangan berdasarkan

kesepakatan antara pemberi dan pemegang Hak Tanggungan.

1. Berdasarkan Titel Eksekutorial

Yang dimaksud dengan Titel eksekutorial adalah pelaksanaan eksekusi Hak

Tanggungan tanpa melalui bantuan pengadilan Negeri setempat. Apabila debitur

cidera janji, kreditur berhak untuk menjual obyek hak tanggungan atas

kekuasaan sendiri melalui pelelangna umum menurut tata cara yang di tentukan

dalam peraturan perundang-undangan untuk mengambil pelunasan piutangnya

dari hasil penjualan tersebut. Karena dengan cara melalui pelelangan umum ini

di harapkan dapat di peroleh harga yang paling tinggi untuk menjual obyek hak

tanggungan.

10 M.Yahya Harahap, Ruang lingkup permasalahan eksekusi bidang perdata, Jakarta, PT.Gramedia, 1988….. hal. 1

Page 42: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

32

Dari hasil penjualan obyek hak tanggungan tersebut, Kreditur berhak

mengambil pelunasan piutangnya.Dalam hasil penjualan itu lebih besar dari pada

piutang tersebut yang setinggi-tingginya sebesar nilai tanggungan, sisanya

menjadi hak pemberi hak tanggungan.

Pada asasnya, pelaksanaan eksekusi harus melalui penjualan di muka

umum atau melalui lelang (pasal 1 ayat (1) UUHT). Dasar pikirannya adalah

diperkirakan, bahwa melalui suatu penjualan lelang terbuka, dapat di harapkan

akan di peroleh harga yang wajar atau paling tidak mendekati wajar, karena

dalam suatu lelang tawaran yang rendah bisa di harapkan akan memancing

peserta lelang lain untuk mencoba mendapatkan benda lelang dengan

menambah tawaran. Hal ini merupakan salah satu wujud bagi perlindungan

undang-undang kepada pemberi jaminan.

2. Pelelangan Umum.

Hal ini merupakan perwujudan dari kemudahan yang di sediakan oleh

Undang-Undang Hak Tanggungan bagi para kreditur pemegang hak tanggungan

yang akan melakukan ekseksi Hak Tanggungan.

Pelelangan Umum Hak Tanggungan adalah bertujuan untuk menjamin utang

yang diberikan Pemegang Hak Tanggungan Kepada Debitur. Apabila debitur

cidera janji, maka tanah (hak atas tanah) yang di bebani dengan Hak

Tanggungan itu berhak untuk di jual oleh pemegang hak tanggungan tanpa

persetujuan dari pemberi hak tanggungan dan pemberi hak tanggungan tidak

dapat menyatakan keberatan atas penjualan tersebut.

Eksekusi Hak Tanggungan harus melalui pelelangan umum. Agar

pelaksanaan penjualan itu dapat dilakukan secara jujur (fair), maka Undang-

Page 43: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

33

Undang Hak Tanggungan mengharuskan agar penjualan itu dilakukan melalui

pelelangan umum menurut tata cara yang di tentukan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Sesuai yang di tentukan oleh pasal 20 ayat

(1) UUHT.

Dalam pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan memberikan kewenangan

kepada pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak

Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut, apabila debitur cidera janji.

Pemegang Hak Tanggungan pertama tidak perlu meminta persetujuan terlebih

dahulu dari pemberi Hak Tanggungan dan tidak perlu pula meminta penetapan

Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk melakukan eksekusi Hak Tanggungan

yang di jadikan jaminan tersebut.

Pemegang Hak Tanggungan Pertama tersebut cukup mengajukan

permohonan kepada Kepala Kantor Pelelangan Umum (KKPU) dalam rangka

eksekusi obyek Hak Tanggungan yang telah di jadikan jaminan oleh debitur.

Oleh karena kewenangan pemegang Hak Tanggungan pertama tersebut

merupakan kewenangan yang di berikan oleh undang-undang (kewenangan

tersebut dipunyai demi hukum).

3. Penjualan di bawah tangan

Apabila dalam hal penjualan melalui pelelangan umum diperkirakan tidak

akan menghasilkan harga tertinggi, maka dengan menyimpang dari prinsip

sebagaimana dimaksud diatas diberi kemungkinan melakukan eksekusi melalui

penjualan di bawah tangan. Dengan penjualan di bawah tangan ini dimaksudkan

Page 44: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

34

untuk mempercepat penjualan obyek hak tanggungan dengan harga penjualan

dan menguntungkan semua pihak.

Pelaksanaan penjualan sendiri obyek Hak Tanggungan hanya dapat di

lakukan apabila di sepakati oleh pemberi dan pemegang Hak Tanggungan.

Selanjutnya pasal 20 ayat (2) dan penjelasan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan menentukan bahwa;

Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan

obyek hak Tanggungan dapat di laksanakan di bawah tangan jika dengan

demikian itu akan di peroleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.

Dalam hasil melalui pelelangan umum diperkirakan tidak akan menghasilkan

harga tertinggi, dengan menyimpang dari prinsip sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) di beri kemungkinan melakukan eksekusi melalui penjualan di bawah

tangan, asalkan hal tersebut di sepakati oleh pemberi dan pemegang Hak

Tanggungan, dan syarat-syarat yang di tentukan pada ayat (3) dipenuhi.

Kemungkinan ini dimaksudkan untuk mempercepat penjualan obyek Hak

Tanggungan dengan penjualan harga tertinggi.

Dengan adanya kesepakatan antara pemberi dan pemegang Hak

Tanggungan, penjualan obyek Hak Tanggungan dapat di laksanakan di bawah

tangan, jika dengan cara itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang

menguntungkan semua pihak. Demikian ditentukan oleh pasal 20 ayat (2)

Undang-Undang Hak Tanggungan. Karena penjualan di bawah tangan dari

obyek Hak Tanggungan hanya dapat di laksanakan apabila ada kesepakatan

antara pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, Bank tidak mungkin melakukan

penjualan di bawah tangan terhadap obyek Hak Tanggungan atau agunan kredit

itu apabila debitur tidak menyetujuinya.

Page 45: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

35

Apabila kredit sudah macet, sering bank menghadapi kesulitan untuk dapat

memperoleh persetujuan dari nasabah debitur.Dalam keadaan-keadaan tertentu

justru menurut pertimbangan bank lebih baik agunan di jual di bawah tangan dari

pada di jual di pelelangan umum. Bank sendiri berkepentingan agar hasil

penjualan agunan tersebut cukup jumlahnya untuk membayar seluruh jumlah

kredit yang terutang. Kesulitan untuk memperoleh persetujuan dari nasabah

tersebut dapat terjadi misalnya karena nasabah debitur yang tidak lagi beritikad

baik tidak bersedia di temui oleh bank, atau telah tidak di ketahui lagi

keberadaannya.

Agar bank kelak setelah kredit diberikan tidak mengalami kesulitan yang

demikian, bank pada waktu kredit di berikan/mensyaratkan agar di dalam

perjanjian kredit diperjanjikan bahwa bank diberi kewenangan untuk dapat

menjual sendiri agunan tersebut secara di bawah tangan atau meminta kepada

debitur untuk memberikan surat kuasa khusus yang memberikan kekuasaan

kepada bank untuk dapat menjual sendiri agunan tersebut secara di bawah

tangan.11

Dengan di cantumkannya secara tegas dalam pasal 20 ayat (2) Undang-

Undang Hak Tanggungan, bahwa penjualan obyek Hak Tangggungan dapat di

laksanakan di bawah tangan bila ada kesepakatan antara pemberi dan

pemegang Hak Tanggungan.

3. Proses Eksekusi Hak Tangggungan Yang Di Lakukan Oleh Bank-Bank

Swasta Maupun Bank-Bank Pemerintah

11Adrian Sutedi,ibid….. hal. 128

Page 46: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

36

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku Eksekusi Hak

Tanggungan Kredit macet pada bank-bank swasta harus di selesaikan melalui

jalur pengadilan negeri. Eksekusi menurut pasal 224 HIR atau pasal 258 RBG

dapat di laksanakan oleh Pengadilan Negeri untuk memenuhi isi perjanjian yang

telah di buat oleh pihak debitur dan pihak kreditur dalam bentuk Gross Akte,

maupun pengakuan hutang, bilamana pihak debitur tidak melaksanakannya

secara sukarela. Gross Akte Hak Tanggungan yang dapat di eksekusi bila telah

berira-irah dan berkepala : DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN

YANG MAHA ESA. Maka kekuatan Gross Akte Hak Tanggungan secara Hukum

sudah pasti, atau sama kedudukannya seperti keputusan dari hakim yang

mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Adapun khusus kredit macet pada bank-bank pemerintah, selama ini proses

penagihannya dilakukan lewat Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), yang di

bentuk dengan Undang-Undang Nomor 49 Prp 1960, Badan Usaha Piutang dan

Lelang Negara (BUPLN), yang di bentuk dengan keputusan Presiden Nomor 21

Tahun 1991. Pasal 2 dari Kepres ini menentukan bahwa Badan Usaha Piutang

Negara (BUPN), mempunyai tugas menyelenggarakan pelaksanaan tugas

Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), maupun yang lainnya.

Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), bertugas menyelesaikan piutanng

Negara yang telah diserahkan oleh instansi-instansi pemerintah atau badan-

badan Negara. Dengan demikian bagi bank milik Negara menyelesaikan kredit

macetnya harus di lakukan melelui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), di

mana dengan adanya penyerahan piutang macet kepada badan tersebut secara

hukum wewenang penguasaan atas hak tagih dialihkan kepadanya.12

12Adrian Sutedi, op, cit….hal.221

Page 47: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

37

4. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan Dan

Upaya Pemecahannya

Secara teoritis Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan sudah mengatur secara tegas dan terperinci dalam pelaksanaan

eksekusi Hak Tanggungan, namun dalam praktek masih banyak hambatan-

hambatan yang dapat menghambat jalannya eksekusi tersebut. Dari sekian

banyak permohonan eksekusi Hak Tanggungan yang di tujukan kepada Ketua

Pengadilan Negeri, ada sebagian pemohon dapat di terima dan ada juga yang

tidak dapat di terima untuk di laksanakan eksekusinya. Hal ini di sebabkan

karena adanya beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam

eksekusi Hak Tanggungan di pengadilan maupun dalam penjualan lelang baik

secara yuridis maupun non yuridis.

a. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan

1. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan

Adapun beberapa kendala yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan

eksekusi secara yuridis adalah :

a. Adanya penjelasan pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996

tentang Hak Tanggungan yang dapat di simpulkan bahwa Kreditur berhak

mengambil pelunasan piutang yang dijamin dari hasil penjualan obyek Hak

Tangungan dalam hal hasil penjualan itu lebih besar dari pada piutang

tersebut yang setinggi-tingginya sebesar nilai tanggungan. Dari ketentuan

Page 48: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

38

tersebut berarti utang yang harus dibayar dari uang hasil penjualan lelang

obyek Hak Tanggungan milik Debitur setinggi-tingginya/maksimal adalah

sebesar nilai tanggungan yang di sebut dalam sertifikat Hak Tanggungan

tersebut.

Sedangkan biasanya Kreditur menetapkan jumlah lebih besar dari apa

yang tertuang dalam sertifikat Hak Tanggungan, hal ini di karenakan pada

pembebanan Hak Tanggungan ada syarat-syarat, bahwa Debitur

sepanjang mengenai besarnya jumlah yang tergantung itu termasuk bunga

dan denda, sehingga jumlahnya bisa melebihi apa yang tersebut dalam

Sertifikat Hak Tanggungan.

b. Kendala lain yang berhubungan dengan janji yang terdapat dalam pasal 11

ayat (2) yaitu janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan

obyek Hak Tanggungan pada waktu eksekusi Hak Tanggungan.

Janji seperti ini oleh Kreditur selalu di masukan dalam Sertifikat Hak

Tanggungan akan tetapi kebanyakan Debitur tidak akan secara sukarela

mengosongkan obyek Hak Tanggungan itu baik pada saat obyek Hak

Tanggungan akan di eksekusi, sebelum pelelangan maupun setelah

pelelangan dilaksanakan.

c. Kendala lain yang sering terjadi adalah adanya gugatan perlawanan oleh

pihak debitur itu sendiri maupun kreditur-kreditur yang lainnya terhadap

eksekusi atas permohonan pemegang Hak Tanggungan pertama. Namun

masalah ini tidak di atur di dalam Undang-Undang Hak Tanggungan tetapi

ada dalam Undang-Undang Hukum Acara Perdata.

2. Hambatan non yuridis

Page 49: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

39

a. Dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan, sering timbul hambatan-

hambatan diluar prediksi yaitu pihak-pihak tereksekusi dengan sengaja

mengerahkan masanya untuk menghambat jalannya eksekusi, dengan

cara-cara mengerahkan masanya untuk memblokade dan memblokir jalan

dan letak obyek Hak Tanggunga yang akan di eksekusi agar

team/pelaksana eksekusi tidak bisa masuk kedalam/kelokasi obyek Hak

Tanggungan tersebut, serta menghalangi aparat keamanan dengan

membakar ban-ban mobil bekas dan ada pula yang sengaja mabuk-

mabukan sehingga membuat keadaan manjadi gaduh dan kacau, sehingga

keadaan menjadi tidak kondusif karena jumlah massa yang lebih banyak

dari pada aparat keamanan yang bertugas untuk mengamankan jalannya

eksekusi. Keadan yang demikian ini membuat repot pelaksanaan eksekusi

dan aparat keamanan, sehingga jelas eksekusi tidak bisa di laksanakan

bahkan harus dilakukan penundaan, karena bila pelaksanaan eksekusi di

paksakan atau tetap di laksanakan bisa-bisa pelaksana eksekusi menjadi

bulan-bulanan massa pendukung dari pihak tereksekusi. Penundaan

pelaksanaan eksekusi dimaksudkan untuk menghindari terjadi hal-hal

yang tidak di inginkan.

b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hukum sehingga mudah

dipengaruhi dan diprovokasi oleh pihak termohon eksekusi.

b. Upaya-Upaya Pemecahan Terhadap Hambatan-Hambatan Dalam

Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan

1. Upaya Pemecahan Hambatan Yuridis

a. Upaya pemecahan terhadap kendala pertama mendasarkan kepada

ketentuan perjanjian Kredit yang menetapkan jumlah Utang dan

Page 50: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

40

bunga serta biaya-biaya yang bersangkutan dengan perjanjian kredit

harus di bayarkan oleh Debitur sebagai utang.

Yang dimaksud disini adalah jumlah utang yang harus dibayar

Oleh Debitur atau dalam hubungannya hutang piutang, maka Ketua

Pengadilan Negeri dalam mengatasi masalah tersebut dapat

mendasarkan kepada ketentuan pasal 3 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, yang berbunyi

sebagai berikut:

“Utang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungandapat berupa utang yang telah ada atau yang telah di perjanjiakanyang jumlahnya tertentu atau pada saat permohonan eksekusiHak Tanggungan diajukan dapat ditentukan berdasarkanperjanjian utang piutang atau perjanjian lain yang menimbulkanhubungan utang piutang yang bersangkutan, jadi utang Debiturdapat berupa utang pokok, bunga yang di perjanjikan dan dendayang di perjanjikan”

Walaupun masalah utang tersebut pada umumnya berkaitan

dengan masalah besarnya hutang maksimal yang disebut dalam

sertifikat Hak Tanggungan. Pasal 20 ayat (1) yang dalam praktek

sering dipermasahkan oleh debitur selaku pemberi Hak Tanggungan,

dengan alasan atau dalih untuk melumpuhkan eksekusi Hak

Tanggungan, namun dengan adanya ketentuan pasal 3 ayat (1)

Undang-Undang Hak Tanggungan diharapkan Ketua Pengadilan

Negeri/Hakim tidak akan mengabulkan atas keberatan yang dilakukan

oleh pihak debitur tersebut, dan tetap menjalankan/melaksanakan

eksekusinya, sehingga kepentingan kreditur dalam memperoleh

kembali uangnya benar-benar dapat terlindungi.

b. Dalam memecahkan masalah sebagai kendala kedua yang

berhubungan dengan janji pemberi Hak Tanggungan akan

Page 51: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

41

mengosongkan obyek Hak Tanggungan pada waktu eksekusi Hak

Tanggungan.

Karena hal tersebut sudah disebut dalam perjanjian, maka

Kreditur dan Debitur timbullah hak dan kewajiban yang harus di

laksanakan apabila Debitur wanprestasi, di antaranya adanya Hak

Kreditur untuk memperoleh pelunasan piutangnya dari penjualan

obyek Hak Tanggungan baik yang berupa tanah atau tanah dan

bangunan tersebut dan bagi Debitur harus atau wajib mengosongkan

tanah dan bangunan tersebut sebelum obyek Hak Tanggungan

dieksekusi melalui penjualan lelang.

Dan apabila Debitur tidak mau secara sukarela mengosongkan

obyek Hak Tanggungan tersebut, maka agar Ketua Pengadilan

Negeri agar supaya tetap melaksanakan eksekusi dan mengajukan

permohonan penjualan lelang obyek Hak Tanggungan kepada Kantor

Lelang Negara/Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara

(KP2LN). Atas permohonan tersebut yang telah di lengkapi dengan

syarat-syarat yang di perlukan maka pelelangan dilaksanakan.

Setelah obyek Hak Tanggungan di lelang dan telah di beli oleh

pemenang lelang, maka pengosongan obyek Hak Tanggungan

tersebut dapat lakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :

1. Dengan cara persuasip yaitu cara pendekatan antara pemilik baru,

dalam hal ini pemenang lelang dengan pemilik lama atau penghuni

yang lama, dengan cara memberikan kompensasi (ganti rugi, biaya

pengosongan atau biaya-biaya lain yang di butuhkannya).

Page 52: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

42

2. Pemilik baru/pemenang lelang mengajukan permohonan

pengosongan kepada Ketua Pengadilan Negeri sebagai pelaksana

eksekusi Hak Tanggungan dan atas permohonan tersebut, maka

Ketua Pengadilan Negeri membuat surat penetapan yang

memerintahkan panitera sekretaris/juru sita Pengadilan Negeri untuk

melaksanakan pengosongan secara paksa atas obyek Hak

Tanggungan itu berada, apabila perlu dengan dibantu oleh kepolisian

setempat.

Sebagai dasar hukum bagi Ketua Pengadilan Negeri dalam

melaksanakan eksekusi obyek Hak Tanggungan yang menjadi

kewenangannya adalah ketentuan dalam pasal 200 ayat (1) HIR dan

penjelasan dalam pasal 11 butir ke 12 Undang-Undang Nomor 49 Prp

Tahun 1960. Jadi untuk pengosongan obyek Hak Tanggungan semata-

mata merupakan kewenangan Ketua Pengadilan Negeri.

Pengosongan obyek Hak tanggungan oleh pemenang lelang/pembeli

obyek Hak Tanggungan lewat pelelangan adalah suatu yang sangat

masuk akal, hal ini berarti melakukan setelah penjualan lelang obyek Hak

Tanggungan tersebut, dan hal ini juga dapat di pergunakan untuk

menghindari adanya suatu gugatan, selain itu dari uraian di atas apabila

pengosongan dilakukan setelah obyek Hak Tanggungan di lelang adalah

sanagat masuk akal, karena sebelum obyek Hak Tanggungan di lelang

berarti Hak Milik masih berada pada Debitur sebagai pemberi Hak

Tanggungan, akan tetapi setelah jaminan di lelang berarti Hak Milik atas

obyek Hak Tanggungan sudah beralih kepada pemilik yang baru,

sehingga pemilik yang baru berhak mengajukan permohonan

Page 53: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

43

pengosongan obyek Hak Tanggungan, hal ini yang dimaksud dengan

eksekusi riil setelah adanya pelelangan.

Akan tetapi dalam praktek sering juga terjadi, Ketua Pengadilan

Negeri berani mengosongkan obyek Hak Tanggungan sebelum di

lakukan pelelangan, dengan demikian halnya yang terjadi maka

resikonya Kreditur selaku pemohon eksekusi bisa di gugat dengan

adanya pengosongan terhadap obyek Hak Tanggungan yang masih

menjadi Hak Debitur selaku pemberi Hak Tanggungan.

c. Untuk memcahkan masalah/kendala adanya perlawanan oleh Debitur

maupun pemegang Hak Tanggungan ini biasanya dilakukan oleh

pemegang Hak Tanggungan yang lainnya (Hak Tanggungan ke,II

atau ke III) dan seterusnya atas tanah yang dijaminkan Hak

Tanggungan yang telah di sita untuk dan atas kepentingan Kreditur

pertama atau Kreditur lainnya, dan untuk Pemegang Hak Tanggungan

ke II dan Ke III dan seterusnya mengajukan perlawanan perlawanan

atas eksekusi tersebut.

Untuk menghadapi perlawanan yang demikian ini Hakim/Ketua

Pengadilan Negeri harus menolak atas perlawanan tersebut karena

perlawanan terhadap sita eksekusi tersebut hanya dapat di lakukan

oleh pihak ke tiga atas dasar dalil tentang kepemilikan, pemegang

Hak Tanggungan bukanlah pemilik, sehingga ia hanya mempunyai

hak untuk memohon pelunasan piutangnya yang juga dijamin atas

tanah yang disita eksekusi tersebut, dan caranya juga mengajukan

permohonan eksekusi atas Hak Tanggungan tersebut.

Page 54: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

44

Sedangkan perolehan uang dari hasil lelang eksekusi Hak

Tanggungan tersebut dibayarkan terlebih dahulu kepada pemegang

Hak Tanggungan pertama, dan sisanya jika masih ada di bayarkan

kepada Kreditur lain atau sisanya diserahkan kepada kreditur lainnya

yang kedudukannya sebagai kreditur konkuren. Jadi apabila Kreditur

ke II dan ke III dan seterusnya mengetahui tanah sebagai jaminan

sudah disita eksekusi oleh kreditur lain, dan ia tidak segera ikut

mengajukan permohonan eksekusi maka ia akan mendapatkan

kerugian, karena dengan disitanya obyek Hak Tanggungan sebagai

jaminan oleh kreditur lain, berarti hutang-hutang yang lain ikut jatuh

tempo sebelum waktunya. Oleh karena itu dari pada pemegang Hak

Tanggungan mengajukan perlawanan atas sita eksekusi Hak

Tanggungan, lebh baik sama-sama mengajukan permohonan

eksekusi, sehingga apabila eksekusi benar-benar di jalankan, maka

pelunasan-pelunasan atas piutang-piutangnya akan dapat di

bayarkan, sehingga perlindungan hukum terhadap kreditur benar-

benar sama-sama terlindungi.

2. Upaya pemecahan non yuridis

a. Dalam pelaksanaan eksekusi dilakukan koordinasi antara kepala

Desa, Pelaksana Eksekusi dan aparat keamanan terkait sebelum

eksekusi dilakukan supaya lokasi obyek eksekusi

diamankan/disterilkan lebih dahulu dari kemungkinan-kemungkinan

pihak tereksekusi mengerahkan massa untuk menghalang-halangi

jalannya eksekusi dan menambah jumlah aparat keamanan, sehingga

kalau lokasi obyek eksekusi sudah di amankan terlebih dahulu maka

Page 55: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

45

pelaksanaan eksekusi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai

seperti yang di harapkan.

b. Mengadakan sosialisasi masalah eksekusi kepada masyarakat

melalui penyuluhan hukum dengan lembaga-lembaga terkait, agar

masyarakat bisa mengerti dan memahami tentang hukum itu sendiri

sehingga tahu apa yang menjadi hak dan kewajibannya.

Dengan mengadakan pendekatan kepada pihak termohon eksekusi,

agar termohon eksekusi menyadari apa yang menjadi hak dan

kewajibannya, serta agar tidak menghalang-halangi jalannya

eksekusi, hal ini sangat baik sekali apabila termohon eksekusi

akhirnya bersedia menyerahkan eksekusi obyek Hak Tanggungan

dengan sukarela dan ikhlas, sehingga tidak harus ada upaya

pemaksaan atas pelaksanaan eksekusinya. 13

13 Ngadenan, Tesis, hal.....101

Page 56: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

46

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang mengatur Tentang Hak

Tanggungan, yang selama ini berlaku di Negara Kesatuan Republik

Indonesia menjadi acuan bagi banyak pihak salah satunya adalah pihak

debitur dan kreditur. Dengan adanya Hak Tanggungan memungkinkan para

pihak yang mengadakan suatu perjanjian khususnya dalam hal ini adalah

perjanjian kredit dimana pihak debitur harus memberikan suatu jaminan

kepada pihak kreditur dalam bentuk Agunan/jaminan kepada pihak kreditur

untuk mendapatkan suatu pinjaman kredit.

Dengan adanya suatu perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak,

maka sangat di mungkinkan akan terdapat beberapa klausula-klausula

akan hak-hak dan kewajibannya masing-masing pihak yang melakukan

perjanjian kredit tersebut. Keberadaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 Tentang Hak Tanggungan adalah bertujuan untuk menjamin utang

yang diberikan pemegang hak tanggungan kepada debitur. Apabila debitur

cidera janji, tanah (hak atas tanah) yang di bebani dengan hak tanggungan

itu berhak dijual oleh pemegang hak tanggungan tanpa persetujuan dari

pemberi hak tanggungan dan pemberi hak tanggungan tidak dapat

menyatakan keberatan atas penjualan obyek Hak Tanggungan tersebut.

Terhadap jaminan berupa hak atas tanah dapat memberikan perlindunngan

dan kepastian hukum bagi penerima hak tanggungan/kreditur, karena dapat

Page 57: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

47

memberikan keamanan bagi penerima jaminan/bank baik dari segi hukum

maupun dari nilai ekonomisnya yang pada umumnya mengikat terus.

Penerimaan Hak Tanggungan sebagai agunan yang diterima/dipegang oleh

kreditor/bank tentunya mempunyai tujuan untuk menjamin pelunasan kredit

melalui penjualan agunan baik secara lelang maupun di bawah tangan

dalam hal debitor cidera janji. Karena Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 Tentang Hak Tanggungan mempunyai ciri khas eksekusi mudah dan

pasti pelaksanaannya.

b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, memang

di rancang sebagai jaminan yang kuat, dengan ciri khas eksekusi “mudah

dan passti”. Akan tetapi, prakteknya tidak demikian. Beberapa ketentuan

UUHT tidak tegas, tidak lengkap, serta tidak memperhatikan konfigurasi

peraturan dalam sistem hukum yang berlaku, termasuk tentang banyaknya

upaya hukum yang di salahgunakan untuk menangguhkan lelang eksekusi

obyek Hak Tanggungan, sehingga justru memicu ketidakpastian hukum.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak tanggungan yang

seharusnya memberikan perlindungan penuh terhadap kreditur, ternyata

masih mempunyai kelemahan-kelemahan, karena dalam praktek eksekusi

yang di laksanakan oleh kreditur terhadap obyek yang di jadikan

jaminan/agunan oleh debitur terhadap kreditur dengan jenis Hak

Tanggungan masih banyak hambatan-hambatan yang di hadapi oleh

kreditur, di antaranya adanya perlawanan yang di lakukan oleh debitur

maupun pihak ke tiga yang berkepentingan dalam obyek Hak Tanggungan

tersebut.

Page 58: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

48

Hal-hal seperti ini sangat merugikan pihak-pihak kreditur sebagai

pemberi pinjaman kepada debitur yang telah beritikad baik untuk

membantu debitur yang membutuhkan Dana/modal untuk mengembangkan

usahanya. Dengan banyaknya hambatan-hambatan eksekusi Hak

Tanggungan yang di hadapi oleh pihak kreditur, maka di perlukan adanya

perhatian dari pihak pemerintah maupun dari pihak legislatif sebagai

pejabat yang mempunyai wewenang untuk membuat Undang-Undang dan

merubah Undang-Undang, agar apa yang menjadi hak-hak kreditur bisa

terpenuhi seluruhnya dan mendapatkan kembali uang yang telah di

pinjamkan kepada pihak debitur.

2. Saran

a. Di perlukan adanya Amandemen/perubahan, karena UUHT tersebut belum

mampu untuk melindungi sepenuhnya apa yang menjadi hak-hak kreditur.

b. Di perlukan adanya tambahan ketentuan, terutama yang menegaskan

bahwa lelang obyek Hak Tanggungan parate eksekusi di laksanakan tanpa

fiat pengadilan.

Page 59: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

49

DAFTAR BACAAN

Adrian Sutedi. Hukum Hak Tanggungan, Cetakan Pertama, Jakarta, SinarGrafika. 2010

Bachtiar Jajuli, Eksekusi Perkara Perdata Segi Hukum Dan Penegakan Hukum,Akademika Pressindo, Jakarta, 1987.

M.Yahya Harahap. Ruang lingkup permasalahan eksekusi bidang perdata,Jakarta, PT. Gramedia. 1988.

Ngadenan, Tesis, Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai konsekuensi JaminanKredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur, UniversitasDiponegoro.2009.

Sutarno. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank. CetakanKeempat,Bandung, CV. Alfabeta. 2008.

Sutan Remy Sjahdeini. Hak Tanggungan, Asas-Asas, ketentuan-KetentuanPokok dan Masalah-Masalah yang di Hadapi Oleh Perbankan, Air LanggaUniversity Press. 1996.

Supriadi. Hukum Agraria, Jakarta, Sinar Grafika. 2008.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang HakTanggungan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang PerubahanAtas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indoesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-PokokAgraria.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 Tentang KekuasaanKehakiman.

Undang-Undang Nomor 49 prp Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan PiutangNegara (PUPN).

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Weetboek).

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata.

Page 60: HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/6/--husni-278-1-03100000-h.pdf · perlindungan hukum bagi kreditur skripsi oleh : husni npm : 28120002 fakultas

50

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1976 Tentang PanitiaUrusan Piutang Negara Dan Badan Urusan Piutang Negara.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1991 Tentang BadanUrusan Piutang Dan Lelang Negara.